Anda di halaman 1dari 21

ANALISA TEGANGAN KAPASITOR PADA KONVETER C-DUMP UNTUK

PENGGERAK SWITCHED RELUCTANCE MOTOR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
KHO LUKAS BUDI SETIAWAN
14.F1.0003

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul ANALISA TEGANGAN KAPASITOR PADA


KONVETER C-DUMP UNTUK PENGGERAK SWITCHED RELUCTANCE MOTOR
diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
Teknik Elektro pada Program Studi Teknik Elektro di Fakultas Teknik Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.
Laporan Tugas Akhir ini disetujui pada tanggal .... Januari 2019.
Semarang, .... Januari 2019
Menyetujui,
Pembimbing Koordinator Tugas Akhir

Prof. Dr. Ir. Ign. Slamet Riyadi, MT.


058.1.1992.110 Prof. Dr. Ir. Ign. Slamet Riyadi, MT.
058.1.1992.110

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Progdi Teknik Elektro

Dr. Ir. Djoko Suwarno, MSi


058.1.1988.032 Leonardus Heru Pratomo, ST.,MT
058.1.1994.050

PERNYATAAN
KEASLIAN LAPORAN TUGAS AKHIR (SKRIPSI)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir yang berjudul ANALISA
TEGANGAN KAPASITOR PADA KONVETER C-DUMP UNTUK PENGGERAK
SWITCHED RELUCTANCE MOTOR ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

1
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata terbukti bahwa tugas akhir ini sebagian atau
seluruhnya merupakan hasil plagiasi, maka saya rela untuk dibatalkan, dengan segala
akibat hukumannya sesuai peraturan yang berlaku pada Universitas Katolik
Soegijapranata dan / atau perundang-undangan yang berlaku.

Semarang, .... Januari 2019

Kho Lukas Budi Setiawan

ABSTRAK

Sekarang ini tingginya penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan tingginya tingkat
polusi pada lingkungan. Untuk mengurangi tingkat polusi tersebut, diperlukan terobosan
baru dalam bidang kendaraan listrik. Suatu kendaraan listrik memerlukan penggerak yang
berasal dari motor listrik. Salah satu jenisnya adalah jenis switched reluctance motor
(SRM). Motor jenis ini merupakan pesaing terbaik untuk motor induksi karena rasio torka
yang tinggi.
Meningkatnya perkembangan dari sebuah motor didukung dengan kemajuan dari
teknologi elektronika daya itu sendiri, dengan sebuah alat yaitu konverter. Konverter
merupakan saklar-saklar statis berkecepatan tinggi yang berkonfigurasi tertentu yang
berguna untuk mengatur arus pada belitan belitan motor.
Pada tugas akhir ini konverter C-dump konvensional untuk mengendalikan motor SRM
akan dibahas. Kemudahan kontrol, konstruksi sederhana, dan biaya rendah adalah dasar
untuk memilih jenis konverter. Kelebihan konverter ini dapat memberikan magnetisasi
dan demagnetisasi yang cepat pada lilitan fasa, yang berfungsi untuk menghindari
terbentuknya torka negatif dengan menggunakan energi yang tersimpan dalam kapasitor
bisa menjadi energi tambahan.

Kata Kunci: C-dump, Energy recovery, Kapasitor, Kontrol tegangan, Kecepatan.

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan mukjizat-Nya yang senantiasa menyertai penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir beserta Laporan Tugas Akhir yang berjudul ANALISA
TEGANGAN KAPASITOR PADA KONVETER C-DUMP UNTUK PENGGERAK
SWITCHED RELUCTANCE MOTOR. Tugas akhir beserta laporan ini sebagai tugas
penulis untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi S1 Teknik Elektro Universitas
Katolik Soegijapranata.
Dalam proses pembuatan tugas akhir dan penyusunan laporan, penulis mendapat
bimbingan dan support dari berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberi rahmat, berkat, kemudahan dan
kelancaran pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan laporan.

2
2. Orang tua dan adik dari penulis yang selalu memberi semangat dan dukungan
baik secara moril maupun materiil kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Ign. Slamet Riyadi, MT. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir,
yang telah membimbing dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini dan yang memberikan saran,
kritik, dan semangat serta subsidi komponen kepada penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Djoko Suwarno, MSi selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.
5. Bapak Dr. Leonardus Heru Pratomo, ST.,MT selaku Ketua Program Studi Teknik
Elektro, yang telah memfasilitasi laboratoruim dan perlengkapannya.
6. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, terutama Bapak Juang.
7. Teman-teman seperjuangan yaitu teman-teman elektro angkatan 2014 terima
kasih sudah menemani dan saling berdinamika bersama selama kuliah.
8. Teman-teman Fakultas Teknik Program Studi Teknik Elektro Universitas Katolik
Soegijapranata.
9. Teman-teman fakultas yang lain yang turut mendukung saya.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir
beserta laporannya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, maka penulis dengan
rendah hati mengharapkan saran maupun kritik dari berbagai pihak untuk perbaikan dan
perkembangan kedepannya. Besar harapan penulis semoga laporan ini dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi kemajuan Iptek di lingkungan kampus, masyarakat dan
negara.

Semarang, .... Januari 2018

Kho Lukas Budi Setiawan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………............................ i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN iii
KEASLIAN LAPORAN TUGAS AKHIR (SKRIPSI) iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xiii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 2
1.3. Pembatasan Masalah 3
1.4. Tujuan dan Manfaat 3
1.5. Metodologi Penelitian 3
1.6. Sistematika Penulisan 5
BAB II 7

3
LANDASAN TEORI 7
2.1. Pendahuluan 7
2.2. Dasar Motor Switched Reluctance 7
2.2.1. Penjelasan Konstruksi Motor SRM 8
2.2.2. Pengendalian Arah Putar Motor 10
2.2.3. Dasar Operasi Motor Switched Reluctance 11
2.3. Pulse Width Modulation (PWM) 12
2.4. Sensor tegangan LEM LV25-P 12
2.5. Topologi Konverter C-Dump pada Motor Switched Reluctance 13
2.6. MOSFET Model IRFP250 17
2.7. Digital Signal Controller (DSC) dsPIC30f4012 18
2.8. Driver 21
2.8.1. IC Buffer 74HC541 21
2.8.2. IC Optocoupler TLP250 22
BAB III 23
PERANCANGAN KONVERTER C-DUMP KONVENSIONAL 23
3.1 Pendahuluan 23
3.2 Rancangan Motor Switched Reluctance 24
3.2.1. Stator 25
3.2.2. Rotor 25
3.2.3. Hall effect 25
3.3 Rangkaian Daya C-Dump Konvensional 26
3.4 Rangkaian Driver TLP 250 27
3.5 Rangkaian Blok Kontrol 29
BAB IV 32
HASIL DAN PEMBAHASAN 32
4.1 Pendahuluan 32
4.2 Hasil Simulasi 32
4.3 Hasil Pengujian 34
4.4 Hasil pengujian kecepatan, tegangan dan arus 35
4.4.1 Hasil pengujian pada posisi parameter 400 35
4.4.2 Hasil pengujian pada posisi parameter 900 37
4.4.3 Hasil pengujian pada posisi S4 On 38
4.5 Hasil Pembahasan 40
BAB V 42
PENUTUP 42
5.1 Kesimpulan 42
5.2 Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 43

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Motor switched reluctance 7


Gambar 2.2 Stator motor switched reluctance 8
Gambar 2.3 Rotor motor switched reluctance9
Gambar 2.4 (a) Posisi segaris (b) posisi tidak segaris 10
Gambar 2.5 Sinyal Pulse With Modulation 12
Gambar 2.6 Sensor tegangan LEM LV25-P 12
Gambar 2.7 Konverter C-Dump konvensional 13

4
Gambar 2.8 Mode Operasi 1 14
Gambar 2.9 Mode Operasi 2 15
Gambar 2.10 Mode Operasi 3 15
Gambar 2.11 Mode Operasi 4 15
Gambar 2.12 Mode Operasi 5 16
Gambar 2.13 Tipe MOSFET 17
Gambar 2.14 Konfigurasi pin dsPIC30F4012 19
Gambar 2.15 Konfigurasi pin 74HC541 21
Gambar 2.16 Konfigurasi pin TLP250 22
Gambar 3.1 Diagram blok sistem 23
Gambar 3.2 Sensor Hall Effect 26
Gambar 3.3 Konverter topologi C-Dump 27
Gambar 3.4 Blok driver 28
Gambar 3.5 Skema sistem minimum dsPIC30F4012 29
Gambar 3.6 Flowchart Pemrograman 30
Gambar 4.1 Skema simulasi rangkaian motor switched reluctance 32
Gambar 4.2 Hasil Simulasi Gelombang tegangan 33
Gambar 4.3 Hasil Simulasi Gelombang tegangan pada kapasitor 33
Gambar 4.4 Hasil Simulasi Gelombang arus yang mengalir pada fasa 34
Gambar 4.5 Konverter C-Dump 34
Gambar 4.5 Prototipe yang dibuat 35
Gambar 4.6 Hasil pengujian gelombang arus fasa 35
Gambar 4.7 Hasil pengujian gelombang tegangan fasa 36
Gambar 4.8 Hasil pengujian gelombang (a) tegangan kapasitor (b) tegangan input
36
Gambar 4.9 Hasil pengujian gelombang tegangan kapsitor 36
Gambar 4.10 Hasil pengujian kecepatan 37
Gambar 4.11 Hasil pengujian gelombang arus fasa 37
Gambar 4.12 Hasil pengujian gelombang tegangan fasa 37
Gambar 4.13 Hasil pengujian gelombang (a) tegangan kapasitor (b) tegangan input
38
Gambar 4.14 Hasil pengujian gelombang tegangan kapsitor 38
Gambar 4.15 Hasil pengujian kecepatan 38
Gambar 4.16 Hasil pengujian gelombang arus fasa 39
Gambar 4.17 Hasil pengujian gelombang tegangan fasa 39
Gambar 4.18 Hasil pengujian gelombang (a) tegangan kapasitor (b) tegangan input
39
Gambar 4.19 Hasil pengujian gelombang tegangan kapsitor 40
Gambar 4.20 Hasil pengujian kecepatan 40

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi dsPIC30f4012 20


Tabel 4.1 Hasil pengujian 41

BAB I
PENDAHULUAN

5
1.1. Latar Belakang
Kondisi lingkungan yang memburuk dikarenakan emisi gas buang kendaraan bermotor
merupakan salah suatu penyumbang polusi terbesar saat ini. Hal tersebut juga memicu
tingkat kelangkaan pada bahan bakar fosil. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka
dikembangkan kendaraan listrik dengan berbagai macam motor listrik.
Pada umumnya motor DC konvensional digunakan sebagai penggerak kendaraan listrik
di karena torka awalnya yang lebih kuat dibandingkan dengan jenis motor AC [1][2].
Namun jenis motor DC konvensional memiliki kelemahan yaitu pada sikat (Brush)
komutatornya. Dari kelemahan motor DC konvensional tersebut maka motor ini mulai
ditinggalkan.
Terobosan jenis motor modern yang digunakan yaitu jenis motor BLDC. Jenis motor ini
tidak mengeluarkan gas buang dan tidak berefek negatife terhadap lingkungan. Selain itu
memiliki tenaga yang besar, efisiensi yang tinggi, handal, kokoh, dan biaya perawatan
yang rendah. Namun motor BLDC memiliki kelemahan pada rotornya, karena pada
bagian rotornya terbuat dari magnet permanen sehingga lebih mahal dibandingkan motor
lainnya. Dari kelemahan tersebut maka dikembangkan kendaraan listrik menggunakan
motor switched reluctance [3]. Dengan menggunakan switched reluctance karena
konstruksi motor switched reluctance terbuat dari inti besi sehingga biaya produksi dari
motor ini lebih murah dibandingkan dengan motor BLDC. Pada kendaraan listrik
pengaturan kecepatan sangat berpengaruh terhadap laju kecepatan pada kendaraan
tersebut. Oleh karena itu akan dibahas mengenai pengaruh pengaturan kecepatan motor
switched reluctance yang diaplikasikan pada kendaraan listrik dengan menggunakan
konverter jenis C-Dump konvensional [4][5].
Pada tugas akhir ini dirancang konverter C-Dump konvensional untuk aplikasi pada
motor yang telah dimodifikasi menjadi motor switched reluctance. Pada konverter ini
dilengkapi juga dengan sensor tegangan yang berfungsi untuk mendeteksi nilai tegangan
maksimal di kapasitor. Sedangkan konverter ini memiliki saklar yang berfungsi untuk
mengatur arus yang mengalir pada belitan yang terletak pada stator motor [6][7]. Untuk
control dari konverter digunakan Digital Signal Controller dsPIC30f4012 sebagai
penerima logika dan input parameter dan mengeluarkan hasil logika pensaklaran untuk
konverter.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas beberapa masalah yang akan diteliti adalah:
a. Memaksimalkan konverter C-Dump konvensional
b. Bagaimana cara mendesain dan mengimplementasikan rangkaian daya dan driver
dari motor switched reluctance.
c. Bagaimana cara mengatur kecepatan motor switched reluctance menggunakan
kendali digital agar dapat diterapkan pada aplikasi kendaraan listrik.

1.3. Pembatasan Masalah


Pada pembuatan materi tugas akhir ini permasalahan dibatasi pada peng optimalisasi
kecepatan motor switched reluctance menggunakan kontrol secara digital dengan
dsPIC30F4012. Penggunaan kontrol secara digital ini dapat mengubah duty cycle untuk
mengatur kecepatan pada motor dan pengaturan tegangan yang tersimpan pada kapasitor
yang berfungsi sebagai sumber tegangan tambahan untuk magnetisasi dan demagnetisasi,
agar kecepatan putar yang terjadi pada motor dapat berputar secara maksimal.

1.4. Tujuan dan Manfaat

6
Adapun tujuan dari tugas akhir ini yaitu dapat memahami konverter C-Dump
konvensional dan dapat mendesain prototip dengan rangkaian yang sederhana dan
menggunakan komponen-komponen yang mudah didapatkan. Dapat mengatur kecepatan
motor switched reluctance dengan mengubah duty cycle dengan menggunakan
mikrokontrol dsPIC30F4012.
Dalam percobaan ini ada pula manfaat yang didapat yaitu peneliti dapat mengaplikasikan
konverter C-Dump konvensional secara maksimal untuk menggerakan motor switched
reluctance.

1.5. Metodologi Penelitian


Pada laporan tugas akhir ini digunakan metode analisis, simulasi, dan pengujian untuk
proses penyusunannya. Berikut adalah tahap – tahap dalam menyusun laporan tugas akhir
ini:
a. ¬Kajian pustaka
Merupakan suatu metode yang dilakukan dengan melakukan pengumpulan data dan
memperlajari informasi yang berasal dari jurnal, data dari internet yang berhubungan
dengan alat yang akan dibuat.
b. Pemodelan / Simulasi
Perancangan suatu sistem dan alat yang kemudian disimulasikan dengan menggunakan
software sebelum direalisasikan berupa alat dalam bentuk prototipe.
c. Implementasi alat
Pembuatan prototipe yang berdasarkan dari hasil pengujian dan desain pada simulasi pada
software.
d. Pengujian
Metode yang dilakukan dengan menajalan alat apakah alat yang telah dibuat dalam
bentuk prototype telah sesuai dengan apa yang disimulasikan sebelumnya sesuai simulasi
yang telah dilakukan.
e. Analisis pengujian
Menganalisa hasil data dari pengujian yang telah dilakukan apakah terdapat error atau
perbedaan data yang signifikan dari hasil simulasi alat.
f. Penyusunan laporan
Pembuatan hasil data dari teori pembuatan hingga hasil data yang diperoleh dari hasil
percobaan yang kemudian diberi kesimpulan sehingga didapat manfaat dari aplikasi
sistem yang dirancang.

1.6. Sistematika Penulisan


Laporan tugas akhir ini secara garis besar disusun menurut sistematika terdiri dari
beberapa bab didalamnya, antara lain sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada BAB I berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan Laporan Tugas
Akhir ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada BAB II ini, berisikan tentang dasar teori dan beberapa kajian pustaka oleh para ahli
sebagai literatur dalam perancangan tugas akhir ini. Seperti pembahasan tentang motor
switched reluctance, konverter C-Dump, DSC dsPIC30F4012, optocoupler, MOSFET,
sensor tegangan dan beberapa teori pendukung lainnya.
BAB III : PERANCANGAN ALAT

7
Pada BAB III berisikan tentang pendahuluan, perancangan motor switched reluctance,
perancangan konverter C-Dump, driver dan sistem minimum dsPIC30F4012, serta
algoritma pemrograman.
BAB IV : HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA
Pada BAB IV berisikan tentang hasil dari simulasi software PSIM dan pengujian alat
serta analisa hasil simulasi maupun hasil pengujian alat.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


Pada BAB V berisikan kesimpulan hasil akhir dari tugas akhir ini dan saran yang dapat
membangun pembaca supaya alat ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pendahuluan
Kontrol kecepatan pada motor merupakan hal utama dalam penggunaan motor. Dengan
dilakukan pengaturan pada kecepatan maka kecepatan putar pada motor listrik dapat
dikendalikan sesuai dengan kebutuhan. Untuk menjalankan SRM dapat menggunakan
sebuah konveter jenis C-Dump konvensional. Pada bab ini akan menjelaskan tentang
dasar teori dari motor switched reluctance, konverter C-Dump konvensional, Voltage
Sensor (LEM LV25-P), rangkaian driver, dsPIC30F4012, Hall Effect dan juga komponen
penunjang lainnya.

2.2. Dasar Motor Switched Reluctance


Motor Switcher Reluctance adalah jenis motor yang memiliki kutub stator dan rotor yang
menonjol pada setiap kutubnya, yang memiliki bentuk menyerupai motor stepper. Pada
kutub stator dari motor reluctance ini akan memiliki belitan pada setiap bagian kutub
yang menonjol [3]. Rancangan dari bagian stator ini terdiri dari lapisan lempengan besi
tipis yang kemudian dilaminasi yang berfungsi untuk mengurangi eddy current.

Gambar 2.1 Motor switched reluctance


Pada motor SRM memiliki berbagai macam kombinasi rancangan jumlah kutub sesuai
dengan kebutuhan yang akan dibuat seperti pada contoh gambar 2.1 rancangan motor
memiliki kombinasi 12 kutub stator dan 8 kutub rotor.

2.2.1. Penjelasan Konstruksi Motor SRM


Tidak jauh berbeda konstruksi motor switched reluctance dengan motor induksi pada
umumnya. Motor SRM ini terdiri dari dua jenis bagian utama yaitu pada stator sebagai
tempat dari belitan dan pada rotor yang berupa inti besi yang berputar karena hasil
induksi dari medan magnet kutub pada stator. Berikut penjelasan kedua bagian tersebut.
a. Stator
Bagian statis pada motor yang disebut stator, merupakan tempat dibelitkannya lilitan di
setiap slot pada motor dan memiliki fungsi untuk menghasilkan medan elektromagnet,
sehingga nantinya akan dapat menarik rotor, dengan cara kerja kutub yang saling
berpasangan antara lilitan satu dengan pasangannya, yang nantinya akan menghasilkan
kutub utara pada lilitan pertama dan kutub selatan pada pasangan lilitan kedua [2]. Stator
mempunyai tiga bagian penting yaitu rangka stator, inti stator dan belitan stator. Pada inti

8
stator terbentuk dari tumpukan lempengan baja yang dilaminasi kemudian dililitkan
kawat tembaga pada setiap kutubnya. seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Stator motor switched reluctance

b. Rotor
Merupakan bagian yang berputar atau bergerak pada motor. Pergerakan ini terjadi karena
adanya induksi medan elektromagnet dari stator. Rotor pada motor switched reluctance
memiliki konstruksi bentuk inti yang berbeda dengan rotor pada motor DC konvensional
maupun motor induksi, karena rotor motor ini berbentuk gerigi.

Gambar 2.3. Rotor motor switched reluctance

Konstruksi bahan dari Rotor motor switched reluctance ini terbuat dari beberapa lapis
baja yang kemudian dilaminasi menjadi satu, sedangkan untuk jumlah kutubnya dapat
bervariasi sesuai dengan kapasitas motor yang dibutuhkan yaitu bergantung pada
kebutuhan kecepatan atau kekuatan torka yang dibutuhkan [12].

2.2.2. Pengendalian Arah Putar Motor


Pada dasarnya prinsip kerjanya motor switched reluctance dengan adanya torka
reluktansi yang terjadi antara stator dan rotor. Ketika suatu fasa telah terinduksi dan
memiliki torka reluktan maka batang besi yang dekat dengan stator tersebut akan tertarik
oleh gaya reluktansi yang dihasilkan dari kutub stator. Sedangkan untuk megubah arah
putaran motor hanya perlu dilakukan pembalikan urutan penyalaan dari masing-masing
fasa [3].

Gambar 2.4. (a) Posisi segaris (b) posisi tidak segaris

Posisi selaras motor adalah kondisi di mana kutub stator dan rotor berada pada posisi
segaris seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.(a). Saat rotor berada pada posisi yang tidak
segaris dengan kutub stator, terlihat pada Gambar 2.4. (b). disini kita dapat melihat bahwa
putaran terjadi dengan cara menarik kutub dari rotor yang berdekatan dengan stator sesuai
arah putaran yang diinginkan. Jika dilihat dari gambar di atas arah putaran melawan arah
jarum jam dengan urutan kutub yang saling tarik menarik adalah A kemudian B
kemudian C. Dengan memberikan tegangan pada lilitan stator secara begantian dan
berurutan, maka akan terjadi putaran pada rotor secara konstan.

2.2.3. Dasar Operasi Motor Switched Reluctance


Persamaan tegangan fasa motor switched reluctance dapat ditulis sebagai berikut:
(2-1)
Dengan mengabaikan resistansi stator, persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
(2-2)
di mana V, i, R, L, θ, ω adalah tegangan sumber DC, Arus fasa sesaat, Resistansi,
Induktansi yang menghubungkan antara fluks lilitan fasa, Posisi sudut rotor, Kecepatan
rotor [12].
Tingkat aliran energi (P) dapat diperoleh dengan mengalikan tegangan dengan arus dan
dapat ditulis sebagai berikut:
(2-3)
(2-4)

9
Istilah pertama dari persamaan di atas merupakan tingkat peningkatan dari energi medan
magnet yang tersimpan, sedangkan istilah kedua adalah output mekanik [3]. Dengan
demikian torka sesaat (T(θ,i)) dapat ditulis sebagai berikut:
(2-5)

2.3. Pulse Width Modulation (PWM)


PWM (Pulse Width Modulation) adalah suatu metode untuk mengontrol kecepatan motor
dan suatu rangkaian daya dengan cara memodulasi sinyal pembawa (carrier) dengan
sinyal informasi (sinyal pemodulasi). Output yang dihasilkan dari proses modulasi
tersebut berupa gelombang kotak dengan frekuensi tinggi. Lebar pulsa gelombang kotak
ketika ON disebut duty cycle. Pada umumnya sinyal carrier berupa sinyal segitiga dan
sinyal informasi berupa gelombang DC. Dengan mengkomparasikan kedua sinyal
tersubut maka akan muncul PWM dengan lebar pulsa ON dan OFF yang dapat berubah-
ubah (duty cycle). Duty cycle dapat berubah-ubah dikarenakan sinyal informasi yang
dihasilkan oleh sistem kontrol tidak konstan [9][10].

Gambar 2.5. Sinyal Pulse With Modulation

2.4. Sensor tegangan LEM LV25-P


Pemasangan sensor tegangan secara pararel dengan kapasitor digunakan untuk
mendeteksi gelombang tegangan dan nilai tegangan yang dihasilkan dari converter dan
disimpan sementara oleh kapasitor. Hasil data dari pembacaan sensor berupa nilai
tegangan DC antara 0 sampai 5 Volt. Hasil data kemudian digunakan DSC untuk
mengontrol saklar. Hasil nilai keluaran di tegangan 0 sampai 5 Volt didapatkan dengan
mengatur nilai perkalianya dan nilai DC offset terlebih dahulu dengan menggunakan
rangkaian op-amp supaya hasil output saat maksimal tidak melebihi 5V karena dapat
merusak mikrokontrol dan mengatur offset diposisi 0V.

Gambar 2.6. Sensor tegangan LEM LV25-P

2.5. Topologi Konverter C-Dump pada Motor Switched Reluctance


Konverter sangat penting untuk mengendalikan arus yang mengalir ke lilitan. Konverter
memberikan kontribusi besar terhadap kinerja keseluruhan sistem penggerak. Desain dan
pekerjaan konverter sangat penting untuk motor yang halus. Pengoperasian sensor rotor
SRM, untuk mengontrol kecepatan motor. Konverter harus dapat mengontrol setiap lilitan
fasa secara independen. Perancangan konverter harus dengan jumlah saklar yang lebih
rendah, kemampuan untuk memberikan magnetisasi cepat & tegangan demagnetisasi
cepat ke belitan fasa yang mencegah pembentukan torka negatif.
Konverter terdiri dari rangkaian semikonduktor & saklar daya yang menyediakan pulsa
arus langsung ke belitan fasa stator. Pemilihan ukuran, desain dan jumlah saklar
tergantung pada pemilihan topologi konverter karena penting untuk mengurangi
kerumitan, biaya, dan untuk kinerja penggerak yang lebih baik. Frekuensi switching yang
tinggi mempengaruhi kinerja kecepatan motor, tetapi juga memberikan lebih banyak
kerugian switching ke konverter. Sampling yang lebih tinggi dapat memberikan lag yang
lebih kecil, dan menghasilkan sistem yang lebih stabil [3].

Gambar 2.7. Konverter C-Dump konvensional

Ketika fasa L1 terhubung ke sumber, belitan menjadi magnet. Tegangan fasa naik ke nilai
VDC dan nilai saat ini lebih dari Imax, dan kemudian dioda D1 mengalirkan arus yang

10
berada pada lilitan L1 dan menghilangkan energi yang tersimpan dalam fasa (Proses
Demagnetisasi) ke C-Dump kapasitor. Kapasitor menyimpan energi ini dan
mempertahankan tegangan di atas sumber VDC [12]. Pada saklar Q4, berfugsi unutk
mengontrol tegangan dalam C-Dump kapasitor dan berfungsi untuk mentransfer energi ke
sumber dari kapasitor. Gambar 2.7, menunjukkan aliran arus pada konverter C-dump
konvensional, ini terdiri dari kapasitor & D4, LC & Q4, ini mentransfer energi yang
tersimpan ke kapasitor yang dibuang ke sumber.
Berbagai mode operasi konverter C-Dump konvensional dijelaskan di bawah ini: Pada
Gambar. 2.8, saklar Q4 Off & saklar Q1 On. Lilitan fasa dimagnetisasi oleh sumber, dan
arus mengalir dalam VDC - Fasa L1 - Q1 - VDC dan menghasilkan fluks magnet, yang
menarik kutub rotor ke dalam untuk menyelaraskan posisi.

Gambar 2.8. Mode operasi 1

Ketika saklar Q4 & Q1, kondisi On dan ketika kondisi Off ditunjukkan pada Gambar. 2.9,
dan Gambar. 2.10. Arus dalam fasa ini mengalir melalui lilitan fasa dan LC induktor.

Gambar 2.9. Mode operasi 2

Gambar 2.10. Mode operasi 3

Pada Gambar. 2.11, arus fasa dalam L1 mulai berkurang, karena proses demagnetisasi.
Q1 menyala dan energi di belitan dipindahkan ke dump kapasitor, dan tingkat tegangan
kapasitor mulai meningkat lebih dari nilai sumber VDC. Tegangan tambahan ini
digunakan untuk memutar motor dan proses demagnetisasi yang akan ditunjukkan pada
Gambar. 2.11. di bawah ini.

Gambar 2.11. Mode operasi 4

Pada Gambar. 2.12, pergantian L1, dengan mematikan saklar OFF di Q1. Saklar Q4
dihidupkan, dan mentransfer energi dalam kapasitor ke sumber. Energi voltase negatif
tambahan adalah untuk demagnetisasi cepat pada belitan stator. Fitur yang sangat penting
dari konverter C-Dump konvensional ini adalah regeneratif penuh, freewheeling, strategi
kontrol sederhana & proses demagnetisasi cepat.

Gambar 2.12. Mode operasi 5

Kontrol sirkuit chopper yang kompleks akan menambah kerugian dan biaya tambahan
karena komponen yang lebih pasif. Tegangan negatif tergantung pada nilai kapasitor.
Pergantian arus yang stabil membutuhkan V0 yang lebih besar yang meningkatkan
perfoma perangkat daya. Kegagalan sirkuit Chopper dapat menyebabkan pengisian
kapasitor yang tidak terkontrol. Mencari topologi konverter baru dengan mengurangi
saklar tetapi juga memiliki kelebihan seperti kesederhanaan kontrol, regeneratif, berbagai
kecepatan operasi [3].

2.6. MOSFET Model IRFP250


Konverter N+1 berupa rangkaian yang terdiri dari susunan empat saklar elektronik dan
dioda. Saklar tersebut bisa menggunakan MOSFET maupun IGBT. Metal Oxide

11
Semiconductor Field-Effect Transistor atau biasa disebut MOSFET adalah komponen
semikonduktor sejenis transistor, yang berfungsi sebagai saklar elektronika di dalam
sebuah konverter yang memiliki kecepatan switching yang tinggi. MOSFET dibagi
menjadi dua tipe sama seperti transistor pada umumnya yaitu MOSFET tipe-N dan
MOSFET tipe-P.

Gambar 2.13. Tipe MOSFET

Pada MOSFET terdapat tiga terminal yaitu gate, drain, source. MOSFET dapat bekerja
normal dengan memberikan tegangan pada terminal gate. Saat terminal gate teraliri
tegangan positif maka drain dan source dalam kondisi terhubung (short).

2.7. Digital Signal Controller (DSC) dsPIC30f4012


Memiliki tujuan sebagai kontrol / otak dari sebuah alat dan bertugas melakukan berbagai
macam perhitungan dan keputusan urutan data yang telah di progamkan. Pada umumnya
didalam DSC terdiri dari CPU (Central Processing Unit), memori, I/O tertentu dan unit
pendukung seperti Analog-to-Digital Converter (ADC), timer/counter yang saling
terintegrasi, dan berfungsi sebagai pengontrol rangkaian elektronik dan dapat menyimpan
program. Kelebihan dari DSC adalah tersusun dalam satu chip di mana processor, RAM
dan I/O terintegrasi menjadi satu kesatuan kontrol sistem sehingga DSC dapat dikatakan
sebagai komputer mini yang dapat bekerja secara inovatif sesuai dengan kebutuhan
sistem.
Pada bagian CPU berisikan rangkaian kontrol, register-register, serta ALU
(Arithmetic Logic Unit) yaitu bagian yang bertugas untuk melaksanakan proses logika
pemrograman. Bagian memori terdiri dari ROM (Read Only Memori) yaitu memori yang
bisa dibaca saja, dan RAM (Random Acces Memory) yaitu memori yang bisa di akses
secara acak (random). Dalam DSC memori digunakan sebagai penyimpanan semua jenis
program yang akan diolah, data yang telah diproses dan hasil data yang diproses. Pada
bagian I/O (Input/Output) dari sistem DSC berfungsi sebagai penghubung dengan sistem
diluar. Penerimaan data dari sistem luar melalui bagian masukan (port input) dan akan
mengirim data keluar sistem melalui bagian keluaran (port output).
dsPIC30F4012 digunakan dalam implementasi sebagai DSC. dsPIC30F4012
telah digunakan untuk mengolah data input suatu sistem konverter menggunakan fitur
ADC (Analog to Digital Converter) sebagai kontroller. dsPIC30F4012 memiliki kinerja
yang tinggi dengan jumlah data arsitektur 16 bit. Berikut beberapa penjelasan tentang
konfigurasi PIN dan fitur yang digunakan.

Gambar 2.14. Konfigurasi pin dsPIC30F4012

Berikut adalah konfigurasi PIN MCLR (Master Clear), berfungsi untuk mereset digital
sinyal controller, VSS adalah ground untuk logic dan pin, I/O, VDD adalah suplai positif
untuk logic dan pin I/O, PORT B (RB 0-5), merupakan pin I/O dan memiliki fungsi
khusus sebagai input ADC, PORT C (RC 13-14), merupakan pin I/O, PORT D (RD 0-1),
merupakan pin I/O, PORT E (RE 0-5), merupakan pin I/O, PORT F (RF 2-3), merupakan
pin I/O, AVSS adalah ground untuk modul analog / ADC, AVDD adalah suplai positif
untuk modul analog / ADC, OSC (OSC1 - OSC2) / CLKIN - CLKO, merupakan input
external clock dan selalu terhubung dengan pin oscillator cystal, dan AN0, AN1, AN2,
AN3, AN4, AN5 merupakan input ADC sesuai pada channel yang digunakan.

Tabel 2.1. Spesifikasi dsPIC30f4012

12
Fitur Spesifikasi
Aristektur 16 Bit
SRAM 2048 Byte
EEPROM 1024 Byte
Operasi Data Input external clock sampai 40MHz.
Osilasi input 4MHz – 10 MHz dengan PLL aktif (4x, 8x dan 16 x).
MIPS 30MIPS
Timer / Counter 5 buah timer / counter dengan 16 bit dilengkapi dengan prescaler
6 channel input PWM kontrol motor
ADC 10 bit ADC dan 12 bit ADC
Waktu konversi 500 Ksps.
9 channel input
I/O 19 Jalur
Tegangan Operasi 3,0 V – 5,5 V

2.8. Rangkaian Driver


Driver merupakan rangkaian yang digunakan untuk mengendalikan saklar elektronik
yang digunakan untuk memutar motor. Rangkaian driver biasanya berupa buffer,
optocoupler dan driver MOSFET atau IGBT yang berfungsi sebagai isolasi antara
rangkaian kontrol dan rangkaian daya sehingga saat terdapat masalah pada rangkaian
daya rangkaian kontrol tidak terganggu [6]. Di dalam driver terdapat buffer yang
berfungsi menjaga tegangan yang keluar dari port DSC agar tidak terjadi drop tegangan
sekaligus sebagai proteksi DSC jika terjadi feed back dari driver. Pada tugas akhir ini
rangkaian driver menggunakan TLP250 sebagai optocoupler dan 74HC541 sebagai
buffer. Berikut adalah penjelasan kedua komponen tersebut.

2.8.1. IC Buffer 74HC541


74HC541 adalah octal non-inverting buffer. Fungsi IC ini adalah untuk menguatkan
tegangan input di 5V dan memiliki fungsi kebalikan gerbang NOT (non-inverting). IC
74HC541 memiliki delapan buah input dan output buffer non-inverting dan IC ini
memiliki tegangan kerja di 5V. Untuk lebih jelasnya gambar konfigurasi pinnya pada
Gambar 2.15 berikut ini.

Gambar 2.15. Konfigurasi pin 74HC541

2.8.2. IC Optocoupler TLP250


Fungsi utama dari IC ini adalah sebagai perantara dari rangkaian kontrol dengan
rangkaian daya serta memiliki fungsi untuk merubah tegangan dari input TLP250 yaitu
5V menjadi 12V . Untuk lebih mudah dapat dilihat konfigurasi pin dari TLP250 pada
Gambar 2.16.

13
Gambar 2.16. Konfigurasi pin TLP250

Input sumber tegangan yang dibutuhkan yaitu 12V yaitu pada pin 8 dan ground
pada TLP250 tereletak di pin 5. IC ini terdapat dua input yaitu pin 2 dan pin 3 serta dua
output yaitu pin 6 dan pin 7. Prinsip kerja dari optocoupler ini adalah menyalakan LED
dengan sinyal masukan. Jika LED menyala, maka cahayanya akan ditangkap oleh
photodiode, photodiode akan mengalirkan arus untuk memicu basic transistor sehingga
transistor bekerja dan mengeluarkan ouput tegangan yang sama dengan tegangan sumber
dari TLP250.

BAB III
PERANCANGAN KONVERTER C-DUMP KONVENSIONAL

3.1 Pendahuluan
Pada Tugas Akhir ini akan dibahas tentang pengendalian kecepatan motor
switched reluctance dengan menggunakan dsPIC30F4012. Dengan menggunakan
topologi konverter C-Dump yang berperan sebagai penggerak motor switched reluctance.
Sistem kontrol berdasarkan hasil dari pembacaan posisi rotor dengan menggunakan hall
effect. Dengan membangkitkan sinyal carrier yang dibandingkan dengan sinyal informasi
maka akan muncul sinyal PWM (Pulse Witdh Modulation) yang akan digunakan pada
salah satu saklar pada konverter C-Dump. Dengan mengatur duty cycle maka akan
didapatkan kecepatan yang variable pada putaran motor switched reluctance. Pada tugas
akhir ini akan diimplementasikan sistem seperti pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1. Diagram blok sistem

Berdasarkan Gambar 3.1, sistem ini dibagi menjadi beberapa blok yaitu : blok
kontrol yang terdiri dari sistim minimum dsPIC30F4012, blok driver yang terdiri dari IC
buffer 74HC541 dan IC optocoupler TLP250, dan blok rangkaian daya yang terdiri dari
MOSFET IRFP250 dan dioda penyearah. Blok kontrol merupakan bagian utama dari
sistem ini, di mana blok kontrol akan menerima data posisi rotor dari hall effect. Data
yang dihasilkan oleh hall effect berupa pulsa gelombang kotak.
Setelah itu pulsa tersebut akan diolah oleh blok kontrol yang kemudian digunakan
sebagai pola pensaklaran saklar bawah. Sedangkan pada saklar atas dengan
membandingkan timer dengan pulsa keluaran hall effect maka akan dihasilkan PWM
(Pulse Width Modulation). Sinyal PWM ini digunakan untuk mengatur kecepatan putaran
dari motor switched reluctance. Sinyal yang sudah diolah oleh blok kontrol kemudian
disambungkan menuju blok driver. Saklar pada blok rangkaian daya akan dikendalikan
melalui blok driver sesuai dengan sinyal yang diterima oleh blok driver. Pensaklaran pada
blok rangkaian daya akan menggerakan motor switched reluctance.

3.2 Rancangan Motor Switched Reluctance


Pada tugas akhir ini, telah dirancang motor switched reluctance dengan
melakukan modifikasi konstruksi dari motor induksi. Perubahan modifikasi dilakukan

14
pada dua bagian yaitu stator dan rotor nya, dimana rotor yang memiliki bentuk asli berupa
silinder seperti tabung dipotong menjadi seperti gerigi roda yang dan stator nya memiliki
bentik yang sama tetapi belitan tembaga dan ukuran dari kawat dirubah sesuai dengan
kebutuhan kapasitas motor yang akan dibuat. Untuk lebih jelas nya akan dibahas dibawah
ini.
3.2.1. Stator
Stator merupakan bagian motor yang tidak bergerak atau statis. Fungsinya adalah menjadi
wadah atau tempat dari belitan tembaga yang akan dililitkan dan terbuat dari lapisan
lempengan baja tipis yang kemudian dilaminasi.
Pada stator yang dibuat pada percobaan tigas akhir ini tersusun dari dua puluh empat
selongsong kutub yang tersusun melingkari selongsong inti besi pada stator. Perancangan
selongsong pada stator motor berjumlah 24 selongsong. Sehingga masing-masing kutub
menjadi 12 kutub.

3.2.2. Rotor
Rotor pada motor SRM ini yang merupakan bagian bergerak pada motor
yang memiliki inti besi berlapis yang kemudian dilaminasi menjadi satu. Pada rotor ini
biasanya memiliki jumlah yang bervarisi yang memiliki spesifikasi tertentu juga.
Karena rotor pada motor dibuat tugas akhir ini adalah rotor motor reluktan untuk
konveter C-Dump konvensional, maka rotor di modifikasi dengan memotong rotor
menjadi delapan kutub rotor sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

3.2.3. Hall effect


Untuk mendeteksi posisi rotor motor switched reluctance maka diperlukan
sebuah alat yaitu hall effect. Pemasangan hall effect pada motor ini terletak pada bagian
luar yang terpisah pada motor yang sejajar dengan poros rotor dan diberi sedikit jarak
dengan potos rotor yang telah disusun magnet kecil.
Hall effect ini akan mendeteksi posisi rotor dan mengkonversikan menjadi pulsa digital
sehingga dapat diolah oleh DSC. Pulsa yang dikeluarkan hall effect berupa gelombang
kotak, pulsa tersebut digunakan untuk mengatur saklar pada rangkaian konverter N+1
agar motor data berputar. Hall effect ini di pasang pada poros motor.

Gambar 3.2. Sensor Hall Effect

3.3 Rangkaian Daya C-Dump Konvensional


Pada umunya rangkaian daya yang digunakan untuk menggerakkan motor
switched reluctance digunakan saklar statis (MOSFET dan IGBT). Pada laporan tugas
akhir ini digunakan konverter dengan topologi N+1 untuk menggerakkan motor switched
reluctance. Pemilihan konverter ini dikarenakan desainnya yang fleksibel dan tidak
membutuhkan saklar yang banyak. Karena motor switched reluctance yang dirancang tiga
fasa maka pada rangkaian daya tersusun empat buah MOSFET dan empat buah dioda
penyearah. Saklar S1 berfungsi sebagai common yang digunakan untuk mengendalikan
kecepatan putaran motor sedangkan saklar Q1, Q2, Q3, dan Q4 digunakan untuk
pengendali fasa L1, L2, dan L3.

Gambar 3.3. Konverter topologi C-Dump

3.4 Rangkaian Driver TLP 250


Rangkaian driver merupakan rangkaian yang berfungsi untuk memisahkan antara
rangkaian kontrol dengan rangkaian daya dan juga berfungsi untuk menjalankan

15
rangkaian daya. Rangkaian driver yang dibuat pada tugas akhir ini tersusun dari IC buffer
74HC541 yang digunakan sebagai penstabil tegangan keluaran DSC agar tidak terjadi
drop tegangan sekaligus sebagai proteksi DSC jika terjadi feed back dari driver, dan IC
optocoupler TLP250 yang berfungsi memisahkan antara tegangan pada rangkaian kontrol
dengan rangkaian daya serta sebagai pemicu gate pada saklar statis. Berikut dijelaskan
dan digambarkan mengenai komponen yang digunakan dalam membuat block driver:

Gambar 3.4. Blok driver

Pada Gambar 3.4 ditunjukan bahwa rangkain driver terdiri dari dua komponen
utama yaitu buffer dan optocoupler. Cara kerja dari rangkaian ini adalah sinyal keluaran
dari port DSC dsPIC30F4012 masuk pada kaki input IC buffer (A0, A1, A2, A3). Sinyal
tersebut akan disangga oleh IC buffer agar tetap stabil. Kemudian sinyal tersebut akan
menjadi input dari optocoupler. Pada IC buffer ini terdapat pin Output Enable (OE) yang
berfungsi untuk mengkontrol sinyal keluaran dari IC buffer. Agar sinyal dapat disalurkan
dari input menuju output IC buffer maka OE harus disambung terhadap ground. Sinyal
yang dikeluarkan dari IC buffer kemudian menuju ke pin anoda dari optocoupler. Sinyal
yang masuk pada optocoupler bernilai 5V. Setelah itu IC optocoupler akan mengeluarkan
sinyal sama dengan yang dihasilkan oleh DSC hanya saja tegangannya 12V. Keluaraan
dari optocoupler ini akan dihubungkan pada rangkaian daya dan digunakan untuk
menggontrol pensaklaran agar motor switched reluctance dapat berputar.

3.5 Rangkaian Blok Kontrol


Blok kontrol pada desain ini berbasis digital menggunakan Digital Signal
Controller (DSC) tipe dsPIC30F4012. Pada blok kontrol di rancang sistim minimum dari
dsPIC30F4012 ini tersusun dari IC dsPIC30F4012 dengan kristal 7.3728Mhz sebagai
oscillator. Pada pemprograman dsPIC30F4012 digunakan software mikroC PRO for
dsPIC yang menggunakan bahasa C sebagai dasar pemrograman.

Gambar 3.5. Skema sistem minimum dsPIC30F4012

Program yang digunakan untuk mengontrol pensaklaran motor switched


reluctance agar dapat berputar dibuat dengan menggunakan software mikroC PRO for
dsPIC. Data yang di peroleh dari hasil deteksi posisi rotor dengan menggunakan hall
effect diolah dan diprogram dengan menggunakan bahasa program C. Pengaturan bit
register ADC disesuaikan dengan port input ADC, channel yang dipakai dan beberapa
pengaturan lainnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai alur cara kerja dari alat yang dibuat maka dapat
dilihat pada flowchart pada Gambar 3.6. Saat alat dinyalakan maka DSC akan melakukan
inisialisasi PORT, Interrupt, Timer Interrupt, dan ADC. Selanjutnya DSC akan membaca
masukan berupa pulsa yang dikeluarkan dari hasil deteksi posisi oleh hall effect. DSC
akan mengkalkulasi kemudian akan mengeksekusi program dengan mengeluarkannya
pada PORTE. Setelah itu DSC akan kembali membaca masukan kembali dan begitu
seterusnya.

Gambar-3.6. Flowchart Pemrograman

16
Dari Gambar-3.6 flowchart menunjukkan pembagian pulsa hall effect pada setiap
fasa motor. Pulsa itulah yang nantinya akan berpengaruh terhadap torka dari motor
Switched Reluctance.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan
Pada bab IV ini akan menguraikan dan menjelaskan hasil dari simulasi dan implementasi,
dari tugas akhir ini tentang pengoptimalisasian kecepatan motor switched reluctance
berbasis dsPIC30F4012 dengan konverter C-Dump Conventional. Kemudian simulasi ini
dilakukan dengan menggunakan software Power Simulator (PSIM). Setelah melakukan
simulasi kemudian dilakukan pengimpletasian pada alat tersebut dengan menggunakan
hardware DSC (Digital Signal Controller) dsPIC30f4012. Dengan dilakukan uji
laboratorium maka dapat diuraikan hasil pengujian dan pembahasan sebagai berikut.

4.2 Hasil Simulasi


Simulasi dilakukan dengan menggunakan software PSIM untuk memberikan gambaran
hasil yang mendekati kondisi nyata. Berikut ini merupakan skema rangkaian yang
dirancang.

Gambar 4.1. Skema simulasi rangkaian motor switched reluctance

Motor switched reluctance dideteksi posisi rotornya oleh Hall Effect kemudian hasil data
yang diperoleh akan diproses di dalam blok C. Blok C akan mengeluarkan suatu pola
pensaklaran yang kemudian digunakan untuk memutar motor tersebut.
Hasil tegangan yang digunakan untuk menjalankan motor switched reluctance pada
simulasi ditunjukan pada Gambar 4.2. merupakan hasil tegangan antara fasa dan Gambar
4.3. dan Gambar 4.4. hasil dari gelombang tegangan kapacitor dan arus pada fasa.

Gambar 4.2. Hasil Simulasi Gelombang Tegangan Pada Fasa.

Gambar 4.3. Hasil Simulasi Gelombang tegangan pada kapasitor.

Gambar 4.4. Hasil Simulasi Gelombang Arus Fasa.

4.3 Hasil Pengujian


Pengimplementasi alat yang dikerjakan dan diuji coba dilakukan di labolatorium Program
Studi Teknik Elektro Unika Soegijapranata. Uji coba dilakukan guna membuktikan
kebenaran dari hasil yang sudah disimulasikan serta membuktikan bahwa dengan
mengatur duty cycle pada pensaklaran maka kecepatan putar dari motor switched
reluctance dapat berubah-ubah. Berikut ini beberapa gambar dari alat yang dibuat.

Gambar 4.5. Converter C-Dump

Gambar 4.5. Prototip yang dibuat

17
4.4 Hasil pengujian kecepatan, tegangan dan arus
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap tegangan, arus, dan kecepatan dari motor
switched reluctance. Dengan memasangkan sensor deteksi arus pada masing-masing fasa
dan diukur juga kecepatan dengan menggunakan tachometer.

4.4.1 Hasil pengujian pada posisi parameter 400


Pada pengujian tahap ini digunakan catu daya DC sebagai sumber dari konverter C-Dump
Konvensional. Dalam pengujian ini program diatur pada posisi parameter 400. Pengujian
dilakukan pengamatan pada gelombang arus, tegangan dan pensaklaran setiap fasanya.

Gambar 4.6. Hasil pengujian gelombang arus fasa

Gambar 4.7. Hasil pengujian gelombang tegangan fasa

Gambar 4.8. Hasil pengujian gelombang (a) tegangan kapasitor (b) tegangan input.

Gambar 4.9. Hasil pengujian gelombang tegangan kapasitor.

Gambar 4.10. Hasil pengujian kecepatan.

4.4.2 Hasil pengujian pada posisi parameter 900


Pada pengujian tahap ini digunakan catu daya DC sebagai sumber dari konverter C-Dump
Konvensional. Dalam pengujian ini program diatur pada posisi parmeter 900. Pengujian
dilakukan pengamatan pada gelombang arus, tegangan dan pensaklaran setiap fasanya.

Gambar 4.11. Hasil pengujian gelombang arus fasa

Gambar 4.12. Hasil pengujian gelombang tegangan fasa

Gambar 4.13. Hasil pengujian gelombang (a) tegangan kapasitor (b) tegangan input

Gambar 4.14. Hasil pengujian tegangan kapasitor.

Gambar 4.15. Hasil pengujian kecepatan.

4.4.3 Hasil pengujian pada posisi S4 On


Pada pengujian tahap ini digunakan catu daya DC sebagai sumber dari konverter C-Dump
Konvensional. Dalam pengujian ini program diatur pada posisi S4 On. Pengujian
dilakukan pengamatan pada gelombang arus, tegangan dan pensaklaran setiap fasanya.

18
Gambar 4.16. Hasil pengujian gelombang arus fasa

Gambar 4.17. Hasil pengujian gelombang tegangan fasa

Gambar 4.18. Hasil pengujian gelombang (a) tegangan kapasitor (b) tegangan input

Gambar 4.19. Hasil pengujian tegangan kapasitor.

Gambar 4.20. Hasil pengujian kecepatan.

4.5 Pembahasan
Hasil dari pengujian dari alat ini, menunjukan bahwa untuk menjadikan sebuah
hasil yang maksimal nilai dari tegangan yang berada pada kapasitor harus mendekati atau
sama yaitu tiga kali nilai dari tegangan sumber sehingga hasil dari pensaklaran dan
demganetisasi pada converter ini bisa menjadi maksimal.
Hasil dari nilai tersebut didapatkan dari sensor tegangan yang dipasang secara
pararel pada kapasitor. Kemudian analisa terhadap hasil pun dilakukan dengan tujuan
untuk untuk membandingkan kecepatan tegangan dan arus. Analisa dilakukan dengan
memberikan beberapa parameter yang berbeda pada program microcontrol yang akan
ditunjukan pada hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.1

Tabel. 4.1. Hasil pengujian


Parameter Tegangan (V) Capacitor (V) Kecepatan (RPM)
400 10 V 14,6 V 1792 RPM
900 10 V 28 V 1937,9 RPM
S4 On 10 V 12V 1727 RPM

Dari tabel 4.1, bahwa dengan tegangan yang konstan, kecepatan motor dapat
berubah-ubah hanya dengan mengatur parameternya dengan melakukan perubahan
program pada mikrokontrol dan nilai yang paling baik ada pada parameter 900 yang dapat
mencapai kecepatan maksimal dan nilai tegangan kapasitor hamper mencapai 3 kali
sumber di nilai 28 volt. Kecepatan yang dihasilkan juga mencapai nilai 1937,9 RPM.
.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian laboratorium dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan :

19
a. Desain dan implementasi alat yang telah dibuat dapat bekerja sesuai dengan yang
diharapkan (sesuai dengan simulasi pada software PSIM). Dengan rancangan konverter
dan rangkaian driver yang dibuat, mampu menggerakan motor switched reluctance
dengan kecepatan yang dapat diatur pula.
b. Konverter C-Dump konvensional dapat digunakan untuk menjalankan
pensaklaran pada motor switched reluctance dengan cara mengatur lebar dan sempit dari
duty cycle menggunakan mikrokontrol dsPIC30F4012 dan juga data referensi sensor
tegangan yang diletakan pada kapasitor.

5.2 Saran
Untuk pembaca dari laporan tugas akhir ini, alat yang telah di coba masih jauh dari kata
sempurna. Percobaan pada alat ini masih dapat dikembangkan lagi dengan mode close
loop, dengan fitur-fitur yang terdapat pada mikrokontroler dsPIC30F4012 sehingga
pengendalian putar pada kecepatan motor switched reluctance dengan mode close loop
pun dapat diimplementasikan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sayeed Mir, Iqbal Husain, and Malik E. Elbuluk, “Energy-Efficient C-Dump
Converters for Switched Reluctance Motors”, IEEE Transactions On Power Electronics,
Vol. 12, No. 5, September 1997
[2] F. Soares and P. 1. Costa Branco, "Simulation of a 6/4 switched reluctance motor
based on Matlab/Simulink environment," Aerospace and Electronic Systems, IEEE
Transactions on, vol. 37, pp. 989-1009, 2001.
[3] E. Miller, Electronic Control of Switched Reluctance Machines. Oxford, UK:
Newnes Publishers, 2001.
[4] R. Krishnan, “Switched Reluctance Motor Drives. Modeling, Simulation,
Analysis, Design and Application” CRC press: 2001.
[5] Y.Yoon; S. Song; T. Lee; C. Won; Y. Kim, “High Performance Switched
Reluctance Motor Drive For Automobiles Using C-dump Converters” , IEEE conference,
Industrial Electronics, 2004 IEEE International Symposium, Paris, May 2004.
[6] H. Bagherian, M. Asgar, E. Afjei, “A new Converter for Bifilar Winding
Switched Reluctance Motor”, 2nd Power Electronics, Drive Systems and Technologies
Conference, IEEE Conference 2011, pp. 467-472.
[7] F. Faradjizadeh, M. R. Tavakoli, M. Salehnia and E. Afjei, “C-Dump Converter
for Switched Reluctance Generator” IEEE Conference, Drive System and Technology,
February 2014.
[8] M.Anand, V. Arunkumar, Dr. K. Krishnamurthy, Dr. B. Meenakshipriya,
"Analysis and Modelling of Different Types of Converter in Switched Reluctance Motor
for Reducing the Torque Ripple", 978- 1-4799-68 18- 31l5@2 015 IEEE
[9] Slamet Riyadi, “Control Strategy for Switched Reluctance Motor with Rotary
Encoder Based Rotor Position Detection” Advance of Engineering and Electrical
Engineering, Vol. 16, No.3, September 2018.
[10] S. Riyadi, “A Control Strategy for SRM Drive to Produce Higher and Reduce
Switching Losses” Journal of Electrical System 14-4 (2018) : 205-216, September 2018.
[11] Slamet Riyadi, “Analysis C-Dump Converter for SRM Drives” 2018
International Conference on Electrical Engineering and Informatics (ICELTICs), 19-20
September 2018.

20
[12] Slamet Riyadi, Leonardus Heru Pratomo, “The Influence of Capasitor Voltage
Fluctuation on Energy Efficient C-Dump Converter” International Conference on
Electrical Engineering (EECon), 28 September 2018.
[13] Winarto, Hendra, 2018 “Pengendalian Motor Switched Reluctance Berbasis
dsPIC30F4012”, Unika Soegijapranata Semarang.

21

Anda mungkin juga menyukai