Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ULUMUL HADITS
HADITS,SUNAH,KHABAR,ASAR,HADITS QUDSI

DISUSUN OLEH :
ZAMHARIRI NOOR
RIDWAN HAKIM
AHMAD IKHWANUS SHOFA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA ARAB
2022
Kata Pengantar

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.


Pertama-tama mari lah kita panjatkan puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan kita rahmat dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan judul “hadits,sunnah,khabar,asar,dan hadits qudsi”.
Pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen ulumul hadits yang
telah memberikan tugas ini. Dan mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang membantu
dalam pembuatab makalah ini.
Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, dengan keterbatasan waktu dan kemampuan kami maka kurang dan lebihnya
kami mohon maaf. Dan apabila ada kritik dan saran nya kami akan menerima dengan senang hati
untuk pembelajaran kami.

Jakarta, 10 oktober 2022


Penyusun,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

BAB 2 PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
B. PERBEDAAN
C. UNSUR PEMBENTUKAN HADITS
D. PERBEDAAN ANTARA HADITS DENGAN AL QURAN
E. FUNGSI SUNAH TERHADAP AL QURAN

BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

Hadits Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tak
dapat diragukan lagi. Hadits Nabi merupakan sumber ajaran Islam, di samping al-Qur'an. "Hadits
atau disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada
Nabi SAW., baik berupa perketaan, perbuatan, atau taqrir-nya. Hadits, sebagai sumber ajaran
Islam setelah al-Quran.
Pada realitas kehidupan masyarakat muslim, perkembangan hadits Nabi secara kuantitatif
cukup banyak sekali, walaupun Fazlur Rahman mengatakan "hadits-hadits Nabi memang sedikit
jumlahnya". Selain perkembangan hadits yang cukup banyak, juga banyak istilah-istilah yang
digunakan. Pada masyarakat umum yang dikenal adalah Hadits dan as-Sunnah, sedangkan pada
kelompok tertentu, dikenal istilah Khabar dan Atsar.
Perbedaan al quran dan hadits juga berpengaruh karena adanya perbedaan madzhab dan
pendapat para ulama yang menjadikan al quran dan hadits sebagai kiblat atas hukum hukum
islam. Hadits sebagai sumber kedua ini ditunjukkan oleh tiga hal, yaitu; al-Qur`an sendiri,
kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul). Al-Quran menekankan bahwa
Rasulullah berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah. Karena itu apa yang
disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai rasul harus diteladani oleh kaum
Muslimin.
Untuk itu, pada pembahasan makalah ini, pemakalah akan menyoroti : (1) pengertian Hadits,
dengan as-Sunnah, al-Khabar, dan al-Atsar, (2) perbedaan hadits,sunnah,khabar,asar dan hadits
qudsi, (3) unsur pembentukan hadits, (4)perbedaan antara hadits dengan al quran, (5)fungsi
sunah terhadap al quran.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HADITS,SUNAH,KHABAR,ASAR, DAN HADITS QUDSI


1.Pengertian hadits
Secara etimologi, hadits berasal dari derivasi kata hadatsa yang mempunyai makna kaun
al shai’ ba’da an lam yakun yang berarti adanya sesuatu setelah tidak adanya , hadits juga berarti
jadid (baru), bisa juga bermakna khabar (berita), dan bisa juga berarti kalam. Kata ‘hadits’ dalam
al Quran maupun kitab-kitab hadits secara literal mempunyai beberapa arti: (a) komunikasi
religius, pesan atau al Quran.
Hadits sering juga disinonimkan dengan khabar dan atsar. Al Shahrawy mengatakan
bahwa sebagian ulama masih menganggap hadits sama dengan khabar sebagai apa saja yang
disandarkan kepada Nabi atau selain Nabi. Karena keduanya mempunyai makna yang sama
secara bahasa. Selain itu, yang namanya periwayat, tidak terbatas meriwayatkan berita dari Nabi
semata, tetapi periwayat juga mengambil berita dari sahabat dan tabi’iin.

2.Pengertian sunah
Sunnah secara bahasa mempunyai beragam arti, yaitu mengalir atau berlalunya sesuatu
dengan mudah, jalan, tradisi, praktek yang diikuti, arah, model perilaku, ketentuan dan peraturan.
Sunnah juga dapat diartikan sebagai jalan tengah, jalan lurus yang terpuji dan penengah diantara
berbagai ekstrimisme.
Sementara itu, ulama ahli hadits mendefinisikan sunnah sebagai segala sesuatu yang berasal dari
Nabi, berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, karakteristik fisik dan etik, atau sejarah.

3.Pengertian khabar
Khabar menurut Bahasa adalah berita yang disampaikan seseorang kepada orang lain.
Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang dari selain Nabi, sedangkan
yang dating dari Nabi disebut dengan hadits. Sebagian ulama lain nya mengatakan bahwa hadts
lebih umum daripada khabar sehingga setiap hadits bisa dikatakan khabar tapi tidak semua
khabar dapat dikatakan hadits.
4.Pengertian asar
Asar menurut Bahasa adalah bekas sesuatu, atau sisa sesuatu dan kutipan. Secara
etimologis yaitu sisa, atau bekas peniggalan sesuatu. Ahli hadits mengatakan bahwa asar sama
dengan Khobar yaitu yang di sandarkan kepada Nabi saw, sahabat, dan tabiin. Menurut fuqaha
asar adalah berita yang disandarkan kepada sahabat.
5.Pengertian hadits qudsi
Hadits qudsi juga disebut hadits Ilahi, dan juga disebut hadits Rabbani. Yang dimaksud
Hadits Qudsi adalah: “Sesuatu yang dikabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui
ilham atau impian, yang kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut
dengan ungkapan kata beliau sendiri” (Rahman, 1974: 69).

B. PERBEDAAN HADITS,SUNAH,KHABAR,ASAR DAN HADITS QUDSI


Perbedaan hadits dengan sunah,khabar,dan asar. Dari keempat istilah yaitu
hadits,sunah,khabar,dan ashar. Menurut jumhur ulama hadits dapat di pergunakan untuk maksud
yang sama, yaitu bahwa hadits disebut juga dengan sunah,khabar,atau ashar. Begitu pula halnya
sunah dapat disebut dengan hadits,khabar,asar.
Maka Hadits Mutawatir dapat juga disebut dengan Sunnah Mutawatir atau Khabar
Mutawatir. Begitu juga Hadits Shahih dapat disebut dengan Sunnah Shahih, Khabar Shahih, dan
Atsar Shahih. Tetapi berdasarkan penjelasan mengenai Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar ada
sedikit perbedaan yang perlu diperhatikan antara hadits dan sunnah menurut pendapat dan
pandangan ulama, baik ulama hadits maupun ulama ushul dan juga perbedaan antara hadits
dengan khabar dan atsar dari penjelasan ulama yang telah dibahas.

Perbedaan-perbedaan pendapat ulama tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :


(a) Hadits dan Sunnah : Hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, taqrir yang bersumber dari
Nabi sedangkan Sunnah segala yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, atau perjalan hidupnya, baik sebelum diangkat menjadi
Rasul maupun sesudahnya.
(b) Hadits dan Khabar :
Sebagian ulama hadits berpendapat bahwa Khabar sebagai sesuatu yang berasal atau
disandarkan kepada selain Nabi SAW., Hadits sebagai sesuatu yang berasal atau
disandarkan kepada Nabi SAW. Tetapi ada ulama yang mengatakan Khabar lebih umum
daripada Hadits, karena perkataan khabar merupakan segala yang diriwayatkan, baik dari
Nabi SAW., maupun dari yang selainnya, sedangkan hadits khusus bagi yang
diriwayatkan dari Nabi SAW. saja. "Ada juga pendapat yang mengatakan, khabar dan
hadits, diithlaqkan kepada yang sampai dari Nabi saja, sedangkan yang diterima dari
sahabat dinamai Atsar

(c) Hadits dan Atsar : Jumhur ulama berpendapat bahwa Atsar sama artinya dengan khabar dan
untuk perkataan Rasul SAW. (hadits marfu)". Dengan demikian, Hadits sebagai sesuatu yang
berasal atau
disandarkan kepada Nabi SAW. saja, sedangkan Atsar sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW., sahabat dan tabi'in.
(d) Hadits nabi dan hadits qudsi : Hadits Qudsi memiliki sedikit aspek perbedaan dengan Hadits
Nabi. Jika Hadits Nabi merupakan perkataan Nabi yang direct (langsung), maka Hadits
Qudsi adalah perkataan Nabi yang indirect, yakni masih disandarkan kepada Allah SWT.
Bobot wahyu yang dimiliki hadits nabi tidak berbeda dengan muatan wahyu dalam Hadits
Qudsi. Namun demikian, dari segi proses turunnya, Hadits Qudsi memiliki segi-segi
perbedaan dengan Hadits Nabi.

C. UNSUR PEMBENTUKAN HADITS


Hadits secara sederhana dimaknai sebagai segala perkataan, perilaku, dan ketetapan Nabi
baik sebelum maupun sesudah pengutusannya sebagai rasul yang kemudian semua itu dapat
menjelaskan hukum-hukum Islam dan pesan-pesan Allah yang untuk umat Islam. Fungsi hadits
adalah untuk menjelaskan firman Tuhan dan perannya itu juga dibenarkan dalam surah al-Nahl
ayat 44 bahwa Nabi diberi wahyu untuk menjelaskannya kepada manusia.
Sepeninggal Nabi, sampai masa pemerintahan ʻUtsmān Ibn ʻAffān sahabat dilarang
meriwayatkan hadits yang tidak pernah didengar baik di masa Abū Bakr maupun ‘Umar. Pada
masa ‘Utsmān, tidak ada ketentuan bagi periwayat hadits untuk menghadirkan saksi atas hadits
yang diriwayatkannya. Sehingga pada masa ini banyak bermunculan hadits-hadits.5 Berbeda
pada masa ‘Alī Ibn Abī Ṭālib. Pada masa ini periwayatan hadits harus disertai sumpah, kecuali
bagi mereka yang dianggap dapat dipercaya. Termasuk ‘Alī sendiri cukup banyak meriwayatkan
hadits tanpa harus menyampaikan sumpah. Sehingga terjadi perselisihan di antara sahabat.
Perselihisan ini kemudian berimplikasi pada kemunculan sekte-sekte Islam yang juga beriringan
dengan kemunculan hadits-hadits palsu.6 Begitu peliknya persoalan yang muncul akibat saling
klaim atas hadits, kesarjanaan Muslim era belakangan mengembangkan metode isnād atau sanad.
Isnād adalah metode atau instrumen yang dikembangkan kesarjanaan Muslim untuk memastikan
hadits tertentu itu otentik. Metode ini ialah transmisi hadits dari mata rantai periwayat melalui
matan atau teks hadits yang benar-benar bersambung sampai Nabi.
Dan hadits disusun oleh para mukharij jauh dari setelah Nabi wafat. Dan dalam waktu yang
cukup lama, demikian mukharij ialah perawi hadits yang telah menghimpun hadits hadits yang
diriwayatkan nya kedalam kitab yang telah disusun nya. Sebab hadits tidak cukup hanya dilihat
dari matan dan sanad nya saja tetapi juga harus diketahui nama mukharijnya dan juga nama
perawi pertama (sahabat nabi).

D. PERBEDAAN HADITS DAN AL QURAN


Al quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, diturunkan
secara berangsur angsur melalui perantara malaikat Jibril. Dan alquran menjadi sumber hukum
islam karena kebenaran nya dan tidak ada keraguan sedikitpun di dalam nya. Dan al quran
merupakan mukjizat terbesar yang di dapat Rasulullah saw. Beberapa bukti kemukjizatan al
quran yaitu :
1. Keindahan sastra al quran melebihi seluruh sastra yang disusun oleh para sastrawan baik
dalam puisi atau prosa
2. Pemberitahuan tentang peristiwa peristiwa yang akan terjadi dimasa depan yang benar
benar terbukti.
3. Isyaratnya terhadap fenomena alam yang terbukti kebenaran nya berdasarkan ilmu
pengetahuan.

Hadis atau sunnah merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang menduduki posisi sangat
signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural menduduki posisi kedua
setelah Alquran, namun jika dilihat secara fungsional, ia merupakan bayan (eksplanasi) terhadap
ayat-ayat Alquran yang bersifat umum,global atau Mutlaq.
Disamping sebagai bayan terhadap Alquran, hadis secara mandiri sesungguhnya dapat
menetapkan suatu ketetapan yang belum diatur dalam Alquran. Namun persoalannya adalah
bahwa untuk memahami suatu hadis dengan baik, tidaklah mudah. Untuk itu, diperlukan
seperangkat metodologi dalam memahami hadis.

E. FUNGSI SUNAH TERHADAP ALQURAN


Dalam hukum Islam, sunah menjadi sumber hukum kedua setelah al-Qur`an. Penetapan
sunah sebagai sumber kedua iniditunjukan oleh tiga hal, yaitu al-Qur`an sendiri, kesepakatan
(ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul). Hal ini karena Al-Qur’an bersifat qhat'i al
wurud,sedangkan sunnah bersifat dhanni al wurud. Adapun fungsi sunnah yaitu ta'qid (sebagai
penguat) Al-Qur’an. Kedua,tabyin(sebagai penjelas) Al-Qur’an dan yang terakhir, sunnah
sebagai mustaqillah, mendefinisikan hukum yang belum ada hukumnya dalam Al-Qur’an.
Fungsi sunah terhadap al-Qur`an yang paling pokok adalah sebagai bayân, itu difahami berbagai
ulama antara lain sebagai berikut :
1. Bayan taqrir
Yang berfungsi menetapkan,memantapkan, dan mengokohkan apa yang sudah di tetapkan
alquran, sehingga maknanya tidak perlu di pertanyakan lagi.
2. Bayan tafsir
Yaitu berfungsi untuk menjelaskan yang maknanya samar, merinci, ayat yang makna nya global
atau menghususkan ayat yang makananya umum.
3. Bayan tabdila
Yaitu berfungsi untuk mengganti hukum yang telah lewat keberlakuannya.
Sunnah dan Al-Qur’an adalah dua hal yang saling melengkapi dan tak terpisahkan antara
mubayyin dan maudhu al bayan, mufashildan maudhu ijmaldan antara juz'i dan kulli.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al quran adalah kalam yang allah yang diturunkan dan menjadi sumber hukum hukum bagi
uma muslim, dan hadits segala perkataan,perbuatan Nabi yang di jadikan sumber hukum ke dua.
Hadits dan sunah memliki makna yang sama karna diambil dari segala perkataan atau perbuatan
Nabi semasa hidupnya. Dan menjadi penjelas atas hukum,perintah,kejadian,dan juga ketetapan
dalam al quran. Asar,khabar memliki persamaan yaitu segala kabar atau berita yang di dapat
selain dari Nabi dan dikabarkan atau diberitakan oleh para sahabat atau tabiin, karena segala
yang datang dari Nabi disebut hadits.
Hadits atau sunnah memiliki unsur yaitu perawi,matan,sanad,mukharij. Dan mempunyai banyak
fungsi dalam sumber hukum islam setelah al quran.
DAFTAR PUSTAKA

Nasrulloh. “Reskontruksi definisi sunnah sebagai pijakan kontekstualitas pemahaman hadits.”


Jurnal studi islam 15, No 1 (2014)
Nazlianto,Riza. “Hadits zaman Rasulullah saw dan tata cara periwayatan nya oleh sahabat.”
Jurnal hukum islam 2, No 2 juli-desember (2016)
Yasid,Abu. “Hubungan simbiotik al quran dan al hadits dalam membentuk dictum dictum
hukum.” Jurnal peradaban islam 7, No 1 (2011)
Abdillah,Nanang. “ Madzhab dan faktor penyebab terjadinya perbedaan.” Jurnal pemikiran dan
Pendidikan islam 8, No 1 (2014)
Adnan,Suriadi. “Al quran hadits learning using comperative learning strategy.” Jurnal
tarbiyatuna 11, No 2 (2020)
Latif,Abdul. “Al quran sebagai sumber hukum utama.” Jurnal ilmiah hukum dan keadilan 4, No
1 (2017)
Ali,Muhammad. “Asbab wurud al hadits.” Jurnal kajian ilmu hadits 6, No 1 (2015)
Qodriyyah,Laila Lailatul. “ As sunah sebagai sumber hukum islam dalam era problematic.”
Indonesian journal of law and Islamic law 3, No 2 (2021)

Anda mungkin juga menyukai