Anda di halaman 1dari 28

Wave Maker pada Kolam Renang dengan Metode Konverter ACAC 3 Fasa pada Motor Induksi 3 Fasa

Proposal Tugas Akhir

oleh

Dedy Brian Ericson

21060112130081

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

Proposal Tugas Akhir


Wave Maker pada Kolam Renang dengan Metode Konverter AC-AC 3 Fasa
pada Motor Induksi 3 Fasa
yang diajukan oleh
Dedy Brian Ericson
21060112130081
kepada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
telah disetujui oleh:
Pembimbing I

Pembimbing II

Mohammad Facta, ST, MT, Ph.D

Ir. Agung Warsitp, DHET

NIP 19710616 199903 1 03

NIP 19580617 198703 1 002

Tanggal:.

Tanggal:..

Mengetahui,
Koordinator Tugas Akhir

Budi Setiyono, ST. MT.


NIP. 19700521 200012 1 001
Tanggal: ..

ABSTRAK

Pada zaman sekarang ini mulai berkembang komponen-komponen buatan


sebagai pengganti komponen asli yang lebih murah dan mudah didapatkan, salah
satunya adalah gelombang air buatan. Gelombang air memiliki manfaat seperti
hiburan, pelajaran berenang, dan simulasi kegiatan. Alat pembuat gelombang air
yang ada pada saat ini kurang begitu banyak berkembang. Hal ini dikarenakan
jarangnya permintaan dengan skala besar. Permintaan biasanya hanya pada skala
kecil seperti wave maker pada aquarium laut. Hal ini yang menjadi dorongan
untuk pembuatan wave maker dengan skala yang sedikit lebih besar.

Wave

maker merupakan motor yang difungsikan sebagai penggerak gelombang air.


Motor pada wave maker yang sudah ada saat ini menggunakan metode AC-DCAC dalam pengaturan kecepatannya. Sehingga membutuhkan pengerjaan konversi
sebanyak dua kali. Pada tugas akhir ini berencana menggunakan metode AC-AC
pada pengaturan kecepatan motor wave maker. Dengan pengaturan variasi
frekuensi pada metode ini diharapkan dapat memberikan putaran motor yang
beragam, sehingga menghasilkan gelombang air yang beragam pula. Prinsip
kerjanya menggunakan converter ac-ac tiga fasa untuk menghasilkan variasi
frekuensi. Modul dilengkapi dengan rangkaian zero crossing detector,mosfet dan
optocoupler sebagai saklar. Di dekat beban dipasang filter aktif untuk mengurangi
efek harmonisa yang muncul dari motor dan rangkaian elektronika daya. Alat ini
diharapkan dapat menjadi modul pembelajaran serta dapat diperbanyak untuk
kepentingan umum.
Kata kunci: Converter, Zero Crossing Detector, Motor Induksi, Harmonisa.

PROPOSAL TUGAS AKHIR


I.

Judul
Wave Maker pada Kolam Renang Menggunakan Metode Konverter ACAC 3 Fasa pada Motor Induksi 3 Fasa
Bidang Ilmu :
Teknik Tenaga Listrik

II.

Latar Belakang Masalah


Pada zaman sekarang ini mulai berkembang komponen-komponen
buatan sebagai pengganti komponen asli yang lebih murah dan mudah
didapatkan, salah satunya adalah gelombang air buatan. Gelombang air
memiliki manfaat seperti hiburan, pelajaran berenang, dan simulasi
kegiatan.
Alat pembuat gelombang air yang ada pada saat ini kurang begitu
banyak berkembang. Hal ini dikarenakan jarangnya permintaan dengan
skala besar. Permintaan biasanya hanya pada skala kecil seperti wave
maker pada aquarium laut. Hal ini yang menjadi dorongan untuk
pembuatan wave maker dengan skala yang sedikit lebih besar.
Wave maker merupakan motor yang difungsikan sebagai
penggerak gelombang air. Motor pada wave maker yang sudah ada saat ini
menggunakan metode AC-DC-AC dalam pengaturan kecepatannya.
Sehingga membutuhkan pengerjaan konversi sebanyak dua kali. Pada
tugas akhir ini berencana menggunakan metode AC-AC pada pengaturan
kecepatan motor wave maker. Dengan pengaturan variasi frekuensi pada
metode ini diharapkan dapat memberikan putaran motor yang beragam,
sehingga menghasilkan gelombang air yang beragam pula.

III.

Batasan Masalah
Untuk mengurangi permasalahan yang timbul saat pengerjaan dan
agar permasalahan yang dibahas tidak meluas maka pada perancangan
alat dilakukan pada miniatur kolam renang dan juga air yang diatur
gelombangnya merupakan air tawar (bukan air laut). Hal ini dikarenakan

adanya keterbatasan dana dan juga butuhnya proteksi bahan yang lebih
baik pada air laut.

IV.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat perangkat keras
prototype wave maker sebagai media pengaturan variasi kecepatan motor
induksi untuk pembangkitan gelombang air melalui kontrol frekuensi pada
motor.

V.

Tinjauan Pustaka
5.1 Peneliti terdahulu
5.1.1
Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi
Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877
Jurnal Rekayasa Elektrika oleh: Tarmizi, Universitas Syiah Kuala, 2010.
Pada jurnal ini membahas tentang pengontrolan sudut penyalaan
thyristor untuk aplikasi penyearah gelombang penuh satu fasa, tigas fasa,
dan rangkaian pengontrolan tegangan ac satu fasa. Rangkaian kontrol yang
digunakan menggunakan mikrokontroller PIC 16F877 dan rangkaian zero
crossing deterctor yang menggunakan gerbang inverting. Penelitian ini
menggunakan aplikasi PSIM 6.0 sebagai referensi untuk rangkaian
eksperimen dan kemudian dirangkai dalam bentuk prototaip.
Berikut beberapa eksperimen yang menjadi referensi dalam
perancangan Tugas Akhir.

Gambar 1. Block Simulasi Rangkaian Penyearah Terkendali Tigas Fasa


Gelombang Penuh

Pada rangkaian diatas merupakan salah satu eksperimen yang


dibuat menggunakan aplikasi PSIM. Dan berikut rangkaian zero crossing
detectornya beserta rangkaian keseluruhan pengontrol sudut penyalaan
thyristor.

Gambar 2. Rangkaian Pengontrolan Sudut Penyalaan Thyristor

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa untuk pembangkitan sinyal


trigger ini 6 buah PORTB digunakan sebagai penghasil sinyal square,
yaitu PORTB.1, PORTB.2, PORTB.3, PORTB.4, PORTB.5, dan
PORTB.6, yang mana keluaran sinyal pada port-port tersebut dihubungkan
pada osiloskop. PORTB.0 digunakan sebagai masukan dari rangkaian zero
crossing detector yang menggunakan gerbang inverting. Pada IC 16F877
ini terdapat 8 buah program pembangkit sinyal trigger, oleh karena itu
dipasang saklar untuk masing-masing program yaiut pada PORTC.0
sampai PORTC.7, sehingga program dapat dipilih sesuai yang diinginkan.
Pada penelitian ini mendapatkan kesimpulan yaitu salah satunya
sinyal trigger pada rangkaian penyearah terkendali tiga dasa gelombang
penuh sudut penyalaan dapat diatur dari 0- 60 sehingga tegangan
masukkan yang tadinya 380 volt (VLL) dapat menjadi 507,04 volt sampai
265,17 volt.

5.1.2

Simulation of Cycloconverter Based Three Phase Induction Motor


Jurnal Internasional : Sandeep Pande, Hashit Dalvi, G.H Raisoni
Engineering Colleger, 2011.
Penelitian pada jurnal ini membahas simulasi cycloconverter pada
motor induksi tigas fasa. Penelitian ini menggunakan aplikasi MATLAB
sebagai media untuk mensimulasikan pengendalian motor induksi.

Gambar 3. Rancangan Cycloconverter 3 Fasa ke 3 Fasa

Berikut penerapannya pada motor induksi 3 fasa.

Gambar 4. Rancangan Cycloconverter 3 Fasa ke 3 Fasa pada Motor Induksi 3 Fasa

(a)

(b)
Gambar 5. Gelombang Ketika Pergantian Frekuensi
(a) Kecepatan
(b) Torsi

Gambar 6. Gelombang Tegangan Keluaran

Dari

penelitian

ini,

didapat

didapat

kesimpulan

bahwa

cycloconverter tiga fasa sesuai dengan karakteristik torsi motor induksi 3


fasa. Gelombang diatas menunjukkan adanya harmonisa yang cukup besar
pada gelombang keluaran.
5.1.3

Analisa Harmonisa Konverter AC-AC Tigas Fasa


Tugas Akhir : Rheni Dariati, Unviersitas Diponegoro , 2006.
Pada penelitian tugas akhir ini dibuat rangkaian konverter ac-ac
terkontrol penuh tiga fasa dengan menggunakan thyristor dan dioda serta
memanfaatkan rangkaian IC TCA 785 sebagai penghasil pulsa pemicuan
thyristor. Pengujian peralatan konverter ini dilakukan untuk mengetahui
adanya harmonisa yang menyebabkan gelombang menjadi tidak
sinusoidal. Pengujian menggunakan peralatan clamp tester HIOKI 328620 untuk mengukur besar harmonisa hingga orde ke-20 dan THDnya pada
sisi sumber dan pada sisi beban.
Pada sisi sumber terdapat imbas dari pemakaian-pemakaian beban
non linier (masih dapat ditoleransi jika <3%) dan pada sisi beban terdapat
harmonisa yang disebabkan oleh adanya beban berupa lampu pijar dan
motor induksi dimana harmonisa yang timbul pada umumnya pada orde
ganjil.
Kesimpulan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah harmonisa yang
timbul akibat pemakaian thyristor dan dioda pada konverter ac-ac
mempunyai dominasi timbul pada orde ganjil. Perubahan sudut picu
berbanding lurus dengan harmonisa (semakin besar sudut picu maka

semakin besar harmonisa). Rangkaian dioda dan thyristor sebagai


rangkaian pengontrolan tegangan ac masih dapat ditoleransi, akan tetapi
apabila

terjadi

akumulasi

pemakaian

konverter

ini

maka

perlu

dipertimbangkan regulasi untuk membatasi harmonisa.


VI. Dasar Teori
6.2 Landasan Teori
6.2.1 Konverter AC-AC
Converter 3 phasa ke 3 phasa adalah pengontrol tegangan AC yang
menghasilkan besar tegangan dan frekuensi variabel, jadi Cycloconverter
bisa secara langsung mengubah tegangan sumber AC dari frekuensi 50 Hz
menjadi frekuensi yang lebih rendah, biasanya digunakan untuk mengatur
kecepatan motor sehingga motor dapat berjalan lebih lambat dengan tenaga
yang besar .
Converter tiga phasa dapat dirancang dengan 12 buah SCR untuk
setiap phasa, apabila ingin membentuk Cycloconverter tiga fasa maka
diperlukan 36 buah SCR . Setiap phasa yang terbentuk memiliki tegangan dan
frekuensi yang sama dengan beda fasa satu dengan yang lainnya sebesar 120
derajat , phasa satu dengan yang lain tidak dapat dihubungkan secara langsung
oleh karena itu Cycloconverter ini sangat baik bila digunakan untuk mengatur
kecepatan motor induksi tiga phasa yang setiap lilitannya langsung di
hubungkan dengan tegangan jala-jala karena tegangan maksimal puncak ke
puncaknya yang dihasilkan oleh Cycloconverter ini akan sama dengan
tegangan

line

ke

line

yang

berikan

ke

Cycloconverter

ini.Untuk

Cycloconverter tiga phasa ini diberi beban motor induksi tiga phasa maka
dapat dilihat perubahan kecepatan dari motor induksi tiga phasa pada setiap
frekuensi yang dihasilkan.rangkaian cycloconverter 3 phasa ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.

s u m b e r te g a n g a n t ig a f a s a

T e g a n g a n tig a f a s a d e n g a n f r e k ie n s i y a n g b e r m a c a m - m a c a m

Gambar 7. Rangkain dasar Cycloconverter 3 phasa

6.2.2

Motor Induksi 3 Fasa


Motor induksi 3 fasa merupakan salah satu cabang dari jenis motor

listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak berupa


putaran yang mempunyai slip antara medan stator dan rotor dengan
sumber tegangan 3 fasa. Arus rotor motor ini bukan diperoleh dari suatu
sumber listrik, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat
adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar.
Motor induksi 3 fasa berputar pada kecepatan yang pada dasarnya adalah
konstan. Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi oleh frekuensi, dengan
demikian pengaturan kecepatan tidak dapat dengan mudah dilakukan
terhadap motor ini, namun motor induksi 3 fasa merupakan jenis motor
listrik yang paling banyak digunakan pada dunia industri karena sesuai
kebutuhan dan memiliki banyak keuntungan.
6.2.2.1 Prinsip Kerja
Motor induksi terdiri atas dua bagian utama yaitu rotor dan stator.
Ada dua jenis rotor yaitu rotor sangkar dan rotor belitan. Stator dibuat dari
sejumlah stampings dengan slots untuk membawa gulungan tiga fase.
Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu.
Stator merupakan bagian yang diam dari motor induksi tiga fasa, pada
bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan tempat kawat

(konduktor) dari tiga kumparan tiga fasa yang disebut kumparan stator,
yang masing-masing kumparan mendapatkan suplai arus tiga fasa, maka
pada kumparan tersebut segera timbul medan putar. Dengan adanya medan
magnet putar pada kumparan stator akan mengakibatkan rotor berputar,
hal ini terjadi karena adanya induksi magnet dengan kecepatan putar rotor
sinkron dan kecepatan putar stator.
6.2.2.2 Bagian Motor Induksi
Berikut merupakan bagian-bagian dari motor induksi :

Gambar 8. Konstruksi Motor Induksi

1.

Rotor

Rotor adalah bagian yang berputar dari sebuah motor. Rotor adalah
salah satu komponen motor induksi selain stator, dimana bagian ini
merupakan bagian yang bergerak. Fungsi rotor adalah menguabah gaya
dari stator menjadi energi mekanik. Terdapat dua tipe rotor dalam motor
induksi, yang ternyata tipe rotor tersebut juga menjadi dasar dalam
pengelompokan motor induksi. kedua jenis tipe tersebebut adalah :
a. Sangkar tupai (squirrel cage motor)
b. Rotor belitan (wound-rotor)
Tetapi wlaupun jenisnya berbeda, secara umum komponenkomponen yang ada di dalam rotornya tetap sama. beikut ini komponenkomponen yang ada :
a.Inti besi rotor
b.Kumparan atau batang penghantar
c.Cincin
d.Poros (shaft)
1. motor induksi tiga fasa sangkar tupai (squirrel cage motor)
Mengenai gambaran umum dari motor induksi tiga fasa sangkar
ini, kita dapat membahasnya sebagia berikut.

a. Terdiri dari batang penghantar tebal yang diletakkan pada


petakpetak slot paralel.
b. Kedua ujungnya dihubungsingkat dengan cincin.
Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang
sederhana. Inti stator pada motor sangkar tupai tiga fasa terbuat dari
lapisan-lapisan pelat baja beralur yang didukung dalam rangka stator yang
terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang dipabrikasi. Lilita-lilitan
kumparan stator diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120 derajat
listrik. Lilitan fasa ini dapat tersambung dalam hubungan delta ataupun
bintang. batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih
kecil adalah coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti
rotor. Dalam motor yang lebih besar, batang rotor tidak di cor melainkan
dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian di las dengan kuat ke cincin
ujung. batang rotor motor sangkartupai tidak selalu ditempatkan paralel
terhadap poros motor tetapi kerapkali dimiringkan. hal ini akan
menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau
dengung magnetik sewaktu motor sedang bergerak. Berikut ini contoh
gambar motor induksi tiga fasa sangkar tupai :

Gambar 9. Motor Induksi Tigas Fasa Sangkar Tupai

2. Motor induksi tiga fasa rotor belitan (wound rotor motor)


Jenis motor induksi berdasarkan motornya selain sangkar tupai
adalah rotor belitan. berikut gambaran umumnya :
a. Konduktor yang digunakan adalah belitan.
b. Belitan terhubung ke cincin geser yang dipasang pada shaft.
c. Belitan terhubung ke resistor melalaui sikat karbon

Motor belitan berbeda dengan motor sangkar tupai. perbedaan ini


terdapat pada hal konstuksi rotornya. Rotor dililit dengan lilitan terisolasi
serupa lilitan stator. lilitan fasa motor dihungungkan secara Y dan msingmasing fasa ujung ujung terbuka yang dikeluarkan ske cincin slip yang
terpasang pada poros rotor.
Pada motor jenis ini, cincin slip yang terhubung ke seluruh tahanan
variabel eksternal yang berfungsi membatasi arus pengasuran yang
bertanggung jawab terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan,
penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan
torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil
dibanding dengan rotor sangkar.
2.

Stator

Komponen satator adalah bagian terluar dari motor yang


merupakan bagian yang diam dan mengalirkan arus tiga fasa. Arus tiga
fasa ini merupakan arus yang berasal dari sumber. Tiap kumparan tersebar
dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk motor tiga phasa,
maka masing-masing belitan akan terpisah sebesar 120 derajat. Kawat
kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapisi dengan
isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam
cangkang

silindris.

Berikut

ini

contoh

lempengan

laminsi

inti,

lempengenan inti yang telah disatukan, belitan stsator yang telah


diletakkan pada cangkang luar untuk motor induksi.secara umum, bagianbagian stator yaitu :

a.Rangka
b.Inti stator
c.Kumparan gulungan
d.Pelat penutup
3.

Terminal Box

Salah

satu

bagian

yang

cukup

penting

untuk

dapat

memahami motor starter. Terminal box adalah stop kontak yang


bertugas menyambung aliran listrik dari sumber ke motor.
Dari

terminal

box,

pengaturan

starter star atau delta dapat

dilakukan. Pengaturan star atau delta mengacu pada informasi yang tertera
pada nameplate motor. Terminal box terdapat winding, jika anda sering
melihat format U1-V1-W1 dan W2-U2-V2, disinilah tempatnya.

Gambar 10. Terminal Box

6.2.3

Mosfet
MOSFET merupakan singkatan dari Metal Oxide Semiconductor Field

Effect Transistor yang merepresentasikan bahan-bahan penyusunnya yang terdiri


dari logam, oksida dan semikonduktor. Terdapat 2 jenis MOSFET yaitu tipe NPN
atau N channel dan PNP atau biasa disebut P channel. MOSFET dibuat dengan
meletakkan lapisan oksida pada semikonduktor dari tipe NPN maupun PNP dan
lapisan logam diletakkan diatasnya. Gambar 2.13 memperlihatkan konfigurasi
dasar dari MOSFET yang terdiri dari 3 buah kaki yaitu gate, drain, source.

Gambar 11. Konfigurasi dasar MOSFET

Adapun prinsip kerja dari MOSFET adalah sebagai berikut

1. Untuk tipe NPN, ketika gate diberi tegangan positif elektron-elektron dari
semikonduktor N dari drain dan source tertarik oleh gate menuju semikonduktor
tipe P yang berada diantaranya. Dengan adanya elektron-elektron ini pada
semikonduktor P, maka akan menjadi suatu jembatan yang memungkinkan
pergerakan elektron-elektron dari source ke drain.

Gambar 12. Prinsip kerja MOSFET tipe NPN

2. Untuk tipe PNP, prinsip kerjanya sama hanya saja tegangan yang diberikan pada
gate berkebalikan dengan MOSFET tipe NPN. Ketika tegangan negatif diberikan
ke gate, hole dari semikonduktor tipe P dari source dan drain tertarik ke
semikonduktor tipe N yang berada diantaranya. Dengan adanya jembatan hole ini
maka arus listrik dapat mengalir dari source ke drain.

Gambar 13. Prinsip kerja MOSFET tipe PNP

Karena adanya lapisan oksida antara gate dan semikonduktor, maka arus
listrik tidak mengalir menuju gate. Arus listrik mengalir diantara drain dan source
yang dikendalikan oleh tegangan gate.

6.2.4 Zerro Crossing Detector


Nol persimpangan rangkaian detektor adalah sebuah aplikasi penting
dari rangkaian komparator op-amp . Hal ini juga dapat disebut sebagai sinus
persegi converter gelombang. Siapapun dari pembalik atau non-pembalik
pembanding dapat digunakan sebagai detektor zero-crossing. Satu-satunya
perubahan yang akan dibawa adalah tegangan referensi dengan tegangan input

yang harus dibandingkan, harus dibuat nol (Vref = 0V). Sebuah gelombang input
sinus diberikan sebagai Vin. Ini ditunjukkan dalam diagram sirkuit dan input dan
output bentuk gelombang dari komparator pembalik dengan tegangan referensi
0V.
Seperti ditunjukkan dalam bentuk gelombang, untuk 0V tegangan
referensi, ketika gelombang input sinus melewati nol dan berjalan ke arah yang
positif, tegangan output Vout didorong ke saturasi negatif.Demikian pula, ketika
tegangan input melewati nol dan berjalan ke arah yang negatif, tegangan output
didorong

ke

saturasi

positif. Dioda

D1

dan

D2

juga

disebut

dioda

penjepit. Mereka digunakan untuk melindungi op-amp dari kerusakan akibat


peningkatan tegangan input. Mereka menjepit masukan diferensial tegangan baik
0,7 V atau 0,7 V-.
Dalam aplikasi tertentu, tegangan input mungkin gelombang frekuensi
rendah. Ini berarti bahwa gelombang hanya berubah perlahan-lahan. Hal ini
menyebabkan penundaan dalam waktu untuk tegangan input untuk menyeberangi
nol-tingkat. Hal ini menyebabkan penundaan lebih lanjut untuk tegangan output
untuk beralih antara tingkat kejenuhan atas dan bawah. Pada saat yang sama,
suara masukan dalam op-amp dapat menyebabkan tegangan output untuk beralih
di antara tingkat kejenuhan. Jadi zero crossing terdeteksi untuk tegangan
kebisingan di samping tegangan input.Kesulitan-kesulitan ini dapat dihilangkan
dengan menggunakan rangkaian umpan balik regeneratif dengan umpan balik
positif yang menyebabkan tegangan output untuk mengubah lebih cepat sehingga
menghilangkan kemungkinan terjadinya zero crossing palsu karena kebisingan
tegangan pada input op-amp.
Berikut contoh rangkaian zero crossing detector menggunakan IC 741

Gambar 14. Rangkaian Zero Crossing Detector dengan IC 741 Beserta Gelombangnya

6.2.5 Thyristor
Thyristor merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang
paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika
daya. Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar, beroperasi pada keadaan non
konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai
saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki batasan dan
karakteristik tertentu.Thyristor adalah semikonduktor daya yang tersusun dari 4
lapis P-N-P-N, seperti gambar di bawah ini.

Gambar 15. Thyristor 4 lapis dan bentuk beberapa komponen thyristor

Ketika tegangan anode dibuat lebih positif dibandingkan dengan tegangan


katode, sambungan J1 dan J3 berada pada kondisi forward bias. Sambungan
J2 berada pada kondisi ini thyristor dikatakan pada kondisi reverse bias, dan akan
mengalir arus bocor yang kecil anatar anaode ke katode. Pada kondisi ini thyristor
dikatakan pada kondisi forward blocking atau kondisi offpstate, dan arus bocor
dikenal sebagai arus off-state ID. Jika tegangan anode ke katode VAKditingkatkan
hingga suatu tegangan tertentu, sambungan J2 akan bocor. Hal ini dikenal dengan
avalance breakdown dan tegangan VAK tersebut dikenal sebagai forward
breakdown voltage, VBO. Dan karena J1 dan J3 sudah berada pada kondisi forward
bias, maka akan terdapat lintasan pembawa muatan bebas melewati ketiga
sambungan, yang akan menghasilkan arus anode yang besar. Thyristor pada
kondisi ini disebut berada pada keadaan konduksi atau keadaan hidup. Tegangan
jatuh yang terjadi dikarenakan oleh tegangan ohmic antara empat layer dan
biasanya cukup kecil sekitar 1 V. Pada keadaan on, arus anode dibatasi oleh
resistansi atau impedansi luar RL, seperti terlihat pada gambar 1(a). Arus anode

harus lebih besar dari suatu nilai yang disebut Latching current I L, agar diperoleh
cukup banyak aliran pembawa muatan bebas yang melewati sambungansambungan ; jika tidak devais akan kembali ke kondisi blocking ketika tegangan
anode ke katode berkurang. Latching current ( IL ) adalah arus anode minimum
yang diperlukan agar membuat thyristor tetap kondisi hidup, begitu thyristor
dihidupkan dan sinyal gerbang dihilangkan. Karakteristik v-i umum dari suatu
thyristor diberikan pada gambar 1(b).
Karakteristik Thyristor dapat dilihat pada Gambar. Karaktristik tegangan versus
arus ini diperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :
1.

Keadaan pada saat tegangan balik (daerah I)

2.

Keadaan pada saat tegangan maju (daerah II)

3.

Keadaan pada saat thyristor konduksi (daerah III

Gambar 16. Kurva Karakteristik Thyristor

Ketika berada pada kondisi on, thyristor bertindak sebagai diode yang
tidak terkontrol. Devais ini terus berada pada kondisi on karena tidak adanya
lapisan deplesi pada sambungan J2 karena pembawa-pembawa muatan yang
bergerak bebas. Akan tetapi, jika arus maju anode berada dibawah suatu tingkatan
yang disebut holding current IH, daerah deplesi akan terbentuk disekitar J2 karena
adanya pengurangan banyak pembawa muatan bebas dan thyristor akan berada
pada keadaan blocking. Holding current terjadi pada orde miliampere dan lebih
kecil

dari latching current IL,

IH>IL. Holding

current IH adalah

arus

anode

minimum untuk mempertahankan thyristor pada kondisi on. Ketika tegangan


katode lebih positif dibanding dengan anode, sambungan J2 terforward bias, akan
tetapi sambungan J1 dan J3 akan ter-reverse bias. Hal ini seperti diode-diode yang
terhubung secara seri dengan tegangan balik bagi keduanya. Thyrstor akan berada

pada kondisi reverse blocking dan arus bocor reverse dikenal sebagai reverse
current IR. Thyristor akan dapat dihidupkan dengan meningkatkan tegangan maju
VAK diatas VBO, tetapi kondisi ini bersifat merusak. dalam prakteknya, tegangan
maju harus dipertahankan dibawah VBO dan thyristor dihidupkan dengan
memberikan tegangan positf antara gerbang katode. Begitu thyristor dihidupkan
dengan sinyal penggerbangan itu dan arus anodenya lebih besar dari arus holding,
thyristor akan berada pada kondisi tersambung secara positif balikan, bahkan bila
sinyal

penggerbangan

dihilangkan

Thyristor

dapat

dikategorikan

sebagai latching devais.


6.2.6 Optocoupler
Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu
transmitter dan receiver, yaitu antara bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber
cahaya terpisah. Biasanya optocoupler digunakan sebagai saklar elektrik, yang
bekerja secara otomatis.optocoupler atau optoisolator merupakan komponen
penggandeng (coupling) antara rangkaian input dengan rangkaian output yang
menggunakan media cahaya (opto) sebagai penghubung.

Gambar 17. Optocoupler

Dengan kata lain, tidak ada bagian yg konduktif antara kedua rangkaian
tersebut. Optocoupler sendiri terdiri dari 2 bagian, yaitu transmitter (pengirim)
dan
1.

receiver

(penerima)

Transmiter
Merupakan bagian yg terhubung dengan rangkaian input atau rangkaian
kontrol. Pada bagian ini terdapat sebuah LED infra merah (IR LED) yang
berfungsi untuk mengirimkan sinyal kepada receiver. Padatransmitter dibangun

dari sebuah LED infra merah. Jika dibandingkan dengan menggunakan LED
biasa, LED infra merah memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal
tampak. Cahaya yang dipancarkan oleh LED infra merah tidak terlihat oleh mata
2.

telanjang.
Receiver
Merupakan bagian yg terhubung dengan rangkaian output atau rangkaian
beban, dan berisi komponen penerima cahaya yang dipancarkan oleh transmitter.
Komponen penerima cahaya ini dapat berupa photodioda atapun phototransistor.
Pada bagian receiver dibangun dengan dasar komponen phototransistor.
Phototransistor merupakan suatu transistor yang peka terhadap tenaga cahaya.
Suatu sumber cahaya menghasilkan energi panas, begitu pula dengan spektrum
infra merah. Karena spekrum infra mempunyai efek panas yang lebih besar dari
cahaya tampak, maka phototransistor lebih peka untuk menangkap radiasi dari
sinar infra merah.
Jika dilihat dari penggunaannya, optocoupler biasa digunakan untuk
mengisolasi common rangkaian input dengan common rangkaian output.
Sehingga supply tegangan untuk masing-masing rangkaian tidak saling terbebani
dan juga untuk mencegah kerusakan pada rangkaian kontrol (rangkaian input).
Beberapa aplikasi optocoupler yang pernah saya temui diantaranya adalah :
Rangkaian driver motor DC Sebagai driver rangkaian yg dikontrol oleh
mikrokontroler sebagai driver rangkaian yg dikontrol oleh paralel port komputer
Optocoupler yg biasanya saya jumpai di toko-toko elektronik mempunyai seri
4N25,4N33 dan 4N35. Sensor Cahaya (Optocoupler) dan Piringan Sensor.

6.2.7 Harmonisa
Harmonisa adalah distorsi periodik dari gelombang sinus tegangan, arus
atau daya dengan bentuk gelombang yang frekuensinya merupakan kelipatan di
luar bilangan satu terhadap frekuensi fundamental (frekuensi 50 Hz atau 60 Hz).
Nilai frekuensi dari gelombang harmonisa yang terbentuk merupakan hasil kali
antara frekuensi fundamental dengan bilangan harmonisanya (f, 2f, 3f, dst).
Bentuk gelombang yang terdistorsi merupakan penjumlahan dari gelombang

fundamental dan gelombang harmonisa (h1, h2, dan seterusnya) pada frekuensi
kelipatannya. Semakin banyak gelombang harmonisa yang diikutsertakan pada
gelombang fundamentalnya, maka gelombang akan semakin mendekati
gelombang persegi atau gelombang akan berbentuk non sinusoidal.

Gambar 18. Gelombang Harmonisa

Berdasarkan kesepakatan yang disepakati dunia internasional, THD yang


diterima adalah apabila bernilai dibawah 5% dari tegangan atau arus
fundamentalnya.Apabila diatas batas tersebut maka alat elektronik tersebut tidak
boleh digunakan.
Efek harmonisa tidak dapat dihilangkan secara sepenuhnya, tetapi dapat
dikurangi. Ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam mengurangi harmonisa,
yaitu dengan penggunaan filter pasif seperti pemasangan kapasitor, penambahan
jumlah fasa, dan kompensasi atau injeksi harmonisa negatif.
Ada tiga macam urutan fasa serta urutan harmonisa yaitu :
1.

Urutan fasa positif, urutan fasanya adalah R-S-T yang antar fasanya
terpisah 1200. Orde harmonisanya adalah n = 1, 7, 13, .

2.

Urutan fasa negatif, urutan fasanya adalah R-T-S yang antar fasanya
terpisah 1200. Orde harmonisanya adalah n = 5, 11, 17,

3.

Urutan nol yang mempunyai beda fasa sama dengan nol (sefasa). Orde
harmonisanya adalah n = 3, 9, 15, .
Terdapat dua jenis beban pada sistem ketenagalistirikan.Beban tersebut
terdiri dari beban linier dan beban non linier.Beban disebut linier jika nilai arus
berbanding secara linier dengan tegangan beban. Berarti bentuk gelombang arus
akan sama dengan bentuk gelombang tegangan.
Beban disebut sebagai beban non linier jika bentuk gelombang arus tidak
sama dengan bentuk gelombang tegangan (mengalami distorsi). Arus yang ditarik

beban non linier tidak sinusoidal tetapi periodic.Bentuk gelombang tidak periodic
tersebut

dapat

diuraikan

berdasarkan

komponen

fundamental

dan

komponen harmonic.Beban non linier tersebut misalnya semi konduktor yang


digunakan sebagai switching device.Beban non linier inilah yang berperan sebagai
sumber harmonisa pada sistem ketenagalistrikan.
Dalam sistem tenaga listrik sumber beban non linier antara lain berasal
dari converter statis, magnetisasi transformator yang tidak linier, putaran mesin
arus AC, bangku kapasitor dan lainnya.
Pengaruh Harmonisa Pada Motor Listrik
Harmonisa arus atau tegangan menyebabkan peningkatan rugi-rugi pada
belitan stator, rangkaian rotor, serta laminasi stator dan rotor sehingga efisiensi
mesin menurun. Akibat efek kulit dan arus eddy, rugi-rugi ini lebih besar
dibandingkan rugi-rugi yang disebabkan arus DC. Medan bocor pada stator dan
rotor juga menyebabkan rugi-rugi tambahan. Pada mesin induksi dan mesin
sinkron, rugi-rugi panas tambahan paling banyak dibangkitkan pada rotor karena
urutan polaritas harmonisa yang dihasilkan oleh motor khususnya motor induksi,
polaritasnya dapat bernilai positif atau negatif. Dari perubahan urutan polaritas
harmonisa yakni harmonisa ke-5 urutan polaritasnya negatif (-), sedangkan
harmonisa ke-7 urutan polaritasnya positif (+), akan memiliki dampak sendirisendiri. Bila motor menghasilkan harmonisa dengan urutan polaritas negatif,
maka pada sistem distribusi akan menimbulkan medan magnet putar dengan arah
maju (forward). Sedangkan untuk polaritas harmonisa negatif akan menimbulkan
medan magnet putar dengan arah mundur (reverse). Urutan polaritas positif dan
negatif harmonisa inilah yang menyebabkan motor menjadi panas. Sehingga
kemampuan mesin akan menurun akibat pemanasan berlebih karena harmonisa,
selain itu umur mesin juga akan menurun. Sedangkan pada arus harmonisa urutan
polaritas nol tidak akan menimbulkan masalah pada motor itu sendiri, melainkan
akan menimbulkan masalah pada sistem 3 fasa 4 kawat. Yaitu akan menimbulkan
penambahan arus pada kawat netral, biasanya terjadi pada transformator
hubungan wye. Penambahan arus pada kawat netral ini akan menyebabkan kawat
netral menjadi panas, karena kawat netral tidak memiliki pengaman seperti

pemutus arus untuk proteksi tegangan atau arus lebih. Selain itu, polaritas
harmonisa urutan nol ini menyebabkan terjadinya interferensi pada kabel saluran
telekomunikasi. Frekuensi harmonisa yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya
akan mengakibatkan penurunan efisiensi atau terjadinya kerugian daya.
VII.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis lakukan dalam membuat tugas
akhir ini adalah sebagai berikut:

7.1

Studi Pustaka
Studi pustaka ini meliputi pengumpulan informasi dari beberapa
literatur meliputi jurnal-jurnal, laporan tugas akhir dan buku puku yang
berkaitan dengan tugas akhir yang dikerjakan. Pada pelaksanaannya
literatur diperoleh melalui kunjungan perpustakaan, mengikuti seminar
Tugas Akhir, dan beberapa referensi internet.

7.2

Perancangan Prototype
Dalam perancangan prototype dibuat sebuah modul wave maker
dengan menggunakan motor induksi tiga fasa. Pada perancagan meliputi
pembuatan rangkaian kontrol, meliputi rangkaian zero crossing detector,
rangkaian penylutan mosfet, rangkaian penyulutan thyristor, dan rangkaian
keseluruhan converter ac-ac 3 fasa dan komponen lain beserta
mekanismenya.
A. Peracangan perangkat lunak (Software)
Perancangan perangkat lunak menggunakan aplikasi PSIM sebagai
acuan dalam pembuatan modul rangkaian kontrol frekuensi. Hal ini
menjadi dasar dalam pembuatan alat. Dari rangkaian PSIM dapat
dilihat gelombang keluaran yang terjadi sehingga dapat digunakan
untuk mengontrol motor melalui variasi frekuensi.

Gambar 19. Rangkaian Converter AC-AC 3 Fasa

Gambar Perancangan Simulasi Rangkaian Kontrol Frekuensi


B. Perancangan perangkat keras (Hardware)
1. Diagram Alir Pembuatan Alat

Gambar 20. Diagram Alir Pembuatan Alat

2. Perancanan Penyulutan Mosfet

Gambar 21. Rangkaian Penyulutan Mosfet

3. Perancangan Penyulutan Thyristor

Gambar 22. Rangkaian Penyulutan Thyristor

4. Perancangan Keseluruhan

Gambar 23. Rangkaian Perancangan Keseluruhan

5. Hipotesis
Dari rancangan wave maker diatas, diperkirakan motor induksi
bisa diatur kecepatannya untuk menghasilkan gelombang yang
beragam melalui putaran motor. Gelombang keluaran yang diharapkan
adalah gelombang sinus dengan tingkat harmonisa tidak lebih dari 3%.
Kalaupun lebih, diantisipasi dengan rangkaian filter aktif yang ada
dipasaran.

VIII.

Jadwal Penelitian

Tabel 1. Waktu pelaksanaan tugas akhir


No Rencana Kegiatan Bulan 1

Bulan 2

Bulan 3

Bulan 4

Bulan 5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1.

Literatur

guna

mendukung dasar
pembuatan alat.

2.

3.

4.

Pembuatan alat
Tahap Pengujian
alat
Pembuatan
proposal

7.

Seminar

9.

Sidang

10.

IX.

Revisi

dan

Wisuda
Penutup
Proposal Tugas Akhir ini di buat belum dalam format yang sebenarnya,

sehingga masih sangat memungkinkan adanya perubahan yang disesuaikan


dengan kondisi yang ada. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Chapman Stephen J, Elektric Machinery Fundamentals Fourth Edition
Mc Graw Hill Companies, New York,2005.

[2] Tarmizi, Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi


Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877, Universitas Syiah Kuala,
Aceh, 2010.
[3] Rheni Dariati, Analisa Harmonisa Konverter AC-AC Tigas Fasa,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006
[4] Sandeep Pande, Hashit Dalvi, G.H Raisoni Engineering Colleger,
Simulation of Cycloconverter Based Three Phase Induction Motor, 2011
[5] Dugen, Roger C., Electrical Power System Quality, IEEE 519-1992, 1992.
[6] Santoso, Surya, Electrical Power System Quality, Schneider Electric
, Panduan Aplikasi Teknis, 2002
[7] Wildi, Theodore. 2002. Electrical Machines, Drives and Power System 5e.
New York: Wiley
[8] Muhammad H Rashid, Elektronika Daya, Rangkaian Devais dan Aplikasinya,
Jilid 1, Edisi Bahasa Indonesia, Power Elecronics, Second Edition, PT
Prenhallindo, Jakarta, 1993.

Anda mungkin juga menyukai