Anda di halaman 1dari 150

1

UNIVERSITAS DIPONEGORO

ANALISIS KESTABILAN TEGANGAN PADA SISTEM


KELISTRIKAN SUBSISTEM TANJUNGJATI

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

DEDY BRIAN ERICSON


21060112130081

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
SEMARANG

SEPTEMBER 2016

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA

: DEDY BRIAN ERICSON

NIM

: 21060112130081

Tanda Tangan

Tanggal

: 12 September 2016

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
NAMA
NIM
Jurusan/Program Studi
Judul Skripsi

:
:
:
:
:

DEDY BRIAN ERICSON


21060112130081
TEKNIK ELEKTRO/ S1
ANALISIS KESTABILAN TEGANGAN PADA
SISTEM
KELISTRIKAN
SUBSISTEM
TANJUNGJATI

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana pada
Jurusan/ Program Studi Teknik Elektro/ Teknologi Informasi, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro.

TIM PENGUJI
Pembimbing

: Yuli Christyono, S.T., M.T.

( ...................................)

Pembimbing

: Imam Santoso, S.T., M.T.

( ...................................)

Penguji 1

: Ir. Ngatelan, M.T.

( ...................................)

Penguji 2

: Sumardi, S.T., M.T.

( ...................................)

Penguji 3

: Achmad Hidayatno, S.T., M.T. ( ...................................)

Semarang,

Maret 2016

Jurusan Teknik Elektro


Ketua,

Ir. Agung Warsito, DHET


NIP 195806171987031002

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Diponegoro, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama
NIM
Jurusan/Program Studi
Departemen
Fakultas
Jenis Karya

:
:
:
:
:
:

Rizal Yunan Rifai


21060112130084
Teknik Elektro
Teknologi Informasi
Teknik
Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI RIVEST CODE 4,
RIVEST SHAMIR ADLEMAN, DAN METODE STEGANOGRAFI UNTUK
PENGAMANAN PESAN RAHASIA PADA BERKAS TEKS DIGITAL
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti/Noneksklusif ini Universitas Diponegoro berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di
Pada Tanggal

: Semarang
: 15 Februari 2016
Yang menyatakan

(Rizal Yunan Rifai)

ABSTRAK
Stabilitas tegangan merupakan bagian penting dalam operasi suatu sistem tenaga listrik.
Setiap sistem tenaga listrik diharapkan dapat mempertahankan stabilitas tegangannya untuk
menjaga ketersediaan suplai listrik secara kontinyu (availability) dengan kualitas daya yang baik
dan meminimalisasi terjadinya pemadaman listrik (black out) total atau sebagian. PT. PLN APB
JATENG dan DIY sebagai perusahaan yang memegang peranan dalam pengaturan beban Jawa
Tengah dan D.I Yogyakarta memiliki prosedur manual load shedding terkait undervoltage pada
tahun 2014. Namun untuk subsistem Tanjungjati dan Pedan tidak memiliki prosedur manual load
shedding. Sehingga pada pada tugas akhir ini menganalisis karakteristik jaringan dan
menganalisis kestabilan tegangan subsistem Tanjungjati.
Pada tugas akhir ini dilakukan simulasi gangguan kenaikan beban dan lepas generator
untuk melihat respon tegangan pada subsistem Tanjungjati masih pada batasan +5% dan -10%
(PERMEN ESDM No. 3 Tahun 2007). Dalam menganalisis tegangan, pada tugas akhir ini
menggunakan metode sensitivitas bus bar dan kurva hubungan P-V dan Q-V. Sehingga didapatkan
tingkat kestabilan dan rekomendasi yang diperlukan dalam menanggulangi kondisi undervoltage.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada kasus kenaikan beban dan pelepasan
pembangkit kemungkinan terjadinya sangat kecil mendapatkan tegangan undervoltage. Sehingga
subsistem Tanjungjati masih belum memerlukan prosedur manual load shedding terkait
undervoltage. Penggunaan governor dan AVR sangat penting dalam mencegah undervoltage.
Berdasarkan kurva P-V dan Q-V juga didapatkan bus bar Mojosongo adalah bus bar yang paling
mudah untuk undervoltage dibandingkan dengan bus bar yang lainnya. Dalam menanggulangi
terjadinya turun tegangan sangat dimungkinkan dilakukannya tapping transformator dan
pelepasan beban berdasarkan sensitivitas bus bar.
Kata kunci: pelepasan beban, kurva P-V dan Q-V, sensitivitas, stabilitas tegangan

ABSTRACT
Voltage stability is an important thing for a power system operation. Each electric power
system is expected to maintain voltage stability to keep the continuous availability of electricity
supply with good power quality and minimize the occurrence of total black out or partial black
out. PT. PLN APB JATENG and DIY as a company holding an important role for controlling the
load in Central Java and Yogyakarta has manual procedures about undervoltage load shedding in
2014. Nevertheless, Tanjungjati and PEDAN subsystem do not have a procedure manual load
shedding for undervoltage. So, This thesis analyzes the characteristics of system and analyze the
voltage stability in Tanjungjati subsystem.
In this thesis, one of the simulation is about generator outage and load increasing that
giving a data about voltage response in Tanjungjati still in the limits of + 5 % and -10 % or not
( PERMEN ESDM No. 3 of 2007 ) . For analyzing voltage , this thesis uses the bus bar sensitivity
methode and P-V and Q-V curves. So, the result is getting the level of stability and
recommendations needed for overcoming undervoltage conditions.
The result of generator outage and load increasing simulation are very small possibility
for getting under voltage condition.So, Tanjungjati subsystem doesnt need the procedure for
manual undervoltage load shedding. The using of governor and AVR response is important thing
for preventing undervoltage. Based on P-V and the Q-V curve, we got Mojosongo bus bar is the
easiest bus bar for getting undervoltage condition. For overcoming undervoltage, it is possible for
using tapping transformer and load shedding based on the sensitivity bus bar.
Keywords : load shedding, P-V and Q-V Curves, sensitivity, voltage stability

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat-Nya sehingga pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan
laporan ini dapat terselesaikan.
Tugas akhir dengan judul Evaluasi Setting Relay Proteksi Generator
dan Trafo Generator di PLTGU Tambak Lorok Blok 1 ini diajukan untuk
memenuhi syarat akhir dalam menyelesaikan pendidikan Program Strata 1 pada
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Rasa terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu selama pelaksanaan tugas akhir ini.
1. Bapak Ir. Agung Warsito DHET. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
2.
3.
4.
5.
6.

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.


Bapak Budi Setiono, S.T., M.T. selaku Koordinator Tugas Akhir.
Bapak Mochammad Facta, S.T., M.T. Ph.D. selaku Dosen Pembimbing I.
Ibu Ir. Juningtyastuti, M.T. selaku Dosen Pembimbing II.
Bapak Ir. Agung Nugroho, M.Kom. selaku Dosen Wali..
Bapak/Ibu dosen strata I Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang yang membimbing penulis hingga menyelesaikan

semua mata kuliah dan menyelesaikan tugas akhir.


7. Bapak Agus, Bapak Agung, dan para staf kelistrikan di PT. Indonesia Power
Unit Pembangkitan Tambak Lorok Blok I Semarang yang telah mengijinkan
penulis untuk pengambilan data tugas akhir.
8. Seluruh staf dan karyawan PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Tambak
Lorok Semarang yang memberi kesempatan, masukan dan motivasi kepada
penulis selama pengerjaan tugas akhir.
9. Ibu Christina Tugiyem, sosok Ibu yang telah membesarkan dan mengajarkan
tentang hidup kepada penulis, serta telah menjadi sosok penyemangat yang
selalu bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi penulis dalam keadaan
apapun.
10. Kakak-kakak, keponakan-keponakan, dan keluarga besar yang senantiasa
pengertian, dan selalu mendukung dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
11. Teman-teman Hangout Kemana Yuk yang memberi dukungan dan
mengingatkan pentingnya refreshing sehingga dapat meringankan stres
penulis dalam proses penyusunan tugas akhir.
12. Sahabat dekat yang senantiasa memberikan semangat, motivasi dan perhatian
akan masa depan selama proses sekolah hingga tugas akhir pada jenjang
kuliah ini.
7

13. Para penghuni Lab. Power 101 dan semua anak Power angkatan 2011 yang
sudah memberikan semangat satu sama lain.
14. Teman-teman Teknik Elektro angkatan 2011 dari konsentrasi lain, serta
kakak-kakak senior konsentrasi Power yang baik secara langsung maupun
tidak langsung sudah banyak membantu penulis.
15. Semua teman teman dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satupersatu yang telah membantu dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini
masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik serta saran yang bersifat
membangun akan penulis terima demi kebaikan dan kesempurnaan penyusunan
laporan dimasa yang akan datang. Semoga laporan tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1

Diagram

proses

enkripsi

Gambar 2.2

6
Skema

Mode

Operasi

ECB

Gambar 2.3

10
Skema

Mode

Operasi

CBC

Gambar 2.4

11
Model

dasar

26

dan

dekripsi

steganografi

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 4.1

Proses XOR pseudo random byte dengan plaintext pada enkripsi


.........................................................................................................
15
Proses XOR pseudo random byte dengan ciphertext pada dekripsi
.........................................................................................................
15
Data

hasil

uji

fungsionalitas

program

kriptografi

70

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Stabilitas tegangan merupakan bagian penting dalam operasi suatu sistem

tenaga listrik. Setiap sistem tenaga listrik diharapkan dapat mempertahankan

10

stabilitas tegangannya untuk menjaga ketersediaan suplai listrik secara kontinyu


(availability) dengan kualitas daya yang baik dan meminimalisasi terjadinya
pemadaman listrik (black out) total atau sebagian.
Ketidakstabilan tegangan merupakan ketidakmampuan sistem untuk
mempertahankan profil tegangan dalam batas yang diperbolehkan setelah terjadi
gangguan atau perubahan konfigurasi sistem [1]. Untuk menghindarinya, dapat
dilakukan dengan pengoperasian generator secara efektif, pengoperasian
kompensator, pengoperasian kapasitor, pengoperasian tap tranformator, ataupun
jika perlu dilakukan pelepasan beban (load shedding). Load shedding merupakan
metode kontrol preventif. Kontrol tersebut diharapkan mampu mengembalikan
keseimbangan sistem, setelah mengalami guncangan akibat gangguan.
Sistem kelistrikan Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta saat ini memiliki 3
subsistem (Tanjung Jati, Ungaran, dan Pedan). Pada bulan Desember 2015
subsistem Tanjung Jati saat ini mendapat suplai daya dari generator sebesar
3.652,59 MW dengan beban pada malam hari 966.0303 MW. Suplai energi yang
didapatkan subsistem Tanjung Jati dari pembangkit PLTA, PLTU, dan PLTGU.
Dalam menanggulangi permasalahan tegangan, PLN APB JATENG dan
DIY memiliki prosedur operasi manual load shedding terkait undervoltage pada
subsistem Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta. Namun, prosedur tersebut hanya
diberlakukan untuk subsistem Ungaran, sehingga diperlukan pengkajian terhadap
keandalan subsistem lain seperti subsistem Tanjung Jati.
Dalam melakukan pelepasan beban terdapat beberapa metode yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah metode indeks sensitivitas. Semakin kecil nilai
sensitivitas suatu bus maka sistem tersebut akan lebih stabil [1]. Sensitivitas ini
merupakan penurunan dari kurva Q-V dan P-V. Kurva Q-V dan P-V sendiri
memberikan informasi tentang wilayah operasi yang stabil pada suatu bus. Oleh
karena itu, pada tugas akhir ini sensitivitas bus dipergunakan sebagai metode
dalam menganalisis kestabilan tegangan di subsistem Tanjung Jati dengan melihat
kurva Q-V dan P-V pada setiap bus.
Dalam tugas akhir ini dengan menggunakan metode yang telah disebutkan
diatas akan menganalisa karakteristik setiap bus bar. Metode sensitivitas

dipergunakan untuk melihat bus mana saja yang paling cepat merespon perubahan
beban, sehingga bus bar ini yang nantinya akan di waspadai ketika suplai daya
cepat berubah. Kurva P-V dan kurva Q-V dipergunakan untuk melihat karakter
setiap bus bar, bus mana saja yang paling mudah mengalami ketidak stabilan.
Keseluruhan analisis yang dilakukan dalam tugas akhir ini menggunakan
perangkat

lunak

DigSilent

14.3.0

yang

fiturenya

mendukung

untuk

mempergunakan metode sensitivitas serta kurva P-V dan Q-V.


1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis karakteristik jaringan pada subsistem Tanjungjati terkait
kondisi undervoltage pada sistem kelistrikan subsistem Tanjungjati
dengan menggunakan metode sensitivitas bus.
2. Melaksanakan analisis kestabilan tegangan di subsistem Tanjungjati
menggunakan kurva P-V dan Q-V untuk mendapatkan data kestabilan
tegangan bus bar
1.3 Lingkup Masalah
Pembatasan masalah pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1) Sistem kelistrikan yang di analisa adalah subsistem Tanjungjati pada
kondisi beban malam dan siang bulan Desember tahun 2015 karena
subsistem Tanjungjati belum memiliki SOP terkait kondisi undervoltage
dan data yang didapat dari PLN terbaru adalah pada bulan Desember
2015.
2) Tidak membahas penyebab terjadinya simulasi gangguan karena data
gangguan secara lebih detail tidak didapatkan.
3) Respon yang dianalisis adalah respon tegangan karena pengujian
dilakukan untuk melihat kestabilan tegangan pada subsistem yang
belum memiliki SOP terkait undervoltage, yaitu subsistem Tanjung Jati.
4) Tidak membahas tentang koordinasi kerja rele proteksi sistem karena
keterbatasan data yang didapat dari PLN APB JATENG dan DIY.

5) Perangkat lunak yang digunakan dalam melakukan studi adalah


DigSilent Power Factory 14.1.3 karena perangkat lunak ini dapat
menganalisis sistem dalam skala besar dan dapat melakukan load flow
sensitivities.
6) Hanya membahas sistem 150 kV pada subsistem Tanjung Jati karena
keterbatasan data yang didapat dari PLN APB JATENG dan DIY.
7) Tidak membahas pengoperasian PMT atau Circuit Breaker (CB) karena
akan merubah validasi data dengan sistem yang terdapat pada DigSilent
milih PLN APB JATENG dan DIY.

1.4 Alur Pembuatan Tugas Akhir


Untuk memudahkan pemahaman, maka alur pembuatan Tugas Akhir ini
disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
1. Tahap I Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan studi literatur dengan mempelajari jurnaljurnal ilmiah luar negeri maupun dalam negeri, untuk mengetahui sejauh mana
penelitian tentang hal ini akan dikembangkan. Kemudian dilanjutkan dengan
membaca beberapa buku yang berhubungan secara langsung dengan materi
maupun metode penelitian yang akan dipakai.
2. Tahap II Pengambilan Data
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data yang dibutuhkan untuk
simulasi ini seperti data topologi jaringan subsistem Ungaran, SOP Under Voltage
Jateng dan DIY Tahun 2014. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan
mengambil file-file yang berkaitan dengan studi Tugas Akhir seizin supervisor
PLN APB Jateng dan DIY.
3. Tahap III Pengolahan Data dan Pemodelan Sistem
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dengan pembuatan simulasi
pembanding yang lebih sederhana dan dapat mewakili dari topologi jaringan yang
sudah ada dengan menggunakan software DIgSILENT Power Factory 14.1.3.
4. Tahap IV Analisis Hasil Simulasi

Pada tahap ini data yang telah didapat akan dianalisis dengan
menggunakan software DIgSILENT Power Factory 14.1.3. Pada tahap ini dilakukan
tahap analisis, dengan membuat jaringan subsistem Ungaran pada DIgSILENT Power
Factory 14.1.3. Parameter yang diisikan sesuai data lapangan yang didapat dari APB
Jateng dan DIY. Validasi software DIgSILENT Power Factory 14.1.3 dilakukan dengan
menggunakan IEEE 9 Bus pada ETAP 12.6.0. Simulasi pelepasan beban dapat dilakukan
dengan menggunakan Load Flow Calculation dan Load Flow sensitivities-Sensitivity
Analysis pada software DIgSILENT Power Factory 14.1.3.

5. Tahap V Pembuatan Laporan


Pada tahap ini akan dibuat laporan lengkap penelitian dengan menyertakan
perhitungan dan hasil simulasi serta kesimpulan dari tugas akhir ini. Kesimpulan
tersebut merupakan solusi dari permasalahan yang ada.
1.5

Sistematika Penulisan

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah yang

diambil, alur pembuatan tugas akhir, dan sistematika penulisan.


BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas secara umum tentang stabilitas sistem tenaga listrik
dimana bab ini terdiri dari penjelasan tentang konsep dasar elemen sistem tenaga,
stabilitas tegangan, mekanisme pengaturan tegangan pada sistem tenaga, faktor
faktor yang memengaruhi buruknya tegangan, mekanisme perbaikan tegangan,
dan dasar pengoperasian DigSilent Power Factory.
BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran subsistem kelistrikan Tanjungjjati,


pembebanan subsistem Tanjungjati, penyusunan skenario simulasi subsistem
Tanjungjati yang akan dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir, dan validasi
DigSilent Power Factory 14.1.3.
BAB IV

HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil simulasi yang dilakukan seperti kurva
hubungan tegangan dengan daya aktif dan reaktif pada bus bar, nilai sensitivitas,
serta analisis terhadap respon perubahan tegangan di bus bar akibat gangguan
yang dibuat pada simulasi yang dilakukan dengan menggunakan DigSilent Power
Factory 14.1.3 pada subsistem Tanjungjati.
BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil simulasi dan analisis
terhadap hasil simulasi skenario yang ada. Selain itu juga terdapat saran untuk
pengembangan lebih lanjut dari penelitian tugas akhir ini.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Elemen Sistem Tenaga


Sistem tenaga listrik secara umum adalah sistem terintegrasi yang
memastikan energi listrik sampai tujuan. Suatu sistem tenaga listrik pada
umumnya terdiri atas empat unsur, yaitu pembangkitan, transmisi, distribusi, dan
pemakaian tenaga listrik. Sehingga jika berbicara tentang sistem tenaga listrik,
maka yang meliputi di dalamnya adalah mulai dari bagaimana listrik itu
dibangkitkan, ditransmisikan hingga didistribusikan sampai ke konsumen.

Gambar 2.1 Sistem tenaga listrik [2]

Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari:


1) Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant);
Yaitu tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat
turbin sebagai penggerak mula (prime mover) dan generator yang membangkitkan
listrik. Biasanya di pusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk (GI).
Peralatan utama pada gardu induk antara lain: Transformer, yang berfungsi untuk
menaikkan tegangan generator (11,5kV) menjadi tegangan transmisi / tegangan
tinggi (150 kV) dan juga peralatan pengaman dan pengatur. Jenis pusat
pembangkit yang umum antara lain: PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air),
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas),
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
Berikut beberapa elemen yang terdapat pada pembangkit
a. Generator
Generator sinkron 3 fasa berfungsi untuk menghasilkan tegangan bolakbalik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi
mekanis diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan oleh penggerak mula

(prime mover), sedangkan energi listrik diperoleh dari proses induksi


elektromagnetik yang terjadi pada kumparan stator dan rotornya.

Konstruksi Generator Sinkron 3 Fasa

Konstruksi generator sinkron terdiri atas 2 bagian utama yaitu stator dan
rotor. Stator merupakan bagian dari generator sinkron yang diam sedangkan rotor
adalah bagian yang berputar. Konstruksi generator sinkron 3 fasa ditunjukkan
pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Konstruksi generator [3]

Berdasarkan Gambar 2.2 maka konstruksi generator dapat dijelaskan


sebagai berikut :
Stator.
Stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :
a. Rangka Stator / Stator Frame.
Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti jangkar
generator.
b. Inti Stator / Stator Core.
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik
khusus yang terpasang ke rangka stator.
8

c. Alur (slot) dan Gigi.


Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator.
d. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar) .
Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini
merupakan tempat timbulnya ggl induksi.
Rotor.
Rotor terdiri dari tiga komponen utama yaitu :
a. Slip Ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi

dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip ring
ini kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush) yang
letaknya menempel pada slip ring.
b. Kumparan Rotor (kumparan medan)
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama
dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari
sumber eksitasi.
c. Poros Rotor
Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan.

Jenis-Jensi Generator Sinkron

Konstruksi rotor generator sinkron dapat berupa salient pole (kutub


menonjol) dan non salient pole (kutub silinder).[3]
a. Kutub Menonjol (Salient Pole)

Gambar 2.3. Rotor generator sinkron jenis salient pole [3]

Gambar 2.3 merupakan bentuk rotor kutub menonjol / salient pole. Pada
jenis rotor ini, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor seperti yang
ditunjukkan Gambar 2.3 diatas. Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada
generator sinkron dengan kecepatan putar rendah dan sedang (120-400 rpm).
b. Kutub Silinder (Non Salient Pole)

Gambar 2.4. Rotor generator sinkron jenis non salient pole [3]

Gambar 2.4 merupakan bentuk rotor kutub silinder / non salient pole. Pada
jenis rotor ini, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.3 diatas. Rotor silinder umumnya digunakan pada
generator sinkron dengan kecepatan putar tinggi yaitu 1500 atau 3000 rpm seperti
yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga uap.

Pemodelan Generator

Stator merupakan group belitan jangkar yang terbuat dari tembaga.


Belitan-belitan ini diletakkan pada alur-alur (slot), dimana suatu belitan konduktor
10

akan mengandung tahanan (R) dan induktansi (L), maka stator akan mengandung
tahanan stator (Ra) dan induktansi sendiri (Lf). Akibat adanya pengaruh reaktansi
reaksi jangkar Xa dan reaktansi bocor jangkar X maka rangkaian ekivalen suatu
generator sinkron dapat dibuat seperti Gambar 2.5:

Gambar 2.5 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron

Dengan melihat gambar diatas dapat ditulis persamaan tegangan generator


sinkron sebagai berikut :
Ea=V t + jX a I a + jXI a+ R a I a

(2.1)

Dan persamaan terminal generator sinkron dapat ditulis


V t =Ea jX a I a jXI aRa I a

(2.2)

Dengan menyatakan reaktansi reaksi jangkar dan reaktansi fluks bocor


sebagai reaktansi sinkron, atau Xs = Xa + X maka persamaan menjadi
V t =Ea jX s I aR a I a Volt

(2.3)

Dimana :
Vf = Tegangan Eksitas (Volt);
Rf = Tahanan Belitan Medan (Ohm);
Lf = Induktansi Belitan Medan (Henry);
Radj = Tahanan Variabel (Ohm);
Ea = Ggl yang dibangkitkan Generator Sinkron (Volt);
Vt = Tegangan Terminal Generator Sinkron (Volt);
Xa = Reaktansi Armatur (Ohm);
X = Reaktansi Bocor (Ohm);

11

Xs =Reaktansi Sinkron (Ohm);


Ia = Arus Jangkar (Ampere).

Gambar 2.6 Rangkaian Penyederhanaan Generator Sinkron

Karena tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron adalah


tegangan bolak-balik tiga fasa maka gambar yang menunjukkan hubungan
tegangan induksi perfasa dengan tegangan terminal generator akan ditunjukkan
pada Gambar 2.7 :

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Fasa

Sementara itu, rangkaian ekivalen generator sinkron tiga fasa untuk tiap
jenis hubungan ditunjukkan oleh Gambar 2.8 :

12

Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Belitan Stato Tiga Fasa Generator Sinkron
(a) Hubungan Y (b) Hubungan

Generator dalam sistem pambangkitan terhubung dengan sebuah sistem


sendiri yang terdiri dari Automatic Voltage Regulator (AVR) dan governor.
Berikkut penjelasan mengenai AVR dan governor : [4]

Governor
Governor adalah pengendali utama yang cepat bereaksi. Governor
bertugas mengatasi dinamika beban suatu pembangkit. Prinsip kerja governor
yaitu pengaturan frekuensi sistem, harus dilakukan dengan melakukan pengaturan
penyediaan daya aktif dalam sistem. Pengaturan penyediaan daya aktif dilakukan
dengan pengaturan besarnya kopel mekanis yang diperlukan untuk memutar
generator, hal ini berarti pengaturan pemberian uap pada turbin uap atau
pengaturan pemberian bahan bakar pada turbin gas dan mesin diesel dan
pengaturan banyaknya air yang masuk turbin air pada PLTA (Pembangkit Listrik
Tenaga Air). Gambar prinsip kerja governor pada Gambar 2.9.

13

Gambar 2.9 Prinsip Kerja Governor

Prinsip kerja dari governor yaitu governor memiliki setting point yaitu
putaran governor ditentukan berdasarkan kebutuhan daya listrik sistem pada saat
itu. Governor akan menyesuaikan nilai output daya mekanik turbin supaya sesuai
dengan daya listrik dan frekwensi yang dibutuhkan oleh sistem pada saat
terjadinya penambahan beban atau gangguan pada sistem. Governor akan
menentukan setting point yang baru sesuai dengan actual beban sehingga dengan
pengaturan putaran ini diharapkan frekuensi listrik generator tetap berada didalam
acceptable range dan generator tidak mengalami out of synchronization. Bolabola berputar pada pegas akan menguncup (gaya sentralfugal berkurang) apabila
terjadinya penurunan frekuensi yang menyebabkan titik A dan titik B turun.
Turunnya titik B menyebabkan torak pengarah menekanan minyak memberikan
menekanan menggerakan katup utama terangkat keatas untuk memberi tambahan
uap bermenekanan ke turbin.
AVR (Auto Voltage Regulator)
AVR (Autimatic Voltage Regulator) adalah sebuah divais pengatur
tegangan yang digunakan pada generator sinkron untuk menyetabilkan tegangan
keluaran yang dihasilkan. Prinsip kerja yang digunakan pada sisitem penyetabilan
tegangan ini adalah dengan mengatur tegangan keluaran DC dari exiter untuk
kemudian diinjeksikan ke lilitan medan generator atau biasa disebut dengan
eksitasi atau penguatan.
14

Gambar 2.10 Prinsip Kerja AVR

Ketika generator tersambung beban listrik, maka arus listrik akan mengalir
didalam lilitan stator dan besarnya sesuai dengan beban litrik yang tersambung.
Dengan adanya arus yang mengalir dalam lilitan dengan inti besi, maka timbul
garis garis gaya magnet didalam permukaan stator. Garis garis gaya magnet ini
mempunyai sifat yang berlawanan dengan garis garis gaya magnetik yang
ditimbulkan oleh kutub kutub rotor yang berputar. Dengan perlawanan ini gaya
magnetik dari rotor berkurang, sehingga tegangan yang ditimbulkan oleh lilitan
stator berkurang. Kecenderungan tegangan yang akan turun dideteksi oleh input
sensing dari AVR dan diperbandingkan dengan referensi tegangan yang sudah
diset. Dengan tegangan yang turun maka perbandingannya lebih kecil dari
referensi tegangan sehingga AVR secepat mungkin memberikan tambahan arus
dengan menaikkan tegangan exciter. Kenaikan arus pada stator exciter
berpengaruh terhadap tegangan yang dihasilkan exciter rotor dan berpengaruh
pula terhadap arus yang menuju main rotor, hingga medan magnet yang
dihasilkan juga bertambah. Penambahan garis garis gaya magnet setara dengan
perlawanan garis garis gaya yang ditimbulkan arus lilitan stator. Dengan demikian
tegangan yang terbangkit akan tetap besarnya.
Begitu pula sebaliknya, bila ada penguranganan beban, perlawanan gaya
magnet menjadi semakin kecil dan dengan hal ini kecenderungan tegangan akan
naik karena garis garis gaya pada rotor utama berlebih. Kecenderungan kenaikan
15

tegangan ini dideteksi oleh input sensing dari AVR dan diperbandingkan dengan
referensi tegangan yang sudah diset. Dengan tegangan yang naik maka
perbandingan tegangan menjadi lebih besar dari tegangan reference, sehingga
sesegera mungkin AVR mengurangi arus di lilitan exciter stator dengan
menurunkan tegangan exsitasi. Hal ini akan mengurangi arus pada lilitan main
rotor, hingga medan gaya magnetnya turun sebesar perlawanan yang turun.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa AVR akan dapat mengatur secara
otomatis kenaikan dan penurunan arus exsitasi sehingga tegangan yang dihasilkan
akan tetap dengan berbagai level beban.
b. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain melalui gandengan magnet dan berdasarkan induksi-elektromagnet[5].
Gambar 2.11 adalah rangkaian ekuivalen untuk transformator :

Gambar 2.11 Rangkaian Ekivalen Transformator

Dari rangkaian di atas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis


pada Gambar 2.12.

16

Gambar 2.12 Diagram Vektor Rangkaian Ekivalen Transformator

Dari model rangkaian di atas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan


vektor :
V 1=E1 +I 1 R1 +I 1 X 1

(2.4)

E2=V 2 + I 1 R1 + I 2 X 2

(2.5)

E1 N1
= =a atau E1=aE 2
E2 N2

Jika

Sehingga:
E1=a(I 2 Z L + I 2 R 2+ I 2 X 2)

Karena

(2.6)

I '2 N 2 1
= = atau I 2=aI ' 2
I2 N 1 a

Maka:
E1=a2 I ' 2 Z L +a2 I ' 2 R2 +a2 I ' 2 X 2
V 1=a 2 I '2 Z L +a 2 I '2 R2 +a2 I ' 2 X 2+ I 1 R1+ I 1 X 1

(2.7)
(2.8)

Persamaan terakhir mengandung pengertian, apabila parameter rangkaian


sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer harganya perlu dikalikan
dengan faktor a2.
Sekarang model rangkaian menjadi seperti pada Gambar 2.13 :

Gambar 2.13 Penyederhanaan Rangkaian Ekuivalen Transformator

17

Parameter yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekuivalen) Rc,


Xm, Rek, dan Xek, dapat ditentukan besarnya dengan pengukuran beban nol dan
pengukuran hubung singkat.
Rugi dan efisiensi pada transformator :
1.

Rugi Tembaga (Pcu)

Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga, Pcu =
I2R. Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak tetap tergantung
pada beban.
2.

Rugi Besi

Rugi besi terdiri dari rugi histerisis dan rugi arus eddy. Rugi histerisis yaitu
rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti besi. Rugi arus eddy yaitu rugi
yang disebabkan arus pusar pada besi inti.
Ph = Kh F Bmaks watt
Pe = Ke2f2
Rugi Besi (rugi inti) Pi = Ph+Pe
3.

Efisiensi

Efisiensi merupakan presentasi daya keluar dibanding dengan daya masuk.


Persamaannya sebagai berikut :
=

Daya Keluar
Daya Keluar
Rugi
=
=1
Daya Masuk Daya Keluar + Rugi
Daya Masuk

Berikut adalah hubungan lilitan transformator tiga fasa:


-Hubungan Delta
Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan
secara delta, yaitu VAB, VBC, VCA, masing-masing berbeda fasa 120 derajat.
VAB + VBC + VCA = 0

(2.9)

-Hubungan Bintang
Arus transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara
bintang yaitu IA, IB, dan IC masing-masing berbeda fasa 120 derajat.

18

IN = IA + IB + IC = 0

(2.10)

-Hubungan Zig-Zag
Masing-masig lilitan tiga fasa pada sisi tegangan rendah dibagi menjadi
dua bagian dan masing-masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.
c. Rel (Bus Bar) [6]
Semua generator dalam pusat listrik menyalurkan energinya ke rel pusat
listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim
energi dihubungkan ke rel ini. Berikut jenis-jenis bus bar :
1. Rel Tunggal
Ini adalah susunan rel yang paling sederhana dan paling murah. Keandalan
serta fleksibilitas operasinya sangat terbatas. Apabila ada kerusakan rel, maka
seluruh pusat listrik harus dipadamkan untuk dapat melakukan perbaikan. Oleh
sebab itu, rel tunggal sebaiknya hanya digunakan pada pusat listrik yang tidak
begitu penting peranannya dalam sistem.

Gambar 2.14 Bus Bar Tunggal

2. Rel Ganda dengan Satu PMT

19

PMT pada rel ini disebut PMT kopel. Dengan rel ganda, sebagian instalasi
dapat dihubungkan ke rel 1 dn sebagian lagi ke rel 2. Kedua rel tersebut dapat
dihubungkan parallel atau terpisah dengan cara menutup atau membuka PMT
kopel.

Gambar 2.15 Bus Bar Ganda 1 PMT

3. Rel Ganda dengan Dua PMT


Rel ganda dengan dua PMT ini sama seperti rel ganda dengan satu PMT,
hanya saja di sini semua unsur dapat dihubungkan ke rel 1 atau rel 2 atau duaduanya melalui PMT sehingga fleksibilitas manuver menjadi lebih baik.
Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2 dapat dilakukan tanpa pemadaman, tidak
seperti rel ganda dengan satu PMT.

20

Gambar 2.16 Bus Bar Ganda 2 PMT

4. Rel dengan PMT 1,5


Pada dasarnya rel dengan PMT 1,5 adalah rel ganda dengan 3 buah PMT
diantara dua rel tersebut. Dibandingkan dengan rel-rel pada butir 1,2, dan 3 diatas,
rel dengan PMT 1,5 ini mempunyai keandalan paling tinggi.

Gambar 2.17 Bus PMT 1,5

2) Saluran Transmisi (Transmission Line);


21

Letak pusat tenaga listrik seringnya jauh dari pusat-pusat pemakaian


tenaga listrik, seperti kota dan pusat industri. Sehingga energi listrik yang
dibangkitkan di pusat tenaga listrik harus ditransmisikan melalu jarak-jarak yang
jauh ke pusat-pusat pemakaian tenaga listrik.
Saluran trasmisi dibagi menjadi 3 macam menurut panjangnya, yaitu:
a. Saluran transmisi pendek (short line), adalah saluran transmisi yang
panjangnya kurang dari 80 km (50 mil).
b. Saluran transmisi menengah (medium line), adalah transmisi yang
panjangnya antara 80 km dan 240 km (50-150 mil).
c. Saluran transmisi panjang (long time), adalah saluran transmisi yang
panjangnya lebih dari 240 km (lebih dari 150 mil)
Saluran transmisi merupakan kawat-kawat yang di pasang pada menara
atau tiang dan bisa juga melalui kabel yang di pendam di bawah permukaan tanah.
Saluran transmisi berfungsi menyalurkan energi listrik dari pusat pembangkit ke
gardu induk penurun tegangan yang memiliki transformer penurun tegangan dari
tegangan transmisi ke tegangan distribusi. Saluran transmisi ini mempunyai
tegangan yang tinggi agar dapat meminimalkan rugi-rugi daya (power losses)
disaluran.
Berdasarkan SPLN 1 tahun 1995, klasifikasi tegangan pada saluran
transmisi yang digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut

Tegangan Tinggi, level tegangan sistem di atas 35.000 Volt sampai

245.000 Volt, biasa digunakan di saluran transmisi.


Tegangan Ekstra Tinggi, level tegangan sistem di atas 245000 Volt,
digunakan juga di sistem transmisi. Nilai-nilai tegangan di atas
merupakan level tegangan yang biasa digunakan di sistem tenaga
listrik Indonesia.
Dalam pelayanannya terhadap masyarakat PLN mememiliki standar

tegangan pelayanan. Standar tersebut mengacu pada Peraturan Mentri ESDM No.
03 tahun 2007 yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Batas Tegangan pada Kondisi Normal
Tegangan
Nominal (kV)

Kondisi
Normal

Tegangan
Maksimal (kV)

22

Tegangan
Minimal (kV)

500
150
70

+5%, -5%
+5%, -10%
+5%, -10%

525
157,5
73,5

475
135
63

20

+5%, -10%

21

18

Berdasarkan buku transmisi daya listrik karangan Hutauruk, Jenis kawat


penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga dengan
konduktivitas 97,5% (CU 97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 61% (Al
61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis lambing sebagai
berikut :
AAC

: All-Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang

seluruhnya terbuat dari aluminium.


AAAC

: All-Aluminium - Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar

yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.


ACSR

: Aluminium Conductor, Steel Reinforced, yaitu kawat

penghantar aluminium berkawat baja.


ACAR

Aluminium

Conductor, Alloy-Reinforced,

yaitu

kawat

penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

3) Sistem Distribusi;
Sistem distribusi merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari: Pusat
Pengatur Distribusi, Saluran tegangan menengah (6 kV dan 20 kV, biasa juga
disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel
tanah, Gardu Distribusi (GD) tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel
pengatur tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-panel distribusi
tegangan rendah (380 V, 220 V) yang menghasilkan tegangan kerja/tegangan jalajala untuk industri dan konsumen perumahan.
Sementara berdasarkan SPLN 1 tahun 1995, klasifikasi tegangan yang
digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut:

23

Tegangan Rendah, level tegangan s i s t e m antara 100 Volt sampai


dengan 1.000 Volt, level tegangan ini biasa digunakan di konsumen-

konsumen, ada yang 220 ataupun 110 V


Tegangan Menengah, level tegangan sistem antara 1.000 Volt sampai
dengan 35.000 Volt, level tegangan ini biasa digunakan di sistem
distribusi, dengan nilai nominal 20000 V

2.2 Stabilitas Tegangan


Stabilitas sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai properti dari sistem
tenaga yang memungkinkan untuk tetap berada dalam keadaan seimbang dalam
kondisi operasi dibawah normal dan dapat kembali mencapai keadaan yang
seimbang lagi setelah mengalami gangguan [7].
Masalah ketidakstabilan dapat muncul dalam bentuk yang berbeda dan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk mempermudah analisis stabilitas,
identifikasi faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan, maka diperlukan
klasifikasi stabilitas. Menurut IEEE definition and classification of power system
stability, kestabilan sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kestabilan sudut rotor, kestabilan frekuensi, dan kestabilan tegangan [8].
Salah satu faktor pada kestabilan sistem tenaga adalah stabilitas tegangan.
Stabilitas tegangan ialah kemampuan sistem tenaga untuk menjaga nilai tegangan
pada batas operasi yang ditentukan di semua bus pada sistem tenaga, saat sistem
berada pada kondisi normal dan tidak normal akibat terjadi gangguan [1]. Sistem
mengalami kondisi tidak stabil ketika terjadi gangguan, perubahan beban, dan
perubahan kondisi pada sistem.
Kondisi tidak stabilnya tegangan dapat terjadi dalam selang waktu
beberapa detik hingga beberapa menit. Gambar 2.18 menunjukkan bahwa
sejumlah komponen dan kendali sistem tenaga listrik memainkan peran dalam
stabilitas tegangan. Karakteristik sistem dan gangguan akan menentukan
fenomena yang penting bagi suatu sistem tenaga listrik.

24

Gambar 2.18 Klasifikasi Stabilitas Tegangan [9]

Berdasarkan Gambar 2.18, rentang waktu terjadinya stabilitas tegangan


dibagi menjadi stabilitas tegangan transien (transient voltage stability) dan
stabilitas tegangan jangka panjang (longer-term stability)[9] .
Gambar 3 menggambarkan sistem tenaga yang sederhana yang terdiri dari
dua terminal (bus). Sistem tersebut terdiri dari tegangan sumber (E s), impedansi
(ZLN), dan impedansi beban (ZLD). Ini merepresentasikan sistem radial di sistem
tenaga yang menyalurkan daya dari pembangkit ke sisi beban melalui suatu
penghantar.

25

Gambar 2.19 Representasi Sistem Tenaga Listrik Radial [1]

Arus (I) yang mengalir dalam sistem dirumuskan dengan persamaan


~
~I = ES
~ ~
Z ln + Z LD
(2.11)
Dengan menyatakan bahwa
~
~
Z ln=Z ln dan Z LD =Z LD
Maka Magnitude arus dinyatakan dengan
I=

ES

( Z

ln

cos +Z LD cos ) + ( Z ln sin +Z LD sin )

(2.12)
atau
I=

1 ES
F Z ln

(2.13)

Dimana,
Z LD 2
Z
F=1+
+ 2 LD cos ( )
Z ln
Z ln

( ) ( )

Magnitudo tegangan sisi penerima adalah


V R =Z LD I
V R=

1 Z LD
E
F Z ln S

(2.14)
Daya yang di suplai ke beban adalah
PR =V R I cos
2

Z
E
PR = LD S cos
F Z ln

( )

(2.15)

26

2.2.1 Analisis Statis


Analisis statis (pada keadaan tunak) biasanya digunakan pada masalah
ketidakstabilan tegangan yang disebabkan oleh gangguan-gangguan kecil, seperti
kenaikan beban. Metode studi utama yang digunakan untuk analisis statis adalah
simulasi aliran daya. Metode ini terbagi menjadi dua, yakni: kurva P-V dan kurva
Q-V. Kedua metode tersebut dapat menentukan batas pembebanan pada keadaan
tunak yang terkait dengan stabilitas tegangan. Dengan mengetahui kurva P-V
maka kurva Q-V dapat dibuat dengan mengubah nilai P menjadi nilai Q dengan
faktor daya tertentu, begitu juga sebaliknya.
Hubungan daya dan tegangan menunjukkan karakteristik operasi dari
sistem / saluran transmisi. Hubungan ini menunjukkan perubahan yang terjadi
pada tegangan penerima karena perubahan pada besar daya yang ditrasnmisikan

Gambar 2.20 Saluran Transmisi Terhubung ke Beban

Pada gambar diatas diperlihatkan saluran trasnmisi dengan nilai X


reaktansi saluran. R, Vs, dan Vr merupakan tegangan pada sisi pengirim dan
penerima. Daya nyata pada Pr sisi penerima adalah
Pr=

V sV r
sin
X

(2.16)

Dengan adalah sudut phase Vs dan Vr.


dPr V r
V V
d
= sin + s r cos
dV s X
X
dV s
(2.17)

27

Rugi-rugi transmisi diabaikan, maka Ps = Pr. Jika pembangkitan daya


nyata konstan, maka :
d tan
=
dV s
dV s
(2.18)
Pada titik transfer daya maksimum =900, maka
d

dV s
(2.19)
Persamaan diatas mengidentifikasikan titik kritis pada hubungan kurva
terhadap Vs. Analisis tersebut diasumsikan tegangan akhir sisi penerima Vr
konstan. Jika tegangan akhir sisi pengirim diasumsikan konstan, maka :
d tan
=
dV r
dV r
(2.20)
Hubungan daya reaktif sisi pengirim dan penerima :
dQ r 1 V s
=
2V r
dV r X cos

(2.21)
Hubungan daya dan tegangan digambarkan dalam bentuk kurva P-V dan
Q-V saluran transmisi.
a. Kurva P-V
Kurva P-V digunakan untuk analisis konseptual stabilitas tegangan dan
studi sistem radial. Metode ini juga digunakan pada jaringan melingkar (ring)
dimana P adalah total beban pada sebuah area dan V adalah tegangan pada bus
yang kritis atau representatif. P dapat juga berupa daya yang dikirim melalui
saluran transmisi. Tegangan pada beberapa bus dapat digambar. Kelebihan kurva
P-V lainnya adalah dapat digunakan untuk analisis karakteristik beban sebagai
fungsi dari tegangan. Sebagai contoh sebuah beban resistif murni dapat

28

digambarkan dengan persamaan Pload = V2/R. Sedangkan untuk beban dengan daya
konstan (tidak bergantung pada tegangan), kurva P-V berupa garis lurus vertikal.
Di sisi lain, penggunaan kurva P-V juga memiliki kelemahan, yakni simulasi
aliran daya akan divergen mendekati puncak atau titik daya maksimum kurva. Hal
ini menyebabkan setengah bagian kurva tidak dapat digambarkan.

Gambar 2.21 Kurva Karakteristik Daya-Tegangan [9]

b. Kurva Q-V
Untuk sistem tenaga listrik yang besar, kurva Q-V didapatkan dengan
beberapa kali simulasi aliran daya. Kurva V-Q menggambarkan tegangan pada bus
yang diuji atau bus yang kritis terhadap daya reaktif pada bus yang sama. Kurva
Q-V dibuat dengan menentukan beberapa nilai daya reaktif pada bus dan
disimulasikan untuk melihat nilai tegangan bus untuk setiap nilai Q yang berbeda.
Keadaan operasi normal dianggap sebagai titik daya reaktif nol.

29

Gambar 2.22 Kurva Karakteristik Tegangan-Daya Reaktif [9]

2.2.2

Analisis Dinamik

Analisis dinamik biasanya dilakukan dengan memberikan gangguangangguan besar pada sistem, termasuk lepasnya generator dan gangguan tiga fasa
pada saluran transmisi. Analisis stabilitas tegangan gangguan besar pada sistem
dapat dilakukan dengan menngunakan simulasi domain waktu [1]. Sistem yang
diuji adalah sistem yang beroperasi pada keadaan normal dengan beberapa
gangguan besar untuk analisis beberapa aspek terkait dengan stabilitas tegangan,
termasuk tegangan bus generator, arus eksitasi, serta daya reaktif yang dihasilkan
generator.
2.3 Mekanisme Pengaturan Tegangan pada Sistem Tenaga
Pengaturan tegangan merupakan pemulihan/penormalan tegangan sistem
yang diakibatkan oleh ketidakstabilan tegangan yang berupa penurunan tegangan
(under voltage) sistem hingga melewati batas toleransi tegangan normalnya yaitu
+5% dan -10% dari tegangan nominalnya dalam hal ini tegangan tinggi 150 kV
dan 70 kV. Pemulihan/penormalan sistem dilakukan dengan cara melepaskan
beban. Dengan mempertimbangkan lokasi pelepasan beban yang tepat, maka

30

jumlah daya aktif beban (beban yang dipadamkan) diharapkan sekecil mungkin.
Berikut hubungan tegangan dengan daya reaktif.
2.3.1 Hubungan Tegangan dengan Daya Reaktif
Daya Reaktif sangat mempengaruhi tegangan pada sistem tenaga listrik.
Dalam saluran transmisi, aliran daya reaktif pada saluran tersebut sangat
mempengaruhi kondisi tingkat tegangan pada sisi penerima. Semakin besar
kebutuhan daya reaktif pada beban, semakin besar pula terjadinya penurunan
tegangan sistem tenaga listrik. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil kebutuhan
daya reaktif pada beban, maka semakin kecil pula penurunan tegangan sistem
tenaga listrik. Daya reaktif adalah suatu besaran yang menunjukkan adanya
fluktuasi daya di saluran transmisi akibat digunakannya peralatan listrik yang
bersifat induktif (misalnya motor listrik, trafo, dan las listrik). Hubungan antara
penurunan tegangan dan daya reaktif dapat ditunjukkan pada persamaan berikut.
V = EV =

XQ
V

(2.22)
Dimana,jika penurunan tegangan bernilai besar, maka dapat disimpulkan
adanya penyaluran daya reaktif yang cukup besar ke beban. Untuk lebih jelas
mengenai hubungan antara tegangan dan daya reaktif pada beban akan dibahas
pada pembahasan selanjutnya. Hubungan tegangan dan daya reaktif dapat
dijadikan suatu faktor untuk perbaikan tegangan sistem tenaga listrik.
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi masalah stabilitas
tegangan [10], antara lain:
a. Pembangkit yang harus beroperasi.
Mengoperasikan generator cadangan (back up supply) untuk menyediakan
dukungan tegangan selama keadaan darurat atau ketika saluran baru atau
transformator terlambat beroperasi.
b. Kapasitor Seri
Penggunaan kapasitor seri bertujuan untuk seolah-olah memperpendek
saluran listrik yang panjang yang berarti mengurangi rugi daya reaktif. Selain itu,

31

saluran listrik tersebut dapat mengirim daya reaktif yang lebih banyak menuju
daerah yang kekurangan suplai daya reaktif.
c. Kapasitor Paralel
Walaupun penggunaan kapasitor paralel yang banyak dapat menjadi
bagian dari masalah stabilitas tegangan, terkadang kapasitor tambahan juga dapat
menyelesaikan masalah dengan menggantikan fungsi cadangan daya reaktif
berputar pada generator. Pada umumnya, hampir seluruh kebutuhan daya reaktif
disuplai secara lokal, sedangkan generator hanya menyuplai daya aktif.
d. Kompensator Statis (SVC dan STATCOM)
Kompensator statis, pasangan kondenser sinkron berdasarkan elektronika
daya, efektif dalam mengendalikan tegangan dan mencegah voltage collapse,
tetapi memiliki banyak keterbatasan yang harus diketahui. Voltage collapse yang
terjadi pada sistem bergantung pada kompensator statis ketika sebuah gangguan
yang melebihi kriteria perencanaan menyebabkan kompensator mencapai
batasnya.
e. Operasi pada Tegangan yang Lebih Tinggi
Operasi pada tegangan yang lebih tinggi tidak meningkatkan cadangan
daya reaktif, tetapi menurunkan permintaan daya reaktif. Sehingga dapat
mempertahankan generator jauh dari batas daya reaktifnya dan hal tersebut
membantu operator untuk menjaga kendali tegangan. Perbandingan dari kurva QV
pada sisi penerima untuk dua sisi pengirim menunjukkan nilai tegangan yang
lebih besar.
f. Pelepasan Beban Undervoltage
Sedikit pengurangan beban, walaupun sebesar 5% hingga 10% dapat
membuat perbedaan yang signifikan antara collapse atau bertahan. Saat ini,
pelepasan beban manual digunakan untuk tujuan ini (beberapa utility
menggunakan pengurangan tegangan distribusi melalui SCADA) walaupun
mungkin kurang efektif karena terlalu lambat jika terdapat kekurangan daya
reaktif yang cukup besar. Undervoltage rele invers time jarang digunakan tetapi
dapat menjadi sangat efektif. Pada sebuah jaringan radial, pelepasan beban
didasarkan pada tegangan sisi primer. Pada masalah stabilitas keadaan tunak,
pelepasan beban pada sisi penerima akan lebih efektif walaupun mungkin
tegangan paling rendah berada di dekat pusat beban.

32

g. Faktor Daya Generator yang Lebih Rendah


Ketika pembangkitan baru cukup dekat dengan daerah yang mungkin
membutuhkan cadangan daya reaktif yang besar, faktor daya geneartor sebesar 0,8
atau 0,85 terkadang mungkin lebih sesuai. Akan tetapi, kapasitor dengan sebuah
faktor daya generator yang tinggi dimana generator tersebut memiliki kemampuan
beban lebih daya reaktif akan lebih fleksibel dan ekonomis.
h. Menggunakan Kemampuan Beban Lebih Daya Reaktif Generator
Generator harus digunakan seefektif mungkin. Kemampuan beban lebih
dari generator dan eksiter dapat digunakan untuk menunda voltage collapse
hingga operator dapat mengubah pengiriman atau membatasi beban ketika terjadi
beban lebih (overload). Akan lebih baik jika kemampuan beban lebih didefiniskan
lebih lanjut, operator dilatih untuk menggunakannya, dan divais proteksi diatur
agar tidak mencegah penggunaanya.
2.3.2 Metode Aliran Daya
Analisis aliran daya digunakan dalam tugas akhir untuk mendapatkan
data-data tegangan, daya aktif, dan daya reaktif. Metode aliran daya yang
digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah metode Newton Raphson. Hal
ini dikarenakan metode Newton Raphson telah diadopsi dalam perangkat lunak
komersial seperti DigSilent Power Factory dan ETAP (Electric Transient and
Analysis Program).
Perhitungan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson
1. Membentuk matrik admitansi Yrel sistem
2. Menentukan nilai awal V(0), (0), Pspec, Qspec
3. Menghitung daya aktif dan daya reaktif
4. Menghitung nilai P dan Q
5. Membuat matrik Jacobian
6. Menghitung nilai (k+1) dan |V(k+1)|
7. Mencari nilai P dan Q. Perhitungan akan konvergensi jika nilai
P dan Q10-4
8. Jika sudah konvergensi maka perhitungan selesai, jika belum
konvergensi maka perhitungan dilanjutkan untuk iterasi berikutnya.
Berikut adalah langkah langkah perhitungan aliran daya metode Newton
Raphosn :

33

Persamaan umum dari arus yang menuju arus adalah


n

I i = Y ij V j
j=1

(2.23)
Persamaan diatas bila ditulis dalam bentuk polar adalah
n

I i = Y ij |V j| ij + j

(2.24)

j=1

Daya kompleks pada bus i adalah


PiJQ i=V iI i

(2.25)

Sehingga dengan mensubstitusikan persamaan diatas didapatkan


n

PiJQi=V i i Y ij |V j|ij + j
j=1

(2.26)

Pisahkan bagian ril dan imajiner


n

Pi= |V i||V j||Y ij| cos(ij i + j )


j=1

(2.27)

Q i= |V i||V j||Y ij|sin (ij i + j)


j=1

(2.28)

Nilai-nilai P dan Q dapat diterapkan untuk semua bus kecuali slack bus
dan memperkirakan besar dan sudut tegangan pada setiap bus kecuali slack bus
yang mana besar dan sudut tegangan telah ditentukan. Nilai perkiraan ini akan
digunakan untuk menghitung nilai P dan Q dengan menggunakan persamaan
diatas, sehingga didapatkan
P=P

spec

calc

(2.29)

Q=Q spec Qcalc

(2.30)

34

Pada slack bus nilai magnitude tegangan (V) dan sudut () adalah tetap,
sehingga tidak dilakukan perhitungan pada setiap iterasinya. Sedangkan pada
generator bus, daya aktif (P) dan magnitude tegangan (V) bernilai tetap. Sehingga
hanya daya reakti yang dihitung pada setiap iterasinya. Matrik Jacobian terdiri
dari turunan parsial P dan Q terhadap masing-masng variable dalam persamaan di
atas. Dapat dituliskan sebagai berikut

V
P = J 1 J2
Q
J 3 J4

[ ][

(2.31)

Submatrik J1, J2 , J3, dan J4 menunjukkan turunan parsial dari persamaan


di atas terhadap dan V yang bersesuaian, dan secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
Nilai untuk elemen J1 adalah :
Pi n
= |V ||V ||Y | sin(ij i + j)
i j 1 i j ij

(2.32)

Pi
=|V i||V j||Y ij|sin( ij i + j ) J1
j

(2.33)

Nilai untuk elemen J2 adalah


V i=2|V i||Y ii|cos ii + |V j||Y ij|cos (ij i + j )
j 1

(2.34)

Pi

V j=|V j||Y ij|cos (ij i + j )


Pi
J1

(2.35)
Nilai untuk elemen J3 adalah
Qi
=|V ||V ||Y | cos( ij i + j )
i j 1 i j ij

35

(2.36)

Qi
=|V i||V j||Y ij|cos (ij i+ j)
i
(2.37)
Nilai untuk elemen J4 adalah
V i=2|V i||Y ii|sin ii + |V j||Y ij|sin(ij i + j )
j 1

(2.38)

Qi

V i=|V i||Y ij|sin( ij i + j )


Qi
J1

(2.39)

Setelah seluruh persamaan diselesaikan, maka nilai koreksi magnitude dan


sudut tegangan ditambahkan ke nilai sebelumnya.
i(k+1) = ik + i k

(2.40)

|V i(k +1)|=|V ik|+|V i k|

(2.41)

2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Buruknya Tegangan


Terdapat sejumlah insiden runtuh tegangan di seluruh dunia. Berdasarkan
insiden-insiden tersebut, hal yang memengaruhi buruknya tegangan dapat terjadi
karena hal berikut [1]:
a. Dapat dipicu oleh beberapa penyebab, antara lain: perubahan kecil pada
sistem secara bertahap, seperti kenaikan beban secara alami tanpa diikuti
oleh kemampuan suplai generator atau gangguan besar secara tiba-tiba,
misalnya hubung singkat dan kehilangan unit pembangkitan atau saluran
dengan pembebanan yang besar.
b. Ketidakmampuan sistem untuk memenuhi permintaan daya reaktif beban.
Biasanya runtuh tegangan terjadi pada sistem dengan kondisi saluran yang
pembebanannya besar. Ketika transportasi daya reaktif dari area terdekat

36

susah dilakukan, sedikit kenaikan permintaan beban akan daya reaktif


dapat mengakibatkan runtuh tegangan.
c. Merupakan penurunan tegangan secara perlahan dan hasil proses
akumulasi yang melibatkan aksi dan interaksi dari banyak divais, sistem
kendali, dan sistem proteksi. Jangka waktu terjadinya collapse dalam
sejumlah kasus adalah dalam satuan menit. Tetapi, dalam beberapa situasi,
durasi runtuh tegangan dinamik bisa lebih singkat, yakni dalam hitungan
detik.

Berdasarkan rentang waktu

terjadinya, stabilitas

tegangan

diklasifikasikan menjadi rentang waktu jangka panjang dan transien.


d. Dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik sistem. Ketidakstabilan
tegangan juga dapat menyebabkan runtuh tegangan. Faktor-faktor yang
memiliki pengaruh besar terhadap ketidakstabilan tegangan, antara lain:
Jarak yang jauh antara pembangkitan dan beban
Aksi OLTC selama kondisi tegangan rendah
Karakteristik beban yang tidak baik
Koordinasi yang buruk antara sejumlah sistem kendali dan sistem
proteksi
e. Dapat diperburuk oleh penggunaan kompensasi kapasitor paralel secara
berlebihan.
2.5 Mekanisme Perbaikan Tegangan
Salah satu mekanisme perbaikan tegangan adalah dengan menggunakan
skema Unver Voltage Load Shedding (UVLS). Under Voltage Load Shedding
adalah mekanisme pelepasan beban akibat tegangan sistem yang rendah.
Rendahnya tegangan sistem bisa disebabkan oleh kondisi pembebanan yang
sangat tinggi dan atau tripnya satu atau beberapa pembangkit kapasitas kecil.
Kondisi rendahnya tegangan yang terjadi, dalam hal ini pada sistem transmisi
tegangan tinggi 150 kV dan 70 kV adalah di bawah batas toleransi tegangan
normalnya yaitu -10% dari nilai tegangan nominal. Kondisi tersebut dapat
mengganggu kestabilan sistem tenaga listrik dan dapat menyebabkan runtunya
tegangan dan bahkan berpotensi terjadinya pemadaman total (blackout) pada
sistem. Sehingga perlu adanya proteksi yang dapat mengatasi keaadan ini.UVLS
merupakan suatu skema proteksi yang bertujuan melepas beban pada

37

transformator distribusi agar tegangan sistem dapat naik ke kondisi normal.


Pelepasan beban pada transformator distribusi dengan skema UVLS memiliki
beberapa tahapan pelepasan. Hal ini mempertimbangkan kondisi beban
transformator distribusi. Pertimbangan tersebut meliputi dua aspek, yaitu aspek
teknis dan non teknis

Aspek Teknis
1. UVLS perlu mempertimbangkan level tegangan sistem minimum pada
pembangkit lain.
2. Lamanya waktu pembangkit bisa bertahan saat tegangan sistem turun
secara terus menerus.
3. Kemampuan exciter pembangkit terlemah.

Aspek non Teknis


Karena UVLS mengharuskan untuk melakukan pemadaman disisi

konsumen, maka sangat penting mempertimbangkan konsumen mana yang harus


dipadamkan. Konsumen dengan tingkat prioritas yang tinggi harus dijaga
kontinuitas penyaluran daya listriknya.
2.5.1 Sensitivitas Tegangan
Salah satu metode untuk menentukan lokasi pelepasan beban adalah
dengan menggunakan metode sensitivitas bus. Sensitivitas bus yang dimaksudkan
adalah V-Q Sensitivity analysis, dimana nilai dV/dQ akan dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan lokasi pelepasan beban. Nilai dV/dQ dapat dicari dengan
penurunan rumus sebagai berikut. Kendala jaringan dapat direpresentasikan dalam
bentuk linear sebagai berikut :
P = J P J PV
Q
J Q J QV V

[ ][

][ ]

(2.42)

Dimana,
P = perubahan penambahan daya aktif pada bus

38

= perubahan penambahan daya reaktif pada bus

= perubahan sudut tegangan pada bus

= perubahan besar tegangan pada bus

J 11 J 12
J 21 J 22

= Jacobian matriks

Dengan asumsi bahwa P=0 maka didapat


Q=(J QV J Q J P 1 J PV ) V
1

V =(J QV J Q J P J PV ) Q
V =J R1 Q

(2.43)

Dimana
J R =J QV J Q J P 1 J PV

(2.44)

Sehingga
1
V
=J
Q
R

(2.45)

Dapat dilihat dari persamaan 2.44, rumus untuk mencari nilai


sensitivitas bus. Sensitivitas V-Q bernilai positif mengindikasikan kestabilan
operasi, semakin kecil nilai sensitivitas maka semakin stabil sistem tersebut [1] .
Nilai sensitivitas tersebut digunakan sebagai acuan pemilihan lokasi pelepasan
beban. Bus yang memiliki nilai sensitivitas tertinggi pada sistem tersebut
dianggap sebagai bus terlemah. Maka pada bus tersebut akan dilakukan pelepasan
beban. Semakin banyak jumlah beban (MW) yang dilepas, maka semakin baik
pula kondisi tegangan sistem. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai
sensitivitasnya, semakin baik tegangan sistem maka semakin kecil pula nilai
sensitivitas busnya.
2.6 Dasar Pengoperasian DigSilent Power Factory

39

Program perhitungan DigSilent Power Factory adalah perangkat lunak


yang berguna untuk analisis industri, utilitas, dan analisis sistem tenaga listrik.
Perangkat lunak ini telah dirancang sebagai paket perangkat lunak canggih yang
terintegrasi dan interaktif dan didedikasikan untuk sistem tenaga listrik dan
analisis kontrol dalam rangka mencapai tujuan utama perencanaan dan optimasi
operasi.
DigSilent merupakan singkatan dari Digital Simulation and Electrical
NeTwork Calculation Program. DigSilent Versi 7 adalah perangkat lunak analisis
sistem tenaga yang pertama di dunia yang terintegrasi dengan grafis antar muka
satu baris, diagram satu barus interaktif, juga termasuk fungsi menggambar,
kemampuan megedit dan semua relevean statis dan dinamis fitur perhitungan.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan analisis sistem kekuasaan saat ini,
kekuatan sistem paket perhitungan DigSilent dirancang sebagai rekayasa terpadu
yang menyediakan teknik lengkap walk-around melalui semua fungsi yang
tersedia, bukannya sekumpulan modul perangkat lunak yang berbeda. Fitur kunci
berikut ini diberikan dalam satu program executable tunggal DigSilent Power
Factory :
1. Fungsi inti Power Factory : Definisi, modifikasi, dan organisasi kasus,
rutinitas numerik inti, dan fungsi dokumentasi output.
2. Garis grafis dan data penanganan kasus tunggal interaktif terpadu.
3. Elemen daya sistem dan database pada studi kasus-kasus dasar.
4. Fungsi perhitungan terintegrasi (misalnya garis dan perhitungan parameter
mesin berdasarkan informasi geometris atau papan nama/nameplate).
5. Sistem tenaga konfigurasi jaringan dengan akses interaktif atau
terhubung / online ke sistem SCADA.
6. Interface yang generik untuk sistem pemetaan berbasis komputer.
Dengan menggunakan hanya satu database, yang berisi semua data yang
dibutuhkan untuk semua peralatan dalam sistem tenaga (misalnya data busbar,
data generator, data harmonik, data controller), Power Factory dapat dengan
mudah mengeksekusi salah satu atau semua fungsi yang tersedia, semua dalam
lingkup program yang sama. Beberapa fungsi yang tersedia dalam DigSilent
Power Factory adalah analisis aliran beban / load flow analysis, perhitungan arus
pendek / short-circuit analysis, koordinasi proteksi / protection coordination,

40

perhitungan stabilitas / stability calculation, dan analisis modal / modal analysis.


Berikut merupakan tampilan muka DIgSilent Power Factory 14.1.

Gambar 2.23 Tampilan Awal DIgSilent Power Factory

Aplikasi DIgSilent Power Factory secara garis besar berfungsi


sebagaimana yang tersedia dalam user manual seperti Gambar 2.24:

Gambar 2.24 Tampilan User Manual

41

Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini beberapa vitur yang dipergunakan


adalah Calculate Load Flow, Virtual Instrument Panel, Stability, dan Load Flow
Sensitivities.

Gambar 2.25 Tampilan Vitur yang Dipergunakan dalam Tugas Akhir

1. Calculate Load Flow


Calculate Load Flow merupakan menu yang dipergunakan untuk
menjalankan aliran daya pada sistem yang telah dibuat. Didalam calculate load
flow kita bisa mengatur metode ataupun pertimbangan apa yang dipergunakan
ketika melakukan analisis. Didalam tugas akhir ini metode aliran yang
dipergunakan adalah Newton-Raphson (Power Equations, classical). Cara untuk
mengaktifkan menu ini adalah dengan memilih Calculation pada menu bar
kemudian memilih menu load flow.
2. Virtual Instrument Panel
Virtual Instrument Panel merupakan salah satu vitur pada DigSilent Power
Factory yang berfungsi untuk menampilkan grafik (seperti tegangan, frekuensi,
ataupun arus) sesuai keperluan analisis yang kita ingini. Cara mengaktifkan menu
ini adalah dengan memilih File pada menu bar kemudian memilih menu New
kemudian Virtual Instrument Panel.
3. Stability
Stability merupakan salah satu vitur yang berfungsi untuk menjalankan
fungsi stabilitas. Dari sini dapat dilakukan studi mengenai stabilitas sistem. Cara
mengaktifkan menu ini adalah dengan memilih icon stability pada select toolbar

42

kemudian aktifkan icon calculate initial conditions untuk mengeksekusi stabilitas


dan start simulation untuk menjalankan simulasi yang telah di setting.
4. Load Flow Sensitivities
Load Flow Sensitivities merupakan salah satu menu yang berfungsi untuk
menampilkan nilai sensitivitas setiap bus bar. Cara mengaktifkan menu ini adalah
dengan memilih additional tools pada select toolbar kemudian aktifkan icon load
flow sensitivities.
2.6.1 Cara Menginstal DigSilent PowerFactory 14.1
1. Run master dari program yang anda miliki yang sesuai dengan system type
komputer anda.
2. Tekan setuju atau OK saat muncul laman dialog yang pertama
3. Terdapat 3 pilihan untuk install digsilent sesuai dengan kebutuhan, misalnya
untuk permlaan dan penggunaan evaluasi dan test memilih PowerFactoryDemo.

Gambar 2.26 Tampilan awal instal DIgSILENT

4. Lalu akan muncul tampilan di bawah ini, dan pilih Next >.

43

Gambar 2.27 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

5. Setelah itu, muncul dialog persetujuan, centang pada bagian bawah dan pilih
Next >.

Gambar 2.28 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

6. Lalu pilih Next> saat muncul kolom seperti Gambar 2.29.

44

Gambar 2.29 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

7. Pilih bahasa yang ingin digunakan, misalnya English, lalu tekan Next >.

Gambar 2.30 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

8. Pilih tipe instalasi, lalu tekan Next >.

45

Gambar 2.31 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

9. Pilih folder pada Start Menu, lalu tekan Next >.

Gambar 2.32 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

10. Maka proses penginstalan akan berjalan, tunggu sampai semua prosesnya
selesai.

46

Gambar 2.33 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

11. Proses penginstalan selesai, lalu tekan Finish.

Gambar 2.34 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

12. Menyalin digadm.dll ke dalam folder License Server di folder DIgSILENT


yang ada di Local Disk (C:).

2.6.2

Membuka Aplikasi

47

1. Tekan ganda pada icon di dekstop.

Gambar 2.35 Icon DigSILENT

Untuk membuka aplikasi ini juga dapat melalui menu START lalu pilih
PowerFactory 14.1
2. Lalu akan tampil kotak dialog untuk mengisi Name dan Password. Isi Name
dengan Demo lalu pilih OK. Name dan password juga dapat diisi seuai
keinginan.
3. Maka akan tampil laman kerja seperti Gambar 2.36.

Gambar 2.36 Tampilan Awal DigSILENT

2.6.3

Langkah-Langkah Pembuatan Single Line Diagram pada DigSilent


Program DigSilent Power Factory 14.1 dapat digunakan untuk studi aliran

daya pada sistem yang besar dengan jumlah bus yang tidak terbatas. Sistem
150kV PT PLN APB Jateng DIY merupakan sistem yang cukup besar dan
memiliki sekitar 23 bus, oleh karena itu Program DigSilent Power Factory 14.1
dapat digunakan untuk analisis aliran daya sistem PT PLN APB Jateng DIY.
Berikut adalah prosedur penggunaan DigSilent Power Factory 14.1:
1.
Menjalankan Program DigSilent Power Factory 14.1
Program DigSilent Power Factory 14.1 dapat digunakan setelah di install
kedalam komputer, setelah itu program dapat digunakan dengan cara mengklik
program Power Factory 14.1.

48

Gambar 2.37 Simbol Perangkat Lunan DigSilent Power Factory

Setelah program dijalankan maka akan tampak tampilan seperti pada


Gambar 2.38 merupakan tampilan pertama program DigSilent Power Factory
14.1.

Gambar 2.38 Tampilan Awal Program DigSilent Power Factory

Pada tampilan awal DigSilent Power Factory 14.1, kita dianjurkan log on
dengan mengisi id/nama/name dan juga bisa memproteksi file yang dibuat dalam
program dengan password yang kita inginkan. Selanjutnya masuk ke tampilan
untuk memulai membuat project dan menggambar one line diagram dengan cara
File New Project.
Kemudian akan muncul halaman dimana kita dianjurkan memberikan
judul studi yang akan kita buat, yang nantinya akan menjadi judul untuk project
kita. Kemudian halaman selanjutnya kita diminta untuk mengisi grid name dan
frekuensi sistem yang aan kita studikan nantinya. PLN sendiri menggunakan
frekuensi sistem adalah 50 Hz, maka kita isi di bagian kolom Nominal
Frequency 50 Hz.
Setelah pengisian basic data sistem yang akan dijadikan studi, maka akan
muncul halaman dimana kita bisa menggambar one line diagram.

49

Gambar 2.39 Tampilan Utama One Line Diagram

Keterangan gambar:
1) Baris menu utama. Bada baris ini berisi menu File, Edit, Calculation, Data,
Output, Tools, Windows, dan Help.
2) Baris icon utama. Pada baris ini berisikan icon semua studi kasus seperti New
Data Manager untuk menampilkan data yang ada di PowerFactory 14.1, Edit
Relevant Objects for Calculation untuk menampilkan data pada tiap
perlengakapan sistem yang telah dihitung, Calculate Load Flow untuk
menghitung aliran daya sistem, dll.
3) The local graphics window icon bar. Pada baris ini berisikan perintah zoom in,
zoom out, zoom all, freeze mode, print, open, new, dll.
4) The empty single line graphics window with drawing grid. Ini berupa lembar
kerja kosong yang digunakan untuk menggambar sistem.
5) Drawing toolbox. Disini berisikan perlengkapan apa saja yang dapat
digambarkan pada lembar kerja. Misalnya: grid, busbar, syncronous mechine,
dll.
6) Jendela hasil keluaran. Pada jendela ini akan menunjukkan hasil keluaran
sistem yang telah dibuat.
7) Status bar. Pada baris ini akan menampilakan koordinat kursor, timer Simulasi,
Time and Date, File Name, etc
8) 8. Untuk mengubah ukuran kertas halaman tekan set drawing format

pada

the local graphics window icon bar dan pilih ukuran kertas yang diinginkan
pada drawing size.

50

Setelah itu lakukan penggambaran single line diagram. Pada gambar


terdapat ruang untuk menggambar one line diagram dengan menggunakan
template yang terdapat pada toolbar terletak di sebelah kanan. Pada toolbar
tersebut berisi komponen-komponen yang dibutuhkan dalam menggambar single
line diagarm. Komponen tersebut seperti transformator, generator, bus bar,
kapasitor, dan lain sebagainya. Single line diagram yang telah dibuat seperti pada
Gambar 2.41.

Gambar 2.40 Pembuatan One Line Diagram

2.
Data load flow
Setelah menggambarkan one line diagram (sebagai contoh jaringan 150
kV PLN APB Jateng DIY), kemudian dilakukan pemasukan data. Data yang
dibutuhkan adalah data pada generator, bus, transmisi, tranformator, beban, dan
grid.
a.
Data Generator
Untuk menambahkan generator dapat dilakukan dengan menekan
syncrhonous mechine

pada drawing toolbox. Dalam pengisian data generator

dilakukan dengan memilih type data pada basic data yang ada di Gambar 2.42 a.
Kemudian yang penting untuk diisi juga adalah data load flow yang terdiri dari
Dispatch, Reactive Power Limirs, Operational Limits, dan Active Power Ratings
yang terdapat pada Gambar 2.42 b.

51

(a)
(b)
Gambar 2.41 Data Generator pada DigSilent Power Factory
(a) Basic Data (b) Load Flow

Dalam pengisian type data jika dilakukan secara manual maka memilih
new project type. Sehingga muncul gambar sebagai berikut :

(a)

(b)
Gambar 2.42 Data Type Data pada Generator
(a) Basic Data (b) Load Flow

b.
Data Transformator
Pada DIgSILENT terdapat beberapa jenis trafo, seperti 2-winding
transformer

, 2-N-winding transformer

transformer

, booster transformer

, 2-winding transformer,

, 3-winding transformer

auto

, dll. Untuk

pengisian transformator sama seperti generator untuk pengisian data operasi pada
basic data dan load flow. Data trafo yang yang penting dibutuhkan untuk
melakukan sebuah analisis yaitu type data yang terdapat pada basic data (terdiri
dari basic data dan load flow).

52

(a)
(b)
Gambar 2.43 Data Transformator pada DigSilent Power Factory
(a) Basic Data (b) Load Flow

Pada type data berisi basic data dan load flow data. Pada basic data semua
data sangat penting di isi. Data tersebut antara lain Rated Power, Nominal
Frequency, Vector Group dan Impedance. Dan untuk pada load flow yang diisi
adalah pada pengaturan tap changer. Sisi tap changer, additional voltage pe tap,
neutral position, minimum position, dan maximum position merupakan data yang
penting untuk diisi pada bagian load flow.
c.
Data Transmisi
Data transmisi/line yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah
analisis antara lain type (terdiri dari basic data dan load flow) dan length of line
yang terdapat pada basic data. Yang perlu jadi perhatian adalah derating factor
yang harus di isi 1, karena jika tidak maka akan mempengaruhi rated current yang
ada pada resulting values.

Gambar 2.44 Data Transmisi pada DigSilent Power Factory

Pada type data, untuk data pada basic data semua data harus di isi. Data
tersebut antara lain Name, Rated Voltage, Rated Current, Nominal Frequency,

53

jenis kabel (Cable/OHL), System Type, resistansi, dan reaktansi. Untuk data load
flow yang terpenting adalah data resistansi serta material konduktor.
Berikut langkah-langkah dalam memasangkan saluran transmisi :
Pilih Line
pada drawing toolbox.
Tekan busbar yang ingin dihubungkan, sambungkan pada salah satu cubicle

Gambar 2.45 Tampilan Sambungan Line pada Salah Satu Single Busbar

Lanjutkan langkah yang sama pada busbar lain yang ingin dihubungkan.
Maka bus bar tersebut akan terhubung dengan bus bar lainnnya dengan

saluran transmisi.
Untuk menghilangkan simbol beban pada kursor dilakukan dengan menekan
ESC atau memilih

pada drawing toobox

d.
Data Bus Bar
Data bus bar yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis
antara lain data pada Basic Data dan Load Flow. Untuk Basic data dapat nama dan
nominal voltage untuk di busbar serta nama dan nominal voltage untuk substation.

54

Gambar 2.46 Data Bus Bar pada DigSilent Power Factory

Berikut cara untuk memasang bus bar


Tekan
untuk single busbar pada drawing toolbox dan letakkan pada

titik laman kerja yang diinginkan


Untuk menghilangkan tampilan single busbar / komponen apapun pada
kursor, gunakan ESC pada keyboard / tekan kanan pada sembarang

tempat.
Untuk memutar busbar dari vertikal ke horisontal dapat dilakukan dengan
cara memilih busbar yang ingin diperbaiki, lalu tekan kiri dan pilih

rotate.
Ukuran busbar juga dapat diperpanjang dan diperpendek menggunakan
mouse, dengan menahan dan melepas kursor setelah menunjuk pada

ujung busbar yang dipilih.


Selain single busbar system

, kita dapat memilih double busbar system

, single busbar system with tie breaker


tie breaker

, 1 busbar system

breaker and bypass busbar

, double busbar system with

, single busbar system with tie

, double busbar system with bypass busbar

, doule busbar system with tie breaker and bypass busbar


Jika terdapat perintah yang salah diberikan, maka tekan tombol CTRL+Z
pada keyboard atau menggunakan icon undo
e.

Data Beban

55

Data beban yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis


antara lain data active power dan reactive power. Adjustion by load scaling pada
data beban berfungsi untuk pengaturan beban jika menggunakan rele.

Gambar 2.47 Data Load pada DigSilent Power Factory

Berikut langkah langkah dalam memasangkan beban :

Pilih general load


/ low-voltage load
pada drawing toolbox
Misal dipilih general load, lalu letakkan general load pada titik yang
diingikan pada lembar kerja dan hubungkan pada busbar yang diinginkan,
misalnya pada single busbar 2 seperti Gambar 2.48.

Gambar 2.48 Menambahkan Beban pada Salah Satu Single Busbar

Lalu akan muncul sheet di bawah ini:

Gambar 2.49 Tampilan Sambungan pada Single Busbar yang Ditambahkan Beban

Kemudian tekan pada titik generator load akan dihubungkan pada salah satu
cubicle yang dipilih. Pada satu busbar terdapat banyak cubicle, dan cubicle
akan ditambah sesuai dengan banyaknya komponen yang menyambung pada
busbar tersebut. Breaker antara beban dan busbar terpasang secara otomatis.

56

Untuk mengecilkan panjang load pada tampilan gambar dapat dilakukan


dengan mendrag dan drop ke atas atau kebawah.

Gambar 2.50 Mengubah Ukuran Tampilan Beban

Dapat pula menambahkan power grid

yang dapat menyuplai daya ke

sistem. Dan terdapat beberapa jenis kapasitor, seperti Shunt/Filter RLC


Shunt/ Filter RC

, shunt/filter C

, dll.

f.
Data Grid
Untuk menambahkan grid dapat dilakukan dengan menekan external grid
pada drawing toolbox. Data Grid yang penting dibutuhkan untuk melakukan
sebuah analisis antara lain bus type (PQ, PV, atau SL), dan operating point (active
power dan reactive power).

Gambar 2.51 Data External Grid pada DigSilent Power Factory

Untuk data pada grid yang terpenting adalah tipe bus, kemudian data
operation point.
3.
Simulasi Aliran Daya

57

Metode analisa aliran daya yang digunakan pada DigSilent Power Factory
ada 2 metode yaitu metode Newton-Raphson (Current Equations) dan NewtonRaphson (Power Equations, Classical). Current Equations berfungsi untuk
menganalisa sistem distribusi yang tidak seimbang, sedangkan Power Equation
berfungsi untuk menganalisa sistem transmisi yang seimbang, terutama sistem
dengan beban besar.
Adapun jendela translasi load flow dapat dilihat pada gambar berikut yang
diterapkan untuk topologi sistem kelistrikan sub sistem Tanjung Jati.

Gambar 2.52 Tampilan Menu Load Flow Calculation

Setelah itu didapatkan hasil aliran daya pada single line diagram seperti Gambar
2.53.

Gambar 2.53 Hasil dari Load Flow Calculation

58

Setelah menjalankan aliran daya untuk melihat report pada DiGSILENT pilih
menu Output pilih Load Flow/Short Circuit, pilih analysis

Gambar 2.54 Tampilan Menu Output

Akan muncul jendela sebagai berikut, terdapat beberapa pilihan untuk report yang
ingin kita tampilkan, sebagai contoh pilih Grid, kemudian tekan Execute

Gambar 2.55 Output of Result

Tekan icon

Maximize Output Window maka secara otomatis akan telihat

tampilan report sebagai berikut

59

Gambar 2.56 Output Window

BAB III
PERANCANGAN SIMULASI SUBSISTEM TANJUNGJATI

Bab ini menjelaskan mengenai subsistem Tanjung Jati yang menjadi dasar
studi kasus mengenai kestabilan tegangan. Analisis yang dilakukan adalah
mengamati perilaku dan kondisi sistem jika terjadi sebuah gangguan, bisa berupa
kenaikan beban dan lepasnya saluran. DigSilent Power Dactory 14.1.3 digunakan
untuk melakukan simulasi gangguan dan analisis stabilitas tegangan.
3.1 Gambaran Subsistem Kelistrikan Tanjungjati
PT. PLN (PERSERO) APB JATENG dan DIY memiliki 3 subsistem.
Subsistem yang ada antara lain subsistem Tanjung Jati, subsistem Ungaran, dan

60

subsistem Pedan. Gambar 3.1 adalah gambar konfigurasi jaringan subsistem Jawa
Tengan dan DIY pada kondisi normal.

Gambar 3.1 Sistem Kelistrikan Jawa Tengah dan DIY

Pada gambar 3.1 subsistem Tanjung Jati ditunjukkan dengan warna biru,
subsistem Ungaran ditunjukkan dengan warna merah muda, dan subsistem Pedan
ditunjukkan dengan warna hijau.
Pada subsistem Tanjung Jati sendiri mensuplai 18 gardu induk. Yaitu
Blora, Bringin, Cepu, Jekulo, Jelok, Jepara, Kedung Ombo, Kudus, Mojosongo,
Mranggen, Pandeanlamper, Pati, Pudakpayung, Purwodadi, Rembang, Sayung,
Simpang Lima, Ungaran. Konfigurasi subsistem Tanjung Jati dapat dilihat pada
Gambar 3.2.

61

PLTA KDNBO

Gambar 3.2 Konfigurasi Jaringan Subsistem Tanjung Jati

Analisis pada tugas akhir ini dilakukan dengan memisahkan subsistem


Tanjungjati dan DIY dari sistem Jawa Bali yang merupakan satu kesatuan
terinterkoneksi. Data yang digunakan adalah data pada DigSilent Power Factory
milik PLN bulan Desember 2015. Pemisahan subsistem ini dilakukan dengan
pemakaian grid untuk mengganti saluran dari luar subsistem yang memberi suplai
daya kepada subsistem Tanjungjati dan beban (load) untuk mengganti saluran dari
luar subsistem yang mendapat suplai daya dari subsistem Tanjung Jati.
Penyesuaian lain yang dilakukan adalah dengan melengkapi governor dan Auto
Voltage Regulator (AVR) pada generator yang memiliki tegangan nominal yang
sama dan kapasitas yang mendekati. Selain itu juga dilakukan dengan perubahan
tipe bus bar pada Rembang Pembangkit sesuai dengan konfigurasi jaringan
subsistem Tanjung Jati yang telah sesuai dengan data asli (sumber wawancara).
Serta pemilihan PLTA Jelok unit 1 sebagai slack.
Berdasarkan simulasi yang sudah dilakukan menggunakan aplikasi
DigSilent Power Factory (simulasi Tanjung Jati data malam hari bulan Desember
2015) diketahui bahwa pada jaringan subsistem Tanjung Jati memiliki pembangkit
dengan total 3.652,59 MW dengan beban dalam sebesar 966,03 MW dan 308,70
MVAR. Pembangkit yang terdapat pada subsistem Tanjung Jati terdiri dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (Jelok, Kedungombo, dan Timo), Pembangkit

62

Listrik Tenaga Gas Uap (Tambak Lorok), dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(Rembang, Tambak Lorok, dan Tanjung Jati). Untuk lebih detailnya terdapat di
lampiran.
Pada subsistem Tanjungjati beban terbesar terletak pada GI Kudus. Beban
ini memiliki total pembebanan terbesar pada sub sistem Tanjungjati yaitu 88,07
MW dan 30,08518 MVAR.
Tabel 3.1 Gardu Induk dengan Beban Terbesar di subsistem Tanjungjati
Nama GI
Kudus
Pati
Sayung
Pandean Lamper

Beban (MW)
88,07
87,87
81,86
73,97

Beban
(MVAR)
30.08518
30.32288
27.47982
21.6035

Beringin

68,46

21.37531

Pada subsistem Tanjungjati GI paling jauh dari pembangkit adalah GI


Cepu. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 bahwa GI Cepu mendapatkan suplai
paling dekat adalah dari pembangkit rembang dengan jarak 79,073 km. Sehingga
perlu dilihat kondisi tegangan yang akan disimulasikan pada simulasi lepasnya
pembangkit.

Tabel 3.2 Gardu Induk dengan Jarak Terjauh dari Pembangkit


Nama GI
Mojosongo
Cepu
Kudus
Pati
Sayung
Pandean Lamper
Simpang Lima

Pembangkit Terdekat
Jelok
Rembang
Tanjungjati
Rembang
Tambak Lorok
Tambak Lorok
Tambak Lorok

Jarak (km)
38.068
79.073
50.854
53.03
12.008
6.142
9.327

Dalam kondisi normal subsistem Tanjungjungjati memiliki beberapa


Gardu Induk yang bus bar tegangan normal dibawah tegangan nominal 150kV.
Berikut beberapa yang tegangan di bus barnya paling rendah dan dibawah 150 kV.
Berdasarkan Tabel 3.2 GI Mojosongo merupakan bus bar dengan tegangan
terendah. Sehingga bus bar di GI Mojosongo harus dijadikan perhatian,

63

dikarenakan bus bar ini yang mungkin mendekati kondisi -10% yang menjadi
standar dalam pelayanan PLN.
Tabel 3.3 Gardu Induk dengan Tegangan Terendah di subsistem Tanjungjati
Nama GI
Mojosongo
Beringin
Jelok

Tegangan (kV)
147,372
148,77
149,66

Pati

149,77

Berdasarkan teori sensitivitas di bab 2.5.1 didapatkan bus bar yang


memiliki sensitivitas tertinggi pada Tabel 3.3.
Tabel 3.4 Gardu Induk dengan Sensitivitas Terbesar di subsistem Tanjungjati
Nama GI
Cepu
Blora
Rembang
Mojosongo
Pati

Sensitivitas
0.00162805
0.00135094
0.00115583
0.00083893
0.0006131

Beringin

0.00055921

3.1.1 Sistem Pembangkitan


Pembangkit listrik yang digunakan pada Subsistem Tanjung Jati adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Air (4 unit Jelok, 1 unit Kedungombo, dan 3 unit
Timo), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (8 unit Tambak Lorok), dan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (2 unit Rembang, 3 unit Tambak Lorok, dan 4
unit Tanjung Jati). Berikut merupakan data spesifikasi generator pada subsistem
Tanjung Jati :
Tabel 3.5 Spesifikasi Generator di Subsistem Tanjung Jati PLN APB Jateng & DIY
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama
PLTA JELOK 1
PLTA JELOK 2
PLTA JELOK 3
PLTA JELOK 4
PLTA
KEDUNGOMBO
PLTA TIMO 1
PLTA TIMO 2
PLTA TIMO 3

Gen 6.3kV 6.4MVA 0.8pf


Gen 6.3kV 6.4MVA 0.8pf
Gen 6.3kV 6.4MVA 0.8pf
Gen 6.3kV 6.4MVA 0.8pf

SL
PQ
PQ
PQ

Daya
Operasi
(MW)
5
5
5
5

Gen 11kV 28.6MVA 0.85pf (YN)

PQ

22

Gen 6.3kV 5MVA 0.8pf


Gen 6.3kV 5MVA 0.8pf
Gen 6.3kV 5MVA 0.8pf

PQ
PQ
PQ

3.5
3.5
3.5

0.066666
0.066667
0.066667

Tipe Generator

64

Tipe

Daya
Reaktif
(MVAR)
0.225
0.225
0.225
0.225

PLTGU
1.1
PLTGU
1.2
PLTGU
1.3
PLTGU
2.1
PLTGU
2.2
PLTGU
2.3
PLTGU
1.0
PLTGU
2.0

9
10
11
12
13
14
15
16

TBROK GT
TBROK GT
TBROK GT
TBROK GT
TBROK GT
TBROK GT
TBROK ST
TBROK ST

17

PLTU REMBANG 1

18

PLTU REMBANG 2

19
20

PLTU TBROK 1
PLTU TBROK 2

Gen 11.5kV 143.4MVA 0.8pf (YN)

PQ

97

Gen 11.5kV 143.4MVA 0.8pf (YN)

PQ

97

Gen 11.5kV 143.4MVA 0.8pf (YN)

PQ

97

32

Gen 11.5kV 143.4MVA 0.8pf (YN)

PQ

44

Gen 11.5kV 143.4MVA 0.8pf (YN)

PQ

100

31

Gen 11.5kV 143.4MVA 0.8pf (YN)

PQ

100

39

Gen 15kV 240MVA 0.8pf (YN)

PQ

131

Gen 15kV 240MVA 0.8pf (YN)

PQ

94.67

31

PQ

252

97

PQ

252

PQ
PQ

0
0

0
0

Gen
20kV
371.7MVA
RMBANG
Gen
20kV
371.7MVA
RMBANG
Gen 13.2kV 62.5 MVA 0.85pf
Gen 13.2kV 62.5 MVA 0.85pf

0.85pf
0.85pf

Tabel 3.6 LanjutaSpesifikasi Generator di Subsistem Tanjung Jati PLN APB Jateng & DIY
Tipe
Bus

Daya
Operasi
(MW)

Daya
Reaktif
(MVAR)

Gen 13.2kV 250MVA 0.85pf


(YN)
Gen 22.8kV 802MVA 0.9pf (D)
Gen 22.8kV 802MVA 0.9pf (D)
Gen 22.8kV 802MVA 0.9pf (D)

PQ
PV
PV
PV

0
594.72
594.72
594.99

0
106
100
107

Gen 22.8kV 802MVA 0.9pf (D)

PV

594.99

99

No.

Nama

Tipe Generator

21
22
23
24

PLTU TBROK 3
PLTU TJATI 1
PLTU TJATI 2
PLTU TJATI 3

25

PLTU TJATI 4

Dari tabel diatas dapat dilihat mode operasi generator terdiri dari Slack,
PQ, dan PV. Dikarenakan pada sistem Jawa Bali slack terdapat pada PLTA
Saguling di Jawa Barat (di luar subsistem Tanjung Jati), maka diperlukan
penyesuaian pada mode operasi subsistem Tanjung Jati. Penyesuaian mode
operasi generator dilakukan dengan menentukan slack pada PLTA Jelok 1.
Pemilihan ini berdasarkan kemampuan pembangkit listrik tenaga air yang dapat
dengan cepat merespon perubahan suplai daya.
Selain itu juga dilakukan penyesuaian tipe busbar pada pembangkit
rembang. Pada konfigurasi jaringa tipe bus bar pembangkit rembang adalah 1,5

65

bus bar, sedangkan pada simulasi DigSilent milik PLN doble bus bar. Untuk
menentukan tipe busbar, dilakukan wawancara kepada pihak PLN APB Jateng dan
DIY. Di dapat tipe busbar sesungguhnya adalah 1.5 busbar. Penggambaran
double busbar pada DIgSILENT PLN dilakukan karena lebih mudah dan di nilai
tidak memiliki pengaruh besar pada simulasi. Namun, pada kondisi nyata
penggunaan 1.5 busbar lebih menguntungkan terkait dengan keandalan sistem
proteksi.
3.1.1.1 Governor
Governor yang digunakan memiliki dua jenis mode yaitu mode droop dan
mode no droop. Data PLN menunjukan tidak semua pembangkit memiliki
governor, hal ini mempengaruhi respon frekuensi pada subsistem dimana saat
kondisi normal frekuensinya berisolasi dan tidak bernilai 50 Hz. Dalam tugas
akhir ini dilakukan penyesuaian sehingga didapat respon frekuensi yang stabil dan
bernilai 50 Hz. Berikut tabel data tipe governor :
Tabel 3.7 Spesifikasi Governor di Subsistem Tanjung Jati PLN APB Jateng & DIY
Tipe Governor
Pembangkit
Plant_PLTA JELOK 1
Plant_PLTA JELOK 2
Plant_PLTA JELOK 3
Plant_PLTA JELOK 4
Plant_PLTA
KEDUNGOMBO
Plant_PLTA TIMO 1
Plant_PLTA TIMO 2
Plant_PLTA TIMO 3
Plant_PLTGU TBROK GT
1.1
Plant_PLTGU TBROK GT
1.2
Plant_PLTGU TBROK GT
1.3
Plant_PLTGU TBROK GT
2.1
Plant_PLTGU TBROK GT
2.2
Plant_PLTGU TBROK GT
2.3
Plant_PLTGU TBROK ST 1.0
Plant_PLTGU TBROK ST 2.0

66

PL
N
-

govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV

govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV

govTGOV1

govTGOV1

govTGOV1

govTGOV1

govTGOV1

govTGOV1
govTGOV1
govTGOV1

Simulasi

Plant_PLTU REMBANG 1
Plant_PLTU REMBANG 2
Plant_PLTU TBROK 1
Plant_PLTU TBROK 2
Plant_PLTU TBROK 3
Plant_PLTU TJATI 1
Plant_PLTU TJATI 2
Plant_PLTU TJATI 3
Plant_PLTU TJATI 4

govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1

3.1.1.2 Automatic Voltage Regulator (AVR)


Eksiter (AVR) yang digunakan pada sistem adalah jenis ESST1A dan
ESST4B dengan standar IEEE. Data PLN menunjukan tidak semua pembangkit
memiliki AVR, hal ini mempengaruhi respon tegangan pada subsistem dimana
saat kondisi normal tegangannya berosilasi. Dalam tugas akhir ini dilakukan
penyesuaian sehingga didapat respon tegangan yang stabil. Berikut tabel data tipe
AVR :
Tabel 3.8 Spesifikasi Eksiter di Subsistem Tanjung Jati PLN APB Jateng & DIY
Pembangkit
Plant_PLTA JELOK 1
Plant_PLTA JELOK 2
Plant_PLTA JELOK 3
Plant_PLTA JELOK 4
Plant_PLTA KEDUNGOMBO
Plant_PLTA TIMO 1
Plant_PLTA TIMO 2
Plant_PLTA TIMO 3
Plant_PLTGU TBROK GT 1.1
Plant_PLTGU TBROK GT 1.2
Plant_PLTGU TBROK GT 1.3
Plant_PLTGU TBROK GT 2.1
Plant_PLTGU TBROK GT 2.2
Plant_PLTGU TBROK GT 2.3
Plant_PLTGU TBROK ST 1.0
Plant_PLTGU TBROK ST 2.0
Plant_PLTU REMBANG 1
Plant_PLTU REMBANG 2
Plant_PLTU TBROK 1
Plant_PLTU TBROK 2

67

Tipe Eksiter
PLN
Simulasi
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST4B avrESST4B
avrESST4B avrESST4B
avrESST4B avrESST4B
avrESST4B avrESST4B

avrESST4B
avrREXSY
S
avrREXSY
S
avrREXSY
S
avrREXSY
S

Plant_PLTU TBROK 3
Plant_PLTU TJATI 1
Plant_PLTU TJATI 2
Plant_PLTU TJATI 3
Plant_PLTU TJATI 4

avrESST4B
avrREXSY
S
avrREXSY
S
avrREXSY
S
avrREXSY
S

3.1.2 Jala-Jala Grid


Selain mendapat pasokan daya dari generator, subsistem Tanjung Jati juga
mendapat pasokan daya dari luar subsistem pada bus bar Ungaran 500 kV dan
Ungaran 150 kV. Pasokan daya dari luar subsistem ini disimbolkan dengan suati
eksternal grid. Eksternal grid yang mensuplai daya ke subsistem Tanjung Jati ada
4 buah (bus bar Ungaran 150kV 2 buah dan bus bar Ungaran 500 kV 2 buah).
Namun untuk eksternal grid pada Ungaran 150 kV hanya pada kondisi beban
malam. Pada saat kondisi siang eksternal grid pada Ungaran 150 kV berubah
menjadi beban (load).
Tabel 3.9 Data Jala-Jala Grid
Nama Grid
Beban
BSBRU(1)
Beban
Krapyak(1)
NBANG
SBBRT

Tipe
Bus

P(M
W)

Q(MVAR
)

PQ

15.03

-68.04

PQ
PQ
PQ

19.31
129.71
145.52

-77.96
112.52
135.62

3.1.3 Shunt / Filter


Pada jaringan subsistem Tanjung Jati terdapat 4 buah shunt yang terdiri
dari komponen resistor dan inductor (R-L) yang terhubung dengan busbar
Ungaran 500 kV (2 buah) dan sisi tersier transformator IBT Ungaran (2 buah).
Tabel 3.10 Data Shunt / Filter
Nama
SHN_REC1_3UNGAR
4
SHN_REC2_3UNGAR
4
SHN_REC3_3UNGAR
7
SHN_REC4_3UNGAR

Qmax
(MVAR
)
105
105
100
100

68

Kondisi
Out of
Service
Out of
Service
Out of
Service
Out of

Vnomina
l (kV)
66
66
500
500

Service

3.1.2 Sistem Transmisi


Dalam penyaluran daya, subsistem Tanjung Jati memiliki panjang
transmisi 1337,828 km (terdiri dari beberapa jenis kabel transmisi) yang diatur
oleh transformator 2 belitan dan transformator 3 belitan. Perancangan Subsistem
Tanjung Jati yang digunakan untuk tugas akhir ini tidak dilakukan penyesuaian
mengenai parameter transmisisi namun dibutuhkan penyesuaian mengenai saluran
yang mengirimkan daya keluar dan masuk dalam subsistem. Untuk saluran yang
mengirimkan daya keluar subsistem dijadikan sebagai beban dan saluran yang
mengirim daya masuk ke subsistem dijadikan sebagai grid. Berikut daftar jenis
kabel transmisi yang digunakan dalam Subsistem Tanjung Jati:

Tabel 3.11 Spesifikasi Saluran Transmisi di Subsistem Tanjung Jati

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Name

Tipe

BLORA-CEPU1
BLORA-CEPU2
BRINGIN-JELOK1
BRINGIN-JELOK2
BRINGIN-MOJOSONGO1
BRINGIN-MOJOSONGO2
JELOK-TIMO 1
JELOK-TIMO 2
JEPARA - TANJUNG JATI 1
JEPARA - TANJUNG JATI 2
KUDUS-JEKULO 1
KUDUS-JEKULO 2
KUDUS-JEPARA1
KUDUS-JEPARA2
MRANGGEN-PURWODADI 1
MRANGGEN-PURWODADI 2
MRANGGEN-UNGARAN 1
MRANGGEN-UNGARAN 2
PANDEANLAMPER-SIMPANGLIMA
PATI-JKULO 1
PATI-JKULO 2

OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)


OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-30kV-ACSR-95/15 (340A)
OHL-30kV-ACSR-95/15 (340A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
CAB-150kV-CU 240mm (550A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)

69

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

PUDAKPAYUNG-PANDEANLAMPER1
PUDAKPAYUNG-PANDEANLAMPER2
PURWODADI-KEDUNG OMBO1
PURWODADI-KEDUNG OMBO2
PURWODADI-KUDUS1
PURWODADI-KUDUS2
PUDAKPAYUNG - UNGARAN 1A
PUDAKPAYUNG - UNGARAN 2A
REMBANG KIT-PATI-1
REMBANG KIT-PATI-2
REMBANG KIT-REMBANG1
REMBANG KIT-REMBANG2
REMBANG-BLORA1
REMBANG-BLORA2

OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)


OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)
OHL-150kV-TACSR 2X410/60mm2 (2730A)

Tabel 3.12 Lanjutan Spesifikasi Saluran Transmisi di Subsistem Tanjung Jati

No.
36
37
38
39
40
41

43
44
45
46
47
48
49
50

Name
SAYUNG-KUDUS1
SAYUNG-KUDUS2
TAMBAK LOROK - UNGARAN 1A
TAMBAK LOROK - UNGARAN 2A
TAMBAK LOROK-SAYUNG1
TAMBAK LOROK-SAYUNG2
TAMBAKLOROKGUPANDEANLAMPER1
TAMBAKLOROKGUPANDEANLAMPER2
UNGARAN - PUDAKPAYUNG 1B
UNGARAN - PUDAKPAYUNG 2B
UNGARAN - TBROK 1B
UNGARAN - TBROK 2B
UNGARAN-JELOK1
UNGARAN-JELOK2
UNGARAN-PURWODADI

51

UNGRN-TJATI 1P

52

UNGRN-TJATI 2P

42

Tipe
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-ACSR 2x240mm (1200A)
OHL-150kV-ACSR 2x240mm (1200A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-ACSR 2x240mm (1200A)
OHL-150kV-ACSR 2x240mm (1200A)
OHL-150kV-ZEBRA 2X484.5mm (1620A)
OHL-150kV-ZEBRA 2X484.5mm (1620A)
OHL-150kV-ZEBRA 2X484.5mm (1620A)
OHL-150kV-ZEBRA 2X484.5mm (1620A)
OHL-150kV-TACSR 240mm (973A)
OHL-150kV-TACSR 240mm (973A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-500kV-ACSR-GANNET 4X392.8mm
(2400A)
OHL-500kV-ACSR-GANNET 4X392.8mm
(2400A)

Untuk tranformator yang digunakan adalah tranformator 2 belitan dengan


vector group YN- dan tranformator 3 belitan dengan vector group YN- YN- .

70

Tabel 3.13 Spesifikasi Transformator 2 Belitan di Subsistem Tanjung Jati


No

Name

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kapasita
s (MVA)

High Voltage
(kV)

Low
Voltage
(kV)

125
125
125
125
125
125
6.4
6.4
6.4
6.4

150
150
150
150
150
150
30
30
30
30

11.5
11.5
11.5
11.5
11.5
11.5
6.3
6.3
6.3
6.3

MTR GT11_3TBROK5(2)
MTR GT12_3TBROK5(1)
MTR GT13_3TBROK5
MTR GT21_3TBROK5
MTR GT22_3TBROK5
MTR GT23_3TBROK5
MTR JELOK 1
MTR JELOK 2
MTR JELOK 3
MTR JELOK 4

Tabel 3.14 Lanjutan Spesifikasi Transformator 2 Belitan di Subsistem Tanjung Jati

31
31.5
370
370
786
786

High
Voltage
(kV)
150
150
150
150
500
500

Low
Voltage
(kV)
30
11
20
20
22
22

786
786
67.2
67.2
268.8
250
250
5
5

500
500
150
150
150
150
150
30
30

22
22
11.5
11.5
13.8
15
15
6.3
6.3

30

6.3

Name

Kapasita
s (MVA)

11
12
13
14
15
16

MTR PLTA_3JELOK5
MTR PLTA_3KDMBO5
MTR PLTU RBANG-GI PLTU RBANG 1
MTR PLTU RBANG-GIPLTU RBANG 2
MTR PLTU TJATI 1
MTR PLTU TJATI 2

17
18
19
20
21
22
23
24
25

MTR PLTU TJATI 3


MTR PLTU TJATI 4
MTR PLTU1_3TBROK5
MTR PLTU2_3TBROK5
MTR PLTU3_3TBROK5
MTR ST10_3TBROK5
MTR ST20_3TBROK5
MTR TIMO 1
MTR TIMO 2

26

MTR TIMO 3

No

Tabel 3.15 Spesifikasi Transformator 3 Belitan di Subsistem Tanjung


No.

Name

IBT1_3TJATI75

IBT1_3UNGAR75

Belitan

Rating MVA

KV

Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Sekunder

500
500
225
500
500

500
150
71.5
500
150

71

IBT2_3TJATI75

IBT2_3UNGAR75

IBT3_3UNGAR75

Tersier
Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Sekunder
Tersier

225
500
500
225
500
500
225
500
500
225

66
500
150
71.5
500
150
66
500
150
66

3.1.3 Beban
Beban yang terdapat pada subsistem ini digambarkan dalam beban statis.
Data dari PLN terdapat dua jenis beban yaitu siang dan malam. Dalam tugas akhir
ini, setiap jenis beban memiliki pengelompokan lagi yaitu beban dalam subsistem
dan luar subsistem. Beban luar subsistem merupakan penyesuaian dari saluran
mengirim daya keluar dari subsistem yang dianggap beban. Selain itu beban ini
juga bersifat statis terhadap perubahan aliran daya didalam sistem. Berikut adalah
beban 150 kV internal subsistem tanjung jati.
Tabel 3.16 Data Beban di Subsistem Tanjung Jati
Nama Beban
3BLORA5_TD1
3BLORA5_TD2
3BRNGI5_TD1
3BRNGI5_TD2
3CEPU5_TD1
3CEPU5_TD2
3JKULO5_TD1
3JKULO5_TD2
3JPARA5_TD1
3JPARA5_TD2
3KDNBO5_TD1
3KUDUS5_TD1
3KUDUS5_TD2
3KUDUS5_TD3
3MJNGO5_TD1
3MJNGO5_TD2
3MRGEN5_TD1

P (MW)
11.81944
16.90242
50.6256
17.84144
7.940871
17.67814
31.9472
13.67707
33.32512
16.07567
0
17.83124
41.2966
28.94641
42.65411
15.59595
46.80826

72

Q(MVAR)
3.651298
4.906433
14.64323
6.732079
2.586336
5.838273
11.58146
5.410386
11.36276
5.448421
0.3613263
5.610066
13.17891
11.2962
11.7336
4.811344
14.45306

3PATI5_TD1
3PATI5_TD2
3PATI5_TD3
3PDLAM5_TD1
3PDLAM5_TD2
3PDLAM5_TD3
3PWDDI5_TD1
3PWDDI5_TD2
3PWDDI5_TD3
3PYUNG_TD1

21.73022
40.19428
25.94562
12.57474
9.104443
52.29951
11.61531
32.66167
19.90321
22.88359

7.682937
14.0632
8.576745
4.03164
1.806632
15.76523
3.537195
11.4103
6.161565
8.614779

Tabel 3.17 Lanjutan Data Beban di Subsistem Tanjung Jati


Nama Beban
3RBANG5_T
D1
3RBANG5_T
D2
3SLIMA5_TD
1
3SLIMA5_TD
2
3SYUNG5_T
D1
3SYUNG5_T
D2
3SYUNG5_T
D3
3TBROK5_T
D1
3TBROK5_T
D2
3TJATI5_TD1
3UNGAR5_T
D2
3UNGAR5_T
D3

P
(MW)
18.5150
8
18.9029
4
26.9254
7

Q(MVA
R)
4.963484
4.335916
8.595762

38.4387
11.2682
7
32.6412
6
37.9589
9
42.0621
1

12.34215

0
26.7111
2
6.57316
2
46.1550
3

4.488054
11.4103
11.58146
11.76212

9.118734
2.110907
12.7415

3.2 Pembebanan Subsistem Tanjung Jati


Seperti yang pernah dibahas di atas, dalam subsistem Tanjungjati memiliki
dua skenario pembebanan yaitu kondisi siang dan kondisi malam. Kondisi siang
memiliki jumlah beban daya aktif yang lebih rendah dari pada kondisi malam
hari, tetapi memiliki daya reaktif yang lebih besar dari kondisi malam hari. Saat
malam hari, pada beban dalam subsistem Tanjungjati, total beban daya aktif
sebesar 977,0303 MW dan daya reaktif sebesar 308,7058 MVAR. Pada saat siang
73

hari, total daya aktif sebesar 893,1821 MW dan daya reaktif sebesar 374,9634
MVAR. Subsistem Tanjungjati juga menyuplai daya ke luar subsistem. Pada
malam hari susbsistem Tanjungjati menyuplai 2983,62 MW dan 128,21 MVAR ke
luar subsistem, sehingga total beban menjadi 3.949,65 MW dan 436,9158 MVAR.
Pada siang hari susbsistem Tanjungjati menyuplai daya sebesar 853,75 MW dan
152,23 MVAR, sehingga total beban menjadi3.919,522 MW dan 527,1934
MVAR. Data lengkap tentang tipe beban, nama beban dan besarnya pembebanan
setiap gardu induk, dapat dilihat pada lampiran.

3.3 Penyusunan Skenario Simulasi Subsistem Tanjung Jati


Skenario yang akan disimulasikan di subsistem Ungaran dilakukan untuk
mengetahui perilaku tegangan di sistem jika terjadi perubahan. Skenario yang
dilakukan adalah simulasi gangguan dan restorasi tegangan dengan pelepasan
beban.
3.3.1 Persiapan Simulasi Subsistem Tanjungjati
Langkah persipan simulasi adalah dengan melakukan pengaturan
subsistem yaitu pemasangan Automatic Voltage Regulator (AVR) dan Governor
(Gov), membuat lembar kerja baru, dan plotting grafik serta menghitung kondisi
awal sistem (Initial Condition). Langkah persiapan simulasi dilakukan setelah
single line diagram subsistem Tanjungjati dapat melakukan analisis aliran daya
(load flow). Mekanisme mengenai single line diagram dan aliran daya sudah
dijelaskan di subbab 2.6.3 dan data yang digunakan setiap elemen single line
diagram dijelaskkan pada subab 3.1. Berikut mekanisme pemasangan AVR dan
Gov pada DIgSILENT 14.1.3 :
1) Menambahkan AVR dan Gov dilakukan dengan klik kanan pada
generator pilih Define lalu Automatic Voltage Regulator (avr).

74

Gambar 3.3 Define Generator Saat pemasangan AVR dan Gov

2) Memilih jenis AVR yang akan dipasang pada generator. Setelah


melakukan tahap 1) maka akan muncul window baru seperti gambar 3.5.
Pada tahap ini pilih AVR yang akan dipasang pada generator. Jika sudah
memilih pilih OK.

Gambar 3.4 Tampilan Window Library Pemilihan Tipe AVR dan Gov

3) Memilih Frame dari Composite Model yang akan dipasang pada


generator. Pemilihan Frame dapat dilakukan dengan memilih tombol
pada kotak merah sehingga akan muncul window Library dan pilih
Frame yang diinginkan. Untuk memasang AVR yang telah dipilih maka
pilih Contents pada window Composite Model seperrti gambar 3.7 dan
copy pada kolom Avr Slot. Jika selesai pilih OK.

75

Gambar 3.5 Tampilan Window Composite Model

(AVR)

4) Memilih tipe Gov yang akan dipasang pada generator. Pilih ikon new
object seperti gambar 3.7dan akan muncul window Element Selection,
pilih Common Model dan pilih juga tipe elemen Common Model
(ElmDsl). Setelah itu kan muncul tampilan seperti gambar 3.8. Setelah itu
pilih OK dan akan keluar window Library untuk memilih tipe Gov yang
akan dipasang. Jika selesai pilih OK.

Gambar 3.6 Tampilan Window Contents

76

Gambar 3.7 Tampilan Window Element Selection

5) Copy tipe Gov yang berada dalam Contents ke dalam window Composite
Model. Setelah melakukan semua tahap pada langkah pertama maka AVR
dan Gov telah terpasang pada generator. Jika selesai pilih OK. Lakukkan
mekanisme yang sama untuk setiap generator yang ada dalam subsistem
Tanjungjati.

Gambar 3.8 Tampilan Window Composite Model (AVR dan Gov)

Setelah memasang AVR dan Gov pada setiap generator maka dilanjutkan
dengan langkah kedua yaitu membuat lembar kerja baru untuk menampilkan
77

respon tegangan. Berikut merupakan tahapanya tegangan pada DIgSILENT 14.1.3


:
1) Pilih Insert New Graphic untuk membuat lembar kerja baru.

Gambar 3.9 Tampilan Pembuatan Grafik Baru

Setelah memilih Insert New Graphic, maka akan muncul window NewStudy Case dan isikan nama graikfnya saitu Tegangan serta pilih Virtual
Instrument Panel seperti yang ditunjukan gambar 3.10. Jika sudah selesai
pilih Execute.
2) Memilih plot pada lembar kerja baru. Setelah melakukan tahap 1) maka
akan muncul lembar kerja baru seperti gambar 3.11.

78

Gambar 3.10 Tampilan Lembar Kerja Baru

Plotting grafik dilakukan dengan memilih Append New VI(s)

, lalu

pilih Subplot (VisPlot) pada window Append Vis seperti gambar 3.12.
Setelah memilih plot maka tampilan lembar kerja baru akan menjadi
seperti gambar 3.13 dimana terdapat sumbu garis x dan y serta garis
putus-putus sebagai garis bantu.

Gambar 3.11 Tampilan Lembar Kerja Baru Setelah Plotting

Gambar 3.12 Tampilan Lembar Kerja Baru Setelah Plotting

Setelah langkah kedua dilakukan maka langkah ketiga adalah plotting pada
lembar kerja baru untuk menampilkan grafik. Berikut merupakan tahapanya pada
DIgSILENT 14.1.3 :
1) Memilih elemen yang akan diamati grafiknya. Variabel yang dipilih
adalah respon tegangan pada bus tertentu pada subsistem Ungaran.
Sebagai contoh adalah bus B1 Pemalang. Pemilihan variabel dapat
dilakukan seperti gambar 3.14.

79

Gambar 3.13 Memilih Variabel Plotting

Klik kanan pada mouse lalu pilih Define>Variable Set (Sim). Lalu akan
muncul window Result-Study Case seperti gambar 3.15. Pada window
bisa dilihat bus Pemalang yang telah di set.

Gambar 3.14 Window Result-Study Case

2) Memilih variabel yang akan ditampilkan. Tahap ini dilakukan dengan


memilih Variable Set pada window Result-Study Case seperti yang
terlihat pada gambar 3.16. Setelah memilih Variable Set akan muncul
window Variable Set-Study Case seperti gambar 3.17. Gambar 3.17
menunjukan pemilihan variabel yang ingin ditampilkan saat dilakukan
simulasi skenario dilakukan.

80

Gambar 3.15 Memilih Variable Set

Gambar 3.16 Tampilan Window Element Selection

Pilih bagian RMS Simulation karena simulasi akan dilakukan dalam


keadaan tersebut, lalu pilih variabel yang akan ditampilkan. Dalam
penjelasan sebelumnya bahwa variabel yang akan ditampilkan adalah
respon tegangan, maka pilih terlebih dahulu Currents, Voltages, and
Powers pada kolom Variable Set lalu pilih kode m:u1 ke dalam kolom
Selected Variables. Kode m:u1 yang berarti respon tegangan antar fasa
dengan satuan per unit (p.u). Jika sudah selesai pilih OK.
81

3) Hitung kondisi awal (Initial Condition) subsistem dan pilih grafik yang
akan ditampilkan. Menghitung kondisi awal sistem dilakukan dengan
memilih ikon Calculation Initial Condition (kotak merah nomor 1). Hal
ini terlihat seperti gambar 3.18. Setelah memilih Calculation Initial
Condition, maka kedua pilih event yang akan disimulasikan, event ini
berisi skenario simulasi (kotak merah nomor 2). Lalu Execute (kotak
merah nomor 3) dan kondisi awal subsistem akan dihitung ditandai
dengan report (di dalam kotak hijau).

Gambar 3.17 Perhitungan Kondisi Awal Subsistem

Lalu untuk memilih variabel yang akan ditampilkan dilakukan dengan


klik kanan pada lembar kerja dan pilih Edit sehingga akan muncul
window seperti gambar 3.19.

82

Gambar 3.18 Tampilan Window SubPlot-Study Case

Setelah muncul gambar seperti daiatas maka isikan kolom Results File,
Element, dan Variable seperti diatas. Kolom Element berisi bus B1
Pemalang dan Variable berisi kode m:u1 yang berarti tegangan dalam
p.u. Jika sudah selesai pilih OK.
Catatan untuk setiap tahap 1 3 bahwa pemilihan elemen dan
variabel dapat diganti atau dipilih sesuai kebutuhan. Misalkan yang ingin
ditampilkan adalah elemen B2 pada bus Pemalang dengan variabel
frekuensi.
3.3.2 Fungsi Khusus DigSilent 14.1.3
Subbab ini menjelaskan fungsi khusus pada DIgSILENT 14.1.3 karena
akan digunakan pada penyusunan skenario simulasi. Fungsi khusus yang
digunakan adalah switch event, load event, tap event, dan load flow sensitivity.
Berikut ini merupakan beberapa event yang digunakan dalam pengerjaan
tugas akhir ini.
a.
Switch Event
Fungsi switch event adalah melepaskan atau menyambungkan Circuit
Breaker (CB) pada elemen generator, transformator, saluran, grid, dan beban. Aksi
switching ini dapat diatur waktunya.
83

1. Pada simulasi switch event dilakukan dengan menjalankan calculation


of initial conditions. Setelah itu klik kanan pada element yang ingin
dilakukan switch event. Setelah itu pilih define, switch event.

Gambar 3.19 Memilih Switch Event

2. Kemudian isi waktu kondisi pada kolom execution time (hours,


minutes, second) dan pilih kondisi switch apakan open atau close.
Setelah itu pilih apakah simulasi switch event terjadi pada phase a, b, c
atau ketiga phase (pada tugas akhir ini ketiga phase). Setelah itu tekan
oke, dan simulasi switch event akan muncul pada tabel simulation
events.

84

Gambar 3.20 Switch Event pada DigSilent Power Factory

b.
Load Event
Simulasi Load Event merupakan simulasi penambahan ataupun penurunan
daya pada beban suatu sistem dalam satuan persen baik secara step (bertahap) atau
ramp (perlahan).
1. Pertama dilakukan dengan menjalankan calculation of initial
conditions. Setelah itu klik kanan pada element yang ingin dilakukan
load event.

Pilih Define lalu Load Event seperti yang ditunjukan

gambar

Gambar 3.21 Memilih Load Event

2. Isi waktu simulasi pada kolom execution time. Kemudian tentukan


event of load untuk menentukan jenis penambahan beban. Step
berfungsi untuk penambahan yang bersifat serentak dan ramp
berfungsi untuk penambahan yang bersifat bertahap dalam jangka
waktu tertentu. Kemudian isi proportional load step untuk menentukan
jumlah penambahan beban dalam satuan persen.

85

Gambar 3.22 Load Event pada DigSilent Power Factory

c.
Tap Event
Simulasi tap event berfungsi untuk simulasi perubahan tap pada
transformator ataupun shunt. Perubahan tap dapat terjadi di sisi tegangan tinggi
dan sisi tegangan rendah. Perubahan tap ini dilakukan pada penyettingan awal
transformator.
1. Untuk menjalankan simulasi ini dilakukan dengan menjalankan
calculation of initial conditions. Setelah itu klik kanan pada element
transformator yang ingin dilakukan tap event. Pilih define kemudian
load event.

86

Gambar 3.23 Memilih Tap Event

2. Isi waktu simulasi pada kolom execution time. Kemudian pada tap
action pilih perintah tapping yang akan dijalankan (increase, decrease,
atau set to). Increase berfungsi untuk tapping meningkat secara
otomatis dilakukan oleh DigSilent. Decrease berfungsi untuk tapping
menurun secara otomatis dilakukan oleh DigSilent. Dan set to untuk
menentukan langsung posisi tapping berada.

Gambar 3.24 Tap Event pada DigSilent Power Factory

d.

Load Flow Sensitivity

87

1. Simulasi sensitivitas dilakukan dengan memilih menu additional tools


pada select ToolBar. Kemudian pilih menu load flow sensitivities pada
toolbar.

Gambar 3.25 Memilih Load Flow Sensitivity

2. Setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar 3.27. Setelah itu
eksekusi perintah dengan memilih menu execute. Dasar perhitungan
sensitivitas adalah aliran daya subsistem yang dirancang. Setelah
menekan Execute maka perhitungan akan dilakukan.

Gambar 3.26 Window Load Flow Sensitivity

3. Kemudian pada edit relevant objects for calculation pilih bus bar,
setelah itu lihat data pada flexible data.

88

Gambar 3.27 Memilih Elemen Busbar

4. Untuk memunculkan data dv/dq diambil melalui define flexible data.


Setelah itu dapat dilihat data nilai dv/dq setiap bus bar

Gambar 3.28 Window Object Filter

5. Setelah itu akan muncul tampilan baru untuk memilih variabel yang
ingin ditampilkan seperti Gambar 3.29.

Gambar 3.29 Window variable Set - Settings

Pilih bagian Load Flow lalu pilih kolom variable set dengan isi
Currents, Voltages, and Powers. Setelah itu pilih kode dvdQ yang
berarti nilai sensistivitas dV/dQ. Pilih OK lalu akan muncul Gambar
3.30.

89

Gambar 3.30 Window Object Filter setelah ditampilkan hasil dV/dQ

3.3.3

Skenario Simulasi Subsistem Tanjungjati

Dalam menganalisis perilaku tegangan subsistem Tanjungjati terdapat


beberapa skenario yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini. Pada setiap
skenario yang ada dalam tugas akhir ini, dilakukan beberapa variasi penggunaan
AVR dan governor, seperti:
a. Tanpa AVR dan governor
Hal ini berarti AVR dan governor yang telah terpasang pada
Subsistem Pedan di non aktifkan terlebih dahulu.
b. Dengan AVR dan governor
Variasi ini dilakukan dengan mengaktifkan semua AVR dan
governor yang terpasang pada subsistem Tanjungjati.
c. Dengan AVR
Variasi ini dilakukan dengan mengaktifkan

AVR

dan

menonaktifkan governor yang ada pada Subsistem Tanjungjati.


d. Dengan governor
Variasi ini dilakukan dengan mengaktifkan governor dan menonaktifkan
AVR yang terpasang pada subsistem Tanjungjati.
Skenario yang dilakukan untuk menganalisis subsistem Tanjungjati
menggunakan kondisi pembebanan malam. Hal ini dikarenakan pada kondisi
malam beban lebih tinggi dan membuat penurunan tegangan lebih cepat. Pada
setiap skenario akan memperhatikan stabilitas tegangan yang dapat dilihat dari
respon tegangan terhadap waktu.
Skenario yang dilakukan antara lain karakteristik kurva P-V dan Q-V,
kondisi kenaikan beban, kondisi suplai daya keluar dari sistem, dan simulasi
pemulihan tegangan dengan tapping transformator dan pelepasan beban. Beberapa
90

skenario untuk mengetahui karakteristik subsistem Tanjungjati, antara lain sebagai


berikut:
3.3.1.1.

Karakteristik Kurva P-V dan Q-V


Pada simulasi ini dilakukan untuk melihat titik kestabilan bus-bus yang

paling rawan. Hal ini untuk melihat bus mana yang paling rawan ketika terjadinya
kekurangan suplai daya. Berikut adalah tahapan dalam melihat karakteristik kurva
P-V dan Q-V:
Tabel 3.18 Langkah-Langkah Simulasi Kurva P-V dan Q-V
Jenis Skenario
Kurva P-V dan Q-V

Deskripsi Skenario
Melakukan fungsi khusus Load Event pada bus bar yang akan dilihat grafiknya
Meakukan plotting grafik tegangan bus yang akan diamati dengan sisi x adalah beban
dalam MW
Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan

Pada simulasi ini dilakukan beberapa percobaan yaitu :


a. Kurva P-V dan Q-V bus
Pada simulasi ini melihat kurva karakteristik P-V dan Q-V pada bus-bus
yang dianggap rawan secara bersamaan. Bus tersebut antara lain Mojosongo,
Kudus, Pati, Pandean Lamper, Sayung, dan Cepu. Bus Mojosongo dilihat karena
bus ini merupakan bus yang tegangannya paling rendah. Bus Cepu dilihat karena
bus ini merupakan bus yang memiliki nilai sensitivitas tertinggi. Dan bus Kudus,
Pati, Pandean Lamper, dan Sayung merupakan bus dengan beban terbesar.
Simulasi ini dilakukan dengan simulasi ramp selama 100 detik dengan
penambahan beban 500 % pada daya aktif dan daya reaktif.
b. Kurva P-V dan Q-V Bus Tegangan Terendah
Pada simulasi ini melihat kurva karakteristik P-V dan Q-V pada bus-bus
yang dianggap rawan secara sendiri-sendiri. Bus bar yang diamati adalah dua bus
bar dengan tegangan paling rendah pada kondisi normal.
c. Kurva P-V dan Q-V Bus Beban Terbesar
Pada simulasi ini melihat kurva karakteristik P-V dan Q-V pada bus-bus
yang dianggap rawan secara sendiri-sendiri. Bus bar yang diamati adalah dua bus
bar dengan beban paling besar dalam keadaan normal.
3.3.1.2.

Kondisi Kenaikan Beban


Subsistem Tanjungjati tidak mempunyai SOP terkati under voltage,

sehingga dilakukan pengadopsian SOP under voltage milik subsistem Ungaran.


Berdasarkan SOP manual load shedding terkait under voltage subsistem Jawa

91

Tengah dan DIY pada bulan Desember tahun 2014, besar tegangan yang menjadi
acuan melaksanakan Manual Load Shedding (MLS) adalah pada tegangan
tegangan selain pembangkit mencapai 120 kV atau GI pembangkit mencapai 137
kV. Sehingga dilakukan simulasi kenaikan beban sebagai salah satu cara untuk
mencapai kondisi tersebut. Kenaikan beban yang dilakukan adalah kenaikan
beban internal dan eksternal Tanjungjati. Beban internal merupakan beban yang
terdapat dalam subsistem Tanjungjati dan beban eksternal merupakan penggati
saluran yang menyambungkan ke dalam sistem kelistrikan lainnya
Berikut adalah tahapan dalam melakukan simulasi kenaikan beban :
Tabel 3.19 Langkah-Langkah Simulasi Kenaikan Beban
Jenis Skenario
Kondisi Kenaikan
Beban

Deskripsi Skenario
-Melakukan fungsi khusus Load Event pada beban yang akan dinaikan.
-Melakukan perhitungan kondisi awal pada subsistem.
-Meakukan plotting grafik tegangan bus tertentu yang akan diamati.
-Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan

Penjelasan lebih lanjut mengenai simulasi kenaikan beban adalah sebagai


berikut:
a. Beban Internal Naik 10%
Disini dilakukan simulasi kenaikan beban sebesar 10% pada daya aktif dan
daya reaktif. Pada simulasi ini batasan berupa kapasitas transformator. Apabila
beban telah mencapai kapasitas 80% transformator, maka tidak dilakukan
kenaikan beban. Tetapi, apabila masih memungkinkan maka dilakukan simulasi
kenaikan beban 10%. Total beban (internal dan eksternal) 3949,65 MW; 436,9158
MVAR menjadi 4011,691 MW; 459,52 MVAR.
b. Beban Internal Naik mendekati 80 % Kapasitas Transformator
Disini dilakukan simulasi kenaikan beban mendekati 80% kapasitas
transfomator pada daya aktif dan daya reaktif. Pada simulasi ini batasan berupa
kapasitas

transformator. Apabila

beban telah mencapai kapasitas

80%

transformator, maka tidak dilakukan kenaikan beban. Tetapi, apabila masih


memungkinkan maka dilakukan simulasi kenaikan beban sampai mendekati 80%
kapasitas transformator. Didapat perubahan beban total dari 3949,65 MW ;
436,9158 MVAR menjadi 4258,61 MW; 546,78 MVAR.
c. Beban Eksternal Naik 10%

92

Simulasi ini dilakukan tanpa adanya batasan. Tetapi dilakukan kenaikan


10% karena prakiraan kenaikan beban sekitar 10%. Kenaikan dari 3949,65 MW ;
436,9158 MVAR menjadi 4201,862 MW; 444,258 MVAR.
d. Beban Internal Naik mendekati 80 % Kapasitas Transformator dan Beban
Eksternal Naik 10%
Simulasi ini dilakukan dengan menggabungkan kenaikan beban 80%
kapasitas transformator dan kenaikan beban eksternal sebesar 10%. Pada simulasi
terjadi perubahan daya sebesar 3949,65 MW ; 436,9158 MVAR menjadi 4500,503
MW ; 552,5515 MVAR.
3.3.1.3.

Kondisi Pembangkit Keluar dari Subsistem Tanjungjati


Pada simulasi ini dilakukan skenario generator keluar dari sistem. Hal ini

untuk melihat kestabilan tegangan ketika generator keluar dari sistem. Berikut
adalah tahapan dalam melakukan simulasi lepas pembangkit :
Tabel 3.20 Langkah-Langkah Simulasi Pembangkit Keluar Sistem
Jenis Skenario

Lepas Generator

Deskripsi Skenario
-Melakukan fungsi khusus Switch Event pada generator yang akan
dilepaskan
-Melakukan perhitungan kondisi awal pada subsistem.
-Meakukan plotting grafik tegangan bus tertentu yang akan diamati.
-Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan

Berdasarkan data dari PLN APB Jateng DIY didapatkan pembangkit yang
pernah gangguan pada bulan Mei 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.21 Gangguan Bulan Mei Tahun 2016
Nama Pembangkit

Tambak Lorok Unit ST


2.0

Tambak Lorok Unit ST


1.0

Tambak Lorok Unit 1.3

Tambak Lorok Unit 1.1

Waktu Mulai
01/05/2016
16:59
02/05/2016
09:54
10/05/2016
10:13
11/05/2016
15:10
25/05/2016
18:40
11/05/2016
19:17
20/05/2016
21:55
02/05/2016
00:01

93

Waktu Akhir
01/05/2016
17:14
02/05/2016
10:11
10/05/2016
10:52
11/05/2016
16:12
25/05/2016
19:24
11/05/2016
19:48
20/05/2016
22:42
04/05/2016
04:46

Dari gangguan tersebut maka dilakukan beberapa simulasi gangguan untuk


melihat respon teganga.
a. Tambak Lorok Unit ST 2.0 Keluar
Simulasi ini dilakukan berdasarkan data PLN, telah terjadi gangguan pada
tanggal 1 Mei 2016 pukul 16.59 WIB sampai dengan 1 Mei 2016 pukul 17.14
WIB.
b. Tambak Lorok Unit ST 1.0 Keluar
Simulasi ini dilakukan berdasarkan data PLN, pembangkit keluar dari
sistem pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 15.10 WIB sampai dengan 11 Mei 2016
pukul 16.12 WIB.
c. Tambak Lorok Unit 1.3 Keluar
Simulasi ini dilakukan berdasarkan data PLN, telah terjadi gangguan pada
tanggal 11 Mei 2016 pukul 19.17 WIB sampai dengan 11 Mei 2016 pukul 19.48
WIB.
d. Rembang Unit 1 dan 2 Keluar
Simulasi ini dilakukan untuk melihat seberapa cepat bus Cepu turun,
dikarenakan pembangkit yang paling dekat dengan Cepu adalah pembangkit
Rembang.

Pelepasan

pembangkit

rembang

sebesar

504

MW dan

97

MVAR.perubahan suplai dari 3949,65 MW; 436,9158 MVAR menjadi


3872,355MW; 424,9185 MVAR.
e. Tambak Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 Keluar
Simulasi ini dilakukan berdasarkan data PLN, telah terjadi gangguan pada
tanggal 2 Mei 2016 pukul 19.17 WIB sampai dengan 4 Mei 2016 pukul 04.46
WIB pada Tambak Lorok Unit 1.1. Kemudian dilanjutkan Tambak Lorok unit ST
2.0 pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 09.54 sampai dengan 10.11 WIB.
f.
Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 Keluar
Simulasi ini dilakukan dengan melepas 3 pembangkit dengan kapasitas
terbesar untuk mencapai kondisi undervoltage. Pelepasan pembangkit Tanjungjati
unit 1,2, dan 3 sebesar 1.784,43 MW dan 313 MVAR.
3.3.1.4.

Simulasi Tapping Transformator


Ketika terjadi kondisi tegangan menurun salah satu cara untuk

menanggulangi hal tersebut adalah dengan dilakukannya tapping transformator.


Sehingga pada simulasi ini dilakukan simulasi tapping transformator pada bus
terendah,

sehingga

didapatkan

apakah

94

tapping

transformator

dapat

menyelamatkan penurunan tegangan atau tidak. Bus bar yang dipilih untuk
dijadikan sebagai simulasi adalah bus bar Mojosongo yang mana paling
cenderung tegangan paling rendah dibandingkan bus bar lain. Berikut adalah
tahapan dalam melakukan simulasi tapping pada transformator.
Tabel 3.22 Langkah-Langkah Simulasi Tapping Transformator
Jenis Skenario

Tapping Bus Bar

Deskripsi Skenario
Melakukan fungsi khusus Load Event pada bus bar untuk menurunkan tegangan
Melakukan fungsi khusus Tap Event pada transformator yang diamati
Meakukan plotting grafik tegangan bus tertentu yang akan diamati.
Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan

3.3.1.5.

Simulasi Pelepasan Beban (Load Shedding)


Salah satu tindakan restorasi untuk menanggulangi kondisi undevoltage

adalah dengan melakukan pelepasan beban (load shedding). Salah satu isi dalam
SOP manual load shedding terkait under voltage adalah pelepasan beban,
sehingga dilakukan simulasi pelepasan beban dengan mengacu metode yang
digunakan PLN dan metode sensitivitas bus bar. Berikut adalah tahapan dalam
mensimulasikan pelepasan beban (load sheding) :
Tabel 3.23 Langkah-Langkah Simulasi Pelepasan Beban
Jenis Skenario

Pelepasan Beban

Deskripsi Skenario
Melakukan fungsi khusus swithc event pada pembangkit dan load event pada beban untuk
mencapai kondisi under voltage
Melakukan simulasi switch event pada beban yang dilepaskan berdasarkan tegangan
terendah dan sensitvitas bus bar
Melakukan pencatatan kondisi awal pada subsistem.
Meakukan plotting grafik tegangan bus tertentu yang akan diamati.
Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan

a. Lepas Beban pada Bus Terendah


Dilakukan kenaikan beban sekitar 10% setiap beban internal dan eksternal,
kemudia melepas pembangkit Tanjungjati unit 1,2, dan 3. Setelah itu dilakukan
pelepasan beban berdasarkan urutan bus dengan tegangan terendah sampai
mencapai kondisi jumlah beban yang akan dilepas.
b. Lepas Beban pada Sensitivitas Bus Tertinggi
Dilakukan kenaikan beban sekitar 10% setiap beban internal dan eksternal,
kemudia melepas pembangkit Tanjungjati unit 1,2, dan 3. Setelah itu dilakukan
pelepasan beban berdasarkan urutan sensitivitas bus. Nilai sensitivitas (dV/dQ)
95

pada bus bar dilakukan dengan load flow sensitivity yang telah dijelaskan pada
sub bab 3.3.2. Berikut contoh perhitungan untuk pelepasan beban:
Contoh :
dV/dQ bus bar Mojosongo : 0.00083893
dV/dQ total yang ingin di lepas : 0,001847
Total beban yang di lepas (Pdiff) : 55 MW

Si =

dVi
( dQi
)
[ ( dQidVi )]
n

x P.diff

i=1

Si =

( 0.00083893 )
[ 0,001847 ]

x 55 MW

Si=24,98 MW
Dengan menggunakan persamaan pelepasan berdasarkan dV/dQ diatas,
maka GI Mojosongo harus dilepas bebannya sebesar 24,98 MW. Kemudian dipilih
beban yang dilepas yang mendekati 24,98 MW.
3.4 Mekanisme Validasi DIgSILENT 14.1.3
Dalam memvalidasi subsistem Tanjungjati pada DigSilent Power Factory
dilakukan 2 mekanisme validasi. Mekanisme validasi sebagai berikut :
1. Validasi dengan Aplikasi ETAP
IEEE 9 bus merupakan jaringan yang bisa menggolongkan jaringan
Tanjungjati. Perangkat lunak ETAP (Electric Transient and Analysis Program)
merupakan perangkat lunak yang sering dipergunakan untuk melakukan simulasi
aliran daya. Pada aplikasi ini terdapat beberapa metode aliran daya, salah satunya
metode Newton Raphson yang digunakan pula pada perangkat lunak DigSilent.
Sehingga dilakukan validasi perhitungan perangkat lunak DigSilent dengan
perangkat lunak ETAP pada jaringan IEEE 9 bus. Hal ini untuk membandingkan
apakah perhitungan aliran daya pada DigSilent yang menggunakan metode
Newton Raphson telah sesuai. Sehinngga validasi ini membandingkan hasil aliran
daya antara perangkat lunak DigSilent Power Factory 14.1 dengan Etap 12.6.0.
Simulasi dilakukan dengan menggunakan metode Newton Raphson dengan iterasi
maksimal 99 kali.
2. Validasi dengan Data DigSilent Kelistrikan Jawa-Bali milik PLN

96

Mekanisme validasi ini dilakukan dengan membandingkan hasil aliran daya pada
subsistem Tanjungjati hasil simulasi penulis dengan hasil aliran daya subsitem
Tanjungjati dari sistem kelistrikan Jawa-Bali milik PLN. Hasil aliran daya yang
dibandingkan berupa arah aliran daya, tegangan busbar, daya aktif dan daya
reaktif setiap saluran, serta daya aktif dan daya reaktif setiap busbar.

BAB IV
HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Validasi Hasil Simulasi


Validasi dilakukan untuk memastikan jaringan yang telah dibuat penulis
telah sesuai dengan yang dimiliki oleh PLN sehingga analisa hasil simulasi
skenario dapat digunakan dalam keadaan nyata yang dialami oleh PLN. Berikut
ini merupakan hasil validasi tugas akhir yang dilakukan dengan ETAP 9 IEEE
Test System ETAP 12.6.0 Bus dan Data DIgSILENT milik PLN.
4.1.1 Hasil Validasi dengan Perangkat Lunak ETAP
Dalam memvalidasi data DigSilent Power Factory dilakukan simulasi
IEEE 9 bus menggunakan perangkat lunak DigSilent Power Factory 14.1 dan Etap
12.6.0. Metode perhitungan aliran daya yang digunakan dalam simulasi adalah
Newton Raphson. Hasil yang dibandingkan adalah daya aktif dan daya reaktif
pada saluran serta tegangan pada setiap bus

97

Gambar 4.1 Simulasi IEEE 9 Bus pada ETAP

Gambar 4.2 Simulasi IEEE 9 Bus pada DigSilent Power Factory

Dari simulasi didapatkan simulasi sebagai berikut :


Tabel 4.1 Perbandingan Daya Aktif dan Daya Reaktif dalam Validasi ETAP 9 Bus

Saluran
Line 1

P (MW)
Q (MVAr)
ETAP DIgSILENT ETAP DIgSILENT
40,7
40,52
22,8
22,92

Line 2

30,6

29,98

1,01

Line 3

86,6

87,01

-8,4

-8,4

Line 4

60,8

61,05

-18,1

-18,15

98

Selisih
P Q
0,1 0,12
8
0,6 0,01
2
0,4 0,00
1
0,2 0,05
5

Line 5

24,2

23,95

3,1

3,07

Line 6

76,4

75,97

-0,8

-0,92

0,2 0,03
5
0,4 0,12
3
0,3 0,05
6

Rata-rata

Tabel 4.1 menunjukan nilai daya aktif dan daya reaktif hasil simulasi
dengan kedua perangkat lunak memiliki hasil yang hampir sama. Tanda positif
dan negatif menunjukan arah aliran daya.Rata-rata selisih daya aktif sebesar 0,36
MW dan daya reaktif 0,05 MVAr, untuk selisih daya aktif dikarenakan parameter
transformator dan saluran yang diisikan pada DIgSILENT 14.1.3 lebih sedikit dari
ETAP 12.6.0.
Dari simulasi IEEE 9 Bus pada kedua aplikasi tersebut didapatkan pula
hasil pada bus bar sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data Bus Bar IEEE 9 Bus pada DigSilent Power Factory dan ETAP
No
.

Id Bus

1
2

Busbar 1
Busbar 2

3
4
5
6
7
8
9

Busbar 3
Busbar 4
Busbar 5
Busbar 6
Busbar 7
Busbar 8
Busbar 9

Rating
Bus
16.5
kV
18 kV
13.8
kV
230 kV
230 kV
230 kV
230 kV
230 kV
230 kV

Tegangan
Etap

Tegangan
DigSIlent

Selisih

17.16
18.45

17.16
18.45

0
0

14.145
235.9
229
232.9
235.9
233.6
237.4

14.145
235.9261
228.9908
232.9325
235.9244
233.6747
237.4462

0
-0.0261
0.0092
-0.0325
-0.0244
-0.0747
-0.0462

Dari kedua simulasi diatas didapatkan hasil bahwa simulasi iterasi 99 kali
pada DigSilent Power Factory dan ETAP 12.6.0 menggunakan metode NewtonRaphson memiliki selisih maksimal 0.0747 pada tegangan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa metode perhitungan pada kedua aplikasi sama pada metode
Newton-Raphson.
4.1.2 Hasil Validasi dengan Data DigSilent Kelistrikan Jawa-Bali PLN

99

Validasi Subsistem Tanjung Jati dilakukan dengan cara membandingkan


hasil aliran daya, tegangan, daya aktif, dan daya reaktif pada setiap elemen yang
ada pada subsistem Tanjung Jati.
1. Arah Aliran Daya
Aliran daya yang dibandingkan adalah aliran daya pada DIgSILENT Jawa
Bali milik PLN dengan DIgSILENT subsistem Tanjung Jati yang dikerjakan
penulis. Pada simulasi DigSilent, penulis mengerjakan simulasi pada 5 sheet.
Sheet subsistem Tanjungjati terdiri dari Ungaran, Semarang, Kudus, dan
Tambahan. Berikut beberapa contoh perbandingan aliran daya.

a. Ungaran

(a)
(b)
Gambar 4.3 Perbandingan Arah Aliran Daya PLTGU Tambak Lorok Unit 2
(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Dari aliran daya didapatkan pada PLTGU Tambak Lorok arah aliran daya
simulasi penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat aliran
daya dari PLTGU Tambak Lorok Unit 2 dialirkan menuju beban bawen dan juga
unit 1 PLTGU. Sehingga aliran daya ini tidak langsung masuk ke dalam subsistem
Tanjungjati. Dikarenakan bawen tidak termaksud subsistem Tanjungjati, sehingga
pada simulasi milik penulis aliran daya menuju bawen dimisalkan sebagai beban.

100

(a)
(b)
Gambar 4.4 Perbandingan Arah Aliran Daya Saluran Ungaran-Pudak Payung
(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Dari aliran daya didapatkan pada saluran ungaran-pudak payung arah


aliran daya simulasi penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat
dilihat arah aliran daya mengalir dari ungaran menuju pudak payung. Dapat
dilihat pula pada simulasi milik penulis aliran daya dari ungaran menuju bawen
dimisalkan sebagai beban oleh penulis. Hal ini dikarenakan bawen diluar
subsistem Tanjungjati.

(a)
(b)
Gambar 4.5 Perbandingan Arah Aliran Daya Jelok-Beringin
(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Dari aliran daya didapatkan pada Jelok - Beringin arah aliran daya
simulasi penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Didapatkan daya
mengalir dari sisi Jelok 30 kV menuju sisi jelok 150 kV. Kemudian daya mengalir
dari Jelok 150 kV menuju Beringin dan Sanggrahan. Dikarenakan sanggrahan
diluar subsistem Tanjungjati sehingga pada simulasi milik penulis dimisalkan
sebagai beban.
b. Semarang

101

(a)
(b)
Gambar 4.6 Perbandingan Arah Aliran Tambak Lorok Unit 1
(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Pada Tambak Lorok unit 1 arah aliran daya simulasi penulis sudah
menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat arah aliran daya mengalir
dari Tambak Lorok unit 1 menuju Pandean Lamper. Dapat dilihat pula pada
simulasi milik penulis aliran daya dari Tambak Lorok unit 1 menuju Kalisari dan
Krapyak dimisalkan sebagai beban oleh penulis. Hal ini dikarenakan Kalisari dan
Krapyak diluar subsistem Tanjungjati.

(a)
(b)
Gambar 4.7 Perbandingan Arah Aliran Payung-Pandean Lamper
(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Pada saluran Payung-Pandean Lamper arah aliran daya simulasi penulis


sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat arah aliran daya
mengalir dari Pandean Lamper menuju Payung.
c. Kudus

(a)
(b)
Gambar 4.8 Perbandingan Arah Aliran Pembangkit Rembang

102

(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Pada pembangkit Rembang dapat dilihat arah aliran daya simulasi penulis
sudah menyerupai arah aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat arah aliran daya
mengalir dari Rembang menuju Rembang dan Pati.

(a)
(b)
Gambar 4.9 Perbandingan Arah Aliran Rembang-Blora-Cepu
(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Pada Rembang, Blora, dan Cepu dapat dilihat arah aliran daya simulasi
penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat arah aliran
daya mengalir dari Rembang menuju Blora kemudian terakhir menuju Cepu.

(a)
(b)
Gambar 4.10 Perbandingan Arah Aliran Tanjungjati-Jepara
(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Pada saluran Tanjungjati-Jepara dapat dilihat arah aliran daya simulasi


penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat arah aliran
daya mengalir Tanjung Jati menuju Jepara.

d. Tambahan
103

(a)
(b)
Gambar 4.11 Perbandingan Arah Aliran Ungaran 500 kV-Tanjungjati 500kV
(a) Simulasi Penulis (b) PLN

Pada saluran Ungaran 500 kV Tanjungjati 500 kV dapat dilihat arah


aliran daya simulasi penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN.
Dapat dilihat arah aliran daya mengalir dari Tanjung Jati menuju Ungaran.
Pada simulasi milik penulis dapat dilihat bahwa aliran daya yang datang dari
Surabaya Barat dan Ngimbang dimisalkan grid oleh penulis, hal ini
dikarenakan Surabaya Barat dan Ngimbang bukan bagian dari subsistem
Tanjungjati.
2. Tegangan
Tegangan pada tiap busbar pada DIgSILENT Jawa Bali dan DIgSILENT
subsistem Tanjung Jati akan dibandingkan. Busbar pada subsistem Tanjung Jati
terdiri dari single busbar, 1.5 busbar, dan double busbar.
a. Single Busbar
Tabel 4.3 Perbandingan Tegangan Single Busbar Jawa Bali dan Subsistem Tanjung Jati
Tegangan SS Tanjung
Jati (kV)
151.3917
31.25879

Selisih
(kV)

KDNMBO/B1
JELOK/30KV

Tegangan Jawa
Bali (kV)
151.3966
31.26089

TIMO/30KV

31.53389

31.5318

0.00209

Nama Busbar

Selisih Maksimum

0.0049
0.0021
0.0049

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa tegangan pada single busbar antara
DIgSILENT Jawa Bali dan DIgSILENT subsistem Tanjungjati memiliki sedikit
selisih. Selisih terbesar ada pada bus 150 kV kedungombo yaitu sebesar 0,0049
kV (0,49 volt). Sehingga dapat diambil kesimpulan tegangan pada single busbar
DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati dianggap sudah mendekati tegangan pada
single busbar DIgSILENT Jawa Bali.

104

b. 1,5 Busbar
Tabel 4.4 Perbandingan Tegangan 1.5 Busbar Jawa Bali dan Subsistem Tanjung Jati.

3TBROK/1
3TBROK/2
3TJATI/A
3TJATI/B
TBRGU2/1
TBRGU2/2
TBRGU1/1
TBRGU1/2
RBKIT/B1

Tegangan Jawa
Bali (kV)
151.6974
151.6974
522.5259
522.5259
151.6974
151.6974
151.6974
151.6974
152.3898

Tegangan SS Tanjung
Jati (kV)
151.6924
151.6924
522.5174
522.5174
151.6924
151.6924
151.6924
151.6924
152.3848

Selisih
(kV)
0.005
0.005
0.0085
0.0085
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

RBKIT/B2
UNGAR5/B1

152.3898
511.0932

152.3848
511.0754

0.005
0.0178

UNGAR5/B2

511.0932

511.0754

0.0178

Nama Busbar

Selisih Maksimum

0.0178

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa tegangan pada 1.5 busbar antara DIgSILENT
Jawa Bali dan DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati memiliki sedikit selisih.
Selisih terjadi pada 1.5 busbar Ungaran 500 kV sebesar 0.0178 kV (1,7 volt).
Tegangan pada 1.5 busbar DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati dianggap sudah
mendekati tegangan pada 1.5 busbar DIgSILENT Jawa Bali.
c. Double Busbar
Tabel 4.5 Perbandingan Tegangan Doubles Busbar Jawa Bali dan Subsistem Tanjung Jati.
Nama Busbar
BLORA/B1
BLORA/B2
BRINGIN/B1
BRINGIN/B2
CEPU/B1
CEPU/B2
JEKULO/B1
JEKULO/B2
JEPARA/B1
JEPARA/B2
JELOK/B1
JELOK/B2

Tegangan Jawa
Bali (kV)
151.341
151.341
148.7837
148.7837
150.7335
150.7335
150.1631
150.1631
151.7377
151.7377
149.6658
149.6658

105

Tegangan SS Tanjung
Jati (kV)
151.3359
151.3359
148.7778
148.7778
150.7283
150.7283
150.1584
150.1584
151.7338
151.7338
149.66
149.66

Selisih
(kV)
0.0051
0.0051
0.0059
0.0059
0.0052
0.0052
0.0047
0.0047
0.0039
0.0039
0.0058
0.0058

KUDUS/B1
KUDUS/B2
MJSGO/B1
MJSGO/B2
MRANGGEN/B
1
MRANGGEN/B
2
PATI/B1
PATI/B2
PDLAM/B1
PDLAM/B2
PWDADI/B1
PWDADI/B2
PYUNG/B1
PYUNG/B2
RBANG/B1
RBANG/B2
SLIMA/B1
SLIMA/B2
SYUNG/B1
SYUNG/B2
TJATI/B1
TJATI/B2
UNGAR/B1
UNGAR/B2

150.6808
150.6808
147.3779
147.3779

150.6763
150.6763
147.372
147.372

0.0045
0.0045
0.0059
0.0059

151.7395

151.7343

0.0052

151.7395
149.7781
149.7781
151.3133
151.4683
151.1681
151.1681
151.6716
151.6716
151.8377
151.8377
151.1425
151.1425
151.0815
151.0815
153.2855
153.2855
152.6284

151.7343
149.7733
149.7733
151.3082
151.4633
151.1632
151.1632
151.6664
151.6664
151.8326
151.8326
151.1374
151.1374
151.0766
151.0766
153.2822
153.2822
152.6228

0.0052
0.0048
0.0048
0.0051
0.005
0.0049
0.0049
0.0052
0.0052
0.0051
0.0051
0.0051
0.0051
0.0049
0.0049
0.0033
0.0033
0.0056

152.2295

152.2242

0.0053

Selisih Maksimum

0.0059

Pada tabel 4.5 terlihat bahwa tegangan pada double busbar antara
DIgSILENT Jawa Bali dan DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati memiliki sedikit
selisih. Selisih terbesar terdapat pada busbar Beringin yaitu sebesar 0,0059 kV
(0,59 volt). Tegangan pada double busbar DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati
dianggap sudah mendekati tegangan pada double busbar DIgSILENT Jawa Bali.
Dari tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 terlihat bahwa tegangan pada setiap busbar
DIgSILENT subsistem Tanjung Jati sudah mendekati DIgSILENT Jawa Bali
dengan selisih terbesar 0.0178 kV (1,7 volt) pada busbar Ungaran 500kV. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa tegangan pada bsetiap busbar DIgSILENT
subsistem Tanjung Jati valid.
3. Daya Aktif dan Daya Reaktif
106

Daya aktif dan reaktif yang akan diamati dan dibandingkan adalah daya
aktif dan reaktif pada busbar dan saluran yang ada pada DIgSILENT Jawa Bali
milik PLN dan DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati. Berikut salah satu contoh
saluran transmisi milik PLN dan milik penulis.
Tabel 4.6 Daya pada Saluran Tanjungjati Penulis
Nama Saluran
BLORA-CEPU1
BRINGIN-JELOK1
BRINGINMOJOSONGO1
JELOK-TIMO 1

Daya
Aktif I
(MW)
12.84111
-63.52752

Daya
Aktif J
(MW)
-12.80951
63.75232

Daya
Reaktif I
(MVAR)
2.331149
-17.57437

Daya
Reaktif J
(MVAR)
-4.212305
17.68789

29.294
5.242809

-29.12503
-5.19576

6.886718
-0.1156229

-8.272471
0.1741721

Daya
Aktif I
(MW)
12.8411
-63.5275

Daya
Aktif J
(MW)
-12.8095
63.75229

Daya
Reaktif I
(MVAR)
2.331014
-17.57419

Daya
Reaktif J
(MVAR)
-4.212304
17.68762

29.29398
5.24281

-29.12503
-5.195767

6.886538
-0.1155944

-8.272473
0.1741359

Tabel 4.7 Daya pada Saluran Jawa Bali PLN


Nama Saluran
BLORA-CEPU1
BRINGIN-JELOK1
BRINGINMOJOSONGO1
JELOK-TIMO 1

Dari tabel diatas dapat dilihat data aliran daya milik PLN dengan data
aliran daya milik penulis sudah hampir sama. Untuk simulasi secara keseluruhan
perbedaan terbesar aliran daya reaktif ada pada saluran Ungaran-Tanjung Jati
sebesar 0,14785 MVAR, dan untuk aliran daya aktif pada saluran UngaranTambak Lorok sebesar 0,01456 MW. Untuk kelengkapan perbandingan daya pada
saluran dilampirkan pada lampiran.

4.2 Hasil Skenario


Skenario yang dibuat bertujuan untuk mengamati dan menganalisis
perilaku tegangan subsistem Tanjungjati. Skenario yang dilakukan terdiri dari
pengujian terhadap gangguan kecil yaitu kenaikan beban dan gangguan besar
seperti lepasnya sumber pembangkit serta menguji proses perbaikan tegangan
107

sebagai dampak dari gangguan. Setiap skenario diujikan pada variasi kondisi
dengan penggunaan governor, penggunaan AVR, penggunaan governor dan AVR,
dan tanpa penggunaan governor dan AVR.
4.2.1 Kurva P-V dan Q-V
Berdasarkan teori kurva P-V dan Q-V yang ada pada 2.5.1 maka dilakukan
simulasi kurva P-V dan kurva Q-V pada bus bar Mojosongo, Beringin, Kudus,
Pati, Pandean Lamper, Sayung, dan Cepu. Pemilihan bus bar Mojosongo
dikarenakan bus tersebut memiliki nilai yang paling rendah, untuk bus bar Cepu
dikarenakan bus bar tersebut merupakan bus bar yang sensitivitasnya tertinggi,
kemudian untuk bus bar Kudus, Pati, Sayung, Pandean Lamper, dan Beringin
merupakan bus bar dengan beban terbesar.
1. Kurva P-V dan Q-V

Gambar 4.12 Kurva P-V pada Bus Bar Pilihan

Pada kurva P-V dapat diketahui :


Tabel 4.8 Kurva P-V Bus Bar Pilihan
Bus Bar
Pandean Lamper
Sayung
Kudus
Cepu
Pati

Total Daya (MW)


5.193,902
5.192,375
5.193,902
5.193,902
5.193,902

108

Tegangan
(kV)
138,911
138,112
134,267
137,173
133,145

Beban di GI
63,594
56,470
196,761
87,849
123,059

Beringin

5.193,902

122,509

Mojosongo

5.193,902

115,293

205,958
57,271

Dari gambar dan tabel diatas dapat diketahui bahwa bus bar Mojosongo
merupakan bus bar yang paling mudah tidak stabil.

Gambar 4.13 Kurva Q-V pada Bus Bar Pilihan

Pada Kurva Q-V dapat dilihat :


Tabel 4.9 Kurva Q-V Bus Bar Pilihan
Bus Bar
Pandean Lamper
Sayung
Kudus
Cepu
Pati
Beringin
Mojosongo

Total Daya (MVAR)


957,349
956,711
958,782
957,534
957,700
957,782
957,781

Tegangan
(kV)
138,895
138,120
134,278
137,179
133,145
122,504
115,288

Beban di GI
20,389
22,500
62,799
29,003
40,673
59,525
17,668

4.2.2.1 Data P-V dan Q-V Bus Bar Tegangan Terendah


Berdasarkan data pada bab III, diketahui bahwa bus bar Mojosongo dan
Beringin merupakan bus bar dengan tegangan terendah. Sehingga perlu dilihat
kurva P-V dan Q-V pada bus bar tersebut untuk melihat tingkat kestabilan bus bar
tersebut.
1. Bus Bar Mojosongo

109

Dilakukan simulasi kenaikan beban bertahap (ramp) dengan waktu 100


detik pada beban Mojosongo TD_2. Sehingga didapat kurva hubungan daya aktif
dan daya reaktif terhadap tegangan pada bus bar Mojosongo sebagai berikut:
a. Kurva P-V

Gambar 4.14 Kurva P-V Bus Bar Mojosongo


Tabel 4.10 Kurva P-V Bus Bar Mojosongo
Bus Bar
Mojosong
o

TD1

42,6541
1

TD2
15,5959
5

TD2
Akhir

Totaal Daya (MW)

Tegangan (kV)

431,05

114,86

388,4

Dari data gambar grafik diatas didapatkan bahwa semakin bertambahnya


daya aktif akan berakibat pada penurunan tegangan. Dari data gambar grafik
diatas didapatkan kenaikan beban mendekati 80% kapasitas transformator pada
mojosongo sebesar 67,9 MW dan 19,41 MVAR masih jauh dari kondisi titik kritis.
b. Kurva Q-V

110

Gambar 4.15 Kurva Q-V Bus Bar Mojosongo


Tabel 4.11 Kurva Q-V Bus Bar Mojosongo
Bus Bar
Mojosong
o

TD2
TD2
Akhir
4,81134
11,7336
4 119,832
TD1

Totaal Daya (MW)

Tegangan (kV)

131,5656

114,86

Dari data gambar grafik diatas didapatkan bahwa semakin bertambahnya


daya reaktif akan berakibat pada penurunan tegangan. Dari data gambar grafik
diatas didapatkan kenaikan beban mendekati 80% kapasitas transformator pada
mojosongo sebesar 67,9 MW dan 19,41 MVAR masih jauh dari kondisi titik kritis.
2. Bus Bar Beringin
Dilakukan simulasi kenaikan beban bertahap (ramp) dengan waktu 100
detik pada beban Beringin_TD1. Sehingga didapatkan kurva hubungan daya aktif
dan daya reaktif terhadap tegangan pada bus bar Beringin sebagai berikut:
a. Kurva P-V

111

Gambar 4.16 Kurva P-V Bus Bar Beringin


Tabel 4.12 Kurva P-V Bus Bar Beringin
Bus Bar

TD1

Beringin

50,6256

TD2
17,8414
4

TD1
Akhir

Total Daya
(MW)

Tegangan
(kV)

693,928

711,76944

120,199

Dari data gambar grafik diatas didapatkan bahwa semakin bertambahnya


daya aktif akan berakibat pada penurunan tegangan. Dari data gambar grafik
diatas didapatkan kenaikan beban mendekati 80% kapasitas transformator pada
bus bar Beringin sebesar 95,23 MW dan 31,47 MVAR masih jauh dari kondisi
titik kritis.

b. Kurva Q-V

112

Gambar 4.17 Kurva Q-V Bus Bar Beringin


Tabel 4.13 Kurva Q-V Bus Bar Beringin
Bus Bar

TD1

TD2

Beringin

14,6432
3

6,73207
9

TD1
Akhir

Total Daya
(MVAR)

Tegangan
(kV)

200,716

207,448079

120,199

Dari data gambar grafik diatas didapatkan bahwa semakin bertambahnya


daya reaktif akan berakibat pada penurunan tegangan. Dari data gambar grafik
diatas didapatkan kenaikan beban mendekati 80% kapasitas transformator pada
bus bar Beringin sebesar 95,23 MW dan 31,47 MVAR masih jauh dari kondisi
titik kritis.
4.2.2.2 Data P-V dan Q-V Bus Bar Beban Terbesar
Berdasarkan data bus bar pada bab III, diketahui bahwa bus bar Kudus dan
Pati merupakan bus bar dengan beban terbesar. Sehingga perlu dilihat kurva P-V
dan Q-V pada bus bar tersebut untuk melihat tingkat kestabilan bus bar tersebut.

1. Bus Bar Kudus

113

Simulasi kenaikan beban bertahap (ramp) dengan waktu 100 detik pada
beban Kudus_TD2. Sehingga didapatkan grafik hubungan daya aktif dan daya
reaktif terhadap tegangan sebagai berikut:
a. Kurva P-V

Gambar 4.18 Kurva P-V Bus Bar Kudus


Tabel 4.14 Kurva P-V Bus Bar Kudus
Bus Bar

TD1

TD2

TD3

Kudus

17,83

41,29

28,94

TD2
Akhir
1221,6

Total Daya
(MW)
1280,72

Tegangan
(kV)
134,7

Dari data gambar grafik diatas didapatkan bahwa semakin bertambahnya


daya aktif akan berakibat pada penurunan tegangan. Dari data gambar grafik
diatas didapatkan kenaikan beban mendekati 80% kapasitas transformator pada
bus bar Kudus sebesar 132,43 MW dan 45,47 MVAR masih jauh dari kondisi titik
kritis.

b. Kurva Q-V

114

Gambar 4.19 Kurva Q-V Bus Bar Kudus


Tabel 4.15 Kurva Q-V Bus Bar Kudus
Bus Bar

TD1

TD2

TD3

Kudus

5,61

13,17

11,29

TD2
Akhir
389,8

Total Daya
(MVAR)
408,58

Tegangan
(kV)
134,7

Dari data gambar grafik diatas didapatkan bahwa semakin bertambahnya


daya reaktif akan berakibat pada penurunan tegangan. Dari data gambar grafik
diatas didapatkan kenaikan beban mendekati 80% kapasitas transformator pada
bus bar Kudus sebesar 132,43 MW dan 45,47 MVAR masih jauh dari kondisi titik
kritis.
2. Bus Bar Pati
Simulasi kenaikan beban bertahap (ramp) dengan waktu 100 detik pada
beban Pati_TD3. Sehingga didapatkan kurva grafik hubungan daya aktif dan daya
reaktif seperti berikut :

a. Kurva P-V

115

Gambar 4.20 Kurva P-V Bus Bas Pati


Tabel 4.16 Kurva P-V Bus Bar Pati
Bus Bar

TD1

TD2

Pati

2173

410,19

TD3

TD2
Akhir

Total Daya
(MW)

Tegangan
(kV)

25,94

842,2

877,9

133,27

Dari data gambar grafik diatas didapatkan bahwa semakin bertambahnya


daya aktif akan berakibat pada penurunan tegangan. Dari data gambar grafik
diatas didapatkan kenaikan beban mendekati 80% kapasitas transformator pada
bus bar Pati sebesar 110,05 MW dan 37,73 MVAR masih jauh dari kondisi titik
kritis.

b. Kurva Q-V

116

Gambar 4.21 Kurva Q-V Bus Bas Pati

Tabel 4.17 Kurva Q-V Bus Bar Pati


TD3
Bus Bar
Pati

TD1
7,68

TD2
14,06

8,57

TD2
Akhir
278,4

Total Daya
(MVAR)
300,14

Tegangan
(kV)
133,2

Dari data gambar grafik diatas didapatkan bahwa semakin bertambahnya


daya reaktif akan berakibat pada penurunan tegangan. Dari data gambar grafik
diatas didapatkan kenaikan beban mendekati 80% kapasitas transformator pada
bus bar Pati sebesar 110,05 MW dan 37,73 MVAR masih jauh dari kondisi titik
kritis.

117

4.2.3 Kondisi Naik Beban


Berdasarkan SOP manual load shedding terkait under voltage subsistem
Jawa Tengah dan DIY pada bulan Desember tahun 2014, besar tegangan yang
menjadi acuan melaksanakan Manual Load Shedding (MLS) adalah pada
tegangan tegangan selain pembangkit mencapai 120 kV atau GI pembangkit
mencapai 137 kV.
1. Beban Internal Naik 10%
Untuk mendapatkan kondisi tegangan manual load shedding, salah
satunya dengan melakukan simulasi kenaikan beban sebesar 10% pada setiap
beban. Besarnya presentasi 10% ini dilakukan atas dasar untuk mencapai kondisi
137 kV. Peningkatan beban sebesar 10% ini dibatasi oleh kondisi transformator.
Kondisi

transformator

maksimal

dibebani

sebesar

80%

dari

kapasitas

transformator.
Berikut adalah hasil dari simulasi kenaikan 10% beban selama 20 detik
dengan waktu simulasi 500 detik. Gelombang yang dilihat adalah bus bar
Mojosongo yang merupakan bus bar dengan kondisi tegangan terendah dan bus
bar Cepu yang merupakan bus bar dengan sensitivitas tertinggi. Maka didapatkan
grafik seperti pada gambar :

Gambar 4.22 Hasil Tegangan Beban Internal Naik 10 %

Dari simulasi itu pula didapatkan tegangan akhir pada bus bar Mojosongo
dan Cepu sebagai berikut :
Tabel 4.18 Hasil Tegangan pada Beban Internal Naik 10%

118

Cepu
(kV)
150,30
6
147,49
0
150,22
1
147,23
9

Kondisi
Dengan AVR dan GOV
Tanpa AVR
Tanpa Gov
Tanpa AVR dan Gov

Mojosongo
(kV)
146,794
145,513
146,215
145,321

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa gelombang yang menggunakan


AVR dan governor hasil grafiknya lebih cepat stabil dan lebih baik. Untuk dengan
hanya menggunakan AVR saja hasilnya memang baik tetapi gelombang tegangan
sangat landai dan lama waktu untuk stabil.
Pada simulasi kenaikan beban didapatkan tegangan paling rendah adalah
bus bar Mojosongo yaitu 146,794 kV. Nilai tegangan tersebut masih berada pada
batas normal berdasarkan standar yang dipergunakan PLN dan belum mencapai
kondisi 137 kV sehingga tidak diperlukan kondisi pelepasan beban.
2. Beban Internal Naik Mendekati 80% Kapasitas Transformator
Simulasi kenaikan beban sebesar mencapai 80% kapasitas transformator.
Apabila terdapat beban yang telah mencapai kapasitas 80% transformator maka
tidak dilakukan kenaikan beban. Sehingga didapatkan gelombang teganan sebagai
berikut :

Gambar 4.23 Hasil Tegangan Beban Internal Naik 80 % Kap. Transformator

119

Dari simulasi itu pula didapatkan tegangan akhir pada bus bar Mojosongo
dan Cepu sebagai berikut :
Tabel 4.19 Hasil Tegangan pada Beban Internal Naik 80% Kap. Transformator

Dengan AVR dan Gov


Tanpa AVR
Tanpa Gov

Cepu
(kV)
146,763
Osilasi
146,368

Mojosongo
(kV)
144,971
Osilasi
142,155

Tanpa AVR dan Gov

Osilasi

Osilasi

Kondisi

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa gelombang yang menggunakan


AVR dan governor hasil grafiknya lebih cepat stabil dan lebih baik. Untuk dengan
hanya menggunakan AVR saja hasil gelombang tegangan sangat landai dan lama
waktu untuk stabil. Sedangkan jika hanya menggunakan Governor saja ataupun
tidak sama sekali maka didapatkan gelombang osilasi sangat keras.
Pada simulasi kenaikan beban didapatkan tegangan paling rendah adalah
bus bar Mojosongo yaitu 144,791 kV. Nilai tegangan tersebut masih berada pada
batas normal berdasarkan standar yang dipergunakan PLN dan belum mencapai
kondisi 137 kV sehingga tidak diperlukan kondisi pelepasan beban.

3. Beban Eksternal Naik 10%


Pada simulasi ini dilakukan peningkatan beban eksternal sebesar 10%. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi 137 kV pada bus bar. Tidak ada batasan
pada simulasi ini, sehingga semua beban mengalami peningkatan sebesar 10%.
Didapatkan grafik seperti pada gambar berikut :

120

Gambar 4.24 Hasil Tegangan Beban Eksternal Naik 10 %

Dari simulasi itu pula didapatkan tegangan akhir pada bus bar Mojosongo dan
Cepu sebagai berikut :
Tabel 4.20 Hasil Tegangan pada Beban Eksternal Naik 10%
Kondisi
Dengan AVR dan GOV
Tanpa AVR
Tanpa Gov

Cepu
(kV)
150,456
141,103
150,179

Mojosongo
(kV)
146,290
141,934
144,173

Tanpa AVR dan GOV

140,049

140,913

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa gelombang yang menggunakan


AVR dan governor hasil grafiknya lebih cepat stabil dan lebih baik. Untuk dengan
hanya menggunakan AVR saja hasil gelombang tegangan sangat landai dan lama
waktu untuk stabil.
Pada simulasi kenaikan beban didapatkan tegangan paling rendah adalah
bus bar Mojosongo yaitu 146,290 kV. Nilai tegangan tersebut masih berada pada
batas normal berdasarkan standar yang dipergunakan PLN dan belum mencapai
kondisi 137 kV sehingga tidak diperlukan kondisi pelepasan beban.
4. Beban Internal dan Eksternal Naik
Pada simulasi ini dilakukan simulasi kenaikan beban internal dan
eksternal. Beban internal dinaikkan hingga mencapai 80% dari kapasitas
transformator. Dan untuk beban eksternal dinaikkan tanpa ada batasan hingga

121

10% beban eksternal. Berdasarkan simulasi tersebut didapatkan gelombang


tegangan sebagai berikut :

Gambar 4.25 Hasil Tegangan Beban Internal dan Eksternal Naik

Dari simulasi itu pula didapatkan tegangan akhir pada bus bar Mojosongo dan
Cepu sebagai berikut :
Tabel 4.21 Hasil Tegangan pada Beban Internal dan Eksternal Naik
Kondisi
Dengan AVR dan GOV
Tanpa AVR
Tanpa Gov
Tanpa AVR dan GOV

Cepu
(kV)
146,4782
Osilasi
145,8482

Mojosongo
(kV)
143,8668
Osilasi
138,9238

Osilasi

Osilasi

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa gelombang yang menggunakan


AVR dan governor hasil grafiknya lebih cepat stabil dan lebih baik. Penggunaan
Governor saja ataupun tidak sama sekali didapatkan grafik yang sangat berosilasi.
Pada simulasi kenaikan beban didapatkan tegangan paling rendah adalah
bus bar Mojosongo yaitu 143,8668 kV. Nilai tegangan tersebut masih berada pada
batas normal berdasarkan standar yang dipergunakan PLN dan belum mencapai
kondisi 137 kV sehingga tidak diperlukan kondisi pelepasan beban.
4.2.4 Kondisi Lepas Generator

122

Pada simulasi ini dilakukan simulasi lepas generator untuk melihat respon
tegangan. Pelepasan pembangkit yang terjadi yaitu kasus yang ada di Tanjugjati
bulan Mei 2016.
Selain itu juga dilakukan simulasi pelepasan pembangkit Rembang 1 dan
2. Hal ini untuk melihat bus bar cepu yang merupakan gardu induk yang paling
jaug dari pembangkit. Kemudian simulasi lain juga dilakukan dengan melepaskan
pembangkit Tanjungjati unit 1,2, dan 3. Pelepasan ini berdasarkan pembangkit
yang memiliki suplai daya tertinggi.
1. Tambak Lorok Unit ST 2.0 Keluar
Tambak Lorok Unit ST 2.0 mengalami gangguan dan keluar dari sistem.
Maka didapatkan respon tegangan sebagai berikut :

Gambar 4.26 Hasil Tegangan Tambak Lorok Unit ST 2.0 Keluar

Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.22 Hasil Tegangan pada Tambak Lorok Unit ST 2.0 Keluar
Kondisi
Dengan AVR dan Gov
Tanpa AVR dengan Goc
Tanpa Gov dengan AVR

Cepu
150.6083
147.4302
150.5032

Mojosongo
146.9835
145.1015
146.2303

Tanpa Gov dan AVR

147.1776

144.8977

123

Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tambak Lorok Unit ST
2.0 dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan menggunakan AVR
dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati kondisi normal
subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima bus bar dengan
tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima bus bar tersebut
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.23 Tegangan Terendah pada Tambak Lorok Unit ST 2.0 Keluar
Bus Bar
MOJOSONGO
BRINGIN
JELOK
PATI

Tegangan (kV)
146.9839
148.386
149.2659
149.4759

JEKULO5

149.8171

Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
mojosongo yaitu 146,98 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi
aman berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga

tidak

diperlukan skema pelepasan beban.


2. Tambak Lorok Unit ST 1.0 Keluar
Tambak Lorok Unit ST 1.0 mengalami gangguan dan keluar dari sistem.
Maka didapatkan respon tegangan sebagai berikut :

124

Gambar 4.27 Hasil Tegangan Tambak Lorok Unit ST 1.0 Keluar

Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.24 Hasil Tegangan pada Tambak Lorok Unit ST 1.0 Keluar
Kondisi
Dengan AVR dan Gov
Tanpa AVR dengan
Goc
Tanpa Gov dengan
AVR

Cepu
150.5929

Mojosong
o
146.9924

146.7041

145.0556

150.439
4

145.8826

Tanpa Gov dan AVR

146.0088

144.4217

Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tambak Lorok Unit ST
1.0 dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan menggunakan AVR
dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati kondisi normal
subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima bus bar dengan
tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima bus bar tersebut
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.25 Tegangan Terendah pada Tambak Lorok Unit ST 1.0 Keluar
Bus Bar
MOJOSONGO
BRINGIN
JELOK

Tegangan (kV)
146.9924
148.3945
149.2744

125

PATI

149.4533

JEKULO5

149.8056

Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Mojosongo yaitu 146,99 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi
aman berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga

tidak

diperlukan skema pelepasan beban.


3. Tambak Lorok Unit 1.3 Keluar
Tambak Lorok Unit 1.3 mengalami gangguan dan keluar dari sistem. Maka
didapatkan respon tegangan sebagai berikut :

Gambar 4.28 Hasil Tegangan Tambak Lorok Unit 1.3 Keluar

Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan


dan tidak penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.26 Hasil Tegangan pada Tambak Lorok Unit 1.3 Keluar
Kondisi
Dengan AVR dan
Gov
Tanpa AVR dengan
Goc
Tanpa Gov dengan
AVR
Tanpa Gov dan AVR

Cepu
150.606
3
147.461
4
150.491
9
147.126

126

Mojosong
o
146.9609
145.1686
146.1764
144.9027

Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tambak Lorok Unit ST
1.0 dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan menggunakan AVR
dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati kondisi normal
subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima bus bar dengan
tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima bus bar tersebut
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.27 Tegangan Terendah pada Tambak Lorok Unit 1.3 Keluar
Bus Bar
MOJOSONGO
BRINGIN
JELOK
PATI

Tegangan (kV)
146.9609
148.3628
149.2425
149.4665

JEKULO5

149.8023

Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Mojosongo yaitu 146,96 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi
aman berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga

tidak

diperlukan skema pelepasan beban.


4. Tambak Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 Keluar
Tambak Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 mengalami gangguan pada waktu
yang sama dan keluar dari sistem. Maka didapatkan respon tegangan sebagai
berikut :

127

Gambar 4.29 Hasil Tegangan Tambak Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 Keluar

Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.28 Hasil Tegangan pada Tambak Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 Keluar
Kondisi
Dengan AVR dan
Gov
Tanpa AVR dengan
Goc
Tanpa Gov dengan
AVR
Tanpa Gov dan AVR

Cepu
150.497
5
143.928
1
150.282
9
143.315
8

Mojosong
o
146.7039
143.3178
145.0954
142.6832

Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tambak Lorok Unit ST
2.0 dan Unit 1.1 kondisi padam dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah
dengan menggunakan AVR dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan
mendekati kondisi normal subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi
didapatkan lima bus bar dengan tegangan akhir terendah setelah dilakukannya
simulasi. Kelima bus bar tersebut adalah sebagai berikut :

128

Tabel 4.29 Tegangan Terendah pada T. Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 Keluar
Bus Bar
MOJOSONGO
BRINGIN
JELOK
PATI

Tegangan (kV)
146.7039
148.1034
148.9815
149.2226

JEKULO5

149.5456

Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Mojosongo yaitu 146,70 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi
aman berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga

tidak

diperlukan skema pelepasan beban.


5. Rembang Unit 1 dan 2 Keluar
Berdasarkan data bus bar pada bab 2, didapatkan bahwa Cepu merupakan
GI yang paling jauh dari pembangkit. Sehingga dilakukan simulasi dengan
pembangkit rembang keluar dari sistem.

Gambar 4.30 Hasil Tegangan Rembang Unit 1 dan 2 Keluar

Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:

129

Tabel 4.30 Hasil Tegangan Rembang Unit 1 dan 2 Keluar


Kondisi
Dengan AVR dan Gov
Tanpa AVR dengan
Goc
Tanpa Gov dengan
AVR

Cepu
141.8816

Mojosongo
145.8337

134.8816

139.3534

138.799

141.7289

Tanpa Gov dan AVR

132.3059

136.8971

Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Rembang Unit 1 dan 2
kondisi padam dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan
menggunakan AVR dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati
kondisi normal subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima
bus bar dengan tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima
bus bar tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.31 Tegangan Terendah Rembang Unit 1 dan 2 Keluar
Bus Bar
CEPU
BLORA
REMBANG
REMBANG
KIT

Tegangan (kV)
141.8816
142.4535
142.9211

PATI

145.0171

143.4408

Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Cepu yaitu 141,88 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi aman
berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga tidak diperlukan
skema pelepasan beban.
6. Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar
Pada kondisi ini dilakukan simulasi dengan melepas pembangkit yang
menyuplai daya reaktif terbesar di subsistem Tanjungjati. Sehingga dilakukan
pelepasan 3 buah pembangkit Tanjungjati. Simulasi ini menghasilkan respon
tegangan sebagai berikut :

130

Gambar 4.31 Hasil Tegangan Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar

Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.32 Hasil Tegangan Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar
Kondisi
Dengan AVR dan Gov
Tanpa AVR dengan Goc
Tanpa Gov dengan AVR
Tanpa Gov dan AVR

Cepu
145.6727
Osilasi
Osilasi

Mojosongo
136.1122
Osilasi
Osilasi

Osilasi

Osilasi

Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tanjungjati Unit 1,2,
dan 3

kondisi padam dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan

menggunakan AVR dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati
kondisi normal subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima
bus bar dengan tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima
bus bar tersebut adalah sebagai berikut :

131

Tabel 4.33 Tegangan Terendah Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar
Bus Bar
UNGARAN
MOJOSONGO
TANJUNGJATI
BERINGIN

Tegangan (kV)
130.8198
136.1122
136.7336
137.4106

JEPARA

137.9986

Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Ungaran yaitu 130,81 kV. Setelah bus bar tersebut didapatkan bus bar Mojosongo
dengan tegangan 136,11 kV. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tegangan
pada bus bar Ungaran dibawah standar minimum untuk tegangan nominal 150 kV.
Sehingga diperlukan proses pemulihan tegangan.
4.2.5 Simulasi Pemulihan Tegangan
Dalam mendesain simulasi pemulihan tegangan maka diperlukan kondisi
dimana tegangan mencapai kondisi undervoltage. Maka dipilih simulasi yang
mengakibatkan tegangan mencapai kondisi tersebut.
Dipilih kondisi pada saat beban internal dan eksternal naik 10%, didapatkan PLTU
Tanjungjati unit 1, 2, dan 3 keluar dari sistem. Maka didapatkan tegangan
terendah sebagai berikut :

Gambar 4.32 Tegangan Beban Internal Naik dan Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar

132

Berikut data hasil akhir tegangan pada 6 bus bar dengan tegangan terendah :
Tabel 4.34 Hasil Tegangan Simulasi Internal dan Eksternal Naik 10%
Nama GI
MOJOSONG
O
TANJUNG
JATI
BRINGIN
JEPARA

Tegangan

JELOK

135.017

132.793
133.216
134.175
134.7232

Dari data diatas dapat diketahui bahwa bus bar Mojosongo, Tanjungjati,
Beringin, dan Jepara tegangannya dibawah standar tegangan minimum yang
dipakai PLN (Peraturan Mentri ESDM No. 03 tahun 2007) yaitu 135 kV.
Sehingga diperlukannya pemulihan tegangan agar subsistem Tanjungjati dapat
kembali pada kondisi normal.
4.2.5.1 Simulasi Tapping pada Bus Terendah
Dalam menanggulangi kondisi tegangan rendah salah satunya adalah
dengan melakukan tapping transformator. Oleh sebab itu percobaan ini
mensimulasikan tapping transformator pada transformator 150/20 kV untuk
menaikkan tegangan sisi tegangan rendah.
Simulasi ini dilakukan pada bus bar Mojosongo yang mana memiliki
kondisi tegangan paling rendah. Kondisi tapping transformator pada kondisi
normal diposisi 10. Kemudia ketika terjadi penurunan tegangan tap transformator
dipindahkan ke posisi 8 yang mana tapping maksimal di sisi tegangan tinggi.
Sehingga didapatkan kondisi tegangan sebagai berikut :

133

Gambar 4.33 Hasil Tegangan Simulasi Tapping Bus Bar Mojosongo

Didapatkan data tegangan sebagai berikut :


Tabel 4.35 Hasil Pemulihan Tegangan dengan Tapping Transformator
Bus Bar 20 kV
Mojosongo_TD1
Mojosongo_TD2
Mojosongo 150 kV

Teg. Awal (kV)


20.14873
20.19237

Teg. Jatuh (kV)


17.891
18.029

147.3331

132.323

Teg. Pemulihan (kV)


18.43334
18.57553
132.054

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pemulihan tegangan dengan


menggunakan tapping transformator dapat dilakukan. Tegangan pada sisi 20 kV
yang tadinya dibawah batas normal (-5% atau 18 kV) berubah menjadi diatas.
Walaupun pemulihan tersebut tidak membuat tegangan kembali seperti kondisi
normal, tetapi tegangan yang dihasilkan masih dalam batas ambang.
4.2.5.2 Simulasi Pelepasan Beban
Berdasarkan prosedur operasi manual load shedding terkait under voltage
milik PLN tahun 2014, diketahui bahwa jika kondisi penurunan tegangan tidak
dapat di perkirakan sebelumnya, maka dilakukan skema manual load shedding.
Oleh sebab itu pada sub bab ini dilakukan skema pelepasan beban. Skema
pelepasan beban yang disimulasikan berdasarkan tegangan terendah dan

134

berdasarkan sensitivitas. Tujuannya adalah untuk membandingkan skema yang


lebih baik untuk menanggulangi terjadinya tegangan rendah.
1. Berdasarkan Tegangan Terendah
Berdasarkan SOP Manual Load Shedding terkait under voltage milik PLN,
pada subsistem Ungaran dilakukan manual load shedding pada bus bar terendah.
Sehingga berdasarkan SOP ini dilakukan pelepasan beban sebesar 55 MW pada
bus bar dengan tegangan terendah. Didapatkan simulasi pelepasan beban sebagai
berikut :
Tabel 4.36 Skema Pelepasa Beban berdasarkan Tegangan Terendah
Bus Bar
Mojosongo
Tanjungjati

Tegangan
132.793
133.216

Nama Beban
3MJNGO5_TD
1
3MJNGO5_TD
2
3TJATI5_TD1

P beban
(MW)

Q Beban (MVAR)

42.65411

11.7336

15.59595

4.811344

26.71112

9.118734

Simulasi melepaskan total beban 84,96 MW dan 25,66 MVAR. Berdasarkan


skenario pelepasan beban diatas maka didapatkan gelombang tegangan sebagai
berikut :

Gambar 4.34 Hasil Tegangan Lepas Beban Berdasarkan Tegangan Terendah

135

Didapatkan perubahan tegangan pada bus bar dibawah 135 kV sebagai berikut :
Tabel 4.37 Hasil Pelepasa Beban berdasarkan Tegangan Terendah
Bus Bar
MOJOSONGO
TANJUNG
JATI
BRINGIN
JEPARA

Tegangan Awal
(kV)
132.793

Tegangan Akhir
(kV)
136.651

Selisih (kV)
3.858

133.216
134.175

134.3583
136.5822

1.1423
2.4072

134.7232

135.7777

1.0545

Dengan menggunakan pelepasan beban manual pada tegangan terendah


didapatkan tegangan setiap bus bar kembali menjadi normal (diatas 135 kV).
Tegangan menjadi normal namun yang menjadi catatan adalah tidak meratanya
kenaikan tegangan pada setiap bus bar. Selain itu pelepasan bus bar seluruh
Mojosongo mengakibatkan satu area Mojosongo mengalami pemadaman total.
2. Berdasarkan Sensitivitas Bus
Simulasi skenario ini dibuat untuk membandingkan hasil tegangan jika
menggunakan skema pelepasan beban berdasarkan tegangan terendah yang
digunakan PLN pada tahun 2014 dengan skema pelepasan beban berdasarkan
sensitivitas bus (dV/dQ). Didapatkan simulasi pelepasan beban sebagai berikut :
Tabel 4.38 Skema Pelepasa Beban berdasarkan Sensitivitas Bus
Bus Bar
MOJOSONGO
TANJUNG
JATI
BRINGIN

Tegangan
132.793

Nama Beban
3MJNGO5_TD2

P beban
(MW)
15.59595

Q Beban
(MVAR)
4.811344

133.216
134.175

3TJATI5_TD1
3BRNGI5_TD2

26.71112
17.84144

9.118734
6.732079

JEPARA

134.7232

3JPARA5_TD2

16.07567

5.448421

Simulasi melepaskan total beban 76,22 MW dan 26,11 MVAR.


Berdasarkan skenario pelepasan beban dengan metode sensitivitas diatas maka
didapatkan gelombang tegangan sebagai berikut :

136

Gambar 4.35 Hasil Tegangan Lepas Beban Berdasarkan Sensitivitas Bus Bar

Didapatkan perubahan tegangan pada bus bar dibawah 135 kV sebagai berikut :
Tabel 4.38 Hasil Pelepasa Beban berdasarkan Sensitivitas Bus
Bus Bar
MOJOSONGO
TANJUNG
JATI
BRINGIN
JEPARA

Tegangan Awal
(kV)
132.793

Tegangan Akhir
(kV)
134.9288

133.216
134.175

134.344
135.9153

1.128
1.7403

134.7232

135.8485

1.1253

Selisih (kV)
2.1358

Dengan menggunakan pelepasan beban manual berdasarkan sensitivitas


didapatkan hampur semua tegangan setiap bus bar kembali menjadi normal (perlu
catatan mojosongo 134,928 kV). Kenaikan tegangan pada setiap bus bar hamper
merata sehingga tidak semua beban dilepas.
Berdasarkan kedua simulasi (tegangan terendah dan sensitivitas) didapatkan
bahwa skema pelepasan beban berdasarkan sensitivitas lebih sedikit pemadaman.
Total pemadaman berdasarkan sensitivitas adalah 76,22 MW sedangkan pada
pelepasa beban berdasarkan tegangan terendah adalah 84,96 MW. Sehingga
penulis merekomendasikan untuk melakukan pelepasan beban berdasarkan
sensitivitas tertinggi.

137

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1) Setelah dilakukan skenario untuk menurunkan tegangan pada subsistem
Tanjungjati, tidak ditemukan kondisi dimana tegangan pada busbar
Tanjungjati sebesar 140 kV maka bus bar terndah sebesar 120 kV. Hal
tersebut berarti prosedur Manual Load Shedding (MLS) Ungaran tahun
2014 tidak dapat diimplementasikan pada subsistem Tanjungjati dengan data
kondisi kelistrikan pada DIgSILENT Desember 2015.
2) Dalam melaksanakan simulasi skenario pada subsistem Tanjungjati, kondisi
saat subsistem Tanjungjati menggunakan AVR dan governor menghasilkan
tegangan dengan nilai terbaik karena paling mendekati tegangan subsistem
Tanjungjati saat kondisi normal. Hal ini dikarenakan pemasangan AVR pada
pembangkit dapat mengontrol keluaran daya reaktif dan governor dapat
mengatur frekuensi keluaran pada generator sehingga mempengaruhi daya
pada beban.
3) Berdasarkan simulasi kenaikan beban dan simulasi lepas generator
didapatkan bahwa suplai daya pembangkitan subsistem Tanjungjati lebih
besar dari beban, sehingga sistem masih aman dan handal dalam proses
menyalurkan listrik ke konsumen.
4) Melalui kurva P-V dan Q-V didapatkan bahwa kondisi subsistem tanjung
jati ketika beban mencapai 80% kapasitas transformator masih dalam
kondisi stabil.
5) Melaui kurva P-V dan Q-V didapatkan bahwa bus bar Mojosongo adalah
bus bar yang paling mudah untuk tidak stabil jika dibandingkan dengan bus
bar lainnya. Sehingga diperlukan perhatian khusus pada bus bar mojosongo
ataupun penambahan kapasitor untuk menambah pasokan daya reaktif.
6) Tapping transformator dapat dilakukan untuk menanggulangi kondisi
tegangan rendah pada sisi 150 kV, walaupun masih dalam ambang minimal

138

tegangan (-10%). Apabila tapping transformator tidak dapat menyelamatkan


tegangan, maka dapat dilanjutkan dengan manual load shedding.
7) Pelepasan beban secara manual lebih baik dilakukan dengan metode
sensitivitas bus (dV/dQ) karena dengan besar daya aktif yang dilepas lebih
lebih sedikit dibandingkan dengan tegangan terendah.
5.2 Saran
Adapun untuk pengembangan selanjutnya, beberapa saran setelah dilakukan
pengujian dan analisis adalah sebagai berikut.
Studi lebih lanjut bisa dikembangkan dengan membahas perhitungan parameter
yang ada pada pengaturan AVR dan governor.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

P. Kundur, Power System Stability and Control. Mc Graw-Hill, Inc, 1994.


139

[2]

Suhadi, SMK Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid I. Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.

[3]

K. M. Kumar, Electrical Machines. New Delhi: Vikas Publishing House,


1999.

[4]

J. Machowski, J. R. Bumby, and J. Wiley, Power System Dynamics and


Stability. 1997.

[5]

Zuhal, Dasar Tenaga Listrik. Bandung: Penerbit ITB, 1991.

[6]

D. Marsudi, Pembangkit Energi Listrik. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011.

[7]

D. Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

[8]

P. Kundur and A. J, Defenition and classification of power system


stability, IEEE Trans. Power Syst., vol. 19, 2004.

[9]

C. W. Taylor, Power System Voltage Stability. USA: McGrawHill, 1994.

[10]

No Title, IEEE Trans. Power Syst., vol. 19, pp. 13871401.

140

Anda mungkin juga menyukai