Disusun Oleh
Nama : Arianto
Nim : 11521011
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
Arianto
Nim. 11521011
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………...i
Daftar
isi...................................................................................................................................ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II
Isi
A. Pengertian Hadits……………………………………………………………..2
B. Pengertian Khabr……………………………………………………………..4
C. Pengertian Atsar………………………………………………………………5
D. Pengertian As-Sunnah…………………………………………………….......5
E. Pentingnya belajar ulumul hadits…………………………………………......6
F. Hubungan Hadits terhadap al-qur’an sebagai sumber hukum islam………....9
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………...…………..12
B. Kritik Dan Saran…………………………………………………….………12
Daftar pustaka……………………………………………………………………….13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.TUJUAN
1
BAB II
ISI
A. Pengertian Al-Hadits
Dalam kamus besar bahasa Arab [al-‘ashri], Kata Al-Hadits berasal dari
bahasa Arab “al-hadist” yang berarti baru, berita. Ditinjau dari segi bahasa, kata
ini memiliki banyak arti, dintaranya:
Ibnu Manzhur berpendapat bahwa kata ini berasal dari kata Al-Hadits,
jamaknya: Al-Ahadits, Al-Haditsan dan Al-Hudtsan. Ada juga sebagian Ulama
yang menyatakan, bahwa ahadits bukan jamak dari haditsyang bermakna khobar,
tetapi meruppakan isim jamak.Mufrad ahadits yang sebenarnya, adalah uhdutsah,
yang bermakna suatu berita yang dibahas dan sampai dari seseorang ke seseorang.
(Hasbi Ashidiqi, sejarah pengantar ilmu hadits : 2)
ونFFله ان يكFFا يصFFر ممFFل اوتقريFFكل ماصدر عن النبي صلى هللا عليه وسلم غيرالقرأن الكريم من قول او فع
دليال لحكم شرع
“Hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW selain Al-
Qur’an al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi yang
bersangkut paut dengan dengan hukum syara”.
2
Sedangkan Ulama Hadits mendefinisikan Hadits sebagai berikut:
كل ما أثرعن النبي صلى هللا عليه وسلم من قول او فعل اوتقرير اوصفة خلقية او خلقية
“Segala sesuatu yang diberikan dari Nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan,
taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi”.
Yang dimaksud dengan “hal ihwal” ialah segala yang diriwayatkan dari
Nabi SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran dan
kebiasaan-kebiasaan.
Kedua hadits tersebut di atas menyatakan bahwa unsur Hadits itu terdiri
dari tiga unsur yang ketiga unsur ini hanya bersumber dari Nabi Muhammad,
ketiga unsur itu adalah:
حابىFFيف الى الصFFا أضFFو مFFوف وهFFاء بلموقFFل جFFلم بFFه وسFFلى هللا عليFFأن الحديث اليحتث بالمرفوع اليه ص
والمقطوع وهو ما أضيف للتبعي
3
Artinya: “Bahwasanya hadits itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’ yaitu
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan bisa juga untuk sesuatu
yang mauquf,yang disandarkan kepada sahabat dn yang maqtu, yaitu yang
disandarkan kepada tabi’in” Munzier Suparta (2001:3)
B. Pengertin Khabar
Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita
yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Sedang pengertian khabar
menurut istilah, antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda pendapat.
Menurut ulama ahli hadis sama artinya dengan hadis, keduanya dapat dipakai
untuk sesuatu marfu, mauquf, dan maqtha, mencakup segala yang datang dari
Nabi SAW, sahabat dan tabi'in, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain
dari Nabi SAW, sedang yang datang dari Nabi SAW disebut hadis. Ada juga yang
mengatakan bahwa hadis lebih umum dan lebih luas daripada khabar, sehingga
tiap hadis dapat dikatakan khabar, tetapi setiap khabar dikatakan hadis.
4
C. Pengertian Atsar
Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat, dan tabi'in. Sedangkan menurut
ulama Khurasan bahwa atsar untuk yang mauquf dan khabar untuk yang marfu.
D. Pengertian As-Sunnah
Ada ulama yang menerangkan makna asal secara bahasa bahwa: Sunnah
itu untuk perbuatan dan taqrir, adapun hadits untuk ucapan. Akan tetapi ulama
sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan memakai istilah yang sudah
lazim digunakan, yaitu bahwa As-Sunnah muradif (sinonim) dengan hadits.
As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi j selain dari Al-Qur-an, baik perbuatan, perkataan, taqrir
(penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum syar’i.
As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha’) ialah segala sesuatu yang
sudah tetap dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hukumnya tidak fardhu
dan tidak wajib, yakni hukumnya sunnah.
5
As-Sunnah menurut ulama Salaf adalah petunjuk yang dilaksanakan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya, baik tentang ilmu,
i’tiqaad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya.
6
Taqyid (pembatasan) terhadap kemutlakkan Al-qura’an. Kata
“tangan” dalam ayat “pencuri pria dan wanita hendaklah kamu potong
tangan mereka” adalah muthlaq. Yang disebut tangan adalah sejak dari
jari-jari sampai dengan pangkal tangan. Kemudian As sunnah membatasi
potong tangan itu pada pergelangan, bukan pada siku-siku atau pangkal
lengan.
4. Terdapat banyak hadits dla’if dan hadits palsu yang perlu dihindari
supaya tidak dijadikan sebagai sumber hukum Islam.
7
hadits, niscaya menara Islam roboh dan niscaya para ahli bid’ah berkiprah
membuat hadits palsu (maudhu’) dan memutarbalikkan sanad”.
Mempelajari ilmu hadits paling tidak akan mendapatkan tiga sasaran utama:
8
dan ditolaknya hadits, mengenal para perawi terpercaya dan perawi
yang ditolak riwayatnya dan lain sebagainya.
6. Memberikan kemampuan untuk mengenal metodologi para ulama
dalam menyaring hadits-hadits Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa
sallam-, dan memisahkannya antara yang shahih dan yang dha’if.
7. Mengetahui juhud (upaya) para ulama dalam menuntut ilmu ini
dan mengajarkannya dari generasi ke generasi, dan merenungi
pengorbanan mereka dalam menjaga kemurnian hadits-hadits
Rasulullah, sehingga memompa semangat kita dalam menuntut
ilmu syar’i, mengajarkan dan mendakwahkannya kepada generasi
berikutnya.
8. Mengenal kota-kota yang menjadi markaz ilmu hadits, dan negeri
yang menjadi pusat rihlah dalam menuntut ilmu tersebut, seperti
kota Mekah, kota Madinah, kota Khurasan, kota Baghdad, kota
Bashrah, kota Mesir dan lain sebagainya.
9. Mengenal para pakar hadits dari zaman ke zaman, sejak zaman
sahabat sampai zaman ini, dan berupaya menelaah sirah (profil)
mereka untuk memetik faedah dari manhaj (metodologi) mereka
dalam menuntut ilmu, mengetahui adab mereka dalam
menuntutnya, serta menilik upaya mereka dalam
mengejawantahkan ilmu tersebut dalam amal nyata
F. Hubungan hadits terhadap al-qur’an sebagai sumber hokum islam
9
Al-Quran menekankan bahwa Rasul SAW. berfungsi menjelaskan
maksud firman-firman Allah (QS 16:44). Penjelasan atau bayan tersebut
dalam pandangan sekian banyak ulama beraneka ragam bentuk dan sifat serta
fungsinya. Al-qur`an dan hadist merupakan dua sumber yang tidak bisa
dipisahkan. Keterkaitan keduanya tampak antara lain:
10
e. Hadits memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al-Qur`an yang
bersifat umum
f. Hadith menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh Al-qur`an
11
Ibnul Qayyim berkata: “Adapun hukum-hukum tambahan selain yang
terdapat di dalam Al-Qur’an, maka hal itu merupakan tasyri’ dari Nabi saw. yang
wajib bagi kita mentaatinya dan tidak boleh kita mengingkarinya. Tasyri’ yang
demikian ini bukanlah mendahului Kitabullah, bahkan hal itu sebagai perwujudan
pelaksanaan perintah Allah supaya kita mentaati Rasul-Nya. Seandainya
Rasulullah saw.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
12
B.KERITIK DAN SARAN
Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari para
pembaca, karena kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca yang dengan itu semua kami harapkan makalah ini akan
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad dan M. Mudzaki.Ulumul Hadits. Bandung:
Pustaka Setia. 2004.
Definisi hadist” http://kangsaviking.wordpress.com/definisi-hadist/
di akses pada tanggal 18 September 2017.
Disalin dari buku Kedudukan As-Sunnah Dalam Syariat Islam,
Penulis Yazid Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO.Box
264 Bogor 16001, Jawa Barat Indonesia, Cetakan Kedua Jumadil Akhir
1426H/Juli 2005
http://suka-suka-dimana.blogspot.co.id/2013/06/makalah-ulumul-
hadits-mempelajari.html/di akses pada tanggal 18 september 2017.
Al-Khatib, Muhammad Ajjaj. Al-Sunnah Qobla Al-Tadwin.
Beirut: Dar Al-Fikr, cet ke 6, 1997.
Anwar, Duaa. Memahami Segalanya tentang Al-qur’an. Batam:
Karisma Publishin Group. 2007.
13