Anda di halaman 1dari 17

HADIST MAUDHU

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist

Dosen Pengampu: Syarifah Mudrika, T. TH.

Disusun Oleh:

Siti Raissa (1042021009)


Raihan Maqfirah (1042021023)

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA
2022 M / 1443 H

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi
Allah SWT.

Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah yang bersangkutan yang diamanatkan oleh dosen penulis. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara
penulisan maupun dalam isi.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang


membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini.

Langsa, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................3

C. Tujuan.............................................................................................................3

BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................4

A. Pengertian Hadis Maudhu..............................................................................4

B. Sejarah Munculnya Hadis Maudhu................................................................7

C. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Hadis Maudhu.....................................8

BAB III: PENUTUP.............................................................................................13

A. Kesimpulan...................................................................................................13

B. Saran.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alquran sebagai kalam Allah (firman Allah) mencakup segala aspek persoalan
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya, sesama manusia dan
alam semesta yang merupakan persoalan mendasar dalam setiap kehidupan
manusia.1 Alquran sebagai kitab suci umat Islam sangat kaya dengan pesan-pesan
yang mengandung nilai-nilai pendidikan.2
Sedangkan Hadist adalah segala yang dinisbatkan kepada Nabi SAW baik
perkataan, perbuatan, maupun keizinannya. Menurut Muhadditsin, khabar identik
dengan hadist. Sekalipun ada segolongan yang mengkhususkan khabar yang selain
hadist seperti sejarah.Adapun Atsar ialah segala yang dinisbatkan kepada sahabat
Rasul.Sebagian ulama berpendapat bahwa Atsar adalah periwayatan secara mutlak
dari Rasulullah SAW atau sahabat.3
Hadis Nabi merupakan sumber hukum ajaran Islam kedua setelah al- Qur’an
dikarenakan ia merupakan bayan (penjelas) terhadap ayat-ayat al- Quran yang masih
global, umum dan yang mutlak.4 Dengan demikian hadist menduduki posisi dan
fungsi yang cukup signifikan dalam ajaran Islam. Pada sisi lain, al-Qur’an berbeda
dengan hadist, Nabi, misalnya dari segi periwayatan, al-Qur’an seluruhnya bersifat
qath’i al-wurud, sedangkan untuk hadis Nabi pada umumnya bersifat zhannial-
wurud.5
1
Muh. Haris Zubaidillah, “Epistemological Views of Islamic Education Philosophy as a
Islamic Education Basis,” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 12, no. 1 (2018):
hlm: 3
2
Muh. Haris Zubaidillah, “Nilai-Nilai Pendidikan Adversity Quotient pada Cerita Nabi Musa
dalam Alquran,” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 11, no. 24 (2017): hlm:
22.
3
Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Keshahihan Hadits, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 1998), 17
4
Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1989), 15
5
Arifuddin Ahmad, paradigma Baru Memahami Hadits Nabi, (Jakarta: Insan Gemerlang), 2.

1
Hadist dalam sejarah kodifikasinya, tidak terjaga sebagaimana al-Qur’an
berbagai macam kesalahan, penyimpangan, dan pemalsuan, walaupun sejarah
penulisan hadis secara individual telah ada pada masa awal Islam, semasa Rasulullah
SAW masih hidup, dan ditulis secara resmi dan massal pada abad kedua hijriyah atas
perintah khalifah Umar bin Abdul Aziz.6
Terbukti dalam sejarah, ketika pergolakan politik dan perebutan kepentingan
muncul, diketahui banyak beredar hadist-hadist palsu. Atas dasar motivasi ini dan
beberapa motivasi lain mendorong para ulama hadis mengadakan penelitian, baik dari
segi sanad maupun matan hadist, walaupun kritik sanad lebih banyak ditemukan.
Dengan adanya kritik ini pula klasifikasi hadist menjadi sahih, hasan , dan dha’if
mulai diidentifikasikan.7 Dua kategori pertama hadist sahih dan hasan, disepakati sah
dalam pembentukan dan penetapan hukum. Berbeda dengan hadist dha’if yang
terdapat kontroversi di antara ulama hadist.
Hadis dha’if dengan berbagai kontroversi di kalangan ulama, hanya beredar
dikalangan tertentu dan bertujuan untuk menunjukkan fadha’il al- a’mal dan nasehat-
nasehat, lambat laun tujuan ini beralih fungsi sebagai dasar teologis keselamatan
manusia. Terlepas dari permasalahan di atas, pemaknaan hadis merupakan
problematika tersendiri dalam dirkursus hadis. Karena itulah, hadis Nabi memang
sangat perlu diteliti otentisitasnya. Karena ia mencakup segala macam bentuk
mu’amalah, syari’ah dan ibadah yang telah diajarkan Nabi. Di samping itu, hadis
Nabi sebagai petunjuk praktis tentu harus di pahami secara tepat dan benar.
Berdasarkan permasalahan di atas dalam makalah ini penulis berusaha mencoba
menjelaskan secara lebih mendetail tentang Hadis Maudhu.8

B. Rumusan Masalah

6
MM. Azami, Memahami Ilmu Hadits, (Jakarta: Lentera, 1995), terjm. Meth Kieraha,. 49.
7
M. Syuhudi Ismail, Kaedah-Kaedah Kesahihan Sanad Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang,
1994). 75
8
Nur al-Din 'Arr "Al-Madkhal ila 'Ulum al-Hadits." dalam lbn al-Shalah, 'Ulum al-Hadits.
Ed. Nur al-Din 'Atr (Madinah: Al-Makrabat al-'llmiyyah, 1972), 11

2
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Hadis Maudhu?
2. Bagaimana ciri-ciri Hadis Maudhu?
3. Bagaimana sejarah munculnya Hadis Maudhu?
4. Apa saja faktor-faktor penyebab munculnya Hadis Maudhu?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hadis Maudhu.
2. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri Hadis Maudhu.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya Hadis Maudhu.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab munculnya Hadis Maudhu.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis Maudhu


1. Pengertian
Apabila dilihat dari segi bahasa, kata maudhu’ merupakan bentuk isim maf’ul
dari kata ‫يع‬JJ‫ع يض‬JJ‫ـ وض‬. Kata ‫ وضع‬memiliki beberapa makna, antara lain yaitu
menggugurkan, meninggalkan, memalsukan, dan mengada-adakan.9
Para ahli hadis mendefinisikan bahwa Hadis Maudhu adalah hadis yang
diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta dan kemudian dikatakan bahwa
itu hadis Rasulullah SAW.10
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hadist maudhu’ adalah
segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw, baik
perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di buat-buat atau disengaja dan sifatnya
mengada-ada atau berbohong. Tegasnya hadis maudhu adalanh hadis yang diada-ada
atau dibuat-buat.
Hadis semacam ini tentu saja tidak benar dan tidak dapat diterima tanpa
terkecuali, sebab ini sesungguhnya bukan hadis, tindakan demikian adalah merupakan
pendustaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang pelakunya diancam dengan neraka.
dan hadis ini haram untuk disampaikan pada masyarakat umum kecuali hanya sebatas
memberikan penjelasan dan contoh bahwa hadist tersebut adalah maudhu’ (palsu).11
Hadits sebagai sumber hukum Islam setelah Al Qur’an telah disepakati oleh
ulama tokohtokoh ummat Islam. Setiap gerak dan aktivitas ummat, harus dilakukan
berdasarkan petunjuk yang ada dalam al Qu’an dan dan hadits. Begitu pula jika ada
permasalahan yang yang muncul di tengah tengah masyarakat, tentu haruslah

9
Nur al-Din 'Arr "Al-Madkhal ila 'Ulum al-Hadits." dalam lbn al-Shalah, 'Ulum al-Hadits.
Ed. Nur al-Din 'Atr (Madinah: Al-Makrabat al-'llmiyyah, 1972), 11
10
Ibid.
11
Abu Amr Ustman bin Abdirrahman, Ulūm al-Hadīs li Ibn Ṣalah, (Damasykus: Dar al-fikr,
1406 H/1986 M), 51

4
diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya. Cara penyelesaian dan jalan keluar yang
terbaik adalah dengan berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadits.
Namun sangat disayangkan keberadaan hadis yang benar-benar berasal dari
Rasulullah saw, dinodai oleh munculnya hadis-hadis maudhu (palsu) yang sengaja
dibuat-buat oleh orangorang tertentu dengan tujuan dan motif yang beragam, dan
disebarkan ditengah-tengah masyarakat oleh sebagian orang dengan tujuan yang
beragam pula. Meyakini dan mengamalkan hadis maudhu merupakan kekeliruan
yang besar, karena meskipun ada hadis maudlu yang isinya baik, tetapi kebanyakan
hadis palsu itu bertentangan dengan jiwa dan semangat Islam, lagi pula pembuatan
hadis maudlu merupakan perbuatan dusta kepada Nabi Muhammad saw.12

2. Ciri-ciri Hadis Maudhu


Indikasi ke-maudhu’an hadist adakalanya berkaitan dengan rawi atau sanad
dan mungkin pula berkaitan dengan matan.
a. Ciri yang berkaitan dengan rawi / sanad:13
1) Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang
periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu. Misalnya, Ketika saad
ibn Dharif mendapati anaknya pulang sekolah sedang menangis dan
mengatakan bahwa dia dipukul gurunya dan Al Hafdz Ibnu Hibban
mengatakan bakwa Saad ibn Dharif adalah seorang pendusta/pemalsu
hadits.
2) Periwayatnya mengakui sendiri membuat hadist tersebut. Maisarah ibn
Abdirrabih al Farisi mengaku bahwa dia telah membuat hadis maudhu
tentang keutamaan Al-qur’an dan ia juga mengaku membuat hadis
maudhu tentang keutamman Ali ibn Abi Tahalib sebanyak 70 buah
hadis.

12
Ibid.
13
Ibid.

5
3) Ditemukan indikasi yang semakna dengan pengakuan orang yang
memalsukan hadist, seperti seorang periwayat yang mengaku
meriwayatkan hadist dari seorang guru yang tidak pernah bertemu
dengannya. Karena menurut kenyataan sejarah guru tersebut
dinyatakannya wafat sebelum ia sendiri lahir. Misanlnya, Ma’mun ibn
Ahmad al Harawi mengaku mendengar hadis dari Hisyam ibn
Hammar. Al hafiz ibn Hibban menanyakan kapan Ma’mun datang ke
Syam? Ma’mun menjawab: tahun 250. Maka ibnu Hibban mengatakan
banwa Hisyam ibn Ammar wafat tahun 254. Ma’mun menjawab
bahwa itu Hisyam ibn Ammar yang lain.

b. Ciri-Ciri Yang Berkaitan Dengan Matan


Kepalsuan suatu hadis dapat dilihat juga pada matan, berikut ciri-
cirinya:
1) Kerancuan redaksi atau Kerusakan maknanya.
2) Berkaitan dengan kerusakan ma.na tersebut, Ibnu Jauzi berkata: Saya
sungguh malu dengan adanya pemalsuan hadis. Dari sejumlah hadis
palsu, ada yang mengatakan: “ Siapa yang salat, ia mendapatkan 70
buah gedung, pada setiap gedung ada 70.000 kamar, pada setiap kamar
ada 70.000 tempat tidur, pada setiap tempat tidur ada 70 000 bidadari.
Perkataaan ini adalah rekayasa yang tak terpuji.
3) Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata menurut ahli
hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam
kitab-kitab hadis.14

B. Sejarah Munculnya Hadis maudhu


14
Ibid.

6
Masuknya secara massal penganut agama lain ke dalam Islam, yang
merupakan bukti keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh dunia, secara tidak
langsung menjadi faktor yang menyebabkan munculnya hadist-hadist palsu. Tidak
bisa diingkari bahwa masuknya mereka ke Islam, di samping ada yang benar-benar
murni tertarik dan percaya kepada ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad,
tetapi ada juga segolongan mereka yang menganut agama Islam hanya karena
terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu. Golongan ini kita kenal
dengan kaum munafik dan Zindiq.15
Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan
khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal adanya
benih-benih fitnah, yang memicu munculnya pemalsuan hadis,tetapi pada masa ini
belum begitu meluas karena masih banyak sahabat ulama yang masih hidup dan
mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu hadist. Para sahabat ini
mengetahui bahaya dari hadist maudhu’ karena ada ancaman yang keras dikeluarkan
oleh Nabi SAW terhadap orang yang memalsukan hadist, Namun pada masa
sesudahnya, yaitu pada akhir pemerintahan Khalifah Bani Umayyah pemalsuaan
hadis mulai marak , baik yang dibuat oleh ummat Islam sendiri, maupunyang dibuat
oleh orang diluar Islam. Menurut penyaksian Hammad bin Zayyad terdapat 14.000
hadis maudhu. Abdul Karim al Auja mengaku telah membuat 4.000 Hadis maudhu.16
Terpecahnya ummat Islam menjadi beberapa golongan politik dam
keagamaan menjadi pemicu munculnya hadis maudhu. Masing-masing pengikut
kelompok ada yang berusaha memperkuat kelompoknya dengan mengutip dalil dalil
dari Al Qur’an dan hadis, menafsirkan/men’ tawilkan Al Qur’an dan hadis
menyimpang dari arti sebenarnya, sesuak denagan keinginan mereka.17 Jika mereka
tidak dapat menemukan yang demikian itu maka membuat hadis dengan cara

15
Warsito, Lc, Pengantar Ilmu Hadits Upaya Memahami Sunnah, (Bogor: Pustaka Media,
2001), 10
16
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Grafindo), 22
17
Warsito, Lc, Pengantar Ilmu Hadits Upaya Memahami Sunnah, (Bogor: Pustaka Media,
2001), 10

7
mengada-ada atau berbohong atas diri Rasulullah saw. Maka muncullah hadis-hadis
tentang keutamaan para khalifah (secara berlebihan) dan para pemimpin golongan
dan mazhab (Ajaj al Khatib : 416) Menurut Subhi Shalih, hadis maudhu mulai
muncul sejak tahun 41 H, yaitu ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib
yang didukung oleh penduduk Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang
didukung oleh penduduk Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa
firqah: Syi’ah, Khawarij dan Jumhur. Karena itu menurut Subhi Shaleh, bahwa
tmbulnya Firqah-firqah dan mazhab merupakan sebab yang paling penting bagi
timbulnya usaha mengada –ada habar dan hadis.(Subhi Shalih : 266-267). 3. Faktor-
faktor Penyebab Munculnya Hadist Maudhu.18

C. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Hadist Maudhu


Bertitik tolak dari hadis-hadis maudhu yang tersebar, nampaknya motivasi
dan tujuan pembuatan hadis maudhu bervariasi, diantaranya:19

1. Faktor Politik
Pertentangan di antara umat Islam timbul setelah terjadinya
pembunuhan terhadap khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak dan
kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib menyebabkan Umat Islam
pada masa itu terpecah-belah menjadi beberapa golongan, seperti golongan
yang ingin menuntut bela terhadap kematian khalifah Utsman dan golongan
yang mendukung kekhalifahan Ali (Syi’ah). Setelah perang Siffin, muncul
pula beberapa golongan lainnya, seperti Khawarij dan golongan pendukung
Muawiyyah, masingmasing mereka mengklaim bahwa kelompoknya yang
paling benar sesuai dengan ijtihad mereka, masing- masing ingin
mempertahankan kelompoknya, dan mencari simpati massa yang paling besar
dengan cara mengambil dalil AlQur’an dan Hadist.

18
Ibid.
19
Mad ibn Lathif al-'Utsmani al-Tahanawi, eawa'idfi 'IJlum al-Hadirs, Ed. 'Abd alFattah Abu
Ghuddah (Beirur: Maktabat al-Nahdhah, l404 H t l9B4), 22

8
Jika tidak ada dalil yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba
mentakwilkan dan memberikan interpretasi (penafsiran) yang terkadang tidak
layak. Sehingga mereka membuat suatu hadist palsu seperti Hadist - Hadist
tentang keutamaan para khalifah, pimpinan kelompok, dan aliranaliran dalam
agama. Yang pertama dan yang paling banyak membuat hadist maudhu’
adalah dari golongan Syi’ah dan Rafidhah. Kelompok syi’ah membuat hadis
tentang wasiat nabi bahwa Ali adalah orang yang paling berhak menjadi
khalifah setelah beliau dan mereka menjatuhkan orang-orang yang dianggap
lawan-lawan politiknya, yaitu Abu Bakar, Umar, dan lain-lain.20

2. Faktor Kebencian dan permusuhan


Keberhasilan dakwah Islam myebabkan masuknya pemeluk agama
lain kedalam Islam, namun ada diantara mereka ada yang masih menyimpan
dendam dan sakit hati melihat kemajuan Islam. Mereka inilah yang kemudian
membuat hadis-hadis maudhu. Golongan ini terdiri dari golongan Zindiq,
Yahudi, Majusi, dan Nasrani yang senantiasa menyimpan dendam dan benci
terhadap agama Islam. Mereka tidak mampu untuk melawan kekuatan Islam
secara terbuka maka mereka mengambil jalan yang buruk ini, yaitu
menciptakan sejumlah hadist maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran Islam
dan menghilangkan kemurnian dan ketinggiannya dalam pandangan ahli fikir
dan ahli ilmu.
Ada yang berpendapat bahwa faktor ini merupakan faktor awal
munculnya hadist maudhu’. Hal ini berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba’
yang mencoba memecah-belah umat Islam dengan mengaku kecintaannya
kepada Ahli Bait. Sejarah mencatat bukti bahwa ia adalah seorang Yahudi
yang berpura-pura memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, ia berani
menciptakan hadist maudhu’ pada saat masih banyak sahabat ulama masih

20
Shubhi al-Shalih,'t-llum al-Hadits, tya Mushthalahuhu (Beirut: Dar al-'llm li al-Malayin),
303

9
hidup.21 Ada yang berpendapat bahwa faktor ini merupakan faktor awal
munculnya hadist maudhu’.
Hal ini berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba’ yang mencoba
memecah-belah umat Islam dengan mengaku kecintaannya kepada Ahli Bait.
Sejarah mencatat bukti bahwa ia adalah seorang Yahudi yang berpura-pura
memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, ia berani menciptakan hadist maudhu’
pada saat masih banyak sahabat ulama masih hidup.
Tokoh-tokoh terkenal yang membuat hadist maudhu’ dari kalangan
orang zindiq ini, adalah:
1) Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 hadist
maudhu’tentang hukum halalharam, ia membuat hadis untuk
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Akhirnya, ia
dihukum mati olen Muhammad bin Sulaiman, Walikota Bashrah.
2) Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub, yang dihukum bunuh oleh Abu Ja’far
AlMashur.
3) Bayan bin Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid
bin Abdillah.22

3. Faktor Kebodohan
Ada golongan dari ummat Islam yang suka beramal ibadah namun
kurang memahami agama, mereka membuat at hadist-hadis maudlu (palsu)
dengan tujuan menarik orang untuk berbuat lebih baik dengan cara membuat
hadis yang berisi dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal dengan
menyebutkan kelebihan dan keutamaan dari amalan tertentu tanpa dasar yang
benar melalui hadist targhib yang mereka buat sendiri. Biasanya hadis palsu
semacam ini menjanjikan pahala yang sangat besar kepada perbuatan kecil.
Mereka juga membuat hadis maudhu (palsu) yang berisi dorongan untuk

21
Ibid.
22
Ibid.

10
meninggalkan perbuatan yang dipandangnya tidak baik dengan cara membuat
hadis maudhu yang memberikan ancaman besar terhadap perbutan salah yang
sepele.23

4. Fanatisme yang keliru


Sikap sebagian penguasa Bani Umayah yang cenderung fanatisme dan
rasialis, telah ikut mendorong kalangan Mawali untuk membuat hadits-hadits
palsu sebagai upaya untuk mempersamakan mereka dengan orang-orang
Arab. Selain itu,Fanatisme Madzhab dan Teologi juga menjadi factor
munculnya hadis palsu, seperti yang dilakukan oleh para pengikut Madzhab
Fiqh dan Teologi.24

5. Faktor Popularitas dan Ekonomi


Sebagian tukang cerita yang ingin agar apa yang disampaikan nya
menarik perhatian orang, dia berusaha mengumpulkan orang dengan cara
membuat hadits-hadits palsu yang membuat masyarakat suka dan tertarik
kepada mreka, menggerakkan keinginan, juga memberikan harapan bagi
mereka Demikian juga para pegawai dan tokoh masyarakat yang ingin
mencari muka (menjilat ) kepada penguasa membuat hadsi-hadis maudhu
untuk tujuan supaya lebih dekat dengan penguasa agar mendapatkan fasilitas
tertentu atau popularitas saja. Misalnya Ghiyadh Ibn Ibrahim ketika datang
kepada khalifah Al Mahdi yang pada saat itu sedang mengadu burung
merpati.
Hasbi Assiddiqy menjelaskan bahwa golongan yang membuat hadis
maudhu itu ada sembilan golongan yaitu:
a. Zanadiqah (orang orang zindiq)

23
Ibid.
24
Muh, Zuhri. Hadis Nabi: Telaah Histories Dan Mitodologis, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana
1997), 117

11
b. Penganut-penganut bid’ah
c. Orang-orang dipengaruhi fanatik kepartaian
d. Orang-orang yang ta’ashshub kepada kebangsaan, kenegerian dan
kkeimanan
e. Orang-orang yang dipengaruhi ta’ashshub mazhab
f. Para Qushshas ( ahli riwayat dongeng)
g. Para ahli Tasawuf zuhhad yang keliru.
h. Orang-orang yang mencarai pengahrgaan pembesar negeri
i. Orang –orang yang ingin memegahkan dirinya dengandapat
meriwayatkan hadis yang diperoleh orang lain.25

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
25
Ibid.

12
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. bahwa Hadist maudhu’ adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan
pada Nabi Muhammad saw, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrir
secara di buat-buat atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau
berbohong. Tegasnya hadis maudhu adalanh hadis yang diada-ada atau
dibuat-buat.
2. Hadis semacam ini tentu saja tidak benar dan tidak dapat diterima tanpa
terkecuali, sebab ini sesungguhnya bukan hadis, tindakan demikian adalah
merupakan pendustaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang pelakunya
diancam dengan neraka. dan hadis ini haram untuk disampaikan pada
masyarakat umum kecuali hanya sebatas memberikan penjelasan dan
contoh bahwa hadist tersebut adalah maudhu’ (palsu

B. Saran
Penulis telah menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, namun penulis
berharap agar para pembaca memperkaya sumber bacaan dari berbagai sumber
lainnya untuk memahami tentang materi ini secara lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. Arifuddin. 2010. Paradigma Baru Memahami Hadits Nabi. Jakarta: Insan
Gemerlang.

13
Ajjaj al-Khatib. Muhammad. 1989. Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushthalahuhu.
Beirut: Dar al-Fiki.

Ali Fayyad. Mahmud. 1998. Metodologi Penetapan Keshahihan Hadist. Bandung:


CV Pustaka Setia.

Al-Qaththan, Syaikh Manna. 2001. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta: Grafind.

'Arr "Al-Madkhal ila. Nur al-Din. 1972. Ulum al-Hadits." dalam lbn al-Shalah,
'Ulum al-Hadits. Ed. Nur al-Din 'Atr. Madinah: Al-Makrabat al-'llmiyyah.

Azami MM. 1995. Memahami Ilmu Hadits. Jakarta: Lentera

Haris Zubaidillah. Muh. 2018. “Epistemological Views of Islamic Education


Philosophy as a Islamic Education Basis,” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan
dan Kemasyarakatan 12, no. 1

Haris Zubaidillah. Muh.2017. “Nilai-Nilai Pendidikan Adversity Quotient pada


Cerita Nabi Musa dalam Alquran,” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan
Kemasyarakatan 11, no. 24

Ma'rfat. 1397 H. Ulum al-Hadits, Ed. Al-Sayyid Mu'azzam Husain, Cet. Kedua..
Madinah: AlMaktabat al-'llmiyyah

Syuhudi Ismail. M. 1994. Kaedah-Kaedah Kesahihan Sanad Hadits. Jakarta: Bulan


Bintang.

Warsito. 2001. Pengantar Ilmu Hadits Upaya Memahami Sunnah. Bogor: Pustaka
Media.

Zuhri. Muh. 1997. Hadis Nabi: Telaah Histories Dan Mitodologis. Yogyakarta: PT
Tiara Wacana.

14

Anda mungkin juga menyukai