Oleh
BAYU T. SIANIPAR
NIM : 060402071
Oleh
BAYU T. SIANIPAR
NIM : 060402071
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Teknik Elektro
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing,
Diketahui Oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT. USU
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
penulis menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu dengan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus
kepada:
1. Kedua Orang tua saya yang tercinta S. Sianipar dan N. Simbolon, dan kepada
kakak, abang dan adik saya yang selalu memberi dukungan, doa, dan kasih
2. Bapak Ir. Panusur S.M. L.Tobing selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang atas bantuan, dukungan dan arahan beliau saya dapat menyelesaikan
3. Bapak Ir. Hendra Zulkarnain selaku dosen wali penulis, atas bimbingan dan
4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, Msi, selaku Ketua Departemen Teknik
i
5. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro
selama ini.
8. Dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu per satu.
kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Bayu T. Sianipar
NIM.06040207
ii
ABSTRAK
sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut maka pada salah satu kedua sisi
(ratio) transformator.
belitan terhadap pada transformator distribusi pada saat penggunaan tap changer,
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TRANSFORMATOR
2.1 UMUM 5
3.1 UMUM 28
iv
BAB IV PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR
CHANGER
4.1 UMUM 42
5.1 KESIMPULAN 62
5.2 SARAN 63
DAFTAR PUSTAKA 64
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 3.3 Tap changer terhubung delta (Δ) 34
Gambar 3.6 Operasi dari segmen 1 ke segmen 2 pada Tap Changer On Load 36
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Batas jumlah belitan pada tiap tapping dengan toleransi 1% 52
Tabel 4.11 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 100 kVA 55
Tabel 4.12 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 160 kVA 55
Tabel 4.13 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 200 kVA 56
Tabel 4.14 Jumlah belitan pada pengukuran dan perhitungan Transformator 250 kVA 56
viii
ABSTRAK
sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut maka pada salah satu kedua sisi
(ratio) transformator.
belitan terhadap pada transformator distribusi pada saat penggunaan tap changer,
iii
BAB I
PENDAHULUAN
beban. Hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran
daya listrik. Dalam penyaluran daya listrik melalui transmisi maupun distribusi
akan mengalami jatuh tegangan (drop voltage) sepanjang saluran yang dilalui.
ini disebut sebagai sadapan pengatur tegangan atau tap changer. Tap changer di
bagi dalam 2 bagian yaitu tap changer yang bekerja pada saat berbeban tanpa
terjadi pemutusan beban, biasa disebut On Load Tap Changer (OLTC) dan tap
1
1.2. Tujuan Penulisan
tap changer.
pada jaringan.
2
1.5. Metode Penulisan
adalah:
1. Studi Literatur.
pendukung.
2. Studi Bimbingan
berlangsung.
3. Studi lapangan
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
3
BAB II : TRANSFORMATOR
BAB V : PENUTUP
4
BAB II
TRANSFORMATOR
2.1 UMUM
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik
elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat
dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada
kedua kumparan itu. Pada umumnya kumparan tersebut terbuat dari kawat
alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus bolak-
balik, dimana arus bolak-balik sangat banyak digunakan untuk pembangkitan dan
penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik terjadi
kerugian energi sebesar I2R watt. Kerugian ini dapat diminimalkan dengan
transmisi tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini
dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi, dengan cara
transformator distribusi 3 phasa. Disamping itu ada jenis-jenis trafo lain yang
5
banyak dipergunakan, dan yang pada umumnya merupakan transformator yang
jauh lebih kecil. Misalnya transformator yang dipakai di rumah tangga untuk
menyesuaikan tegangan pada lemari es yang berasal dari jaringan listrik umum.
Atau trafo yang lebih kecil yang dipakai pada lampu TL ataupun pada berbagai
alat elektronik seperti pesawat penerima radio, televisi dan lain sebagainya.
yang dibelitkan pada inti trafo. Transformator yang menjadi fokus bahasan disini
Konstruksi transformator daya ada dua tipe yaitu tipe inti ( core type ) dan
tipe cangkang ( shell type ). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang
terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi arus eddy.
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan
kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe
inti, lilitan mengelilingi inti besi seperti yang di tunjukkan pada Gambar 2.1.[3]
6
Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti ( core form )
Gambar 2.2.
dibentuk dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti. Pada
transformator ini, kumparan atau belitan trafo dikelilingi oleh inti seperti yang
7
Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang ( shell form )
Gambar 2.4.
menyalurkan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian
listrik lainnya melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prisnsip induksi
8
elektromagnetik. Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga
keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh.[1]
yang bersifat induktif. Seperti pada Gambar2.5, kedua kumparan ini terpisah
secara elektrik namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki
sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul didalam inti
kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self induction ) dan terjadi pula induksi
di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut
9
magnetisasi ). Secara umum suatu kumparan dialiri arus bolak-balik akan timbul
d
eN ......................................................... (2.1 )
dt
N = jumlah lilitan
d
= perubahan fluks magnet
dt
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
untuk menghambat arus searah dan tetap mengalirkan arus bolak-balik antara
rangkaian.
tegangan V1 yang sinusoidal seperti Gambar 2.6, akan mengalir arus primer I0
yang juga sinusoidal dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan
tertinggal 90° dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks ( Ф ) yang sefasa dan
10
Gambar 2.6 Transformator dalam keadaan tanpa beban
Faraday).
d
e1 = -N1
dt
d max sin t
e1 = -N1
dt
11
Harga efektif :
N1 max
E1 =
2
N1 2fmax
E1 =
2
N1 2 3.14 fmax
E1 =
2
N1 6.28 fmax
E1 =
2
f = frekuensi
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan akan terdapat hubungan :
E1 V 1 N1
a ............................................................................................ (2.4)
E2 V 2 N 2
12
N1 = jumlah belitan di sisi primer
V2
I2
ZL
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (Φ) bersama yang telah ada akibat arus
permagnetan[1]. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan
primer harus mengalir arus I2’, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus
beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :
13
Bila komponen arus rugi inti (IC) diabaikan, maka I0 = Im, sehingga
I0 = arus penguat
Im = arus pemagnetan
primer (Φ1) atau mencakup kumparan sekunder (Φ2) saja dalam model rangkaian
ekivalen yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks
R2, dengan demikian model rangkaian dapat ditunjukkan seperti Gambar 2.8.[2]
14
V1 = E1 + I1R1 + I1V1
E1 = aE2
I2 = aI2’
primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2. Sekarang
15
Jika impedansi primer dari sebuah transformator dinyatakan terhadap
16
Xek = X1 + a2X2 (ohm) ......................................................................... (2.10)
ekivalen) Rc, Xm, Rak, dan Xak dapat ditentukan besarnya dengan dua macam
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis
sebagai berikut :
17
2.5.2. Rugi besi (Pi)
Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti
kh = konstanta
Rugi arus eddy, yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Pe = ke f2 B2 maks................................................................................ (2.13)
Pi = Ph + Pe.......................................................................................... (2.14)
2.5.3. Efisiensi
Pout Pout
......................................................... (2.15)
Pin Pout rugi
18
2.5.3.1. Perubahan eifisiensi terhadap beban
V 2 cos
........................................................... (2.16)
P1
V 2 cos I 2 R 2ek
I2
Melalui penurunan persamaan di atas bisa dicari nilai efisiensi maksimum untuk
beban tertentu yaitu pada saat rugi tembaga = rugi inti seperti yang ditunjukkan
2.6.1 UMUM
phasa, perbedaannya adalah seperti perbedaan sistem listrik satu phasa dengan
sistem listrik tiga phasa yaitu mengenal sistem bintang ( Y ) dan delta ( Δ ), serta
19
sistem zig-zag ( Z ), dan juga sistem bilangan jam yang sangat menentukan untuk
kerja paralel transformator tiga phasa. Untuk menganalisa transformator daya tiga
sebagai transformator satu phasa, teknik perhitungannya pun sama, hanya untuk
nilai akhir biasanya parameter tertentu ( arus, tegangan, dan daya ) transformator
lebih murah, karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan tiga buah
transformator satu phasa dengan jumlah daya yang sama dengan satu buah
transformator tiga phasa, lebih ringan dan lebih kecil sehingga mempermudah
untuk menangani operasinya hanya satu buah transformator yang perlu mendapat
Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar didalam inti,
rangkaian magnetik itu biasanya teradiri dari setumpuk laminasi tipis. Dua jenis
20
Gambar 2.14 Transformator tiga phasa
sekitar kaki tengah dari inti, seperti yang ditunjukkan Gambar 2.15. Kebanyakan
fluks terkurung dalam inti dan karena itu dirangkum oleh kedua kumparan.
Meskipun fluks bocor yang dirangkum salah satu kumparan tanpa dirangkum
yang lain merupakan bagian kecil dari fluks total, ia mempunyai pengaruh penting
21
2.6.3 Hubungan Transformator Tiga Phasa
Dalam pelaksanaannya tiga buah lilitan fasa dalam sisi primer dan sisi
Δ-Y dan Δ- Δ. Bahkan dalam kasus tertentu lilitan sekunder dapat dihubungkan
22
Tegangan primer pada masing-masing phasa adalah :
VST
VΦp = ....................................................................................................... (2.17)
3
transformator adalah :
V ST 3VP
a ............................................................................... (2.18)
V st 3VS
Beda phasa antara sisi primer dan sekunder sebesar 30° atau
yang akan diparalelkan harus memiliki beda phasa yang sama. Digunakan sebagai
23
Gambar 2.17 Hubungan transformator Y- Δ
V RS 3VP
3a ........................................................................ (2.21)
Vrs VS
C. Hubungan Delta-Wye (Δ – Y)
24
Gambar 2.18 Hubungan transformator Δ – Y
V RS VP a
........................................................................... (2.24)
Vrs 3VS 3
25
D. Hubungan Delta – Delta ( Δ – Δ )
26
IL = 3 IP ....................................................................................... (2.25)
IP = Arus phasa
27
BAB III
TAP CHANGER
3.1 UMUM
sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut maka pada salah satu kedua sisi
(ratio) transformator.
Tap changer atau pengubah tapping adalah suatu alat pengubah tegangan
tegangan operasi sekunder akibat adanya perubahan tegangan pada sisi primer.
pemasangan tapping pada sisi primer atau pada sisi sekunder transformator.
seperti :
belitan primer atau sekunder. V1, N1 dan V2,N2 adalah parameter primer dan
sekunder.
V1 V2
N1 N 2
V1
V2 xN 2 ........................................ (3.1)
N1
V2 = Tegangan sekunder
N1 = Belitan primer
N2 = Belitan sekunder
29
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan sisi transformator
1. Transformator dengan rasio belitan yang besar, disadap pada sisi tegangan
2. Perubahan tapping pada sisi tegangan tinggi menangani arus yang kecil,
3. Pada umumnya belitan tegangan rendah dililit setelah inti, dan belitan
tegangan tinggi dililit setelah belitan tegangan rendah. Oleh karena itu
Gaya aksial
Supply
Terminals
5
5
4
4
3
3
2
2
1
1
30
Gambar 3.1 (b)Tapping Tengah
Ketika arus pada belitan primer dan sekunder mengalir dengan arah yang
berlawanan, arus-arus ini berintraksi dengan fluks bocor diantara kedua belitan
dan menghasilkan gaya radial yang saling tolak-menolak. Gaya raidal ini menekan
belitan dalam ke inti dan mendorong belitan luar menjauhi inti. Gaya yang
berlawanan ini akan menimbulkan gaya aksial jika tapping dibuat pada belitan
transformator. Pada Gambar 3.1 diatas, belitan dengan tapping akhir menimbulkan
gaya aksial yang lebih besar dengan belitan dengan tapping tengah. Pada keadaan
hubung singkat, gaya aksial yang timbul akan sangat besar. Sehingga posisi
31
Tapping transformator distribusi adalah ±5% - 10% dari tegangan
tapping yaitu[5] :
Tapping 3 : VN
V
N1 ............................................................................................ (3.2)
3VT
V
N1 ............................................................................................... (3.3)
V
T
V
N1 ................................................................................................ (3.4)
3V T
32
Jika tap changer didesain beroperasi, ketika transformator di luar rangkaian
disebut tap changer tanpa beban (Off load Tap Changer). Tap changer yang
saat pemasangan transfomator ke dalam system tenaga listrik dan dalam jangka
33
3 3 3
2 4 2 4 2 4
1 R 5 1 R 5 1 R 5
S S S
3 3 3
2 4 2 4 2 4
1 R 5 1 R 5 1 R 5
S S S
Terdapat 6 stut dari stut 1 sampai dengan stut 6, balitan disadap dalam 6 titik,
sama dengan jumlah stut. Tap changer dihubungkan ke 6 titik sadapan melalui stut
34
dimana pada bagian transformattor distribusi. Jarum penunjuk R dapat diputar
Jika belitan di sadap pada interval 5%, maka dengan pemutaran jarum R
menyebabkan :
Stut S merupakan posisi akhir dan menjaga jarum penunjuk tidak berputar
penuh. Jika stut S tidak ada, jarum penunjuk R dapat tidak menghubungkan
belitan. Mengubah tap - tap hanya bisa dilakukan, ketika transformator tidak
terhubung dengan sumber. Seandainya jarum penunjuk R berada pada stut 1 dan
rangkaian dan kemudian jarum penunjuk R diputar ke posisi stut 2 dan 3. Setelah
itu, transformator dihubungkan dengan sumber dan sekarang 95% saja belitan
pada rangkaian.
periode waktu yang singkat. Tegangan keluaran dapat diatur dengan tap changer,
35
1. Rangkaian utama tidak harus dilepas kecuali jika menyebabkan percikan
api.
2. Tidak ada bagian dari sadapan belitan yang akan terhubung singkat.
Salah satu bentuk tap changer berbeban diilustrasikan pada Gambar 3.5.
Dilengkapi dengan reaktor untuk menjaga sadapan belitan dari hubung singkat.
stut A dan B, terhubung dengan reaktor sadapan tengah C melalui saklar x dan y,
36
Pada Gambar 3.5, kedua stut terhubung dengan segmen 1 dan seluruh
belitan dalam rangkaian. Saklar x, y ditutup. Setengah total arus mengalir melalui
Setengah total arus yang lain mengalir melalui y menuju setengah reaktor pada
bagian atas kemudian menuju rangkaian luar. Arus yang mengalir pada bagian
atas dan bagian bawah reaktor mengalir dalam arah yang berlawanan. Reaktor
dililit dengan dengan arah yang sama, sehingga ggm yang dihasilkan setengah
belitan berlawanan dengan ggm yang dihasilkan setengah belitan yang lainnya.
Gaya-gaya ini sama besarnya dan penjumlahannya nol. Reaktor hampir tidak
induktif dan impedansinya sangat kecil. Oleh karena itu, tegangan jatuh pada
Gambar 3.6 Operasi dari segmen 1 ke segmen 2 pada Tap Changer On Load
37
Ketika perubahan tegangan dibutuhkan, stut A dan B dipindahkan ke
segmen 2 yang ditunjukkan Gambar 3.6 dengan urutan operasi sebagai berikut:
a. Buka saklar y, gambar ( b.I ). Arus masuk melalui reaktor pada bagian
bawah. Reaktor menjadi sangat induktif dan tegangan jatuhnya besar. Oleh
karena itu, reaktor harus didisain menahan arus beban penuh sesaat.
percikan api.
dan 2 terhubung melalui reaktor. Impedansi reaktor besar, pada saat arus
mengalir dalam satu arah, arus sirkulasi yang mengalir melalui reaktor dan
sadapan belitan sangat kecil. Pada keadaan ini, reaktor melindungi sadapan
d. Buka saklar x. Arus masuk mengalir hanya melalui reaktor pada bagian
e. Pindahkan stut A dari segmen 1 ke segmen 2 dan tutup saklar x. pada saat
Jenis tap changer berbeban yang lain, juga dilengkapi dengan reaktor sadapan
tengah, diilustrasikan pada gambar dibawah ini. Fungsi reaktor adalah melindungi
38
sadapan belitan dari hubung singkat. Saklar 1, 2, 3, 4 dan 5 dihubungkan dengan
sadapan belitan.
Saklar S pada gambar diatas ditutup selama operasi normal, dengan saklar 2,
3, 4, 5 dibuka dan saklar 1 ditutup. Pada saat ini, arus mengalir melalui reactor
bagian atas dan reaktor bagian bawah dengan arah yang berlawanan. Perubahan
1. Buka saklar S. Sekarang arus total mengalir melalui reaktor pada bagian
reaktor.
3. Buka saklar 1. Sehingga arus mengalir melalui reaktor pada bagian bawah
Asumsikan tapping dibuat pada sisi primer. Pada Gambar 3.4 ketika semua
V2
Vs1 xN s ..................................................................................................... (3.5)
N2
V1 IX r
Vs 2 xN s ............................................................................................ (3.6)
N1
2V1
Vs3 xN s ............................................................................................ (3.7)
N1 N 2
V1 IX r
Vs 4 xN s ............................................................................................ (3.8)
N2
V1
Vs 5 xN s ..................................................................................................... (3.9)
N2
Dimana :
I = Arus Primer
sampai akhirnya bertambah ke oe. Tegangan berubah dari ab, bc, cd, de, ke de, .
41
BAB IV
IV.1. UMUM
tetap konstan pada sisi sekunder meskipun terjadi perubahan tegangan pada sisi
belitan tap changer pada transformator distribusi. Hal – hal yang perlu
Dari hasil penelitian ini diperoleh mengenai langkah – langkah penentuan dan
perhitungan jumlah kumparan setiap variasi tap pada tap changer, penyambungan
berikut : kapasitas 160 kVA, hubungan Y – Z, 20 kV/400 volt, rapat fluksi adalah
: 1,65 Tesla dan Rugi – rugi = 442 Watt; Volt / Turn = 5.56.
42
Untuk menentukan Jumlah belitan, dapat kita hitung sebagai berikut :
1. Hubungan belitan zig – zag pada sisi sekunder. Dari data telah diperoleh
400
3 400
4. Tegangan nominal per kaki sisi sekunder = = volt
3 3
43
400
N2 3 24beli tan
5.56
Jadi belitan per phasa sisi sekunder terbagi menjadi 2 bagian pada setiap
kaki seperti pada Gambar 4.2, dengan belitan tiap kaki adalah 24 lilitan,
44
IV.2.2 Belitan pada sisi Primer
Pada beban yang lebih kecil dipilih transformator yang memiliki tapping 3,
Untuk 2,5%/tap:
Tapping 2 = Terminal 2 – 3 ( 20 kV )
Untuk 5%/tap:
Tapping 1 = Terminal 1 – 2 ( 21 kV )
Tapping 2 = Terminal 2 – 3 ( 20 kV )
Tapping 3 = Terminal 2 – 3 ( 19 kV )
45
Pemilihan ini didasarkan pada efisiensi dari jumlah belitan transformator
dengan transformator yang memiliki tapping 5, dan juga ukuran trafo yang
memiliki tapping 3 akan lebih kecil dibandingkan dengan trafo yang memiliki
tapping 5.
Dan untuk jaringan distribusi yang lebih panjang serta beban yang lebih
besar akan dipilih jumlah 5 tapping, dengan variasi 2,5%/tap dan 5% tap seperti
Gambar 4.4:
Untuk 2,5%/tap:
Tapping 1 = Terminal 1 – 2 ( 21 kV )
Tapping 3 = Terminal 3 – 4 ( 20 kV )
46
Tapping 4 = Terminal 4 – 5 ( 19.5 kV )
Tapping 5 = Terminal 5 – 6 ( 19 kV )
Untuk 5%/tap:
Tapping 1 = Terminal 1 – 2 ( 22 kV )
Tapping 2 = Terminal 2 – 3 ( 21 kV )
Tapping 4 = Terminal 4 – 5 ( 19 kV )
Tapping 5 = Terminal 5 – 6 ( 18 kV )
Jumlah
Kapasitas
belitan
Transformator
sekunder
( kVA ) ( Turn )
50 48
100 30
160 16
200 34
250 40
22000
Tapping 1 = x 48 = 4571
231
47
21000
Tapping 2 = x 48 = 4363
231
Tapping 3 = x 48 = 4156
19000
Tapping 4 = x 48 = 3948
231
18000
Tapping 5 = x 48 = 3740
231
Belitan per phasa pada kumparan primer dibagi menjadi 2 bagian yang
yang ditarik keluar (sadapan) untuk dihubungkan ke tap changer seperti Gambar
4.5:
48
Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel
kumparan yang satu dengan yang lain. Misalnya trafo 160 kVA, 3 phasa, Y-Zn5
49
Gambar 4.6 Penyambungan Hubungan Antar Kumparan
Dimana:
I : Awal kumparan
II : Akhir kumparan
50
Gambar 4.7 Kumparan yang telah selesai dihubungkan
51
Misalnya pada Transformator kapasitas 50 kVA, 20 kV , 400/231 V, Ns = 48,
2 4364 21
3 4156 20
4 3948 19
5 3740 18
Alat yang digunakan yaitu Transformer Turn Ratio Test. Test ini
kumparan telah sesuai atau belum. Pada alat ini terdapat 4 kawat, dimana 2
mengatur tap, maka angka turn ratio dapat dilihat. Pengukuran ini dilakukan
uuntuk berbagai taping, sehingga diperoleh perbandingan belitan trafo untuk tiap
Tapping 1 : 22000
Tapping 2 : 21000
52
Tapping 3 : 20000
Tapping 4 : 19000
Tapping 5 : 18000
Pada sisi sekunder adalah tanpa tapping yaitu 231 volt, sehingga angka
adalah :
53
Maka jumlah belitan tap pada toleransi 1% adalah :
Tabel 4.4 Batas jumlah belitan pada tiap tapping dengan toleransi 1%
54
1. Transformator : 3 phasa ; 50 kVA ;20 kV Ns : 48
Tapping R S T
Tapping R S T
55
3. Transformator : 3 phasa ; 160 kVA, 20kV, Ns : 16
Tapping R S T
Tapping R S T
56
5. Transformator : 3 phasa ; 250 kVA, 20kV, Ns : 40
Tapping R S T
Transformator 50 kVA
Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
4367 4367 4367 4621 4526
1
Tapping
4159 4159 4158 4407 4320
2
Tapping
3951 3951 3950 4197 4114
3
Tapping
3743 3743 3742 3988 3909
4
Tapping
3535 3535 3534 3778 3703
5
57
2. Transformator : 3 phasa ; 100 kVA, 20 kV, Ns : 30
Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
2857 2857 2857 2888 2829
1
Tapping
2728 2728 2728 2755 2700
2
Tapping
2599 2599 2599 2623 2571
3
Tapping
2467 2467 2467 2492 2443
4
Tapping
2338 2338 2339 2361 2314
5
Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
1524 1525 1525 1540 1509
1
Tapping
1455 1455 1455 1469 1440
2
Tapping
1385 1385 1385 1399 1371
3
Tapping
1316 1316 1316 1329 1303
4
Tapping
1247 1247 1246 1259 1234
5
58
4. Transformator : 3 phasa ; 200 kVA, 20kV, Ns : 34
Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
3091 3091 3092 3274 3206
1
Tapping
2943 2740 2944 3122 3060
2
Tapping
2797 2797 2797 2973 2914
3
Tapping
2649 2650 2649 2824 2769
4
Tapping
2502 2502 2503 2676 2623
5
Pengukuran Perhitungan
Tapping
R S T Max Min
Tapping
3606 3606 3605 3851 3771
1
Tapping
3520 3553 3519 3673 3600
2
Tapping
3434 3434 3433 3498 3429
3
Tapping
3347 3347 3346 3323 3257
4
Tapping
3262 3262 3260 3148 3086
5
59
Jadi hasil pengukuran harus berkisar antara harga minimum dan
tersebut harus diperbaiki dengan cara menambah atau mengurangi jumlah belitan
pasa sisi primer. Tidak sesuainya jumlah belitan pada hasil pengukuran dengan
transformator.
tapping yang lebih sesuai untuk mendapatkan tegangan keluaran yang lebih
yang akan dipilih adalah tapping 2 atau tapping 3. Untuk megetahui tapping mana
rumus
N 1 V1
a
N 2 V2
20.800
Diperoleh : 90,909
V2
V2 228,8Volt
60
20.800
V2
86,58
V2 240,24Volt
Dalam hal ini, tapping yang dipakai adalah taping 2. Dimana tegangan keluaran
sebelumnya jika dibandingkan dengan tapping 3. Selain itu, alasan pemilihan tap
2 adalah untuk keamanan isolasi. Suatu isolator dapat rusak jika tegangan yang
250kVA. Jika tegangan masukannya tidak sesuai dengan tegangan primer yang
sudah ditentukan sebelumnya (tegangan primer pada tiap tap), maka harus diplilih
tap mana yang menghasilkan tegangan keluaran yang lebih mendekati tegangan
61
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan hasil analisa pada bab – bab sebelumnya, untuk
TTR masing-masing trafo, jumlah lilitan primer tidak sesuai dengan hasil
yaitu :
Sedangkan pada trafo distribusi 3 phasa pada kapasitas 100 dan 160 KVA
memiliki jumlah lilitan primer yang sesuai dengan batas toleransi yaitu
±1% .
62
3. Jika didapati tegangan masukan pada transformator distribusi yang
ditentukan untuk tiap tapping, maka harus dipilih salah satu tap yang akan
5.2 SARAN
1. Untuk mendapatkan jumlah belitan yang sesuai dengan batas toleransi yang
dibutuhkan.
pengerjaan sudah teliti tetapi masih terdapat selisih belitan dari batas-batas
perhitungan
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijaya M ochtar,” Dasar-dasar M esin List rik ” , Penerbit Djambatan, Jakarta , 2001
3. Theraja, B.L. & Theraja, A.K., “ A Text Book of Elect rical Technology” , New Delhi,
4. Gonen, Turan,” Elect ric Pow er dist ribut ion Syst em Engineering ” ,M c Graw -Hill
5. Stigant, S. Austen and A.C. Franklin,” The J& P t ransformer Book” ,new ness-
Butterw orths,London,1973
afo.pdf
8. Grigsby, Leo L.,” Elect ric Pow er Enginering” , CRC Press LLC, Florida, 2000.
64