“MAKALAH PRESENTASI “
SEMESTER 2 KELAS b Khusus Prodi ( Pendidikan Agama Islam)
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ulumul Hadist
tepat pada waktunya.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah tentang ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan orang lain
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................iii
BAB 1................................................................................1
Pendahuluan.....................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................
Latar Belakang.................................................................1
Tujuan Penulisan..............................................................2
BAB II
Pembahasan........................................................................3
Pengertian Ulumul Hadits..................................................3
Pembagian Hadits ...............................................................
A. Segi Kuantitas...................................................................
1 . HAdits Mutawatir............................................................
2 . Hadits AHAD...................................................................
B. Segi Kualitas......................................................................
1 . Hadits Shahih...................................................................
2 . Hadits Hasan...................................................................
3 . Hadits Dhaif......................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
PENFERTIAN ULUMUL HADITS
Secara etimologis kata “Ilmu Hadits” merupakan kata serapan dari bahasa arab
“Ilmu Al-Hadits” yang terdiri atas dua kata, yaitu “ilmu” dan “hadits”. berarti
ilmu pengetahuan yang mengkaji atau membahas tentang segala yang disandarkan
kepada Nabi SAW. hadist memiliki 3 makna yakni jadid, qorib, dan khabar.
Adapun pengertiannya sebagai berikut:
Jadid : lawan qadim: yang berarti baru (jamaknya hidast, hudatsa, dan huduts)
Qorib : yang dekat, yang belum lama terjadi
Khabar : warta (kabar, berita), yakni: sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang yang lain.
Sedangkan menurut ahli ushul fisih, hadits adalah perkataan, perbuatan, dan
penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
setelah kenabiannya. Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai
hadits, karena yang dimaksud dengan hadits adalah mengerjakan apa yang
menjadi setelah kenabian1.
Kata “al hadits” dapat juga dipandang sebagai istilah yang lebih umum dari kata
“as sunnah”. Yang mencakup seluruh yang berhubungan dan disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Sedangkan istilah “as sunnah” digunakan untuk
perbuatan (‘amal) dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Buku-buku yang di dalamnya berisi
tentang khabar Rasulullah, antara lain adalah Tafsir, Sirah dan Maghazi
(peperangan Nabi –Edt, dan Hadits. Buku-buku hadits adalah lebih khusu berisi
tentang hal-hal sesudah kenabian, meskipun berita tersebut terjadi sebelum
kenabian. Namun itu tidak disebutkan untuk dijadikan landasan amal dan syariat.
PEMBAGIAN HADITS
Kata mutawatir menurut lughat ialah mutatabi’ yang berarti beriring -iringan atau
berturut -turut antara satu dengan yang lain., sedangkan menurut istilah ialah “
hadits tentang sesuatu yang mahsus ( yang dapat di tangkap oleh panca indera),
Hadits Mutawatir ialah hadits yang di riwayatkan sejumlah rawi yang menurut
adat mustahil mereka bersepakat berbuat dusta
Suatu hadits dapat dikatakan mutawatir apabila telah memenuhi persyarat sebagai
berikut ;
1 . Hadits (Khabar) yang diberitakan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan
tanggapan (daya tangkap ) pancaindera. Artinya bahwa berita yang disampaikan
itu benar-benar merupakan hasil pemikiran semata atau rangkuman dari peristiwa-
peristiwa lain dan yang semacamnya.
“Barang siapa yang berbuat dusta terhadapku dengan sengaja maka berarti ia
menyediakan tempatnya dineraka.” (Hadist ini diriwayatkan oleh lebih dari 70
orang sahabat dengan lafadz yang sama).
B. Hadits Mutawatir Ma’nawi
hadist yang dalam periwayatan hanya maknanya saja yang sama. Jadi dalam
hadits ini antara perawi satu dengan yang lainnya dalam meriwayatkan hadits
menggunakan lafadz yang berbeda, akan tetapi masih dalam satu makna. Contoh
hadist tersebut adalah sebagai berikut yang artinya:
Hadist yang membahas tentang mengangkat tangan ketika berdo’a. telah
diriwayatkan lebih dari seratus hadist mengenai mengankat tangan ketika berdo’a
namun dengan lafalz yang berbeda antara yang satu dengan yang lainya. Masing-
masing lafazd hadist tersebut tidak sampai kederajat mutawatir tetapi makna dari
keseluruhan lafaldz-lafaldz tersebut mengacu atau menuju dalam satu makna
sehingga secara ma’nawi, hadist tersebut adalah mutawatir
2. HADITS AHAD
Menurut bahasa ,ahad (dibaca aahaad) adalah kata jamak dari waahid atau ahad.
Bila ahad atau waahid berarti satu maka aahaad sebagai jamaknya satu-satu,
menurut istilah hadits (khabar) yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah
perawinya hadits mutawatir, baik perawinya seorang, dua orang atau tiga orang
dan seterusnya tetapi jumlah tersebut tidak memberi pengerian bahwa hadits
tersebut masuk ke dalam hadits mutawatir.
Ada juga yang memberikan ta’rif yaitu hadits yang padanya tidak terkumpul
syarat-syarat mutawatir.
1. Hadits Masyhur
Menurut bahasa “muntasyir” yang berarti sesuatu yang sudah tersebar, dan yang
sudah popular. Sedangkan menurut ulama ahli Hadist yaitu : yang berarti sesuatu
yang sudah tersebar, sudah popular.
Definisi ini menjelaskan bahwa hadist masyhur adalah hadist yang memiliki
perawi yang sekurang-kurangnya tiga orang, dan jumlah tersebut harus terdapat
pada setiap tingkatan sanad.
2. Hadits Aziz
Aziz menurut bahasa badalah mulia atau yang kuat dan juga dapat brarti jarang .
Berdasar pengertian tersebut bahwa hadist Azis bukan hanya diriwayatkan oleh
dua orang rawi saja pada setiap thabaqahnya, akan tetapi pada salah satu thabaqah
, jika sudah terdapat dua orang rawi sudah bisa dikatakan sebagai hadist Aziz.
ال يؤمن احدكم حتى اكون احب الىه من نفسه ووالدهوالنس اجمعين
Artinya: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, hingga aku lebih dicintai
daripada dirinya, orang tuanya, anaknya, dan semua manusia (Bukhari Muslim).
3. Hadits Gharib
Gharib menurut bahasa berarti jauh , terpisah atau menyendiri dari yang
lain.berdasarkan pengertian tersebut maka bila suatu hadits hanya diriwayatkan
oleh seorang sahabat nabi dan baru pada tingkatan berikutnya diriwayatkan oleh
banyak orang perawi,hadits tersebut tetap dipandang sebagai hadits gharib.
1 . Hadits Shahih
Menurut bahasa berarti hadits yang bersih dari cacat, hadits ini berasal dari
Rasulullah Shalllahu ‘alaihi wa sallam , batasan shahih yang diberikan oelh
perawi antara lain
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta:Bulan Bintang, 1995) hal. 126.
N. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta:Bulan Bintang, 1995) hal. 126.
2 . HADITS HASAN
Kata Hasan ))حسنberasal dari kata hasuna, yahsunu yang artinya sama dengan
kata “ jamal” ))َج َم اٌلyaitu “bagus”
Maka sebutan Hadits Hasan, secara bahasa berarti Hadits yang baik,atau yang
sesuai dngan keinginan jiwa. Ada juga yang mengembangkan pengertian yang
diambil melalui pendekatan kebahasaaan ini yang mengatakan bahwa disebut
Hadits Hasan ini karena, menurut sangkaan sanad Hadits tersebut adalah baik
3 . HADITS DHAIF
Hadits dhaif menurut bahasa berarti hadits yang lemah , yakni para ulama
memiliki dugaan yang lemah ( keci atau rendah ) tentang benarnya hadits itu
berasal dari rasulullah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2009. Abu Daud Sulaiman
Ibn Asy ‘Asy Al-Sijistani. Sunan Abu Daud. Beirut: Dar Al-Fikri, 2003. Jilid IV.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad bin Hanbal. T. tmp: Dar al- Fikri, t.
thn. Abi Abdullah bin Muhammad Bin Isma’il Al-Bukhari. Al-Jami’ Al-Shahih.
Istanbul: Dar al-Fikri, 2000. Ahmad Umar Hasyim, Qawaid Ushul Al-Hadis,
Mesir: Alam al-Kutub, t.thn. Abi Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Habib Al-Basyri
Al-Mawardi, Adabu Al-Dunya Wa Al-Din.Mesir: Dar Al-Fikri, t.th. Aidh Al-
Qarni, Laa Taghdhab; (Jangan Marah), Pen. Fauzi Bahreisy. Jakarta: Al-Qalam,
2013. Amar Abdul Mun’im Salim. Taisir Ulum al-Hadis lil Mubtadiin. Riyadh: