oleh
21060112130081
Pembimbing II
Tanggal:.
Tanggal:..
Mengetahui,
Koordinator Tugas Akhir
ABSTRAK
Wave
Judul
Wave Maker pada Kolam Renang Menggunakan Metode Konverter ACAC 3 Fasa pada Motor Induksi 3 Fasa
Bidang Ilmu :
Teknik Tenaga Listrik
II.
III.
Batasan Masalah
Untuk mengurangi permasalahan yang timbul saat pengerjaan dan
agar permasalahan yang dibahas tidak meluas maka pada perancangan
alat dilakukan pada miniatur kolam renang dan juga air yang diatur
gelombangnya merupakan air tawar (bukan air laut). Hal ini dikarenakan
adanya keterbatasan dana dan juga butuhnya proteksi bahan yang lebih
baik pada air laut.
IV.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat perangkat keras
prototype wave maker sebagai media pengaturan variasi kecepatan motor
induksi untuk pembangkitan gelombang air melalui kontrol frekuensi pada
motor.
V.
Tinjauan Pustaka
5.1 Peneliti terdahulu
5.1.1
Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi
Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877
Jurnal Rekayasa Elektrika oleh: Tarmizi, Universitas Syiah Kuala, 2010.
Pada jurnal ini membahas tentang pengontrolan sudut penyalaan
thyristor untuk aplikasi penyearah gelombang penuh satu fasa, tigas fasa,
dan rangkaian pengontrolan tegangan ac satu fasa. Rangkaian kontrol yang
digunakan menggunakan mikrokontroller PIC 16F877 dan rangkaian zero
crossing deterctor yang menggunakan gerbang inverting. Penelitian ini
menggunakan aplikasi PSIM 6.0 sebagai referensi untuk rangkaian
eksperimen dan kemudian dirangkai dalam bentuk prototaip.
Berikut beberapa eksperimen yang menjadi referensi dalam
perancangan Tugas Akhir.
5.1.2
(a)
(b)
Gambar 5. Gelombang Ketika Pergantian Frekuensi
(a) Kecepatan
(b) Torsi
Dari
penelitian
ini,
didapat
didapat
kesimpulan
bahwa
terjadi
akumulasi
pemakaian
konverter
ini
maka
perlu
line
ke
line
yang
berikan
ke
Cycloconverter
ini.Untuk
Cycloconverter tiga phasa ini diberi beban motor induksi tiga phasa maka
dapat dilihat perubahan kecepatan dari motor induksi tiga phasa pada setiap
frekuensi yang dihasilkan.rangkaian cycloconverter 3 phasa ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
s u m b e r te g a n g a n t ig a f a s a
T e g a n g a n tig a f a s a d e n g a n f r e k ie n s i y a n g b e r m a c a m - m a c a m
6.2.2
(konduktor) dari tiga kumparan tiga fasa yang disebut kumparan stator,
yang masing-masing kumparan mendapatkan suplai arus tiga fasa, maka
pada kumparan tersebut segera timbul medan putar. Dengan adanya medan
magnet putar pada kumparan stator akan mengakibatkan rotor berputar,
hal ini terjadi karena adanya induksi magnet dengan kecepatan putar rotor
sinkron dan kecepatan putar stator.
6.2.2.2 Bagian Motor Induksi
Berikut merupakan bagian-bagian dari motor induksi :
1.
Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar dari sebuah motor. Rotor adalah
salah satu komponen motor induksi selain stator, dimana bagian ini
merupakan bagian yang bergerak. Fungsi rotor adalah menguabah gaya
dari stator menjadi energi mekanik. Terdapat dua tipe rotor dalam motor
induksi, yang ternyata tipe rotor tersebut juga menjadi dasar dalam
pengelompokan motor induksi. kedua jenis tipe tersebebut adalah :
a. Sangkar tupai (squirrel cage motor)
b. Rotor belitan (wound-rotor)
Tetapi wlaupun jenisnya berbeda, secara umum komponenkomponen yang ada di dalam rotornya tetap sama. beikut ini komponenkomponen yang ada :
a.Inti besi rotor
b.Kumparan atau batang penghantar
c.Cincin
d.Poros (shaft)
1. motor induksi tiga fasa sangkar tupai (squirrel cage motor)
Mengenai gambaran umum dari motor induksi tiga fasa sangkar
ini, kita dapat membahasnya sebagia berikut.
Stator
silindris.
Berikut
ini
contoh
lempengan
laminsi
inti,
a.Rangka
b.Inti stator
c.Kumparan gulungan
d.Pelat penutup
3.
Terminal Box
Salah
satu
bagian
yang
cukup
penting
untuk
dapat
terminal
box,
pengaturan
dilakukan. Pengaturan star atau delta mengacu pada informasi yang tertera
pada nameplate motor. Terminal box terdapat winding, jika anda sering
melihat format U1-V1-W1 dan W2-U2-V2, disinilah tempatnya.
6.2.3
Mosfet
MOSFET merupakan singkatan dari Metal Oxide Semiconductor Field
1. Untuk tipe NPN, ketika gate diberi tegangan positif elektron-elektron dari
semikonduktor N dari drain dan source tertarik oleh gate menuju semikonduktor
tipe P yang berada diantaranya. Dengan adanya elektron-elektron ini pada
semikonduktor P, maka akan menjadi suatu jembatan yang memungkinkan
pergerakan elektron-elektron dari source ke drain.
2. Untuk tipe PNP, prinsip kerjanya sama hanya saja tegangan yang diberikan pada
gate berkebalikan dengan MOSFET tipe NPN. Ketika tegangan negatif diberikan
ke gate, hole dari semikonduktor tipe P dari source dan drain tertarik ke
semikonduktor tipe N yang berada diantaranya. Dengan adanya jembatan hole ini
maka arus listrik dapat mengalir dari source ke drain.
Karena adanya lapisan oksida antara gate dan semikonduktor, maka arus
listrik tidak mengalir menuju gate. Arus listrik mengalir diantara drain dan source
yang dikendalikan oleh tegangan gate.
yang harus dibandingkan, harus dibuat nol (Vref = 0V). Sebuah gelombang input
sinus diberikan sebagai Vin. Ini ditunjukkan dalam diagram sirkuit dan input dan
output bentuk gelombang dari komparator pembalik dengan tegangan referensi
0V.
Seperti ditunjukkan dalam bentuk gelombang, untuk 0V tegangan
referensi, ketika gelombang input sinus melewati nol dan berjalan ke arah yang
positif, tegangan output Vout didorong ke saturasi negatif.Demikian pula, ketika
tegangan input melewati nol dan berjalan ke arah yang negatif, tegangan output
didorong
ke
saturasi
positif. Dioda
D1
dan
D2
juga
disebut
dioda
Gambar 14. Rangkaian Zero Crossing Detector dengan IC 741 Beserta Gelombangnya
6.2.5 Thyristor
Thyristor merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang
paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika
daya. Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar, beroperasi pada keadaan non
konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai
saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki batasan dan
karakteristik tertentu.Thyristor adalah semikonduktor daya yang tersusun dari 4
lapis P-N-P-N, seperti gambar di bawah ini.
harus lebih besar dari suatu nilai yang disebut Latching current I L, agar diperoleh
cukup banyak aliran pembawa muatan bebas yang melewati sambungansambungan ; jika tidak devais akan kembali ke kondisi blocking ketika tegangan
anode ke katode berkurang. Latching current ( IL ) adalah arus anode minimum
yang diperlukan agar membuat thyristor tetap kondisi hidup, begitu thyristor
dihidupkan dan sinyal gerbang dihilangkan. Karakteristik v-i umum dari suatu
thyristor diberikan pada gambar 1(b).
Karakteristik Thyristor dapat dilihat pada Gambar. Karaktristik tegangan versus
arus ini diperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :
1.
2.
3.
Ketika berada pada kondisi on, thyristor bertindak sebagai diode yang
tidak terkontrol. Devais ini terus berada pada kondisi on karena tidak adanya
lapisan deplesi pada sambungan J2 karena pembawa-pembawa muatan yang
bergerak bebas. Akan tetapi, jika arus maju anode berada dibawah suatu tingkatan
yang disebut holding current IH, daerah deplesi akan terbentuk disekitar J2 karena
adanya pengurangan banyak pembawa muatan bebas dan thyristor akan berada
pada keadaan blocking. Holding current terjadi pada orde miliampere dan lebih
kecil
IH>IL. Holding
current IH adalah
arus
anode
pada kondisi reverse blocking dan arus bocor reverse dikenal sebagai reverse
current IR. Thyristor akan dapat dihidupkan dengan meningkatkan tegangan maju
VAK diatas VBO, tetapi kondisi ini bersifat merusak. dalam prakteknya, tegangan
maju harus dipertahankan dibawah VBO dan thyristor dihidupkan dengan
memberikan tegangan positf antara gerbang katode. Begitu thyristor dihidupkan
dengan sinyal penggerbangan itu dan arus anodenya lebih besar dari arus holding,
thyristor akan berada pada kondisi tersambung secara positif balikan, bahkan bila
sinyal
penggerbangan
dihilangkan
Thyristor
dapat
dikategorikan
Dengan kata lain, tidak ada bagian yg konduktif antara kedua rangkaian
tersebut. Optocoupler sendiri terdiri dari 2 bagian, yaitu transmitter (pengirim)
dan
1.
receiver
(penerima)
Transmiter
Merupakan bagian yg terhubung dengan rangkaian input atau rangkaian
kontrol. Pada bagian ini terdapat sebuah LED infra merah (IR LED) yang
berfungsi untuk mengirimkan sinyal kepada receiver. Padatransmitter dibangun
dari sebuah LED infra merah. Jika dibandingkan dengan menggunakan LED
biasa, LED infra merah memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal
tampak. Cahaya yang dipancarkan oleh LED infra merah tidak terlihat oleh mata
2.
telanjang.
Receiver
Merupakan bagian yg terhubung dengan rangkaian output atau rangkaian
beban, dan berisi komponen penerima cahaya yang dipancarkan oleh transmitter.
Komponen penerima cahaya ini dapat berupa photodioda atapun phototransistor.
Pada bagian receiver dibangun dengan dasar komponen phototransistor.
Phototransistor merupakan suatu transistor yang peka terhadap tenaga cahaya.
Suatu sumber cahaya menghasilkan energi panas, begitu pula dengan spektrum
infra merah. Karena spekrum infra mempunyai efek panas yang lebih besar dari
cahaya tampak, maka phototransistor lebih peka untuk menangkap radiasi dari
sinar infra merah.
Jika dilihat dari penggunaannya, optocoupler biasa digunakan untuk
mengisolasi common rangkaian input dengan common rangkaian output.
Sehingga supply tegangan untuk masing-masing rangkaian tidak saling terbebani
dan juga untuk mencegah kerusakan pada rangkaian kontrol (rangkaian input).
Beberapa aplikasi optocoupler yang pernah saya temui diantaranya adalah :
Rangkaian driver motor DC Sebagai driver rangkaian yg dikontrol oleh
mikrokontroler sebagai driver rangkaian yg dikontrol oleh paralel port komputer
Optocoupler yg biasanya saya jumpai di toko-toko elektronik mempunyai seri
4N25,4N33 dan 4N35. Sensor Cahaya (Optocoupler) dan Piringan Sensor.
6.2.7 Harmonisa
Harmonisa adalah distorsi periodik dari gelombang sinus tegangan, arus
atau daya dengan bentuk gelombang yang frekuensinya merupakan kelipatan di
luar bilangan satu terhadap frekuensi fundamental (frekuensi 50 Hz atau 60 Hz).
Nilai frekuensi dari gelombang harmonisa yang terbentuk merupakan hasil kali
antara frekuensi fundamental dengan bilangan harmonisanya (f, 2f, 3f, dst).
Bentuk gelombang yang terdistorsi merupakan penjumlahan dari gelombang
fundamental dan gelombang harmonisa (h1, h2, dan seterusnya) pada frekuensi
kelipatannya. Semakin banyak gelombang harmonisa yang diikutsertakan pada
gelombang fundamentalnya, maka gelombang akan semakin mendekati
gelombang persegi atau gelombang akan berbentuk non sinusoidal.
Urutan fasa positif, urutan fasanya adalah R-S-T yang antar fasanya
terpisah 1200. Orde harmonisanya adalah n = 1, 7, 13, .
2.
Urutan fasa negatif, urutan fasanya adalah R-T-S yang antar fasanya
terpisah 1200. Orde harmonisanya adalah n = 5, 11, 17,
3.
Urutan nol yang mempunyai beda fasa sama dengan nol (sefasa). Orde
harmonisanya adalah n = 3, 9, 15, .
Terdapat dua jenis beban pada sistem ketenagalistirikan.Beban tersebut
terdiri dari beban linier dan beban non linier.Beban disebut linier jika nilai arus
berbanding secara linier dengan tegangan beban. Berarti bentuk gelombang arus
akan sama dengan bentuk gelombang tegangan.
Beban disebut sebagai beban non linier jika bentuk gelombang arus tidak
sama dengan bentuk gelombang tegangan (mengalami distorsi). Arus yang ditarik
beban non linier tidak sinusoidal tetapi periodic.Bentuk gelombang tidak periodic
tersebut
dapat
diuraikan
berdasarkan
komponen
fundamental
dan
pemutus arus untuk proteksi tegangan atau arus lebih. Selain itu, polaritas
harmonisa urutan nol ini menyebabkan terjadinya interferensi pada kabel saluran
telekomunikasi. Frekuensi harmonisa yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya
akan mengakibatkan penurunan efisiensi atau terjadinya kerugian daya.
VII.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis lakukan dalam membuat tugas
akhir ini adalah sebagai berikut:
7.1
Studi Pustaka
Studi pustaka ini meliputi pengumpulan informasi dari beberapa
literatur meliputi jurnal-jurnal, laporan tugas akhir dan buku puku yang
berkaitan dengan tugas akhir yang dikerjakan. Pada pelaksanaannya
literatur diperoleh melalui kunjungan perpustakaan, mengikuti seminar
Tugas Akhir, dan beberapa referensi internet.
7.2
Perancangan Prototype
Dalam perancangan prototype dibuat sebuah modul wave maker
dengan menggunakan motor induksi tiga fasa. Pada perancagan meliputi
pembuatan rangkaian kontrol, meliputi rangkaian zero crossing detector,
rangkaian penylutan mosfet, rangkaian penyulutan thyristor, dan rangkaian
keseluruhan converter ac-ac 3 fasa dan komponen lain beserta
mekanismenya.
A. Peracangan perangkat lunak (Software)
Perancangan perangkat lunak menggunakan aplikasi PSIM sebagai
acuan dalam pembuatan modul rangkaian kontrol frekuensi. Hal ini
menjadi dasar dalam pembuatan alat. Dari rangkaian PSIM dapat
dilihat gelombang keluaran yang terjadi sehingga dapat digunakan
untuk mengontrol motor melalui variasi frekuensi.
4. Perancangan Keseluruhan
5. Hipotesis
Dari rancangan wave maker diatas, diperkirakan motor induksi
bisa diatur kecepatannya untuk menghasilkan gelombang yang
beragam melalui putaran motor. Gelombang keluaran yang diharapkan
adalah gelombang sinus dengan tingkat harmonisa tidak lebih dari 3%.
Kalaupun lebih, diantisipasi dengan rangkaian filter aktif yang ada
dipasaran.
VIII.
Jadwal Penelitian
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1.
Literatur
guna
mendukung dasar
pembuatan alat.
2.
3.
4.
Pembuatan alat
Tahap Pengujian
alat
Pembuatan
proposal
7.
Seminar
9.
Sidang
10.
IX.
Revisi
dan
Wisuda
Penutup
Proposal Tugas Akhir ini di buat belum dalam format yang sebenarnya,
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chapman Stephen J, Elektric Machinery Fundamentals Fourth Edition
Mc Graw Hill Companies, New York,2005.