Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MERINGKAS BUKU

“MEMULAI USAHA BARU”

Strategi Yang Perlu Anda Tahu Untuk Memulai Sebuah


UKM

Disusun Oleh:

SHALIH AL HASYIR D041201091

Mata Kuliah:

KEWIRAUSAHAAN D

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2023
A. UKM Indonesia: Liliput Berkekuatan Raksasa
Di negara Indonesia, baik di kota mana saja kita berkunjung, terdapat satu
ciri khas yang sulit ditemui di negara lain. Ciri khas tersebut adalah para
pedagang kaki lima, belakangan ini sepertinya jumlah pedagang kaki lima sudah
sangat menjamur dimana-mana. Berbeda dengan di masa lalu, dimana
pedagang kaki lima hanya masih belum begitu banyak dan biasanya letak
berjualan mereka lebih teratur dan rapi, sekarang setelah era reformasi (yang
disalahartikan sebagai era kebebasan) pedagang kaki lima tumbuh meledak
dimana-mana. Produk yang dijual oleh para pedagang kaki lima ini pun sangat
beragam, mulai dari kue-kue buatan rumah tangga hingga minuman buatan
pabrik, koran dan majalah,boneka-boneka mainan untuk pajangan di dalam
mobil, bahkan hingga benda- benda absurd seperti sapu lidi dan perabotan kayu.
Tanpa disadari, para pedagang kaki lima ini telah meringankan beban
pemerintah melalui usaha mandiri yang mereka lakukan. Karena para pedagang
kaki lima ini mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, melalui sektor informal,
dan berusaha keras untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Mereka memilih
untuk menjadi pedagang kaki lima disebabkan oleh beberapa alasan,
diantaranya:
1. Karena inilah salah satu usaha yang paling mudah untuk dilaksanakan. Dalam
istilah ekonomi mikro, usaha dagang kaki lima memiliki entry-barrier (hambatan
masuk) yang sangat rendah. Artinya siapapun bebas untuk berdagang dan
bersaing dengan pedagang lainnya. Modal yang dibutuhkan secara finansial bisa
dibilang tidak besar. Modal lain yang dibutuhkan adalah tekad, niat, kemauan
serta ketahanan terhadap resiko. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa para
pedagang kaki lima merupakan entrepreneur dalam skala mini.
2. Adanya kebebasan diri dan tidak terikat dengan birokrasi atau aturan sebuah
organisasi. Didalam menjalankan usahanya seorang pedagang kaki lima
menentukan sendiri bagaimana nasib usahanya di masa depan. Mereka terbiasa
membaca trend permintaan pelanggan walaupun tidak pernah mengecap teori
bisnis. Semua keputusan diambil sendiri dan resiko juga ditanggung sendiri.
Dengan adanya kekuasaan yang absolut terhadap usaha yang dijalankan,
dengan sendirinya membawa kepuasan sendiri apabila para pedagang tersebut
mampu mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi.
3. Berdasarkan pembicaraan santai dengan beberapa pedagang kaki lima, ada
alasan menarik lain yang mereka kemukakan sehubungan dengan alasan
memilih untuk menjadi pedagang kaki lima. Yaitu kebebasan dari rutinitas kerja.
Sayangnya prestasi para pedagang kaki lima dalam usahanya untuk
bertahan hidup masih dipandang sinis oleh sebagian kalangan. Para pedagang
tersebut seringkali dipandang sebagai sebuah aktifitas mengotori atau bahkan
perbuatan kriminal. Karena mayoritas para pedagang kaki lima tersebut memang
tidak memiliki status legalitas apapun dari pemerintah untuk menjalankan usaha.
Padahal para pedagang kecil ini juga memiliki kontribusi yang lumayan terhadap
perekonomian Indonesia. Selain itu ada pula para pedagang kaki lima yang
masih sangat muda dan secara usia sebenarnya harus mengecap pendidikan,
namun karena berbagai kesulitan mereka terpaksa berjualan.
Unit Kecil Menengah (UKM)
Usaha Kecil Menengah (UKM) disadari atau tidak telah menjadi tulang
punggung perekonomian Indonesia. Pernyataan ini dibuktikan data yang
menunjukkan bahwa UKM memiliki kontribusi sebesar lebih dari 90% terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) kita. Selain itu, kenyataan yang ada di lapangan,
UKM telah berhasil mengurangi jumlah pengangguran dengan penciptaan
lapangan kerja secara mandiri. Oleh karena itu, saat ini pemerintah tengah
gencar-gencarnya mempromosikan UKM sebagai salah satu agenda utama
dalam strategi pembangunan ekonomi indonesia. Langkah yang diambil adalah
dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh UKM. Sehubungan
dengan pekerjaan, terdapat dua kondisi yangnmenjadikan seseorang terjun
menjadi pelaku UKM:
1. Kesulitan mencari pekerjaan dikarenakan persyaratan kompetensi yang
kurang, atau karena tingkat persaingan semakin tinggi. Orang-orang ini bisa jadi
tingkat pendidikannya rendah, perekonomian yang lemah, atau korban efek
samping dari bonus demografi.
2. Karakteristik seseorang yang hanya mau bekerja untuk mencari keuntungan
bagi dirinya sendiri, tanpa harus mendapatkan pengawasan atau supervisi dari
orang lain. Diantara angkatan kerja terdapat orang-orang yang tidak mau terikat
dengan rutinitas pekerjaan, orang-orang tersebut juga termasuk ke dalam
golongan ini.

Dengan adanya wiraswasta melalui UKM tersebut, hal ini sangat menunjang
perekonomian bangsa Indonesia. Selain mengurangi angka pengangguran,
peran penting UKM juga dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti perannya
dalam meningkatkan PDB, serta sumbangannya terhadap ekspor nasional.
Peran UKM dalam perekonomian Indonesia setidaknya dapat dilihat dari:
1. Kedudukannya yang saat ini telah menjadi pemain utama dalam
perekonomian Indonesia.
2. UKM saat ini sudah menjadi penyedia lapangan pekerjaan terbesar di
Indonesia. Lebih dari separuh tenaga kerja di Indonesia saat ini, diserap oleh
sektor informal. Hal ini juga terlihat dari fakta bahwa lebih dari 90% usaha yang
ada di Indonesia adalah berbentuk UKM. Disisi lain, UKM selama ini juga intensif
dalam mengolah dan menggunakan Sumber Daya Alam lokal. Hal ini mungkin
dikarenakan jumlah UKM yang sangat banyak dan tersebar hingga ke desa-
desa. 3. UKM juga menjadi pemain utama dalam pengembangan berbagai
produk lokal. Sehingga dengan demikian pemberdayaan ekonomi lokal juga
merupakan salah satu fungsi utama dari UKM.
4. UKM juga sedikit banyak telah menyumbang terhadap neraca ekspor
Indonesia.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menunjukkan sinyal positif


dalam beberapa tahun belakangan juga tidak terlepas dari kontribusi UKM.
Bidang yang dikuasai oleh UKM di Indonesia juga terbilang sangat kompleks dan
lengkap mulai dari kuliner, tekstil, perkebunan, pertanian, perikanan, retail dan
lain-lain. Walaupun demikian, bukan berati pembangunan UKM telah berjalan
secara optimal di Indonesia. Hal ini dikarenakan mayoritas UKM di Indonesia
tumbuh dan berkembang dengan daya dan upayanya secara mandiri. Sementara
peran pemerintah dalam mengembangkan UKM belum terlaksanakan secara
optimal dan belum menyentuh hingga ke semua UKM yang tersebar di
Indonesia. Namun demikian, tetap saja potensi UKM sangat besar sekali,
meskipun berusaha secara mandiri, selama tahun 2011 saja telah terjadi
peningkatan sebesar 15-20 % UKM di Indonesia.
Sementara nilai investasi yang disalurkan melalui UKM mencapai 640,4
triliun. UKM juga telah menyumbang kepada cadangan devisa sebesar 183,8
triliun atau sebesar 20% dari keseluruhan total cadangan devisa. UKM juga telah
memberikan kontribusi yang sangat positif di saat terjadinya beberapa kali krisis
ekonomi di Indonesia. Di saat krisis perekonomian global telah menghantam
bisnis-bisnis besar sehingga harus diselamatkan oleh pemerintah, UKM terbukti
memiliki daya tahan yang lebih baik. Sehingga dengan demikian, pada saat
terjadi krisis, walaupun guncangan ekonomi masih dirasakan oleh masyarakat,
namun secara umum perekonomian masih stabil dan dapat langsung di recovery.
Ini adalah salah satu kontribusi penting UKM terhadap perekonomian.

Alasan Indonesia Harus Mengembangkan UKM


UKM sebagai sektor usaha yang didirikan oleh masyarakat secara mandiri,
dan tidak berkaitan dengan utang luar negeri terbukti memiliki daya tahan yang
lebih kuat di saat menghadapi krisis ekonomi. Kondisi lain yang membuat UKM
begitu kuat adalah karena mereka juga tidak terlalu tergantung kepada modal
pinjaman dari institusi finansial seperti bank.
Krisis ekonomi di tahun 1998 merupakan salah satu contoh yang sangat
baik untuk menggambarkan betapa rentannya perusahaan- perusahaan yang
berkaitan dengan modal asing. Perekonomian Indonesia yang bergantung
kepada modal asing pada akhirnya membuat situasi perekonomian menjadi
sangat rentan sekali, sehingga jika terjadi guncangan ekonomi di negara lain.
Ketergantungan tersebut menyebabkan Indonesia kolaps apabila pihak asing
kolaps. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, krisis ekonomi ternyata tidak
begitu mempengaruhi UKM. Untuk membuktikannnya kita dapat melihat data
penyerapan tenaga kerja pada tahun 1997 dan tahun 1998.
Dari gambar table di atas, kita dapat ambil beberapa kesimpulan diantaranya:
1. UKM merupakan sektor terbesar yang menyerap tenaga kerja. Tercatat
berturut-turut di tahun 1997 dan 1998 jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor
UKM adalah sebesar 57,4 juta dan 57,34 juta tenaga kerja.
2. Pada saat terjadi krisis ekonomi di tahun 1998, UKM mengalami penurunan
penyerapan kerja yang paling kecil.
3. Disaat perusahaan besar dan perusahaan sedang mengalami penurunan
persentase penyerapan tenaga kerja, UKM malah mengalami peningkatan dalam
hal persentase penyerapan tenaga kerja.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan UKM dapat bertahan di tengah
krisis yang terjadi di tahun 1997-1998:
1. Sebagian besar UKM memproduksi barang konsumsi dan jasa yang memiliki
elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah. Sehingga dengan
demikian apabila pendapatan masyarakat berkurang, biasanya tidak akan
berpengaruh terhadap pola pembelian produk-produk ciptaan UKM. Namun
dibalik itu, peningkatan pendapatan masyarakat juga tidak terlalu banyak
berpengaruh terhadap kenaikan permintaan. Sehingga bisa dikatakan pasar
yang dikuasai oleh UKM bersifat stabil.
2. Sebagian besar UKM tumbuh dengan mengandalkan modal sendiri. Jikapun
ada memakai modal pinjaman, biasanya meminjam ke pihak-pihak terdekat
seperti keluarga, atau teman. Sehingga dengan demikian mayoritas UKM tidak
memiliki keterikatan dengan Bank. Dengan demikian, keterpurukan sektor
perbankan dan naiknya suku bunga tidak banyak mempengaruhi sektor ini.
Berbeda dengan perusahaan-perusahaan besar yang akan mengalami
guncangan apabila terjadi tekanan-tekanan terhadap sector perbankan
Indonesia.
Berbagai Kesulitan dalam Pengembangan UKM
Meskipun telah memberikan banyak sekali kontribusi dan memegang
peranan yang sangat penting di dalam perekonomian Indonesia, UKM di
Indonesia ternyata masih harus menghadapi berbagai permasalahan. Diantara
permasalahan yang harus dihadapi oleh UKM adalah seperti yang pernah
dijelaskan oleh Mudradjad Kuncoro dalam bukunya Ekonomika Pembangunan
(2010), yaitu:
1. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar.
Permasalahan ini terjadi diduga karena sebagian besar UKM dikelola dengan
metode-metode yang tradisional/ konvensional. Kebanyakan pengetahuan
bisnis didapatkan melalui belajar secara otodidiak melalui trial and erorr, atau
berdasarkan pengalaman bisnis keluarga yang diturunkan dari generasi
sebelumnya.
2. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh
jalur untuk sumber-sumber permodalan. Para pemberi modal sebelum
mencairkan dananya tentu mempertimbangkan resiko dan potensi tingkat
pengembalian yang akan mereka dapatkan. Sementara pada UKM yang skala
usahanya sangat kecil, para pemilik modal masih memandang investasi
terhadap UKM sebagai sesuatu yang beresiko dan tingkat pengembalian juga
kecil.
3. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Karena
mayoritas UKM tidak memiliki struktur organisasi yang jelas. Terkadang pemilik
bertindak langsung sebagai pengelola dan pemasar.
4. Keterbatasan jaringan usaha kerja sama antarpengusaha kecil (Sistem
Informasi pemasaran). Oleh karena itu sebenarnya perlu dibangun jaringan-
jaringan usaha UKM seperti UKM untuk mengembangkan konektifitas mereka.
5. Iklim usaha yang kurang kondusif karena iklim usaha yang mematikan.
6. Pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan
serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
Sementara tantangan yang dihadapi oleh UKM, diantaranya meliputi dua aspek
(Latief, 2013):
1. Bagi usaha yang memiliki omset kurang dari 300 juta per tahun umumnya
tantangan yang di hadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup
usahanya.
2. Bagi usaha yang masih memiliki omset Rp. 300 juta sampai Rp.2,5 Miliar
setahun tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Diantaranya adalah:
a) Masalah belum adanya sistem administrasi keuangan dan manajemen yang
baik karena belum dipisahkan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.
b) Masalah bagaimana memperoleh pinjaman dan membuat studi kelayakan
untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun modal ventura karena
kebanyakan UMKM mengeluh berbelit-belitnya prosedur memperoleh kredit,
agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi.
c) Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut
pasar semakin ketat.
d) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh
perusahaan / grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah.
e) Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang
ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku dengan kualitas rendah,
dan tingginya harga bahan baku.
f) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah
menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar di
kuasai oleh pasar tertentu dan banyak barang pengganti.
g) Masih terbatasnya tenaga kerja yang terampil.
Selama beroperasi, UKM memang tidak pernah lepas dari berbagai
kendala dan kesulitan. Sepertinya hambatan-hambatan tersebut selalu muncul
karena pada awal didirikannya, UKM juga dibentuk atas berbagai keterbatasan.
Jika dilihat dari berbagai aspek, maka berbagai kendala yang dihadapi oleh
UKM diantaranya:
1. Penguasaan teknologi yang masih rendah
Sebagaimana juga telah dijelaskan sebelumnya, salah satu tantangan
yang mesti dihadapi oleh UKM adalah kurangnya Sumber Daya Manusia yang
berkualitas serta penguasaan personil UKM terhadap teknologi yang masih
kurang. Harus diakui bahwa lambatnya kemampuan mengadopsi teknologi
menjadikan perkembangan UKM di Indonesia menjadi sangat lambat sekali.
Sehingga pertumbuhan UKM yang sebenarnya bisa lebih maksimal tidak
mampu tercapai.
Hal ini semakin dipersulit oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang
kurang mendukung dan membuka jalan bagi UKM-UKM untuk mendapatkan
akses permodalan. Kesulitan modal tentunya menjadikan UKM semakin sulit
untuk mengaktualisasikan diri serta melakukan inovasi-inovasi.
Selain itu kesadaran para pelaku UKM untuk mengembangkan kualitas
dan kompetensi para personilnya terbilang masih rendah. Sementara inovasi-
inovasi dengan menggunakan teknologi terbaru tentunya tidak akan tercapai
tanpa adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Sebaliknya teknologi
yang canggih sekalipun yang telah dimiliki oleh UKM tentunya tidak akan dapat
dimaksimalkan apabila Sumber Daya Manusianya tidak berkualitas. Hal ini
karena segala sesuatunya hanya merupakan perangkat, sementara yang
merekayasa dan memaksimalkan adalah SDM.
2. UKM harus menghadapi birokrasi yang berbelit saat mengembangkan
usahanya.
Salah satu yang menjadikan Indonesia lambat berkembang selama ini
adalah birokrasi yang lama dan berbelit-belit. Bahkan di Indonesia sendiri
sudah ada sebuah ungkapan “jika bisa dipersulit kenapa dipermudah”, yang
menggambarkan birokrasi-birokrasi yang tidak penting. UKM sebagai salah
satu unit bisnis yang sejatinya harus bergerak cepat sesuai dengan tuntutan
keadaan tentunya akan disulitkan oleh adanya birokrasi-birokrasi yang rumit.
Birokrasi yang harus dihadapi oleh UKM bahkan dimulai sebelum mereka
menjalankan usahanya, yaitu pada saat pengurusan ijin usaha. Selama ini di
Indonesia, untuk mendirikan suatu usaha, maka seseorang harus menjalankan
sebuah proses pengurusan yang dapat memakan waktu hingga 4-6 bulan.
Belum lagi pengurusan tersebut harus dilakukan di banyak kantor yang
berlainan lokasi. Sehingga tidak heran apabila seandainya para pelaku UKM
lebih suka apabila usahanya cukup berada di sektor informal saja. Coba
bandingkan dengan pengurusan ijin usaha di negara tetangga Singapura yang
hanya memakan waktu 1-2 hari saja, dan semuanya dapat diurus di satu atap
atau aplikasi melalui jaringan internet.
Untuk itu, perlu kiranya di setiap daerah dilakukan pemangkasan birokrasi
sehingga para pelaku UKM dapat mengurus usahanya tanpa adanya kesulitan-
kesulitan yang tidak perlu. Dengan masuknya UKM-UKM tersebut ke dalam
sektor formal, dengan sendirinya urusan permodalan juga akan semakin mudah
didapatkan.

3. Permasalahan infrastruktur, sarana dan prasarana yang tidak mendukung.


Keterbatasan infrastruktur, sarana dan prasaranan juga menjadi salah satu
kendala bagi UKM untuk mengembangkan usahanya. Padahal terkadang
produk yang diciptakan oleh suatu UKM sudah memiliki kualitas yang sangat
baik, namun gagal mencapai pasar yang lebih luas karena infrastruktur yang
tidak memadai.
UKM Menghadapi Globalisasi
Kerjasama perdagangan dan ekonomi antara negara-negara yang
tergabung di dalam ASEAN (Association of Sout East Asian Nation) dengan
China, yang diimplementasikan dalam sebuah kawasan perdagangan bebas
yang disebut sebagai CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area). Perjanjian
kerjasama perdagangan bebas tersebut telah membawa implikasi yang sangat
besar bagi industri di dalam negeri.
China dalam satu dasawarsa terakhir telah berkembang sangat cepat
hingga menjadi salah satu negara yang menguasai perekonomian dunia. Di
tahun 2010, China telah berhasil melampaui Jepang, Jerman dan Perancis.
Gagasan mengenai CAFTA sendiri awal pertama kali muncul pada KTT ASEAN
ke VII di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam di bulan November 201.
Tindak lanjutnya yaitu pada tanggal 4 November 2004, akhirnya kesepakatan
perdagangan dan ekonomi ditandatangani oleh para pemimpin ASEAN dan
China.
Sejatinya CAFTA mempunyai maksud dan tujuan untuk memperkuat
kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi di keuda belah pihak.
Yaitu dengan meliberalisasi alur perdagangan diantara dua kawasan dan
mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua
belah pihak. Indonesia sendiri memandang perlu untuk mengikuti perjanjian
CAFTA karena mengingat besarnya jumlah penduduk China sebagai sasaran
ekspor. Penduduk China yang jumlahnya hingga mencapai miliaran tentunya
merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk-produk Indonesia.
Setelah adanya pemberlakuan CAFTA, nilai ekspor non migas Indonesia
ke China mencapai USD 14,9 miliar, atau meningkat sebesar 59% jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar USD 8,7 miliar.
Dan dilain sisi, impor dari China ke Indonesia juga meningkat sebesar 45%
yaitu dari USD 12,5 miliar di tahun sebelumnya, meningkat menjadi USD 18,7
miliar.
Namun demikian, meskipun secara statistik CAFTA telah berhasil
meningkatkan arus perdagangan timbal balik antara negara-negara ASEAN
dan China, di tingkat UKM ternyata keuntungan yang sama tidak didapatkan.
Yang terjadi saat ini adalah, produk-produk UKM terpaksa harus bersaing keras
dengan produk China yang dijual dengan harga yang sangat murah. Satu hal
yang dilupakan pemerintah pada saat perjanjian CAFTA adalah, sosialisasi
publik mengenai kesepakatan CAFTA kepada pelaku-pelaku usaha kecil, dan
bagaimana strategi besar (grand strategy) pemerintah dalam menangguk
keuntungan sebesar-besarnya dari perjanjian ini.

Selain itu, hingga saat ini belum ada upaya serius dari pemerintah untuk
mengukur apakah perjanjian CAFTA tersebut membawa dampak yang baik
atau malah menjatuhkan industri kecil didalam negeri. Tentunya kita berharap
jangan sampai indurti-industri kecil di Indonesia harus gulung tikar karena pasar
telah dibanjiri oleh produk China.
Kondisi ini hingga sekarang masih menimbulkan kontroversi diberbagai
kalangan baik di kalangan akademisi, praktisi, atau pemerintah terutama para
pelaku UKM. Hal tersebut dapat dipahami karena pada dasarnya UKM lah
pihak yang paling dirugikan dengan adanya kawasan perdagangan bebas
China dan ASEAN. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah membuat para
pelaku UKM tergagap dan belum siap untuk bersaing di pasar bebas.
Beberapa dampak positif dari perjanjian CAFTA terhadap UKM diantaranya
adalah:
1. Dorongan untuk mengembangkan produk
Adanya perjanjian CAFTA, dimana produk-produk masal buatan China
bebas masuk ke Indonesia dan sebaliknya, berarti masing-masing produk
buatan kedua negara harus siap bertarung head to head di pasar bebas.
Konsumen di pasar bebas tidak akan memperhatikan lagi dari mana asal
produk yang akan dibeli, pertimbangannya adalah produk mana yang paling
bagus dengan harga yang murah. Oleh karena itu, mau tidak mau para pelaku
UKM dipaksa untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi
dengan seefektif dan seefisien mungkin.
2. Dorongan untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia.
Untuk mendukung strategi yang dimaksud pada poin satu diatas, tentunya
tidak akan berhasil tanpa adanya personil-personil yang kompeten dan cakap di
UKM itu sendiri. Untuk itu, UKM terpaksa harus meng-upgrade kemampuan
para personil yang ada hingga mampu menguasai teknologi dan menciptakan
inovasi-inovasi baru.
3. Munculnya tantangan bagi para wirausaha
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya,
alasan mendirikan usaha pada awalnya bukan hanya sekedar tuntutan ekonomi
saja. Banyak diantara UKM-UKM tersebut didirikan oleh para entrepreneur-
entrepreneur yang melakukan start up bisnis. Mereka adalah orang-orang yang
tidak mau bekerja dibawah orang lain, mereka tidak mau menggantungkan
nasib pada orang lain, dan memiliki jiwa berani dan kreatif. Munculnya
perjanjian CAFTA dapat dipandang sebagai salah satu tantangan yang menarik
bagi para wirausaha-wirausaha ini. Bagi para wirausaha tersebut, keberhasilan
dalam menaklukan kesulitan-kesulitan yang timbul akibat adanya CAFTA akan
membawa kepuasan tersendiri.
Adapun dampak negatif bagi UKM akibat adanya CAFTA diantaranya:
1. Pasar dibanjiri oleh produk China yang harganya sangat murah.
Kondisi ini tentunya lama-lama akan mematikan UKM-UKM yang tidak
mampu bersaing dari segi harga. Sementara tingkat perekonomian di Indonesia
yang masih rendah, sehingga elastisitas permintaan penduduk Indonesia masih
sangat tinggi. Artinya apabila terjadi perubahan harga sedikit saja, hal tersebut
akan membuat pelanggan mempertimbangkan kembali keputusan
pembeliannya.
Apabila masyarakat Indonesia berbelanja, kemudian dihadapkan kepada
dua produk sejenis yang berlainan harga, pastinya ia akan langsung memilih
produk yang lebih murah. Terlepas dari apakah produk tersebut buatan dalam
negeri atau hasil impor dari China. Hal ini bukan berarti mereka tidak
mendukung produk-produk buatan lokal atau nasional, namun lebih kepada
keputusan berdasarkan pertimbangan ekonomi saja.
2. Mulai tergantikannya produk-produk khas Indonesia karena adanya produk
China yang lebih murah.
Jika selama ini berbagai produk yang kita konsumsi sehari-hari lebih
banyak diproduksi secara lokal, tidak demikian halnya setelah adanya
perjanjian CAFTA. Produk-produk khas Indonesia seperti buah-buahan sudah
mulai berangsur-angsur hilang tergantikan oleh produk China. Bahkan produk
yang sangat khas sekalipun seperti batik, sekarang juga sudah mulai banyak
yang “made in China”.
3. Para pelaku UKM yang awalnya melakukan kegiatan produksi sendiri mulai
beralih profesi menjadi pedagang atau trader saja.
Untuk itu, perlu adanya perubahan cara pandang dari UKM terhadap
persaingan bebas yang akan mereka hadapi dengan produk-produk China.
Maka dari itu, CAFTA juga dapat dilihat sebagai sebuah peluang bagi UKM,
yaitu dengan:
1. Dengan adanya perjanjian CAFTA, artinya keran perdagangan bebas akan
dibuka seluas-luasnya diantara semua negara yang ada di dalam kawasan
perdagangan bebas tersebut. Artinya, jika selama ini cakupan UKM hanya
fokus kepada pasar lokal, sudah saatnya UKM-UKM terseebut mencari cara
untuk agar bisa masuk ke pasar yang lebih besar seperti pasar nasional
bahkan global. Bukan tidak mungkin jika suatu saat produk-produk UKM
Indonesia mampu menguasai pasar di Malaysia, Brunei atau Filipina.
2. Kemampuan China dalam memproduksi sebuah produk dengan harga yang
murah sebenarnya tidak lebih dari strategi masal. Artinya produk diciptakan
secara besar-besaran dengan bahan baku yang tidak berkualitas sehingga
gampang rusak. Apabila UKM memutuskan untuk bersaing dari segi harga,
sepertinya akan sulit sekali untuk memenngkan persaingan. Namun apabila
UKM tertantang untuk meningkatkan kualitas produk hingga menjadi produk
premium, pasarnya sebenarnya cukup luas.Apalagi bagi negara-negara
maju seperti Singapura, produk hand made sangat mereka hargai sebagai
produk yang mahal.
3. Satu data yang cukup memberikan angin segar bagi UKM di Indonesia,
ternyata 40% produk nabati di China berasal dari Indonesia. Hal ini tentunya
menjadi peluang besar bgi produsen-produsen di sektor agribisnis.
Strategi UKM Dalam Menghadapi Globalisasi
Untuk menghadapi persaingan bebas, tentunya keberhasilan UKM tidak
akan dapat tercapai jika mereka berjuang sendiri. Perlu adanya dukungan dari
berbagai pihak agar UKM dapat bangkit dan tetap produktif dalam menghadapi
kerasnya persaingan.
1. Dari sisi pemerintah
a. Meningkatkan daya saing produk lokal
Produk-produk China yang masuk ke Indonesia pada dasarnya memiliki
kualitas yang tidak begitu baik. Produk-produk tersebut memiliki daya saing
yang kuat semata-mata karena mampu menjual dengan harga murah. Bahkan
di pasaran, kata “produk china” sudah sinonim dengan “murah”. Jika
pemerintah tetap berkeras agar produk-produk Indonesia bersaing dari segi
harga, maka tentunya strategi tersebut akan sulit berhasil, karena di dalam
benak masyarakat sudah kadung terbentuk asosiasi antara kata murah dengan
produk China.
Maka apa yang dilakukan? Yaitu dengan bersaing di aspek lain, yaitu
kualitas. Sudah saatnya pemerintah melakukan penyuluhan dan pelatihan
kepada para pelaku UKM, dibarengi dengan bantuan-bantuan modal agar para
pelaku UKM dapat melakukan peningkatan kualitas terhadap produknya.
Peningkatan mutu dan kualitas tidak selalu berarti peningkatan kemampuan
produk. Melalui packaging yang menarik saja para konsumen sudah
menganggap produknya berkualitas. Maka perlu para pelaku UKM hendaknya
diajarkan langkah-langkah kreatif dan inovatif seperti itu.
Peningkatan mutu dan kualitas yang baik tentunya akan berujung pada
hitung-hitungan terhadap investasi yang mesti dilakukan dan hasil yang akan
didapatkan. Untuk itu, pemerintah dapat memberikan bebagai pinjaman kredit
lunak kepada pelaku UKM. Selain itu, biaya-biaya birokrasi sedapatnya
diminimalkan sehingga pengeluaran UKM dapat ditekan.
b. Meningkatkan kemampuan SDM baik melalui pendidikan maupun pelatihan
Seperti yang tercermin dari artikel pada kotak 1, bahwa daya saing yang
sebenarnya terletak pada Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Semua hal
lain di luar itu hanyalah perangkat yang dapat digunakan, diubah, dan
direkayasa oleh SDM. Di tangan SDM yang berkualitas, sumberdaya-
sumberdaya yang tersedia walaupun nilainya biasa-biasa saja akan dapat
dimaksimalkan, demikian pula sebaliknya.
Untuk itu, hendaknya pemerintah menyediakan berbagai fasilitas untuk
meningkatkan SDM yang ada pada UKM. Peningkatan-peningkatan tersebut
bisa berupa pendidikan, pelatihan, workshop, maupun pelaksanaan studi
banding oleh para pelaku UKM.
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan haruslah berhubungan dengan
penciptaan daya saing yang lebih tinggi. Seperti pelatihan desain produk,
pelatihan pemasaran dan lain sebagainya.
c.Menumbuhkan kecintaan mengkonsumsi produk Indonesia di tengah-tengah
masyarakat.
Selama ini masyarakat Indonesia sangat senang dengan produk asing.
Seolah-olah produk impor jauh lebih berkelas dan bergengsi daripada produk
dalam negeri. Kita sering mendengar istilah “harga lokal, kualitas impor”, yang
artinya barang berharga murah namun berkualitas tinggi. Kondisi ini tentunya
sangat disayangkan, sementara para produsen kecil di Indonesia setiap hari
berusaha keras agar mampu menjual produknya. Untuk itu perlu diadakan
sebuah gerakan yang dicetuskan oleh pemerintah, sehingga produk-produk
buatan dalam negeri tidak lagi dipandang sebelah mata.
2. Dari sisi pelaku UKM
a. Menyadari bahwa UKM yang dipimpinnya bukan lagi bersaing di kancah
pasar lokal, namun sudah internasional.
Meskipun sebuah UKM memasarkan produknya di daerahnya sendiri,
namun tidak dapat dihindari kalau di pasar tersebut produknya harus bersaing
dengan produk-produk asing. Artinya, secara persaingan, cakupan UKM
tersebut tidak lagi lokal namun sudah internasional. Dengan adanya kesadaran
seperti itu, tentunya pelaku UKM tidak akan mengambil keputusan atau strategi
yang sama saat menyasar pasar lokal.
b. Berusaha meningkatkan kualitas produk
c. Berusaha mengadopsi teknologi-teknologi dan metode produksi yang
modern.
d. Menyasar e-commerce. Pembahasan mengenai tema ini akan dibahas
pada bagian selanjutnya.
3. Dari sisi lembaga keuangan
Lembaga-lembaga keuangan baik bank, lembaga manajemen investasi
dan lain-lain hendaknya mulai bekerjasama bahu membahu bersama dengan
UKM untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bank semestinya memproses
tuntas proses pengajuan meski pada akhirnya harus ditolak.Selain menyalurkan
kredit, bank juga sebaiknya bertindak sebagai rekanan yang menyediakan
konsultasi kepada UKM.
4. Dari sisi masyarakat secara umum
Masyarakat yang selama ini terbiasa memandag sebelah mata produk
Indonesia sebaiknya segera mengubah cara pandangnya tersebut. UKM hanya
dapat berhasil berkembang apabila mendapatkan dukungan dari pasar
terbesarnya, yaitu masyarakat Indonesia itu sendiri. Untuk mengubah cara
pandang masyarakat memang tidak mudah, karena sudah terlalu lama
beranggapan bahwa segala sesuatu yang datang dari luar negeri pasti lebih
baik. Namun demikian, dengan adanya campaign secara serius, mudah-
mudahan cara pandang keliru tersebut dapat diubah.

B. Strategi Sebelum Mendirikan Usaha


Sebagaimana yang telah dijelaskan Bagian A sebelumnya, bahwa seorang
wirausaha perlu memiliki dan menguasai beberapa aspek dalam menjalankan
UKMnya. Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan akademis, keterampilan/
skill, dan karakter. Ketiga aspek tersebut harus dimiliki oleh seorang pelaku
UIKM, bahkan sebelum ia memulai bisnisnya.
Pada Bagian ini akan dibahas mengenai berbagai aspek tersebut secara
teknis, serta berbagai hal yang harus dipersiapkan oleh seorang pelaku UKM
sebelum memulai bisnis.
Berani Memulai Usaha
Di tengah-tengah masyarakat awam ada sebuah pendapat bahwa
kewirausahaan merupakan sebuah karakter (trait) yang didapatkan dari lahir
atau dari keturunan. Pandangan ini bisa jadi tidak sepenuhnya salah, karena
berdasarkan pengamatan dan catatan mengenai pelaku-pelaku usaha yang
telah sukses, banyak diantara bisnis tersebut yang proses perkembangannya
lintas generasi. Seperti contohnya perusahaan Bukaka milik keluarga Kalla.
Perusahaan tersebut didirikan oleh H. Kalla di Makassar sebagai perusahaan
lokal yang skalanya masih berupa UKM, namun berkembang menjadi sebuah
perusahaan besar berskala internasional di tangan generasi kedua, yaitu Jusuf
Kalla. Jusuf Kalla sendiri menyatakan bahwa, bakat kewirausahaan yang dia
miliki saat mengembangkan Bukaka didapatkan dari ayahnya sendiri.
Sedari kecil ayahnya memang mendorong Jusuf Kalla untuk berbisnis
mulai dari tingkatan bawah seperti menjadi kasir. Namun demikian, anggapan
bahwa kewirausahaan merupakan bakat yang dibawa dari lahir sebenarnya
tidak sepenuhnya benar pula. Sebab selain contoh diatas, kita juga seringkali
membaca dan mendengarkan kisah kesuksesan seorang pelaku bisnis, yang
jika dilihat dari garis keturunannya tidak ada jejak bakat pengusaha.
Maka dari itu, kewirausahaan selain merupakan sebuah bakat yang
dibawa dari lahir (didapatkan dari keturunan), namun juga bisa dipelajari dari
nol. Untuk itu, kepada para calon pelaku UKM yang tidak merasa tidak memiliki
bakat, atau tidak ada sejarah wirausaha di garis keturunannya, tidak perlu
berkecil hati. Karena menjadi pengusaha merupakan pilihan, bukan sesuatu
yang ditakdirkan.
Dilain sisi, keberanian untuk memulai sebuah UKM bagi seseorang
memang masih rendah sekali. Kebanyakan pelaku UKM di Indonesia beralasan
mendirikan usahanya pertama kali dikarenakan terpaksa atau adanya kesulitan-
kesulitan. Seperti sulitnya mencari pekerjaan, baru saja dipecat dari
perusahaan tempat bekerja, untuk menambah penghasilan yang kurang, dan
lain-lain. Jarang sekali ada pelaku UKM yang memiliki kesadaran bisnis tanpa
adanya kondisi yang mendesak.
Hal ini dapat dimaklumi karena bagi masyarakat awam yang belum terjun
ke dunia bisnis, ada ketakutan-ketakutan saat mendirikan sebuah UKM. Apalagi
bila orang tersebut sama sekali belum pernah memiliki bisnis, dan tidak ada
garis keturunan pedagang. Padahal untuk melakukan bisnis, tantangan dan
resiko harus dihadapi setiap hari. Sementara jika menjadi pegawai saja, resiko
dan tantangan tidak begitu besar sehingga bisa menjalani hidup dengan lebih
santai.
Untuk itu, ada beberapa langkah untuk menumbuhkan keberanian memulai
sebuah UKM:
1. Meningkatkan pengetahuan seputar bisnis.
Pengetahuan akademis bukan berarti pengetahuan yang didapatkan
melalui pendidikan formal saja. Kecanggihan teknologi saat ini mendatangkan
berbagai kemudahan untuk mendapatkan pengetahuan bisnis. Sehingga
pengetahuan bisnis bisa diperoleh melalui internet, media massa, seminar-
seminar bisnis, dan lain-lain.
Dengan adanya pengetahuan bisnis yang lebih baik, tentunya keberanian
untuk memulai sebuah UKM juga akan lebih besar. Karena pada dasarnya, sifat
manusia adalah menakuti sesuatu yang tidak diketahuinya. Setelah dipelajari
dan dipahami, nanti akan didapatkan pemahaman bahwa ternyata dunia bisnis
tidak semenakutkan yang dikira sebelumnya.
2. Memulai bisnis dari skala yang kecil
Efek samping dari mempelajari berbagai informasi mengenai dunia usaha
adalah: munculnya ketidaksabaran seseorang dalam merintis UKMnya. Hal ini
dikarenakan, pada saat mencari inspirasi bisnis, seseorang akan mendapatkan
berbagai cerita dan kisah sukses yang telah dilalui oleh seorang pengusaha.
Meskipun ada dicantumkan kesulitan-kesulitan yang mesti dihadapi oleh sang
pengusaha inspirasional, namun fokus utamanya tetap kepada kesuksesan-
kesuksesan serta betapa menyenangkannya kehidupan sang pengusaha
tersebut saat ini.
Informasi-informasi seperti ini terkadang dapat menimbulkan persepsi
yang salah di benak para pelaku UKM yang baru memulai usahanya. Para
pelaku UKM tersebut membandingkan berbagai kesulitan yang dihadapinya
sekarang, kemudian merasa tidak sabar ingin cepat-cepat bisa berhasil seperti
pengusaha yang menjadi sumber inspirasinya. Sementara untuk bisa berhasil,
terkadang seorang wirausaha harus menghadapi kegagalan berkali-kali dan
mengalami kesulitan- kesulitan selama bertahun-tahun.
Maka ketika memulai sebuah UKM, hendaknya dimulai dengan bisnis
yang kecil dulu. Dengan memulai sebuah bisnis yang kecil, maka tantangan
yang didapatkan tentunya tidak sebesar kalau memulai sebuah usaha
menengah atau besar. Pada masa ini, yang perlu sekali diresapi oleh para
pelaku UKM adalah, berbagai pelajaran berharga yang ia dapatkan selama
menangani bisnis kecil tersebut. Dan dilain sisi, pelaku UKM tetap harus
mempertahankan mimpinya untuk memiliki usaha yang besar.
Dengan demikian, segala pengalaman dan pembelajaran yang ia
dapatkan saat ini difokuskan agar memperoleh pengetahuan untuk mengelola
bisnis yang lebih besar. Makanya didalam dunia wirausaha dikenal istilah “start
small, dream big, scalling fast.’ Artinya: mulai dari yang kecil namun tetap
bermimpi besar, kemudian lakukan perkembangan dan pembelajaran secepat
yang dimungkinkan.
3. Bergaul dengan pengusaha
Salah satu cara tercepat untuk menjadi seorang pengusaha adalah
dengan berkenalan dengan seorang pengusaha. Seorang pengusaha yang
telah terbukti mampu menjalankan usahanya, dapat dijadikan mentor bagi
pelaku UKM yang akan memulai usahanya sendiri.
Ingin Berwirausaha? Cari Mentor Dulu!
Bagi para mahasiswa atau pihak-pihak yang sedang mencari pengetahuan
seputar bisnis, tentunya tidak aneh lagi dengan saran untuk memiliki seorang
mentor. Seorang mentor adalah seseorang yang dapat dijadikan panutan,
sumber inspirasi, teman berdiskusi dan tempat bertanya bagi seorang pelaku
UKM. Kriterianya adalah: mentor tersebut adalah orang yang telah terbukti
mampu menjalankan usahanya dengan baik, serta bersedia untuk dijadikan
sebagai mentor.
Kesadaran akan pentingnya mentor ini memunculkan berbagai keunikan di
dunia usaha. Ada beberapa pengusaha (atau bahkan mahasiswa) yang dengan
sengaja lebih memilih menjadi mentor saja daripada menjadi pengusaha.
Artinya, usahanya adalah menjadi mentor itu tadi. Mentor yang tadinya
merupakan seorang pembimbing dalam membangun usaha, dijadikan sebuah
komoditi jasa yang dikemas dalam bentuk perusahaan konsultan bisnis,
seminar-seminar, coaching bisnis dan lain-lain.
Memang tidak ada yang salah dengan menjadikan jasa mentor sebagai
produk yang dijual, namun yang harus diingat oleh para pelaku UKM bahwa
mentorship juga membutuhkan sentuhan pribadi. Artinya seorang mentor yang
baik adalah seseorang yang secara emosional dekat dengan calon pelaku UKM
tersebut.
Dengan demikian, berbagai masukan dan pertimbangan yang diberikan
bersifat custom atau spesifik untuk diri pelaku UKM tersebut. Sementara jasa
mentorship yang telah dibisniskan, biasanya disusun secara umum agar dapat
disampaikan seluas-luasnya.
Ada beberapa alasan mengapa calon pelaku UKM harus memiliki seorang
mentor, diantaranya:
1. Setiap orang punya gaya bisnis sendiri.
Hal ini merupakan alasan utma mengapa mentorship sebenarnya tidak
bisa ditawarkan sebagai sebuah komoditi. Setiap orang akan memiliki
perbedaan tingkat emosi, kemampuan berpikir cepat, kecenderungan
pengambilan strategi, selera, dan lain-lain. Oleh karena itu, seorang pelaku
UKM semestinya memiliki seorang mentor yang sesuai dengan dirinya.
2. Yang dilakukan oleh mentor adalah membangun karakter wirausaha, bukan
semata trik bisnis
Setiap pelaku usaha memiliki cara mereka tersendiri dalam menjalankan
usaha. Oleh karena itu, meskipun memiliki seorang mentor, bukan berarti
seorang pelaku bisnis akan mendapatkan trik bisnis yang tepat untuk
usahanya. Hal ini karena kondisi yang dihadapi pelaku usaha dan mentor juga
berbeda. Oleh karena itu, yang dibangun oleh mentor sebenarnya karakter-
karakter yang dibutuhkan dalam bisnis.
Jika seorang pelaku usaha berharap untuk mendapatkan trik-trik bisnis,
bisa jadi ia kecewa terhadap masukan dari mentornya tersebut. Strategi bisnis
yang pernah berhasil satu kali, bukan jaminan akan berhasil terus di situasi dan
kondisi yang berbeda.
Namun dengan mewariskan karakter-karakter dan cara berpikir yang
tepat, maka seorang pelaku UKM dapat menyesuaikannya dengan berbagai
tantangan dan permasalahan yang dia hadapi.
3. Menghilangkan blind spot.
Blind spot didalam istilah akademis berarti sebuah titik yang tidak terlihat
oleh mata karena keterbatasan ruang penglihatan. Untuk memahami blindspot,
bisa dilakukan dengan praktek sederhana. Perhatikan kedua “x” dibawah.
Tutuplah mata kanan dengan telapak tangan, kemudian arahkan mata kiri untuk
melihat “x: yang ada di kanan. Pada sudut tertentu, “x” di kiri akan hilang sama
sekali dari penglihatan

Dalam hal bisnis, Blind spot (titik buta) merupakan berbagai hal yang luput dari
pengamatan. Sehingga adanya blindspot akan menjadikan strategi atau
kebijakan bisnis yang diambil menjadi keliru. Hal ini bisa terjadi karena
kurangnya ketelitian atau kurangnya pengalaman dari pelaku usaha.
Untuk mengatasi adanya blind spot, maka diperlukan seseorang yang
berpengalaman yang bisa melihat situasi dan kondisi bisnis dari sudut pandang
yang lebih luas. Disinilah salah satu peran dari mentor, dalam mengawasi
usaha yang dijalankan oleh pelaku UKM yang dibimbingnya.
4. Masukan dan saran
Mentor juga bertindak sebagai pelatih bisnis. Sebagai orang yang telah
lebih dulu terjun ke dunia usaha, tentunya seorang mentor telah banyak
mengalami kesuksesan dan kegagalan. Berbagai pengalaman yang dimilikinya
tersebut, selain menjadi pelajaran bagi dirinya sendiri, juga dapat menjadi
pelajaran bagi pihak lain, terutama pelaku UKM yang dibimbingnya.
5. Sumber motivasi dan inspirasi
Motivasi adalah dorongan. Seseorang dapat menjalankan suatu pekerjaan
dengan baik apabila motivasi yang dimiliki kuat.
Salah satu cara agar mendapatkan motivasi yang kuat adalah dengan
mengetahui tujuan dari pekerjaan. Dalam hal ini, motivasi seorang pelaku UKM
dapat ditingkatkan apabila ia telah melihat satu contoh keberhasilan dari
seorang pebisnis.
Dengan demikian, kita telah membahas betapa pentingnya seorang
mentor dalam menjalankan usaha. Seorang mentor sangat diperlukan karena ia
adalah orang yang telah lebih dulu terjun ke sebuah usaha. Ia telah merasakan
pahitnya kegagalan, kemudian dengan semangat yang tinggi mampu bangkit
kembali berkali-kali, hingga akhirnya mencapai satu titik kesuksesan.
Dalam berbisnis sudah pasti akan mengalami sebuah kegagalan. Paling
tidak, seorang pengusaha akan merasakan berbagai kesulitan-kesulitan dalam
membangun usaha yang ia dirikan.
Namun demikian, kegagalan-kegagalan tersebut dapat diminimalkan
apabila mau belajar dari kegagalan orang lain. Artinya, belajar dari pengalaman
tidak berarti harus dari pengalaman sendiri. Pengalaman orang lain juga bisa
diambil sebagai pelajaran seolah-olah merupakan pengalaman sendiri. Bagi
calon pelaku UKM yang memiliki kenalan seorang pengusaha yang dinilai
cocok untuk dimintai tolong sebagai mentor, maka mentorship dapat
dilaksanakan dengan segera. Namun demikian, tidak semua calon pelaku UKM
memiliki kesempatan atau kemudahan seperti itu. Maka bagi para calon pelaku
UKM yang hendak mendapatkan mentor, ada beberapa strategi yang dapat
dilakukan:
1. Mengikuti suatu komunitas bisnis.
Di Indonesia saat ini sudah banyak sekali komunitas-komunitas bisnis,
baik yang telah resmi atau yang tidak resmi. Komunitas-komunitas bisnis
tersebut bisa saja berupa asosiasi pengusaha, organisasi pengusaha dan lain-
lain. Dengan adanya internet, peluang untuk memasuki komunitas bisnis juga
semakin mudah. Bahkan komunitas bisnis di internet sudah terbagi dengan
sangat spesifik sesuai dengan bidang usaha masing-masing. Biasanya
komunitas-komunitas bisnis di dunia maya tersebut berupa forum internet,
mailing list, facebook group dan lain-lain. Di sana ada komunitas pengusaha
ikan tambak, pengusaha perkebunan tomat, dan lain sebagainya.
Dengan mengikuti komunitas-komunitas bisnis tersebut, calon pelaku UKM
bisa bertemu dan berkenalan dengan para pelaku bisnis lainnya. Dengan
adanya perkenalan, kemudian mentorship dapat dirintis.
2. Mengikuti seminar-seminar kewirausahaan dan motivasi
Para peserta kewirausahaan dan motivasi mayoritas adalah orang yang
telah melakukan usaha bisnis dan yang akan terjun ke dunia bisnis.
Sebagaimana pertemuan pada komunitas-komunitas bisnis, di seminar-seminar
tersebut biasanya banyak diberikan simulasi, games dan lain-lain. Sehingga
dengan sendirinya calon pelaku UKM akan mendapatkan banyak sekali
rekanan baru. Selanjutnya selain mendapatkan mentor, calon pelaku UKM juga
bisa meluaskan jaringan (network) nya ke sesama pelaku UKM lainnya. Maka
dari itu, pada saat mengikuti seminar atau komunitas bisnis, seorang calon
pelaku UKM disarankan untuk melengkapi diri dengan kartu nama.
3. Melalui kenalan yang sama
Sebuah small world network theory (SWNT) yang diperkenalkan oleh
William Finnegan di tahun 2002, teori tersebut mengatakan bahwa semua
orang di dunia sebenarnya saling terhubung oleh rekanan yang sama.
Finnegan meneliti bahwa satu orang akan saling terhubung dengan orang
lainnya melalui sebuah jaringan pertemanan yang tidak lebih dari 10 orang.
Misalnya seseorang yang bernama Andi di Padang sebenarnya memiliki
jaringan pertemanan sebanyak 6 orang dengan Kevin di Chicago. Jaringan
tersebut bisa jadi seperti ini: Andi punya teman namanya Ratna. Ratna punya
tante yang bekerja di Jakarta yang bernama Susi. Susi punya kenalan teman
sekantor Budi, yang saudaranya bekerja di Amerika yaitu Rudi. Rudi di Amerika
punya teman Steven. Steven punya teman sama kuliah yang sekarang tinggal
di Chicago bernama Jimmy. Jimmy berteman dengan Kevin. Jadi jaringan
pertemanannya adalah Andi – Ratna – Susi – Budi – Rudi – Steven – Jimmmy
– Kevin.
Dengan demikian, jaringan pertemanan antara Andi di Padang dengan
Kevin di Chicago adalah 6 orang. Inilah konsep dari small world network theory.
Maka berdasarkan teori tersebut, seorang calon pelaku UKM sebenarnya
memiliki jaringan dengan siapa saja pihak yang ingin dijadikan mentor.
Berdasarkan teori, jika ia ingin menelusuri berdasarkan jaringan, maka jaringan
yang ditemuinya tidak akan pernah lebih dari 10 orang. Maka dari
itu, salah satu cara untuk berkenalan dengan seorang calon mentor adalah
dengan menggunakan jaringan yang sudah dimiliki saat ini.
4. Menemui langsung
Di satu daerah tentunya beberapa orang yang terkenal karena kemajuan
usahanya. Cara terakhir untuk mendapatkan mentor adalah dengan
mendatangi langsung, berkenalan dan menyampaikan maksud untuk
mendapatkan mentorship. Namun demikian, metode ketiga ini adalah metode
yang paling sulit dilakukan. Hal ini karena kebanyakan pelaku usaha yang telah
sukses dan memiliki usaha yang besar, mereka cenderung memiliki waktu yang
terbatas. Sehingga jarang sekali bisa menyediakan waktu untuk seseorang
yang tidak dikenalnya.
Memulai Sebuah UKM
Jika akan memulai sebuah UKM yang baru, ada beberapa pertanyaan
yang harus direnungkan oleh seorang calon pelaku UKM:
1. Produk apa yang akan dibuat? Untuk menjawab pertanyaan ini, pembaca
bisa melengkapi pertimbangannya dengan membaca BAB 7 buku ini “Teknik
Pemasaran”.
2. Mengapa harus membuat produk tersebut? Pertanyaan ini sangat penting
untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan calon pelaku UKM dalam
menghasilkan suatu produk. Adakalanya seorang pelaku UKM sangat ingin
menciptakan suatu produk atas dasar melihat kesuksesan orang lain saja.
Padahal calon pelaku UKM tersebut sebenarnya akan lebih berhasil apabila
menghasilkan produk lain.
3. Mengapa calon pelanggan akan membeli produk tersebut?
4. Apa kesulitan yang akan dihadapi jika menghasilkan produk yang akan
dibuat tersebut?
5. Apakah sumberdaya yang dimiliki sudah mencukupi untuk menghasilkan
produk yang akan dihasilkan?
6. Siapa pasar yang akan dituju? Ini merupakan pertanyaan yang paling penting
dan utama sekali untuk dijawab sebelum memasuki dunia usaha. Untuk
menjawab pertanyaan ini, para calon pelaku UKM dapat melengkapi
pertimbangannya dengan membaca bagian “Membangun keunggulan bersaing”
di akhir BAB ini.
Mendapatkan Ide Bisnis
Sebelum mencari dan merumuskan sebuah ide bisnis, perlu kita pahami
dahulu definisi dari peluang usaha dan potensi usaha. Peluang usaha adalah:
semua hal yang dibutuhkan oleh konsumen dimana produsen dapat meraih
keuntungan Sementara, Potensi usaha adalah batas keuntungan yang dapat
diraih oleh produsen terhadap konsumen, sehubungan dengan meraih peluang
usaha. Maka dalam mendirikan sebuah usaha, seorang calon pelaku UKM
harus melakukan mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai peluang-
peluang usaha yang dapat dimasukinya, serta seberapa besar potensi usaha
tersebut dapat dimaksimalkannya. Kemampuan membaca peluang usaha dan
potensi usaha tersebut harus dimiliki dan dipahami betul oleh pelaku UKM,
karena kedua hal tersebut dibutuhkan bukan hanya pada saat mendirikan
usaha saja. Kemampuan dalam membaca kedua hal tersebut sangat
dibutuhkan secara terus menerus di dalam perjalanan sebuah UKM.
Pada saat menghadapi serangan pesaing, disaat perubahan selera
konsumen, di saat krisis ekonomi, atau disaat ingin mengembangkan bisnis.
Semuanya membutuhkan kemampuan membaca peluan dan potensi usaha.
Sebagaimana kemampuan-kemampuan entrepreneural lainnya, kemampuan
membaca peluang dan potensi usaha juga dapat dilatih dengan menggunakan
berbagai metode, diantaranya:
1. Mengevaluasi diri sendiri sehubungan dengan kemampuan dan keterampilan
yang dimiliki.
Seringkali kita mendengar atau membaca mengenai seorang pelaku
usaha yang sukses menyatakan bahwa baginya beraktivitas sehari-hari seperti
menjalankan sebuah hobi. Artinya, pengusaha tersebut menjalankan usahanya
sesuai dengan minat yang dimilikinya. Namun demikian, sering juga muncul
pertanyaan dari para calon pelaku UKM, bagaimana kita bisa tahu apakah
sesuatu itu kita senangi atau tidak. Karena bagi sebagian orang, sesuatu yang
disenangi dan sesuatu yang bisa dijadikan usaha adalah dua hal yang berbeda.
Seringkali hobi atau kesukaannya saat ini tidak memiliki peluang usaha. Jika
menghadapi kondisi seperti itu, maka yang perlu dicari tahu adalah: apa yang
paling mudah dipahami? Karena pada dasarnya, seseorang akan menggemari
segala sesuatu yang mudah ia pelajari. Maka dengan demikian, kegemaran-
kegemaran baru dapat dipelajari.
Keuntungan dari melakukan sebuah usaha berdasarkan sesuatu yang
digemari atau disenangi adalah, pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik
tanpa adanya rasa tertekan atau seperti menjalankan suatu kewajiban. Sifat
manusia adalah, kita sering lupa waktu dan bersemangat dalam menjalankan
sesuatu yang disenangi. Oleh karena itu, jika mengerjakan sebuah hobi yang
dibisniskan, maka kemungkinan untuk berhasil akan lebih besar karena pada
dasarnya bekerja untuk suatu kesenangan.
2. Melihat trend
Jika dilihat dari ilmu statistik , maka tren diartikan sebagai sebuah angka
yang muncul paling sering. Tren juga dapat digunakan untuk melakukan
peramalan mengenai angka yang akan muncul berikutnya. Maka dalam istilah
bisnis, tren dapat diartikan sebagai sesuatu yang paling sering dikonsumsi oleh
pelanggan, serta dapat pula digunakan untuk meramalkan permintaan di masa
yang akan datang.
Melihat tren bisa dilakukan secara sederhana seperti menonton televisi
secara teratur, melihat apa yang sedang laku dan sering dibicarakan di tengah-
tengah masyarakat, serta melalui cara-cara lainnya. Dengan mengikuti ren,
seorang calon pelaku UKM dapat memperkirakan apa yang akan ditawarkan ke
pasar, serta berapa jumlah yang sebaiknya ditawarkan.
3. Menciptakan produk baru
Salah satu cara untuk memenuhi peluang pasar adalah dengan
menciptakan sebuah produk yang belum pernah ditawarkan sebelumnya. Di
dalam ilmu manajemen pemasaran, strategi ini disebut sebagai blue ocean
strategy. Menciptakan sesuatu yang baru bukan berarti haru menciptakan
sesuatu yang benar-benar baru (completely new), namun bisa juga dengan
memodifikasi, mengemas ulang, dan mengubah fitur yang ada pada suatu
produk. Salah satu kisah perusahaan yang sukses dalam menjalankan strategi
ini adalah seperti yang dilakukan oleh Teh Botol Sosro (Lihat Kotak “Sosrodjojo
– Teh Botol Sosro).
4. Melakukan pertambahan nilai
Melakukan pertambahan nilai berarti memodifikasi suatu produk sehingga
memiliki nilai yang lebih tinggi di mata pelanggan.
Sebagai contoh, sebuah kayu sebenarnya sudah bisa dijual kepada
pelanggan. Namun tentunya dijual dengan harga yang murah. Namun jika kayu
tersebut diolah dan dibentuk menjadi sebuah pearbot, tentunya kayu tersebut
dapat dijual dengan harga yang lebih mahal. Maka daripada sebilah kayu yang
masih mentah, kayu yang sudah diolah memiliki nilai yang lebih tinggi di mata
pelanggan.
Pertambahan nilai tidak hanya dapat dilakukan oleh UKM yang
memproduksi barang (manufaktur), UKM yang bergerak di bidang jasa juga
dapat melakukan hal tersebut. Seperti misalnya memberikan layanan antar
jemput, memberikan layanan penanggulangan keluhan, dan lain sebagainya.
Konsep dari pertambahan nilai adalah mengubah sesuatu, bisa dengan
memodifikasi, mengolah dan lain sebagainya, agar dapat lebih berguna dan
memenuhi kepuasan pelanggan, sehingga dapat dipasarkan dengan harga
yang lebih tinggi. Selain tujuan memasarkan dengan harga yang lebih tinggi,
pertambahan nilai juga bertujuan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan serta
untuk mengalahkan pesaing.
5. Melakukan penelitian pasar
Bagi UKM, istilah riset pasar mungkin dirasa sebagai kalimat yang tinggi.
Ini dikarenakan untuk melakukan sebuah riset diperlukan biaya yang tinggi.
Biasanya perusahaan-perusahaan besar melakukan riset pasar dengan
melibatkan pelanggan secara masif untuk mendapatkan data yang valid.
Namun tidak demikian halnya. Penelitian tidak mesti dilakukan secara besar-
besaran dan memakan banyak biaya. Karena esensi dari peneilitan adalah
untuk “membuktikan sesuatu” dan untuk “menjawab pertanyaan”. Maka jika
kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan kedua hal tersebut, maka
sebuah UKM sebenarnya sudah melakukan penelitian.
Sebagai contoh, sebuah UKM yang memiliki pesaing ingin membuktikan
apakah kue yang diproduksinya dapat diterima oleh selera pelanggan. Maka
cara yang dilakukan adalah dengan membagi-bagikan sampel kue tersebut dan
memintai pendapat para calon pelanggan yang mencicipi. Tes mencicipi dapat
dilakukan di berbagai daerah di kotanya dan mengambil sampel.
Samudera Merah vs Samudera Biru
Untuk memulai sebuah bisnis, pelaku UKM bisa saja mengamati berbagai
produk yang telah ada dan kemudian berusaha menawarkan produk yang
sama. Artinya, UKM yang didirikan tersebut akan menjadi pesaing baru bagi
produk-produk yang telah ada sebelumnya. Strategi ini digunakan oleh
mayoritas UKM yang baru didirikan, dengan alasan kemudahan dalam
pendirian usaha. Artinya, pelaku UKM tersebut tidak perlu repot-repot
melakukan riset pasar mengenai produk mana yang kira-kira akan laku atau
tidak, karena sudah ada contoh usaha yang berhasil.
Alasan lain adalah kemudahan dalam memproduksi produk yang
dimaksudkan. Karena jika produk yang dimaksud sudah pernah dibuat oleh
UKM lain, maka UKM yang baru tinggal meniru saja apa yang dilakukan oleh
UKM sebelumnya dalam memproduksi. Bahan baku sudah diketahui dan
peralatan produksi juga sudah diketahui. Strategi meniru usaha yang sudah ada
disebut sebagai strategi samudera merah (red ocean strategy). Maksud dari
strategi ini adalah menawarkan produk yang telah ditawarkan oleh UKM lain
sebelumnya. Keuntungan dari strategi ini adalah waktu start up yang lebih
pendek karena waktu tidak dihabiskan untuk mencari ide.
Namun demikian, strategi samudera merah juga memiliki resiko yang
cukup serius. Para pelaku UKM yang meniru usaha lain, tentunya saat memulai
usahanya harus langsung bersaing dengan pesaing yang telah berpengalaman.
Tentunya ini merupakan sebuah tantangan yang cukup berat bagi para pelaku
UKM yang baru mulai usahanya. Pesaing yang telah berpengalaman memiliki
pengetahuan dan strategi yang relatif lebih lengkap, serta memiliki sumberdaya
pendukung yang lebih baik.
Dilain sisi, para pelanggan juga cenderung memilih produk yang telah
mereka kenal sebelumnya. Sehingga untuk meraih simpati dan merebut
perhatian pelanggan membutuhkan usaha ekstra. Para pelanggan merasa
enggan untuk pindah ke produk yang baru dikarenakan mereka sudah familiar
dengan produk yang sudah biasa mereka konsumsi. Pelanggan juga sudah
mengetahui kualitas yang mereka dapatkan.
Untuk itu, ada sebuah strategi lagi yang dapat diambil oleh para pelaku
UKM, yaitu dengan melaksanakan strategi samudera biru, dengan menciptakan
sebuah produk yang belum dikenal sebelumnya.
Berdasarkan sebuah teori bisnis, disaat memasuki sebuah pasar, sebuah
UKM akan memiliki pilihan antara memasuki sebuah Samudera Biru atau
Samudera merah. Terminologi samudera merah dan samudera biru tersebut
menandakan konsep perkenalan produk yang akan dilakukan oleh sebuah
UKM.
Didalam samudera merah, produk yang akan ditawarkan telah dikenal dan
tersedia. Dengan demikian, batasan-batasan industri telah bersifat tetap dan
diterima oleh para pelaku usaha. Aturan kompetitif juga telah diterima secara
baku dan diikuti oleh para pelaku usaha yang ada didalam pasar tersebut.
Sementara samudera biru berarti, produk yang ditawarkan merupakan
sesuatu yang baru, dalam artian merupakan sebuah produk yang benar-benar
belum ada sebelumnya, atau sebuah produk yang telah ada yang di-inovasi
kembali .Dengan demikian, pada samudera biru belum ada persaingan, belum
ada penetapan harga yang jelas, sehingga pelaku usaha dapat dengan bebas
mengaplikasikan strategi pemasaran yang dikehendakinya. Pengertian strategi
samudera biru (atau dikenal juga dengan istilah blue ocean strategy) menurut
W. Chan Kim dan Renee Mauborgne (2006):

“Bagaimana membuat ruang pasar yang belum


terjelajahi, yang bisa menciptakan permintaan dan
memberikan peluang pertumbuhan yang sangat
menguntungkan. Intinya, bagaimana bersaing dengan
tangkas dalam kompetisi; bagaimana secara cerdik
membaca persaingan, menyusun strategi dan kerangka
kerja yang sistematis guna menciptakan samudra biru”
Dari definisi yang dikemukakan diatas, maka dapat kita ketahui bahwa
strategi samudera biru bukanlah sebuah strategi untuk memenangkan sebuah
persaingan, karena pada strategi ini pesaing belum ada sama sekali. Belum
adanya pesaing menjadikan strategi persaingan menjadi tidak relevan,
sehingga UKM dapat fokus kepada bagaimana mengembangkan usahanya
sebesar mungkin. Perbandingan antara strategi samudera merah dan
samudera biru (disarikan dari Chan, 2006):

Dengan pemahaman yang kita dapatkan dari tabel diatas, kita


menyimpulkan bahwa strategi samudera biru mendorong pelakunya untuk
memasuki sebuah arena pasar potensial yang selama ini tidak terlihat atau
terlupakan oleh para pesaing.
Beberapa contoh fenomenal dari penerapan strategi samudera biru yang telah
berhasil diantaranya adalah:
1. Inovasi yang dilakukan oleh Yamaha melalui motor skutik. Sebelum Yamaha
hadir dengan motor merk ini, pasar sepeda motor dikuasai oleh Honda. Bahkan
pada saat itu istilah “Honda” seringkali digunakan masyarakat untuk menyebut
sepeda motor, tidak peduli jenis dan merknya.
Yang dilakukan oleh Yamaha Mio saat itu adalah menawarkan sepeda motor
bertransmisi otomatis sehingga pengendara tidak perlu repot-repot mengoper
gigi. Pada awalnya sepeda moto tersebut ditujukan kepada segmen pasar
perempuan sebagai sepeda motor praktis dan gampang dikuasai. Namun
dalam perkembangannya, sepeda motor matik juga digemari oleh segmen
pengendara motor laki-laki. Hal ini karena kondisi perkotaan yang seringkali
macet, sehingga dengan mengendarai sepeda motor matik pengendara dapat
lebih santai dalam berkendara.
Yamaha Mio merupakan salah satu contoh pelaksanaan strategi samudera biru
pada sebuah produk yang ada sebelumnya. Produk sepeda motor telah dikenal
luas oleh masyarakat, namun Yamaha memiliki gagasan untuk
mengembangkan pasarnya ke segmen perempuan. Maka diciptakanlah sepeda
motor dengan transmisi otomatis. Dengan demikian semua orang, asalkan bisa
mengedarai sepeda, tidak perlu repot-repot belajar naik sepeda motor. Sekali
naik langsung bisa.

2. Teh botol Sosro, yang menawarkan teh dalam kemasan botol. Sebelumnya
tidak terpikirkan oleh siapapun untuk menjual the sebagaimana yang dilakukan
oleh Sosro tersebut. Sebab sebelumnya kebiasaan di masyarakat Indonesia
dalam meminum teh adalah: minum teh di cangkir dalam kondisi hangat. Kalau
tidak dalam kondisi hangat, maka minum dengan es. The yang tidak panas,
atau tidak sedingin es dianggap kurang nikmat. Sosro berhasil mendobrak
kebiasaan tersebut dengan menawarkan produk teh yang dikemas dengan
botol (lihat kotak “Sosrodjojo – Teh Botol Sosro”).
Yang dilakukan Sosro adalah strategi samudera biru, meskipun sebenarnya
Sosoro tidak menciptakan sesuatu yang benar- benar baru. Yang dilakukannya
hanyalah menggabungkan (combining) dua produk yang telah ada sebelumnya.
Minuman teh sudah dikenal dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Produk
minuman dalam kemasan botol juga bukan sesuatu yang aneh bagi
masyarakat. Maka dengan menggabungkan kedua hal tersebut, Sosro
menciptakan kelompok pelanggan sendiri. Sosro saat itu berhasil menciptakan
pasar. Dan pada saat teh botol Sosro ditawarkan, belum ada satupun pesaing
yang menandinginya. Belum terdapat satu merk apapun yang menawarkan
produk teh dalam kemasan botol hingga sekian lama. Maka selama pesaing
belum muncul, Sosro dengan leluasa membangun minat konsumen. Sehingga
pada saat muncul pesaing dan merk teh botol lain bermunculan, the botol Sosro
tetap menjadi pilihan utama dari pelanggan.

3. Penerbangan murah yang diperkenalkan oleh Lion Air. Pada awalnya


perjalanan menggunakan pesawat merupakan sebuah kemewahan. Karena
orang-orang yang bepergian naik pesawat adalah orang-orang yang sangat
sibuk dan punya uang banyak untuk membeli tiket pesawat yang mahal. Namun
persepsi itu dibalikkan oleh Lion Air dengan menawarkan harga tiket yang
sangat murah sekali. Bahkan pada beberapa rute yang berjarak jauh, harga
tiket pesawat yang ditawarkan oleh Lion hampir sama dengan harga tiket bus.
Pada saat melakukan penawaran tiket murah pada para pelanggan, saat itu
Lion Air juga telah menjalankan strategi samudera biru.

Satu hal yang menjadi perhatian setelah melihat berbagai contoh diatas adalah,
strategi samudera biru memang tidak dapat bertahan selamanya. Strategi
samudera biru akan bertahan beberapa lama hingga ada pesaing yang meniru
dan menawrkan produk yang serupa. Hal ini terjadi pada teh botol sosro yang
saat ini sudah memiliki pesaing seperti FruitTea, Tebs, FreshTea dan lain-lain.
Yamaha Mio juga telah memiliki pesaing-pesaing sepeda motor matik seperti
Vario, Scoopy dan lain-lain.
Artinya pada suatu saat, strategi samudera biru akan berubah menjadi strategi
samudera merah. Sesuatu inovasi yang berhasil pastinya akan segera ditiru
oleh pelaku-pelaku usaha yang baru. Maka dengan demikian, kelemahan dari
strategi samudera biru adalah sifatnya yang hanya sementara.
Namun demikian, keunggulan yang didapatkan oleh para pelaku strategi
samudera biru adalah: pelanggan cenderung lebih mudah mengingat dan lebih
setia kepada produk yang pertama kali ditawarkan (first mover). Hal ini yang
tidak didapatkan oleh para pengikut lain.
Sebagai contoh, jika ditanyakan mengenai produk teh botol mayoritas
konsumen akan teringat dengan Sosro. Demikian pula pada sepeda matik dan
tiket penerbangan murah. Artinya produk- produk yang pada awalnya
merupakan penerapan dari strategi samudera biru akan di-identikkan kepada
jenis produk yang ditawarkannya.
Bagi para pelaku UKM, melaksanakan strategi samudera biru mungkin
dianggap sesuatu yang rumit atau sulit dilakukan. Namun jika pelaku UKM
memiliki jiwa kreasi dan inovasi yang baik, maka mereka dapat menciptakan
produk-produk strategi samudera biru secara sederhana dan tidak
mengeluarkan biaya yang besar.
Kesalahan Umum Pelaku UKM
Dalam Memulai Usaha Bisnis merupakan sebuah dunia yang mendatangkan
peluang sekaligus tantangan kepada para praktisinya. Telah banyak contoh
kasus dimana sebuah UKM mengalami perkembangan yang luar biasa serta
bertransformasi menjadi usaha besar. Pemilik bisnis UKM yang awalnya
merintis usahanya dengan modal pas-pasan pada akhirnya menjadi pengusaha
besar yang dihormati dan disegani oleh banyak kalangan.
Namun disisi lain, tidak sedikit UKM yang kandas bahkan sebelum umurnya
mencapai lima tahun. Banyak sekali alasan yang dikemukakan yang menjadi
penyebab jatuhnya sebuah UKM, diantaranya yang paling populer adalah
permasalahan kurangnya modal. Alasan ini banyak sekali dikemukakan oleh
para pelaku UKM yang terpaksa menutup usahanya karena merasakan betapa
sulitnya mengakses pendanaan dari institusi-institusi keuangan resmi.
Namun demikian, pada dasarnya kesalahan pelaku UKM dalam melaksanakan
bisnis sebenarnya tidak terletak kepada permasalahan modal saja. Selain
kurangnya akses mendapatkan kredit, masih terdapat beberapa kesalahan-
kesalahan yang umum terjadi, yang harus diketahui oleh calon pelaku UKM.
Dengan demikian, para calon pelaku UKM dapat menghindari kesalahan-
kesalahan tersebut untuk menghindari kebangkrutan.
Beberapa kesalahan umum pelaku UKM pada saat memulai usaha diantaranya
adalah:
1. Tidak memiliki rencana bisnis yang kuat
Semua UKM pastinya dimulai dari sebuah ide dan gagasan. Hal ini menjadi
dasar dari sebuah rintisan yang dilakukan oleh pemilik UKM terhadap usaha
yang didirikannya. Namun demikian, kesalahan yang terjadi adalah,
kebanyakan pelaku UKM tidak memiliki perencanaan bisnis yang kuat dan
mendetil.
Kebanyakan pelaku UKM hanya memiliki perencanaan bisnis seputar
bagaimana menciptakan produk dan cara memasarkannya. Padahal, semua
usaha bisnis memerlukan perencanaan bisnis yang mendetil betapapun
kecilnya usaha tersebut. Rencana bisnis akan memberikan pedoman kepada
pelaku bisnis mengenai semua pekerjaan yang akan dikerjakannya. Rencana
bisnis juga memberikan gambaran bagaimana kondisi UKM dimasa depan,
serta langkah-langkah yang harus diambil jika ingin mencapai kondisi ideal
yang diidamkan tersebut.
Jika sebuah UKM tidak memiliki perencanaan bisnis yang kuat, maka
diibaratkan seperti seseorang yang buta yang hendak menembak suatu target.
Target yang dimaksud memang mungkin saja bisa ditembak dengan tepat,
namun tentunya butuh faktor keberuntungan serta waktu yang lama. Tidak
adanya rencana bisnis akan membuat sebuah usaha menjadi tidak fokus dan
kehilangan arah.
2. Tidak memahami pencatatan keuangan
Jika diibaratkan sebuah tubuh, maka uang didalam sebuah usaha adalah
darah. Maka kondisi keuangan harus selalu terpantau dan diketahui oleh
pemilik UKM. Namun sayangnya kebanyakan pelaku UKM masih kesulitan
membedakan antara uang yang dialokasikan untuk usaha, dan mana uang
yang dialokasikan untuk kegunaan pribadi. Semuanya dicampur begitu saja,
dan digunakan sesuai dengan keperluan yang muncul saat itu. Kondisi ini
terutama ditemukan pada UKM – UKM yang skalanya masih sangat kecil sekali
(usaha mikro).
Jika seorang pelaku UKM menghabiskan uangnya begitu saja, dan pada saat
bersamaan memberikan ruang yang besar bagi pelanggan untuk membuat
utang, serta tidak mengalokasikan dana secara tepat untuk pengembangan
bisnis, maka dalam waktu dekat UKM tersebut akan segera bangkrut. Maka hal
yang terpenting dalam pengelolaan keuangan adalah dengan mengetahui
riwayat pendapatan dan penggunaan uang. Sehingga dengan demikian,
pengalokasian uang untuk berbagai keperluan dapat dilakukan secara
proporsional.
3. Tida memiliki strategi pemasaran.
Pada dasarnya pemasaran merupakan sebuah ujung tombak dari sebuah
bisnis. Pemasaran yang baik berarti kemampuan untuk meraih pelanggan yang
banyak. Ketiadaan strategi pemasaran menjadikan produk sulit dipasarkan
betapapun bagusnya produk yang mampu dihasilkan
4. Terbiasa dengan kegiatan lembur
Terlalu meluangkan waktu di sisi pemasaran tanpa diimbangi dengan
manajemen operasional yang baik juga dapat mendatangkan masalah. Begitu
banyak UKM di Indonesia yang bekerja mati-matian siang dan malam pada
saat tenggat waktu penyerahan sudah dekat. Hal ini tentunya akan mengurangi
konsentrasi para pekerja yang pada akhirnya berpotensi untuk menurunkan
kualitas produk yang ditawarkan.
Disaat memimpin sebuah bisnis, hal lain yang harus diperhatikan adalah sistem
produksi yang teratur dan lancar. Sehingga tidak ada penumpukan waktu kerja
di suatu waktu, dan waktu santai yang berlebih di waktu lain.
Hal yang harus dipahami oleh seorang pelaku UKM adalah, jika pada saat
terjadi ledakan bisnis namun UKM tidak mampu memenuhi permintaan
pelanggan dengan tepat (komitmen UKM dalam memenuhi permintaan tidak
tercapai), maka pelanggan akan merasakan kecewa. Maka untuk memenuhi
kepuasan pelanggan, komitmen yang telah dibuat harus selalu dipenuhi dengan
tepat waktu dan tepat kualitas. Maka untuk itu, langkah awal yang harus
diketahui oleh pelaku UKM adalah untuk mengetahui kapasitas produksi yang
dimiliki. Dengan demikian, pemerataan waktu kerja dapat dilaksanakan.
5. Merekrut orang yang salah
Kebiasaan para pelaku UKM pada saat memulai bisnis adalah merekrut orang-
orang terdekat untuk diajak bekerja sama. Artinya perekrutan dilakukan
berdasarkan pertimbangan kedekatan dan kepercayaan semata. Strategi
perekrutan semacam ini memang tidak diharamkan didalam melakukan bisnis,
namun hendaknya perekrutan juga dilakukan atas dasar kompetensi.
6. Sering mengabaikan teknologi.
Perkembangan teknologi yang terjadi dalam satu dekade terakhir mengalami
percepatan yang sangat signifikan, bahkan lebih cepat daripada yang terjadi
dalam satu abad kebelakang. Untuk mendukung kinerja bisnis sebuah UKM,
banyak sekali fasilitas yang dapat digunakan sehubungan dengan
perekembangan teknologi tersebut.
7. Kurangnya kesadaran terhadap pelayanan
Reputasi bisnis yang dibangun sepenuhnya bergantung kepada persepsi dan
kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk yang ditawarkan oleh UKM.
Salah satu hal yang menjadi penentu kepuasan tersebut adalah adanya
pelayanan yang baik.
Menawarkan sebuah produk yang unggul, namun lemah dalam hal pelayanan,
dalam jangka panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup sebuah
UKM. Karena pada prinsipnya semua produk dapat ditiru oleh pesaing.
Selain itu, pelanggan yang tidak puas berkemungkinan akan memberitahu
rekan-rekannya. Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi, membuat perpindahan informasi dapat berjalan secepat kilat.
Seorang pelanggan yang dikecewakan, pada saat itu juga ia bisa membuat
status di facebook, twitter, whatsapp, path, dan lain- lain dan langsung dibaca
oleh ratusan atau ribuan mata.
Sebaliknya, jika UKM mampu memuaskan pelanggan, maka secepat itu pula ia
menyebarkan informasi kepada rekan- rekannya yang lain. Di era kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi saat ini, pada dasarnya setiap orang adalah
media.

Strategi Memulai Bisnis


Ada banyak sekali strategi yang dapat diambil dalam memulai sebuah bisnis.
Beberapa diantaranya adalah:
1. Menjual keunikan melalui strategi samudera biru
Jika pelaku UKM adalah seorang yang kreatif dan inovatif, maka ada baiknya
melakukan usaha dengan cara melaksanakan strategi samudera biru
sebagaimana yang juga telah dijelaskan pada BAB ini. Banyak diantara UKM-
UKM muncul dengan ide-ide kreatif dan segar sehingga menarik perhatian para
pelanggan untuk mengkonsumsinya. Dengan adanya produk yang kreatif, maka
faktor persaingan dapat diminimalkan atau dihilangkan sama sekali. Namun
yang harus diingat oleh para pelaku UKM, bahwa semua produk kreatif pada
akhirnya akan ditiru oleh pesaing apabila laku. Maka kepada para pelaku UKM
tersebut, dituntut untuk selalu kreatif dalam mengembangkan produknya.
2. Duplikasi produk yang sudah ada
Sementara bagi pelaku UKM yang merasa sulit untuk mencari ide baru, atau
tidak memiliki waktu persiapan yang cukup, maka produk UKM dapat
ditawarkan dengan meniru apa yang sudah ada di pasar.
3. Duplikasi sekaligus memberi nilai tambah
Selain melakukan duplikasi secara langsung, pelaku UKM dapat melaksanakan
pertambahan nilai terhadap produk yang ditiru tersebut. Pertambahan nilai yang
dilakukan dapat dengan memperhatikan fitur-fitur yang ditawarkan oleh
pesaing, kemudian melengkapi berbagai kekurangan yang ada.
4. Membeli waralaba
Bagi pelaku UKM yang memiliki cukup modal dan tidak mau direpotkan oleh
persiapan-persiapan, maka dapat membeli waralaba yang sudah terbukti di
pasar. Sebuah waralaba tentunya sudah dikenal oleh para pelanggan serta
memiliki standar-standar produksi dan pelayanan. Sehingga dengan demikian
para pelaku UKM tinggal menjalankan saja.

C. Pengelolaan Keuangan UKM


Pengembangan terhadap sektor swasta merupakan suatu keharusan apabila
hendak memajukan perekonomian sebuah bangsa. Di dalam pengembangan
sektor swasta tersebut, UKM memiliki peranan yang sangat besar, terutama
dalam hal pengembangan usaha. UKM juga seringkali merupakan cikal bakal
dari perusahaan- perusahaan besar yang tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Maka dari tiu, sudah seharusnya setiap UKM yang memiliki potensi
terus didorong dan dikembangkan secara aktif agar dapat maju dan segera
bersaing di jajaran perusahan besar.
Jika UKM tidak mengalamai perkembangan, maka sama artinya dengan
membahayakan sebuah sektor yang menjadi jantung perekonomian Indonesia.
Dengan demikian ketahanan serta kemajuan perekonomian negara ini akan
sulit untuk tercapai.
Namun demikian, yang harus selalu menjadi pemahaman bersama adalah,
bahwa pengembangna UKM bukan semata-mata menjadi tugas dari
pemerintah semata. Tugas dan tanggung jawab yang paling utama utama tetap
terdapat pada pelaku UKM sebagai pihak yang menjalankan UKM tersebut.
Sementara dari sector perbankan, mereka juga memegang peranan yang
sangat penting dalam memajukan UKM.Peran tersebut terutama dalam hal
pendanaan, terutama dari sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan
perbankan. Lebih jauh lagi berhubungan dengan ketersediaan dana atau
modal.
Di sisi pemerintah, pada intinya pemerintah memiliki kewajiban untuk
memcahkan permasalahan-permasalahan klasik yang kerap kali menimpa
UKM. Yaitu akses pasar, akses modal, serta akses teknologi yang selama ini
sangat sulit dicapai oleh para pelaku UKM.
Saat ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM)
tengah berencana untuk menciptakan 20 juta pengusaha UKM di tahun 2020.
Tahun 2020 dijadikan sebagai target yang spesifik karena pada tahun ini
terbuka banyak sekali peluang-peluang sehubungan dengan perdagangan
antar negara. Diantaranya adalah pelaksanaan Komunitas ASEAN (ASEAN
Community) yang berarti bahwa peredaran barang dan jasa yang diproduksi di
negara-negara ASEAN tidak lagi dibatasi oleh batas negara.
Kondisi tersebut akan membawa dampak yang bagaikan sebuah pisau yang
memiliki dua sisi yang tajam. Di satu sisi perdagangan bebas akan membuka
peluang bagi para pelaku UKM di Indonesia untuk melebarkan pasar yang
dikuasainya. Bukan tidak mungkin nanti produksi rumahan di Jawa Barat atau
di Sulawesi, atau di Nusa Tenggara akan beredar dan merajai pasar di
Thailand, Vietnam atau Brunei.
Namun di sisi lain, hal ini berarti persaingan yang dihadapi oleh UKM juga akan
semakin berat. Apabila biasanya sebuah UKM bersaing dengan UKM-UKM
lokal yang ada di daerahnya, maka dalam sistem perdagangan bebas, produk
yang ditawarkan harus bersaing dengan produk-produk yang datang dari
negara-negara ASEAN lainnya.
Maka dari itu, pengembangan UKM mau tidak mau harus dilakukan mulai saat
ini. Semua kelemahan yang dimiliki oleh UKM harus segera dicarikan solusinya,
agar UKM-UKM tersebut dapat focus pada proses pengembangan serta
persiapan untuk memasuki pasar yang sangat luas.
Persoalan keuangan (pendanaan dan manajemen keuangan) seringkali
menjadi suatu permasalahan bagi sebuah UKM. Dalam melaksanakan berbagai
aktifitasnya, permasalahan keuangan tidak hanya terbatas pada bagaimana
cara mendapatkan uang, namun juga bagaimana cara mengendalikan dan
membelanjakannya. Jika seorang pelaku tidak mampu melakukan manajemen
keuangan pada ketiga aspek tersebut, bukan tidak mungkin sebuah UKM yang
memiliki produk yang laris di pasaran, tetap saja pada suatu waktu akan gulung
tikar.
Tidak jarang kita temukan seorang pelaku UKM yang merasa bahwa omset
mereka besar, namun tetap saja selalu merasa heran karena tidak ada laba
yang tersisa. Hal ini terjadi karena pelaku UKM tersebut belum bisa melakukan
pengelolaan keuangan secara benar.

Kesalahan Umum Dalam Mengelola Keuangan


Ada beberapa kesalahan yang umum dilakukan oleh pelaku UKM terhadap
manajemen keuangan, terutama bagi para pelaku UKM yang masih pemula.
Demikian juga bagi para pelaku UKM yang mulai meraih kesuksesan, dalam
artian produk yang ditawarkan mulai laris di pasaran. Banyak sekali dari pelaku
UKM yang salah mengelola keuangan pada saat mulai mengecap kesuksesan.
Pada saat kondisi keuangan mulai menggembirakan, seringkali pelaku UKM
lepas kendali dalam hal pengeluaran sehingga laba yang didapatkan kembali
menipis.
Beberapa kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh pelaku UKM
sehubungan dengan pengelolaan keuangan diantaranya:
1. Terlalu bersemangat dalam melakukan investasi
Sebelum melakukan investasi, konsep yang harus dipahami lebih dahulu
adalah resiko seharusnya sejalan dengan pengembalian. Artinya, sebelum
menjatuhkan pilihan untuk berinvestasi, pelaku UKM hendaknya telah
melaksanakan analisa mengenai risk dan return
Tidak adanya pemahaman konsep ini, menjadikan banyak sekali pelaku usaha
pemula yang menghabiskan banyak dana untuk investasi yang tidak sehat atau
tidak perlu. Mereka bersedia menginvestasikan dana secara serampangan
dengan berbagai alasan, misalnya:
a. Ingin mendapatkan prestise, karena dengan melakukan investasi akan
langsung mendapatkan status sebagai pemilik bisnis atau investor.
b. Terlalu bersemangat ingin cepat-cepat memulai bisnis, sehingga
ceroboh dalam melakukan perhitungan resiko
c. Tertipu oleh janji-janji investasi yang menyatakan pengembalian cepat
sementara resiko nol. Hal ini terutama dipromosikan oleh banyak MLM
di Indonesia. Padahal secara logika, tidak ada bisnis yang memiliki
tiingkat pengembalian tinggi sementara resikonya nol.
Untuk itu, para pelaku UKM sebaiknya mempertimbangkan masak-masak
setiap keputusan investasi yang akan mereka ambil. Setiap uang yang
digunakan harus diarahkan untuk pengembangan usaha dimana kegiatan
utamanya adalag menciptakan produk yang baik dan ditujukan kepada
pelanggan.
2. Tidak mampu memisahkan antara dana milik UKM dan uang probadi
Kebanyakan UKM yang berskala mikro dimulai dan dikelola oleh seorang
individu. Pada saat perkembangannya, UKM tersebut mulai mendapatkan
banyak pelanggan dan menambah personilnya. Namun satu hal yang tidak bias
dihilangkan adalah, gaya manajemen yang terpuisat danmkomando. Hal ini
bisa jadi tertanam pada sebuah UKM disebabkan sang pemilik merupakan
orang yang paling berjasa dalam kehidupan UKM tersebut. Sehingga pelaku
UKM tersebut memiliki hak dan kekuasaan penuh terhadap UKM yang
dimilikinya.
Permasalahan yang kemudian timbul adalah, UKM dengan gaya manajemen
semacam ini, biasanya pengelolaan keuangan juga dilakukan secara suka-suka
oleh pemilik UKM itu sendiri. Artinya sang pelaku UKM bebas mengambil dan
menggunakan dana UKM untuk keperluan probadi seandainya ia membutuhkan
Kondisi ini menimbulkan kekacauan dimana riwayat pengeluaran keuangan
menjadi sulit terlacak. Yang terjadi selanjutnya adalah, UKM tersebut kesulitan
dalam melakukan penghitungan profit atau marjin laba yang didapatkan. Bisa
jadi UKM tersebut memiliki banyak pelanggan dan omset yang besar, namun
dikarenakan tidak adanya pengaturan keuangan yang rapi, laba yang
didapatkan tetap saja tipis.
3. Pelaku UKM tidak mau menggaji diri sendiri
Ini adalah kebalikan dari kesalahan UKM pada nomor dua. Pada UKM jenis ini,
pelaku UKM cenderung menanamkan kembali semua laba yang didapatkan
sebagai modal. Langkah ini diambil agar UKM yang dibangun dapat
berkembang dengan lebih cepat.
Namun demikian, ini adalah sebuah strategi yang keliru, karena seorang pelaku
UKM juga membutuhkan uang didalam berbagai aktifitas pribadinya. Oleh
sebab itu, maka sudah selayaknya pelaku UKM menyisihkan setiap laba yang
dimiliki untuk masuk ke rekening pribadi. Gunanya adalah sebagai pendorong
atau motivasi bagi pemilik UKM yang bersangkutan, agar semakin bersemangat
untuk memajukan UKM yang dimilikinya tersebut.
4. Tidak memiliki exit plan
Diantara para pelaku UKM yang baru memulai usahanya, diantaranya adalah
para mahasiswa atau lulusan perguruan tinggi yang telah mempelajari seluk
beluk dunia bisnis melalui pelajaran di kampus. Seringkali para pelaku UKM
muda ini tidak memiliki strategi darurat pada saat menghadapi kondisi terburuk.
Hal ini bisa jadi disebabkan oleh dua hal:
a. Terlalu percaya diri karena pernah mendapatkan pendidikan yang tinggi
(highly educated). Mereka berpandangan bahwa pelaku UKM yang tidak
menamatkan sekolah saja bisa berhasil, apalagi mereka yang telah
mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap di perguruan
tinggi.
b. Terlalu banyak membaca contoh kasus wirausaha yang kreatif, dimana
disampaikan kasus-kasus wirausaha yang hanya mengandalkan
kekreatifan dan kecepatan berpikir pada saat menghadapi suatu
kesulitan. Hal ini menciptakan suatu persepsi bagi para pelaku UKM
baru bahwa untuk mengembangkan usaha tidak diperlukan
perencanaan yang matang. Semua permasalahan dapat dihadapi
selama pelaku UKM tersebut bisa bertindak cepat dan kreatif.
Namun yang terlupakan adalah, bahwa tidak semua orang sanggup dengan
gaya berbisnis seperti itu. Ketiadaan exit plan, atau strategi menghadapi kondisi
yang sulit akan menyulitkan pelaku UKM. Pada dasarnya kegagalan, halangan,
dan rintangan pasti akan dihadapi oleh suatu UKM. Maka pelaku UKM
sebaiknya membuat rencana dengan memprediksikan berbagai kemungkinan
yang terburuk. Buat bebeapa rencana pengganti dan beberapa bentuk asuransi
untuk mendukung kegiatan UKM.
5. Menggunakan dana pribadi untuk keperluan usaha
Sebagaimana menggunakan dana UKM untuk keperluan pribadi merupakan
tindakan yang salah, menggunakan dana pribadi sebagai penutup keperluan
UKM juga tindakan yang tidak dapat dibernarkan. Kondisi ini akan sangat
beresiko kepada kondisi keuangan pribadi, dimana dana yang diinvestasikan
harus diputar terlebih dahulu untuk menghasilkan keuntungan.

Prinsip Pengelolaan Keuangan pada UKM


Beberapa prinsip pengelolaan keuangan UKM yang harus dipegang oleh
pelaku UKM, pernah dibahas oleh “Majalah UKM” (2013) sebagaimana dikutip
dibawah ini:
1. Fokus dan spesifik.
Bagi Anda yang baru memulai menjalankan UKM, Anda perlu belajar tahap demi
tahap pengelolaan keuangan. Banyak hal yang menjadi perhatian kita dalam
mengelolanya seperti masalah hutang, asuransi, investasi, warisan dan lain-lain.
Sebaiknya Anda perlu pelajari dan memilih untuk fokus pada satu masalah yang
lebih penting terlebih dahulu. Contohnya, jika Anda belum memiliki tabungan
maka Anda perlu fokus pada investasi. Atau Anda sedang membutuhkan
asuransi kesehatan mengingat banyak pegawai yang bergantung hidup pada
Anda. Apabila hal tersebut telah terselesaikan, barulah Anda pindah pada
permasalahan berikutnya. Dengan memberikan perhatian pada satu fokus Anda
akan menjadi lebih tenang dalam menjalankan bisnis.
2. Pisahkan uang pribadi dengan uang bisnis.
Permasalahan klasik dalam berbisnis adalah karena Anda tidak memperhatikan
masalah pemisahan antara uang pribadi dengan uang hasil bisnis. Terkadang
Anda berpikir bahwa usaha Anda masih terbilang kecil dan tidak berpengaruh
jika kedua uang tersebut dicampuradukan. Hal ini justru sangat riskan, karena
uang bisnis kemungkinan besar akan terpakai dalam urusan keuangan pribadi,
begitu pun sebaliknya. Agar tak terjadi hal yang demikian, kelola uang anda
secara bijak dengan memisahkan antara uang pribadi dengan uang bisnis.
Simpan uang-uang tersebut di dua tempat yang berbeda. Akan lebih aman jika
Anda menyimpan uang tersebut di bank, tentu saja dengan membuka rekening
baru khusus untuk dana bisnis Anda.
3. Hitung dan rencanakan penggunaan keuangan.
Menghitung keuntungan adalah aspek yang tak boleh terlewatkan bagi Anda
para pelaku UKM. Penghitungan keuangan bisa dilakukan sesaat sebelum Anda
menutup toko. Ketahuilah biaya-biaya pelaksanaan usaha Anda seperti
keuntungan perhari atau biaya penyusutan. Selain itu, Anda perlu
memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan di hari-hari berikutnya seperti
biaya pembayaran pajak dan bunga pinjaman. Rencana keuangan sangat
penting untuk diperhatikan. Seberapa banyak pun modal Anda, namun jika Anda
sembrono dalam menggunakan uang tersebut maka akan selalu merasa kurang.
Hal yang perlu Anda pertimbangkan dalam hal ini adalah perhitungan untung dan
rugi. Jangan lupa untuk merencanakan pengeluaran sesuai dengan target
penjualan serta penerimaan kas.

4. Buat pembukuan yang rapi.


Anda tak mungkin dapat terus mengingat berapa banyak keuntungan Anda atau
berapa banyak pengeluaran. Oleh karena itu, pembukuan memiliki andil besar
dalam pengaturan keuangan Anda. Buku ini berisi rincian pemasukan,
pengeluaran, biaya-biaya keuangan Anda. Selain itu hutang piutang asset-aset
tetap harus dimasukan juga di dalam buku tersebut. Catatlah dengan rapi, akan
lebih baik pembukuan tersebut disusun dengan dalam sistem komputerisasi.
Dengan pembukuan yang rapi, Anda akan lebih mudah mengontrol dan
mengevaluasi perkembangan bisnis.
5. Memonitori laju investasi.
Kebanyakan orang hanya melakukan top-up investasi tanpa rutin mengawasinya.
Mereka menganggap tanpa diawasi, investasi mereka akan terus meningkat. Hal
ini tidak selalu terjadi, tak jarang bentuk investasi hanya stagnan di satu titik
dalam waktu yang cukup lama. Hal ini jelas tidak menguntungkan Anda. Oleh
karenanya, lakukan pemonitoran setidaknya setahun sekali.
6. Segera lunasi hutang.
Peminjaman uang dengan tujuan untuk mengembangkan usaha memang masih
dianggap wajar. Namun, siapapun tidak akan tenang apabila masih terganjal
oleh hutang, terlebih lagi jika kondisi keuangan Anda sedang tidak stabil. Oleh
karenanya, pikirkan matang-matang cara pelunasannya. Bagi yang belum
pernah meminjam, berhutang adalah hal yang sah-sah saja tapi usahakan untuk
mengurangi resiko berhutang.

Anda mungkin juga menyukai