Disusun Oleh :
BANDUNG
1442H / 2020M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “RETORIKA ” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
Prodi Ilmu Komunikasi Jurnalistik mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Retorika bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Yuliani, M.Pd selaku dosen
Ilmu komunikasi jurnalistik Mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2. Jenis-Jenis Berbicara
Jenis- jenis berbicara dapat diklasifikasikan berdasarkan situasi, berdasarkan reaksi
pesan yang disampaikan, berdasarkan tujuan, jumlah penyimak, dan wilayah kajiannya.
Berdasarkan situasinya, aktivitas berbicara selalu terjadi dalam situasberdasrkan wilayah
kajiani formal maupun informal.
Berdasarkan reaksi pesan yang disampaikan, kegiatan berbicara dibagi menjadi dua
diantaranya:
Kegiatan berbicara yang menempatkan pembicara hanya sebagai penyampai pesan
dan pesannya dipahami pendengar, tetapi tidak terjadi interaksi antara pembicara dan
pendengar. Misalnya pembawa acara, penyampai berita, berpidato.
Kegiatan berbicara yang menempatkan pembicara sebagai penyampai pesan dengan
adanya interaksi antar pembaca dan pendengar. Misalnya diskusi, debat.
Klasifikasi berbicara berdasarkan pesan, adanya jenis berbicara satu arah dan
berbicara dua arah. Berbicara satu arah yaitu hanya terjadi peristiwa penyampaian pesan
oleh pembicara kepada pendengar. Sedangkan berbicara dua arah yaitu dimana pengirim
pesan cukup leluasa mendapat umpan balik tentang cara penerima pesan menangkap pesan
yang telah dikirim.
Berdasarkan tujuannya, berbicara diagi bebrapa jenis, yaitu menginformasikan,
menghibur, meyakinkan.
Berdasarkan jumlah penyimaknya, berbicara dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
berbicara antarpribadi,berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok
besar.
Berdasarkan wilayah kajiannya, berbicara berbicara dibagi menjadi 2 bidang umum
yaitu,berbicara fungsional(berbicara sebgai seni) dan pengetahuan dasar berbicara atau
berbicara sebagai ilmu.
3
Metode Impromtu (serta merta)
Penyajian metode ini terjadi secara tiba-tiba, metode ini biasanya berhasil pada orang
ynag sudah terbiasa berbicara di depan umum. Akan tetapi, metode ini sulit dilakukan
oleh orang yang belum berpengalaman sehingga terjadilah demamm panggung atau
gugup.
Metode Menghafal
Penyajian metode ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, menulis naskah
secara lengkap,kemudian menghafalkan naskah tersebut.
Metode Naskah
Metode naskah sering dipergunakan saat seseorang berpidato, yang mana metode ini
dapat membantu pembicara yang kurang berpengalaman tetapi dapat pula menghambat
karena semua yang akan disampaikan sudah terdapat dalam naskah sehingga kurang
adanya kontak mata antara pembicara dengan pendengar.
Metode Ekstemporan
Penyajian metode ini dilakukan dengan membuat naskah secara lengkap kemudian
membuat catatan-catatan penting tentang urutan uraian yang akan disampaikan.
4
Seorang pembicara harus memiliki persyaratan dasar agar pidatonya berhasil.
Persyaratan tersebut menurut Laksono dkk. (1991) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki keberanian dan tekad yang kuat;
2. Memiliki pengetahuan yang luas;
3. Memahami proses komunikasi massa;
4. Menguasai bahasa yang baik dan lancar; dan
5. Melakukan latihan yang memadai.
Seorang pembicara yang baik akan meninggalkan kesan baik dan dalam kepada
khalayaknya. Ada beberapa ciri pembicara yang baik diantaranya:
1. Pandai memilih topik yang tepat;
2. Menguasai materi;
3. Memahami khalayak;
4. Memahami situasi;
5. Merumuskan tujuan dengan jelas;
6. Mempunyai kemampuan linguistik yang memadai;
7. Menjalin kontak dengan khalayak; dan
8. Menguasai khalayak.
5
3. Pengembangan kebebasan berpikir;
4. Pengembangan latihan berpiir;
5. Penambahan pengetahuan dan pengalaman; dan
6. Perwujudan sikap intelegen dan kreatif.
Suatu diskusi akan berhasil dengan baik apabila memenuhi beberpa kriteria berikut
ini:
1. Peserta dapat menerima tujuan diskusi;
2. Peserta memahami permasalahan yang akan didiskusikan;
3. Peserta memiliki rasa tanggung jawab untuk kelamcaran diskusi dan memiliki sikap
tenggang rasa serta saling menghormati;
4. Pemimpin diskusi dan pembicara merupakan orang yang tegas, berwibawa, dan
dihormati peserta diskusi; dan
5. Pemimpin diskusi menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat para peserta diskusi.
Ada beberapa jenis diskusi kelompok, misalnya diskusi panel, simposium, seminar,
konferensi dan sebagainya. Berikut ini penjelasan dari jenis-jenis diskusi kelompok:
Diskusi panel, diskusi yang terdiri atas beberapa orang yang dipimpin oleh seorang
pemandu. Tujuan diskusi panel biasanya untuk menyampaikan informasi dan
pendapat-pendapat.
Simposium, jenis diskusi kelompok yang hampir sama dengan panel, perbedaannya
terletak pada keresmian pidato yang disampaikan dalam simposium. Pidato
simposium cenderung lebih resmi dari panel. Selain itu, dalam simposium tidak
terdapat interaksi antara pembicara yang satu dengan pembicara yang lainnya.
Simposium bertujuan untuk menampung pendapat.
Seminar, jenis diskusi kelompok yang diikuti oleh para ahli dan dipimpin oleh
pemandu untuk mencari pedoman dan penyelesaian masalah tertentu.
Konferensi, pertemuan antara beberapa perwakilan kelompok atau organisasi untuk
merundingkan suatu masalah tertentu. Dalam konferensi terjadi saling tukar informasi
dari kelompok satu dengan kelompok lainnya. Tujuan dari konferensi yakni untuk
6
memperoleh pemikiran baru, mendapat kejelasan mengenai suatu masalah yang
sedang hidup di masyarakat, atau dapat juga menguji suatu konsep baru.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Retorika atau bisa disebut public speaking menjadi sesuatu yang lebih penting untuk
dipelajari . Sejarah membuktikan bahwa kemampuan berbicara bisa digunakan dalam
bidang atau lingkungan yang sangat luas, seperti politik, pendidikan, pidato, perdagangan,
dan lain-lain. Perkembangannya diawali dari pengembaraan kaum shopis Yunani sebagai
ilmu berbicara yang dapat dipelajari dengan penekanan pada seni berbicara supaya
pendengar benar-benar percaya dan yakin terhadap informasi yang kita sampaikan. Hingga
kini kegiatan berbicara atau bertutur tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia,
yang merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
3.2. Saran
Kami Selaku Tim Penyusun menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih
terdapat banyak kekurangan, mengingat kata pepatah “Tiada Gading yang Tak Retak”
Demikianlah pula Makalah yang telah Kami Susun saat ini. oleh karena itu kritik, saran,
dan masukan yang sifatnya membangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah
ini ke depannya.Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua,khususnya bagi kami dan umumnya bagi para Mahasiswa.
8
DAFTAR PUSTAKA