Anda di halaman 1dari 2

Dampak COVID-19 Terhadap Pedagang Kantin SD Negeri 050783 Salahaji

Penulis: Sri Wahyuni (Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama
Islam Negeri Langsa)

Pedagang kecil merupakan bagian dari pergerakan ekonomi di Indonesia.


Keberadaanya sendiri dapat menjadi penopang perekonomian rakyat yang senantiasa
bertahan di tengah guncangan krisis ekonomi. Di tengah krisis moneter yang melanda,
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, serta Menengah) adalah aspek yang mendapatkan perhatian
khusus. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penyerapan tenaga kerja sebesar 90
persen dan kontribusi terhadap Produk Domesti Bruto sebesar 60 persen. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa donasi UMKM amatlah besar bagi pertumbuham ekonomi di
Indonesia.

Namun demikian, mewabahnya kasus COVID-19 di Indonesia pada awal tahun 2020 telah
menyerang sektor kesehatan dan berbagai aspek kehidupan yang bermuara pada
terdampaknya aktivitas kegiatan perekonomian masyarakat. Terkait hal tersebut, pemerintah
Indonrsia melakukan tindakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan
pada tanggal 10 April dengan masa berlaku 14 hari pada seluruh kegiatan yang dan dilakukan
secara berkala.

Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada masyarakat kota tetapi juga telah
menyebar hingga ke pelosok desa. Alhasil, terdapat banyak mikro usaha kecil menengah di
daerah pedesaan yang ikut terdampak.

Salah satu kisah resiliensi yang akan diangkat kali ini berasal dari salah satu pedagang
kecil di desa Salahaji. Terletak di kecamatan Pematang Jaya Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara, Indonesia, Salahaji menyimpan sosok inspiratif dari salah satu pedagang kecil yang
menjadi bagian dari pergerakan ekonomi di Indonesia. Sebut saja ia Kak Siti, meski diterpa
badai krisis ekonomi, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk bertahan menjadi
penopang perekonomian. Resiliensi merupakan kemampuan seseorang dalam beradaptasi dan
mengatasi terhadap setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan kekuatan setiap individu untuk terus melanjutkan hidup dengan baik
ditengah situasi genting yang melanda.

Kak Siti, salah seorang pedagang di Kantin SD Negeri 050783 Desa Salahaji yang
terkena imbas dari adanya pandemi COVID-19. Semenjak sekolah tatap muka diganti dengan
pembelajaran secara dari atau online, ia tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya dan
keluarga dari hasil penjualan di kantin sekolah. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya
aktivitas di sekolah, termasuk kantin sekolah yang dilarang beroperasi dan tutup. Namun
demikian, Kak Siti tidak tinggal diam, alih –alih meratapi nasib ia lebih memilih untuk
membuka usaha sampingan yaitu menjual gorengan. Gorengan yang dijajakan beraneka
ragam, mulai dari pisang goreng, bakwan, tempe goreng, tahu isi, dan lain-lain. Ia
menjajakan gorengannya mulai dari pagi hingga sore hari dan dari hasil penjualannya, ia
dapat mencukupi kebutuhan keluarganya selama masa pandemi COVID-19.

Dari kisah Kak Siti kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemampuan seseorang
untuk membangun usaha kecil dapat membantu pemulihan perekonomian masyarakat pada
masa pandemi COVID-19. Keterbatasan yang ada bukanlah sebuah pembatas untuk tetap
bertahan hidup dengan melakukan berbagai upaya yang ada. Selain itu, kreativitas dan
dukungan juga dibutuhkan oleh setiap pelaku usaha kecil untuk dapat meningkatkan kualitas
produk, mutu penjualan, serta strategi pemasaran yang baik. Kak Siti membuat kita belajar
bahwa setiap usaha dan semangat yang dilakukan akan berdampak menuju perekonomian
yang lebih baik di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai