UNIVERSITAS DIPONEGORO
TUGAS AKHIR
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
SEMARANG
SEPTEMBER 2016
NAMA
NIM
: 21060112130081
Tanda Tangan
Tanggal
: 12 September 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
NAMA
NIM
Jurusan/Program Studi
Judul Skripsi
:
:
:
:
:
TIM PENGUJI
Pembimbing
( ...................................)
Pembimbing
( ...................................)
Penguji 1
( ...................................)
Penguji 2
( ...................................)
Penguji 3
Semarang,
Maret 2016
:
:
:
:
:
:
Dibuat di
Pada Tanggal
: Semarang
: 15 Februari 2016
Yang menyatakan
ABSTRAK
Stabilitas tegangan merupakan bagian penting dalam operasi suatu sistem tenaga listrik.
Setiap sistem tenaga listrik diharapkan dapat mempertahankan stabilitas tegangannya untuk
menjaga ketersediaan suplai listrik secara kontinyu (availability) dengan kualitas daya yang baik
dan meminimalisasi terjadinya pemadaman listrik (black out) total atau sebagian. PT. PLN APB
JATENG dan DIY sebagai perusahaan yang memegang peranan dalam pengaturan beban Jawa
Tengah dan D.I Yogyakarta memiliki prosedur manual load shedding terkait undervoltage pada
tahun 2014. Namun untuk subsistem Tanjungjati dan Pedan tidak memiliki prosedur manual load
shedding. Sehingga pada pada tugas akhir ini menganalisis karakteristik jaringan dan
menganalisis kestabilan tegangan subsistem Tanjungjati.
Pada tugas akhir ini dilakukan simulasi gangguan kenaikan beban dan lepas generator
untuk melihat respon tegangan pada subsistem Tanjungjati masih pada batasan +5% dan -10%
(PERMEN ESDM No. 3 Tahun 2007). Dalam menganalisis tegangan, pada tugas akhir ini
menggunakan metode sensitivitas bus bar dan kurva hubungan P-V dan Q-V. Sehingga didapatkan
tingkat kestabilan dan rekomendasi yang diperlukan dalam menanggulangi kondisi undervoltage.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada kasus kenaikan beban dan pelepasan
pembangkit kemungkinan terjadinya sangat kecil mendapatkan tegangan undervoltage. Sehingga
subsistem Tanjungjati masih belum memerlukan prosedur manual load shedding terkait
undervoltage. Penggunaan governor dan AVR sangat penting dalam mencegah undervoltage.
Berdasarkan kurva P-V dan Q-V juga didapatkan bus bar Mojosongo adalah bus bar yang paling
mudah untuk undervoltage dibandingkan dengan bus bar yang lainnya. Dalam menanggulangi
terjadinya turun tegangan sangat dimungkinkan dilakukannya tapping transformator dan
pelepasan beban berdasarkan sensitivitas bus bar.
Kata kunci: pelepasan beban, kurva P-V dan Q-V, sensitivitas, stabilitas tegangan
ABSTRACT
Voltage stability is an important thing for a power system operation. Each electric power
system is expected to maintain voltage stability to keep the continuous availability of electricity
supply with good power quality and minimize the occurrence of total black out or partial black
out. PT. PLN APB JATENG and DIY as a company holding an important role for controlling the
load in Central Java and Yogyakarta has manual procedures about undervoltage load shedding in
2014. Nevertheless, Tanjungjati and PEDAN subsystem do not have a procedure manual load
shedding for undervoltage. So, This thesis analyzes the characteristics of system and analyze the
voltage stability in Tanjungjati subsystem.
In this thesis, one of the simulation is about generator outage and load increasing that
giving a data about voltage response in Tanjungjati still in the limits of + 5 % and -10 % or not
( PERMEN ESDM No. 3 of 2007 ) . For analyzing voltage , this thesis uses the bus bar sensitivity
methode and P-V and Q-V curves. So, the result is getting the level of stability and
recommendations needed for overcoming undervoltage conditions.
The result of generator outage and load increasing simulation are very small possibility
for getting under voltage condition.So, Tanjungjati subsystem doesnt need the procedure for
manual undervoltage load shedding. The using of governor and AVR response is important thing
for preventing undervoltage. Based on P-V and the Q-V curve, we got Mojosongo bus bar is the
easiest bus bar for getting undervoltage condition. For overcoming undervoltage, it is possible for
using tapping transformer and load shedding based on the sensitivity bus bar.
Keywords : load shedding, P-V and Q-V Curves, sensitivity, voltage stability
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat-Nya sehingga pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan
laporan ini dapat terselesaikan.
Tugas akhir dengan judul Evaluasi Setting Relay Proteksi Generator
dan Trafo Generator di PLTGU Tambak Lorok Blok 1 ini diajukan untuk
memenuhi syarat akhir dalam menyelesaikan pendidikan Program Strata 1 pada
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Rasa terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu selama pelaksanaan tugas akhir ini.
1. Bapak Ir. Agung Warsito DHET. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
2.
3.
4.
5.
6.
13. Para penghuni Lab. Power 101 dan semua anak Power angkatan 2011 yang
sudah memberikan semangat satu sama lain.
14. Teman-teman Teknik Elektro angkatan 2011 dari konsentrasi lain, serta
kakak-kakak senior konsentrasi Power yang baik secara langsung maupun
tidak langsung sudah banyak membantu penulis.
15. Semua teman teman dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satupersatu yang telah membantu dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini
masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik serta saran yang bersifat
membangun akan penulis terima demi kebaikan dan kesempurnaan penyusunan
laporan dimasa yang akan datang. Semoga laporan tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Diagram
proses
enkripsi
Gambar 2.2
6
Skema
Mode
Operasi
ECB
Gambar 2.3
10
Skema
Mode
Operasi
CBC
Gambar 2.4
11
Model
dasar
26
dan
dekripsi
steganografi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 4.1
hasil
uji
fungsionalitas
program
kriptografi
70
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Stabilitas tegangan merupakan bagian penting dalam operasi suatu sistem
10
dipergunakan untuk melihat bus mana saja yang paling cepat merespon perubahan
beban, sehingga bus bar ini yang nantinya akan di waspadai ketika suplai daya
cepat berubah. Kurva P-V dan kurva Q-V dipergunakan untuk melihat karakter
setiap bus bar, bus mana saja yang paling mudah mengalami ketidak stabilan.
Keseluruhan analisis yang dilakukan dalam tugas akhir ini menggunakan
perangkat
lunak
DigSilent
14.3.0
yang
fiturenya
mendukung
untuk
Pada tahap ini data yang telah didapat akan dianalisis dengan
menggunakan software DIgSILENT Power Factory 14.1.3. Pada tahap ini dilakukan
tahap analisis, dengan membuat jaringan subsistem Ungaran pada DIgSILENT Power
Factory 14.1.3. Parameter yang diisikan sesuai data lapangan yang didapat dari APB
Jateng dan DIY. Validasi software DIgSILENT Power Factory 14.1.3 dilakukan dengan
menggunakan IEEE 9 Bus pada ETAP 12.6.0. Simulasi pelepasan beban dapat dilakukan
dengan menggunakan Load Flow Calculation dan Load Flow sensitivities-Sensitivity
Analysis pada software DIgSILENT Power Factory 14.1.3.
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah yang
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas secara umum tentang stabilitas sistem tenaga listrik
dimana bab ini terdiri dari penjelasan tentang konsep dasar elemen sistem tenaga,
stabilitas tegangan, mekanisme pengaturan tegangan pada sistem tenaga, faktor
faktor yang memengaruhi buruknya tegangan, mekanisme perbaikan tegangan,
dan dasar pengoperasian DigSilent Power Factory.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang hasil simulasi yang dilakukan seperti kurva
hubungan tegangan dengan daya aktif dan reaktif pada bus bar, nilai sensitivitas,
serta analisis terhadap respon perubahan tegangan di bus bar akibat gangguan
yang dibuat pada simulasi yang dilakukan dengan menggunakan DigSilent Power
Factory 14.1.3 pada subsistem Tanjungjati.
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil simulasi dan analisis
terhadap hasil simulasi skenario yang ada. Selain itu juga terdapat saran untuk
pengembangan lebih lanjut dari penelitian tugas akhir ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Konstruksi generator sinkron terdiri atas 2 bagian utama yaitu stator dan
rotor. Stator merupakan bagian dari generator sinkron yang diam sedangkan rotor
adalah bagian yang berputar. Konstruksi generator sinkron 3 fasa ditunjukkan
pada gambar berikut.
dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip ring
ini kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush) yang
letaknya menempel pada slip ring.
b. Kumparan Rotor (kumparan medan)
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama
dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari
sumber eksitasi.
c. Poros Rotor
Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan.
Gambar 2.3 merupakan bentuk rotor kutub menonjol / salient pole. Pada
jenis rotor ini, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor seperti yang
ditunjukkan Gambar 2.3 diatas. Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada
generator sinkron dengan kecepatan putar rendah dan sedang (120-400 rpm).
b. Kutub Silinder (Non Salient Pole)
Gambar 2.4. Rotor generator sinkron jenis non salient pole [3]
Gambar 2.4 merupakan bentuk rotor kutub silinder / non salient pole. Pada
jenis rotor ini, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.3 diatas. Rotor silinder umumnya digunakan pada
generator sinkron dengan kecepatan putar tinggi yaitu 1500 atau 3000 rpm seperti
yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga uap.
Pemodelan Generator
akan mengandung tahanan (R) dan induktansi (L), maka stator akan mengandung
tahanan stator (Ra) dan induktansi sendiri (Lf). Akibat adanya pengaruh reaktansi
reaksi jangkar Xa dan reaktansi bocor jangkar X maka rangkaian ekivalen suatu
generator sinkron dapat dibuat seperti Gambar 2.5:
(2.1)
(2.2)
(2.3)
Dimana :
Vf = Tegangan Eksitas (Volt);
Rf = Tahanan Belitan Medan (Ohm);
Lf = Induktansi Belitan Medan (Henry);
Radj = Tahanan Variabel (Ohm);
Ea = Ggl yang dibangkitkan Generator Sinkron (Volt);
Vt = Tegangan Terminal Generator Sinkron (Volt);
Xa = Reaktansi Armatur (Ohm);
X = Reaktansi Bocor (Ohm);
11
Sementara itu, rangkaian ekivalen generator sinkron tiga fasa untuk tiap
jenis hubungan ditunjukkan oleh Gambar 2.8 :
12
Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Belitan Stato Tiga Fasa Generator Sinkron
(a) Hubungan Y (b) Hubungan
Governor
Governor adalah pengendali utama yang cepat bereaksi. Governor
bertugas mengatasi dinamika beban suatu pembangkit. Prinsip kerja governor
yaitu pengaturan frekuensi sistem, harus dilakukan dengan melakukan pengaturan
penyediaan daya aktif dalam sistem. Pengaturan penyediaan daya aktif dilakukan
dengan pengaturan besarnya kopel mekanis yang diperlukan untuk memutar
generator, hal ini berarti pengaturan pemberian uap pada turbin uap atau
pengaturan pemberian bahan bakar pada turbin gas dan mesin diesel dan
pengaturan banyaknya air yang masuk turbin air pada PLTA (Pembangkit Listrik
Tenaga Air). Gambar prinsip kerja governor pada Gambar 2.9.
13
Prinsip kerja dari governor yaitu governor memiliki setting point yaitu
putaran governor ditentukan berdasarkan kebutuhan daya listrik sistem pada saat
itu. Governor akan menyesuaikan nilai output daya mekanik turbin supaya sesuai
dengan daya listrik dan frekwensi yang dibutuhkan oleh sistem pada saat
terjadinya penambahan beban atau gangguan pada sistem. Governor akan
menentukan setting point yang baru sesuai dengan actual beban sehingga dengan
pengaturan putaran ini diharapkan frekuensi listrik generator tetap berada didalam
acceptable range dan generator tidak mengalami out of synchronization. Bolabola berputar pada pegas akan menguncup (gaya sentralfugal berkurang) apabila
terjadinya penurunan frekuensi yang menyebabkan titik A dan titik B turun.
Turunnya titik B menyebabkan torak pengarah menekanan minyak memberikan
menekanan menggerakan katup utama terangkat keatas untuk memberi tambahan
uap bermenekanan ke turbin.
AVR (Auto Voltage Regulator)
AVR (Autimatic Voltage Regulator) adalah sebuah divais pengatur
tegangan yang digunakan pada generator sinkron untuk menyetabilkan tegangan
keluaran yang dihasilkan. Prinsip kerja yang digunakan pada sisitem penyetabilan
tegangan ini adalah dengan mengatur tegangan keluaran DC dari exiter untuk
kemudian diinjeksikan ke lilitan medan generator atau biasa disebut dengan
eksitasi atau penguatan.
14
Ketika generator tersambung beban listrik, maka arus listrik akan mengalir
didalam lilitan stator dan besarnya sesuai dengan beban litrik yang tersambung.
Dengan adanya arus yang mengalir dalam lilitan dengan inti besi, maka timbul
garis garis gaya magnet didalam permukaan stator. Garis garis gaya magnet ini
mempunyai sifat yang berlawanan dengan garis garis gaya magnetik yang
ditimbulkan oleh kutub kutub rotor yang berputar. Dengan perlawanan ini gaya
magnetik dari rotor berkurang, sehingga tegangan yang ditimbulkan oleh lilitan
stator berkurang. Kecenderungan tegangan yang akan turun dideteksi oleh input
sensing dari AVR dan diperbandingkan dengan referensi tegangan yang sudah
diset. Dengan tegangan yang turun maka perbandingannya lebih kecil dari
referensi tegangan sehingga AVR secepat mungkin memberikan tambahan arus
dengan menaikkan tegangan exciter. Kenaikan arus pada stator exciter
berpengaruh terhadap tegangan yang dihasilkan exciter rotor dan berpengaruh
pula terhadap arus yang menuju main rotor, hingga medan magnet yang
dihasilkan juga bertambah. Penambahan garis garis gaya magnet setara dengan
perlawanan garis garis gaya yang ditimbulkan arus lilitan stator. Dengan demikian
tegangan yang terbangkit akan tetap besarnya.
Begitu pula sebaliknya, bila ada penguranganan beban, perlawanan gaya
magnet menjadi semakin kecil dan dengan hal ini kecenderungan tegangan akan
naik karena garis garis gaya pada rotor utama berlebih. Kecenderungan kenaikan
15
tegangan ini dideteksi oleh input sensing dari AVR dan diperbandingkan dengan
referensi tegangan yang sudah diset. Dengan tegangan yang naik maka
perbandingan tegangan menjadi lebih besar dari tegangan reference, sehingga
sesegera mungkin AVR mengurangi arus di lilitan exciter stator dengan
menurunkan tegangan exsitasi. Hal ini akan mengurangi arus pada lilitan main
rotor, hingga medan gaya magnetnya turun sebesar perlawanan yang turun.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa AVR akan dapat mengatur secara
otomatis kenaikan dan penurunan arus exsitasi sehingga tegangan yang dihasilkan
akan tetap dengan berbagai level beban.
b. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain melalui gandengan magnet dan berdasarkan induksi-elektromagnet[5].
Gambar 2.11 adalah rangkaian ekuivalen untuk transformator :
16
(2.4)
E2=V 2 + I 1 R1 + I 2 X 2
(2.5)
E1 N1
= =a atau E1=aE 2
E2 N2
Jika
Sehingga:
E1=a(I 2 Z L + I 2 R 2+ I 2 X 2)
Karena
(2.6)
I '2 N 2 1
= = atau I 2=aI ' 2
I2 N 1 a
Maka:
E1=a2 I ' 2 Z L +a2 I ' 2 R2 +a2 I ' 2 X 2
V 1=a 2 I '2 Z L +a 2 I '2 R2 +a2 I ' 2 X 2+ I 1 R1+ I 1 X 1
(2.7)
(2.8)
17
Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga, Pcu =
I2R. Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak tetap tergantung
pada beban.
2.
Rugi Besi
Rugi besi terdiri dari rugi histerisis dan rugi arus eddy. Rugi histerisis yaitu
rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti besi. Rugi arus eddy yaitu rugi
yang disebabkan arus pusar pada besi inti.
Ph = Kh F Bmaks watt
Pe = Ke2f2
Rugi Besi (rugi inti) Pi = Ph+Pe
3.
Efisiensi
Daya Keluar
Daya Keluar
Rugi
=
=1
Daya Masuk Daya Keluar + Rugi
Daya Masuk
(2.9)
-Hubungan Bintang
Arus transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara
bintang yaitu IA, IB, dan IC masing-masing berbeda fasa 120 derajat.
18
IN = IA + IB + IC = 0
(2.10)
-Hubungan Zig-Zag
Masing-masig lilitan tiga fasa pada sisi tegangan rendah dibagi menjadi
dua bagian dan masing-masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.
c. Rel (Bus Bar) [6]
Semua generator dalam pusat listrik menyalurkan energinya ke rel pusat
listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim
energi dihubungkan ke rel ini. Berikut jenis-jenis bus bar :
1. Rel Tunggal
Ini adalah susunan rel yang paling sederhana dan paling murah. Keandalan
serta fleksibilitas operasinya sangat terbatas. Apabila ada kerusakan rel, maka
seluruh pusat listrik harus dipadamkan untuk dapat melakukan perbaikan. Oleh
sebab itu, rel tunggal sebaiknya hanya digunakan pada pusat listrik yang tidak
begitu penting peranannya dalam sistem.
19
PMT pada rel ini disebut PMT kopel. Dengan rel ganda, sebagian instalasi
dapat dihubungkan ke rel 1 dn sebagian lagi ke rel 2. Kedua rel tersebut dapat
dihubungkan parallel atau terpisah dengan cara menutup atau membuka PMT
kopel.
20
tegangan pelayanan. Standar tersebut mengacu pada Peraturan Mentri ESDM No.
03 tahun 2007 yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Batas Tegangan pada Kondisi Normal
Tegangan
Nominal (kV)
Kondisi
Normal
Tegangan
Maksimal (kV)
22
Tegangan
Minimal (kV)
500
150
70
+5%, -5%
+5%, -10%
+5%, -10%
525
157,5
73,5
475
135
63
20
+5%, -10%
21
18
Aluminium
Conductor, Alloy-Reinforced,
yaitu
kawat
3) Sistem Distribusi;
Sistem distribusi merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari: Pusat
Pengatur Distribusi, Saluran tegangan menengah (6 kV dan 20 kV, biasa juga
disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel
tanah, Gardu Distribusi (GD) tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel
pengatur tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-panel distribusi
tegangan rendah (380 V, 220 V) yang menghasilkan tegangan kerja/tegangan jalajala untuk industri dan konsumen perumahan.
Sementara berdasarkan SPLN 1 tahun 1995, klasifikasi tegangan yang
digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut:
23
24
25
ES
( Z
ln
(2.12)
atau
I=
1 ES
F Z ln
(2.13)
Dimana,
Z LD 2
Z
F=1+
+ 2 LD cos ( )
Z ln
Z ln
( ) ( )
1 Z LD
E
F Z ln S
(2.14)
Daya yang di suplai ke beban adalah
PR =V R I cos
2
Z
E
PR = LD S cos
F Z ln
( )
(2.15)
26
V sV r
sin
X
(2.16)
27
dV s
(2.19)
Persamaan diatas mengidentifikasikan titik kritis pada hubungan kurva
terhadap Vs. Analisis tersebut diasumsikan tegangan akhir sisi penerima Vr
konstan. Jika tegangan akhir sisi pengirim diasumsikan konstan, maka :
d tan
=
dV r
dV r
(2.20)
Hubungan daya reaktif sisi pengirim dan penerima :
dQ r 1 V s
=
2V r
dV r X cos
(2.21)
Hubungan daya dan tegangan digambarkan dalam bentuk kurva P-V dan
Q-V saluran transmisi.
a. Kurva P-V
Kurva P-V digunakan untuk analisis konseptual stabilitas tegangan dan
studi sistem radial. Metode ini juga digunakan pada jaringan melingkar (ring)
dimana P adalah total beban pada sebuah area dan V adalah tegangan pada bus
yang kritis atau representatif. P dapat juga berupa daya yang dikirim melalui
saluran transmisi. Tegangan pada beberapa bus dapat digambar. Kelebihan kurva
P-V lainnya adalah dapat digunakan untuk analisis karakteristik beban sebagai
fungsi dari tegangan. Sebagai contoh sebuah beban resistif murni dapat
28
digambarkan dengan persamaan Pload = V2/R. Sedangkan untuk beban dengan daya
konstan (tidak bergantung pada tegangan), kurva P-V berupa garis lurus vertikal.
Di sisi lain, penggunaan kurva P-V juga memiliki kelemahan, yakni simulasi
aliran daya akan divergen mendekati puncak atau titik daya maksimum kurva. Hal
ini menyebabkan setengah bagian kurva tidak dapat digambarkan.
b. Kurva Q-V
Untuk sistem tenaga listrik yang besar, kurva Q-V didapatkan dengan
beberapa kali simulasi aliran daya. Kurva V-Q menggambarkan tegangan pada bus
yang diuji atau bus yang kritis terhadap daya reaktif pada bus yang sama. Kurva
Q-V dibuat dengan menentukan beberapa nilai daya reaktif pada bus dan
disimulasikan untuk melihat nilai tegangan bus untuk setiap nilai Q yang berbeda.
Keadaan operasi normal dianggap sebagai titik daya reaktif nol.
29
2.2.2
Analisis Dinamik
Analisis dinamik biasanya dilakukan dengan memberikan gangguangangguan besar pada sistem, termasuk lepasnya generator dan gangguan tiga fasa
pada saluran transmisi. Analisis stabilitas tegangan gangguan besar pada sistem
dapat dilakukan dengan menngunakan simulasi domain waktu [1]. Sistem yang
diuji adalah sistem yang beroperasi pada keadaan normal dengan beberapa
gangguan besar untuk analisis beberapa aspek terkait dengan stabilitas tegangan,
termasuk tegangan bus generator, arus eksitasi, serta daya reaktif yang dihasilkan
generator.
2.3 Mekanisme Pengaturan Tegangan pada Sistem Tenaga
Pengaturan tegangan merupakan pemulihan/penormalan tegangan sistem
yang diakibatkan oleh ketidakstabilan tegangan yang berupa penurunan tegangan
(under voltage) sistem hingga melewati batas toleransi tegangan normalnya yaitu
+5% dan -10% dari tegangan nominalnya dalam hal ini tegangan tinggi 150 kV
dan 70 kV. Pemulihan/penormalan sistem dilakukan dengan cara melepaskan
beban. Dengan mempertimbangkan lokasi pelepasan beban yang tepat, maka
30
jumlah daya aktif beban (beban yang dipadamkan) diharapkan sekecil mungkin.
Berikut hubungan tegangan dengan daya reaktif.
2.3.1 Hubungan Tegangan dengan Daya Reaktif
Daya Reaktif sangat mempengaruhi tegangan pada sistem tenaga listrik.
Dalam saluran transmisi, aliran daya reaktif pada saluran tersebut sangat
mempengaruhi kondisi tingkat tegangan pada sisi penerima. Semakin besar
kebutuhan daya reaktif pada beban, semakin besar pula terjadinya penurunan
tegangan sistem tenaga listrik. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil kebutuhan
daya reaktif pada beban, maka semakin kecil pula penurunan tegangan sistem
tenaga listrik. Daya reaktif adalah suatu besaran yang menunjukkan adanya
fluktuasi daya di saluran transmisi akibat digunakannya peralatan listrik yang
bersifat induktif (misalnya motor listrik, trafo, dan las listrik). Hubungan antara
penurunan tegangan dan daya reaktif dapat ditunjukkan pada persamaan berikut.
V = EV =
XQ
V
(2.22)
Dimana,jika penurunan tegangan bernilai besar, maka dapat disimpulkan
adanya penyaluran daya reaktif yang cukup besar ke beban. Untuk lebih jelas
mengenai hubungan antara tegangan dan daya reaktif pada beban akan dibahas
pada pembahasan selanjutnya. Hubungan tegangan dan daya reaktif dapat
dijadikan suatu faktor untuk perbaikan tegangan sistem tenaga listrik.
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi masalah stabilitas
tegangan [10], antara lain:
a. Pembangkit yang harus beroperasi.
Mengoperasikan generator cadangan (back up supply) untuk menyediakan
dukungan tegangan selama keadaan darurat atau ketika saluran baru atau
transformator terlambat beroperasi.
b. Kapasitor Seri
Penggunaan kapasitor seri bertujuan untuk seolah-olah memperpendek
saluran listrik yang panjang yang berarti mengurangi rugi daya reaktif. Selain itu,
31
saluran listrik tersebut dapat mengirim daya reaktif yang lebih banyak menuju
daerah yang kekurangan suplai daya reaktif.
c. Kapasitor Paralel
Walaupun penggunaan kapasitor paralel yang banyak dapat menjadi
bagian dari masalah stabilitas tegangan, terkadang kapasitor tambahan juga dapat
menyelesaikan masalah dengan menggantikan fungsi cadangan daya reaktif
berputar pada generator. Pada umumnya, hampir seluruh kebutuhan daya reaktif
disuplai secara lokal, sedangkan generator hanya menyuplai daya aktif.
d. Kompensator Statis (SVC dan STATCOM)
Kompensator statis, pasangan kondenser sinkron berdasarkan elektronika
daya, efektif dalam mengendalikan tegangan dan mencegah voltage collapse,
tetapi memiliki banyak keterbatasan yang harus diketahui. Voltage collapse yang
terjadi pada sistem bergantung pada kompensator statis ketika sebuah gangguan
yang melebihi kriteria perencanaan menyebabkan kompensator mencapai
batasnya.
e. Operasi pada Tegangan yang Lebih Tinggi
Operasi pada tegangan yang lebih tinggi tidak meningkatkan cadangan
daya reaktif, tetapi menurunkan permintaan daya reaktif. Sehingga dapat
mempertahankan generator jauh dari batas daya reaktifnya dan hal tersebut
membantu operator untuk menjaga kendali tegangan. Perbandingan dari kurva QV
pada sisi penerima untuk dua sisi pengirim menunjukkan nilai tegangan yang
lebih besar.
f. Pelepasan Beban Undervoltage
Sedikit pengurangan beban, walaupun sebesar 5% hingga 10% dapat
membuat perbedaan yang signifikan antara collapse atau bertahan. Saat ini,
pelepasan beban manual digunakan untuk tujuan ini (beberapa utility
menggunakan pengurangan tegangan distribusi melalui SCADA) walaupun
mungkin kurang efektif karena terlalu lambat jika terdapat kekurangan daya
reaktif yang cukup besar. Undervoltage rele invers time jarang digunakan tetapi
dapat menjadi sangat efektif. Pada sebuah jaringan radial, pelepasan beban
didasarkan pada tegangan sisi primer. Pada masalah stabilitas keadaan tunak,
pelepasan beban pada sisi penerima akan lebih efektif walaupun mungkin
tegangan paling rendah berada di dekat pusat beban.
32
33
I i = Y ij V j
j=1
(2.23)
Persamaan diatas bila ditulis dalam bentuk polar adalah
n
I i = Y ij |V j| ij + j
(2.24)
j=1
(2.25)
PiJQi=V i i Y ij |V j|ij + j
j=1
(2.26)
(2.27)
(2.28)
Nilai-nilai P dan Q dapat diterapkan untuk semua bus kecuali slack bus
dan memperkirakan besar dan sudut tegangan pada setiap bus kecuali slack bus
yang mana besar dan sudut tegangan telah ditentukan. Nilai perkiraan ini akan
digunakan untuk menghitung nilai P dan Q dengan menggunakan persamaan
diatas, sehingga didapatkan
P=P
spec
calc
(2.29)
(2.30)
34
Pada slack bus nilai magnitude tegangan (V) dan sudut () adalah tetap,
sehingga tidak dilakukan perhitungan pada setiap iterasinya. Sedangkan pada
generator bus, daya aktif (P) dan magnitude tegangan (V) bernilai tetap. Sehingga
hanya daya reakti yang dihitung pada setiap iterasinya. Matrik Jacobian terdiri
dari turunan parsial P dan Q terhadap masing-masng variable dalam persamaan di
atas. Dapat dituliskan sebagai berikut
V
P = J 1 J2
Q
J 3 J4
[ ][
(2.31)
(2.32)
Pi
=|V i||V j||Y ij|sin( ij i + j ) J1
j
(2.33)
(2.34)
Pi
(2.35)
Nilai untuk elemen J3 adalah
Qi
=|V ||V ||Y | cos( ij i + j )
i j 1 i j ij
35
(2.36)
Qi
=|V i||V j||Y ij|cos (ij i+ j)
i
(2.37)
Nilai untuk elemen J4 adalah
V i=2|V i||Y ii|sin ii + |V j||Y ij|sin(ij i + j )
j 1
(2.38)
Qi
(2.39)
(2.40)
(2.41)
36
terjadinya, stabilitas
tegangan
37
Aspek Teknis
1. UVLS perlu mempertimbangkan level tegangan sistem minimum pada
pembangkit lain.
2. Lamanya waktu pembangkit bisa bertahan saat tegangan sistem turun
secara terus menerus.
3. Kemampuan exciter pembangkit terlemah.
[ ][
][ ]
(2.42)
Dimana,
P = perubahan penambahan daya aktif pada bus
38
J 11 J 12
J 21 J 22
= Jacobian matriks
V =(J QV J Q J P J PV ) Q
V =J R1 Q
(2.43)
Dimana
J R =J QV J Q J P 1 J PV
(2.44)
Sehingga
1
V
=J
Q
R
(2.45)
39
40
41
42
4. Lalu akan muncul tampilan di bawah ini, dan pilih Next >.
43
5. Setelah itu, muncul dialog persetujuan, centang pada bagian bawah dan pilih
Next >.
44
7. Pilih bahasa yang ingin digunakan, misalnya English, lalu tekan Next >.
45
10. Maka proses penginstalan akan berjalan, tunggu sampai semua prosesnya
selesai.
46
2.6.2
Membuka Aplikasi
47
Untuk membuka aplikasi ini juga dapat melalui menu START lalu pilih
PowerFactory 14.1
2. Lalu akan tampil kotak dialog untuk mengisi Name dan Password. Isi Name
dengan Demo lalu pilih OK. Name dan password juga dapat diisi seuai
keinginan.
3. Maka akan tampil laman kerja seperti Gambar 2.36.
2.6.3
daya pada sistem yang besar dengan jumlah bus yang tidak terbatas. Sistem
150kV PT PLN APB Jateng DIY merupakan sistem yang cukup besar dan
memiliki sekitar 23 bus, oleh karena itu Program DigSilent Power Factory 14.1
dapat digunakan untuk analisis aliran daya sistem PT PLN APB Jateng DIY.
Berikut adalah prosedur penggunaan DigSilent Power Factory 14.1:
1.
Menjalankan Program DigSilent Power Factory 14.1
Program DigSilent Power Factory 14.1 dapat digunakan setelah di install
kedalam komputer, setelah itu program dapat digunakan dengan cara mengklik
program Power Factory 14.1.
48
Pada tampilan awal DigSilent Power Factory 14.1, kita dianjurkan log on
dengan mengisi id/nama/name dan juga bisa memproteksi file yang dibuat dalam
program dengan password yang kita inginkan. Selanjutnya masuk ke tampilan
untuk memulai membuat project dan menggambar one line diagram dengan cara
File New Project.
Kemudian akan muncul halaman dimana kita dianjurkan memberikan
judul studi yang akan kita buat, yang nantinya akan menjadi judul untuk project
kita. Kemudian halaman selanjutnya kita diminta untuk mengisi grid name dan
frekuensi sistem yang aan kita studikan nantinya. PLN sendiri menggunakan
frekuensi sistem adalah 50 Hz, maka kita isi di bagian kolom Nominal
Frequency 50 Hz.
Setelah pengisian basic data sistem yang akan dijadikan studi, maka akan
muncul halaman dimana kita bisa menggambar one line diagram.
49
Keterangan gambar:
1) Baris menu utama. Bada baris ini berisi menu File, Edit, Calculation, Data,
Output, Tools, Windows, dan Help.
2) Baris icon utama. Pada baris ini berisikan icon semua studi kasus seperti New
Data Manager untuk menampilkan data yang ada di PowerFactory 14.1, Edit
Relevant Objects for Calculation untuk menampilkan data pada tiap
perlengakapan sistem yang telah dihitung, Calculate Load Flow untuk
menghitung aliran daya sistem, dll.
3) The local graphics window icon bar. Pada baris ini berisikan perintah zoom in,
zoom out, zoom all, freeze mode, print, open, new, dll.
4) The empty single line graphics window with drawing grid. Ini berupa lembar
kerja kosong yang digunakan untuk menggambar sistem.
5) Drawing toolbox. Disini berisikan perlengkapan apa saja yang dapat
digambarkan pada lembar kerja. Misalnya: grid, busbar, syncronous mechine,
dll.
6) Jendela hasil keluaran. Pada jendela ini akan menunjukkan hasil keluaran
sistem yang telah dibuat.
7) Status bar. Pada baris ini akan menampilakan koordinat kursor, timer Simulasi,
Time and Date, File Name, etc
8) 8. Untuk mengubah ukuran kertas halaman tekan set drawing format
pada
the local graphics window icon bar dan pilih ukuran kertas yang diinginkan
pada drawing size.
50
2.
Data load flow
Setelah menggambarkan one line diagram (sebagai contoh jaringan 150
kV PLN APB Jateng DIY), kemudian dilakukan pemasukan data. Data yang
dibutuhkan adalah data pada generator, bus, transmisi, tranformator, beban, dan
grid.
a.
Data Generator
Untuk menambahkan generator dapat dilakukan dengan menekan
syncrhonous mechine
dilakukan dengan memilih type data pada basic data yang ada di Gambar 2.42 a.
Kemudian yang penting untuk diisi juga adalah data load flow yang terdiri dari
Dispatch, Reactive Power Limirs, Operational Limits, dan Active Power Ratings
yang terdapat pada Gambar 2.42 b.
51
(a)
(b)
Gambar 2.41 Data Generator pada DigSilent Power Factory
(a) Basic Data (b) Load Flow
Dalam pengisian type data jika dilakukan secara manual maka memilih
new project type. Sehingga muncul gambar sebagai berikut :
(a)
(b)
Gambar 2.42 Data Type Data pada Generator
(a) Basic Data (b) Load Flow
b.
Data Transformator
Pada DIgSILENT terdapat beberapa jenis trafo, seperti 2-winding
transformer
, 2-N-winding transformer
transformer
, booster transformer
, 2-winding transformer,
, 3-winding transformer
auto
, dll. Untuk
pengisian transformator sama seperti generator untuk pengisian data operasi pada
basic data dan load flow. Data trafo yang yang penting dibutuhkan untuk
melakukan sebuah analisis yaitu type data yang terdapat pada basic data (terdiri
dari basic data dan load flow).
52
(a)
(b)
Gambar 2.43 Data Transformator pada DigSilent Power Factory
(a) Basic Data (b) Load Flow
Pada type data berisi basic data dan load flow data. Pada basic data semua
data sangat penting di isi. Data tersebut antara lain Rated Power, Nominal
Frequency, Vector Group dan Impedance. Dan untuk pada load flow yang diisi
adalah pada pengaturan tap changer. Sisi tap changer, additional voltage pe tap,
neutral position, minimum position, dan maximum position merupakan data yang
penting untuk diisi pada bagian load flow.
c.
Data Transmisi
Data transmisi/line yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah
analisis antara lain type (terdiri dari basic data dan load flow) dan length of line
yang terdapat pada basic data. Yang perlu jadi perhatian adalah derating factor
yang harus di isi 1, karena jika tidak maka akan mempengaruhi rated current yang
ada pada resulting values.
Pada type data, untuk data pada basic data semua data harus di isi. Data
tersebut antara lain Name, Rated Voltage, Rated Current, Nominal Frequency,
53
jenis kabel (Cable/OHL), System Type, resistansi, dan reaktansi. Untuk data load
flow yang terpenting adalah data resistansi serta material konduktor.
Berikut langkah-langkah dalam memasangkan saluran transmisi :
Pilih Line
pada drawing toolbox.
Tekan busbar yang ingin dihubungkan, sambungkan pada salah satu cubicle
Gambar 2.45 Tampilan Sambungan Line pada Salah Satu Single Busbar
Lanjutkan langkah yang sama pada busbar lain yang ingin dihubungkan.
Maka bus bar tersebut akan terhubung dengan bus bar lainnnya dengan
saluran transmisi.
Untuk menghilangkan simbol beban pada kursor dilakukan dengan menekan
ESC atau memilih
d.
Data Bus Bar
Data bus bar yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis
antara lain data pada Basic Data dan Load Flow. Untuk Basic data dapat nama dan
nominal voltage untuk di busbar serta nama dan nominal voltage untuk substation.
54
tempat.
Untuk memutar busbar dari vertikal ke horisontal dapat dilakukan dengan
cara memilih busbar yang ingin diperbaiki, lalu tekan kiri dan pilih
rotate.
Ukuran busbar juga dapat diperpanjang dan diperpendek menggunakan
mouse, dengan menahan dan melepas kursor setelah menunjuk pada
, 1 busbar system
Data Beban
55
Gambar 2.49 Tampilan Sambungan pada Single Busbar yang Ditambahkan Beban
Kemudian tekan pada titik generator load akan dihubungkan pada salah satu
cubicle yang dipilih. Pada satu busbar terdapat banyak cubicle, dan cubicle
akan ditambah sesuai dengan banyaknya komponen yang menyambung pada
busbar tersebut. Breaker antara beban dan busbar terpasang secara otomatis.
56
, shunt/filter C
, dll.
f.
Data Grid
Untuk menambahkan grid dapat dilakukan dengan menekan external grid
pada drawing toolbox. Data Grid yang penting dibutuhkan untuk melakukan
sebuah analisis antara lain bus type (PQ, PV, atau SL), dan operating point (active
power dan reactive power).
Untuk data pada grid yang terpenting adalah tipe bus, kemudian data
operation point.
3.
Simulasi Aliran Daya
57
Metode analisa aliran daya yang digunakan pada DigSilent Power Factory
ada 2 metode yaitu metode Newton-Raphson (Current Equations) dan NewtonRaphson (Power Equations, Classical). Current Equations berfungsi untuk
menganalisa sistem distribusi yang tidak seimbang, sedangkan Power Equation
berfungsi untuk menganalisa sistem transmisi yang seimbang, terutama sistem
dengan beban besar.
Adapun jendela translasi load flow dapat dilihat pada gambar berikut yang
diterapkan untuk topologi sistem kelistrikan sub sistem Tanjung Jati.
Setelah itu didapatkan hasil aliran daya pada single line diagram seperti Gambar
2.53.
58
Setelah menjalankan aliran daya untuk melihat report pada DiGSILENT pilih
menu Output pilih Load Flow/Short Circuit, pilih analysis
Akan muncul jendela sebagai berikut, terdapat beberapa pilihan untuk report yang
ingin kita tampilkan, sebagai contoh pilih Grid, kemudian tekan Execute
Tekan icon
59
BAB III
PERANCANGAN SIMULASI SUBSISTEM TANJUNGJATI
Bab ini menjelaskan mengenai subsistem Tanjung Jati yang menjadi dasar
studi kasus mengenai kestabilan tegangan. Analisis yang dilakukan adalah
mengamati perilaku dan kondisi sistem jika terjadi sebuah gangguan, bisa berupa
kenaikan beban dan lepasnya saluran. DigSilent Power Dactory 14.1.3 digunakan
untuk melakukan simulasi gangguan dan analisis stabilitas tegangan.
3.1 Gambaran Subsistem Kelistrikan Tanjungjati
PT. PLN (PERSERO) APB JATENG dan DIY memiliki 3 subsistem.
Subsistem yang ada antara lain subsistem Tanjung Jati, subsistem Ungaran, dan
60
subsistem Pedan. Gambar 3.1 adalah gambar konfigurasi jaringan subsistem Jawa
Tengan dan DIY pada kondisi normal.
Pada gambar 3.1 subsistem Tanjung Jati ditunjukkan dengan warna biru,
subsistem Ungaran ditunjukkan dengan warna merah muda, dan subsistem Pedan
ditunjukkan dengan warna hijau.
Pada subsistem Tanjung Jati sendiri mensuplai 18 gardu induk. Yaitu
Blora, Bringin, Cepu, Jekulo, Jelok, Jepara, Kedung Ombo, Kudus, Mojosongo,
Mranggen, Pandeanlamper, Pati, Pudakpayung, Purwodadi, Rembang, Sayung,
Simpang Lima, Ungaran. Konfigurasi subsistem Tanjung Jati dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
61
PLTA KDNBO
62
Listrik Tenaga Gas Uap (Tambak Lorok), dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(Rembang, Tambak Lorok, dan Tanjung Jati). Untuk lebih detailnya terdapat di
lampiran.
Pada subsistem Tanjungjati beban terbesar terletak pada GI Kudus. Beban
ini memiliki total pembebanan terbesar pada sub sistem Tanjungjati yaitu 88,07
MW dan 30,08518 MVAR.
Tabel 3.1 Gardu Induk dengan Beban Terbesar di subsistem Tanjungjati
Nama GI
Kudus
Pati
Sayung
Pandean Lamper
Beban (MW)
88,07
87,87
81,86
73,97
Beban
(MVAR)
30.08518
30.32288
27.47982
21.6035
Beringin
68,46
21.37531
Pembangkit Terdekat
Jelok
Rembang
Tanjungjati
Rembang
Tambak Lorok
Tambak Lorok
Tambak Lorok
Jarak (km)
38.068
79.073
50.854
53.03
12.008
6.142
9.327
63
dikarenakan bus bar ini yang mungkin mendekati kondisi -10% yang menjadi
standar dalam pelayanan PLN.
Tabel 3.3 Gardu Induk dengan Tegangan Terendah di subsistem Tanjungjati
Nama GI
Mojosongo
Beringin
Jelok
Tegangan (kV)
147,372
148,77
149,66
Pati
149,77
Sensitivitas
0.00162805
0.00135094
0.00115583
0.00083893
0.0006131
Beringin
0.00055921
Nama
PLTA JELOK 1
PLTA JELOK 2
PLTA JELOK 3
PLTA JELOK 4
PLTA
KEDUNGOMBO
PLTA TIMO 1
PLTA TIMO 2
PLTA TIMO 3
SL
PQ
PQ
PQ
Daya
Operasi
(MW)
5
5
5
5
PQ
22
PQ
PQ
PQ
3.5
3.5
3.5
0.066666
0.066667
0.066667
Tipe Generator
64
Tipe
Daya
Reaktif
(MVAR)
0.225
0.225
0.225
0.225
PLTGU
1.1
PLTGU
1.2
PLTGU
1.3
PLTGU
2.1
PLTGU
2.2
PLTGU
2.3
PLTGU
1.0
PLTGU
2.0
9
10
11
12
13
14
15
16
TBROK GT
TBROK GT
TBROK GT
TBROK GT
TBROK GT
TBROK GT
TBROK ST
TBROK ST
17
PLTU REMBANG 1
18
PLTU REMBANG 2
19
20
PLTU TBROK 1
PLTU TBROK 2
PQ
97
PQ
97
PQ
97
32
PQ
44
PQ
100
31
PQ
100
39
PQ
131
PQ
94.67
31
PQ
252
97
PQ
252
PQ
PQ
0
0
0
0
Gen
20kV
371.7MVA
RMBANG
Gen
20kV
371.7MVA
RMBANG
Gen 13.2kV 62.5 MVA 0.85pf
Gen 13.2kV 62.5 MVA 0.85pf
0.85pf
0.85pf
Tabel 3.6 LanjutaSpesifikasi Generator di Subsistem Tanjung Jati PLN APB Jateng & DIY
Tipe
Bus
Daya
Operasi
(MW)
Daya
Reaktif
(MVAR)
PQ
PV
PV
PV
0
594.72
594.72
594.99
0
106
100
107
PV
594.99
99
No.
Nama
Tipe Generator
21
22
23
24
PLTU TBROK 3
PLTU TJATI 1
PLTU TJATI 2
PLTU TJATI 3
25
PLTU TJATI 4
Dari tabel diatas dapat dilihat mode operasi generator terdiri dari Slack,
PQ, dan PV. Dikarenakan pada sistem Jawa Bali slack terdapat pada PLTA
Saguling di Jawa Barat (di luar subsistem Tanjung Jati), maka diperlukan
penyesuaian pada mode operasi subsistem Tanjung Jati. Penyesuaian mode
operasi generator dilakukan dengan menentukan slack pada PLTA Jelok 1.
Pemilihan ini berdasarkan kemampuan pembangkit listrik tenaga air yang dapat
dengan cepat merespon perubahan suplai daya.
Selain itu juga dilakukan penyesuaian tipe busbar pada pembangkit
rembang. Pada konfigurasi jaringa tipe bus bar pembangkit rembang adalah 1,5
65
bus bar, sedangkan pada simulasi DigSilent milik PLN doble bus bar. Untuk
menentukan tipe busbar, dilakukan wawancara kepada pihak PLN APB Jateng dan
DIY. Di dapat tipe busbar sesungguhnya adalah 1.5 busbar. Penggambaran
double busbar pada DIgSILENT PLN dilakukan karena lebih mudah dan di nilai
tidak memiliki pengaruh besar pada simulasi. Namun, pada kondisi nyata
penggunaan 1.5 busbar lebih menguntungkan terkait dengan keandalan sistem
proteksi.
3.1.1.1 Governor
Governor yang digunakan memiliki dua jenis mode yaitu mode droop dan
mode no droop. Data PLN menunjukan tidak semua pembangkit memiliki
governor, hal ini mempengaruhi respon frekuensi pada subsistem dimana saat
kondisi normal frekuensinya berisolasi dan tidak bernilai 50 Hz. Dalam tugas
akhir ini dilakukan penyesuaian sehingga didapat respon frekuensi yang stabil dan
bernilai 50 Hz. Berikut tabel data tipe governor :
Tabel 3.7 Spesifikasi Governor di Subsistem Tanjung Jati PLN APB Jateng & DIY
Tipe Governor
Pembangkit
Plant_PLTA JELOK 1
Plant_PLTA JELOK 2
Plant_PLTA JELOK 3
Plant_PLTA JELOK 4
Plant_PLTA
KEDUNGOMBO
Plant_PLTA TIMO 1
Plant_PLTA TIMO 2
Plant_PLTA TIMO 3
Plant_PLTGU TBROK GT
1.1
Plant_PLTGU TBROK GT
1.2
Plant_PLTGU TBROK GT
1.3
Plant_PLTGU TBROK GT
2.1
Plant_PLTGU TBROK GT
2.2
Plant_PLTGU TBROK GT
2.3
Plant_PLTGU TBROK ST 1.0
Plant_PLTGU TBROK ST 2.0
66
PL
N
-
govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV
govPIDGOV
govTGOV1
govTGOV1
govTGOV1
govTGOV1
govTGOV1
govTGOV1
govTGOV1
govTGOV1
Simulasi
Plant_PLTU REMBANG 1
Plant_PLTU REMBANG 2
Plant_PLTU TBROK 1
Plant_PLTU TBROK 2
Plant_PLTU TBROK 3
Plant_PLTU TJATI 1
Plant_PLTU TJATI 2
Plant_PLTU TJATI 3
Plant_PLTU TJATI 4
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
govIEEEG1
67
Tipe Eksiter
PLN
Simulasi
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST4B
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST1A avrESST1A
avrESST4B avrESST4B
avrESST4B avrESST4B
avrESST4B avrESST4B
avrESST4B avrESST4B
avrESST4B
avrREXSY
S
avrREXSY
S
avrREXSY
S
avrREXSY
S
Plant_PLTU TBROK 3
Plant_PLTU TJATI 1
Plant_PLTU TJATI 2
Plant_PLTU TJATI 3
Plant_PLTU TJATI 4
avrESST4B
avrREXSY
S
avrREXSY
S
avrREXSY
S
avrREXSY
S
Tipe
Bus
P(M
W)
Q(MVAR
)
PQ
15.03
-68.04
PQ
PQ
PQ
19.31
129.71
145.52
-77.96
112.52
135.62
Qmax
(MVAR
)
105
105
100
100
68
Kondisi
Out of
Service
Out of
Service
Out of
Service
Out of
Vnomina
l (kV)
66
66
500
500
Service
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Name
Tipe
BLORA-CEPU1
BLORA-CEPU2
BRINGIN-JELOK1
BRINGIN-JELOK2
BRINGIN-MOJOSONGO1
BRINGIN-MOJOSONGO2
JELOK-TIMO 1
JELOK-TIMO 2
JEPARA - TANJUNG JATI 1
JEPARA - TANJUNG JATI 2
KUDUS-JEKULO 1
KUDUS-JEKULO 2
KUDUS-JEPARA1
KUDUS-JEPARA2
MRANGGEN-PURWODADI 1
MRANGGEN-PURWODADI 2
MRANGGEN-UNGARAN 1
MRANGGEN-UNGARAN 2
PANDEANLAMPER-SIMPANGLIMA
PATI-JKULO 1
PATI-JKULO 2
69
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
PUDAKPAYUNG-PANDEANLAMPER1
PUDAKPAYUNG-PANDEANLAMPER2
PURWODADI-KEDUNG OMBO1
PURWODADI-KEDUNG OMBO2
PURWODADI-KUDUS1
PURWODADI-KUDUS2
PUDAKPAYUNG - UNGARAN 1A
PUDAKPAYUNG - UNGARAN 2A
REMBANG KIT-PATI-1
REMBANG KIT-PATI-2
REMBANG KIT-REMBANG1
REMBANG KIT-REMBANG2
REMBANG-BLORA1
REMBANG-BLORA2
No.
36
37
38
39
40
41
43
44
45
46
47
48
49
50
Name
SAYUNG-KUDUS1
SAYUNG-KUDUS2
TAMBAK LOROK - UNGARAN 1A
TAMBAK LOROK - UNGARAN 2A
TAMBAK LOROK-SAYUNG1
TAMBAK LOROK-SAYUNG2
TAMBAKLOROKGUPANDEANLAMPER1
TAMBAKLOROKGUPANDEANLAMPER2
UNGARAN - PUDAKPAYUNG 1B
UNGARAN - PUDAKPAYUNG 2B
UNGARAN - TBROK 1B
UNGARAN - TBROK 2B
UNGARAN-JELOK1
UNGARAN-JELOK2
UNGARAN-PURWODADI
51
UNGRN-TJATI 1P
52
UNGRN-TJATI 2P
42
Tipe
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-ACSR 2x240mm (1200A)
OHL-150kV-ACSR 2x240mm (1200A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-HAWK 2X281.1mm (1160A)
OHL-150kV-ACSR 2x240mm (1200A)
OHL-150kV-ACSR 2x240mm (1200A)
OHL-150kV-ZEBRA 2X484.5mm (1620A)
OHL-150kV-ZEBRA 2X484.5mm (1620A)
OHL-150kV-ZEBRA 2X484.5mm (1620A)
OHL-150kV-ZEBRA 2X484.5mm (1620A)
OHL-150kV-TACSR 240mm (973A)
OHL-150kV-TACSR 240mm (973A)
OHL-150kV-HAWK 1x281.1mm (580A)
OHL-500kV-ACSR-GANNET 4X392.8mm
(2400A)
OHL-500kV-ACSR-GANNET 4X392.8mm
(2400A)
70
Name
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kapasita
s (MVA)
High Voltage
(kV)
Low
Voltage
(kV)
125
125
125
125
125
125
6.4
6.4
6.4
6.4
150
150
150
150
150
150
30
30
30
30
11.5
11.5
11.5
11.5
11.5
11.5
6.3
6.3
6.3
6.3
MTR GT11_3TBROK5(2)
MTR GT12_3TBROK5(1)
MTR GT13_3TBROK5
MTR GT21_3TBROK5
MTR GT22_3TBROK5
MTR GT23_3TBROK5
MTR JELOK 1
MTR JELOK 2
MTR JELOK 3
MTR JELOK 4
31
31.5
370
370
786
786
High
Voltage
(kV)
150
150
150
150
500
500
Low
Voltage
(kV)
30
11
20
20
22
22
786
786
67.2
67.2
268.8
250
250
5
5
500
500
150
150
150
150
150
30
30
22
22
11.5
11.5
13.8
15
15
6.3
6.3
30
6.3
Name
Kapasita
s (MVA)
11
12
13
14
15
16
MTR PLTA_3JELOK5
MTR PLTA_3KDMBO5
MTR PLTU RBANG-GI PLTU RBANG 1
MTR PLTU RBANG-GIPLTU RBANG 2
MTR PLTU TJATI 1
MTR PLTU TJATI 2
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
MTR TIMO 3
No
Name
IBT1_3TJATI75
IBT1_3UNGAR75
Belitan
Rating MVA
KV
Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Sekunder
500
500
225
500
500
500
150
71.5
500
150
71
IBT2_3TJATI75
IBT2_3UNGAR75
IBT3_3UNGAR75
Tersier
Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Sekunder
Tersier
225
500
500
225
500
500
225
500
500
225
66
500
150
71.5
500
150
66
500
150
66
3.1.3 Beban
Beban yang terdapat pada subsistem ini digambarkan dalam beban statis.
Data dari PLN terdapat dua jenis beban yaitu siang dan malam. Dalam tugas akhir
ini, setiap jenis beban memiliki pengelompokan lagi yaitu beban dalam subsistem
dan luar subsistem. Beban luar subsistem merupakan penyesuaian dari saluran
mengirim daya keluar dari subsistem yang dianggap beban. Selain itu beban ini
juga bersifat statis terhadap perubahan aliran daya didalam sistem. Berikut adalah
beban 150 kV internal subsistem tanjung jati.
Tabel 3.16 Data Beban di Subsistem Tanjung Jati
Nama Beban
3BLORA5_TD1
3BLORA5_TD2
3BRNGI5_TD1
3BRNGI5_TD2
3CEPU5_TD1
3CEPU5_TD2
3JKULO5_TD1
3JKULO5_TD2
3JPARA5_TD1
3JPARA5_TD2
3KDNBO5_TD1
3KUDUS5_TD1
3KUDUS5_TD2
3KUDUS5_TD3
3MJNGO5_TD1
3MJNGO5_TD2
3MRGEN5_TD1
P (MW)
11.81944
16.90242
50.6256
17.84144
7.940871
17.67814
31.9472
13.67707
33.32512
16.07567
0
17.83124
41.2966
28.94641
42.65411
15.59595
46.80826
72
Q(MVAR)
3.651298
4.906433
14.64323
6.732079
2.586336
5.838273
11.58146
5.410386
11.36276
5.448421
0.3613263
5.610066
13.17891
11.2962
11.7336
4.811344
14.45306
3PATI5_TD1
3PATI5_TD2
3PATI5_TD3
3PDLAM5_TD1
3PDLAM5_TD2
3PDLAM5_TD3
3PWDDI5_TD1
3PWDDI5_TD2
3PWDDI5_TD3
3PYUNG_TD1
21.73022
40.19428
25.94562
12.57474
9.104443
52.29951
11.61531
32.66167
19.90321
22.88359
7.682937
14.0632
8.576745
4.03164
1.806632
15.76523
3.537195
11.4103
6.161565
8.614779
P
(MW)
18.5150
8
18.9029
4
26.9254
7
Q(MVA
R)
4.963484
4.335916
8.595762
38.4387
11.2682
7
32.6412
6
37.9589
9
42.0621
1
12.34215
0
26.7111
2
6.57316
2
46.1550
3
4.488054
11.4103
11.58146
11.76212
9.118734
2.110907
12.7415
hari, total daya aktif sebesar 893,1821 MW dan daya reaktif sebesar 374,9634
MVAR. Subsistem Tanjungjati juga menyuplai daya ke luar subsistem. Pada
malam hari susbsistem Tanjungjati menyuplai 2983,62 MW dan 128,21 MVAR ke
luar subsistem, sehingga total beban menjadi 3.949,65 MW dan 436,9158 MVAR.
Pada siang hari susbsistem Tanjungjati menyuplai daya sebesar 853,75 MW dan
152,23 MVAR, sehingga total beban menjadi3.919,522 MW dan 527,1934
MVAR. Data lengkap tentang tipe beban, nama beban dan besarnya pembebanan
setiap gardu induk, dapat dilihat pada lampiran.
74
Gambar 3.4 Tampilan Window Library Pemilihan Tipe AVR dan Gov
75
(AVR)
4) Memilih tipe Gov yang akan dipasang pada generator. Pilih ikon new
object seperti gambar 3.7dan akan muncul window Element Selection,
pilih Common Model dan pilih juga tipe elemen Common Model
(ElmDsl). Setelah itu kan muncul tampilan seperti gambar 3.8. Setelah itu
pilih OK dan akan keluar window Library untuk memilih tipe Gov yang
akan dipasang. Jika selesai pilih OK.
76
5) Copy tipe Gov yang berada dalam Contents ke dalam window Composite
Model. Setelah melakukan semua tahap pada langkah pertama maka AVR
dan Gov telah terpasang pada generator. Jika selesai pilih OK. Lakukkan
mekanisme yang sama untuk setiap generator yang ada dalam subsistem
Tanjungjati.
Setelah memasang AVR dan Gov pada setiap generator maka dilanjutkan
dengan langkah kedua yaitu membuat lembar kerja baru untuk menampilkan
77
Setelah memilih Insert New Graphic, maka akan muncul window NewStudy Case dan isikan nama graikfnya saitu Tegangan serta pilih Virtual
Instrument Panel seperti yang ditunjukan gambar 3.10. Jika sudah selesai
pilih Execute.
2) Memilih plot pada lembar kerja baru. Setelah melakukan tahap 1) maka
akan muncul lembar kerja baru seperti gambar 3.11.
78
, lalu
pilih Subplot (VisPlot) pada window Append Vis seperti gambar 3.12.
Setelah memilih plot maka tampilan lembar kerja baru akan menjadi
seperti gambar 3.13 dimana terdapat sumbu garis x dan y serta garis
putus-putus sebagai garis bantu.
Setelah langkah kedua dilakukan maka langkah ketiga adalah plotting pada
lembar kerja baru untuk menampilkan grafik. Berikut merupakan tahapanya pada
DIgSILENT 14.1.3 :
1) Memilih elemen yang akan diamati grafiknya. Variabel yang dipilih
adalah respon tegangan pada bus tertentu pada subsistem Ungaran.
Sebagai contoh adalah bus B1 Pemalang. Pemilihan variabel dapat
dilakukan seperti gambar 3.14.
79
Klik kanan pada mouse lalu pilih Define>Variable Set (Sim). Lalu akan
muncul window Result-Study Case seperti gambar 3.15. Pada window
bisa dilihat bus Pemalang yang telah di set.
80
3) Hitung kondisi awal (Initial Condition) subsistem dan pilih grafik yang
akan ditampilkan. Menghitung kondisi awal sistem dilakukan dengan
memilih ikon Calculation Initial Condition (kotak merah nomor 1). Hal
ini terlihat seperti gambar 3.18. Setelah memilih Calculation Initial
Condition, maka kedua pilih event yang akan disimulasikan, event ini
berisi skenario simulasi (kotak merah nomor 2). Lalu Execute (kotak
merah nomor 3) dan kondisi awal subsistem akan dihitung ditandai
dengan report (di dalam kotak hijau).
82
Setelah muncul gambar seperti daiatas maka isikan kolom Results File,
Element, dan Variable seperti diatas. Kolom Element berisi bus B1
Pemalang dan Variable berisi kode m:u1 yang berarti tegangan dalam
p.u. Jika sudah selesai pilih OK.
Catatan untuk setiap tahap 1 3 bahwa pemilihan elemen dan
variabel dapat diganti atau dipilih sesuai kebutuhan. Misalkan yang ingin
ditampilkan adalah elemen B2 pada bus Pemalang dengan variabel
frekuensi.
3.3.2 Fungsi Khusus DigSilent 14.1.3
Subbab ini menjelaskan fungsi khusus pada DIgSILENT 14.1.3 karena
akan digunakan pada penyusunan skenario simulasi. Fungsi khusus yang
digunakan adalah switch event, load event, tap event, dan load flow sensitivity.
Berikut ini merupakan beberapa event yang digunakan dalam pengerjaan
tugas akhir ini.
a.
Switch Event
Fungsi switch event adalah melepaskan atau menyambungkan Circuit
Breaker (CB) pada elemen generator, transformator, saluran, grid, dan beban. Aksi
switching ini dapat diatur waktunya.
83
84
b.
Load Event
Simulasi Load Event merupakan simulasi penambahan ataupun penurunan
daya pada beban suatu sistem dalam satuan persen baik secara step (bertahap) atau
ramp (perlahan).
1. Pertama dilakukan dengan menjalankan calculation of initial
conditions. Setelah itu klik kanan pada element yang ingin dilakukan
load event.
gambar
85
c.
Tap Event
Simulasi tap event berfungsi untuk simulasi perubahan tap pada
transformator ataupun shunt. Perubahan tap dapat terjadi di sisi tegangan tinggi
dan sisi tegangan rendah. Perubahan tap ini dilakukan pada penyettingan awal
transformator.
1. Untuk menjalankan simulasi ini dilakukan dengan menjalankan
calculation of initial conditions. Setelah itu klik kanan pada element
transformator yang ingin dilakukan tap event. Pilih define kemudian
load event.
86
2. Isi waktu simulasi pada kolom execution time. Kemudian pada tap
action pilih perintah tapping yang akan dijalankan (increase, decrease,
atau set to). Increase berfungsi untuk tapping meningkat secara
otomatis dilakukan oleh DigSilent. Decrease berfungsi untuk tapping
menurun secara otomatis dilakukan oleh DigSilent. Dan set to untuk
menentukan langsung posisi tapping berada.
d.
87
2. Setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar 3.27. Setelah itu
eksekusi perintah dengan memilih menu execute. Dasar perhitungan
sensitivitas adalah aliran daya subsistem yang dirancang. Setelah
menekan Execute maka perhitungan akan dilakukan.
3. Kemudian pada edit relevant objects for calculation pilih bus bar,
setelah itu lihat data pada flexible data.
88
5. Setelah itu akan muncul tampilan baru untuk memilih variabel yang
ingin ditampilkan seperti Gambar 3.29.
Pilih bagian Load Flow lalu pilih kolom variable set dengan isi
Currents, Voltages, and Powers. Setelah itu pilih kode dvdQ yang
berarti nilai sensistivitas dV/dQ. Pilih OK lalu akan muncul Gambar
3.30.
89
3.3.3
AVR
dan
paling rawan. Hal ini untuk melihat bus mana yang paling rawan ketika terjadinya
kekurangan suplai daya. Berikut adalah tahapan dalam melihat karakteristik kurva
P-V dan Q-V:
Tabel 3.18 Langkah-Langkah Simulasi Kurva P-V dan Q-V
Jenis Skenario
Kurva P-V dan Q-V
Deskripsi Skenario
Melakukan fungsi khusus Load Event pada bus bar yang akan dilihat grafiknya
Meakukan plotting grafik tegangan bus yang akan diamati dengan sisi x adalah beban
dalam MW
Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan
91
Tengah dan DIY pada bulan Desember tahun 2014, besar tegangan yang menjadi
acuan melaksanakan Manual Load Shedding (MLS) adalah pada tegangan
tegangan selain pembangkit mencapai 120 kV atau GI pembangkit mencapai 137
kV. Sehingga dilakukan simulasi kenaikan beban sebagai salah satu cara untuk
mencapai kondisi tersebut. Kenaikan beban yang dilakukan adalah kenaikan
beban internal dan eksternal Tanjungjati. Beban internal merupakan beban yang
terdapat dalam subsistem Tanjungjati dan beban eksternal merupakan penggati
saluran yang menyambungkan ke dalam sistem kelistrikan lainnya
Berikut adalah tahapan dalam melakukan simulasi kenaikan beban :
Tabel 3.19 Langkah-Langkah Simulasi Kenaikan Beban
Jenis Skenario
Kondisi Kenaikan
Beban
Deskripsi Skenario
-Melakukan fungsi khusus Load Event pada beban yang akan dinaikan.
-Melakukan perhitungan kondisi awal pada subsistem.
-Meakukan plotting grafik tegangan bus tertentu yang akan diamati.
-Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan
transformator. Apabila
80%
92
untuk melihat kestabilan tegangan ketika generator keluar dari sistem. Berikut
adalah tahapan dalam melakukan simulasi lepas pembangkit :
Tabel 3.20 Langkah-Langkah Simulasi Pembangkit Keluar Sistem
Jenis Skenario
Lepas Generator
Deskripsi Skenario
-Melakukan fungsi khusus Switch Event pada generator yang akan
dilepaskan
-Melakukan perhitungan kondisi awal pada subsistem.
-Meakukan plotting grafik tegangan bus tertentu yang akan diamati.
-Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan
Berdasarkan data dari PLN APB Jateng DIY didapatkan pembangkit yang
pernah gangguan pada bulan Mei 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.21 Gangguan Bulan Mei Tahun 2016
Nama Pembangkit
Waktu Mulai
01/05/2016
16:59
02/05/2016
09:54
10/05/2016
10:13
11/05/2016
15:10
25/05/2016
18:40
11/05/2016
19:17
20/05/2016
21:55
02/05/2016
00:01
93
Waktu Akhir
01/05/2016
17:14
02/05/2016
10:11
10/05/2016
10:52
11/05/2016
16:12
25/05/2016
19:24
11/05/2016
19:48
20/05/2016
22:42
04/05/2016
04:46
Pelepasan
pembangkit
rembang
sebesar
504
MW dan
97
sehingga
didapatkan
apakah
94
tapping
transformator
dapat
menyelamatkan penurunan tegangan atau tidak. Bus bar yang dipilih untuk
dijadikan sebagai simulasi adalah bus bar Mojosongo yang mana paling
cenderung tegangan paling rendah dibandingkan bus bar lain. Berikut adalah
tahapan dalam melakukan simulasi tapping pada transformator.
Tabel 3.22 Langkah-Langkah Simulasi Tapping Transformator
Jenis Skenario
Deskripsi Skenario
Melakukan fungsi khusus Load Event pada bus bar untuk menurunkan tegangan
Melakukan fungsi khusus Tap Event pada transformator yang diamati
Meakukan plotting grafik tegangan bus tertentu yang akan diamati.
Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan
3.3.1.5.
adalah dengan melakukan pelepasan beban (load shedding). Salah satu isi dalam
SOP manual load shedding terkait under voltage adalah pelepasan beban,
sehingga dilakukan simulasi pelepasan beban dengan mengacu metode yang
digunakan PLN dan metode sensitivitas bus bar. Berikut adalah tahapan dalam
mensimulasikan pelepasan beban (load sheding) :
Tabel 3.23 Langkah-Langkah Simulasi Pelepasan Beban
Jenis Skenario
Pelepasan Beban
Deskripsi Skenario
Melakukan fungsi khusus swithc event pada pembangkit dan load event pada beban untuk
mencapai kondisi under voltage
Melakukan simulasi switch event pada beban yang dilepaskan berdasarkan tegangan
terendah dan sensitvitas bus bar
Melakukan pencatatan kondisi awal pada subsistem.
Meakukan plotting grafik tegangan bus tertentu yang akan diamati.
Melakukan simulasi subsistem dan pengamatan tegangan
pada bus bar dilakukan dengan load flow sensitivity yang telah dijelaskan pada
sub bab 3.3.2. Berikut contoh perhitungan untuk pelepasan beban:
Contoh :
dV/dQ bus bar Mojosongo : 0.00083893
dV/dQ total yang ingin di lepas : 0,001847
Total beban yang di lepas (Pdiff) : 55 MW
Si =
dVi
( dQi
)
[ ( dQidVi )]
n
x P.diff
i=1
Si =
( 0.00083893 )
[ 0,001847 ]
x 55 MW
Si=24,98 MW
Dengan menggunakan persamaan pelepasan berdasarkan dV/dQ diatas,
maka GI Mojosongo harus dilepas bebannya sebesar 24,98 MW. Kemudian dipilih
beban yang dilepas yang mendekati 24,98 MW.
3.4 Mekanisme Validasi DIgSILENT 14.1.3
Dalam memvalidasi subsistem Tanjungjati pada DigSilent Power Factory
dilakukan 2 mekanisme validasi. Mekanisme validasi sebagai berikut :
1. Validasi dengan Aplikasi ETAP
IEEE 9 bus merupakan jaringan yang bisa menggolongkan jaringan
Tanjungjati. Perangkat lunak ETAP (Electric Transient and Analysis Program)
merupakan perangkat lunak yang sering dipergunakan untuk melakukan simulasi
aliran daya. Pada aplikasi ini terdapat beberapa metode aliran daya, salah satunya
metode Newton Raphson yang digunakan pula pada perangkat lunak DigSilent.
Sehingga dilakukan validasi perhitungan perangkat lunak DigSilent dengan
perangkat lunak ETAP pada jaringan IEEE 9 bus. Hal ini untuk membandingkan
apakah perhitungan aliran daya pada DigSilent yang menggunakan metode
Newton Raphson telah sesuai. Sehinngga validasi ini membandingkan hasil aliran
daya antara perangkat lunak DigSilent Power Factory 14.1 dengan Etap 12.6.0.
Simulasi dilakukan dengan menggunakan metode Newton Raphson dengan iterasi
maksimal 99 kali.
2. Validasi dengan Data DigSilent Kelistrikan Jawa-Bali milik PLN
96
Mekanisme validasi ini dilakukan dengan membandingkan hasil aliran daya pada
subsistem Tanjungjati hasil simulasi penulis dengan hasil aliran daya subsitem
Tanjungjati dari sistem kelistrikan Jawa-Bali milik PLN. Hasil aliran daya yang
dibandingkan berupa arah aliran daya, tegangan busbar, daya aktif dan daya
reaktif setiap saluran, serta daya aktif dan daya reaktif setiap busbar.
BAB IV
HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN
97
Saluran
Line 1
P (MW)
Q (MVAr)
ETAP DIgSILENT ETAP DIgSILENT
40,7
40,52
22,8
22,92
Line 2
30,6
29,98
1,01
Line 3
86,6
87,01
-8,4
-8,4
Line 4
60,8
61,05
-18,1
-18,15
98
Selisih
P Q
0,1 0,12
8
0,6 0,01
2
0,4 0,00
1
0,2 0,05
5
Line 5
24,2
23,95
3,1
3,07
Line 6
76,4
75,97
-0,8
-0,92
0,2 0,03
5
0,4 0,12
3
0,3 0,05
6
Rata-rata
Tabel 4.1 menunjukan nilai daya aktif dan daya reaktif hasil simulasi
dengan kedua perangkat lunak memiliki hasil yang hampir sama. Tanda positif
dan negatif menunjukan arah aliran daya.Rata-rata selisih daya aktif sebesar 0,36
MW dan daya reaktif 0,05 MVAr, untuk selisih daya aktif dikarenakan parameter
transformator dan saluran yang diisikan pada DIgSILENT 14.1.3 lebih sedikit dari
ETAP 12.6.0.
Dari simulasi IEEE 9 Bus pada kedua aplikasi tersebut didapatkan pula
hasil pada bus bar sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data Bus Bar IEEE 9 Bus pada DigSilent Power Factory dan ETAP
No
.
Id Bus
1
2
Busbar 1
Busbar 2
3
4
5
6
7
8
9
Busbar 3
Busbar 4
Busbar 5
Busbar 6
Busbar 7
Busbar 8
Busbar 9
Rating
Bus
16.5
kV
18 kV
13.8
kV
230 kV
230 kV
230 kV
230 kV
230 kV
230 kV
Tegangan
Etap
Tegangan
DigSIlent
Selisih
17.16
18.45
17.16
18.45
0
0
14.145
235.9
229
232.9
235.9
233.6
237.4
14.145
235.9261
228.9908
232.9325
235.9244
233.6747
237.4462
0
-0.0261
0.0092
-0.0325
-0.0244
-0.0747
-0.0462
Dari kedua simulasi diatas didapatkan hasil bahwa simulasi iterasi 99 kali
pada DigSilent Power Factory dan ETAP 12.6.0 menggunakan metode NewtonRaphson memiliki selisih maksimal 0.0747 pada tegangan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa metode perhitungan pada kedua aplikasi sama pada metode
Newton-Raphson.
4.1.2 Hasil Validasi dengan Data DigSilent Kelistrikan Jawa-Bali PLN
99
a. Ungaran
(a)
(b)
Gambar 4.3 Perbandingan Arah Aliran Daya PLTGU Tambak Lorok Unit 2
(a) Simulasi Penulis (b) PLN
Dari aliran daya didapatkan pada PLTGU Tambak Lorok arah aliran daya
simulasi penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat aliran
daya dari PLTGU Tambak Lorok Unit 2 dialirkan menuju beban bawen dan juga
unit 1 PLTGU. Sehingga aliran daya ini tidak langsung masuk ke dalam subsistem
Tanjungjati. Dikarenakan bawen tidak termaksud subsistem Tanjungjati, sehingga
pada simulasi milik penulis aliran daya menuju bawen dimisalkan sebagai beban.
100
(a)
(b)
Gambar 4.4 Perbandingan Arah Aliran Daya Saluran Ungaran-Pudak Payung
(a) Simulasi Penulis (b) PLN
(a)
(b)
Gambar 4.5 Perbandingan Arah Aliran Daya Jelok-Beringin
(a) Simulasi Penulis (b) PLN
Dari aliran daya didapatkan pada Jelok - Beringin arah aliran daya
simulasi penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Didapatkan daya
mengalir dari sisi Jelok 30 kV menuju sisi jelok 150 kV. Kemudian daya mengalir
dari Jelok 150 kV menuju Beringin dan Sanggrahan. Dikarenakan sanggrahan
diluar subsistem Tanjungjati sehingga pada simulasi milik penulis dimisalkan
sebagai beban.
b. Semarang
101
(a)
(b)
Gambar 4.6 Perbandingan Arah Aliran Tambak Lorok Unit 1
(a) Simulasi Penulis (b) PLN
Pada Tambak Lorok unit 1 arah aliran daya simulasi penulis sudah
menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat arah aliran daya mengalir
dari Tambak Lorok unit 1 menuju Pandean Lamper. Dapat dilihat pula pada
simulasi milik penulis aliran daya dari Tambak Lorok unit 1 menuju Kalisari dan
Krapyak dimisalkan sebagai beban oleh penulis. Hal ini dikarenakan Kalisari dan
Krapyak diluar subsistem Tanjungjati.
(a)
(b)
Gambar 4.7 Perbandingan Arah Aliran Payung-Pandean Lamper
(a) Simulasi Penulis (b) PLN
(a)
(b)
Gambar 4.8 Perbandingan Arah Aliran Pembangkit Rembang
102
Pada pembangkit Rembang dapat dilihat arah aliran daya simulasi penulis
sudah menyerupai arah aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat arah aliran daya
mengalir dari Rembang menuju Rembang dan Pati.
(a)
(b)
Gambar 4.9 Perbandingan Arah Aliran Rembang-Blora-Cepu
(a) Simulasi Penulis (b) PLN
Pada Rembang, Blora, dan Cepu dapat dilihat arah aliran daya simulasi
penulis sudah menyerupai aliran simulasi milik PLN. Dapat dilihat arah aliran
daya mengalir dari Rembang menuju Blora kemudian terakhir menuju Cepu.
(a)
(b)
Gambar 4.10 Perbandingan Arah Aliran Tanjungjati-Jepara
(a) Simulasi Penulis (b) PLN
d. Tambahan
103
(a)
(b)
Gambar 4.11 Perbandingan Arah Aliran Ungaran 500 kV-Tanjungjati 500kV
(a) Simulasi Penulis (b) PLN
Selisih
(kV)
KDNMBO/B1
JELOK/30KV
Tegangan Jawa
Bali (kV)
151.3966
31.26089
TIMO/30KV
31.53389
31.5318
0.00209
Nama Busbar
Selisih Maksimum
0.0049
0.0021
0.0049
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa tegangan pada single busbar antara
DIgSILENT Jawa Bali dan DIgSILENT subsistem Tanjungjati memiliki sedikit
selisih. Selisih terbesar ada pada bus 150 kV kedungombo yaitu sebesar 0,0049
kV (0,49 volt). Sehingga dapat diambil kesimpulan tegangan pada single busbar
DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati dianggap sudah mendekati tegangan pada
single busbar DIgSILENT Jawa Bali.
104
b. 1,5 Busbar
Tabel 4.4 Perbandingan Tegangan 1.5 Busbar Jawa Bali dan Subsistem Tanjung Jati.
3TBROK/1
3TBROK/2
3TJATI/A
3TJATI/B
TBRGU2/1
TBRGU2/2
TBRGU1/1
TBRGU1/2
RBKIT/B1
Tegangan Jawa
Bali (kV)
151.6974
151.6974
522.5259
522.5259
151.6974
151.6974
151.6974
151.6974
152.3898
Tegangan SS Tanjung
Jati (kV)
151.6924
151.6924
522.5174
522.5174
151.6924
151.6924
151.6924
151.6924
152.3848
Selisih
(kV)
0.005
0.005
0.0085
0.0085
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
RBKIT/B2
UNGAR5/B1
152.3898
511.0932
152.3848
511.0754
0.005
0.0178
UNGAR5/B2
511.0932
511.0754
0.0178
Nama Busbar
Selisih Maksimum
0.0178
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa tegangan pada 1.5 busbar antara DIgSILENT
Jawa Bali dan DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati memiliki sedikit selisih.
Selisih terjadi pada 1.5 busbar Ungaran 500 kV sebesar 0.0178 kV (1,7 volt).
Tegangan pada 1.5 busbar DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati dianggap sudah
mendekati tegangan pada 1.5 busbar DIgSILENT Jawa Bali.
c. Double Busbar
Tabel 4.5 Perbandingan Tegangan Doubles Busbar Jawa Bali dan Subsistem Tanjung Jati.
Nama Busbar
BLORA/B1
BLORA/B2
BRINGIN/B1
BRINGIN/B2
CEPU/B1
CEPU/B2
JEKULO/B1
JEKULO/B2
JEPARA/B1
JEPARA/B2
JELOK/B1
JELOK/B2
Tegangan Jawa
Bali (kV)
151.341
151.341
148.7837
148.7837
150.7335
150.7335
150.1631
150.1631
151.7377
151.7377
149.6658
149.6658
105
Tegangan SS Tanjung
Jati (kV)
151.3359
151.3359
148.7778
148.7778
150.7283
150.7283
150.1584
150.1584
151.7338
151.7338
149.66
149.66
Selisih
(kV)
0.0051
0.0051
0.0059
0.0059
0.0052
0.0052
0.0047
0.0047
0.0039
0.0039
0.0058
0.0058
KUDUS/B1
KUDUS/B2
MJSGO/B1
MJSGO/B2
MRANGGEN/B
1
MRANGGEN/B
2
PATI/B1
PATI/B2
PDLAM/B1
PDLAM/B2
PWDADI/B1
PWDADI/B2
PYUNG/B1
PYUNG/B2
RBANG/B1
RBANG/B2
SLIMA/B1
SLIMA/B2
SYUNG/B1
SYUNG/B2
TJATI/B1
TJATI/B2
UNGAR/B1
UNGAR/B2
150.6808
150.6808
147.3779
147.3779
150.6763
150.6763
147.372
147.372
0.0045
0.0045
0.0059
0.0059
151.7395
151.7343
0.0052
151.7395
149.7781
149.7781
151.3133
151.4683
151.1681
151.1681
151.6716
151.6716
151.8377
151.8377
151.1425
151.1425
151.0815
151.0815
153.2855
153.2855
152.6284
151.7343
149.7733
149.7733
151.3082
151.4633
151.1632
151.1632
151.6664
151.6664
151.8326
151.8326
151.1374
151.1374
151.0766
151.0766
153.2822
153.2822
152.6228
0.0052
0.0048
0.0048
0.0051
0.005
0.0049
0.0049
0.0052
0.0052
0.0051
0.0051
0.0051
0.0051
0.0049
0.0049
0.0033
0.0033
0.0056
152.2295
152.2242
0.0053
Selisih Maksimum
0.0059
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa tegangan pada double busbar antara
DIgSILENT Jawa Bali dan DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati memiliki sedikit
selisih. Selisih terbesar terdapat pada busbar Beringin yaitu sebesar 0,0059 kV
(0,59 volt). Tegangan pada double busbar DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati
dianggap sudah mendekati tegangan pada double busbar DIgSILENT Jawa Bali.
Dari tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 terlihat bahwa tegangan pada setiap busbar
DIgSILENT subsistem Tanjung Jati sudah mendekati DIgSILENT Jawa Bali
dengan selisih terbesar 0.0178 kV (1,7 volt) pada busbar Ungaran 500kV. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa tegangan pada bsetiap busbar DIgSILENT
subsistem Tanjung Jati valid.
3. Daya Aktif dan Daya Reaktif
106
Daya aktif dan reaktif yang akan diamati dan dibandingkan adalah daya
aktif dan reaktif pada busbar dan saluran yang ada pada DIgSILENT Jawa Bali
milik PLN dan DIgSILENT Subsistem Tanjung Jati. Berikut salah satu contoh
saluran transmisi milik PLN dan milik penulis.
Tabel 4.6 Daya pada Saluran Tanjungjati Penulis
Nama Saluran
BLORA-CEPU1
BRINGIN-JELOK1
BRINGINMOJOSONGO1
JELOK-TIMO 1
Daya
Aktif I
(MW)
12.84111
-63.52752
Daya
Aktif J
(MW)
-12.80951
63.75232
Daya
Reaktif I
(MVAR)
2.331149
-17.57437
Daya
Reaktif J
(MVAR)
-4.212305
17.68789
29.294
5.242809
-29.12503
-5.19576
6.886718
-0.1156229
-8.272471
0.1741721
Daya
Aktif I
(MW)
12.8411
-63.5275
Daya
Aktif J
(MW)
-12.8095
63.75229
Daya
Reaktif I
(MVAR)
2.331014
-17.57419
Daya
Reaktif J
(MVAR)
-4.212304
17.68762
29.29398
5.24281
-29.12503
-5.195767
6.886538
-0.1155944
-8.272473
0.1741359
Dari tabel diatas dapat dilihat data aliran daya milik PLN dengan data
aliran daya milik penulis sudah hampir sama. Untuk simulasi secara keseluruhan
perbedaan terbesar aliran daya reaktif ada pada saluran Ungaran-Tanjung Jati
sebesar 0,14785 MVAR, dan untuk aliran daya aktif pada saluran UngaranTambak Lorok sebesar 0,01456 MW. Untuk kelengkapan perbandingan daya pada
saluran dilampirkan pada lampiran.
sebagai dampak dari gangguan. Setiap skenario diujikan pada variasi kondisi
dengan penggunaan governor, penggunaan AVR, penggunaan governor dan AVR,
dan tanpa penggunaan governor dan AVR.
4.2.1 Kurva P-V dan Q-V
Berdasarkan teori kurva P-V dan Q-V yang ada pada 2.5.1 maka dilakukan
simulasi kurva P-V dan kurva Q-V pada bus bar Mojosongo, Beringin, Kudus,
Pati, Pandean Lamper, Sayung, dan Cepu. Pemilihan bus bar Mojosongo
dikarenakan bus tersebut memiliki nilai yang paling rendah, untuk bus bar Cepu
dikarenakan bus bar tersebut merupakan bus bar yang sensitivitasnya tertinggi,
kemudian untuk bus bar Kudus, Pati, Sayung, Pandean Lamper, dan Beringin
merupakan bus bar dengan beban terbesar.
1. Kurva P-V dan Q-V
108
Tegangan
(kV)
138,911
138,112
134,267
137,173
133,145
Beban di GI
63,594
56,470
196,761
87,849
123,059
Beringin
5.193,902
122,509
Mojosongo
5.193,902
115,293
205,958
57,271
Dari gambar dan tabel diatas dapat diketahui bahwa bus bar Mojosongo
merupakan bus bar yang paling mudah tidak stabil.
Tegangan
(kV)
138,895
138,120
134,278
137,179
133,145
122,504
115,288
Beban di GI
20,389
22,500
62,799
29,003
40,673
59,525
17,668
109
TD1
42,6541
1
TD2
15,5959
5
TD2
Akhir
Tegangan (kV)
431,05
114,86
388,4
110
TD2
TD2
Akhir
4,81134
11,7336
4 119,832
TD1
Tegangan (kV)
131,5656
114,86
111
TD1
Beringin
50,6256
TD2
17,8414
4
TD1
Akhir
Total Daya
(MW)
Tegangan
(kV)
693,928
711,76944
120,199
b. Kurva Q-V
112
TD1
TD2
Beringin
14,6432
3
6,73207
9
TD1
Akhir
Total Daya
(MVAR)
Tegangan
(kV)
200,716
207,448079
120,199
113
Simulasi kenaikan beban bertahap (ramp) dengan waktu 100 detik pada
beban Kudus_TD2. Sehingga didapatkan grafik hubungan daya aktif dan daya
reaktif terhadap tegangan sebagai berikut:
a. Kurva P-V
TD1
TD2
TD3
Kudus
17,83
41,29
28,94
TD2
Akhir
1221,6
Total Daya
(MW)
1280,72
Tegangan
(kV)
134,7
b. Kurva Q-V
114
TD1
TD2
TD3
Kudus
5,61
13,17
11,29
TD2
Akhir
389,8
Total Daya
(MVAR)
408,58
Tegangan
(kV)
134,7
a. Kurva P-V
115
TD1
TD2
Pati
2173
410,19
TD3
TD2
Akhir
Total Daya
(MW)
Tegangan
(kV)
25,94
842,2
877,9
133,27
b. Kurva Q-V
116
TD1
7,68
TD2
14,06
8,57
TD2
Akhir
278,4
Total Daya
(MVAR)
300,14
Tegangan
(kV)
133,2
117
transformator
maksimal
dibebani
sebesar
80%
dari
kapasitas
transformator.
Berikut adalah hasil dari simulasi kenaikan 10% beban selama 20 detik
dengan waktu simulasi 500 detik. Gelombang yang dilihat adalah bus bar
Mojosongo yang merupakan bus bar dengan kondisi tegangan terendah dan bus
bar Cepu yang merupakan bus bar dengan sensitivitas tertinggi. Maka didapatkan
grafik seperti pada gambar :
Dari simulasi itu pula didapatkan tegangan akhir pada bus bar Mojosongo
dan Cepu sebagai berikut :
Tabel 4.18 Hasil Tegangan pada Beban Internal Naik 10%
118
Cepu
(kV)
150,30
6
147,49
0
150,22
1
147,23
9
Kondisi
Dengan AVR dan GOV
Tanpa AVR
Tanpa Gov
Tanpa AVR dan Gov
Mojosongo
(kV)
146,794
145,513
146,215
145,321
119
Dari simulasi itu pula didapatkan tegangan akhir pada bus bar Mojosongo
dan Cepu sebagai berikut :
Tabel 4.19 Hasil Tegangan pada Beban Internal Naik 80% Kap. Transformator
Cepu
(kV)
146,763
Osilasi
146,368
Mojosongo
(kV)
144,971
Osilasi
142,155
Osilasi
Osilasi
Kondisi
120
Dari simulasi itu pula didapatkan tegangan akhir pada bus bar Mojosongo dan
Cepu sebagai berikut :
Tabel 4.20 Hasil Tegangan pada Beban Eksternal Naik 10%
Kondisi
Dengan AVR dan GOV
Tanpa AVR
Tanpa Gov
Cepu
(kV)
150,456
141,103
150,179
Mojosongo
(kV)
146,290
141,934
144,173
140,049
140,913
121
Dari simulasi itu pula didapatkan tegangan akhir pada bus bar Mojosongo dan
Cepu sebagai berikut :
Tabel 4.21 Hasil Tegangan pada Beban Internal dan Eksternal Naik
Kondisi
Dengan AVR dan GOV
Tanpa AVR
Tanpa Gov
Tanpa AVR dan GOV
Cepu
(kV)
146,4782
Osilasi
145,8482
Mojosongo
(kV)
143,8668
Osilasi
138,9238
Osilasi
Osilasi
122
Pada simulasi ini dilakukan simulasi lepas generator untuk melihat respon
tegangan. Pelepasan pembangkit yang terjadi yaitu kasus yang ada di Tanjugjati
bulan Mei 2016.
Selain itu juga dilakukan simulasi pelepasan pembangkit Rembang 1 dan
2. Hal ini untuk melihat bus bar cepu yang merupakan gardu induk yang paling
jaug dari pembangkit. Kemudian simulasi lain juga dilakukan dengan melepaskan
pembangkit Tanjungjati unit 1,2, dan 3. Pelepasan ini berdasarkan pembangkit
yang memiliki suplai daya tertinggi.
1. Tambak Lorok Unit ST 2.0 Keluar
Tambak Lorok Unit ST 2.0 mengalami gangguan dan keluar dari sistem.
Maka didapatkan respon tegangan sebagai berikut :
Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.22 Hasil Tegangan pada Tambak Lorok Unit ST 2.0 Keluar
Kondisi
Dengan AVR dan Gov
Tanpa AVR dengan Goc
Tanpa Gov dengan AVR
Cepu
150.6083
147.4302
150.5032
Mojosongo
146.9835
145.1015
146.2303
147.1776
144.8977
123
Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tambak Lorok Unit ST
2.0 dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan menggunakan AVR
dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati kondisi normal
subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima bus bar dengan
tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima bus bar tersebut
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.23 Tegangan Terendah pada Tambak Lorok Unit ST 2.0 Keluar
Bus Bar
MOJOSONGO
BRINGIN
JELOK
PATI
Tegangan (kV)
146.9839
148.386
149.2659
149.4759
JEKULO5
149.8171
Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
mojosongo yaitu 146,98 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi
aman berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga
tidak
124
Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.24 Hasil Tegangan pada Tambak Lorok Unit ST 1.0 Keluar
Kondisi
Dengan AVR dan Gov
Tanpa AVR dengan
Goc
Tanpa Gov dengan
AVR
Cepu
150.5929
Mojosong
o
146.9924
146.7041
145.0556
150.439
4
145.8826
146.0088
144.4217
Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tambak Lorok Unit ST
1.0 dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan menggunakan AVR
dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati kondisi normal
subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima bus bar dengan
tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima bus bar tersebut
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.25 Tegangan Terendah pada Tambak Lorok Unit ST 1.0 Keluar
Bus Bar
MOJOSONGO
BRINGIN
JELOK
Tegangan (kV)
146.9924
148.3945
149.2744
125
PATI
149.4533
JEKULO5
149.8056
Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Mojosongo yaitu 146,99 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi
aman berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga
tidak
Cepu
150.606
3
147.461
4
150.491
9
147.126
126
Mojosong
o
146.9609
145.1686
146.1764
144.9027
Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tambak Lorok Unit ST
1.0 dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan menggunakan AVR
dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati kondisi normal
subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima bus bar dengan
tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima bus bar tersebut
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.27 Tegangan Terendah pada Tambak Lorok Unit 1.3 Keluar
Bus Bar
MOJOSONGO
BRINGIN
JELOK
PATI
Tegangan (kV)
146.9609
148.3628
149.2425
149.4665
JEKULO5
149.8023
Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Mojosongo yaitu 146,96 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi
aman berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga
tidak
127
Gambar 4.29 Hasil Tegangan Tambak Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 Keluar
Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.28 Hasil Tegangan pada Tambak Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 Keluar
Kondisi
Dengan AVR dan
Gov
Tanpa AVR dengan
Goc
Tanpa Gov dengan
AVR
Tanpa Gov dan AVR
Cepu
150.497
5
143.928
1
150.282
9
143.315
8
Mojosong
o
146.7039
143.3178
145.0954
142.6832
Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tambak Lorok Unit ST
2.0 dan Unit 1.1 kondisi padam dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah
dengan menggunakan AVR dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan
mendekati kondisi normal subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi
didapatkan lima bus bar dengan tegangan akhir terendah setelah dilakukannya
simulasi. Kelima bus bar tersebut adalah sebagai berikut :
128
Tabel 4.29 Tegangan Terendah pada T. Lorok Unit ST 2.0 dan Unit 1.1 Keluar
Bus Bar
MOJOSONGO
BRINGIN
JELOK
PATI
Tegangan (kV)
146.7039
148.1034
148.9815
149.2226
JEKULO5
149.5456
Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Mojosongo yaitu 146,70 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi
aman berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga
tidak
Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
129
Cepu
141.8816
Mojosongo
145.8337
134.8816
139.3534
138.799
141.7289
132.3059
136.8971
Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Rembang Unit 1 dan 2
kondisi padam dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan
menggunakan AVR dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati
kondisi normal subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima
bus bar dengan tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima
bus bar tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.31 Tegangan Terendah Rembang Unit 1 dan 2 Keluar
Bus Bar
CEPU
BLORA
REMBANG
REMBANG
KIT
Tegangan (kV)
141.8816
142.4535
142.9211
PATI
145.0171
143.4408
Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Cepu yaitu 141,88 kV. Hal ini dapat dikatakan bus bar masih pada kondisi aman
berdasarkan standar minimum tegangan yaitu 135 kV. Sehingga tidak diperlukan
skema pelepasan beban.
6. Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar
Pada kondisi ini dilakukan simulasi dengan melepas pembangkit yang
menyuplai daya reaktif terbesar di subsistem Tanjungjati. Sehingga dilakukan
pelepasan 3 buah pembangkit Tanjungjati. Simulasi ini menghasilkan respon
tegangan sebagai berikut :
130
Gambar 4.31 Hasil Tegangan Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar
Dan berikut gelombang hasil simulasi dengan kondisi pada penggunaan dan tidak
penggunaan AVR ataupun governor:
Tabel 4.32 Hasil Tegangan Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar
Kondisi
Dengan AVR dan Gov
Tanpa AVR dengan Goc
Tanpa Gov dengan AVR
Tanpa Gov dan AVR
Cepu
145.6727
Osilasi
Osilasi
Mojosongo
136.1122
Osilasi
Osilasi
Osilasi
Osilasi
Dari gambar gelombang dan tabel tegangan ketika Tanjungjati Unit 1,2,
dan 3
kondisi padam dapat diketahui bahwa respon paling baik adalah dengan
menggunakan AVR dan governor. Data hasil tegangan paling baik dan mendekati
kondisi normal subsistem Tanjungjati. Dari keseluruhan simulasi didapatkan lima
bus bar dengan tegangan akhir terendah setelah dilakukannya simulasi. Kelima
bus bar tersebut adalah sebagai berikut :
131
Tabel 4.33 Tegangan Terendah Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar
Bus Bar
UNGARAN
MOJOSONGO
TANJUNGJATI
BERINGIN
Tegangan (kV)
130.8198
136.1122
136.7336
137.4106
JEPARA
137.9986
Dari tabel diatas diketahui bahwa tegangan terendah ada pada bus bar
Ungaran yaitu 130,81 kV. Setelah bus bar tersebut didapatkan bus bar Mojosongo
dengan tegangan 136,11 kV. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tegangan
pada bus bar Ungaran dibawah standar minimum untuk tegangan nominal 150 kV.
Sehingga diperlukan proses pemulihan tegangan.
4.2.5 Simulasi Pemulihan Tegangan
Dalam mendesain simulasi pemulihan tegangan maka diperlukan kondisi
dimana tegangan mencapai kondisi undervoltage. Maka dipilih simulasi yang
mengakibatkan tegangan mencapai kondisi tersebut.
Dipilih kondisi pada saat beban internal dan eksternal naik 10%, didapatkan PLTU
Tanjungjati unit 1, 2, dan 3 keluar dari sistem. Maka didapatkan tegangan
terendah sebagai berikut :
Gambar 4.32 Tegangan Beban Internal Naik dan Pembangkit Tanjungjati Unit 1,2, dan 3 keluar
132
Berikut data hasil akhir tegangan pada 6 bus bar dengan tegangan terendah :
Tabel 4.34 Hasil Tegangan Simulasi Internal dan Eksternal Naik 10%
Nama GI
MOJOSONG
O
TANJUNG
JATI
BRINGIN
JEPARA
Tegangan
JELOK
135.017
132.793
133.216
134.175
134.7232
Dari data diatas dapat diketahui bahwa bus bar Mojosongo, Tanjungjati,
Beringin, dan Jepara tegangannya dibawah standar tegangan minimum yang
dipakai PLN (Peraturan Mentri ESDM No. 03 tahun 2007) yaitu 135 kV.
Sehingga diperlukannya pemulihan tegangan agar subsistem Tanjungjati dapat
kembali pada kondisi normal.
4.2.5.1 Simulasi Tapping pada Bus Terendah
Dalam menanggulangi kondisi tegangan rendah salah satunya adalah
dengan melakukan tapping transformator. Oleh sebab itu percobaan ini
mensimulasikan tapping transformator pada transformator 150/20 kV untuk
menaikkan tegangan sisi tegangan rendah.
Simulasi ini dilakukan pada bus bar Mojosongo yang mana memiliki
kondisi tegangan paling rendah. Kondisi tapping transformator pada kondisi
normal diposisi 10. Kemudia ketika terjadi penurunan tegangan tap transformator
dipindahkan ke posisi 8 yang mana tapping maksimal di sisi tegangan tinggi.
Sehingga didapatkan kondisi tegangan sebagai berikut :
133
147.3331
132.323
134
Tegangan
132.793
133.216
Nama Beban
3MJNGO5_TD
1
3MJNGO5_TD
2
3TJATI5_TD1
P beban
(MW)
Q Beban (MVAR)
42.65411
11.7336
15.59595
4.811344
26.71112
9.118734
135
Didapatkan perubahan tegangan pada bus bar dibawah 135 kV sebagai berikut :
Tabel 4.37 Hasil Pelepasa Beban berdasarkan Tegangan Terendah
Bus Bar
MOJOSONGO
TANJUNG
JATI
BRINGIN
JEPARA
Tegangan Awal
(kV)
132.793
Tegangan Akhir
(kV)
136.651
Selisih (kV)
3.858
133.216
134.175
134.3583
136.5822
1.1423
2.4072
134.7232
135.7777
1.0545
Tegangan
132.793
Nama Beban
3MJNGO5_TD2
P beban
(MW)
15.59595
Q Beban
(MVAR)
4.811344
133.216
134.175
3TJATI5_TD1
3BRNGI5_TD2
26.71112
17.84144
9.118734
6.732079
JEPARA
134.7232
3JPARA5_TD2
16.07567
5.448421
136
Gambar 4.35 Hasil Tegangan Lepas Beban Berdasarkan Sensitivitas Bus Bar
Didapatkan perubahan tegangan pada bus bar dibawah 135 kV sebagai berikut :
Tabel 4.38 Hasil Pelepasa Beban berdasarkan Sensitivitas Bus
Bus Bar
MOJOSONGO
TANJUNG
JATI
BRINGIN
JEPARA
Tegangan Awal
(kV)
132.793
Tegangan Akhir
(kV)
134.9288
133.216
134.175
134.344
135.9153
1.128
1.7403
134.7232
135.8485
1.1253
Selisih (kV)
2.1358
137
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1) Setelah dilakukan skenario untuk menurunkan tegangan pada subsistem
Tanjungjati, tidak ditemukan kondisi dimana tegangan pada busbar
Tanjungjati sebesar 140 kV maka bus bar terndah sebesar 120 kV. Hal
tersebut berarti prosedur Manual Load Shedding (MLS) Ungaran tahun
2014 tidak dapat diimplementasikan pada subsistem Tanjungjati dengan data
kondisi kelistrikan pada DIgSILENT Desember 2015.
2) Dalam melaksanakan simulasi skenario pada subsistem Tanjungjati, kondisi
saat subsistem Tanjungjati menggunakan AVR dan governor menghasilkan
tegangan dengan nilai terbaik karena paling mendekati tegangan subsistem
Tanjungjati saat kondisi normal. Hal ini dikarenakan pemasangan AVR pada
pembangkit dapat mengontrol keluaran daya reaktif dan governor dapat
mengatur frekuensi keluaran pada generator sehingga mempengaruhi daya
pada beban.
3) Berdasarkan simulasi kenaikan beban dan simulasi lepas generator
didapatkan bahwa suplai daya pembangkitan subsistem Tanjungjati lebih
besar dari beban, sehingga sistem masih aman dan handal dalam proses
menyalurkan listrik ke konsumen.
4) Melalui kurva P-V dan Q-V didapatkan bahwa kondisi subsistem tanjung
jati ketika beban mencapai 80% kapasitas transformator masih dalam
kondisi stabil.
5) Melaui kurva P-V dan Q-V didapatkan bahwa bus bar Mojosongo adalah
bus bar yang paling mudah untuk tidak stabil jika dibandingkan dengan bus
bar lainnya. Sehingga diperlukan perhatian khusus pada bus bar mojosongo
ataupun penambahan kapasitor untuk menambah pasokan daya reaktif.
6) Tapping transformator dapat dilakukan untuk menanggulangi kondisi
tegangan rendah pada sisi 150 kV, walaupun masih dalam ambang minimal
138
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
140