Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 7

PEMBAHASAN TENTANG PEMIKIRAN KALAM ALIRAN JABARIAH


Dosen Pengampu :
Drs. H. Yaya, M.Ag

Kelas Jurnalistik 1C
Disusun Oleh :
Rangga Hadiansyah (1204050125)
Muhammad Rafli Raihan Maulana (1204050100)
Putri Apriliana (1204050118)
Putri Mutiarani (1204050120)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNANGUNUNG DJATI
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia –Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMIKIRAN
KALAM ALIRAN JABARIYAH” ini dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak,
kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan, walaupun
didalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang kami miliki.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs.H. Yaya, M.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Aqidah/Tauhid. Dan juga
kepada teman –teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di
masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
teman-teman dan pihak yang berkepentingan.

Bandung, 01 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................................5
1.3 Tujuan...................................................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Pengertian Jabariyah..............................................................................................................................6
2.2 Sejarah Kemunculan Aliran Jabariyah...................................................................................................6
2.3 Dasar Ajaran..........................................................................................................................................7
2.4. Ajaran-Ajaran Dan Tokoh-Tokoh Jabariah...........................................................................................8
2.5 Ciri-Ciri Aliran Jabariah......................................................................................................................10
2.6 Pokok-Pokok Pemikiran Aliran Jabariah.............................................................................................10
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................12
3.2 Saran....................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan iman (Aqidah) merupakan aspek utama dalam ajaran islam yang
didakwahkan oleh nabi Muhammad. Pentingnya maslah aqidah ini dalam ajaran islam tampak
jelas pada misi pertama dakwah nabi ketika berada di Mekkah. Pada periode Mekkah ini,
persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat di banding persoalan syariat, sehingga
dari ayat-ayat Al-quran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada
masalah keimanan.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam islam berarti berbicara tentang ilmu kalam.
Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teologi1 islam berdebat dengan kata-kata dalam
mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teologi disebut sebagai mutakallim2 yaitu
ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga diartikan sebagai teologi islam atau
ushuludin, ilmu yang membahas ajara-ajaran dasar dari agama. Mempelajari teologi akan
memberikan seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak mudah digoyahkan. Munculnya
perbedaan antara umat islam. Perbedaan yang pertama muncul dalam islam bukanlah masalah
teologi melaikan di bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring dengan perjalan
waktu, meningkat menjadi persoalan teologi. Perbedaan teologis di kalangan umat islam sejak
awal memang dapat mengemuka dalam bentuk praktis maupun teoritis. Secara teoritis,
perbedaan itu demikian tampak melalui perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang
berbagai persoalan. Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan yang ada umumnya masih sebatas pada
aspek filosofis diluar persoalan keesaaan allah, kepada para rasul, para malaikat, hari akhir dan
berbagai ajaran nabi yang tidak mungkin lagi ada peluang untuk memperdebatkannya. Misalnya
tentang kekuasaan allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu dan akal, keadilan tuhan.
Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai macam aliran, yaitu Mu’tazilah, Syiah,
Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah serta aliran-aliran lainnya. Makalah ini akan mencoba
menjelaskan aliran jabariah dala makalah ini penulis hanya menjelaskan secara singkat dan
umum tentang aliran jabariah. Mencakup di dalmamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah
aliran dan ajaran-ajarannya secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dbiatas maka rumusan masala makalah ini adalah sebagai
berikut :
1
Teologi adalah wacana yang erdasarkan nalar yang mengenai agama,spiritualitas,dan tuhan.
2
1. Apa pengertian dari Jabariah ?
2. Bagaimana sejarah timbulnya Jabariah ?
3. Sebutkan nama tokoh aliran Jabariah ?
4. Bagaimana ajaran dan perkembangan aliran Jabariah ?
5. Sebutkan Ciri-Ciri Aliran Jabariah ?
6. Sebutkan Pokok-Pokok Pemikiran Aliran Jabariah ?

1.3 Tujuan
Tujuan penulis makalah ini adalah :

1. Mengetahui Ilmu tentang Pemikiran Kalam Aliran Jabatiah


2. Mengetahui Sejarah Pemikiran Kalam Aliran Jabariah
3. Mengetahui tokoh-tokoh yang ada di dalam Pemikiran Kalam Aliran Jabariah
4. Mengetahui pokok Pemikiran Kalam Aliran Jabariah

1.4 Manfaat Penulisan


Supaya kami dan para pembaca dapat mengetahui dan memahami sejarah timbulnya
aliran jabariah beserta pengertian jabariah, ajaran dan perkembangan jabariah. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk kami dan para pembaca serta dapat dijadikan sebagai rujukan.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jabariyah


Secara etimologi maupun sacara terminologi. Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara
dalam bahasa Arab yang mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu3..

Pengertian arti kata secara etimologi diatas telah dipahami bahwa kata jabara merupakan
suatu paksaan di dalam melakukan setiap sesuatu. Atau dengan kata lain ada unsur keterpaksaan.
Kata Jabara setelah berubah menjadi Jabariyah (dengan menambah Yaa’ nisbah) mengandung
pengertian bahwa suatu kelompok atau suatu aliran (isme4). Ditegaskan kembali dalam berbagai
referensi yang dikemukakan oleh Asy-Syahratsan bahwa paham Al-Jabar berarti menghilangkan
perbuatan manusia dalam arti sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah, dengan kata
lain, manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam referensi Bahasa
Inggris, Jabariyah disebut Fatalism atau Predestination. Yaitu paham yang menyebutkan bahwa
perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha’ dan qadar.

Dapat Kita simpulkan bahwa aliran Jabariyah adalah aliran sekelompok orang yang
memahami bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah unsur keterpaksaan
atas kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan oleh qadha’ dan qadar Tuhan. Jabariah adalah
pendapat yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh
tanggungjawab. Maka Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari
tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda
mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang
diinginkan-Nya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa
angin menurut arah yang diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk
memilih apa yang diinginkannya sendiri.

2.2 Sejarah Kemunculan Aliran Jabariyah


Pendapat Jabariah diterapkan di masa kerajaan Ummayyah (660-750 M). Yaitu di masa
keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan Hasan
bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah. Maka
Muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini Muawiyah bermain politik
yang licik. Ia ingin memasukkan di dalam pemikiran rakyat, bahwa pengangkatannya sebagai
kepala negara dan memimpin ummat Islam adalah berdasarkan "Qadha dan Qadar atau ketentuan
dan keputusan Allah semata"

3
Abdul Razak (2009:63)
4
isme berasal dari Yunani -ismos, Latin -ismus, Prancis Kuno -isme, dan Inggris -ism. Akhiran ini menandakan suatu
paham atau ajaran atau kepercayaan. Beberapa agama yang bersumber kepada kepercayaan tertentu
memiliki sufiks -isme.(Diakses 03 Oktober)
Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori oleh Jahm bin dan tidak
ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya.

Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan5 pada saat munculnya golongan
Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Jahm bin Shafwan-lah yang pertama kali mengatakan
bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan apapun, semua perbuatan manusia ditentukan Allah
semata, tidak ada hubungannya dengan manusia.

Paham Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah
disebut sebagai kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama
mempelopori paham jabariyah adalah Al-Ja'ad bin Dirham, dia juga disebut sebagai orang yang
pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan meniadakan sifat-sifat Allah.
Disamping itu kaum Jahmiyah juga mengingkari adanya ru'ya (melihat Allah dengan mata
kepala di akhirat). Meskipun kaum Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya
masih tetap dilestarikan. Karena kaum Mu'tazilah menjadi pewaris kedua pemahaman tersebut.

Disebut Qadariyah karena mereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan
terhadap adanya takdir, dan menyandarkan semua perbuatan manusia kepada diri sendiri tanpa
adanya intervensi Allah. Disebut Jahmiyah karena mereka mewarisi dari paham penolakan
mereka yang meniadakan sifat-sifat Allah, Al-quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka
mengenai kemungkinan melihat Allah dengan mata kepala di hari kiamat.

2.3 Dasar Ajaran


1. QS ash-Shaffat: 96

َ‫َوهَّللا ُ خَ لَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُون‬

Artinya: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".

2. QS al-Anfal: 17

‫فَلَ ْم تَ ْقتُلُوهُ ْم َولَ ِك َّن هَّللا َ قَتَلَهُ ْم َو َما َر َميْتَ إِ ْذ َر َميْتَ َولَ ِك َّن هَّللا َ َر َمى َولِيُ ْبلِ َي ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ِم ْنهُ بَال ًء َح َسنًا إِ َّن هَّللا َ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬

Artinya: “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah
yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-
lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi
kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

3. QS al-Insan: 30

‫َو َما تَ َشاءُونَ إِال أَ ْن يَ َشا َء هَّللا ُ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬
5
Khurasan adalah Negeri tempat keluarnya Dajjal
Artinya : “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Selain ayat-ayat Alquran di atas benih-benih faham al-Jabar juga dapat dilihat dalam beberapa
peristiwa sejarah:

a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah Takdir
Tuhan, Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar
dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.
b. Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah menangkap seorang pencuri. Ketika diintrogasi,
pencuri itu berkata "Tuhan telah menentukan aku mencuri". Mendengar itu Umar
kemudian marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta. Oleh karena itu Umar
memberikan dua jenis hukuman kepada orang itu, yaitu: hukuman potongan tangan
karena mencuri dan hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.
c. Ketika Khalifah Ali bin Abu Thalib setelah perang Shiffin6 ditanya oleh orang tua tentang
qadar Tuhan dalam kaitannya dengan siksa dan pahala. Orang tua itu bertanya,"apabila
perjalanan (menuju perang shiffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar Tuhan, tidak ada
pahala sebagai balasannya. Kemudian Ali menjelaskannya bahwa Qadha dan Qadha
Tuhan bukanlah sebuah paksaan. Pahala dan siksa akan didapat berdasarkan atas amal
perbuatan manusia. Kalau itu sebuah paksaan, maka tidak ada pahala dan siksa, gugur
pula janji dan ancaman Allah, dan tidak pujian bagi orang yang baik dan tidak ada celaan
bagi orang berbuat dosa.
d. Adanya paham Jabar sudah ada sejak pada masa Bani Umayyah yang tumbuh
berkembang di Syiria.

Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul dari pemahaman terhadap
ajaran Islam itu sendiri. Ada Sebuah pandangan mengatakan bahwa aliran Jabar muncul karena
adanya pengaruh dari pemikriran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermazhab Qurra dan
agama Kristen bermazhab Yacobit.

Adapun yang menjadi dasar munculnya paham ini adalah sebagai reaksi dari tiga perkara:
pertama, adanya paham Qadariyah, keduanya, telalu tekstualnya pamahaman agama tanpa
adanya keberanian menakwilkan dan ketiga adalah adanya aliran salaf yang ditokohi Muqatil bin
Sulaiman yang berlebihan dalam menetapkan sifat-sifat Tuhan sehingga membawa kepada
Tasybih.

2.4. Ajaran-Ajaran Dan Tokoh-Tokoh Jabariah


Adapun ajaran-ajaran Jabariyah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ekstrim dan
moderat.

6
Perang shiffin adalah peperangan yang terjadi diantara laskar ali bin abi thalib dengan lascar mua’wiyah bin abi
suffian,terjadi pada tahun 657 M
1. Doktrin Jabariyah ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan
merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan
atas dirinya. Misalnya, jika seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas
kehendak sendiri, tetapi timbul karena qadha dan qadar Tuhan yang menghendakinya. Diantara
tokoh Jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut :

a) Jahm bin Shofwan


Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari Khurusan, dan
bertempat tinggal di Khufah; ia seorang da’i yang fasih dan lincah (orator)
Sebagai seorang penganut dan penyebar faham Jabariyah, banyak usaha yang dilakukan Jahm
yang tersebar ke berbagai tempat seperti ke Tirmidz dan Balk.
Pendapat Jahm berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut:
1) Manusia tidak akan mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
2) Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain Tuhan.
3) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Didalam hal ini, pendapatnya sama
dengan konsep iman yang dimajukan oleh kaum Murji’ah.
4) Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Mahasuci dari segala sigat dan keserupaan dengan
manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan
indera mata di akhirat.

b) Ja’ad bin Dirham


Al-Ja’ad adalah seseorang Maulana Bani Hakim , tinggal di damaskus, ia dibesarkan
didalam lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Semula ia dipercaya
untuk mengajar dilingkkungan pemerintahan Bani Umayah, tetapi setelah tampak pikiran-
pikirannya yang controversial, Bani Umayah menolaknya. Kemudian Al-Ja’d pergi ke Kufah dan
disana ia bertemu dengan Jahm,
Doktrin pokok Ja’ad secara umum memiliki kesamaan denga pemikiran Jahn. Al-Guraby
menjelaskannya sebagai berikut:
1) Al-Qur’an itu adalah makhluk. Oleh karena itu, sesuatu yang baru tidak dapt disifatkan kepada
Allah.
2) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk. seperti berbicara, melihat, dan
mendengar.
3) Manusia dipaksa oleh Allah dalam segala-galanya

2. Ajaran Jabariyah yang moderat adalah Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif
atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri
manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Manusia juga tidak dipaksa, tidak
seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi
manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan tuhan. Diantara tokoh jabariyah moderat adalah
sebagai berikut:
a. An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad. An-Najjar (wafat 230 H). para
pemikutnya disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyah. An-Najjar berpendapat bahwa :

1) Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran
dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Dengan demikiran, manusia dalam pandangan An-
Najjar tidak lagi seperti wayang yang gerakannya bergantung pada dalang, sebab tenaga
diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya.
2) Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi An-Najjar menyatakan bahwa Tuhan dapat
saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat Tuhan.

b. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan
Husein An-Najjar, yaitu bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan
dalang. Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata
dipaksa dalam melakukan perbuatannya. Dhirara mengatakan bahwa satu perbuatan dapat
ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia tidak hanya
ditimbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri. Manusia turut berperan dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatannya

2.5 Ciri-Ciri Aliran Jabariah


Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :
1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya, buruk
atau baik Allah semata yang menentukannya.
2. Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
3. Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
4. Iman cukup dalam hati saja tanpa harus diucapkan.
5. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.
6. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya,
karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
7. Bahwa Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
8. Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah

2.6 Pokok-Pokok Pemikiran Aliran Jabariah


1) Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Bahwa segala perbuatan manusia merupakan paksaan
dari Tuhan dan merupakan kehendak-Nya yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Manusia tidak
punya kehendak dan pilihan. Ajaran ini dikemukakan oleh jahm bin shofwan.
2) Surga dan neraka tidak kekal, begitu pun dengan yang lainnya, hanya Tuhan yang kekal.
3) Iman adalah ma’rifat dalam hati dengan hanya membenarkan dalam hati. Artinya, bahwa
manusia tetap dikatakan beriman meskipun ia meninggalkan fardhu dan melalkukan dosa besar,
tetap dikatakan beriman walaupun tanpa amal.
4) Kalam Tuhan adalah makhluk, Allah SWT mahasuci dari segala sifat keserupaan dengan
makhluk-Nya, maka Allah tidak dapat dilihat meskipun di akhirat kelak, oleh karena itu Al-
Qur’an sebagai makhluk adalah baru dan terpisah dari Allah, tidak dapat disifatkan kepada Allah
SWT.
5) Allah tidak mempunyai sifat serupa makhluk seperti berbicara, melihat, dan mendengar.
6) Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia berperan dalam mewujudkan
perbuatan itu. Teori ini dikemukakan oleh Al-Asy’ari yang disebut teori kasah, sementara An-
najjar mengaplikasikannya dengan ide bahwa manusia tidak lagi seperti wayang yang
digerakkan, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk
mewujudkan perbuatannya.
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Didalam pembukaan makalah ini kami menggunakan berbagai sumber. Namun didalam
makalah ini kami hanya dapat mengembangkan hanya semampu kami. Dari berbagai pemaparan
materi tersebut dapat disimpulkan bahwa Aliran Jabariyah adalah aliran sekelompok orang yang
memahami bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah unsur keterpaksaan
atas kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan oleh qadha’ dan qadar Tuhan.
Pembalasan surga dan neraka itu bukan sebagai ganjaran atas kebaikan atau kejahatan
yang diperbuat manusia sewaktu hidupnya, dan balasan kejahatan yang dilarangnya, tetapi surge
dan neraka itu semata-mata sebagai bukti kebesaran Allah Swt, dalam qodrat dan iradat-Nya.

3.2 Saran
Didalam pembuatan makalah ini kami masih banyak mendapatkan kesulitan. Diantaranya
dalam pencarian sumber referensi. Dan kepada Dosen pengajar dan rekan-rekan sekalian, kami
selaku pemapar menyadari masih benyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami masi
mengharapkan saran dan arahan dari rekan-rekan sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia, 2011

Nasir, Salihun, Pemikiran Kalam, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2012

Rozak, abdul, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung . 2012

[1] Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia, 2011, cet ke-6, hlm. 63

[2] Abdul Rozak, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2012, hlm. 81-82

[3] Rosihan Anwar, Ibid, hlm. 64

[4] Salahudin Nasir, Teologi islam, Jakarta: 2012, hlm. 144

http://khamr28.blogspot.com/2016/01/aliran-jabariyah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi#:~:text=Teologi%20(bahasa%20Yunani%20%CE%B8%CE%B5%CE
%BF%CF%82%2C%20theos,mengenai%20agama%2C%20spiritualitas%20dan%20Tuhan.

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/24/m2yhv3-khurasan-negeri-tempat-
keluarnya-dajjal

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_siffein

Anda mungkin juga menyukai