Anda di halaman 1dari 10

“ ULUMUL HADITS DAN PEMBAGIAN HADITS “

“MAKALAH PRESENTASI “
SEMESTER 2 KELAS b Khusus Prodi ( Pendidikan Agama Islam)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2


NAMA ANGGOTA : 1.Hariyanto ( 2286208039)
2 Halimah ( 2286208037)
3 Dwi Ahada(2286208026)
Dosen Pembimbing : Moh . Iqbal Trihidayat,S.Sos.I.,M.Si

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI) BATURAJA


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ulumul Hadist
tepat pada waktunya.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah tentang ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan orang lain

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................iii
BAB 1................................................................................1
Pendahuluan.....................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................
Latar Belakang.................................................................1
Tujuan Penulisan..............................................................2

BAB II
Pembahasan........................................................................3
Pengertian Ulumul Hadits..................................................3
Pembagian Hadits ...............................................................
A. Segi Kuantitas...................................................................
1 . HAdits Mutawatir............................................................
2 . Hadits AHAD...................................................................

B. Segi Kualitas......................................................................
1 . Hadits Shahih...................................................................
2 . Hadits Hasan...................................................................
3 . Hadits Dhaif......................................................................

BAB III Penutup

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai di ketahui, banyak istilah untuk menyebut nama-nama hadits


sesuai dengan fungsinya dalam menetapkan syari`at Islam. Ada Hadits
Shahih, Hadits Hasan, dan Hadits Dha`if. Masing-masing memiliki
persyaratan sendiri-sendiri. Persyaratan itu ada yang berkaitan dengan
persambungan sanad, kulitas para periwayat yang di lalui hadits, dan
ada pula yang berkaitan dengan kandungan hadits itu sendiri.
Maka persoalan yang ada dalam ilmu hadits ada dua. Pertama
berkaitan dengan sanad, kedua berkaitan dengan matan. Ilmu yang
berkaitan dengan sanad akan mengantar kita menelusuri apakah
sebuah hadits itu bersambung sanadnya atau tidak, dan apakah para
periwayat hadits yang di cantumkan di dalam sanad hadits itu orang-
orang yang terpercaya atau tidak.
Adapun Ilmu yang berkaitan dengan matan akan membantu kita
mempersoalkan dan akhirnya mengetahui apakah informasi yang
terkandung di dalamnya berasal dari Nabi atau tidak. Misalnya,
apakah kandungan hadits bertentangan dengan dalil lain atau tidak.
Secara garis besar ilmu hadits dibagi atas ilmu hadits riwayat dan
ilmu hadits dirayat. Jika ilmu hadits riwayat membahas materi hadits
yang menjadi kandungan makna, maka ilmu hadits dirayat mengambil
pembahasan mengenai kaidah-kaidahnya, baik yang berhubungah
dengan sanad atau matan hadits. Kedua pengetahuan tersebut sama-
sama penting. Sebab dengan ilmu yang pertama, setiap muslim yang
ingin mengikuti jejak laku dan teladan Rasulullah , harus menguasai
ilmu tersebut. Sementara itu dengan menguasai ilmu yang kedua,
setiap muslim dan siapapun yang mempelajari dengan baik akan
mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel tentang hadits
Nabi/ Rasulullah saw. Di bawah ini akan dibahas tentang pengertian
ilmu hadits, sejarah yang dilalui, dan cabang-cabang ilmu hadits,
terurama ilmu hadits yang berkaitan dengan kegiataan takhrij dan
penelitian sanad hadit Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam .

Rumusan Masalah

1 . apa Tujuan mempelajari ilmu Hadits?


2 . mengapa hadits dhaif tidak bisa dijadikan hujjah?
3 . apa saja fungsi utama yang dimiliki hadits shahih?

Tujuan Penulisan

1 .Mengetahui dan memahami pengertian dari pendekatan dalam pembelajaran.


2 . Mengetahui peran pendekatan dalam pembelajaran.
3 . Mengetahui Jenis-jenis pendekatan pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
PENFERTIAN ULUMUL HADITS

A. Pengertian Ulumul Hadist

Secara etimologis kata “Ilmu Hadits” merupakan kata serapan dari bahasa arab
“Ilmu Al-Hadits” yang terdiri atas dua kata, yaitu “ilmu” dan “hadits”. berarti
ilmu pengetahuan yang mengkaji atau membahas tentang segala yang disandarkan
kepada Nabi SAW. hadist memiliki 3 makna yakni jadid, qorib, dan khabar.
Adapun pengertiannya sebagai berikut:
Jadid : lawan qadim: yang berarti baru (jamaknya hidast, hudatsa, dan huduts)
Qorib : yang dekat, yang belum lama terjadi
Khabar : warta (kabar, berita), yakni: sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang yang lain.
Sedangkan menurut ahli ushul fisih, hadits adalah perkataan, perbuatan, dan
penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
setelah kenabiannya. Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai
hadits, karena yang dimaksud dengan hadits adalah mengerjakan apa yang
menjadi setelah kenabian1.
Kata “al hadits” dapat juga dipandang sebagai istilah yang lebih umum dari kata
“as sunnah”. Yang mencakup seluruh yang berhubungan dan disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Sedangkan istilah “as sunnah” digunakan untuk
perbuatan (‘amal) dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Buku-buku yang di dalamnya berisi
tentang khabar Rasulullah, antara lain adalah Tafsir, Sirah dan Maghazi
(peperangan Nabi –Edt, dan Hadits. Buku-buku hadits adalah lebih khusu berisi
tentang hal-hal sesudah kenabian, meskipun berita tersebut terjadi sebelum
kenabian. Namun itu tidak disebutkan untuk dijadikan landasan amal dan syariat.

PEMBAGIAN HADITS

A. DARI SEGI KUANTITAS


1
1 . Hadits Mutawatir

Kata mutawatir menurut lughat ialah mutatabi’ yang berarti beriring -iringan atau
berturut -turut antara satu dengan yang lain., sedangkan menurut istilah ialah “
hadits tentang sesuatu yang mahsus ( yang dapat di tangkap oleh panca indera),
Hadits Mutawatir ialah hadits yang di riwayatkan sejumlah rawi yang menurut
adat mustahil mereka bersepakat berbuat dusta

Suatu hadits dapat dikatakan mutawatir apabila telah memenuhi persyarat sebagai
berikut ;
1 . Hadits (Khabar) yang diberitakan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan
tanggapan (daya tangkap ) pancaindera. Artinya bahwa berita yang disampaikan
itu benar-benar merupakan hasil pemikiran semata atau rangkuman dari peristiwa-
peristiwa lain dan yang semacamnya.

2 . Jumlah perawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan


mereka bersepakat dusta. Sebagian ulama menetapkan 5, 7, 10, 12, 20 orang.
Sebagian yang lain menetapkan sejumlah 40 orang di setiap tingkatannya.

3 . Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam setiap thabaqah (lapisan)


sampai akhir sanad.

PEMBAGIAN HADITS MUTAWATIR

A. Hadits mutawatir lafzhi

hadits yang dalam periwayatannya menggunakan lafadz yang sama. Sehingga


para ulama mengatakan, bahwa hadits mutawatir lafdzi merupakan hadist yang
dalam periwayatannya antara lafadz dan maknanya sama. Artinya antara perawi
satu dengan yang lainnya tidak ada perbedaan lafadz dalam meriwayatkannya.
Contoh hadits tersebut adalah sebagai berikut yang artinya:

“Barang siapa yang berbuat dusta terhadapku dengan sengaja maka berarti ia
menyediakan tempatnya dineraka.” (Hadist ini diriwayatkan oleh lebih dari 70
orang sahabat dengan lafadz yang sama).
B. Hadits Mutawatir Ma’nawi

hadist yang dalam periwayatan hanya maknanya saja yang sama. Jadi dalam
hadits ini antara perawi satu dengan yang lainnya dalam meriwayatkan hadits
menggunakan lafadz yang berbeda, akan tetapi masih dalam satu makna. Contoh
hadist tersebut adalah sebagai berikut yang artinya:
Hadist yang membahas tentang mengangkat tangan ketika berdo’a. telah
diriwayatkan lebih dari seratus hadist mengenai mengankat tangan ketika berdo’a
namun dengan lafalz yang berbeda antara yang satu dengan yang lainya. Masing-
masing lafazd hadist tersebut tidak sampai kederajat mutawatir tetapi makna dari
keseluruhan lafaldz-lafaldz tersebut mengacu atau menuju dalam satu makna
sehingga secara ma’nawi, hadist tersebut adalah mutawatir

2. HADITS AHAD

Menurut bahasa ,ahad (dibaca aahaad) adalah kata jamak dari waahid atau ahad.
Bila ahad atau waahid berarti satu maka aahaad sebagai jamaknya satu-satu,
menurut istilah hadits (khabar) yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah
perawinya hadits mutawatir, baik perawinya seorang, dua orang atau tiga orang
dan seterusnya tetapi jumlah tersebut tidak memberi pengerian bahwa hadits
tersebut masuk ke dalam hadits mutawatir.

Ada juga yang memberikan ta’rif yaitu hadits yang padanya tidak terkumpul
syarat-syarat mutawatir.

Pembagian hadits ahad

1. Hadits Masyhur

Menurut bahasa “muntasyir” yang berarti sesuatu yang sudah tersebar, dan yang
sudah popular. Sedangkan menurut ulama ahli Hadist yaitu : yang berarti sesuatu
yang sudah tersebar, sudah popular.

Definisi ini menjelaskan bahwa hadist masyhur adalah hadist yang memiliki
perawi yang sekurang-kurangnya tiga orang, dan jumlah tersebut harus terdapat
pada setiap tingkatan sanad.

2. Hadits Aziz

Aziz menurut bahasa badalah mulia atau yang kuat dan juga dapat brarti jarang .

Berdasar pengertian tersebut bahwa hadist Azis bukan hanya diriwayatkan oleh
dua orang rawi saja pada setiap thabaqahnya, akan tetapi pada salah satu thabaqah
, jika sudah terdapat dua orang rawi sudah bisa dikatakan sebagai hadist Aziz.

Contoh dari hadist Aziz:

‫ال يؤمن احدكم حتى اكون احب الىه من نفسه ووالدهوالنس اجمعين‬
Artinya: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, hingga aku lebih dicintai
daripada dirinya, orang tuanya, anaknya, dan semua manusia (Bukhari Muslim).

3. Hadits Gharib

Gharib menurut bahasa berarti jauh , terpisah atau menyendiri dari yang
lain.berdasarkan pengertian tersebut maka bila suatu hadits hanya diriwayatkan
oleh seorang sahabat nabi dan baru pada tingkatan berikutnya diriwayatkan oleh
banyak orang perawi,hadits tersebut tetap dipandang sebagai hadits gharib.

B . PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI KUALITAS

1 . Hadits Shahih

Menurut bahasa berarti hadits yang bersih dari cacat, hadits ini berasal dari
Rasulullah Shalllahu ‘alaihi wa sallam , batasan shahih yang diberikan oelh
perawi antara lain

* diriwayatkan oleh perawi yang adil

* kedhabitan perawinya sempurna

* sanadnya bersambung, maksudnya adalah anad-sanad hadits yang antara satu


dengan yang lainnya pada sanad-sanad yang dimasksud berdekatan atau beruntun,
bersambung atau merangkai. Dengan kata lain, diantara pembawa hadits dan
penerimanya terjadi pertemuan langsung. Dengan persambungan ini, sehingga
menjadi silsilah atau rangkaian sanad yang sambung menyambung, sejak awal
sanad sampai kepada sumber Hadits itu sendiri yaitu Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam.

M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta:Bulan Bintang, 1995) hal. 126.

*Tidak ada cacat atau illat


Matannya tidak syaz atau janggal,maksunya adalah Hadits yang tidak
bertentangan dengan hadits lain yang sudah diketahui tinggi kwalitas ke Shahih-
annya

N. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta:Bulan Bintang, 1995) hal. 126.

2 . HADITS HASAN

Kata Hasan ‫ ))حسن‬berasal dari kata hasuna, yahsunu yang artinya sama dengan
kata “ jamal” ‫ ))َج َم اٌل‬yaitu “bagus”

Maka sebutan Hadits Hasan, secara bahasa berarti Hadits yang baik,atau yang
sesuai dngan keinginan jiwa. Ada juga yang mengembangkan pengertian yang
diambil melalui pendekatan kebahasaaan ini yang mengatakan bahwa disebut
Hadits Hasan ini karena, menurut sangkaan sanad Hadits tersebut adalah baik

Syarat Hadits Hasan Adalah :

* para perawinya adil


* sanadnya bersambung
* tidak ada cacat atau illat
* tidak mengandung kejanggalan pada matannya
* kedhabitan perawinya dibawah perawi hadits shahih.

3 . HADITS DHAIF

Hadits dhaif menurut bahasa berarti hadits yang lemah , yakni para ulama
memiliki dugaan yang lemah ( keci atau rendah ) tentang benarnya hadits itu
berasal dari rasulullah.

Sebab-sebab dhaif suatu hadits adalah :

* ia dikenal berbuat dusta


* tertuduh berbuat dusta
* sering melakukann kekeliruan
* lemah hafalannya
* riwayat hidupnya kurang baik
* tidak diketahui keadaanya
* jelek hafalnnya

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2009. Abu Daud Sulaiman
Ibn Asy ‘Asy Al-Sijistani. Sunan Abu Daud. Beirut: Dar Al-Fikri, 2003. Jilid IV.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad bin Hanbal. T. tmp: Dar al- Fikri, t.
thn. Abi Abdullah bin Muhammad Bin Isma’il Al-Bukhari. Al-Jami’ Al-Shahih.
Istanbul: Dar al-Fikri, 2000. Ahmad Umar Hasyim, Qawaid Ushul Al-Hadis,
Mesir: Alam al-Kutub, t.thn. Abi Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Habib Al-Basyri
Al-Mawardi, Adabu Al-Dunya Wa Al-Din.Mesir: Dar Al-Fikri, t.th. Aidh Al-
Qarni, Laa Taghdhab; (Jangan Marah), Pen. Fauzi Bahreisy. Jakarta: Al-Qalam,
2013. Amar Abdul Mun’im Salim. Taisir Ulum al-Hadis lil Mubtadiin. Riyadh:

Dar ibnu Qayyim, 2004. A. Y Wensink. Mu’jam Al-Mufahras Li Al-Faz al-Hadis


al-Nabawi. Leden: Beril, 1955, Juz IV. Abdul Shamad bin Abi Bakar bin Ibrahim
Abid, al-Madkhal Ila Takhrij al- Ahadis Wa al-Atsar. Madinah al-Munawwarah:
Dar al-Bukhari,1410 H. Barmawie, Umary, Materi Akhlak. Solo: Ramadhani,
1993. Darwis, Muhammad, Emosi; Penjelajahan Religio Psikologi Tentang Emosi
Manusia Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.

Anda mungkin juga menyukai