Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HADITS DITINJAU DARI KUANTITASNYA

Disusun Oleh:

NAMA: 1. PUTRI WULANSARI :40400122028

2. NURFADHILAH :40400122003

3. ADJIE YUNUS EKA PUTRA :40400122033

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT., yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW., yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT., atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok mata kuliah Ilmu hadist
dengan judul "Hadist ditinjau dari segi kuantitasnya".

Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan melalui


berbagai media terutama media internet. Kami sebagai penulismakalah ini, sangat
berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Samata, 15 Oktober 2022

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN:

A.Latar Belakang........................................................................... 1

B.Rumusan Masalah...................................................................... 2

C.Tujuan Penulisan........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN:

A.Pengertian hadist........................................................................ 3

B.Pembagian Hadist dari segi kuantitas....................................... 3

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber yang kedua setelah al-qur’an untuk memberi
petunjuk kepada kehidupan umat manusia. Apa yang tidak diuraikan dalam Al-
Quran akan dijelaskan secara rinci dalam sebuah hadits. Karena pada dasarnya,
hadits merupakan perkataan, ajaran, dan perbuatan Rasulullah. Namun karena
pada zaman Nabi tidak diperbolehkan menulis selain ayat-ayat Al Qur’an dan juga
begitu banyak hadits yang dikhawatirkan merupakan hadits palsu, maka
bermunculan penelitian-penelitia tentang kajian ilmu hadits. Salah satunya adalah
melihat hadits dari banyak sedikitnya orang yang meriwayatkanya atau jumlah
perawinya.
Kita sebagai seorang muslim tidak boleh menyakini bahwa semua hadits
adalah shahih dan tidak benar bila menganggap bahwa semua hadits adalah palsu.
Maka, dalam menentukan status suatu hadits dapat lebih dipertimbangkan jika
mengetahui banyak sedikitnya orang yang meriwayatkan hadits tersebut.
Pembagian hadits berdasarkan kuantitasnya ada 2 yaitu hadits Mutawatir dan
hadits Ahad. Para ulam berbeda pendapat tentang pembagian hadits ditinjau dari
segi kuantitasnya atau jumlah rawi yang menjadi sumber berkaitan.Di antara
mereka ada yang mengelompokkan menjadi tiga bagian, yakni hadis mutawatir,
masyhur, dan ahad, dan ada juga yang membaginya menjadi dua, yakni hadits
mutawatir dan hadits ahad.
Ulama golongan pertama, yang menjadikan hadits masyhur berdiri sendiri ,
tidak termasuk bagian dari hadis ahad, dianut oleh sebagian ulama ushul,
diantaranya adalah Abu Bakar Al-Jasashah (305-370 H).Adapun ulama golongan
kedua , diikuti oleh kebanyakan ulama ushul dan ulam kalam. menurut mereka,
hadis masyhur bukan merupakan hadits yang berdiri sensdiri, tetapi merupakan
bagian dari ahad. itulah sebabnya mereka membagi hadis menjadi dua bagian
yaitu, mutawatir dan ahad. Menurut (sohari sahrani.hal, 83) Ditinjau dari segi
jumlah perawi yang meriwayatkan, maka hadits itu dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad.

1
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan banyak bermunculan penelitian
tentang kajian keilmuan Islam terutama dalam hadist banyak sekali di bahas dalam
ilmu hadist sangat menarik dan sangat penting untuk di pahami, terutama masalah
ilmu hadist.maka sebelum memakai hadist ada kalanya terlebih dahulu kita harus
mengetahui kuantitasnya. Didalam makalah ini di paparkan atau di sajikan tentang
pembagian Hadist dari segi kuantitas.dan makalah ini kami harapkan pembaca
dapat mengerti dan memahami hadist dari segi kuantitasnya, dan tidak ragu-ragu
lagi dalam memakainya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian hadits
2. Pembagian Hadist dari segi kuantitas
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pembagian hadist ditinjau dari segi kuantitas
2. Mengetahui bagaimana pengertian hadits mutawatir dan ahad

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HADIST

Hadist menurut bahasa yaitu berita, baru dan dekat. sedang sedangkan
menurut istilah hadist yaitu segala sesuatu yang di sandarkan kepada nabi
Muhammad Saw baik itu perkataan, perbuatan, atau ketetapan (taqrir).
menurut ahli hadits memiliki pengertian yaitu seluruh perkataan, perbuatan
dan hal Ikhwal tentang nabi Muhammad Saw. sedangkan menurut ahli yang
lainnya ialah segala sesuatu yang bersumber dari nabi baik dari ucapan,
perbuatan, maupun ketetapan nya.

Menurut ahli Ushul fiqih hadits adalah perkataan, perbuatan dan penetapan
yang di sandarkan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, adapun
sebelum kenabian tidak di anggap sebagai hadist kerena yang di maksud
hadist yaitu mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya.
B. Pembagian Hadist dari segi kuantitasnya
Kuantitas hadist disini yaitu dari segi jumlah orang yang meriwayatkan
suatu hadits atau dari segi jumlah sanad nya .jumhur ulama membagi hadist
secara garis besar menjadi 2 macam yaitu hadits Mutawatir dan hadist Ahad.

1. Hadist Mutawatir
Secara etimologi Mutawatir berasal dari kata altawatur yang bermakna
datang secara berurutan. Menurut para ulama hadits, hadist Mutawatir
didefinisikan dengan redaksi yang beragam meskipun esensinya sama, yaitu
hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi pada tiap-tiap tingkatan
sanadnya. istilah Mutawatir digunakan untuk menyebut hadist yang
diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak mungkin bersepakat untuk
berdusta pada setiap tingkatan sanadnya dan diterima berdasarkan panca
Indra. hadist Mutawatir merupakan hadist yang memiliki kedudukan lebih
tinggi dari hadist Ahad dan Mashur, bahkan ia dapat di katakan pasti berasal
dari nabi Muhammad Saw.
Kata Mutawatir menurut lughat yaitu mutatabi yang berarti beriring-
iringan atau berturut -turut antara satu dengan yang lain. Hadist Mutawatir
memiliki pengertian yang sifatnya berturut turut dan terus menerus tanpa ada
yang mencelah atau menghalangi. hadist Mutawatir merupakan hadist yang

3
diriwayatkan oleh banyak orang dalam setiap generasi sahabat sampai
generasi akhir (penulis kitab) orang banyak tersebut layaknya mustahil untuk
berbohong. Pada awalnya bahasan hadist Mutawatir hanya di bahas secara
terperinci oleh ahli Ushul fiqih dan tidak secara terperinci oleh kalangan ahli
hadits karena iya tidak masuk dalam bahasa ilmu isnat ,namun pada akhirnya
ahli hadits ikut berkecimpung dalam masalah ini yang memang sudah
menjadi spesialisasinya. Syarat-syarat hadist mutawatir dinyatakan valid
kemutawatirrannya apabila memenuhi persyaratan berikut:
a. Diriwayatkan oleh perawi yang banyak.

Hadist Mutawatir harus di riwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang


membawa kenyakinkan bahwa mereka tidak sepakat untuk berdusta.para
ulama berbeda pendapat tentang jumlah perawin hadist Mutawatir.adapun
menurut ulama All-qadi Al-baqillani menetapkan bahwa jumlah perawi
hadits mutawatir sekurang-kurangnya lima orang. Selain itu adapun menurut
astikhary menetapkan bahwa yang paling baik menimal sepuluh orang,
sebab jumlah itu merupakan awal bilangan banyak

b. keseimbangan antara perawi thabaqat (lapisan ) pertama dan thabaqat


berikutnya

Jika hadis diriwayatkan oleh 20 orang sahabat,kemudi kemudian


diterima oleh 10 tabi'in tidak dapat digolongkan sebagai hadits mutawatir
sebab jumlah perawinya tidak seimbang antara thabaqat pertama dan
thabaqat seterusnya.

c. berdasarkan penglihatan langsung ( indrawi) atau Empiris

Berita yang disampaikan oleh perawi harus berdasarkan tanggapan


panca Indra, artinya berita yang disampaikan harus merupakan hasil
pendengaran dan penglihatannya sendiri

Pembagian Hadist Mutawatir antara lain sebagai berikut:

a. hadis Mutawatir lafdzi.

Yaitu hadits Mutawatir lafdzi yaitu hadits dengan susunan redaksi


yang sama contohnya yaitu:

4
Artinya:" barang siapa dengan sengaja berbuat dusta atas namamu
niscaya ia menempati tempat duduknya dari api neraka(H.R Bukhari ).
Hadist tersebut menurut keterangan abu bakar Al-bassar -bassar
diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, bahkan menurut keterangan ulama
lain, ada 60 orang sahabat Rasulullah yang meriwayatkan hadits itu
dengan redaksi yang sama.

Hadist yang sama juga terdapat Didalam kitab hadits muslim, ad-
darini, abu Dawud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi at-Thayasili, abu Hanifah
hadist yang sama dan hukumnya sama seperti berikut:

Artinya: Barang siapa mengada-adakan omongan atas ( nama) -Ku


sesuai yang aku tidak pernah katakan, maka hendaklah ia mengambil
tempat duduknya dari neraka. (H.R. Ibnu majjah dalam kitab Ibnu
majjah) Hadist tersebut menurut keterangan abu bakar Al-bassar -bassar
diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, bahkan menurut keterangan ulama
lain, ada 60 orang sahabat Rasulullah yang meriwayatkan hadits itu
dengan redaksi yang sama.

b. hadis Mutawatir ma'nawi.

Hadist Mutawatir ma'nawi adalah hadits yang lafaz Dan maknanya


berlainan atau tidak sama antara satu riwayat dengan riwayat lainnya,
namun dalam hal maknanya secara umum terdapat kesesuaian dan tidak
bertentangan. Atau dengan kata lain merupakan hadist Mutawatir yang

5
perawinya berbeda-beda dalam penyusunan redaksi pemberitaan tetapi
terdapat penyesuaian dalam prinsipnya Hadist Mutawatir ma' nawi
adalah hadits yang Mutawatir maknanya, tetapi lafaznya tidak Mutawatir.
Adapun contoh hadist Mutawatir ma'nawi yaitu tentang mengangkat
tangan ketika berdoa "Nabi Muhammad Saw tidak menganggkat tangan
beliau dalam doa-doa beliau, selain dalam sholat istisqa. Dan beliau
mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua
ketiaknya"(H.R.Bukhari muslim).

Hadist yang sama dari abu Musa al-asyari berkata:

"Rasulullah berdoa kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan


saya melihat putih dua ketiak beliau".

Jika lihat dalam hadist tersebut makan dapat dibuktikan secara umum
Bahwa secara umum maknanya memiliki persamaan yakni pengangkat
kedua tangan ketika berdoa sehingga kelihatan kedua ketiak beliau yang
berwarna putih

c. Hadist Mutawatir Amali


Hadist Mutawatir Amali adalah hadits yang diketahui bahwa itu
berasal dari agama dan telah Mutawatir dikalangan muslimin bahwa nabi
juga pernah melakukannya dan juga memerintahkan nya yang serupa
dengan itu

Contoh:

"Sholat lah kamu seperti kalian melihat aku sholat (H.R.Bukhari


muslim dari Malik Ibnu huwairits)

Dalam contoh ayat tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan sholat


yang mana dimulai dari akhir hingga saat ini, sehingga bisa dikatakan
hadist ini termasuk hadist Mutawatir Amali

6
2. Hadist Ahad
Kata ahad merupakan bentuk plural dari kata wahid. Kata wahid sendiri
berarti “satu”. Jadi, kata ahad berarti satuan. Hadis ahad menurut bahasa berarti
hadis satu-satu. Menurut istilah adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-
syarat untuk menjadi Hadist Mutawatir. Menurut ulama hadits, hadits ahad
memiliki arti sebagai ulumul hadis Muhammad Ahmad-Mudzakir, yang berarti
adalah hadis yang para rawinya tidak mencapai jumlah rawi hadis mutawatir,
baik rawinya itu satu, dua, tiga, empat atau seterusnya, tetapi jumlahnya tidak
memberi pengertian bahwa hadis dengan jumlah rawi tersebut masuk dalam
kelompok hadist Mutawatir. Jadi hadis Ahad berarti hadits yang diriwayatkan
oleh orang perorangan, atau dua orang atau lebih akan tetapi belum termasuk
syarat mencapai hadis Mutawatir. Atau dalam arti lain hadis Ahad adalah hadits
yang memiliki jumlah perawi yang tidak sampai pada tingkatan Mutawatir.

Contoh hadist Ahad:

Dari Malik min Anas dari az-zuhri dari Anas bahwa nabi Muhammad Saw
memasuki Mekkah pada masa Al-Fath ( Fathul Makkah/pembebasan Mekkah)
dengan mengunakan pelindung kepala dari baja (mighfar). (H.R.Bukhari dan
muslim)

Macam-macam pembagian hadist ahad antara lain sebagai berikut:

1. Hadist masyhur
Hadist masyhur menurut bahasa ialah al-intisyar wa az-zuyu artisnya
sesuatu yang tersebar dan populer sedang menurut istilah yaitu hadits yang
diriwayatkan dua orang atau lebih tetapi tidak sampai batasan Mutawatir
Contoh hadist masyhur

7
Dari Abdullah bin Amru bin al'ash berkata "aku mendengar Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam bersabda,"sesungguhnya Allah tidaklah mencabut
Ilmu secara seketika mencabutnya dari seorang hamba akan tetapi Allah
mencabut Ilmu dengan cara mewafatkan para ulama sehingga bila tidak tersisa
seorang ulama pun maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan
orang-orang bodoh maka, ketika mereka ditanya, mereka berfatwah tanpa
ilmu,sehi sehingga mereka sesat dan menyesatkan.(H.R.Al-Bukhari, muslim,at-
At-Tirmidzi, ibnu majah dan Ahamd)

Pembagian Hadist Masyhur dari segi kuantitasnya

 Hadist masyhur shahih yaitu hadits masyhur yang memenuhi syarat-


syarat kesahihannya. Maka hadits masyhur syahi dapat dijadikan
hujjah
 hadist masyhur Hasan yaitu hadits masyhur yang berkualitas perawinya
dibawah hadist Masyhur shahih
 Hadist masyhur dhaif yaitu hadits masyhur yang tidak memiliki syarat-
syarat atau kurang salah satu syaratnya dari syarat hadist sahih dan tidak
dapat dijadikan hujjah

2. Hadist aziz
Aziz menurut bahasa berarti mulia, kuat, atau sedikit. secara
terminologis azis didefinisikan sebagai hadits yang diriwayatkan oleh
sedikitnya 2 orang perawi diterima dari 2 orang pula. Contohnya
diriwayatkan oleh Syaikhan (Al Bukhari dan Muslim) dari hadist yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu dan Al Bukhari dari
hadist yang diriwayatkan dari abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

8
“Tidak beriman salah satu diantara kalian sehingga aku lebih dicintai dari
ayahnya,anak nya dan seluruh umat manusia”(hadist riwayat Al Bukhari dan
Muslim).

3. Hadist Gharib
Gharib menurut bahasa berarti Al-munfarid artinya menyendiri atau
Al-ba'id an akaribihi artinya jauh dari kerebatnya sedangkan secara
terminologi adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang
menyendiri dalam meriwayatkannya
Contoh nya

Artinya: dari abdulah bin Dinar,dari Ibnu Umar berkata,rasu Rasulullah


shalallahu alaihi wassalam melarang menjual wa'la dan mengibahkanya
(hadist riwayat Ad-darimi no. 2459).Dalam hadist tersebut, abdulah bin
Dinar adalah rawi yang tawarrud atau menyendiri. hal ini dikarenakan
hanya dia satu-satunya rawi yang menerima dari sahabat Ibnu Umar Ra.

Macam - macam pembagian Hadist Gharib yaitu:


1. Dilihat dari sudut penyendirian perawi.
a. hadist Gharib mutlak artinya penyendirian itu terjadi dalam keadaan
jumlah personalianya yaitu tidak ada orang lain kecuali diri nya
sendiri yang meriwayatkan hadits tersebut.
b. Hadist Gharib misbin artinya penyendirian itu bukan pada perawi
atau sanadnya melainkan mengenai keadaan tertentu yang berbeda
dengan perawi lainnya.

2. Dilihat dari sudut kaitannya antara penyendirian pada sanad dan


matan.
a. gharib pada sanad dan matan secara bersamaan yaitu hadits
Gharib yang hanya diriwayatkan oleh satu silsilah sanad, dengan
satu matan hadits nya .
b. Ghorib padaa sanad saja yaitu yang telah papuler dan
diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi ada seorang rawi yang
meriwayatkan dari salah seorang sahabat lain yang lain yang tidak
papuler
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kuantitas hadist disini yaitu dari segi jumlah orang yang
meriwayatkan suatu hadits atau dari segi jumlah sanad nya .jumhur ulama
membagi hadist secara garis besar menjadi 2 macam yaitu hadits Mutawatir
dan hadist Ahad. Hadist dari segi kuantitas dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
1. hadist Mutawatir yaitu hadits yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
sejumlah perawi yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta. Hadist
Mutawatir juga di bagi menjadi beberapa jenis yaitu hadits lafdzi, ma'nawi
dan Amali.
2. Hadist Ahad ialah hadits yang diriwayatkan oleh orang perorangan, atau
dua orang atau lebih akan tetapi belum termasuk syarat mencapai hadis
Mutawatir. Atau dalam arti lain hadis Ahad adalah hadits yang memiliki
jumlah perawi yang tidak sampai pada tingkatan Mutawatir. Seperti
halnya hadist Mutawatir Hadist Ahad dibagi menjadi 3 bagian yaitu hadits
masyhur, aziz dan Gharib.

10
Daftar Pustaka

Artikel

Paramitha, Sintia. "Pembagian Hadist berdasarkan kualitas dan kuantitas sanad."

Pesantren Maqi, Pembagian Hadist Berdasarkan Kualitas Rawi, Minggu 16 Oktober


2022

Ulumul Hadits, Macam-macam Hadits Ditinjau dari Segi Kuantitas dan Kualitas

Umara, Azzura Fathanul ." Ilmu Hadis" UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

https://pesantrenmaqi.net/bahasa-arab/pembagian-hadist-berdasarkan-kuantitas-rawi/

https://www.academia.edu/download/61706999/
Pembagian_hadis_dari_segi_kualitas_dan_kuantitas_sanad20200107-106620-
43dkls.pdf

https://www.bacaanmadani.com/2018/01/macam-macam-hadist-ditinjau-dari-
segi.html?m=1

11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai