Anda di halaman 1dari 75

TUGAS AKHIR

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP
CHANGER
(Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik
Elektro

Oleh

BAYU T. SIANIPAR
NIM : 060402071

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
TIGA PHASA PADA SAAT PENGGUNAAN
TAP CHANGER
( Aplikasi pada PT. MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA )

Oleh

BAYU T. SIANIPAR
NIM : 060402071

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Teknik Elektro

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing,

Ir. Panusur SM. L.Tobing


Nip. 101100314510057

Diketahui Oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT. USU

Ir. Surya Tarmizi Kasim M.Si


Nip. 195405311986011002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini, yang berjudul:

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER

Adapun Tugas Akhir ini di buat untuk memenuhi syarat untuk

menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen

Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Selama menjalani proses pendidikan dan menyelesaikan Tugas Akhir ini,

penulis menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk

itu dengan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus

kepada:

1. Kedua Orang tua saya yang tercinta S. Sianipar dan N. Simbolon, dan kepada

kakak, abang dan adik saya yang selalu memberi dukungan, doa, dan kasih

sayang kepada saya.

2. Bapak Ir. Panusur S.M. L.Tobing selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir

yang atas bantuan, dukungan dan arahan beliau saya dapat menyelesaikan

tugas akhir saya.

3. Bapak Ir. Hendra Zulkarnain selaku dosen wali penulis, atas bimbingan dan

arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan.

4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, Msi, selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

i
5. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Staf pengajar dan pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU.

7. Teman – teman Elektro, terutama teman-teman 2006 khususnya dan teman-

teman seperjuangan disisa waktu akademis, atas bantuan dan dukungannya

selama ini.

8. Dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki banyak

kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk

menyempurnakan Tugas Akhir ini.

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2012

Penulis

Bayu T. Sianipar
NIM.06040207

ii
ABSTRAK

Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen

(PLN Distribusi), tegangan keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah

sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut maka pada salah satu kedua sisi

belitan transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan belitan

(ratio) transformator.

Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai ketepatan perbandingan

belitan terhadap pada transformator distribusi pada saat penggunaan tap changer,

dan analisa ketepatan perbandingan pada toleransi 1%.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN 2

1.3 BATASAN MASALAH 2

1.4 MANFAAT PENULISAN 2

1.5 METODE PENULISAN 3

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN 3

BAB II TRANSFORMATOR

2.1 UMUM 5

2.2 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR 6

2.3 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR 8

2.4 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR 14

2.5 RUGI-RUGI DAN EFISIENSI TRANSFORMATOR 16

2.6 TRANSFORMATOR TIGA FASA 18

BAB III TAP CHANGER

3.1 UMUM 28

3.2 PRINSIP KERJA TAP CHANGER 29

3.3 TAP CHANGER TANPA BEBAN 33

3.4 TAP CHANGER BERBEBAN 35

3.5 VARIASI TEGANGAN SELAMA PERUBAHAN TAPPING 40

iv
BAB IV PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP

CHANGER

4.1 UMUM 42

4.2 BELITAN TRANSFORMATOR 42

4.3 PENYAMBUNGAN HUBUNGAN ANTAR KUMPARAN 49

4.4 ANALISA PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN 62

5.2 SARAN 63

DAFTAR PUSTAKA 64

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form) 7

Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk L dan U 7

Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form) 8

Gambar 2.4 Lempengan logam inti transformator bentuk E, I, dan F 8

Gambar 2.5 Prinsip kerja transformator 9

Gambar 2.6 Transformator dalam keadaan tanpa beban 11

Gambar 2.7 Transformator dalam keadaan berbeban 13

Gamabr 2.8 Rangkaian ekivalen transformator 14

Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen transformator jika impedansi sekunder

dinyatakan terhadap impedansi primer 15

Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen transformator jika impedansi primer

dinyatakan terhadap impedansi sekunder 16

Gambar 2.11 Parameter sekunder pada rangkaian primer 16

Gambar 2.12 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator 17

Gambar 2.13 Beban pada efisiensi maksimum 19

Gambar 2.14 Transformator tiga phasa 21

Gambar 2.15 Transformator 3 phasa tipe cangkang 21

Gambar 2.16 Transformator hubungan Y-Y 22

Gamabr 2.17 Hubungan transformator Y- Δ 24

Gambar 2.18 Hubungan transformator Δ – Y 25

Gambar 2.18 Hubungan transformator Δ – Δ 26

Gambar 3.1 (a) Tapping Akhir 30

Gambar 3.1 (b) Tapping Tengah 31

Gambar 3.2. Tap Changer yang dihubungkan pada belitan trafo 33

vi
Gambar 3.3 Tap changer terhubung delta (Δ) 34

Gambar 3.4 Tap changer terhubung Wye (Y) 34

Gambar 3.5 Tap changer berbeban 35

Gambar 3.6 Operasi dari segmen 1 ke segmen 2 pada Tap Changer On Load 36

Gambar 3.7 Tap Changer Berbeban 38

Gambar 3.8 Variasi tegangan selama perubahan tapping 40

Gambar 4.1 Belitan transformator 3 phasa 42

Gambar 4.2 Jumlah belitan tiap kaki pada transformator 43

Gambar 4.3 Posisi sadapan pada 3 Tap 44

Gambar 4.4 Posisi sadapan pada 5 Tap 45

Gambar 4.5 Posisi sadapan tap changer Kumparan Primer 47

Gambar 4.6 Penyambungan Hubungan Antar Kumparan 49

Gambar 4.7 Kumparan yang telah selesai dihubungkan 50


Gambar 4.8 Tapping Sisi Primer 50

vii
DAFTAR TABEL

Table 4.1 Jumlah belitan sekunder pada masing-masing trafo 45

Table 4.2 Analisa perhitungan jumlah belitan pada tiap tapping 47

Tabel 4.3 Posisi Tap Changer 50

Tabel 4.4 Batas jumlah belitan pada tiap tapping dengan toleransi 1% 52

Tabel 4.5 Data perbandingan belitan pada Transformator 50 kVA 53

Tabel 4.6 Data perbandingan belitan pada Transformator 100 kVA 53

Tabel 4.7 Data perbandingan belitan pada Transformator 160 kVA 53

Tabel 4.8 Data perbandingan belitan pada Transformator 200 kVA 54

Tabel 4.9 Data perbandingan belitan pada Transformator 250 kVA 54


Tabel 4.10 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 50 kVA 54

Tabel 4.11 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 100 kVA 55

Tabel 4.12 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 160 kVA 55

Tabel 4.13 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 200 kVA 56

Tabel 4.14 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 250 kVA 56

viii
ABSTRAK

Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen

(PLN Distribusi), tegangan keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah

sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut maka pada salah satu kedua sisi

belitan transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan belitan

(ratio) transformator.

Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai ketepatan perbandingan

belitan terhadap pada transformator distribusi pada saat penggunaan tap changer,

dan analisa ketepatan perbandingan pada toleransi 1%.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu masalah yang terdapat dalam sistem tenaga listrik adalah

perubahan tegangan yang diakibatkan jauhnya jarak antara pembangkit dengan

beban. Hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran

daya listrik. Dalam penyaluran daya listrik melalui transmisi maupun distribusi

akan mengalami jatuh tegangan (drop voltage) sepanjang saluran yang dilalui.

Trafo dirancang sedemikian rupa sehingga perubahan tegangan pada

sisi masuk/input tidak mengakibatkan perubahan tegangan pada sisi

keluar/output, dengan kata lain tegangan di sisi keluar/output-nya tetap. Alat

ini disebut sebagai sadapan pengatur tegangan atau tap changer. Tap changer di

bagi dalam 2 bagian yaitu tap changer yang bekerja pada saat berbeban tanpa

terjadi pemutusan beban, biasa disebut On Load Tap Changer (OLTC) dan tap

changer tanpa beban biasa disebut Off load tap changer.

Tulisan ini menganalisa ketepatan perbandingan belitan transformator

pada saat penggunaan tap changer.

1
1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui ketepatan perbandingan belitan pada saat pembuatan

tap changer.

2. Mengetahui penyebab perbandingan belitan itu tidak persis sesuai

dengan batas – batas yang di tentukan.

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka penulis akan

membatasi pembahasan tugas akhir ini dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Transformator yang digunakan adalah salah satu trafo distribusi

buatan PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA.

2. Tidak membahas hal – hal yang menyebabkan perubahan tegangan

pada jaringan.

3. Tidak membahas On load Tap Changer secara spesifik.

1.4. Manfaat Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi kepada penulis dan pembaca mengenai

perbandingan belitan transformator distribusi tiga phasa pada saat

penggunaan tap changer.

2. Memperdalam pengetahuan tentang transformator distribusi.

2
1.5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini

adalah:

1. Studi Literatur.

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku teks

pendukung.

2. Studi Bimbingan

Berupa tanya jawab atau diskusi dengan dosen pembimbing dan

staf pengajar pada Departemen Teknik Elektro FT-USU lainnya

mengenai masalah yang timbul selama penulisan tugas akhir ini

berlangsung.

3. Studi lapangan

Melakukan pengamatan dan percobaan di PT. MORAWA

ELEKTRIK TRANSBUANA untuk mendapatkan data - data yang

dibutuhkan selama penulisan tugas akhir ini.

1.6. Sistematika Penulisan

Tugas akhir disusun berdasrkan sistematika penulisan sebagai berikut :

ABSTRAK

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang

latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,

manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

3
BAB II : TRANSFORMATOR

Bab ini membahas tentang transformator secara umum,

yang mencakup konstruksi, prinsip kerja, rangkaian ekivalen,

diagram vektor transformator, rugi – rugi dan efisiensi

transformator tiga phasa.

BAB III : TAP CHANGER

Bab ini membahas mengenai tap changer berbeban, dan

tap changer tanpa beban secara umum.

BAB IV :PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI TIGA PHASA PADA SAAT

PENGGUNAAN TAP CHANGER

Bab ini membahas tentang spesifikasi peralatan,

pemasangan tap changer, percobaan – percobaan, pengukuran

dan analisa data.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil

analisa data – data yang telah di peroleh.

4
BAB II

TRANSFORMATOR

2.1 UMUM

Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik

lainnya melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan

sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada

kedua kumparan itu. Pada umumnya kumparan tersebut terbuat dari kawat

tembaga yang dibelitkan pada “kaki” inti transformator.[1]

Penggunaan transformator yang sederhana dan andal merupakan salah satu

alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus bolak-

balik, dimana arus bolak-balik sangat banyak digunakan untuk pembangkitan dan

penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik terjadi

kerugian energi sebesar I2R watt. Kerugian ini dapat diminimalkan dengan

menaikkan tegangan setinggi mungkin. Dengan demikian, maka saluran-saluran

transmisi tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini

dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi, dengan cara

mempergunakan trafo untuk menaikkan tegangan listrik di pusat listrik dari

tegangan generator, kemudian menrunkannya lagi pada ujung akhir saluran ke

tegangan yang lebih rendah.

Transformator yang dipakai pada jaringan distribusi merupakan

transformator distribusi 3 phasa. Disamping itu ada jenis-jenis trafo lain yang

5
banyak dipergunakan, dan yang pada umumnya merupakan transformator yang

jauh lebih kecil. Misalnya transformator yang dipakai di rumah tangga untuk

menyesuaikan tegangan pada lemari es yang berasal dari jaringan listrik umum.

Atau trafo yang lebih kecil yang dipakai pada lampu TL ataupun pada berbagai

alat elektronik seperti pesawat penerima radio, televisi dan lain sebagainya.

2.2 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR

Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder

yang dibelitkan pada inti trafo. Transformator yang menjadi fokus bahasan disini

adalah transformator daya.[2]

Konstruksi transformator daya ada dua tipe yaitu tipe inti ( core type ) dan

tipe cangkang ( shell type ). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang

terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi arus eddy.

2.1.2 Tipe Inti ( Core Type )

Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan

kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe

inti, lilitan mengelilingi inti besi seperti yang di tunjukkan pada Gambar 2.1.[3]

6
Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti ( core form )

Sedangkan konstruksi inti umumnya berbentuk huruf L atau huruf U seperti

Gambar 2.2.

Lempengan bentuk L Lempengan bentuk U

Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk L dan U

2.2.1 Tipe cangkang ( Shell Type )

Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang

dibentuk dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti. Pada

transformator ini, kumparan atau belitan trafo dikelilingi oleh inti seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.3 .[3]

7
Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang ( shell form )

Sedangkan konstruksi intinya berbentuk hurug E, huruf I, atau huruf F seperti

Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I, dan F

2.3 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan

menyalurkan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

listrik lainnya melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prisnsip induksi

8
elektromagnetik. Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga

listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga

memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap

keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak

jauh.[1]

Gambar 2.5 Prinsip kerja transformator

Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder )

yang bersifat induktif. Seperti pada Gambar2.5, kedua kumparan ini terpisah

secara elektrik namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki

reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan

sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul didalam inti

yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka

mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di

kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self induction ) dan terjadi pula induksi

di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut

sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya fluks

magnet dikumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian

sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan ( secara

9
magnetisasi ). Secara umum suatu kumparan dialiri arus bolak-balik akan timbul

ϕ, lalu timbul tegangan induksi sebesar :

d
eN ......................................................... (2.1 )
dt

Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]

N = jumlah lilitan

d
= perubahan fluks magnet
dt

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat

ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika

transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban

untuk menghambat arus searah dan tetap mengalirkan arus bolak-balik antara

rangkaian.

Tujuan utama menggunakan inti ferromagnetik pada transformator adalah

untuk mengurangi reluktansi ( tahanan magnetis ) dari rangkaian magnetis (

common magnetic circuit ).

2.3.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber

tegangan V1 yang sinusoidal seperti Gambar 2.6, akan mengalir arus primer I0

yang juga sinusoidal dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan

tertinggal 90° dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks ( Ф ) yang sefasa dan

juga berbentuk sinusiod.[1]

10
Gambar 2.6 Transformator dalam keadaan tanpa beban

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 ( Hukum

Faraday).

d
e1 = -N1
dt

d max sin t
e1 = -N1
dt

e1 = -N1ωФmaxsin ωt cos ωt (tertinggal 90° dari Ф)

e1 = -N1ωФmaxsin ωt (ωt-90).............................................................................. (2.2)

dimana : e1 = Gaya gerak listrik induksi

N1 = jumlah belitan di sisi primer

ω = Kecepatan sudut putar

 max = Fluks magnetic

11
Harga efektif :

N1 max
E1 =
2

N1 2fmax
E1 =
2

N1 2  3.14 fmax
E1 =
2

N1 6.28 fmax
E1 =
2

E1 = 4.44 N1 f ϕmax ......................................................................................... (2.3)

Dimana : E1 = gaya gerak listrik

f = frekuensi

Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan akan terdapat hubungan :

E1 V 1 N1
   a ............................................................................................ (2.4)
E2 V 2 N 2

Dimana : E1 = GGL induksi di sisi primer (volt)

E2 = GGL induksi di sisi sekunder (volt)

V1 = tegangan terminal di sisi primer (volt)

V2 = tegangan terminal di sisi sekunder (volt)

12
N1 = jumlah belitan di sisi primer

N2 = jumlah belitan di sisi sekunder

2.3.2 Keadaan Beban

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL seperti

Gambar 2.7, akan mengalir arus I2 pada kumparan sekunder, dimana :

V2
I2 
ZL

Gambar 2.7 Transformator dalam keadaan berbeban

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang

cenderung menentang fluks (Φ) bersama yang telah ada akibat arus

permagnetan[1]. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan

primer harus mengalir arus I2’, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus

beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :

I1 = I0 + I2’ (ampere).................................................. (2.5)

13
Bila komponen arus rugi inti (IC) diabaikan, maka I0 = Im, sehingga

I1 = Im + I2’ (ampere)................................................. (2.6)

Dimana : I1 = arus pada sisi primer

I0 = arus penguat

Im = arus pemagnetan

2.4 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR

Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im tidak seluruhnya

merupakan fluks bersama (ΦM), sehingga darinya hanya mencakup kumparan

primer (Φ1) atau mencakup kumparan sekunder (Φ2) saja dalam model rangkaian

ekivalen yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks

bocor Φ1 dengan mengalami proses transformasi dapat ditunjukkan sebagai

reaktansi X1 dan fluks bocor Φ2 dengan mengalami proses transformasi dapat

ditunjukkan sebagai reaktansi X2 sedang rugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan

R2, dengan demikian model rangkaian dapat ditunjukkan seperti Gambar 2.8.[2]

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen transformator

14
V1 = E1 + I1R1 + I1V1

E1 = aE2

E2 = I2R2 + I2 jX2 + V2..................................................................................(2.7)

I2 = aI2’

V1 = a(I2R2 + I2 jX2 + V2) + I1R1 + I1 jX1

V1 = aI2R2 + aI2 jX2 + aV2 + I1R1 + I1 jX1

V1 = a(aI2’R2) + a(aI2’jX2) + aV2 + I1R1 + I1 jX1

V1 = a2I2’R2 + a2I2’jX2 + aV2 + I1R1 + I1 jX1

V1 = I2’(a2R2 + a2 jX2)+ aV2 + I1R1 + I1 jX1........................................................... (2.8)

Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian

primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2. Sekarang

model rangkaian menjadi sebagai terlihat pada Gambar 2.9 .

Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen transformator jika impedansi sekunder

dinyatakan terhadap impedansi primer

15
Jika impedansi primer dari sebuah transformator dinyatakan terhadap

impedansi sekundernya maka rangkaian ekivalen transformator ditunjukkan

dalam Gambar 2.10

Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen transformator jika impedansi primer dinyatakan

terhadap impedansi sekunder

Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian tersebut dapat diubah

menjadi seperti Gambar 2.11 :

Gambar 2.11 Parameter sekunder pada rangakaian primer

Maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut :

Rek = R1 + a2R2 (ohm)........................................................................... (2.9)

16
Xek = X1 + a2X2 (ohm) ......................................................................... (2.10)

Sehingga rangkaian sebelumnya dapat diubah seperti Gambar 2.12 :

Gambar 2.12 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator

Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian

ekivalen) Rc, Xm, Rak, dan Xak dapat ditentukan besarnya dengan dua macam

pengukuran yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubung singkat.

2.5 RUGI – RUGI DAN EFISIENSI TRANSFORMATOR

2.5.1. Rugi tembaga ( Pcu )

Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis

sebagai berikut :

Pcu = I2 R....................................................................................... (2.11)

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban

berubah-ubah rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban.[3]

17
2.5.2. Rugi besi (Pi)

Rugi besi terdiri atas :

 Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti

besi yang dinyatakan sebagai :

Ph = kh f Bmaks1.6watt ........................................................... (2.12)

kh = konstanta

Bmaks = Fluks maksimum ( weber )

 Rugi arus eddy, yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.

Dirumuskan sebagai :

Pe = ke f2 B2 maks................................................................................ (2.13)

Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah

Pi = Ph + Pe.......................................................................................... (2.14)

2.5.3. Efisiensi

Efisiensi dinyatakan sebagai :

Pout Pout
  ......................................................... (2.15)
Pin Pout   rugi

Dimana  rugi  Pcu  Pi

18
2.5.3.1. Perubahan eifisiensi terhadap beban

Perbuahan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai :

V 2 cos 
 ........................................................... (2.16)
P1
V 2 cos   I 2 R 2ek 
I2

Melalui penurunan persamaan di atas bisa dicari nilai efisiensi maksimum untuk

beban tertentu yaitu pada saat rugi tembaga = rugi inti seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Beban pada efisiensi maksimum

2.6 TRANSFORMATOR TIGA PHASA

2.6.1 UMUM

Pada prinsipnya, transformator tiga phasa sama dengan transformator satu

phasa, perbedaannya adalah seperti perbedaan sistem listrik satu phasa dengan

sistem listrik tiga phasa yaitu mengenal sistem bintang ( Y ) dan delta ( Δ ), serta

19
sistem zig-zag ( Z ), dan juga sistem bilangan jam yang sangat menentukan untuk

kerja paralel transformator tiga phasa. Untuk menganalisa transformator daya tiga

phasa dilakukan dengan memandang atau menganggap transformator tiga phasa

sebagai transformator satu phasa, teknik perhitungannya pun sama, hanya untuk

nilai akhir biasanya parameter tertentu ( arus, tegangan, dan daya ) transformator

tiga phasa dikaitkan dengan nilai 3.

Transformator tiga phasa ini berkembang dengan alasan ekonomis, biaya

lebih murah, karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan tiga buah

transformator satu phasa dengan jumlah daya yang sama dengan satu buah

transformator tiga phasa, lebih ringan dan lebih kecil sehingga mempermudah

pengangkutan ( menekan biaya pengiriman ), pengerjaannya lebih cepat, serta

untuk menangani operasinya hanya satu buah transformator yang perlu mendapat

perhatian (meringankan pekerjaan perawatan).

2.6.2 Konstruksi Transformator Tiga Phasa

Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar didalam inti,

rangkaian magnetik itu biasanya teradiri dari setumpuk laminasi tipis. Dua jenis

konstruksi yang biasa dipergunakan diperlihatkan pada Gambar 2.14.

20
Gambar 2.14 Transformator tiga phasa

Dalam jenis transformator tipe cangkang (Shell type) kumparan dililitkan

sekitar kaki tengah dari inti, seperti yang ditunjukkan Gambar 2.15. Kebanyakan

fluks terkurung dalam inti dan karena itu dirangkum oleh kedua kumparan.

Meskipun fluks bocor yang dirangkum salah satu kumparan tanpa dirangkum

yang lain merupakan bagian kecil dari fluks total, ia mempunyai pengaruh penting

dengan membagi – bagi kumparan dalam bagian-bagian yang diletakkan sedekat

mungkin satu sama lainnya.

Gambar 2.15 Transformator 3 phasa tipe cangkang

21
2.6.3 Hubungan Transformator Tiga Phasa

Dalam pelaksanaannya tiga buah lilitan fasa dalam sisi primer dan sisi

sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam – macam hubungan, seperti

hubungan bintang, hubungan segitiga (delta) dan hubungan kombinasi Y-Y, Y- Δ,

Δ-Y dan Δ- Δ. Bahkan dalam kasus tertentu lilitan sekunder dapat dihubungkan

secara berliku-liku (zig-zag), sehingga didapatkan kombinasi Δ-Z dan Z-Y.[2]

Hubungan zig-zag merupakan sambungan bintang “istimewa”, hubungan

ini untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan

secara bintang dengan beban setiap phasanya tidak seimbang.

A. Hubungan Wye – Wye ( Y – Y )

Jika tegangan tiga phasa dipasok ke transformator Y – Y, maka

tegangan tiap-tiap phasanya akan saling berbeda 120°[2]. Hubungan pada

transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 2.16 :

Gambar 2.16 Transformator hubungan Y-Y

22
Tegangan primer pada masing-masing phasa adalah :

VST
VΦp = ....................................................................................................... (2.17)
3

Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan

perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada

transformator adalah :

V ST 3VP
  a ............................................................................... (2.18)
V st 3VS

B. Hubungan Wye – Delta (Y – Δ)

Beda phasa antara sisi primer dan sekunder sebesar 30° atau

kelipatannya yang hendak dihubungkan secara paralel, sisi sekunder transformator

yang akan diparalelkan harus memiliki beda phasa yang sama. Digunakan sebagai

penaik tegangan untuk sistem tegangan tinggi[2]. Hubungan Wye-Delta dapat

dilihat pada Gambar 2.17.

23
Gambar 2.17 Hubungan transformator Y- Δ

Tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer

VRS = 3 VΦP....................................................................................... (2.19)

Tegangan kawat-kawat sekunder sebanding dengan tegangan phasa

Vrs = VΦS............................................................................................ (2.20)

Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini :

V RS 3VP
  3a ........................................................................ (2.21)
Vrs VS

C. Hubungan Delta-Wye (Δ – Y)

Umumnya digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan

transmisi ke tegangan rendah[2]. Hubungan Δ – Y pada transformator tiga phasa

ditunjukkan pada Gambar 2.18.

24
Gambar 2.18 Hubungan transformator Δ – Y

Tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer

VRS = VΦP ............................................................................................ (2.22)

Tegangan kawat-kawat sekunder sebanding dengan tegangan phasa

Vrs = 3 VΦS ....................................................................................... (2.23)

Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini :

V RS VP a
  ........................................................................... (2.24)
Vrs 3VS 3

25
D. Hubungan Delta – Delta ( Δ – Δ )

Gambaran hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Hubungan transformator Δ – Δ

Pada hubungan ini diperoleh :

VRS = VST = VRT = VLN

Maka : VL-L = VL-N .............................................................................. (2.23)

VRS = VST = VRT ....................................................................... (2.24)

Dimana : VL-L = Tegangan line to line

VL-N = Tegangan line to netral

Arus pada transfomator tiga phasa hubungan delta :

26
IL = 3 IP ....................................................................................... (2.25)

Dimana : IL = Arus line

IP = Arus phasa

27
BAB III

TAP CHANGER

3.1 UMUM

Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen

(PLN Distribusi), tegangan keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah

sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut maka pada salah satu kedua sisi

belitan transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan belitan

(ratio) transformator.

Tap changer atau pengubah tapping adalah suatu alat pengubah tegangan

dengan mengubah rasio perbandingan belitan transformator untuk mendapatkan

tegangan operasi sekunder akibat adanya perubahan tegangan pada sisi primer.

Tegangan keluaran atau tegangan terminal konsumen dapat dikendalikan dengan

pemasangan tapping pada sisi primer atau pada sisi sekunder transformator.

Perubahan posisi tapping dikendalikan oleh tap changer.[5]

Pengguna transformator menggunakan tapping untuk beberapa alasan

seperti :

 Untuk mengkompensasi perubahan tegangan yang diberikan oleh suplai

daya dan sistem transformator

 Untuk mengkompensasi regulasi pada transfomator dan mempertahankan

tegangan agar tetap konstan pada jenis yang sama

 Pada generator dan bus penghubung transformator untuk membantu pada

aliran Var pada sistem kendali


28
 Untuk memampukan kompensasi faktor yang belum diketahui

ketepatannya pada saat perancangan sistem kelistrikan

 Untuk memampukan perubahan pada kondisi sistem dikemudian hari

3.2 PRINSIP KERJA TAP CHANGER

Prinsip pengaturan tegangan sekunder berdasarkan perubahan jumlah

belitan primer atau sekunder. V1, N1 dan V2,N2 adalah parameter primer dan

sekunder.

V1 V2

N1 N 2

V1
V2  xN 2 ........................................ (3.1)
N1

Dimana : V1 = Tegangan primer

V2 = Tegangan sekunder

N1 = Belitan primer

N2 = Belitan sekunder

Jika belitan primer berkurang tegangan per belitan akan bertambah

sehingga tegangan sekunder bertambah. Pada kondisi lain, belitan sekunder

bertambah sementara belitan primer tetap, tegangan sekunder akan bertambah

juga. Pengurangan belitan primer mempunyai pengaruh yang sama dengan

penambahan belitan sekunder.

29
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan sisi transformator

mana yang akan dibuat tappingnya :

1. Transformator dengan rasio belitan yang besar, disadap pada sisi tegangan

tinggi, karena pengendalian tegangan keluaran lebih halus.

2. Perubahan tapping pada sisi tegangan tinggi menangani arus yang kecil,

walaupun isolasi diperlukan lebih banyak.

3. Pada umumnya belitan tegangan rendah dililit setelah inti, dan belitan

tegangan tinggi dililit setelah belitan tegangan rendah. Oleh karena itu

membuat tapping pada belitan tegangan tinggi lebih mudah.

Tapping dapat dibuat di awal, di akhir dan di tengah belitan transformator

ditunjukkan Gambar 3.1 berikut[6].

Gaya aksial

Gaya radial Gaya radial

Supply
Terminals
5
5
4
4
3
3
2
2
1
1

Gambar 3.1(a) Tapping Akhir

30
Gambar 3.1 (b)Tapping Tengah

Ketika arus pada belitan primer dan sekunder mengalir dengan arah yang

berlawanan, arus-arus ini berintraksi dengan fluks bocor diantara kedua belitan

dan menghasilkan gaya radial yang saling tolak-menolak. Gaya raidal ini menekan

belitan dalam ke inti dan mendorong belitan luar menjauhi inti. Gaya yang

berlawanan ini akan menimbulkan gaya aksial jika tapping dibuat pada belitan

transformator. Pada Gambar 3.1 diatas, belitan dengan tapping akhir menimbulkan

gaya aksial yang lebih besar dengan belitan dengan tapping tengah. Pada keadaan

hubung singkat, gaya aksial yang timbul akan sangat besar. Sehingga posisi

tapping yang sering dipakai adalah tapping tengah.[5]

31
Tapping transformator distribusi adalah ±5% - 10% dari tegangan

nominalnya. Jadi tegangan pada sisi primer transformator distribusi mempunyai 5

tapping yaitu[5] :

Tapping 1 : VN + (0.1x VN)

Tapping 2 : VN + (0.05x VN)

Tapping 3 : VN

Tapping 4 : VN – (0.05x VN)

Tapping 5 : VN – (0.1x VN)

Jumlah belitan transformator distribusi tiga phasa :

a. Belitan primer dihubungkan Y :

V
N1  ............................................................................................ (3.2)
3VT

Dimana : V/T = tegangan per lilitan

b. Belitan primer terhubung Δ :

V
N1  ............................................................................................... (3.3)
V
T

c. Jumlah belitan sekunder per kaki, jika belitan terhubung Z :

V
N1  ................................................................................................ (3.4)
3V T

32
Jika tap changer didesain beroperasi, ketika transformator di luar rangkaian

disebut tap changer tanpa beban (Off load Tap Changer). Tap changer yang

didesain beropersai ketika transformator dalam rangkaian disebut tap changer

berbeban (On Load Tap Changer).

Gambar 3.2. Tap Changer yang dihubungkan pada belitan trafo

3.3 TAP CHANGER TANPA BEBAN

Tap changer ini biasanya digunakan pada transformator distribusi,

dimana tegangannya lebih stabil. Sehingga penagturan tappingnya dilakukan pada

saat pemasangan transfomator ke dalam system tenaga listrik dan dalam jangka

waktu yang lama.[5]

33
3 3 3
2 4 2 4 2 4

1 R 5 1 R 5 1 R 5

S S S

Gambar 3.3 Tap changer terhubung delta (Δ)

3 3 3
2 4 2 4 2 4

1 R 5 1 R 5 1 R 5

S S S

Gambar 3.4 Tap changer terhubung Wye (Y)

Terdapat 6 stut dari stut 1 sampai dengan stut 6, balitan disadap dalam 6 titik,

sama dengan jumlah stut. Tap changer dihubungkan ke 6 titik sadapan melalui stut

yang berbebentuk lingkaran. Tap changer transfotmator dapat di tempatkan

34
dimana pada bagian transformattor distribusi. Jarum penunjuk R dapat diputar

mealalui pemutar yang ada di luar tangki.

Jika belitan di sadap pada interval 5%, maka dengan pemutaran jarum R

menyebabkan :

1. Pada stut 1,2 : belitan penuh dalam rangkaian

2. Pada stut 2,3 : 95% belitan dalam rangkaian

3. Pada stut 3,4 : 90% belitan dalam rangkaian

4. Pada stut 4,5 : 85% belitan dalam rangkaian

5. Pada stut 5,6 : 80% belitan dalam rangkaian

Stut S merupakan posisi akhir dan menjaga jarum penunjuk tidak berputar

penuh. Jika stut S tidak ada, jarum penunjuk R dapat tidak menghubungkan

belitan. Mengubah tap - tap hanya bisa dilakukan, ketika transformator tidak

terhubung dengan sumber. Seandainya jarum penunjuk R berada pada stut 1 dan

2. Untuk memindahkannya ke stut 2 dan 3, pertama transformator dilepas dari

rangkaian dan kemudian jarum penunjuk R diputar ke posisi stut 2 dan 3. Setelah

itu, transformator dihubungkan dengan sumber dan sekarang 95% saja belitan

pada rangkaian.

3.4 TAP CHANGER BERBEBAN

Pengubah tapping ini biasanya digunakan untuk perubahan tegangan dalam

periode waktu yang singkat. Tegangan keluaran dapat diatur dengan tap changer,

tanpa menyebabkan gangguan terhadap sistem. Selama operasi tap changer

berbeban,ada bebrapa hal yang perlu di perhatikan antara lain[5] :

35
1. Rangkaian utama tidak harus dilepas kecuali jika menyebabkan percikan

api.

2. Tidak ada bagian dari sadapan belitan yang akan terhubung singkat.

Salah satu bentuk tap changer berbeban diilustrasikan pada Gambar 3.5.

Dilengkapi dengan reaktor untuk menjaga sadapan belitan dari hubung singkat.

Tapping transformator dihubungkan ke segmen 1 sampai 5 secara terpisah. Dua

stut A dan B, terhubung dengan reaktor sadapan tengah C melalui saklar x dan y,

sehingga membuat hubungan dengan setiap segmen dalam operasi normal.

Gambar 3.5 Tap changer berbeban

36
Pada Gambar 3.5, kedua stut terhubung dengan segmen 1 dan seluruh

belitan dalam rangkaian. Saklar x, y ditutup. Setengah total arus mengalir melalui

x menuju setengah reaktor pada bagian bawah kemudian ke rangkaian luar.

Setengah total arus yang lain mengalir melalui y menuju setengah reaktor pada

bagian atas kemudian menuju rangkaian luar. Arus yang mengalir pada bagian

atas dan bagian bawah reaktor mengalir dalam arah yang berlawanan. Reaktor

dililit dengan dengan arah yang sama, sehingga ggm yang dihasilkan setengah

belitan berlawanan dengan ggm yang dihasilkan setengah belitan yang lainnya.

Gaya-gaya ini sama besarnya dan penjumlahannya nol. Reaktor hampir tidak

induktif dan impedansinya sangat kecil. Oleh karena itu, tegangan jatuh pada

reaktor sadapan tengah tidak ada.[8]

Gambar 3.6 Operasi dari segmen 1 ke segmen 2 pada Tap Changer On Load
37
Ketika perubahan tegangan dibutuhkan, stut A dan B dipindahkan ke

segmen 2 yang ditunjukkan Gambar 3.6 dengan urutan operasi sebagai berikut:

a. Buka saklar y, gambar ( b.I ). Arus masuk melalui reaktor pada bagian

bawah. Reaktor menjadi sangat induktif dan tegangan jatuhnya besar. Oleh

karena itu, reaktor harus didisain menahan arus beban penuh sesaat.

b. Stut B tidak dialiri arus, sehingga bisa dipindahkan ke segmen 2 tanpa

percikan api.

c. Tutup saklar y, gambar ( b.III ). Belitan transformator antara sadapan 1

dan 2 terhubung melalui reaktor. Impedansi reaktor besar, pada saat arus

mengalir dalam satu arah, arus sirkulasi yang mengalir melalui reaktor dan

sadapan belitan sangat kecil. Pada keadaan ini, reaktor melindungi sadapan

belitan dari hubung singkat.

d. Buka saklar x. Arus masuk mengalir hanya melalui reaktor pada bagian

atas, menyebabkan tegangan jatuh yang besar.

e. Pindahkan stut A dari segmen 1 ke segmen 2 dan tutup saklar x. pada saat

ini perpindahan sadapan 1 ke 2 telah selesai.

Jenis tap changer berbeban yang lain, juga dilengkapi dengan reaktor sadapan

tengah, diilustrasikan pada gambar dibawah ini. Fungsi reaktor adalah melindungi

38
sadapan belitan dari hubung singkat. Saklar 1, 2, 3, 4 dan 5 dihubungkan dengan

sadapan belitan.

Gambar 3.7 Tap Changer Berbeban

Saklar S pada gambar diatas ditutup selama operasi normal, dengan saklar 2,

3, 4, 5 dibuka dan saklar 1 ditutup. Pada saat ini, arus mengalir melalui reactor

bagian atas dan reaktor bagian bawah dengan arah yang berlawanan. Perubahan

sadapan 1 ke sadapan 2, dilakukan dengan urutan operasi sebagai berikut :

1. Buka saklar S. Sekarang arus total mengalir melalui reaktor pada bagian

atas dan tegangan jatuhnya besar.

2. Tutup saklar 2. Belitan antara sadapan 1 dan sadapan 2 terhubung melalui

reaktor.

3. Buka saklar 1. Sehingga arus mengalir melalui reaktor pada bagian bawah

dan tegangan jatuhnya besar.


39
4. Tutup saklar S. Arus mengalir melalui kedua bagian reaktor .

3.5 VARIASI TEGANGAN SELAMA PERUBAHAN TAPPING

Asumsikan tapping dibuat pada sisi primer. Pada Gambar 3.4 ketika semua

belitan primer dalam rangkaian tegangan sekundernya adalah :

V2
Vs1  xN s ..................................................................................................... (3.5)
N2

Untuk Gambar 3.5 (I) dan (II), tegangan sekundernya :

V1  IX r
Vs 2  xN s ............................................................................................ (3.6)
N1

Untuk Gambar 3.5 (III), tegangan sekundernya :

2V1
Vs3  xN s ............................................................................................ (3.7)
N1  N 2

Untuk Gambar 3.5 (IV), tegangan sekundernya :

V1  IX r
Vs 4  xN s ............................................................................................ (3.8)
N2

Untuk Gambar 3.5 (V), tegangan sekundernya :

V1
Vs 5  xN s ..................................................................................................... (3.9)
N2

Dimana :

N1 = Jumlah belitan antara tegangan terminal dengan sadapan 1

N2= Jumlah belitan antara tegangan terminal dengan sadapan 2


40
Ns = Jumlah belitan ssekunder, diasumsikan lebih kecil dari dan

Vsp = Tegangan primer

I = Arus Primer

Xr = Tahanan reactor ketika arus mengalir pada setengah bagian reactor

Gambar 3.7 Variasi tegangan selama perubahan tapping

Perubahan tegangan sekunder ke yang di tunjukan pada gambar 3.6

menjelaskan tegangan sekundernya, pertama – tama berkurang dari oa ke ob

sampai akhirnya bertambah ke oe. Tegangan berubah dari ab, bc, cd, de, ke de, .

de dalam gambar 3.6 merupakan tegangan yang paling besar.

41
BAB IV

PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA

PHASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER

IV.1. UMUM

Tap changer pada transformator distribusi berguna untuk mejaga tegangan

tetap konstan pada sisi sekunder meskipun terjadi perubahan tegangan pada sisi

tegangan tinggi (sisi primer).

Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan perbandingan

belitan tap changer pada transformator distribusi. Hal – hal yang perlu

diperhatikan adalah penentuan jumlah belitan pada stiap variasi tegangan,

penggulungan kumparan, penyambungan hubungan antar kumparan, serta

pemasangan tap changer.

Peneliatian ini dilakukan di PT. MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA.

Dari hasil penelitian ini diperoleh mengenai langkah – langkah penentuan dan

perhitungan jumlah kumparan setiap variasi tap pada tap changer, penyambungan

hubungan antar kumparan.

IV.2. BELITAN TRANSFORMATOR

IV.2.1 Belitan pada sisi Sekunder

Misalkan pada salah satu transformator 3 phasa dengan spesifikasi sebagai

berikut : kapasitas 160 kVA, hubungan Y – Z, 20 kV/400 volt, rapat fluksi adalah

: 1,65 Tesla dan Rugi – rugi = 442 Watt; Volt / Turn = 5.56.

42
Untuk menentukan Jumlah belitan, dapat kita hitung sebagai berikut :

1. Hubungan belitan zig – zag pada sisi sekunder. Dari data telah diperoleh

volt / turn = 5.56

2. Tegangan nominal line to line pada sisi sekunder = 400 volt

3. Tegangan nominal lone to netral sisi sekunder = 400/ 3 volt

400
3 400
4. Tegangan nominal per kaki sisi sekunder = = volt
3 3

Seperti Gambar 4.1 :

Gambar 4.1 Belitan transformator 3 phasa

Terminal A, B, C, adalah pada sisi primer dan a, b, c, n pada sisi sekunder

dengan n ditarik keluar.

tegangan no min al perKaki


N2 
tegangan persatuan beli tan

43
400
N2  3  24beli tan
5.56

Dimana: N = jumlah belitan

Gambar 4.2 Jumlah belitan tiap kaki pada transformator

Jadi belitan per phasa sisi sekunder terbagi menjadi 2 bagian pada setiap

kaki seperti pada Gambar 4.2, dengan belitan tiap kaki adalah 24 lilitan,

sedangkan tiap bagian terbagi menjadi 2 lapis dengan masing-masing 12 belitan,

sehingga jumlah lapisan seluruhnya pada sisi sekunder menjadi 4 lapis.

44
IV.2.2 Belitan pada sisi Primer

Pada beban yang lebih kecil dipilih transformator yang memiliki tapping 3,

yaitu seperti Gambar 4.3 :

Gambar 4.3 Posisi sadapan pada 3 Tap

 Untuk 2,5%/tap:

Tapping 1 = Terminal 1 – 2 ( 20,5 kV )

Tapping 2 = Terminal 2 – 3 ( 20 kV )

Tapping 3 = Terminal 3 – 4 ( 19,5 kV )

 Untuk 5%/tap:

Tapping 1 = Terminal 1 – 2 ( 21 kV )

Tapping 2 = Terminal 2 – 3 ( 20 kV )

Tapping 3 = Terminal 2 – 3 ( 19 kV )

45
Pemilihan ini didasarkan pada efisiensi dari jumlah belitan transformator

tersebut, untuk tapping 3 jumlah belitannya akan lebih sedikit dibandingkan

dengan transformator yang memiliki tapping 5, dan juga ukuran trafo yang

memiliki tapping 3 akan lebih kecil dibandingkan dengan trafo yang memiliki

tapping 5.

Dan untuk jaringan distribusi yang lebih panjang serta beban yang lebih

besar akan dipilih jumlah 5 tapping, dengan variasi 2,5%/tap dan 5% tap seperti

Gambar 4.4:

Gambar 4.4 Posisi sadapan pada 5 Tap

 Untuk 2,5%/tap:

Tapping 1 = Terminal 1 – 2 ( 21 kV )

Tapping 2 = Terminal 2 – 3 ( 20.5 kV )

Tapping 3 = Terminal 3 – 4 ( 20 kV )

46
Tapping 4 = Terminal 4 – 5 ( 19.5 kV )

Tapping 5 = Terminal 5 – 6 ( 19 kV )

 Untuk 5%/tap:

Tapping 1 = Terminal 1 – 2 ( 22 kV )

Tapping 2 = Terminal 2 – 3 ( 21 kV )

Tapping 3 = Terminal 3 – 4 ( 20kV )

Tapping 4 = Terminal 4 – 5 ( 19 kV )

Tapping 5 = Terminal 5 – 6 ( 18 kV )

Data yang di peroleh dari PT. Morawa Elektrik Transbuana:

Table 4.1 Jumlah belitan sekunder pada masing-masing trafo

Jumlah
Kapasitas
belitan
Transformator
sekunder

( kVA ) ( Turn )
50 48
100 30
160 16
200 34
250 40

Pada kapasitas 50 kVA, 20 kV , 400/231 V, Ns = 48 Turn, maka jumlah belitan

pada tiap tap masing-masing phasa adalah :

22000
Tapping 1 = x 48 = 4571
231

47
21000
Tapping 2 = x 48 = 4363
231

Tapping 3 = x 48 = 4156

19000
Tapping 4 = x 48 = 3948
231

18000
Tapping 5 = x 48 = 3740
231

Belitan per phasa pada kumparan primer dibagi menjadi 2 bagian yang

dihubungkan seri dengan tiap-tiap bagian adalah 4364 / 2 = 2182 belitan.

Tiap-tiap bagian kumparan primer ini digulung dengan tapping-tapping

yang ditarik keluar (sadapan) untuk dihubungkan ke tap changer seperti Gambar

4.5:

Gambar 4.5 Posisi sadapan tap changer Kumparan Primer

48
Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel

analisa data sebagai berikut :

Table 4.2 Analisa perhitungan jumlah belitan pada tiap tapping

BELITAN Jumlah belitan tiap Tapping


KVA
SEKUNDER Tap 1 Tap 2 Tap 3 Tap 4 Tap 5

50 48 4571 4364 4156 3948 3740


100 30 2857 2727 2597 2468 2338
160 16 1524 1455 1385 1316 1247
200 34 3238 3091 2944 2797 2649
250 40 3810 3636 3463 3290 3117

IV.3 HUBUNGAN ANTAR KUMPARAN

Kumparan yang telah selesai digulung, kemudian disambungkan antara

kumparan yang satu dengan yang lain. Misalnya trafo 160 kVA, 3 phasa, Y-Zn5

(seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6).

49
Gambar 4.6 Penyambungan Hubungan Antar Kumparan
Dimana:

A-B-C : Terminal Primer

a-b-c-n : Terminal Sekunder

I : Awal kumparan

II : Akhir kumparan

Untuk membandingkannya dengan kumparan yang telah siap dikerjakan dapat

dilihat pada Gambar 4.7:

50
Gambar 4.7 Kumparan yang telah selesai dihubungkan

Sedangkan untuk Tapping ditunjukkan pada Gambar 4.8:

Gambar 4.8 Tapping Sisi Primer

51
Misalnya pada Transformator kapasitas 50 kVA, 20 kV , 400/231 V, Ns = 48,

posisi tap chnger dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.3 Posisi Tap Changer

POSISI SWITCH JUMLAH V line to


TAP CHANGER BELITAN line (kV)
1 4571 22

2 4364 21

3 4156 20

4 3948 19

5 3740 18

IV.4 ANALISA PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR

Alat yang digunakan yaitu Transformer Turn Ratio Test. Test ini

dilakukan untuk mengetahhui apakah perbandingan belitan dari masing – masing

kumparan telah sesuai atau belum. Pada alat ini terdapat 4 kawat, dimana 2

dihubungkan ke primer dan 2 lagi ke sekunder. Dengan memutar handle dan

mengatur tap, maka angka turn ratio dapat dilihat. Pengukuran ini dilakukan

uuntuk berbagai taping, sehingga diperoleh perbandingan belitan trafo untuk tiap

tapping. Berdasarkan IEC, penyimpangan angka pebandingan trafo terhadap harga

nominal yang diizinkan mempunyai toleransi ± 1%.

Untuk trafo 3 phasa 50 Hz 50 kVA, 20kV 400/231 Volt, memiliki tapping

pada sisi primer sebagai berikut :

Tapping 1 : 22000

Tapping 2 : 21000

52
Tapping 3 : 20000

Tapping 4 : 19000

Tapping 5 : 18000

Pada sisi sekunder adalah tanpa tapping yaitu 231 volt, sehingga angka

perbandingan belitan transformasi dapat ditulis sebagai berikut :

Tapping 1 : 22000 : 231 = 95.238

Tapping 2 : 21000 : 231 = 90.909

Tapping 3 : 20000 : 231 = 86.580

Tapping 4 : 19000 : 231 = 82.251

Tapping 5 : 18000 : 231 = 77.922

Dengan toleransi ± 1% maka dapat ditulis perbandingan transformasi

adalah :

Tapping 1 : Maksimal : 95.238+ (95.238 x 1% ) = 96.281

Minimal : 95.238- (95.238 x 1% ) = 94.285

Tapping 2 : Maksimal : 90.909+ (90.909 x 1% ) = 91.818

Minimal : 90.909- (90.909 x 1% ) = 89.999

Tapping 3 : Maksimal : 86.580 + ( 86.580 x 1% ) = 87.445

Minimal : 86.580 - ( 86.580 x 1% ) = 85.715

Tapping 4 : Maksimal : 82.251 + (82.251 x 1% ) = 83.073

Minimal : 82.251 - (82.251 x 1% ) = 81.428

Tapping 5 : Maksimal : 77.922+ (77.922 x 1% ) = 78.701

Minimal : 77.922 - (77.922 x 1% ) = 77.143

53
Maka jumlah belitan tap pada toleransi 1% adalah :

Tapping 1 : Maksimal : 96.281 x 48 = 4621 lilitan

Minimal : 94.285 x 48 = 4526 lilitan

Tapping 2 : Maksimal : 91.818 x 48 = 4407 lilitan

Minimal : 89.999 x 48 = 4320 lilitan

Tapping 3 : Maksimal : 87.445 x 48 = 4197 lilitan

Minimal : 85.715 x 48 = 4114 lilitan

Tapping 4 : Maksimal : 83.073 x 48 = 3988 lilitan

Minimal : 81.428 x 48 = 3909 lilitan

Tapping 5 : Maksimal : 78.701 x 48 = 3778 lilitan

Minimal : 77.143 x 48 = 3703 lilitan

Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga

didapat Tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Batas jumlah belitan pada tiap tapping dengan toleransi 1%

Daya Tapping 1 Tapping 2 Tapping 3 Tapping 4 Tapping 5


(kVA) Max Min max Min Max Min Max Min Max M in
50 4621 4526 4407 4320 4197 4114 3988 3909 3778 3703
100 2888 2829 2755 2700 2623 2571 2492 2443 2361 2314
160 1540 1509 1469 1440 1399 1371 1329 1303 1259 1234
200 3274 3206 3122 3060 2973 2914 2824 2769 2676 2623
250 3851 3771 3673 3600 3498 3429 3323 3257 3148 3086

Dari hasil pengukuran (Hasil TTR) perbandingan belitan transformator

distribusi 3 phasa, diperoleh data berikut :

54
1. Transformator : 3 phasa ; 50 kVA ;20 kV Ns : 48

Tabel 4.5 Data perbandingan belitan pada Transformator 50 kVA

Tapping R S T

Tapping 1 90,975 90,985 90,97

Tapping 2 86,65 86,645 86,63

Tapping 3 82,305 82,305 82,297

Tapping 4 77,97 77,97 77,963

Tapping 5 73,645 73,655 73,625

2. Transformator : 3 phasa ; 100 kVA, 20 kV, Ns : 30

Tabel 4.6 Data perbandingan belitan pada Transformator 100 kVA

Tapping R S T

Tapping 1 95,246 95,243 95,243

Tapping 2 90,93 90,931 90,92

Tapping 3 86,634 86,631 86,63

Tapping 4 82,247 82,247 82,234

Tapping 5 77,928 77,926 77,971

55
3. Transformator : 3 phasa ; 160 kVA, 20kV, Ns : 16

Tabel 4.7 Data perbandingan belitan pada Transformator 160 kVA

Tapping R S T

Tapping 1 95,28 95,284 95,298

Tapping 2 90,918 90,916 90,912

Tapping 3 86,584 86,582 86,575

Tapping 4 82,248 82,244 82,241

Tapping 5 77,915 77,911 77,906

4. Transformator : 3 phasa ; 200 kVA, 20kV, Ns : 34

Tabel 4.8 Data perbandingan belitan pada Transformator 200 kVA

Tapping R S T

Tapping 1 90,905 90,915 90,94

Tapping 2 86,573 80,58 86,58

Tapping 3 82,258 82,265 82,26

Tapping 4 77,924 77,94 77,92

Tapping 5 73,594 73,594 73,604

56
5. Transformator : 3 phasa ; 250 kVA, 20kV, Ns : 40

Tabel 4.9 Data perbandingan belitan pada Transformator 250 kVA

Tapping R S T

Tapping 1 90,145 90,152 90,116

Tapping 2 88,007 88,815 87,983

Tapping 3 85,85 85,85 85,815

Tapping 4 83,685 83,682 83,642

Tapping 5 81,55 81,551 81,505


Dari hasil pengukuran transformasi belitan di atas dapat dihitung jumlah

belitan tiap tapping :

1. Transformator : 3 phasa ; 50 kVA ;20 kV Ns : 48

Tabel 4.10 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan

Transformator 50 kVA

Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
4367 4367 4367 4621 4526
1
Tapping
4159 4159 4158 4407 4320
2
Tapping
3951 3951 3950 4197 4114
3
Tapping
3743 3743 3742 3988 3909
4
Tapping
3535 3535 3534 3778 3703
5

57
2. Transformator : 3 phasa ; 100 kVA, 20 kV, Ns : 30

Tabel 4.11 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan

Transformator 100 kVA

Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
2857 2857 2857 2888 2829
1
Tapping
2728 2728 2728 2755 2700
2
Tapping
2599 2599 2599 2623 2571
3
Tapping
2467 2467 2467 2492 2443
4
Tapping
2338 2338 2339 2361 2314
5

3. Transformator : 3 phasa ; 160 kVA, 20kV, Ns : 16

Tabel 4.12 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan

Transformator 160 kVA

Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
1524 1525 1525 1540 1509
1
Tapping
1455 1455 1455 1469 1440
2
Tapping
1385 1385 1385 1399 1371
3
Tapping
1316 1316 1316 1329 1303
4
Tapping
1247 1247 1246 1259 1234
5

58
4. Transformator : 3 phasa ; 200 kVA, 20kV, Ns : 34

Tabel 4.13 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan

Transformator 200 kVA

Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
3091 3091 3092 3274 3206
1
Tapping
2943 2740 2944 3122 3060
2
Tapping
2797 2797 2797 2973 2914
3
Tapping
2649 2650 2649 2824 2769
4
Tapping
2502 2502 2503 2676 2623
5

5. Transformator : 3 phasa ; 250 kVA, 20kV, Ns : 40

Tabel 4.14 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan

Transformator 250 kVA

Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
3606 3606 3605 3851 3771
1
Tapping
3520 3553 3519 3673 3600
2
Tapping
3434 3434 3433 3498 3429
3
Tapping
3347 3347 3346 3323 3257
4
Tapping
3262 3262 3260 3148 3086
5

59
Jadi hasil pengukuran harus berkisar antara harga minimum dan

maksimum. Jika tidak dipenuhi hasil pengukuran diatas, maka transformator

tersebut harus diperbaiki dengan cara menambah atau mengurangi jumlah belitan

pasa sisi primer. Tidak sesuainya jumlah belitan pada hasil pengukuran dengan

ketentuan yang ditetapkan pada analisa perhitungan disebabkan oleh kesalahan

pembacaan pada alat penggulungan belitan pada saat penggulungan belitan

transformator.

Pada saat penggunaan transformator distribusi 3 phasa 50kVA, 20kV,

400/231V, ternyata tegangan masukannya adalah 20.800 Volt. Maka dipilih

tapping yang lebih sesuai untuk mendapatkan tegangan keluaran yang lebih

mendekati besarnya tegangan keluaran yang ditetapkan sebelumnya. Tapping

yang akan dipilih adalah tapping 2 atau tapping 3. Untuk megetahui tapping mana

yang akan dipakai maka dilakukan analisa sebagai berikut.

 Pada tap 2, besarnya tapping adalah 5%, perbandingan belitannya =

90,909. Jika tegangan primernya adalah 20.800 V, maka berdasarkan

rumus

N 1 V1
a 
N 2 V2

20.800
Diperoleh : 90,909 
V2

V2  228,8Volt

 Pada tap 3, besarnya tapping adalah 5%, perbandingan belitannya 86,58.

Jika tegangan primernya adalah 20.800V, maka :

60
20.800
V2 
86,58

V2  240,24Volt

Dalam hal ini, tapping yang dipakai adalah taping 2. Dimana tegangan keluaran

dari tapping 2 lebih mendekati tegangan nominal yang sudah ditentukan

sebelumnya jika dibandingkan dengan tapping 3. Selain itu, alasan pemilihan tap

2 adalah untuk keamanan isolasi. Suatu isolator dapat rusak jika tegangan yang

ada melebihi batasan tegangan yang diperbolehkan untuk suatu isolator.

Demikian juga untuk transfotmator daya 100kVA, 160kVA, 200kVA, dan

250kVA. Jika tegangan masukannya tidak sesuai dengan tegangan primer yang

sudah ditentukan sebelumnya (tegangan primer pada tiap tap), maka harus diplilih

tap mana yang menghasilkan tegangan keluaran yang lebih mendekati tegangan

keluaran yang sudah ditentukan.

61
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan hasil analisa pada bab – bab sebelumnya, untuk

beberapa transformator yang diteliti dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk suatu perbandingan belitan, semakin besar jumlah lilitan sekunder

pada transformator distribusi semakin besar juga jumlah lilitan primernya.

2. Dikarenakan kesalahan pembacaan pada alat penggulungan belitan

transformator pada saat penggulungan belitan transformator, pada hasil

TTR masing-masing trafo, jumlah lilitan primer tidak sesuai dengan hasil

perhitungan, maka dilakukan pengurangan atau penambahan jumlah lilitan

yaitu :

a. Pada transformator 50 KVA dilakukan penambahan minimal

169 lilitan, maksimal 254 lilitan.

b. Pada transformator 200 KVA dilakukan penambahan 114

lilitan, maksimal 182 lilitan.

c. Pada transformator 250 KVA dilakukan penambahan 166

lilitan, maksimal 246 lilitan.

Sedangkan pada trafo distribusi 3 phasa pada kapasitas 100 dan 160 KVA

memiliki jumlah lilitan primer yang sesuai dengan batas toleransi yaitu

±1% .

62
3. Jika didapati tegangan masukan pada transformator distribusi yang

menggunakan tap changer tidak sesuai dengan tegangan primer yang

ditentukan untuk tiap tapping, maka harus dipilih salah satu tap yang akan

menghasilkan tegangan keluaran yang lebih mendekati tegangan keluaran

yang ditetapkan atau tegangan keluaran yang diinginkan.

5.2 SARAN

1. Untuk mendapatkan jumlah belitan yang sesuai dengan batas toleransi yang

diberikan, penggulungan belitan transformator yang lebih teliti sangat

dibutuhkan.

2. Dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut bila ditemukan kondisi dimana

pengerjaan sudah teliti tetapi masih terdapat selisih belitan dari batas-batas

perhitungan

63
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya M ochtar,” Dasar-dasar M esin List rik ” , Penerbit Djambatan, Jakarta , 2001

2. Chapman Stephen J, “ Elect ric M achinery Fundament als” ,Second Edition M c

Graw Hill Companies, New York, 1991.

3. Theraja, B.L. & Theraja, A.K., “ A Text Book of Elect rical Technology” , New Delhi,

S.Chand and Company Ltd., 2001.

4. Gonen, Turan,” Elect ric Pow er dist ribut ion Syst em Engineering ” ,M c Graw -Hill

Book Company, Singapore 1986.

5. Stigant, S. Austen and A.C. Franklin,” The J& P t ransformer Book” ,new ness-

Butterw orths,London,1973

6. ht t p:/ / ojandonk.com/ 2011/ 04/ 25/ t ransformer-elect rical-design/

7. ht t p:/ / xa.yimg.com/ kq/ groups/ 26952859/ 1355756370/ name/ Review _Desain_Tr

afo.pdf

8. Grigsby, Leo L.,” Elect ric Pow er Enginering” , CRC Press LLC, Florida, 2000.

64

Anda mungkin juga menyukai