Anda di halaman 1dari 50

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Strategi

2.1.1 Definisi Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata ‘status’ yang

memiliki arti militer dan ‘ag’ yang artinya memimpin. Secara umum, strategi

merupakan upaya penetapan misi dan sasaran organisasi dengan berfokus pada

peningkatan kekuatan eksternal dan internal secara tepat, sehingga tujuan

perusahan yang telah ditetapkan dapat tercapai. 1 Setiawan Hari Purnomo

menjelaskan bahwa strategi juga dapat diartikan sebagai igeneralship atau

suatu yang pada umumnya dilakukan oleh para jendral untuk membuat sebuah

rencana dalam menaklukkan musuh dan memenangkan peperangan. 2

Selanjutnya, strategi didefinisikan sebagai suatu metode dalam pemilihan cara

atau teknik yang tepat dalam sebuah perusahaan atau aktivitas perdagangan. 3

Hal tersebut dilakukan agar perusahaan atau perdagangan tersebut mampu

mempertahankan dan mengembangkan usahanya dengan lebih baik. Dengan

demikian, strategi merupakan sebuah tindakkan yang sifatnya mengikat

(incremental), terus menerus, dan dilakukan berdasarkan sudut pandang

terkait harapan pelanggan dimasa depan.4

1
Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Cet. 1, (Jakarta: GemaInsani,
2001), hal: 153-157
2
Crown Dirgantoro, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), Cet.Ke-1, h.5.
3
Richardus Eko Indrajit, Strategi Manajemen Pembelian Dan Supply, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2005), h.122.
4
Umar, Strategi Manajemen In Action, (Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2003), Cet Ke-1, h.1.
Dalam pengertian lain, Stephanie K. Marrus, berpendapat bahwa

strategi merupakan suatu proses dalam menentukan rencana yang disusun oleh

pemimpin dalam upaya mencapai tujuan jangka panjang sebuah perusahaan.5

Selanjutnya, strategi adalah sekumpulan cara yang keseluruhannya terkait

dengan pelaksanaan gagasan dan perencanaan dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Wheelen dan Hunger dalam safi’i dan Satlita, pelaksanaan strategi

merupakan proses perwujudan sebuah strategi yang dirumuskan ke dalam

sebuah tindakan melalui tiga indikator, yaitu program, anggaran, dan

prosedur. Selanjutnya, David mengartikan strategi sebagai sebuah sarana yang

dilakukan bersama untuk mencapai tujuan jangka panjang. Hal tersebut adalah

aksi yang berpotensi dan membutuhkan keputusan manajemen serta sumber

daya perusahaan dalam jumlah besar yang perkembangannya akan

mempengaruhi pada masa yang akan datang.6 Sedangkan, Hamel dan Pharalad

memberi penjelasan terkait definisi strategi yang berarti sebuah tindakan yang

sifatnya mengikat dan terus menerus dilakukan dengan berpedoman kepada

harapan pelanggan di masa yang akan datang.7 Dengan demikian, Chandler

menyimpulkan bahwa, sebuah perusahaan memiliki strategi yang digunakan

sebagai alat dalam mencapai tujuan jangka panjang.8

5
Ibid., h. 19.
6
R David Fred, Strategic Management Manajemen Strategi Konsep, Edisi 1, (Jakarta:
Salemba Empat, 2011), h. 18.
7
Hamel dan Prahalad, Management, (New Delhi: Tata McGraw Hill, 1995), h. 28.
8
Alfred, D. Chandler, Jr, Strategy and Structure: Chapters in The History of The
Iindustrial Enterprise, (Cambridge Mass: MIT Press, 2009), h. 34.
Adapun Hendry Mintzberg memberi pengertian strategi sebagai 5P,

antara lain sebagai berikut:9

a. Strategi yang berfungsi sebagai perspektif

b. Strategi yang berfungsi sebagai posisi

c. Strategi yang berfungsi sebagai pola

d. Strategi yang berfungsi sebagai perencanaan

e. Strategi yang berfungsi sebagai penipuan (ploy) yaitu muslihat atau

rahasia.

Menurut Hatten dan Hatten, terdapat beberapa petunjuk yang dapat

dilakukan untuk menjamin keberhasilan strategi agar dapat dilaksanakan dan

dipercaya oleh orang lain, yaitu sebagai berikut:10

a. Strategi yang dilakukan harus konsisten dengan lingkungan,

mengikuti perkembangan dalam masyarakat yang berpeluang

untuk maju.

b. Setiap perusahaan membutuhkan lebih dari satu strategi sesuai

dengan ruang lingkup kegiatannya. Hal tersebut memiliki tujuan

untuk mencapai sebuah konsistensi antara satu strategi dengan

strategi yang lain.

c. Strategi dilakukan secara efektif dengan menfokuskan dan

menyatukan setiap sumber daya yang ada.

9
Mudrajat Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta:
Erlangga, 2005), h. 1-2.
10
K. J. Hatten and M. L. Hatten, Strategic Management Journal : Strategic Groups,
Asymmetrical Mobility Barriers, and Contestbility, (United States of America: Elsevier Inc, 1996),
h. 108-109.
d. Strategi dilakukan dengan cara memusatkan perhatian pada

kekuatan dan memanfaatkan kelemahan pihak kompetitor untuk

mendapatkan posisi yang lebih kuat.

e. Strategi hendaknya menggunakan sumber daya yang berkualitas.

f. Strategi dilakukan dengan mempertimbangkan resiko yang tidak

terlalu besar.

Dalam menjelaskan strategi, Wheelen dan Hunger menggunakan

konsep dari General Electric. Adapun konsep tersebut membagi prinsip

strategi kedalam tiga jenis, yaitu strategi stabilitas (stability), ekspansi

(expansion), dan penciutan (retrenchment).11

a. Strategi Stabilitas (Stability). Strategi ini berfokus dalam

peningkatan produk, pasar, dan dungsi perusahaan lain. Hal

tersebut disebabkan oleh perusahaan yang berusaha untuk meraih

keuntungan dengan meningkatkan efisiensi dalam segala bidang.

Adapun risiko dalam strategi ini relatif rendah dan biasanya hanya

dilakukan pada produk yang tengah berada di posisi kedewasaan

(mature).

b. Strategi Ekspansi (Expansion). Strategi ini berfokus dalam

perluasan priduk, pasar, dan fungsi perusahaan guna meningkatkan

aktivitas perusahaan. Adapun keuntungan yang ingin diraih lebih

besar dengan risiko yang tidak kecil pula.

11
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, Strategic Management and Business Policy.
(Edisi ke Sebelas, Pearson Education, Inc, Upper Saddle River, New Jersey, 2008), h. 04.
c. Strategi Penciutan (Retrenchment). Strategi ini bertujuan untuk

mengurangi produk yang dihasilkan, aktivitas pasar dan fungsi

perusahaan. Adapun strategi ini diterapkan ketika perusahaan

beradap pada tahap menurut (decline).12

Dalam memahami pengertian strategi dapat didasari oleh dua

perspektif, yaitu melalui perspektif apa suatu perusahaan akan dilakukan

(intend to do) dan melalui perspektif apa akhirnya suatu perusahaan dilakukan

(eventually does).13 Didasari oleh pengertian tersebut, strategi diartikan

sebagai perencanaan yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam

beberapa perusahaan mungkin saja memiliki tujuan yang sama, namun strategi

yang digunakan berbeda. Kemudian, dari segi tujuannya strategi tidak hanya

dibutuhkan untuk membuat sebuah rencana tetapi juga menekankan pada

aspek penerapan. Dengan demikian, pada dasarnya strategi disusun guna

membentuk respon terhadap perubahan eksternal dari sebuah perusahaan yang

tentunya dapat dipecahkan dengan memanfaatkan potensi yang ada di internal.

Oleh karena itu, pihak perusahaan memiliki tanggung jawab dalam

mendayagunakan keunggulan perusahaan untuk memaksimalkan tercapainya

tujuan.14

12
Ibid., h. 21.
13
Fandi Tjiptono, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi, 2000), Ed.Ke-2, h. 54.
14
H. Abd. Rahman Rahim dan Enny Radjab, Management Strategy, (Makassar: Lembaga
Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar, 2017), h. 1-2.
2.1.2 Unsur-Unsur Strategi

Sebuah strategi memiliki upaya untuk memberikan arahan terkait

bagaimana suatu perusahaan akan menfaatkan lingkungannya dan memilih

upaya perorganisasian agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh

karena itu, terdapat beberapa unsur yang harus dimiliki oleh sebuah

perusahaan yang mempunyai suatu strategi, yaitu sebagai berikut:

a. Unsur gelanggang aktivitas atau arena. Unsur ini diartikan sebagai

area atau aktivitas produk, jasa saluran distribusi, dan pasar

geografis. Arena tersebut menjadi dasar dalam menentukan

keputusan para penentu strategi, yaitu dimana dan diarea apa suatu

perusahaan akan melaksanakan kegiatan.

b. Unsur sarana kendaraan (vehicles). Unsur ini merupakan sebuah

hal yang dipertimbangkan suatu perusahaan dalam mencapai arena

sasaran. Terkait hal tersebut penggunaan sarana perlu

dipertimbangkan resikonya baik berupa keterlambatan masuk pasar

atau besarnya biaya yang tidak diperlukan.

c. Unsur pembeda (differentiation). Unsur ini bersifat spesifik dari

strategi yang telah ditetapkan, sebagai contoh dalam hal suatu

perusahaan dapat menang dan unggul dipasar, bagaimana

perusahaan akan mendapatkan pelanggan dengan luas.

d. Unsur rencana tingkatan (staging and pacing). Dalam unsur ini

pergerakan strategi yang paling utama adalah penetapan waktu

serta langkah untuk pencapaian tujuan serta visi dari sebuah


perusahaan. Ada beberapa faktor yang mendorong keputusan

pertahapan (staging), yaitu resource (sumber daya), urgensi atau

tingkat kepentingannya, kredibilitas pencapaian serta faktor

mengajar kemenangan awal.

e. Unsur logika ekonomi (economi logic). Suatu strategi yang

berhasil memiliki suatu dasar pemikiran yang ekonomis untuk

menciptakan dan menghasilkan keuntungan.pemikiran yang

ekonomis ialah suatu ide yang menjelaskan tentang suatu

perusahaan memanfaatkan keuntungannya sehingga bisa

menghasilkan.

2.1.3 Fungsi Strategi

Pada dasarnya fungsi dari strategi merupakan upaya yang disusun agar

strategi dapat diimplementasikan secara efektif dan efisisen. Hal tersebut,

menjadi suatu simultan yang dibagi menjadi enam, yaitu sebagai berikut:15

a. Pencapaian seseorang harus dikomunikasikan

b. Mengaitkan ketangguhan suatu perusahaan dengan peluang di

lingkungannya

c. Memanfaatkan suatu kesuksesan yang didapat serta melihat

peluang-peluang baru

d. Mengembangkan sumber daya yang digunakan sekarang

e. Memberikan arahan terkait aktivitas atau kegiatan suatu

perusahaan

15
Sofjan Assauri, Strategic Management, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 4-7.
f. Memberikan tanggapan dan reaksi dalam suatu keadaan baru yang

dihadapi setiap saat.

2.1.4 Tahapan Strategi

Dalam suatu proses kegiatan perusahaan terdapat beberapa tahapan

strategi yang secara garis besar dijelaskan melalui tiga tahapan, yaitu sebagai

berikut:16

a. Formulasi atau Perumusan Strategi

Perumusan strategi merupakan langkah awal yang dilakukan dalam

menentukan rencana dalam waktu jangka panjang. Hal tersebut

dilakukan untuk mengelola peluang dan ancaman secara efektif dengan

berfokus kepada sumber kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan.

Dalam merumuskan strategi terdapat beberapa aspek, yaitu analisis

lingkungan baik internal maupun eksternal, penetapan visi dan misi,

penetapan tujuan, strategi serta kebijakan.

b. Implementasi Strategi

Dalam tahapan ini, terdapat sekumpulan opsi kegiatan yang

diperlukan oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan susunan

rencana strategis. Secara spesifik, tindakan tersebut telah direncanakan

secara strategis yang mengharuskan sebuah organisasi untuk

menetapkan program, anggaran, dan prosedur.

16
Sofjan Assauri, Strategic Management : Sustainable Competitive Advantages, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2013), h. 5-8
c. Pengendalian Strategi

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir yang berfungsi untuk

mengevaluasi kembali tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengendalian strategi akan menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan

strategi yang telah dilaksanakan oleh sebuah perusahaan dan berperan

penting dalam memastikan tercapainya tujuan perusahaan.

2.1.5 Implementasi Strategi (Strategy Implementation)

Implementasi strategi (strategy implementation), merupakan sebuah

proses manajemen untuk mewujudkan strategi dan kebijakan dalam bertindak

melalui aktivitas pengembangan program anggaran dan prosedur. Berikut

adalah langkah dalam implementasi strategi, yaitu:17

a. Program, merupakan sebuah langkah yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan sebuah perencanaan. Proses tersebut terdiri dari

restrukturasi perusahaan dan perubahan budaya internal

perusahaan.

b. Anggaran, merupakan program yang berbentuk dalam satuan uang.

Adapun program tersebut dinyatakan secara rinci melalui biaya

yang digunakan oleh sebuah perusahaan dalam upaya perencanaan

dan pengendalian. Selain itu, program tersebut juga berfungsi

untuk menentukan laporan keuangan yang menunjukan

pengembangan keuangan yang diharapkan oleh perusahaan.

17
Ibid., h. 15.
c. Prosedur atau Standard Operating Procedur (SOP), merupakan

sebuah sistem yang berisi langkah-langkah atau teknik-teknik

secara berurutan dalam menggambarkan cara suatu tugas atau

pekerjaan secara terperinci agar dapat diselesaikan oleh bagian dari

program-program yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.

d. Evaluasi dan Kontrol, merupakan sebuah proses dalam

membandingkan antara kinerja perusahaan dengan hasil yang

diharapkan oleh perusahaan tersebut. Dalam hal ini, kinerja yang

dimaksud adalah hasil akhir dari suatu aktivitas.

2.1.6 Tingkatan Strategi

Dalam menyusun sebuah strategi, perusahaan memiliki beberapa

tingkatan yang berbeda. Adapun tingkatan strategi internasional, yaitu sebagai

berikut:18

a. Strategi Korporat, yaitu menjelaskan wilayah bisnis mana saja

yang ingin dimasuki oleh sebuah perusahaan.

b. Strategi Bisnis, yaitu berfokus pada bisnis anak perusahaan atau

unit operasi khusus dalam sebuah perusahaan.

c. Strategi Fungsional, yaitu suatu aktivitas jangka pendek dimana

setiap unit fungsional dalam sebuah perusahaan ikut berpartisipasi

dalam pengimplementasian strategi besar perusahaan.

Pada tingkatan fungsional ini, produktivitas sumber daya dapat

dioptimalkan oleh perusahaan untuk memperbaiki kinerja yang ada.


18
Eris Juliansyah, “Strategi Pengembangan Sumber Daya Perusahaan Dalam
Meningkatkan Kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi,” Jurnal Ekonomak 3, no. 2 (2017): 19–37.
Usaha tersebut dilakukan dengan menyatukan kegiatan fungsional

perusahaan dengan kemampuan yang dimiliki pada setiap kegiatan.

Adapun strategi fungsional tersebut mengacu pada isu-isu seperti

struktur modal yang diharapkan perusahaan, kebijakan investasi dan

hutang serta manajemen modal kerja. Dengan demikian, hal yang

ditekankan dalam strategi ini adalah orientasi terhadap besaran dan

arah investasi perusahaan guna menciptakan dan mengembangkan

produk maupun teknologi baru.19

Strategi tersebut dibagi menjadi enam jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Stategi Produksi, yaitu penetapan terhadap hal-hal yang

menjadi produk baru, produk unggulan, dan produk kompetitif

yang sesuai dengan kompetensi dasar yang dimiliki.

2) Strategi Pemasaran, yaitu penetapan terhadap kondisi pasar

yang akan digarap.

3) Strategi Promosi, yaitu penetapan terhadap promosi yang akan

dilakukan oleh perusahaan mulai dari media promosi dan lain

sebagainya.

4) Strategi Keuangan, yaitu berkaitan dengan penetapan

pendanaan dan ketersediaan dana dalam kegiatan produksi,

pemasaran, dan kegiatan fungsional lainnya.

19
Kevan Hidayat, Elvina Gunawan, and Yuliana Gunawan, “Analisis Strategi
Pengelolaan Keuangan Bisnis di Masa Pandemi Pada Pelaku Bisnis Generasi Milenial di Wilayah
Bandung,” Jurnal Akuntansi 14, no. 1 (2022): 45–55.
5) Strategi Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu penetapan dalam

pemilihan SDM yang memiliki kompetensi terhadap bidang

yang diperlukan.

6) Strategi Fungsional lainnya, yaitu berkaitan dengan berbagai

pihak luar seperti konsultan, agen, supplier serta pihak lain

dengan mempertimbangkan transparansi, kejujuran, dan

keterbukaan.20

2.2 Teori Pengelolaan

2.2.1 Definisi Pengelolaan

Dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pengelolaan

berasal dari kata ‘kelola’ yang bermakna suatu proses untuk membantu

menyelesaikan kebijakan serta tujuan perusahaan.21 Dalam proses tersebut,

terdapat usaha pengawasan pada hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan

kebijakan dan tercapainya tujuan.22 Kemudian, pengelolaan juga dapat

diartikan sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan perusahaan guna

melaksanakan penertiban, pemeliharaan, dan sistematika sumber-sumber yang

dapat bermanfaat bagi perusahaan.23 Dengan demikian, terdapat hubungan

yang erat antara setiap elemen yang ada dalam perusahaan, yaitu meliputi
20
Ibid.
21
Ade Riyani, Gama Pratama, and Surahman Surahman, “Analisis Sistem Pengelolaan
Keuangan Pembiayaan Syariah Dengan Akad Murabahah,” Ecobankers : Journal of Economy and
Banking 3, no. 1 (2022): 1.
22
Afief Mubayyin and Wahyudin Abdullah, “Implementasi Manajemen Keuangan
Syariah Sebagai Salah Satu Upaya Untuk Memajukan Dan Mengembangkan UMKM Di
Indonesia,” JES (Jurnal Ekonomi Syariah) 6, no. 1 (2021): 1.
23
Steven S.F Sumendap, Rosalina A.M. Koleangan, and Tri Oldy Rotinsulu, “Strategi
Pengelolaan Keuangan Universtias Sam Ratulangi Manado Di Era Badan Layanan Umum,” Jurnal
Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah 20, no. 2 (2019): 1.
aspek personal, prasarana, administrasi ketatausahaan, pemasaran serta

pengelolaan keuangan dan Sumber Daya Manusia (SDM).24

Menurut Nugroho, pengelolaan adalah istilah yang digunakan dalam

ilmu manajemen.25 Adapun secara etimologi, istilah tersebut berasal dari kata

kelola (to manage) yang merujuk pada proses penanganan untuk mencapai

tujuan tertentu.26 Selanjutnya, pengelolaan merupakan serangkaian kegiatan

koordinasi yang meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian,

pengendalian, penempatan serta pengambilan keputusan dalam rangka

menghasilkan suatu produk barang maupun jasa secara efektif dan efisien.27

Dalam manajemen keuangan, aspek pengelolaan merupakan unsur krusial

yang mencangkup bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pemantauan dengan pengendalian sumber daya perusahaan secara efektif

dan efisien dalam mencapai tujuan yang dilakukan sesuai dengan prinsip

syariah. Menurut prinsip syariah, terdapat beberapa pengelolaan yang baik,

yaitu sebagai berikut:28

a. Mengharap Ridha Allah SWT.

24
Muharir Muharir, “Pengelolaan Keuangan Dan Perencanaan Usaha Dalam Perspektif
Islam,” AKM: Aksi Kepada Masyarakat 2, no. 1 (2021): 67–74.
25
Riant Dwijodijoto Nugroho, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, Evaluasi,
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
26
Moh Samsul Arifin, “Ar-Ribhu: Jurnal Manajemen Dan Keuangan Syariah Sistem
Keuangan Syariah Pada UMKM di Desa Jatiurip Kecamatan Krejengan Probolinggo” 3, no. 1
(2022): 117–126.
27
Rizka Alifia Sapnawati and Amalia Nuril Hidayati, “Analisis Pengelolaan Keuangan
Islam Pada Usaha Bisnis Online Yulianinghoky Multibeauty Skincare Di Kabupaten
Tulungagung,” Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 4, no. 11 (2022): 5109–5116.
28
Novi Febriyanti and Kiky Dzakiyah, “Analisis Pengelolaan Keuangan Islam Pada
Pelaku Usaha Kecil Bisnis Online Anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan
Tinggi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,” el-Qist : Journal of Islamic Economics
and Business (JIEB) 9, no. 2 (2019): 102–115.
Dalam hal ini, pengelolaan keuangan syariah tidak hanya didasari

pada tercapainya tujuan tetapi juga berorientasi pada keridhoan Allah

SWT. Adapun langkah-langkah yang dipilih dalam mencapai tujuan

tersebut didasari pada petunjuk Allah SWT dan Hadits Nabi

Muhammad SAW.

b. Terbebas dari Riba

Riba atau bunga merupakan sistem keuangan konvensional yang

diharamkan dalam Al-Qur’an dan Hadits.

c. Tidak ada Investasi Haram

Berdasarkan prinsip syariah tidak diperbolehkan adanya investasi

yang menimbulkan kerugian salah satu pihak didalamnya. Berdasarkan

keputusan Majma fiqh Al-Islami, segala investasi dimana pihak

pengusaha memberikan keuntungan kepada investor dengan kadar

tertentu, maka hal tersebut menjadi haram. Ketetapan tersebut

disebabkan karena sifat investasi yang sudah berubah menjadi elemen

pinjaman yang menjanjikan keuntungan riba didalamnya.

2.2.2 Tujuan Pengelolaan

Pengelolaan memiliki tujuan agar setiap sumber daya yang ada dalam

sebuah perusahaan dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Tanpa

adanya pengelolaan yang baik, sebuah perusahaan akan mengalami kesulitan


dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini merupakan beberapa

tujuan pengelolaan, yaitu:29

a. Untuk mencapai tujuan perusahaan yang berdasarkan pada visi dan

misi.

b. Untuk menjaga keseimbangan yang ada pada tujuan yang saling

bertentangan dari pihak yang berkepentingan dalam suatu

organisasi.

c. Untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan secara

efektif dan efisien.

2.2.3 Fungsi Pengelolaan

Terry memberikan definisi terkait fungsi pengelolaan yaitu sebagai

sebuah usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui bantuan

usaha orang lain.30 Terdapat lima fungsi pengelolaan yang dikemukakan oleh

Henry Fayol antara lain yaitu, perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pemberian perintah (commanding), pengkoordinasian

(coordinating), dan pengawasan (controlling).31 Kemudian, George R. Terry

menyatakan bahwa terdapat empat fungsi pengelolaan yang dikenal dengan

POAC, yaitu terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.

Hal tersebut juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh John. F. Mee

yang hampir sama dengan teori fungsi pengelolaan milik George R. Terry,
29
Werner R.Muhardi,”Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham”,
(Jakarta Salemba Empat, 2015), h. 71.
30
R.Terry, George dan Leslie W.Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi.
Aksara, 2010), h. 32.
31
Febriyanti and Dzakiyah, “Analisis Pengelolaan Keuangan Islam Pada Pelaku Usaha
Kecil Bisnis Online Anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.”
namun fungsi actuacting diperhalus dengan motivating yang artinya kurang

lebih sama. Berikut adalah pengertian fungsi-fungsi pengelolaan yang

dijelaskan menurut George R. Terry:32

a. Perencanaan (planning), yaitu proses dalam menentukan tujuan

serta pedoman pelaksanaan dengan cara memilih alternatif yang

terbaik. Kemudian, Konoots dan Donnel dalam Hasibuan

menjelaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai fungsi

seorang manajer yang berkaitan dalam pemilihan tujuan,

kebijakan, prosedur, serta program dari akternatif yang ada.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perencanan

merupakan fungsi yang berkaitan dengan masalah memilih yang

terbaik dari beberapa opsi yang ada.

b. Pengorganisasian (organizing), yaitu proses penentuan,

pengelompokkan, dan pengaturan berbagai aktivitas yang

dibutuhkan guna mencapai tujuan. Adapun hal yang dilakukan

adalah dengan menempatkan masing-masing individu pada setiap

aktvitas tersebut, menyediakan alat-alat yang dibutuhkan,

menetapkan wewenang yang didelegasikan pada setiap individu

yang elah ditugaskan untuk melaksanakan aktivitas tersebut.

Dengan demikian, pengorganisasia sangat diperlukan guna

tercapainya tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien.

c. Pengarahan (actuating), yaitu fungsi pengelolaan yang bertujuan

untuk memberikan arahan terhadap setiap individu dalam sebuah


32
Ibid.
perusahaan untuk bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan.

Dengan demikian, setiap individu akan bersinergi untuk bekerja

sama dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetakan.

d. Pengawasan (controlling), yaitu fungsi untuk melakukan

pengendalian atau pengaturan dalam suatu perusahaan agar setiap

aktivitas yang dilakukan sesuai dengan ketetapan yang sudah

direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, pengendalian dapat

diartikan sebagai sebuah pengukuran terhadap pelaksanaan kerja

setiap individu guna mencapai tujuan-tujuan perusahaan.

2.3 Teori Keuangan Syariah

2.3.1 Definisi Keuangan Syariah

Keungan syariah atau keuangan Islami (Islamic Finance) terdiri dari

dua kata yaitu Islam dan keuangan. Keuangan yaitu berkaitan dengan pasar

keuangan dan lembaga yang berkaitan dengan alokasi keuangan dan risiko

kredit. Terkait hal tersebut, keuangan syariah harus didasari dengan prinsip

yang serupa dengan bentuk pembiayaan lainnya. Kemudian, kata Islam

merujuk kepada perbedaan mendasar antara sistem keuangan syariah dan

konvensional. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah

sumber ajaran dan nilai yang dijadikan pedoman dalam sistem keuangan.33

Secara terminologis, beberapa ahli memberi definisi keuangan syariah

dengan berbagai redaksi. Viser menjelaskan bahwa keuangan syariah adalah

33
Febriyanti and Dzakiyah, “Analisis Pengelolaan Keuangan Islam Pada Pelaku Usaha
Kecil Bisnis Online Anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.”
sebuah sistem yang mengaplikasikan prinsip Islam dalam kegiatan ekonomi.34

Hal tersebut berfungsi untuk mengembangkan sistem ekonomi syariah secara

lebih spesifik, berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Kemudian, Vogel

dan Hayes memberi pengertian secara singkat namun terperinci, keuangan

syariah merupakan sebuah sistem keuangan yang berpedoman kepada Al-

Qur’an dan Sunnah yang diimplementasikan dalam kegiatan ekonomi.35

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keuangan syariah merupakan

sistem pengelolaan keuangan yang penerapannya menggunakan prinsip-

prinsip Islam dan hukum Islam sebagai patokannya.36 Adapun penerapannya

tidak hanya berlaku pada sistem, tetapi juga mencakup lembaga keuangan

beserta produk yang ditawarkan.

Selanjutnya, keuangan syariah juga dapat diartikan sebagai sistem

yang berdasar kepada Al Qur’an, Sunnah, dan penafsiran sumber-sumber

wahyu oleh para ilmuan. Adapun selama empat belas abad, struktur keuangan

syariah dalam berbagai bentuknya telah menjadi sebuah beradaban yang tidak

berubah. Selama tiga dasawarsa terakhir, keuangan syariah telah menjadi

sebuah sistem impelementasi modern dan hukum Islam yang penting dan

berhasil dijadikan sebagai ujicoba dalam pembaruan dan perkembangan

hukum Islam pada masa mendatang.37

34
Edwin Viser, Packaging Design: A Cultural Sign, (Spain/Barcelona: Index Book, S.I,
2009), h. 21.
35
G, Vogel Svehla, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
(Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka, 1985), h. 35.
36
Sistem Keuangan Islam and Sistem Keuangan Islam, “56 | Al-Kharaj: Journal of
Islamic Economic and Business Vol. 1 No. 1, Juni 2019” 1, no. 1 (2019): 56–66.
37
Pegadaian Syariah and Lanrisang Kabupaten, “Jurnal Manajemen & Keuangan
Syariah” (n.d.): 1–15.
Keuangan syariah adalah bagian intergral dalam agama Islam sebab

dibangun berlandaskan pada agama Islam. Keuangan syariah bersumber dari

Islam dan berpedoman pada ajaran Islam.38 Islam sendiri merupakan way of

life atau jalan hidup yang berisi pedoman dalam kehidupan manusia. Dalam

Islam, terdapat beberapa aturan yang bersifat spesifik dan permanen,

sementara terdapar juga aturan yang bergantung pada situasi dan kondisi. 39 M.

Siafu Antonio dalam uraian ini menjelaskan bahwa syariat Islam merupakan

syariat yang bersifat all-encompassing atau menyeluruh, namun juga memiliki

karakter keunikan universal tersendiri. Adapun karakter khusus tersebut

dibutuhkan terkair tidak adanya hukum syariah lain yang dapat

memperbaikinya.40 Dalam makna inklusif, syariat Islam merangkum seluruh

aspek kehidupan baik seremonial (ibadah) maupun sosial (muamalah).

Selanjutnya, universal sendiri diartikan jika syariat Islam dapat diterapkan

kapan saja dan dimana saja. Keragaman tersebut juga dapat dilihat di wilayah

Muamal yaitu tanpa membedakan antara muslim dan non-muslim terkait

cakupannya yang luas dan fleksibel.41

Dalam bukunya yang berjudul Islamic Economics, Monzer Kahf

menjelaskan bahwa ekonomi adalah agama. Ekonomi Islam merupakan bagian

dari ekonomi interdisipliner dimana studi ekonomi tidak dapat berdiri sendiri,

38
M Luqman Hakim, “Konsep Dan Aplikasi Manajemen Keuangan Islam,” Dinar :
Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 1, no. 2 (2018): 148–177.
39
3 (2022). Andini1) and Adelia Rahma Aryadi2), ‘Eco-Iqtishodi Pengaruh Penerapan
Sistem Ekonomi Syariah Eco-Iqtishodi,’ “Eco-Iqtishodi Pengaruh Penerapan Sistem Ekonomi
Syariah Eco-Iqtishodi” 3 (2022).
40
M Zia Ulhaq, “Pengelolaan Keuangan Publik Islam (Umar Bin Abdul Aziz),” AMAL:
Journal of Islamic Economic And Business (JIEB ) 02, no. 01 (2018): 64–80,
41
Fadli Setiawan, “Perbanas Journal 0f Islamic Economics & Business” (2022): 75–83.
tetapi membutuhkan pengetahuan yang baik dan mendalam terkait ilmu

syariah.42 Dengan demikian, keuangan syariah adalah sistem keuangan yang

diformulasikan dari dua kekuatan yang menjadi pedoman yaitu Al Quran dan

Sunnah. Adapun dalam sistem penerapannya, keuangan syariah tidak hanya

sekedar memperhitungkan jumlah keuntungan dan resika saja tetapi juga

berfokus kepada nilai-nilai Islam.43

2.3.2 Prinsip-Prinsip Keuangan Syariah

Keuangan syariah dalam praktiknya menerapkan hukum fiqih

muamalah yang mencakup hukum-hukum terkait kontrak, sanski, kejahatan,

jaminan serta hukum-hukum lainnya yang memiliki tujuan dalam mengatur

hubungan sesama manusia baik secara perorangan ataupun kelompok. Secara

lebih spesifik, Mustafa Ahmad Al-Zarqa’ mendefinisiskan hukum fiqih

muamalah sebagai hukum yang mengatur perbuatan dan hubungan antar

manusia mengenai penyelesaian sengketa harta kekayaan dan hak-hak

tertentu.44 Kesimpulannya, hukum fiqih muammalah merupakan suatu bidang

fiqih yang berfokus pada hukum-hukum terkait perilaku sesama manusia

mengenai harta, hak, serta cara penyelesaian sengketa dalam rangka

memenuhi kebutuhan sehari-hari yang berpediman pada prinsip syariah. Oleh

karena itu, keuangan syariah adalah salah satu cara yang digunakan untuk

bertransaksi sesama manusia dengan menerapkan hukum fiqih muammalah.


42
Monzer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analtik Terhadap Fungsi Ekonomi Islam,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), h. 1-3.
43
Islamic Financial Planning et al., “Pelatihan Perencanaan Dan Pengelolaan Keuangan
Syariah Untuk Generasi Z Dalam Mewujudkan Kebebasan Keuangan” 5, no. 1 (2022).
44
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, juz. 1, cet. 4 (Beirut: Dar al-Fikr,
1997), h. 19.
Menurut Ali Muhyi al-Din dan Ali al-Qurrah Daghi dalam kitab Mabdaʼ al-

Rida Fi al-ʻuqud: Dirasat Muqaranah Fi al-Fiqh al-Islami salah satu prinsip

pokok dalam keuangan syariah yaitu Al-taradi (suka sama suka). Selain itu,

menurut Abd al-Haq Humaisy and al-Husein Syawat dalam Kitab Fiqh

Al-‘Uqud Al-Maliyyah, berpendapat bahwa prinsip pokok dalam keuangan

syariah adalah halal dan thayyib. Berikut adalah penjelasan:45

a. At-taradi (suka sama suka)

Dalam melakukan kegiatan ekonomi, aspek suka sama suka atau

keridhaan ini bersiat subyektif yaitu tidak dapat diketahui tanpa ada

ekspresi yang nyata dari pihak yang bertransaksi, baik secara lisan,

tulisan ataupun isyarat.46 Oleh karena itu, persetujuan secara ridha

dalam melakukan ijab dan qobul harus dilakukan oleh individu yang

memiliki keahlian, baligh, dan berakal.47 Selain itu, persetujuan

tersebut harus terbebas dari intimidasi, penipuan, dan ketidakadilan

serta penyamaran.

Dalam surat An-Nissa ayat 29 Allah SWT memerintahkan kepada

orang yang beriman untuk memperoleh keuntungan dari sesama hanya

melalui jalan perniagaan yang baik yang dilakukan secara suka sama

suka baik barang maupun jasa.48

45
Nur Kholis, “Potret Perkembangan Dan Praktik Keuangan Islam Di Dunia,” Millah:
Jurnal Studi Agama XVII, no. 1 (2017): 1–30.
46
Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 29.
47
A. Hidayat Buang, Studies in The Islamic Law of Contracts: The Prohibition of Gharar
(Kuala Lumpur: International Law Book Services, 2000), h. 5
48
‘Ali Muhyi al-Din ‘Ali al-Qurahdaghi, Mabda’ al-Rida fi al-‘Uqud, juz 1 (Beirut: Dar
al- Basya’ir al-Islamiyyah, 1985), h. 20-21.
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن ت ََر‬
‫اض‬

‫ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang berlaku secara rida sama rida di antara kamu”.

(Terjemahan Q.S. al-Nisa’ (4): 29).

b. Halal dan Thayyib

Macam-macam transaksi yang diharamkan telah diatur oleh Islam,

yaitu sebagai berikut:49

1) Produksi dan transaksi barang-barang najis, meliputi babi, anjing,

bangkai, arak, kencing, kotoran dan sebagainya. Adapun barang-

barang tersebut dikatagorikan sebagai barang haram karena zatnya.

2) Produksi barang-barang yang tidak bermanfaaat dalam perspektif

Islam. Dapat dikatakan juga, barang tersebut dapat memberikan

dampak negatif atau membuat seseorang lalai untuk beribadah

kepada Allah SWT.

3) Transaksi yang memiliki unsur maysir (perjudian), riba dan gharar.

Maysir adalah suatu bentuk perjudian yang didalamnya terdapat

suatu yang dipersyaratkan, apabila seorang pemain menang maka

ia akan mengambil keuntungan, dan begitu juga sebaliknya.

Kemudian, riba adalah pengambilan keuntungan dari harta pokok

49
‘Abdul Haq dan al-Husein, Fiqhul ‘Uqud al-Maliyah (‘Amman: Dar al-Bayariq, 2001),
h. 52-59 dan h. 89-105.
(modal) yang dilakukan secara bathil atau tidak didasari dengan

prinsip syariah.50 Adapun gharar adalah transaksi yang tidak pasti

yang dapat diakibatkan karena ketentuan syariah yang tidak

terpenuhi dalam sebuah transaksi.51

4) Bay’ Ma’dum yaitu kegiatan transaksi jual beli yang tidak terdapat

barang sebagi objek didalamnya.

5) Adanya penipuan (ghisy) dalam melakukan transaksi.

6) Melakukan kegiatan jual beli diatas belian orang lain.

7) Melakukan aktivitas penimbunan yang haram (ihtikar), dan

sebagainya.

Adapun prinsip dalam hukum keuangan syariah merupakan pilar misi

khalifah yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kehormatan masyarakat melalui peningkatan kapasitas intelektual untuk

bekerja dan mengabdi. Prinsip dan hukum tersebut memiliki dampak positif

bagi perkembangan masyarakat. Berikut adalah prinsip-prinsip dalam

keuangan syariah menurut Muhammad:52

a. Terdapat larangan dalam menerapkan bunga pada semua bentuk dan

jenis transaksi.

50
Yusuf al-Qaradawi, Fawa’id al-Bunuk Hiya al-Riba’ al-Haram (al-Qahirah: Maktabat
Wahbah, 1999), hlm. 54; Menurut kesimpulan Nabil A. Saleh, riba adalah unlawful advantage by
way of excess or defernment. Lihat Nabil A Saleh, Unlawful Gain and Legitimate Profit in Islamic
Law (Cambridge: Cambridge University Press, 1986), hlm. 13.
51
Ibn al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali al-Husayni al-Jurjani, Al-Ta‘rifat, Cet. 1
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2000), hlm. 164; Lihat penjelasan lebih lanjut dalam Sami al-
Suwailem, “Towards an Objective Measure of Gharar in Exchange,” Islamic Economic Studies
Vol. 7, no. 1 & 2 (October 1999): hlm. 64-66, http://iesjournal.org/english/journalarticles.html.
52
Islam and Islam, “56 | P a g e Al-Kharaj: Journal of Islamic Economic and Business
Vol. 1 No. 1, Juni 2019.”
b. Menjalankan segala aktivitas bisnis dan perdagangan yang

berprinsip pada kewajaran dan keuntungan yang halal.

c. Terdapat kewajiban untuk mengeluarkan zakat dari hasil

kegiatannya

d. Terdapat larangan menjalankan monopoli.

e. Bekerja sama membangun masyarakat melalui aktivitas bisnis yang

berpedoman kepada nilai-nilai syariah dan diimplementasikan dalam

setiap kegiatan perekonomian.

Menurut Alam, terdapat perbedaan antara prinsip-prinsip hukum

syariah dan keuangan konvensional. Adapun perbedaan tersebut dapat

dijadikan sebagai dasar praktik keuangan, yaitu sebagai berikut:53

a. Larangan bunga (riba): Dalam keuangan konvensional terdapat

penerimaan bunga (riba), sedangkan dalam parktik hukum syariah

tidak diperbolehkan.

b. Larangan ketidakpastian: Tidak diperbolehkan adanya

ketidakpastian dalam kontak untuk menghindari spekulatif yang

melibatkan gharar atau ketidak pastian yang berlebihan.

c. Risiko profit and loss sharing: dalam transaksi keuangan pihak

yang terlibat diharuskan untuk berbagi risiko serta keuntungan

antara pemberi pinjaman dan peminjam.

53
Kholis, “Potret Perkembangan Dan Praktik Keuangan Islam Di Dunia.”
d. Etika investasi: Terdapat investasi dalam industri yang

bertentangan dengan prinsip syariah seperti alkhohol dan

perjudian.

e. Aset riil: Menurut Novita Anjarsari, diperlukan adanya transaksi

yang nyata dan dapat diidentifikasi. Contohnya adalah hutang yang

tidak dapat dijual dan risiko yang tidak dapat ditransfer kepada

orang lain.

2.3.3 Sistem Keuangan Syariah

2.3.3.1 Pengertian Keuangan Syariah

Pengertian sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan

yang menjembatani antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak

yang kelebihan dana melalui produk dan jasa keuangan yang sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah.54

Tujuan utama sistem keuangan syariah adalah: menghapus bunga

dari semua transaksi keuangan dan menjalankan aktifitasnya sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah, distribusi kekayaan yang adil dan merata,

kemajuan pembangunan ekonomi.55

2.3.3.2 Prinsip-Prinsip Syariah dalam Sistem Keuangan

Adapun prinsip-prinsip dalam sistem keuangan syariah adalah

sebagai berikut:56

54
Ibid.
55
Hakim, “Konsep Dan Aplikasi Manajemen Keuangan Islam.”
56
Kholis, “Potret Perkembangan Dan Praktik Keuangan Islam Di Dunia.”
a. Terdapat kebebasan dalam bertransaksi yang didasari oleh

prinsip suka sama suka, tidak ada yang dizalimi, didasari

dengan akad yang sah, dan tidak ada transaksi terkait produk

yang haram. Adapun asas suka sama suka dan tidak adanya

paksaan dalam melakukan transaksi dalam perniagaan atau

bisnis sangat pentung guna menghindari kerugian yang

dtimbulkan pada masing-masing individu.

b. Terberbas dari maghrib yaitu judi atau spekulasi yang memiliki

fungsi untuk mengurangi konflik dalam sistem keuangan,

gharar yang berarti penipuan atau ketidakjelasan dan riba atau

pengambilan tambahan keumtungan secara batil.

c. Terbebas dari upaya mengendalikan, merekayasa serta

memanipulasi harga. Dalam hal ini, setiap individu berhak

mendapatkan informasi yang berimbang, memadai, dan akurat

guna terhindar dari ketidaktahuan bertransaksi.

d. Pihak-pihak yang bertransaksi harus ambil andil dalam

mempertimbangkan kepentingan pihak ketiga yang

kemungkinan dapat terganggu. Oleh karena itu, pihak ketiga

dapat diberikan hak atau pilihan.

e. Adanya transaksi yang berdasar kepada kerjasama yang saling

menguntungkan dan solidaritas. Selain itu, harus terdapat

kepastian kontrak dan manfaat bagi kedua belah pihak dalam

bertransaksi.
f. Setiap transaksi harus dilaksanakan dengan tujuan

mewujudkan kemaslahatan manusia.

g. Adanya implementasi zakat yang dijadikan sebagai dasar

distrusi pendapatan guna mewujudkan kesejahteraan yang

merata.

2.3.3.3 Karakteristik Sistem Keuangan Syariah

Menurut Umer Chapra, terdapat beberapa karakteristik dalam

sistem keuangan syariah, yaitu sebagai berikut:57

a. Adanya kesejahteraan ekonomi yang diwujudkan melalui

keleluasaan terkait kesempatan bekerja penuh serta laju

pertumbuhan yang optimal.

b. Adanya keadilan sosio ekonomi, distribusi kekayaan, dan

pendapatan yang merata.

c. Adanya stabilitas nilai mata uang sebagai alat tukar yang dapat

diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran cicilan serta

sebagai alat penyimpan yang stabil.

d. Adanya mobilisasi dan investasi tabungan dalam rangka

pembangunan perekonomian yang adil dalam memberikan

jaminan pengembalian keuntungan bagi semua pihak terkait.

e. Adanya pemberian pelayanan yang efektif secara normal dari

sistem keuangan.

2.3.3.4 Instrumen Sistem Keuangan Syariah

57
Umer Chapra,  Masa Depan Ilmu Ekonomi (Sebuah Tinjauan Islam), (Jakarta : Gema
Insani Press, 2001), h. 18.
Adapun instrumen dalam sistem keuangan syariah adalah sebagai

berikut:58

a. Terdapat instrumen keuangan dalam memelihara keadilan guna

menciptakan suasana alokasi dan distribusi sumber daya yang

berpedoman pada prinsip Islam.

b. Terdapat mekanisme harga guna meningkatkan efesiensi dalam

pemanfaatan sumber daya.

c. Terdapat intermediasi keuangan yang didasarkan pada prinsip

bagi hasil dan resiko.

Dengan demikian, sistem keuangan syariah memiliki misi

mewujudkan sistem keuangan yang berlandaskan keadilan, kemanfaatan,

kebersamaan, kejujuran, kebenaran, keseimbangan. Sedangkan, dalam

sistem keuangan konvensional fungsi sistem keuangan didasarkan pada

tingkat suku bunga.

2.4 Teori Corporate Social Responsibility (CSR)

2.4.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Sosial Responsibilty merupakan istilah yang berkaitan dengan

tanggungjawab perusahaan terhadap sosial dan lingkungan. Dalam kata lain,

istilah ini disebut juga business social responsibility atau corporate citizenship

58
Ibid.
atau corporate responsibility atau business citizenship.59 Adapun di Indonesia,

istilah tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Nomor Per-5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha

Kecil serta Program Bina Lingkungan, khusus untuk perusahaan-perusahaan

BUMN.60 Kemudian, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas juga turut mengatur terkait tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam

pasal 74 ayat (1) menyatakan bahwa pihak perseroan yang menjalankan kegiatan

usaha di bidang yang berkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA) wajib

melaksanakan tanggung kungan. Selanjutnya, dalam ayat (2) membahas tentang

kewajiban-kewajiban terkait tanggungjawab sosial dan lingkungan yang perlu

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dalam pelaksanaannya perlu

memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Adapun ayat (3) membahas terkait

pihak perseoran yang tidak melaksanakan kewajiban, maka akan dikenai sanksi

sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Terakhir, dalam ayat (4)

menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut terkait tanggung jawab sosial dan

lingkungan akan diatur oleh Peraturan Pemerintah.61

Menurut Soeharto, CSR diartikan sebagai sebuah operasi bisnis yang tidak

hanya memiliki komitmen dalam memberikan kontribusi peningkatan

59
T Romi Marnelly, “Tinjauan Teori Dan Praktek Di Indonesia” (n.d.): 49–59.
60
Mashuri, “Dosen STIE Syariah Bengkalis Mervyn K. Lewis Dan Latifa M. Algaould,
Perbankan Syariah , Terjmh, Burhan Subrata, Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2001, 122. 839,”
Ekonomi STIE Syariah Bengkalis (2014): 839–847.
61
Hari Sutra Disemadi and Paramita Prananingtyas, “Kebijakan Corporate Social
Responsibility (CSR) Sebagai Strategi Hukum Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Indonesia,”
Jurnal Wawasan Yuridika 4, no. 1 (2020): 1.
perusahaan secara finansial, tetapi juga untuk memberikan pembangunan sosial

ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, serta berkelanjutan. 62 Selain itu,

konsep ini tekah menjadi sebuah komitmen bagi setiap perusahaan untuk turut

bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Adapun

menurut The World Business Council for Sustainable Development, CSR

merupakan sebuah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi terhadap

pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dengan bekerja sama dengan

karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, dan masyarakat

setempat.63 Adapun dalam pengertian lain, yang merupakan tanggung jawab

sosial perusahaan diantaranya adalah merumuskan kebijakan, mengambil

keputusan, serta melaksanakan kegiatan yang memberikan dampak positif

terhadap masyarakat.64

Terdapat dua jenis konsep CSR yang dijelaskan baik secara luas maupun

sempit. CSR dalam pengertian luas, diartikan sebagai konsep yang memiliki

keterkaitan terhadap tujuan dalam mencapai kegiatan ekonomi berkelanjutan

(sustainable economic activity). Adapun keberlanjutan dalam aktivitas ekonomi

tidak hanya mengenai tanggung jawab sosial tetapi juga berkaitan dengan

akuntabilitas (accountability) sebuah perusahaan terhadap masyarakat dan dunia

62
Rizki Dian Mensari and Ahmad Dzikra, “Islam Dan Lembaga Keuangan Syariah,”
Journal of Chemical Information and Modeling 3, no. 1 (2017): 239–256.
63
Marthin Marthin, Marthen B Salinding, and Inggit Akim, “Implementasi Prinsip
Corporate Social Responsibility (Csr) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas,” Journal of Private and Commercial Law 1, no. 1 (2018): 111–132.
64
Arni, Ahmad Efendi, and Fitri Razak, “Implementasi Csr (Corporate Sosial
Responsibility) Pt. Lonsum Dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan Di Desa Tammatto
Kabupaten Bulukumba,” Jurnal Komunikasi dan Organisasi 1, no. 259 (2019): 09–17.
internasional. Kemudian, beberapa ahli turut memberika beberapa pengertian

secara sempit CSR dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut:65

a. Menurut Widjaja dan Yeremia, CSR adalah sebuah bentuk kerjasama

antara perusahaan dengan setiap stakeholder baik secara langsung

maupun tidak langsung berinteraksi dengan pihak perusahaan untuk

menjamin kelangsungan hidup usaha (sustainability) perusahaan

tersebut.

b. Berdasarkan UUPM 2007, dalam penjelasannya pada pasal 15 huruf b

disebutkan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan usaha

penanaman modal untuk menciptakan hubungan yang seimbang dan

sesuai dengan nilai, norma, serta budaya yang berlaku dalam

masyarakat setempat.

c. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Nomor Per-5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan

Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, konsep CSR dijelaskan

sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh BUMN baik Perum

maupun Persero yang secara lebih rinci dapat dipahami dalam Pasal 2.

d. Menurut Kotler dan Nance, CSR didefinisikan sebagai sebuah

komitmen pihak perusahaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui praktik kebijakan dalam aktivitas bisnis serta

usaha pemberian kontribusi sumber daya oleh pihak perusahaan.

65
Ade Iwan Ridwanullah, “Dakwah Corporate Social Responsibility di Indonesia,”
Jurnal Penelitian 14, no. 1 (2017): 43.
Kemudian, Sen dan Bhattacharya dikutip dalam Muhajir mengidentifikasi

beberapa hal pokok terkait CSR, yaitu sebagai berikut:66

a. Community support, yang meliputi dukungan terkait program-program

pendidikan, kesehatan, kesenian, dan sebagainya.

b. Diversity, yang meliputi kebijakan sebuah perusahaan untuk tidak

melakukan diskriminasi terhadap konsumen dan calon karyawan

dalam bidang gender (jenis kelamin), cacat fisik, atau ras tertentu.

c. Employee support, meliputi perlindungan terkait tenaga kerja, insentif,

penghargaan, serta keselamatan dalam bekerja.

d. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman,

mengelola limbah dengan baik, menciptakan produk-produk yang

ramah lingkungan dan sebagainya.

e. Non-U.S operations, meliputi tanggungjawab sebuah perusahaan

dalam memberikan hak yang sama bagi masyarakat dunia untuk

mendapatkan kesempatan berkerja dengan membuka perusahaan di

luar negeri.

f. Product, meliputi kewajiban perusahaan dalam menciptakan produk-

produk yang memiliki jaminan kesehatan melalui riset dan

pengembangan produk secara berkelanjutan dan memikirkan dampak

terhadap lingkungan.

2.4.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

66
Disemadi and Prananingtyas, “Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebagai Strategi Hukum Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Indonesia.”
Menurut Suryaningtyas, terdapat beberapa faktor yang menjadikan

konsep CSR dalam memberikan tanggung jawab sosial bagi perusahaan

memjadi sangat penting, yaitu sebagai berikut:

a. Arus globalisasi yang dapat memberikan gambaran universalitas

terkait hilangnya garis pembatas dalam berbagai belahan dunia.

Dengan adanya hal tersebut, dapat memungkinkan perusahaan

multinasional untuk berkembang dimana saja.

b. Adanya konsumen dan investor yang berperan sebagai public primer

organisasi profit yang memerlukan gambaran terkait tanggungjawab

sebuah perusahaan terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

c. Adanya kode etik dalam perusahaan yang membutuhkan

tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dengan baik (good

corporate governance).

d. Adanya masyarakat yang memahami arti pentingnya sebuah standar

etika dalam perusahaan yaitu terkait kepedulian lingkungan dan

masalah sosial.

e. Adanya tanggungjawab terhadap sosial yang mampu mengurangi

dampak atau krisis yang terjadi dalam sebuah perusahaan.

f. Adanya tanggungjawab terhadap sosial yang mampu meningkatkan

reputasi perusahaan.

Menurut Kartasasmita, upaya CSR dalam prakteknya dapat ditelaah dan

dilaksanakan dengan mengacu pada tiga aspek, yaitu sebagi berikut:67

67
Arni, Efendi, and Razak, “Implementasi Csr (Corporate Sosial Responsibility) Pt.
Lonsum Dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan Di Desa Tammatto Kabupaten Bulukumba.”
a. Enabling yaitu proses untuk menciptakan iklim dengan

memanfaatkan potensi masyarakat berkembang. Dalam hal ini, setiap

manusia memiliki potensi yang bisa diberdayakan. Adapun

pemberdayaan merupakan sebuah usaha dalam membangun kekuatan

dan mendorong motivasi atau kesadaran terkait potensi yang dimiliki

untuk dikembangkan.

b. Empowering yaitu memperkuat setiap potensi atau sumber daya yang

dimiliki oleh masyarakat. Adapun langkah-langkah positif yang dapat

dilaksanakan seperti penyediaan masukan (input) dan pembukaan

akses menuju peluang yang baru. Oleh karena itu, masyarakat perlu

mendapatkan edukasi dan program-program yang bermanfaat.

c. Protecting yaitu memberdayakan atau melindungi terkait hal-hal

yang harus dicegah untuk mengatasi kekurangberdayaan sebuah

perusahaan dalam menghadapi tantangan yang lebih besar. Konsep

ini diperlukan untuk memberikan perlindungan dan pemihakan

kepada masyarakat yang lemah atau dapat juga diartikan sebagai

konsep pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat dapat

diberikan bantuan modal usaha setelah perusahaan memberikan

pelatihan dalam mengembangkan usaha terkait sumber daya lokal

sekitar. Dengan demikian, hal tersebut diharapkan dapat dijadikan

sebagai alternative dalam mengatasi permasalahan sosial dan

lingkungan yang dalam dekade terakhir semakin rumit dan kompleks.


Menurut Suryaningtyas, terdapat beberapa faktor yang menjadikan

konsep CSR dalam memberikan tanggung jawab sosial bagi perusahaan

memjadi sangat penting, yaitu sebagai berikut:68

a. Arus globalisasi yang dapat memberikan gambaran universalitas

terkait hilangnya garis pembatas dalam berbagai belahan dunia.

Dengan adanya hal tersebut, dapat memungkinkan perusahaan

multinasional untuk berkembang dimana saja.

b. Adanya konsumen dan investor yang berperan sebagai public primer

organisasi profit yang memerlukan gambaran terkait tanggungjawab

sebuah perusahaan terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

c. Adanya kode etik dalam perusahaan yang membutuhkan

tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dengan baik (good

corporate governance).

d. Adanya masyarakat yang memahami arti pentingnya sebuah standar

etika dalam perusahaan yaitu terkait kepedulian lingkungan dan

masalah sosial.

e. Adanya tanggungjawab terhadap sosial yang mampu mengurangi

dampak atau krisis yang terjadi dalam sebuah perusahaan.

f. Adanya tanggungjawab terhadap sosial yang mampu meningkatkan

reputasi perusahaan.

2.4.3 Pandangan Islam terhadap Corporate Social Responsibility (CSR)

68
Marthin, Salinding, and Akim, “Implementasi Prinsip Corporate Social Responsibility
(Csr) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.”
Dalam pandangan Islam, konsep CSR meupakan realisasi terkait konsep

ajaran ihsan sebagai ajaran etika yang sangat mulia. Ihsan adalah melaksakan

perbuatan yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dalam upaya

mendapatkan Ridho Allah SWT.69 Kemudian, konsep tersebut juga sesuai

dengan pandangan Islam terkait hubungan manusia dengan lingkungan sosial

yang dipresentasikan melalui emoat kesatuan yaitu kesatuan (tauhid),

keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas (free will), serta tanggungjawab

(responsibility). Dengan demikian, CSR dalam prinsip syariah bertujuan untuk

menciptakan kebaikan melalui kegiatan-kegiatan atau praktik yang

diperintahkan oleh Allah SWT, yaitu seperti menjauhi riba, zakat, infak,

sedekah, dan wakaf. Selain itu, perlu dikedepankannya nilai-nilai ketulusan dan

kedermawanan.70

Berdasarkan prinsip syariah, pelaksanaan CSR merupakan salah satu

bentuk upaya dalam mengurangi permasalahan sosial yang ada dalam

masyarakat, yaitu dengan mengembangkan produktivitas masyarakat serta

menjaga distribusi kekayaan lokal yang ada. Kemudian, Islam juga mewajibkan

adanya sirkulasi kekayaan yang merata pada setiap anggota masyarakat. Adapun

menurut Muhammad Djakfar, terdapat beberapa perbedaan terkait implementasi

CSR dalam prinsip syariah secara universal, yaitu Al-Adl yang berarti haramnya

setiap aktivitas bisnis yang memiliki unsur kedzaliman didalamnya. Oleh karena

itu, pihak perusahaan harus mampu untuk memberikan keseimbangan antara

69
Arni, Efendi, and Razak, “Implementasi Csr (Corporate Sosial Responsibility) Pt.
Lonsum Dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan Di Desa Tammatto Kabupaten Bulukumba.”
70
Aan Putra, Purnama; Finarti, “Implementasi Maqashid Al- Syari ’ah Terhadap
Pelaksanaan CSR Bank Islam : Studi Kasus Pada Korporasi , Yang Kemudian Menjadi Sangat
Bermanfaat Untuk Meningkatkan,” Share 4, no. 1 (2015): 37–66.
lingkungan sosial dan operasional usaha bisnis.71 Terakhir, Al-Ihsan yaitu

prinsip syariah hanya memerintahkan untuk melakukan perbuatan baik yang

berdampak bagi kemanusiaan. Dalam konsep tersebut, implementasi CSR dalam

etika berbisnis dapat dilandasi dengan transaksi yang baik dan berupaya untuk

memberika keuntungan lebih pada stakeholder terkait.72

2.5 Teori Kenyamanan Pengunjung

2.5.1 Definisi Kenyamanan Pengunjung

Oborne menjelaskan bahwa kenyamana (comfort) merupakan sebuah

penilaian responsive dari masing-masing individu yang sifatnya sulit untuk

didefinisikan. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

kenyamanan didefinisikan sebagai keadaan nyaman; kesegaran; dan kesejukan. 73

Beberapa ahli turut memberikan penjelasan terkait pengertian kenyamanan.

Katherine Kolcaba, mendefinisikan kenyamanan merupakan keadaan dimana

telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang sifatnya individual maupun

holistik sehingga dapat menimbulkan perasaan sejahterah pada individu yang

bersangkutan. Kemudian, McCormick, memberikan gambaran tentang konsep

kenyamanan yang diartikan sebagai kondisi perasaan yang tergantung pada

setiap individu yang mengalaminya. Adapun kenyamanan seseorang dalam

menggunakan sebuah produk berbeda-beda dan tergantung pada fungsi fisik

ataupun persepsi masing-masing individu.74

71
Ridwanullah, “Dakwah Corporate Social Responsibility di Indonesia.”
72
Kholis, “Potret Perkembangan Dan Praktik Keuangan Islam di Dunia.”
73
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)
74
Wahyu Khalik, “Kajian Kenyamanan Dan Keamanan Wisatawan Di Kawasan
Pariwisata Kuta Lombok,” Jurnal Master Pariwisata (JUMPA) 01 (2014): 23–42.
Menurut Rustam Hakim, praktisi perancang ruang publik dan lansekap,

terdapat beberapa unsur yang dapat membentuk kenyamanan yaitu, sirkulasi,

daya alam/iklim, kebisingan, aroma/bau-bauan, bentuk, keamanan, kebersihan,

keindahan dan penerangan. Berikut ini adalah penjelasannya secara detail:75

a. Sirkulasi

Sirkulasi merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi

kenyamanan terkait tidak adanya pembagian ruang yang tidak sesuai

proporsi untuk sirkulasi manusia dan kendaraan bermotor.

b. Daya Alam atau Iklim

Daya alam atau iklim yang dapat mempengaruhi kenyamanan yaitu

antara lain:76

1) Radiasi matahari: adanya radiasi matahari yang berlebih pada

siang hari dapat mengurangi kenyamanan, sehingga diperlukan

adanya peneduh (shading) pada lokasi yang terekspos oleh sinar

matahari.

2) Arah angin: pada ruang-ruang luas dan terbuka terdapat

kecepatan angina yang kencang sehingga perlu diatasi dengan

memberikan elemen-elemen penghalang untuk menguranginya.

3) Curah hujan: aktivitas manusia di ruang terbuka publik kerap

menimbulkan gangguan dari faktor curah hujan, khususnya di

75
G A P Wibowo, E Yuliani, and ..., “Pengaruh Kualitas Taman Terhadap Kenyamanan
Pengunjung (Studi Kasus: Taman Hijau Kota Purwodadi),” … Unissula (KIMU) Klaster … 5, no.
Kimu 5 (2021): 75–79,
76
Wahyu Ari Indriastuti and Nuryasri, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas
Terhadap Kepuasan Pengunjung Taman New Balekambang Tawangmangu,” Hotelier Journal 3,
no. 2 (2022): 58–66,
daerah tropis dengan curah hujan tinggi dan angin yang

kecepatannya relatif kencang.

4) Temperatur: adapun unsur ini akan berpengaruh terhadap gairah

kerja dimana temperatur yang terlalu dingin dapat menurunkan

gairah kerja, sedangkan temperatur yang terlampau panas dapat

menimbulkan kelelahan dalam bekerja. Dengan demikian,

temperatur yang optimal sangat diperlukan untuk menunjang

aktivitas dengan baik.

c. Kebisingan: terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk

menghindari kebisingan, khususnya pada daerah seperti perkantoran

atau industri yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri seperti

(ear muff, ear plug).

d. Aroma atau bau-bauan: kenyamanan orang yang berada di sekitar

dapat terganggu dengan adanya bau-bauan. Namun demikian, aroma

wewangian sifatnya relatif dan berbeda-beda bagi masing-masing

individu.

e. Bentuk: bentuk atau tampilan fisik (physical evidence) dalam

perancangannya harus menyesuaikan bentuk dengan ukuran standar

manusia guna menimbulkan rasa nyaman.

f. Keamanan: unsur ini merupakan permasalahan krusial yang dapat

mengganggu dan menghambat aktivitas manusia. Adapun unsur

keamanan tidak hanya berarti dari segi kejahatan (kriminal), tetapi


juga termasuk didalamnya kekuatan konstruksi, bentuk ruang, serta

kejelasan fungsi.

g. Kebersihan: lokasi yang bersih dapat menumbuhkan daya tarik dan

rasa nyaman karena sifatnya yang bebas dari kotoran sampah dan

bau-bauan yang tidak sedap.

h. Keindahan: unsur ini merupakan salah satu yang harus diperhatikan

untuk memperoleh kenyamanan karena terkait dengan masalah

kepuasan batin dan pancaindra. Adapun dalam aspek kenyamanan,

keindahan dapat diperoleh dari segi bentuk ataupun warna.

i. Penerangan: adapun unsur penerangan yang baik dalam ruang sangat

memperhatikan beberapa hal, yaitu kualitas cahaya, cahaya alami,

kuat penerangan, daya penerangan, pemilihan dan peletakan lampu.

2.6 Teori Ekowisata

2.6.1 Definisi Ekowisata

Definisi ekowisata pertama diperkenal-kan oleh Ecotourism Society

sebagai bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan

mengonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan serta kesejahteraan

penduduk setempat. Selanjutnya, Kete mendefinisikan ekowisata sebagai suatu

bentuk perjalanan wisata ke lokasi yang masih alami dengan tetap mendukung

upaya konservasi dan berbasis masyarakat lokal demi terciptanya pembangunan

berkelanjutan.77
77
Iswahyudi, T Fadlon Haser, and Abdurrachman, “Strategi Pengembangan Ekowisata
Berkelanjutan Di Hutan Mangrove Kuala Langsa Kota Langsa Sustainable Ecotourism
Development Strategy for Mangrove Forest of Kuala Langsa, Langsa City,” Jurnal Ilmu Pertanian
Tirtayasa 1, no. 1 (2019): 2019, https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JIPT/article/view/6851.
Menurut Damanik dan Weber, ekowisata merupakan salah satu bentuk

kegiatan wisata khusus yang seringkali diposisikan sebagai lawan dari wisata

massal. Sebenarnya, yang membedakan dari wisata massal adalah karakteristik

produk dan pasar dari kegiatan tersebut. Berbeda dengan wisata konvensional,

ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap

kelestarian sumber daya pariwisata. Masyarakat ekowisata internasional meng-

artikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara

meng- konservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.78

Ekowisata merupakan wisata alternatif dianggap yang dianggap sebagai

salah satu cara untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan

karena dianggap bisa memberikan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, serta

meningkatkan perkembangan kemampuan berusaha.79

Ekowisata merupakan upaya konservasi yang dikemas dalam bentuk

lokasi wisata sehingga pengunjung tidak hanya menikmati keindahan ekosistem

alami namun juga ikut serta dalam pelestarian lingkungan. Berdasarkan panduan

dasar pelaksanaan ekowisata UNESCO, terdapat lima elemen penting yang perlu

diketahui oleh setiap pelaku wisata sehingga dapat menjamin pelestarian

lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Pertama, ekowisata

memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan yang dapat

meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata yang

dikunjunginya. Kedua, ekowisata memperkecil dampak negatif yang dinilai bisa


78
Ramadani and Ilman Navia, “Pengembangan Potensi Ekowisata Hutan Mangrove Di
Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Aceh Development of the Mangrove
Forest Potential Potential in Kuala Langsa Village Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Aceh.”
79
Rimet, “Strategi Pengembangan Wisata Syariah Di Sumatera Barat : Analisis Swot
(Strength, Weakness, Opportunity, Threath.”
merusak karakteristik lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.

Ketiga, kegiatan ekowisata mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan

pelaksanaannya. Keempat, kegiatan ekowisata memberikan keuntungan ekonomi

terutama kepada pihak masyarakat lokal, sehingga pelaksanaan kegiatan

ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan). Kelima, ekowisata dapat terus

bertahan dan berkelanjutan.80

Berdasarkan pengertian ekowisata tersebut, secara keseluruhan kegitan

ekowisata berfokus pada lima kriteria penting berikut ini, yaitu:81

a. Dapat memberikan apresiasi terhadap suatu daerah yang menjadi

tujuan wisata guna meningkatkan pemahaman atau edukasi lingkungan

terhadap pengunjung.

b. Dapat mengurangi dampak negatif yang ada pada tempat wisata terkait

adanya pengeloaan yang baik dari pihak pengelola.

c. Dapat melibatkan partisipasi masyarakat setempat dalam setiap

aktivitas pengelolaanya.

d. Dapat memberikan keuntungan dalam aspek ekonomi bagi masyarakat

sekitar wilayah ekowisata.

e. Dapat dikembangkan dan mampu berkelanjutan.

Selain itu, pengembangan ekowisata juga memiliki misi yang bertujuan

agar pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada pada kawasan tersebut

dapat memberikan kesejahteraan atau bernilai ekonomis bagi masyarakat sekitar.

80
Ibid.
81
Ibid.
Adapun menurut Supriatna, terdapat beberapa faktor dasar yang dapat

menentukan batasan utama sebuah ekowisata, yaitu sebagai berikut:82

a. Daerah Lingkungan

Kawasan ekowisata harus dapat menyajikan tempat wisata yang alami

serta lingkungan alam yang belum tercemar. Hal tersebut bertujuan agar

dalam proses pengembangannya tidak mengganggu ekosistem yang secara

alamiah telah terbentuk. Dengan demikian, hal itu akan menjadi sebuah

ciri khas dari ekowisata dimana terjadi harmonisasi antara alam dan

manusia yang saling mengimbangi.

b. Masyarakat

Berdasarkan aspek sosial dan ekonomi, salah satu elemen pembentuk

yang secara langsung bersentuhan dengan pengembangan ekowisata

adalah masyarakat yang menjadi tuan rumah. Dalam proses

pengelolaanya, diperlukan berbagai elemen Sumber Daya Manusia (SDM)

untuk menjaga kelestariannya yang dapat berdampak langsung pada

masyarakar sekitar.

c. Pendidikan dam Pengalaman

Ekowisata harus mampu memberikan benefit berupa adanya

peningkatan pertumbuhan dan pembangunan lingkungan alam dan budaya

guna terciptanya pengalaman wisata yang mengesankan. Dengan

demikian, ekowisata tidak hanya dijadikan sebagai sarana hiburan tetapi

82
Ramadani and Ilman Navia, “Pengembangan Potensi Ekowisata Hutan Mangrove Di
Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Aceh Development of the Mangrove
Forest Potential Potential in Kuala Langsa Village Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Aceh.”
juga mampu berdampak terhadap pengetahuan terkait wawasan pendidikan

wisata alam yang ditawarkan.

d. Keberlanjutan

Ekowisata juga harus memperhatikan kesinambungan antara tahap

pengelolaan dan pengembangannya. Hal tersebut bermaksud agar proses

pengembangannya tidak berhenti di tengah jalan dan merugikan

masyarakat sekitar.

e. Manajemen

Ekowisata harus mampu dikelola dengan baik dalam jangka waktu

yang panjang agar dampak memberikan benefit bagi lingkugan sekitar di

masa yang akan datang.

2.6.2 Konsep Ekowisata

Menurut Damanik dan Weber, konsep ekowisata dapat memberikan

wawasan terkait pendidikan lingkungan dan suguhan lingkugan yang asri

sehingga akan menumbuhkan kecintaan para wisatawan terhadap ekowisata.

Kemudian, bentuk kegiatan wisata khusus ini juga menjadikan ekowisata yang

acap kali diposisikan sebagai lawan dari wisata massa. Adapun peebedaan antara

ekowisata dan wisata masal yaitu berimplikasi pada aspek kebutuhan,

perencanaan, dan pengelolaan yang tipikal. Dalam UU RI No. 10 Tahun 2009

pasal 1 ayat 5, terdapat panduan legalitas yang mejelaskan terkait pengertian

ekowisata yang berfungsi untuk mengoptikalkan tata kelola lingkungan dan

Sumber Daya Alam (SDA) di daerah wisata. Berdasarkan SK Dirjen PHPA


Nomor 129/Kpt/DJ/1996 juga menyatakan bahwa ekowisata dibangun secara

sukarela dengan wilayah yang memiliki kawasan keindahan dan dibantu oleh

pihak pemerintah.83

Selain itu, Fandeli juga turut memberikan pendapatnya terkait konsep

ekowisata yaitu sebagai kegiatan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat

sekitar dimana mereka memili tanggung jawab terhadap budaya, keasrian, dan

ekosistem tempat wisata. Namun demikian, masyarakat sekitar juga harus

memperoleh keuntungan secara ekonomi atau non ekonomi sebagai dampak

positif dari adanya kegiatan di wilayah ekowisata. Adapun prinsip-prinsip yang

harus diperhatikan dalam konsep ekowisata, yaitu sebagai berikut:84

a. Memberikan edukasi pada wisatawan agar dapat memahami

pentingnya menjaga kelestarian lingkungan

b. Kawasan tempat wisata harus mendapatkan keuntungan dai adanya

daya tarik yang disuguhkan oleh tempat wisata

c. Partisipasi masyarakat dalam melaksanakan perencanaan dan

pengelolaan agar dapat memberikan dampak positif

d. Penghasilan masyarakat atau profit yang didapatkan sebagai hasil

dari kunjungan para wisatawan

e. Menjaga keharmonisan alam dengan tidak merusak setiap unsur

infrastruktur yang ada pada lingkungan

f. Daya dukung lingkungan yang harus tetap mempertimbangkan daya

dukung yang dimiliki oleh lingkungan tempat wisata


83
Ibid.
84
Raditya Ahmad Rifandi, “Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove Untuk
Aktivitas Ekowisata Di Kelurahan Trimulyo Kecamatan Genuk Kota Semarang” (2017): 127.
g. Peluang penghasilan yang didapatkan oleh Negara yang berpotensi

cukup besar.

2.6.3 Permasalahan Ekowisata

Ekowisata memiliki beberapa keunggulan dan peluangnya yang dapat

memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar, namun demikian terdapat

beberapa permasalahan dalam pengembangannya, yaitu sebagai berikut:85

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Berbagai wilayah memili Sumber Daya Manusia (SDM) yang berbeda-

beda dan beberapa wilayah masih memiliki kemampuan dalam mengelola

temoat wisata yang relatif minim. Terlebih lagi ekowisata yang terletak di

wilayah terpencil yang akan berpengaruh pada kualitas SDM dan secara

langsung berimbas pada manajemen dan kesinambungan ekowisata yang

ada. Oleh karena itu, pemerintah perlu mencanangkan upaya sosialisasi

dan pengembangan soft skill yang diperlukan dalam menunjang SDM

yang ada.

b. Akses Infrastruktur

Indonesia memiliki keadaan demografi wilayah yang sangat beragam

dan tentunya akan mempengaruhi kualitas akses menuju lokasi ekowisata

tersebut. Selain itu, kelengkapan fasilitas umum juga akan menunjang

kenyaman wisatawan yang berkunjung ada wisata alam tesebut. Dengan

85
Atsna Qi Doma T. Manihuruk, I. Wayan Restu, and I. Wayan Darya Kartika, “Strategi
Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Konservasi Pada Objek Wisata Alam Trekking Di
Tahura Ngurah Rai, Bali,” Current Trends in Aquatic Science 2, no. 4 (2022): 133–140.
demikian, perlu adanya oengembangan infrastruktur yang bersifat jangka

panjang.

c. Modal

Ketersediaan modal merupakan masalah klasik yang ada dalam proses

pengembangan ekowisata. Potensi besar yang dimiliki oleh sebuah wisata

terkadang tidak didukung dengan ketersediaan dana baik dari pihak

pemerintah setempat atau swasta. Dengan demikian, hal tersebut membuat

masyarakat menggunakan dana pribadi dalam rangka mengembangkan

tempat wisata tersebut.

2.7 Teori Hutan Mangrove

2.7.1 Definisi Hutan Mangrove

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

kehutanan, hutan diartikan sebagai sebuah kesatuan ekosistem berupa

hamparan yang berisi sumber daya hayati dan didominasi oleh pepohonan

yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan,

mangrove merupakan salah satu vegetasi hutan yang tumbuh pada tanah

(alluvial) yang terletak di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang

dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Beberapa ahli memberikan definisi

yang berbeda-beda terhadap istilah mangrove.86 Tomlison dan Wightman

menjelaskan bahwa mangrove adalah sekumpulan tumbuhan yang dapat

ditemui didaerah pasang surut. Kemudian, Saenger, dkk juga mendefinisikan

mangrove sebagai formasi tumbuhan yang tumbuh pada daerah pantai tropis
86
Departemen Perencanaan Wilayah, “Strategi Pengelolaan Ekowisata Mangrove”
(2017).
dan sub tropis yang terlindung. Sementara itu, menurut Soerinagera hutan

mangrove adalah hutan yang ada pada tanah aluvial di daerah pantai dan

muara sungai yang terdiri dari beberapa jenis pohon, yaitu seperti Sonneratia,

Rhizophora, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Ceriops, Lumnitzera,

Excoecaria, Aigeceras, Scyphyhora, Nypa, dan Avicennia, Bruguiera. Dengan

demikian, Indriyanto, menyimpulkan bahwa ekosistem hutan ini juga dapat

disebut sebagai ekosistem hutan payau terkait letaknya yang berada di daerah

payau (estuarin), yaitu perairan yang memili kadar garam atau salinitas antara

0,5 % dan 30 %.87

Luas ekosistem hutan mangrove (mangrove forest) yang dimiliki

Indonesia adalah seluas ± 2,5 juta hektar, yaitu melebihi Brazil 1,3 juta ha,

Nigeria 1,1 juta ha dan Australia 0,97 ha. Namun demikian, kondisi hutan

mangrove yang ada di Indonesia baik terus menurun dari tahun ke tahun baik

secara kualitatif maupun kuantitatif. Tercatat pada tahun 1982, luas hutan

mangrove di Indonesia seluas 5.209.543 dan pada tahun 1993 menjadi

2.496.185 juta ha. Dengan demikian, telah terjadi penurunan luas hutan

mangrove sekitar 47,92 %. Kemudian, pada awalnya tercatat luas hutan

mangrove di Sulawesi Utara pada tahun 1982 adalah seluas 27.300 hektar,

namun pada tahun 1993 terjadi penurunan sekitar 17,70 % menjadi 4.833

hektar. Oleh karena itu, adanya upaya pengelolaan dan konservasi yang

berkelanjutan (sustainable) untuk menjaga kelestarian ekosistem hutan

87
Fakultas Ilmu et al., “Strategi Pengelolaan Destinasi Wisata oleh Dinas Pariwisata Kota
Lhokseumawe” (2021).
mangrove yang ada.88

2.8 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai penelitian yang

dilakukan penulis yaitu terkait strategi pengelolaan keuangan syariah dalam

meningkatkan kualitas kenyamanan pengunjung ekowisata hutan mangrove Kota

Langsa. Adapun hasil rangkumannya yaitu sebagai berikut, yaitu Ratna Anggraini

ZR, Nuramalia Hasanah, dan Adam Zakaria (2017), “Perencanaan Keuangan

Syari’ah Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Manajemen Keuangan

Keluarga Pada Anggota Majelis Ta’lim” menunjukkan bahwa berdasarkan hasil

penelitian tersebut menjelaskan bahwa implementasi praktik keuangan syariah

harus difokuskan untuk memberikan dampak positif terhadap perekonomian

masyarakat secara keseluruhan. Adapun program pelayanan masyarakat majelis di

Desa Cawang yang dijalankan dalam penelitian tersebut bertujuan untuk

memberikan sososialisasi terkait pengelolaan keuangan keluarga sebagai upaya

untuk memperbaiki perencanaan keuangan rumah tangga.89

Penelitian Arnesih (2016) yang berjudul “Strategi Manajemen Keuangan

Dalam Rumah Tangga (Berbasis Ekonomi Syariah)”. Adapun penelitian tersebut

bertujuan untuk berbagi kajian terkait pengelolaan keuangan rumah tangga yang

sesuai dengan prinsip syariah. Hasil penelitian tersebut diarahkan kepada

pembinaan manajemen keuangan pada setiap rumah tangga dan pengembangan

88
Manihuruk, Restu, and Kartika, “Strategi Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis
Konservasi Pada Objek Wisata Alam Trekking Di Tahura Ngurah Rai, Bali.”
89
Ratna Anggraini ZR, Nuramalia Hasanah, and Adam Zakaria, “Perencanaan Keuangan
Syari’Ah Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Manajemen Keuangan Keluarga Pada
Anggota Majelis Ta’Lim,” Sarwahita 14, no. 01 (2017): 26–34.
manajemen keuangan syariah.90 Kemudian, penelitian berjudul “Strategi

Pengelolaan Keuangan Pribadi Ala Syariah di Masa Pandemi” oleh Mutawali,

Fikron Al-Choir, dan Aden Prawiro Sudarso (2022) juga bertujuan untuk

merumuskan strategi pengelolaan keuangan pribadi secara syariah pada masa

pandemic COVID-19. Adapun dari hasil pelatihan yang dilaksanakan oleh

peneliti, bentuk pengelolaan keuangan syariah tidak hanya ditujukan pada urusan

dunia, tetapi juga berfokus pada urusan akhirat. Dengan demikian, di dalamnya

dapat dilakukan optimalisasi terkait sedekah, zakat, wakaf sebagai instrument

investasi yang diperintahkan dalam Islam. Kegiatan ini tentunya ditujukan untuk

memperoleh keberkahan pemanfaatan pengelolaan guna melawan hawa nafsu atas

keinginan dan lebih memprioritaskan kebutuhan utama.91 Berdasarkan hasil

penelitian terdahulu, penulis menemukan objek penelitian yang menarik untuk

dikaji lebih lanjut yaitu terkait strategi pengelolaan keuangan syariah yang

dilakukan oleh pihak pengelola tempat wisata dengan tujuan untuk meningkatkan

kualitas kenyamanan bagi para pengunjung.

90
Arnesih, “Strategi Manajemen Keuangan Dalam Rumah Tangga (Berbasis Ekonomi
Syariah ).”
91
Mutawali, Fikron Al-Choir, and Aden Prawiro Sudarso, “Strategi Pengelolaan
Keuangan Pribadi Ala Syariah” 3, no. 2 (2022): 230–238.

Anda mungkin juga menyukai