Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2013) 1-6

Perhitungan CCT (Critical Clearing Time) Berdasarkan


Trajectory Kritis Menggunakan Hilangnya Sinkronisasi
pada Sistem 3 Generator 9 Bus yang Terhubung pada
Infinite Bus
Brilyan Muhammad, Dimas Anton Asfani, dan Ardyono Priyadi
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: priyadi@ee.its.ac.id, anton@ee.its.ac.id
Abstrak Pada sistem tenaga listrik, analisis kestabilan

transien mempunyai peranan penting dalam menjaga


keamanan operasinya. Saat terjadi gangguan, sistem akan
mengalami kondisi transien. Dalam kondisi tersebut, rele
pengaman akan bekerja untuk membuka circuit breakers
dalam kurun waktu tertentu. Akan tetapi hal ini tidak
menjamin sistem akan kembali pada kondisi steady-state.
Hal ini disebabkan adanya waktu pemutus kritis / critical
clearing time (CCT) pada saat kondisi transien. CCT
adalah perhitungan waktu kritis setelah terjadi gangguan.
Sistem akan stabil jika gangguan diputus kurang dari
CCT, sebaliknya sistem akan tidak stabil jika gangguan
diputus melebihi CCT. Untuk menghitung CCT yang
akurat dapat menggunakan metode time domain
simulation, tetapi metode ini tidak dapat menghitung CCT
dan secara langsung. Selain itu memerlukan waktu yang
lama dalam proses perhitungannya. Dalam tugas akhir ini
akan diusulkan sebuah metode yang dapat menghitung
CCT secara langsung, cepat, dan akurat berdasarkan
metode critical trajectory menggunakan hilangnya
sinkronisasi. Critical trajectory didefinisikan sebagai
lintasan yang berawal dari titik gangguan dan berakhir
pada kondisi hilangnya sinkronisasi. Metode ini
digunakan untuk menghitung CCT pada sistem
multimesin yang terhubung pada infinite bus di sistem 3
generator 9 bus.
Kata Kunci Analisis Kestabilan Transien, Critical clearing
Time (CCT), Trajectory kritis

I. PENDAHULUAN
Stabilitas sistem tenaga listrik telah dianggap sebagai
masalah penting untuk memenuhi kebutuhan listrik sudah
menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Banyak kejadian
listrik mati total disebabkan oleh ketidakstabilan sistem
tenaga. Tidak terkecuali yang menjadi sorotan adalah
kestabilan transien. Stabilitas transien berhubungan dengan
gangguan besar secara tiba-tiba seperti gangguan hubung
singkat, pemutusan saluran secara tiba-tiba melalui circuit
breaker(CB), serta pemindahan beban secara tiba-tiba. Pada
saat terjadi gangguan, rele pengaman akan bekerja untuk
membuka breakers dalam waktu kurang dari 200-300 ms.
Akan tetapi hal ini tidak menjamin sistem akan kembali pada
kondisi steady-state. Hal ini disebabkan adanya waktu

pemutus kritis / critical clearing time (cct) pada sistem tenaga


listrik. Jika gangguan diputus kurang dari waktu kritisnya/
critical clearing time (cct), maka generator akan kembali
stabil. Namun, jika gangguan diputus lebih dari waktu
kritisnya/ critical clearing time (cct), maka generator akan
berada pada kondisi tidak stabil.
Hingga saat ini, analisis kestabilan transien masih
banyak menggunakan integrasi numerikal dari persamaan
diferensial nonlinear. Metode ini cukup akurat dalam
perhitungan critical clearing time(cct) suatu sistem tenaga
multimesin dan mampu memberikan gambaran tentang
kestabilan sistem tenaga akibat gejala transien yang dialami.
Namun, integrasi numerikal yang begitu panjang dalam proses
perhitungan critical clearing time (cct) menyebabkan metode
ini memerlukan waktu yang tidak sedikit dalam proses
iterasinya. Hal ini sangat tidak efektif jika diterapkan pada
analisis kestabilan transien. Sebab, pola perubahan yang
terjadi akibat gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem
sangat cepat pada sistem. Oleh karena itu, diperlukan sebuah
metode yang dapat menghitung critical clearing time (cct)
dengan iterasi yang lebih cepat dan akurat, sehingga dapat
diaplikasikan secara nyata pada sistem.
Salah satu metode untuk menentukan critical clearing
time (CCT) pada permasalahan stabilitas sistem tenaga listrik
adalah dengan menentukan critical trajectory (lintasan kritis)
pada suatu sistem multi-machine yang diakibatkan oleh
hilangnya sinkronisasi. Critical trajectory diperoleh dari
lintasan mulai dari lintasan pada gangguan dan mencapai titik
kritis yang disebut dengan Controlloing Unstable Equilibrium
Point (UEP). Sehingga critical trajectory dan CCT dapat
dihitung secara bersamaan.
II. KESTABILAN TRANSIEN
A. Definisi Kestabilan Transien
Kestabilan sistem tenaga listrik berdasar referensi [5] dapat
dibagi menjadi menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Kestabilan sudut rotor
2. Kestabilan tegangan
3. Kestabilan frekuensi
Kestabilan transien merupakan bagian dari kestabilan sudut
rotor yang mempelajari mengenai kemampuan dari mesinmesin sinkron yang saling terinterkoneksi pada sistem tenaga
listrik untuk menjaga kesinkronan setelah mengalami
gangguan besar seperti gangguan hubung singkat pada saluran
transmisi pada sistem tenaga. Kestabilan tersebut tergantung

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6


pada kemampuan untuk menjaga atau mengembalikan
keseimbangan antara torsi elektromekanik dan torsi mekanik
dari masing-masing mesin sinkron. Periode waktu yang
digunakan untuk studi kestabilan transien berkisar antaea 3-5
detik setelah gangguan. Untuk sistem yang sangat besar
ditambahkan 10-20 detik.
B. Critcal Clearing Time (CCT)
Pengisolasian area akibat suatu gangguan yang besar
menyebabkan perubahan struktural pada sistem tenaga listrik.
Pengisolasian ini dapat dilakukan dengan pemutusan saluran
melalui circuit breaker(CB) saluran maupun pelepasan
generator dari sistem melalui circuit breaker(CB) generator.
Pemutusan saluran maupun pelepasan generator melalui
circuit breaker(CB) harus kurang dari waktu pemutus
kritisnya atau sering disebut critical clearing time (cct). Jika
gangguan diputus kurang dari waktu kritisnya/ critical
clearing time (cct), maka sistem akan kembali stabil. Namun,
jika gangguan diputus lebih dari waktu kritisnya/ critical
clearing time (cct), maka generator akan berada pada kondisi
tidak stabil. Dengan menggunakan energy function, critical
clearing time (cct) dapat dicari dengan menghitung perbedaan
waktu antara SEP (Stable Equilibrium Point) dan exit point.
C. Critical Trajectory
Critical Trajectory didefinisikan sebagai lintasan yang
dimulai dari titik Fault-on Trajectory pada CCT dan mencapai
titik kritis dimana sistem kehilangan sinkronisasi[7]. Hal ini
digunakan Untuk meminimalisasi masalah yang terjadi pada
perhitungan nilai UEP (Unstable Equlibrium Point) shingga
didapatkan nilai CCT untuk mencapai kestabilan pada sistem
tenaga listrik.

2
kestabilan sistem, dimana lintasan kritis ini akan dicari pada
paper ini.
III. PERHITUNGAN CRITICAL CLEARING TIME
BERDASARKAN HILANGNYA SINKRONISASI
A. Kondisi Awal
Perhitungan kestabilan transient dihitung dengan nilai awal
(initial point) ketika dalam kondisi stabil didefinisikan sebagai
xpre, ketika gangguan terjadi pada saat t=0. Kemudian sistem
diatur oleh persamaan dinamis ketika gangguan seperti
berikut,
(1)
Dimana
Hasil dari persamaan 1 adalah critical trajectory pada saat
terjadi gangguan. Persamaan ini juga dapat ditulis sebagai,
(2)
Dimana
Gangguan dapat dihilangkan pada saat t= dan sistem
diatur oleh persamaan dinamis seperti berikut,
(3)

Hasil dari persamaan (3) adalah critical trajectory pada


saat setelah terjadi gangguan. Persamaan ini juga dapat ditulis
sebagai,
(4)
0

Sebagai catatan x adalah titik pada lintasan kritis saat


gangguan (fault on trajectory) saat t=.

(rad)/s

(5)

B. Modifikasi Persamaan Trapezoidal


Perhitungan trapezoidal digunakan untuk persamaan (3)
pada saat tk dinotasikan dengan xk, sehingga persamaan
trapesoidal yang konvensional menjadi,

4
1
SEP

3
2

UEP

(rad)

(6)
Dimana,

Gambar 1. Lintasan dalam setiap tahap pada sistem tenaga listrik satu
generator terhubung ke bus infinite dengan peredam (Damping)[7].

Dalam paper ini akan diusulkan sebuah metode yang


manggunakan critical trajectory dan gambar 2 merupakan
contoh kasus pada sistem tenaga listrik satu generator yeng
terhubung dengan infinite bus dengan peredam. Tiga jenis
lintasan ditunjukkan dalam gambar 2. Trajectory 1 adalah
lintasan saat terjadi gangguan (fault-on trajectory) dimulai
dari Stabil Equilibrium Point (SEP) hingga ganguan diputus.
Trajectory 2 adalah lintasan saat dimana sistem sudah
mencapai kestabilannnya karena gangguan dihilangkan
sebelum waktu pemutus kritisnya (CCT). Trajectory 4 adalah
lintasan saat tidak stabil, dimana waktu pemutusan gangguan
terlalu lama. Trajectory 3 merupakan lintasan kritis untuk

Modifikasi persamaan trapezoidal menitikberatkan pada


kondisi ketika gangguan dihilangkan pada saat CCT dan
variabel yang konvergen ke titik kritis seperti yang dinyatakan
sebelumnya. Dalam beberapa kasus tertentu, titik kritis sama
dengan UEP (unstable equilibrium point) dan lintasan
mencapai UEP dengan waktu tak terbatas. Gambar 3
menunjukkan lintasan kritis, dimana dua titik batas, x0 dan xu,
merupakan titik awal di CCT dan titik kritis. Memperoleh
lintasan kritis menjadi sangat sulit ketika dibutuhkan waktu
tak terbatas untuk dapat mencapai UEP. Untuk menghindari
masalah tersebut, metode baru untuk integrasi numerik telah
dikembangkan sebagai berikut.
Pertama, jarak antara dua titik dalam persamaan (6)
didefinisikan sebagai:
(7)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

Dimana,
(8)

atau
yang
menentukan kondisi stasioner untuk
menyebabkan matriks torsi / daya sinkronisasi menjadi matrik
singular.
D. Perumusan Masalah

Sehingga persamaan (6) menjadi,


(9)
Dengan menggunakan persamaan (9), integrasi numerik
terhadap waktu berubah menjadi integrasi terhadap jarak,
seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Dalam penentuan keadaan kritis untuk kondisi Kestabilan


transien dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

m k
k
m +1
m +1
( ) ' ( ) + ( ) ' W ( )
, , , kS ,v
k =0

min
m+1

x , x ,..., x

Dimana

x 0 ~ x u : critical trajectory
x0

(14)

(15)

x1

(16)
Dengan kondisi batasan

xk

(17)
Masing-masing titik
tehubung menggunakan
metode trapezoidal

xm

xu
CP

(18)

Gambar 2. Konsep dari modifikasi metode trapezoidal

C. Kondisi Kritis saat Hilangnya Sinkronisasi


Untuk kasus single machine kekuatan sinkronisasi akan
hilang ketika
atau
. Dimana dan
masing-masing adalah torsi dan daya sinkronisasi, sedangkan
adalah sudut rotor. Dalam kasus multi mesin dapat ditulis
berdasarkan kondisi hilangnya kekuatan sinkronisasi dapat
dirumuskan dengan matriks koefisien sebagai berikut :
dengan

(10)

adalah eigenvector berhubungan


Dimana
dengan matrik zero eigenvalue
, dan
adalah jumlah dari generator. Dengan kondisi
eigenvector harus menyesuaikan dengan perubahan arah dari
. Hal tersebut dapat ditulis dengan persamaan berikut
dengan
:
(11)
Kondisi (10) dan (11) dapat diasumsikan sebagai titik akhir
dalam menentukan lintasan kritis nantinya. Meskipun hal
tersebut bukan bukti secara utuh dari kondisi stabilitas
dynamic system, persamaan berikut merepresentasikan
kondisi stasioner pada torsi atau daya sinkronisasi.
(12)
adalah dasar fungsi dari sudut rotor generator,
Ketika
maka persamaan berikut berlaku :
(13)
Persamaan di atas menyiratkan bahwa persamaan (11) dan
(12) ekuivalen satu sama lain dalam kondisi (10). Dengan
demikian, kondisi baru yang diusulkan adalah untuk

Dimana W adalah matriks pembobot dengan diagonal


matriks bernilai positif. Karena pemilihan W tidak
mempengaruhi konvergensi atau akurasi metode yang
diusulkan, matriks identitas akan digunakan untuk W pada
semua simulasi. Setelah melakukan minimisasi pada
akan menjadi nol. Dengan persamaan
persamaan (14),
trapezoidal akan menghubungkan ke semua titik
, k=0
sampai
. Dalam metode ini , kesalahan numerik
adalah hasil akumulasi peningkatan
sehingga titik akhir
pada umumnya memiliki kesalahan yang cukup besar. Di sisi
lain, metode ini dalam menentukan titik akhir tambahan
seperti dalam persamaan (18). kemudian menyelesaikan
persamaan minimisasi sehingga error
benar-benar
didistribusikan.
E. Pemodelan Sistem Tenaga Listrik
Pada model sistem tenaga listrik yange terhubung dengan
infinite bus didefinisikan menggunakan Xd model generator
dimana masing-masing generator diwakili oleh dua
persamaan diferensial. Center of angle (COA) dari persamaan
ayunan digunakan untuk kedua simulasi numerical simulation
method dan metode yang diusulkan sebagai berikut :
M i i =
Pmi Pei ( )

Mi
PCOA Di ( i )
MT

i = i

(19)
(20)

Dimana,
1 n
1 n
;
=
M

M i i ;
i i 0 M
MT i 1 =
=i 1 =
T i 1
=
MT

M i ; 0
=

i =
i 0 ; i =
i 0 ; PCOA =
( Pmi Pei ( ) ) ;
i =1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

=
Pei ( )

Y E E
ij

j =i

sin (i j + ij )

Pada sistem multimesin yang terhubung pada infinite


bus , infinite bus digunakan sebagai referensi pada sistem.
Pada kasus ini generator swing atau slack yang dipilih sebagai
infinite bus. Dimana variable vector disetting dengan
nilai 0, sedangkan untuk jacobian matrix sama seperti dengan
sisstem multi mesin yang tidak terhubung dengan infinite bus.
IV. SIMULASI DAN ANALISIS
Simulasi dilakukan dengan menggunakan sistem tenaga
listrik P. M. Anderson and A. A. Fouad 3 generator- 9
bus[8] seperti pada single line diagram dibawah ini.
8
2

7 F

G2

G
E

G3
9

I
5

6
C

1
Bus Infinite
Gambar 3. Sistem 3 Generator 9-Bus

yang terhubung infinite bus

Dari sistem tersebut telah ditentukan titik-titik terjadinya


gangguan. Diasumsikan terdapat 10 titik gangguan yang
dianggap mewakili gangguan yang terjadi pada sistem yang
berpengaruh pada kestabilan sistem. Setelah titik gangguan
ditentukan, maka akan dicari aliran daya dari sistem. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan parameter awal yang diperlukan
pada proses iterasi selanjutnya dalam perhitungan critical
clearing time (CCT). Parameter tersebut antara lain: daya
mekanis generator (Pm), tegangan bus generator (V), daya
generator (S), dan tegangan generator (Ea).
Tabel 1
Hasil iterasi dari aliran daya.
Ge
n

Pm
(p.u)

V (p.u)

S (p.u)

Ea (p.u)

1.63

1.0116 + 0.1653i

1.6300 +
0.0665i

0.9885 + 0.3546i

0.85

1.0216 + 0.0834i

0.8500 0.1086i

0.9902 + 0.2316i

A. Perhitungan Critical Clearing Time (CCT) pada Sistem 3


Generator 9 Bus tanpa Damping
Dengan mengabaikan damping pada setiap generator,
critical clearing time (CCT) yang dihasilkan metode ini
cukup akurat. Jika nilai CCT yang dihasilkan oleh metode
yang diusulkan ini dibandingkan dengan besaran nilai CCT
yang dihasilkan dengan numerical simulation method, maka
perhitungan CCT pada setiap titik gangguan yang dihasilkan
akan mendekati nilai CCT yang sesungguhnya.
Tabel 2.
Perbandingan nilai CCT yang dihasilkan metode yang diusulkan dengan
numerical simulation method pada sistem 3 generator 9 bus tanpa damping.

Metode yang Diusulkan


Numerical Simulation Method
Fault
Lama Iterasi dengan 10
Point CCT (s) Iterasi Lama Iterasi (s) CCT(s)
Percobaan (s)

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

0.1862
0.2341
0.2526
0.2530
0.1969
0.2086
0.2353
0.2345
0.3826
0.2805
RATA-RATA

14
14
13
13
13
13
14
14
15
13

31.9224 0.18-0.19
31.8944 0.23-0.24
31.8577 0.25-0.26
31.6776 0.25-0.26
31.4225 0.19-0.20
31.8600 0.20-0.21
31.8795 0.23-0.24
30.6806 0.23-0.24
32.0077 0.41-0.42
31.5154 0.28-0.29
31.67158

Error

319.224
0%
318.944
0%
318.577
0%
316.776
0%
314.225
0%
318.600
0%
318.795
0%
306.806
0%
320.077 -6.68%
315.154
0%
316.7158

Metode yang diusulkan termasuk direct method,


karena CCT yang dihasilkan dapat lagsung ditemukan,
sedangkan numerical simulation method merupakan indirect
method dimana CCT yang ditemukan masih dalam jarak
waktu antara stabil dan tidak stabil dari sistem setelah
mendapatkan gangguan. Sebagai contoh pada titik gangguan
A didapatkan CCT sebesar 0.18-0.19 detik. Sistem masih
dalam keadaan stabil ketika waktu pemutusan dari gangguan
setelah 0.18 detik dan sistem tidak dalam keadaan stabil ketika
waktu pemutusan 0.19 detik. Hal ini berarti bahwa waktu
antara 0.18-0.19 merupakan critical clearing time (CCT).
Untuk besarnya error didapatkan 0% untuk semua titik
gangguan dikarenakan besar CCT yang didapat ada diantara
kondisi tcs (keadaan dimana sistem stabil) dan tcu (keadaan
dimana sistem tidak stabil). Haya pada titik gangguan I nilai
CCT terletak diluar tcu dan tcs. Oleh karena itu, didapatkan
nilai eror seperti yang tertera di tabel 4.6. Nilai eror didapat
.
dengan perhitungan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

5
Tabel 3.
Perbandingan nilai CCT yang dihasilkan metode yang diusulkan dengan
numerical simulation method pada sistem 3 generator 9 bus dengan damping.
Metode yang Diusulkan
Fault
Point CCT (s)

Gambar 4. Grafik karakteristik kecepatan sudut rotor () terhadap waktu di


titik gangguan A pada sistem 3 generator 9 bus tanpa damping.

Hasil simulasi dengan menggunakan trajectory kritis


sebagai contoh pada titik gangguan A dapat dilihat pada
Gambar 4 dan 5 merupakan grafik karakteristik sudut rotor
() dan kecepatan sudut () terhadap waktu yang
menunjukkan bahwa CCT yang diperoleh adalah 0.1862
detik yang ditunjukkan pada grafik warna cyan. Serta hasil
dari trajectory kritis dengan waktu pemutusan gangguan pada
saat 0.18 dan 0.19 detik pada garis yang berwarna biru dan
merah.

Gambar 5. Grafik karakteristik kecepatan sudut () terhadap waktu di titik


gangguan C pada sistem 3 generator 9 bus tanpa damping.

Dari gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa sudut rotor


() dan omega () pada generator kritis. Dalam keadaan tidak
stabil maka trajectory pada simulasi akan semakin ke atas
sehingga keluar dari batasan kestabilan. Pada keadaan stabil
terlihat bahwa sudut rotor akan terus berosilasi. Hal ini
dikarenakan sistem yang digunakan tanpa menggunakan
damping sehingga tidak ada redaman ketika gangguan sudah
terjadi.

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

Iterasi

0.2266
0.3165
0.3151
0.3167
0.2387
0.2463
0.3236
0.3128
0.6204
0.3460
RATA-RATA

Lama Iterasi (s)

39
22
17
13
16
14
33
23
18
24

Numerical Simulation Method


CCT(s)

31.8486 0.22-0.23
31.4228 0.31-0.32
31.3855 0.31-0.32
31.3039 0.32-0.33
31.5843 0.23-0.24
31.2553 0.24-0.25
31.7089 0.31-0.32
31.4684 0.31-0.32
31.3360 0.61-0.62
31.5125 0.35-0.36
31.48262

Lama Iterasi dengan


10 Percobaan (s)

318.486
314.228
313.855
313.039
31.5843
312.553
317.089
314.684
313.360
315.125
314.8262

Error

0%
0%
0%
-1.03%
0%
0%
1.13%
0%
0.06%
-1.14%

Critical clearing time (CCT) yang dihasilkan lebih


besar daripada tanpa menggunakan damping. Tabel 4.7
merupakan perbandingan CCT yang dihasilkan oleh metode
yang diusulkan dibandingkan dengan besaran nilai CCT yang
dihasilkan dengan numerical simulation method. Dari CCT
yang diperoleh pada setiap titik gangguan terlihat bahwa nilai
CCT yang di hasilkan tidak berbeda jauh dari hasil nilai CCT
yang didapat dari numerical simulation method seperti yang
ditampilkan pada tabel 4.7. Haya pada titik gangguan D, G, H,
dan J nilai CCT terletak diluar tcu dan tcs. Oleh karena itu,
didapatkan nilai eror seperti yang tertera di tabel 4.7. Nilai
. Iterasi
eror didapat dengan perhitungan
yang terjadi pada proses untuk memperoleh CCT pada sistem
3 generator 9 bus dengan damping memang lebih banyak
dibandingkan tanpa menggunakan damping. CCT yang
dihasilkan jauh lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan numerical simulation method.
.

B. Perhitungan Critical Clearing Time (CCT) pada Sistem 3


Generator 9 Bus dengan Damping
Dengan menggunakan konstanta damping sebesar 5% pada
setiap generator, maka didapatkan nilai CCT yang dihasilkan
oleh metode yang diusulkan ini dibandingkan dengan besaran
nilai CCT yang dihasilkan dengan numerical simulation
method, maka perhitungan CCT pada setiap titik gangguan
dihasilkan seperti berikut.

Gambar 6. Grafik karakteristik sudut rotor () terhadap waktu di titik


gangguan G pada sistem 3 generator 9 bus dengan damping.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6


Hasil simulasi dengan menggunakan trajectory kritis
menggunakan damping sebagai contoh pada titik gangguan A
dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7 merupakan grafik
karakteristik sudut rotor () dan kecepatan sudut () terhadap
waktu yang menunjukkan bahwa CCT yang diperoleh adalah
0.2266 detik yang ditunjukkan pada grafik warna cyan. Serta
hasil dari trajectory kritis dengan waktu pemutusan gangguan
pada saat 0.22 dan 0.23 detik pada garis yang berwarna biru
dan merah.

Gambar 7. Grafik karakteristik kecepatan sudut () terhadap waktu di titik


gangguan G pada sistem 3 generator 9 bus dengan damping.

Dari gambar grafik karakteristik yang disajikan pada


gambar 6 dan 7, telah nampak perbedaan antara kondisi yang
stabil dan yang tidak stabil. Dengan kurva warna hijau
menunjukkan kurva tidak stabil dimana pemutusan gangguan
melebihi CCT yang telah didapatkan dengan waktu
pemutusan pada batas atas CCT yang diperoleh pada
numerical simulation method dan kurva dengan warna biru
menunjukkan kurva stabil dimana pemutusan gangguan
kurang dari CCT yang telah didapatkan dengan waktu
pemutusan pada batas bawah CCT yang diperoleh pada
numerical simulation method seperti pada tabel 3. Sedangkan
kurva warna cyan merupakan hasil dari metode yang
diusulkan sehingga didiapatkan CCT yang diharapkan. Dari
hasil simulasi untuk keadaan tidak stabil maka trajectory pada
simulasi akan semakin ke atas sehingga keluar dari batasan
sudut kestabilan. Dengan menggunakan damping maka pada
keadaan stabil terlihat bahwa sudut rotor akan berosilasi dan
kembali pada keadaan setimbang.
.

.
V. KESIMPULAN
Metode perhitungan critical clearing time (CCT) berdasar
trajectory kritis menggunakan hilangnya sinkronisasi pada
sistem 3 generator 9 bus yang terhubung dengan infinite bus
sudah mampu memberikan penilaian sebuah kestabilan
transien dengan mempresentasikan hasil CCT pada sebuah
sistem multi mesin dengan hasil CCT diperoleh secara
langsung tanpa ada batasan dari CCT yang ditemukan seperti
pada numerical simulation method. Hasil CCT sudah terbukti
tepat jika dibandingkan dengan numerical simulation method
dengan perbedaan hasil tidak kurang dari 1 detik serta tidak
memerlukan waktu yang cukup lama seperti pada numerical

6
simulation method yang telah ada dengan selisih waktu
300detik detik lebih cepat untuk sistem 3 generator 9-bus
yang terhubung infinite bus baik itu menggunakan damping
atau tanpa damping
V. DAFTAR PUSTAKA
[1]

Priyadi Ardyono, N. Yorino, dan Mauridhi H. P. "Critical trajectory for


Transient Stbility Analysis". Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya. 2012
[2]
Yorino, Naoto, Ardyono Priyadi, Hironori Kakui, dan Mitsuhiro
Takeshita. A New Method for Obtaining Critical Clearing Time for
Transient Stability. IEEE Transactions on Power Systems, Vol. 25, No.
3, August 2010.
[3]
A. Priyadi, N. Yorino, M. Tanaka, T. Fujiwara, Y. Zoka, H. Kakui, and
M. Takeshita, A Direct Method for Obtaining Critical Clearing Time
for Transient Stability Using Critical Generator Conditions, European
Transactions on Electrical Power, Vol. 22, no. 5, pp. 674-687, June
2012.
[4]
A. Priyadi, N. Yorino, Y. Sasaki, M. Tanaka, T. Fujiwara, Y. Zoka, H.
Kakui, and M. Takeshita, Comparison of Critical Trajectory Methods
for Direct Method for Transient Stability, IEEJ Transactions on
Power and Energy, vol. 130, no. 10, pp. 870-876, October 2010.
[5]
IEEE/CIGRE Joint Task Force on Stability Terms and Definitions,
Definition and Classification of Power System Stability, IEEE
Transaction on Power System, Vol.19, No.2, May. 2004.
[6]
Grainger, Jhon. J dan William D. Stevenson, JR, Power System
Analysis. New York: McGraw-Hill, Inc,
[7]
N. Yorino, A. Priyadi, Y. Zoka. "A Method for Transient Stability
Assessment Based on Critical Trajectory". Proc. on The International
Symposium on Sustainable Energy (ISSE), Tokyo, Japan. 2007.
[8]
Anderson, P. M. dan A. A. Fouad, Power System Control and Stability.
United States: A John Wlley &Sons, Inc, 2003.
[9]
Kundur, P, Power System Stability and Control. New York: McGrawHill, Inc, 1994.
[10] Saadat, Hadi, Power System Analysis, New York: McGraw-Hill, Inc,
1999

RIWAYAT HIDUP
Brilyan Muhammad adalah nama
lengkap penulis. Penulis lahir di
Situbondo pada tanggal 18 Nopember
1990 yang merupakan anak kedua dari
dua bersaudara pasangan Prijo Utomo
dan
jamilah.
Penulis
memulai
pendidikannya dari TK. Dharma Wanita
Situbondo, kemudian melanjutkan studi
di SDN Patokan 3 Situbondo, SLTP
Negeri 3 Malang, dan SMA Negeri 4
Malang. Setelah lulus dari SMA pada tahun 2009, penulis
yang memiliki kegemaran dalam travelling dan dunia
transportasi ini melanjutkan studi di Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nompeber Surabaya pada tahun yang sama. Konsentrasi
penulis adalah pada bidang studi Teknik Sistem Tenaga dan
selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten
laboratorium Instrumentasi, Pengukuran, dan Identifikasi
Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya. Penulis dapat dihubungi melalui
email : brilyanmuhammad053@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai