Anda di halaman 1dari 35

Indonesia New Released Electricity Supply Business Plan (RUPTL)

2016-2025 and New Regulation on Power Generation & Electricity


By :
Director General Electricity of Ministry Energy and Mineral Resources (ESDM)
Dinner Talk on 35.000 MW Updates Indonesia New Released Electricity Supply Business Plan (RUPTL) 2016-2025
and New Regulation on Power Generation & Electricity

Jakarta, 18 August 2016


Daftar Isi
I. Kondisi Ketenagalistrikan Nasional
II. Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan
III. Program Pembangunan Pembangkit 35.000 MW
IV. Strategi Percepatan

2
Kementerian ESDM Republik Indonesia
I Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

3
Kementerian ESDM Republik Indonesia
PENGELOLAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PENGUASAAN
Regulasi, kebijakan, dan standar
Menyediakan dana untuk:
Kelompok masyarakat tidak mampu;
NEGARA Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di
daerah yang belum berkembang;
PEMERINTAH Pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan
PEMERINTAH DAERAH perbatasan; dan
Pembangunan listrik perdesaan.

PENGUSAHAAN
PEMEGANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (IUPTL)

BUMN* BUMD** SWASTA** KOPERASI** SWADAYA MASYARAKAT**

* : Prioritas Pertama
** :Diberikan kesempatan sebagai penyelenggara
UPTL terintegrasi untuk wilayah belum berlistrik

4
Kementerian ESDM Republik Indonesia
PERKEMBANGAN SUBSIDI LISTRIK DAN BAURAN BBM
Realisasi Subsidi Listrik (Rp. Triliun) Realisasi Bauran BBM (%)
12 22.95% 25%

103.33 101.21 10
99.3 Volume 20%
14.97%
8 12.54% 11.81%
15%

Persen
Juta Kl
6 8.58%
66.15
10%
56.55 4 6.51%
48.56 4.66%
5%
2
38.39
11.40 8.28 7.51 7.26 5.47 3.80 2.65
0 RAPBN-P 0%

Kebutuhan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Komposisi penjualan 2016: 216,83 TWh
Alokasi

Komposisi Penjualan Listrik Tahun 2016


2012 2013 2014 2015 2016 APBN-P Nota Keuangan
RAPBN 2017 kWh Non kWh Subsidi
Subsidi 36%
(Plg membayar
Perbaikan bauran BBM dalam energy mix dan perubahan kebijakan 64%
Rp. 48,33 T;
subsidi listrik yang lebih tepat sasaran, secara bertahap subsidi listrik dapat diturunkan. (Plg Pemerintah
Penghapusan subsidi bagi pelanggan mampu secara bertahap: membayar mensubsidi
2013 : penghapusan subsidi terhadap 4 golongan pelanggan. Rp.175,46 T) Rp. 38,39 T)
2014 : dilakukan penghapusan subsidi terhadap 7 golongan pelanggan.
2015 : diterapkan Tariff Adjustment pada 12 golongan pelanggan non subsidi.
2016 : Tidak ada penyesuaian tarif untuk rumah tangga mampu daya 900VA.
2017 : Rencana penyesuaian tarif untuk rumah tangga mampu daya 900VA.

5
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KONDISI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL TAHUN 2015
KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT

55.528 MW
PLN IPP
70% 21%

PPU
PLN: 38.310 MW IPP: 12.477 MW PPU: 2.349 MW 4%
IO non BBM
IO non BBM: 2.392 MW 5%

KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT


PRODUKSI TENAGA LISTRIK KONSUMSI TENAGA LISTRIK
EBT
10,47%

283 TWh 228 TWh Batubara


56,06%
GAS
24,89%

BBM
RASIO ELEKTRIFIKASI kWh PER KAPITA 8,58%

88,30 % 910 kWh ENERGY MIX *)

Publik
6%

Rumah Tangga
PANJANG JARINGAN TRANSMISI PANJANG JARINGAN DISTRIBUSI 38%
Industri
40%

49.325 kms 925.312 kms Bisnis


16%

KONSUMSI TENAGA LISTRIK PER GOLONGAN *)


*) Termasuk Non-PLN
6
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KONDISI PASOKAN TENAGA LISTRIK PLN
(Berdasarkan Cadangan Sistem Operasi Harian - Status 8 Agustus 2016)
Aceh Sumut (SBU)
1.873 MW Kaltim
494 MW STATUS:
-2,44 %
Tj, Pinang 2,70 % : 7 Normal (Cadangan cukup)
44 MW : 11 Siaga (Cad, lebih kecil dr pembangkit terbesar)
Batam 27,11 %
378 MW : 5 Defisit (Pemadaman sebagian bergilir)
25,90 % Ternate +
Bangka Palu Maluku Isolated
131 MW 54 MW Sulutgo 91 MW Sorong +
-4,23 % 5,07 % 301 MW 22,29 % Papua Isolated
3,63 % 146 MW
Kalbar 27,07 %
370 MW
11,78 %
Jayapura
67 MW
-12,56 %
Kendari
72 MW
19,94 %
Sumbar Riau
Jambi (SBT)
1.345 MW Belitung
-3,64 % 34 MW Kalselteng
5,35 % 564 MW Ambon
Sulawesi Selatan +
-10,25 % 48 MW
Poso-Tentena
951 MW 1,65 %
Sumsel Bengkulu
Lampung (SBS) 11,46 %
1.714 MW
1,53 %
Kupang
Jawa Bali 53 MW
21.352 MW 35,80 %
9,47 % Lombok
214 MW
3,25 % Bima Sumbawa NTT Isolated
79 MW 87 MW
4,69 % 3,76 %
7
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KONDISI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK TERINTEGRASI
(Status 3oleh
Penyediaan tenaga listrik tidak hanya dilakukan Agustus
PLN 2016)
saja.
Terdapat 24 badan usaha penyediaan tenaga listrik yang telah beroperasi dalam suatu wilayah usaha.

8
Kementerian ESDM Republik Indonesia
CAPAIAN RASIO ELEKTRIFIKASI
Rasio elektrifikasi nasional masih rendah 88,30% RASIO ELEKTRIFIKASI NEGARA ASEAN
pada tahun 2015.
Masih ada 4 provinsi (Kalteng, Sultra, NTT, and Papua)
yang memiliki rasio elektrifikasi yang lebih kecil dari
70%.
Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, rasio
elektrifikasi nasional Indonesia masih rendah.
Target rasio elektrifikasi yang ingin dicapai: 97,35%
pada tahun 2019.
RASIO ELEKTRIFIKASI NASIONAL TAHUN 2015 (dalam %)

9
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KONDISI KONSUMSI LISTRIK PER-KAPITA
Walaupun konsumsi listrik (kWh) per-kapita Indonesia meningkat setiap tahun namun
masih rendah, yaitu 910 kWh di tahun 2015.
Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, kWh per-kapita Indonesia pada tahun 2013
masih rendah dibandingkan Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand, dan
Vietnam.
Target kWh per-kapita yang ingin dicapai: 1.293 kWh pada tahun 2019.
Konsumsi Listrik per-Kapita ASEAN Tahun 2013

Sumber: World Bank, http://data.worldbank.org/indicator/EG.USE.ELEC.KH.PC


10
Kementerian ESDM Republik Indonesia
II Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan

11
Kementerian ESDM Republik Indonesia
LANDASAN HUKUM PERENCANAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
UU 30/2007 UU 30/2009
(ENERGI) (KETENAGALISTRIKAN

PP 79/2014
(Kebijakan Energi Nasional-KEN)
Merupakan kebijakan pengelolaaan energi yang berdasarkan
prinsip keadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna
PP 14/2012
terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional jo PP 23/2014
Disusun oleh Dewan Energi Nasional (DEN) (Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik)
Ditetapkan Pemerintah setelah mendapatkan persetujuan DPR-RI

Rencana Umum Energi Nasional Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional


(RUEN) (RUKN)
Merupakan kebijakan pemerintah pusat Merupakan rencana pengembangan sistem
mengenai rencana pengelolaan energi penyediaan tenaga listrik yang disusun oleh
tingkat nasional yang merupakan pemerintah pusat yang meliputi bidang
penjabaran dan rencana pelaksanaan pembangkitan, transmisi, dan distribusi
KEN yang bersifat lintas sektor untuk tenaga listrik yang diperlukan untuk
mencapai sasaran KEN memenuhi kebutuhan tenaga listrik Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Disusun oleh Pemerintah dan ditetapkan nasional (RUPTL)
oleh DEN Disusun oleh Menteri berdasarkan KEN Sebagai dasar pelaksanaan usaha penyediaan
Ditetapkan oleh Menteri setelah tenaga listrik untuk kepentingan umum
berkonsultasi dengan DPR-RI Disusun oleh badan usaha yang memiliki
wilayah usaha
Rencana Umum Energi Daerah Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah Disusun dengan memperhatikan Rencana
(RUED) (RUKD) Umum Ketenagalistrikan (RUK)*)
Disusun oleh Pemda berdasarkan RUEN dan Disusun oleh Pemda berdasarkan RUKN dan Disahkan oleh Menteri/Gubernur sesuai
ditetapkan dengan peraturan daerah ditetapkan oleh Gubernur setelah kewenangannya
berkonsultasi dengan DPRD
*) RUK: RUKN dan RUKD 12
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KEBIJAKAN PEMBANGKIT ARAH PENGEMBANGAN
(Sesuai Draft RUKN 2015-2034)

Diarahkan untuk memenuhi pertumbuhan tenaga listrik, meningkatkan cadangan dan


terpenuhinya margin cadangan (reserve margin).
PLTU masih dapat dikembangkan, namun mengutamakan penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan dan memiliki efisiensi tinggi (Clean
Coal Technology) untuk sistem yang telah mapan (Jawa-Bali dan
Coal-fired PP Sumatera).
PLTG dan PLTA pump storage dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan beban puncak dan meminimalkan atau membatasi
Gas-fired PP pembangkit BBM yang beroperasi pada waktu beban puncak.
PLT-EBT dikembangkan disamping untuk memenuhi kebutuhan tenaga
listrik juga dalam rangka menurunkan tingkat emisi CO2.
PLTN dapat dipertimbangan untuk dikembangkan sebagai pilihan
NRE PP terakhir jika target porsi energi baru dan energi terbarukan menjadi
paling sedikit sebesar 25% pada tahun 2025 tidak tercapai dengan
tetap memperhatikan faktor keselamatan secara ketat.
Note:
PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Nuclear PP PLTG : Pembangkit Listrik Tenaga Gas
PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLT-EBT : Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru dan Terbarukan
PLTN : Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. 13
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KEBIJAKAN PEMBANGKIT - BAURAN ENERGI
EBT
BAURAN ENERGI PRIMER Minyak Bumi
Gas
(Listrik dan Non Listrik) Batubara
(Kebijakan Energi Nasional, PP No.79/2014)
23% 23% 22%
6%

30% 41%
30% 25%

REALISASI 2013 TARGET 2025

BAURAN ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK


(Draft RUKN 2015-2034)

12% 25%
53% 24% 50%
24%
11% 1%

REALISASI 2014 TARGET 2025

14
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KEBIJAKAN PEMBANGKIT PELAKSANA PIK
(Sesuai Perpres 4/2016)
Memberikan partisipasi yang lebih luas bagi peran swasta dalam PIK.
Pelaksanaan percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan (PIK) dilakukan
PLN melalui swakelola dalam hal:
PLN memiliki kemampuan pendanaan untuk ekuitas dan sumber pendanaan murah;
Resiko konstruksi yang rendah;
Tersediannya pasokan bahan bakar:
Pembangkit pemikul beban puncak (Peaker) yang berfungsi mengontrol keandalan
operasi;
Pengembangan sistem isolated.

Pelaksanaan PIK dilakukan PLN melalui kerjasama penyediaan tenaga listrik dalam hal:
Membutuhkan pendanaan yang besar;
Resiko konstruksi yang cukup besar, terutama untuk lokasi baru yang membutuhkan
proses pembebasan lahan;
Resiko pasokan bahan bakar yang cukup tinggi atau yang belum mempunyai kepstian
pasokan gas dan/atau infratrukturnya;
Pembangkit dari sumber energi baru dan terbarukan;
Ekspansi dari pembangkit pengembang pembangkit listrik (PPL) yang telah ada;
Terdapat beberapa PPL yang akan mengembangkan pembngkit di suatu wilayah
tertentu.
15
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KEBIJAKAN PEMBANGKIT PROYEKSI PRODUKSI LISTRIK
(Sesuai Draft RUKN 2015-2034)
784
Sistem Non PLN
IPP & Excess Power PPU & IZIN OPERASI NON BBM
(10%)
PLN

395

TWh IPP &


EXCESS POWER
(75%)
WILAYAH USAHA
PLN
(90%)
PLN
(25%)

2015 2020 2025 2030 2034

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2034


KEBUTUHAN TAMBAHAN SISTEM NON PLN 2 4 6 8 11 14 32 44 55
KEBUTUHAN TAMBAHAN IPP & EXCESS POWER 12 28 45 64 86 110 272 412 547
KEBUTUHAN TAMBAHAN PLN 4 9 15 21 29 37 91 137 182
KEBUTUHAN TAMBAHAN PLN SYSTEM 16 37 60 86 115 147 363 550 730
TOTAL KEBUTUHAN TAMBAHAN
(TERHADAP 2014)
18 41 66 94 126 161 395 593 784

16
Kementerian ESDM Republik Indonesia
TRANSMISI TENAGA LISTRIK ARAH PENGEMBANGAN
(Sesuai Draft RUKN 2015-2034)

Diarahkan pada pertumbuhan sistem, peningkatan keandalan sistem dan mengurangi kendala
pada sistem penyaluran serta adanya pembangunan pembangkit baru.
2-5 tahun kedepan diprioritaskan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
pembangkit baru program 35.000 MW.
Transmisi tegangan 500 kV di luar sistem Jawa-Bali dan sistem Sumatera,
transmisi tenaga listrik bertegangan arus searah (Direct Current DC), dan
smart grid dimungkinkan untuk dikembangkan dengan memperhatikan
kebutuhan sistem kelistrikan setempat, pertimbangan ekonomi dan
ketersediaan teknologi.
Transmisi tenaga listrik dengan menggunakan jenis kabel tanah (under
ground cable) dimungkinkan untuk dilakukan pada tempat-tempat tertentu
sepanjang memenuhi aspek teknis dan ekonomis.
Penambahan trafo atau pembangunan gardu induk baru diprioritaskan
apabila pembebanan trafo pada GI terpasang sudah mencapai 70% dari
kapasitasnya untuk sistem kelistrikan di luar Jawa-Bali dan mencapai 80%
dari kapasitasnya untuk sistem kelistrikan di Jawa-Bali.
Back-up sistem dapat dipertimbangkan untuk peningkatan keandalan
sistem kelistrikan.
17
Kementerian ESDM Republik Indonesia
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK ARAH PENGEMBANGAN
(Sesuai Draft RUKN 2015-2034)

Diarahkan untuk dapat mengantisipasi pertumbuhan penjualan tenaga listrik,


mempertahankan tingkat keandalan yang diinginkan dan efisiensi serta meningkatkan kualitas
pelayanan.
Jaringan distribusi terisolasi dapat dikembangkan apabila pemenuhan
tenaga listrik secara terintegrasi dengan sistem tenaga listrik lain dinilai
kurang/tidak efisien.
Jaringan distribusi tenaga listrik dengan menggunakan jenis kabel tanah
(under ground cable) dimungkinkan untuk dilakukan pada tempat-
tempat tertentu sepanjang memenuhi aspek teknis dan ekonomis.
Jaringan distribusi tenaga listrik dengan teknologi smart grid dan kabel
laut (submarine cable) antar pulau dapat dilakukan sepanjang
memenuhi kebutuhan sistem dan ketersediaan teknologi.
Micro grid dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan keandalan dan
mengoptimalkan bauran energi pembangkitan pada suatu daerah
terpencil yang jauh dari sistem besar.

18
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PRIORITAS PLN
(Sesuai Kepmen ESDM No. 5899K/20/MEM/2016 tentang Pengesahaan RUPTL PLN 2016-2025)

Pembangunan pembangkit tenaga listrik dapat dilakukan oleh PLN apabila pendanaan yang
dimiliki cukup setelah pengembangan listrik perdesaan, pembangunan transmisi dan distribusi
serta gardu induk dilaksanakan.

Kemampuan pendanaan yang dimiliki oleh PLN diprioritaskan pada:


Pelaksanaan program listrik perdesaan;
Pembangunan dan perkuatan jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik;
Pembangunan dan perkuatan gardu induk;
Pembangunan pembangkit peaker; dan
Pembangunan pembangkit tenaga listrik di daerah remote.

19
Kementerian ESDM Republik Indonesia
III Program Pembangunan Ketenagalistrikan

20
Kementerian ESDM Republik Indonesia
PROGRAM 35.000 MW DIBUTUHKAN MENJAWAB TANTANGAN SEKTOR
Angka 35.000 MW bukanlah angka yang ambisius
Sebab

1 Proyeksi Pertumbuhan
Ekonomi berkisar 7%
setiap tahun.

2 Meningkatnya
Pertumbuhan
kebutuhan listrik sekitar
8,7% setiap tahun.

Akibat
Kebutuhan Listrik akan
meningkat 7000 MW
setiap tahun.

21
Kementerian ESDM Republik Indonesia
PROGRAM 35.000 MW RINCIAN PROYEK
(Status Juli 2016)

Tahap/Fase
Jenis Total
No Sudah PPA,
Pembangkit Perencanaan Pengadaan Konstruksi COD (MW)
Proses FC
1 PLTA 54 174 - 226 - 454
2 PLTB 60 - 120 - - 180
3 PLTBM 10 20 - - - 30
4 PLTG 646 672 100 525 100 2.043
5 PLTGU 1.950 4.285 - 1.250 - 7.485
6 PLTGU/MG 450 1.700 - - - 2.150
7 PLTM 185 33 92 156 10 475
8 PLTMG 650 676 - 4 - 1.330
9 PLTP 150 20 335 220 - 725
10 PLTS - - - - 2 2
11 PLTU 3.800 3.150 7.798 4.965 19.713
12 PS - - - 1.040 - 1.040
Total (MW) 7.955 10.730 8.445 8.386 112 35.627

22
Kementerian ESDM Republik Indonesia
PROGRAM 35.000 MW - KEMAJUAN
(Status Juli 2016)
: PERENCANAAN
TOTAL 112 *) : PENGADAAN
KAPASITAS Sudah 1% 7.955
8.386 : SUDAH PPA / PROSES FC
35.627 MW Kontrak/PPA 22%
16.831 MW 23% Belum : KONSTRUKSI
47% Kontrak/ PPA
18.685 MW : SLO/COD

8.445 52%
24% 10.730
PLN 30% IPP
Sudah
Kontrak 12
100 *)
3.244 MW
1% 0% 4.314
32% 5.142 17%
20% Belum PPA
Sudah PPA
3.244 3.641 13.587 MW 11.469 MW
31% 34% 54% 46%

8.445 7.155
Belum 34% 29%
3.575 Kontrak
7.216 MW
34%
68%

*) : Selain
itu terdapat pembangkit yang sudah COD:
PLTD Pulau Terluar dan Daerah Perbatasan (68 MW)
MVPP Amurang (120 MW)
Terdapat proyek Reguler sekitar 0,8 GW yang target COD-nya setelah tahun 2019, namun sudah PPA dan diperkirakan dapat
dipercepat CODnya menjadi 2019 dengan melihat kemajuan yang dicapai oleh pengembang.
23
Kementerian ESDM Republik Indonesia
PROGRAM 7.000 MW RINCIAN PROYEK
(Status Juli 2016)

Jenis Tahap Total


No
Pembangkit Konstruksi SLO/Operasi (MW)
1 PLTA 135 65 200
2 PLTGU 30 - 30
3 PLTM 22 49 71
4 PLTMG 155 400 555
5 PLTP 620 30 650
6 PLTU 3.397 2.590 5.987
Total (MW) 4.359 3.134 7.493

24
Kementerian ESDM Republik Indonesia
PROGRAM 7.000 MW - KEMAJUAN
(Status Juli 2016)

: KONSTRUKSI
(TOTAL 7.493 MW) : SLO/COD

4.359 3.134
58% 42%

FTP I (2.526 MW) FTP II (1.550 MW) Reguler (3.417 MW)

75
5%
1.474 1.052 1.410 2.007
58% 42% 1.475 41%
95% 59%

25
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KEMAJUAN TRANSMISI PROGRAM 35.000 MW
(Status Juli 2016)
43.284
PLN kms;
93%
PLN
IPP
TARGET 2.712 kms; 5,8%
Telah Difungsikan
3.313 kms; 2015-2019 2.792 kms
80 kms; 0,2%

46.597 kms
IPP (6%)
7%
16.084 kms;
34,5%
Konstruksi 628 kms; 1,3%
16.712 kms
(36%)
24.488 kms;
52,6%
Pra Konstruksi
2.605 kms; 5,6%
27.093 kms
(58%)

Peran PLN dalam penyediaan transmisi Proyek 35 GW sangat besar.


Apabila pembangkit IPP sudah siap, namun transmisi belum siap, maka PLN terkena
klausul deemed dispatch, dimana IPP dianggap sudah beroperasi, sehingga PLN
harus membayar.
26
Kementerian ESDM Republik Indonesia
REALISASI DAN RENCANA INVESTASI 2010 - 2019
30,000

Realisasi Rencana
25,000 24,159 24,879

20,000
16,297 16,827
15,000

10,000 8,060
6,421 6,835
4,282 3,938
5,000 2,963

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pembangkit (USD Juta) 3,347 3,780 4,380 1,618 1,378 6,149 10,982 16,799 17,551 12,192
- PLN 3,260 3,111 2,336 1,087 1,378 1,519 4,464 4,414 4,117 2,024
- IPP 87 669 2,045 531 - 4,630 6,518 12,385 13,434 10,168
Transmisi (USD Juta) 491 1,629 1,027 1,133 751 837 3,987 5,915 5,853 3,156
Distribusi (USD Juta) 444 1,012 1,428 1,186 834 1,074 1,327 1,445 1,475 1,480
Total (USD Juta) 4,282 6,421 6,835 3,938 2,963 8,060 16,297 24,159 24,879 16,827

Realisasi PT PLN 2015 Realisasi Investasi (MiliarUSD) sd TW I sd TW II


Nilai (USD Juta)
(Per Sumber Dana) IPP 0,29 1,14
PT PLN 0,49 1,56
APBN 207 - Pembangkit 0,25 0,54
SLA 215 - Transmisi 0,16 0,52
- Distribusi 0,05 0,47
Bank Loan 1.141 - Pendukung 0,03 0,03
APLN 1.874 Total 0,78 2,70

Penyebab masih kecilnya realisasi investasi s.d TW II 2016, antara lain:


Terlambatnya proses pengadaan
Terlambatnya pengajuan usulan RUPTL 2016-2025 oleh PT PLN
Hambatan dalam pembebasan lahan (penetapan lokasi, tumpang tindih lahan, penolakan warga)

27
Kementerian ESDM Republik Indonesia
REALISASI DAN RENCANA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
2010 - 2019
110,000 Realisasi Rencana
97,990

90,000
76,592

70,000 64,155
59,668
55,528
51,019 53,066
(MW) 47,823
50,000 42,333
36,382

30,000

10,000

(10,000)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
IPP 6,197 7,803 10,453 10,623 10,945 12,473 14,369 16,018 23,597 41,258
PLN 26,338 30,529 33,221 35,890 37,380 38,314 40,558 43,396 48,254 51,991
PPU 1,670 1,727 1,843 2,113 2,349 2,349 2,349 2,349 2,349 2,349
IO NON BBM 2,177 2,276 2,306 2,392 2,392 2,392 2,392 2,392 2,392 2,392
TOTAL 36,382 42,333 47,823 51,019 53,066 55,528 59,668 64,155 76,592 97,990

28
Kementerian ESDM Republik Indonesia
REALISASI DAN RENCANA PENAMBAHAN TRANSMISI TENAGA
LISTRIK 2010 - 2019

(MVA) Realisasi Rencana (kms)


250,000 100,000

90,000

200,000 80,000

70,000

150,000 60,000

50,000

100,000 40,000

30,000

50,000 20,000

10,000

- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Gardu Induk (MVA) 65,669 71,615 77,073 81,345 86,472 90,833 106,804 142,492 167,292 196,192
Transmisi (KMS) 34,135 36,720 38,096 44,448 45,385 49,326 57,621 73,701 84,666 94,302

29
Kementerian ESDM Republik Indonesia
REALISASI DAN RENCANA PENAMBAHAN DISTRIBUSI TENAGA
LISTRIK 2010 - 2019
(MVA) (kms)
Realisasi Rencana
70,000 700,000

60,000 600,000

50,000 500,000

40,000 400,000

30,000 300,000

20,000 200,000

10,000 100,000

- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Trafo Distribusi (MVA) 35,701 39,211 40,654 43,184 46,779 47,003 51,042 55,130 59,355 63,657
JTM (6-20 kV) - kms 275,613 288,719 313,049 329,465 339,558 345,181 360,814 376,508 392,261 408,578
JTR (<6 kV) - kms 406,149 406,149 428,907 469,479 585,754 591,912 604,477 617,401 630,603 644,419

30
Kementerian ESDM Republik Indonesia
VI Strategi Percepatan

31
Kementerian ESDM Republik Indonesia
PENYEBAB KETERLAMBATAN PROYEK KETENAGALISTRIKAN
(Belajar dari FTP I dan FTP II)

1 Pembebasan dan Penyediaan Lahan;


2 Proses Negosiasi Harga antara PLN dan IPP;
3 Proses Penunjukan dan Pemilihan IPP;
4 Pengurusan Izin di Tingkat Nasional dan Daerah;
5 Kinerja (sebagian) Developer dan Kontraktor tidak sesuai target;
6 Kapasitas Manajemen Proyek;
7 Koordinasi Lintas Sektoral;
8 Permasalahan Hukum.

32
Kementerian ESDM Republik Indonesia
KEBIJAKAN MENGATASI HAMBATAN (Belajar dari FTP I dan II)
Permasalahan Uraian
Penyediaan Lahan Penerapan UU No 2/2012 & Perpres No. 4/2016
Negosiasi Harga Pembelian tenaga listrik oleh PLN dari IPP dan Excess Power dilaksanakan berdasarkan harga patokan
tertinggi tidak memerlukan persetujuan harga jual dari MESDM (Permen ESDM No.3/2015)
Proses Pengadaan IPP Percepatan proses pengadaan IPP melalui penunjukan langsung & pemilihan langsung untuk EBT, mulut
tambang, gas marginal, ekspansi, dan & excess power (Permen ESDM No.3/2015)
Proses Perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di BKPM (Permen ESDM No. 35/2014 & Perpres No. 4/2016),
dari 52 izin (923 hari) menjadi 22 izin (256 hari).
Kinerja Pengembang Melakukan uji tuntas (Due Delligence) terhadap calon pengembang IPP dan calon kontraktor EPC, baik dari
dan Kontraktor aspek teknis maupun finansial (Permen ESDM No.3/2015) dan dilakukan oleh Independent Procurement
Agent
Manajemen Proyek Membentuk Project Management Office (PMO) & menunjuk Independent Procurement Agent di PLN
serta UP3KN di KESDM (Permen ESDM No. 3/2015 dan Kepmen ESDM No. 3066 K/73/MEM/2015)
Koordinasi Lintas Membentuk Tim Kerja Percepatan Penyediaan Infrastruktur Ketenagalistrikan (Kep Menko Bid
Sektor Perekonomian No.129/2015) yang dibentuk oleh Menko Bid Perekonomian selaku Ketua Komite
Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)
Jaminan Pemerintah, Perpres No.4 Tahun 2016:
Tata Ruang dan Pemerintah memberikan jaminan terhadap kewajiban pembayaran PLN kepada pemberi pinjaman dan
Hukum jaminan kelayakan usaha PLN atas kewajiban finasialnya kepada IPP
Dalam hal lokasi proyek tidak sesuai dengan rencana tata ruang dapat dilakukan perubahan rencana
tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Kesalahan administrasi diselesaikan dengan penyempurnaan administrasi dan kerugian negara
diselesaikan dengan pengembalian kerugian negara

33
Kementerian ESDM Republik Indonesia
UPAYA MEMPERCEPAT PROGRAM 35.000 MW RESIKO & SOLUSI
Resiko Solusi
Kesamaan gerak langkah antara Regulator Dibentuk unit koordinasi pelaksanaan
1 dan Pelaksana
Menurunnya kepercayaan publik terhadap
program 35.000 MW (misalnya Kemenko
Bid Perekonomian sebagai kordinator).
Tata Kelola pencapaian program 35.000 MW Stock-taking energi primer.

Keterbatasan kapasitas project management Dibentuk unit manajemen khusus di PLN


2 Proses lelang tidak transparan. Penguatan regionalisasi PLN.
Project Transmisi tidak terbangun tepat waktu. Intensifikasi pembangunan transmisi.
Management Kapasitas sertifikasi, inspeksi, dan testing PLN Penguatan kapasitas managerial dan teknis
di PLN lemah. PLN.

3 Rendahnya pelibatan IPP dalam 35.000 MW. Percepatan pelaksanaan lelang.


Sulitnya kesepakatan PJBL dengan PLN. Pelaksanaan lelang oleh pihak ketiga secara
Ekosistem
profesional.
IPP
Kesulitan IPP mencapai financial close. Assessmen kapasitas keuangan.
Tidak adanya subsidi untuk menutupi selisih FiT Penyertaan modal negara sebagai
4 dengan BPP listrik PLN. mekanisme subsidi.
Pendanaan Tidak adanya insentif investasi di daerah Pembentukan Dana Ketahanan Energi.
terpencil, perbatasan, dan pulau terluar yang
tidak layak dikembangkan secara komersil.

Target porsi EBT dalam bauran energi tidak Konsistensi Pemerintah kepada porsi 25%
5 tercapai. EBT dalam 35.000 MW.
EBT Perlu Subsidi Khusus untuk EBT.

34
Kementerian ESDM Republik Indonesia
www.djk.esdm.go.id

Anda mungkin juga menyukai