Anda di halaman 1dari 5

KESTABILAN SISTEM TENAGA LISTRIK

Pengertian Kestabilan
Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti
realibity, quality dan stability. Realibility adalah kemampuan suatu sistem untuk
menyalurkan daya atau energi secara terus menerus. Quality adalah kemampuan sistem
tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-besaran standar yang ditetapkan untuk
tegangan dan frekuensi. Sedangkan stability adalah kemampuan dari sistem untuk
kembali bekerja secara normal setelah mengalami suatu gangguan.
Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harus dipenuhi
yaitu sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus dengan standar
besaran untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku dan harus
segera kembali normal bila sistem terkena gangguan.
Stabilitas sistem tenaga lisitrik merupakan karakteristik sistem tenaga yang
memungkinkan mesin bergerak serempak dalam sistem pada operasi normal dan dapat
kembali dalam keadaan seimbang setelah terjadi gangguan. Secara umum permasalahan
stabilitas sistem tenaga listrik terkait dengan kestabilan sudut rotor (rotor angle stability)
dan kestabilan tegangan (voltage stability). Klasifikasi ini berdasarkan rentang waktu dan
mekanisme terjadinya ketidakstabilan. Kestabilan sudut rotor di klasifikasikan menjadi
Small Signal Stability dan Transient Stability. Small Signal Stability adalah kestabilan
sistem untuk gangguan-gangguan kecil dalam bentuk osilasi elektromekanik yang tak
teredam, sedangkan Transient Stability dikarenakan kurang sinkronnya torsi dan diawali
dengan gangguan-gangguan besar.
Analisa kestabilan biasanya digolongkan kedalam tiga jenis, tergantung pada sifat
dan besarnya gangguan yaitu :
1. Kestabilan keadaan tetap (Steady State Stability)
2. Kestabilan Dinamis (Dynamic Stability)
3. Kestabilan Peralihan (Transient Stability)

Kestabilan Keadaan Tetap (Steady State Stability)


Stabilitas keadaan tetap (steady-state stability) dapat didefinisikan sebagai
kemampuan sistem tenaga listrik untuk tetap menjaga sinkronisasi diantara mesin dalam

sistem dan saluran eksternal apabila terjadi perubahan beban baik secara normal ataupun
lambat. Stabilitas steady-state bergantung kepada batas-batas transmisi dan kapasitas
pembangkitan dan efektifitas perangkat kontrol automatis, terutama untuk regulasi
tegangan automatis (AVR) pada generator. Pernyataan diatas juga berlaku untuk
kestabilan transien dan dinamik.
Kestabilan Peralihan (Transient Stability)
Stabilitas peralihan adalah kemampuan

sistem

untuk

mencapai

titik

keseimbangan/sinkronisasi setelah mengalami gangguan yang besar sehingga sistem


kehilangan stabilitas karena gangguan terjadi diatas kemampuan sistem. Analisis
kestabilan peralihan merupakan analisis yang utama untuk menelaah perilaku sistem daya
misalnya gangguan yang berupa :
1. Perubahan beban yang mendadak karena terputusnya unit pembangkit.
2. Perubahan pada jaringan transmisi misalnya gangguan hubung singkat atau
pemutusan saklar (switching).
Kestabilan Dinamis (Dynamic Stability)
Stabilitas dinamis adalah kemampuan sistem untuk tetap pada kondisi sinkron
setelah ayunan pertama (periode stabilitas transien) hingga sistem mencapai kondisi
equilibrium steady-state yang baru. Selama periode ini, governor membuka atau menutup
katup, sabagaimana diperlukan, untuk meningkatkan atau menurunkan energi input pada
prime mover, dan operasi kontroler saluran untuk mengembalikan aliran daya pada
saluran ke kondisi normal. Apabila sistem stabil secara dinamis, osilasi akan diredam,
yaitu, pengurangan pada magnitude, dan setelah beberapa kali ayunan sistem akan berada
pada kondisi equilibrium steady-state.
Persamaan Ayunan (Swing Equation)
Untuk melakukan analisis kestabilan suatu sistem tenaga listrik, maka hal pertama
yang harus dilakukan adalah membangun model matematika yang dapat menggambarkan
dinamika sistem tenaga listrik saat ada gangguan besar. Model matematika yang dipakai
untuk pembangkit listrik adalah persamaan ayunan (swing equation). Persamaan ayunan
adalah persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin serempak didasarkan pada
prinsip dalam dinamika yang menyatakan : Momen putar percepatan (accellarating
torque) adalah hasil kali momen kelembaban (moment of inertia) rotor dan percepatan
sudutnya.

Untuk generator serempak, persamaan ayunan ditulis :


d 2 m
J
=T mT e
dt 2

(2.1)

Dengan :
J
= Momen inersia dari massa motor [kg-m2]
m
=Pergeseran sudut rotor terhadap sumbu stasioner (radian-mekanis) []
t
= Waktu [detik]
Tm
= Waktu putar mekanis atau poros (penggerak) yang diberikan oleh
penggerak mula dikurangi dengan momen putar perlambatan
(retarding) yang disebabkan oleh rugi-rugi perputaran [N-m]
Te
= Momen putar elektris [N-m]
Jika Tm dan Te dianggap positif untuk generator serempak berarti bahwa Tm adalah
resultan momen putar poros yang mempunyai kecenderungan untuk mempercepat rotor
dalam arah m yang positif. Prinsip dasar ini dilustrasikan pada gambar berikut :

(a)
Generator
(b) Motor
Representasi Suatu Rotor Mesin yang Membandingkan Arah
Perputaran Serta Medan Putar Mekanis dan Elektris

Aliran tenaga mekanik dan listrik di generator dan motor


Faktor-Faktor dalam Masalah Kestabilan
Faktor-faktor utama dalam masalah stabilitas adalah:
1. Faktor mekanis dapat berupa:
a. Torsi input prime beban
b. Inersia dari prime mover dan generator
c. Inersia motor dan sumbu beban
d. Torsi input sumbu beban

2. Torsi elektris berupa:


a. Tegangan internal dari generator sinkron
b. Reaktansi system
c. Tegangan internal dari motor sinkron
Gangguan terhadap Stabilitas
Pengaruh Gangguan Hubung Singkat terhadap Kestabilan
Gangguan hubung singkat dapat menyebabkan tegangan pada daerah gangguan
menjadi bernilai nol, sehingga hal ini dapat menyebabkan Pm > Pe, yang mengakibatkan
percepatan rotor generator.
Pengaruh Starting Motor terhadap Kestabilan
Arus yang besar pada saat starting motor dengan power factor yang rendah akan
menyebabkan terjadinya drop tegangan pada system tenaga listrik. Besarnya arus tersebut
juga menyebabkan rugi-rugi daya aktif pada saluran bertambah besar sehingga dapat
menurunkan frekuensi dari generator.
Penambahan Beban secara Tiba Tiba
Penambahan beban pada suatu sIstem tenaga listrik dapat mengakibatkan
timbulnya gangguan peralihan. Jika beban dinaikkkan sampai terjadi osilasi, maka
menyebabkan system mengalami ayunan yang melebihi titik kritis yang tidak dapat
kembali seperti semula.
Beban-Beban Penting
Beban-beban yang penting ialah beban-beban yang memegang peranan dalam
proses suatu produksi dimana bila terjadi suatu gangguan dapat menyebabkan
berhentinya operasional pabrik atau merusak/mengurangi mutu dan hasil produksi
tersebut. Pada proses pelepasan beban perlu direncanakan sebelumnya beban-beban yang
akan dilepas, dengan urutan prioritas. Prioritas utama yaitu beban-beban yang kurang
penting, karena beban-beban penting perlu mendapat pelayanan listrik secara
berkelanjutan (continue). Dalam pelaksanaannya pelepasan beban dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu:
1. Pelepasan Beban Secara Manual (Manual Load Shedding)
Pelepasan beban secara manual hanya berlaku pada kondisi system yang tidak kritis.
Selain itu, operator harus mengambil inisiatif sendiri untuk melepaskan sebagian

beban. Kekurangan-kekurangan pelepasan beban secara manual adalah sebagai


berikut :
a) Diperlukan operator yang banyak
b) Dapat terjadi pelepasan beban berlebih (overshedding)
c) Keterlambatan waktu bertindaknya operator
2. Pelepasan Beban Secara Otomatis (Automatic Load Shedding)
Sistem pelepasan beban otomatis seringkali merupakan perpanjangan relay pengaman
generator seperti Under frequency Relay (UFR). Relay ini digunakan untuk
mendeteksi adanya perubahan frekuensi generator dan sistem sampai kepada batasbatas tertentu. Beban-beban yang akan dilepaskan harus ditentukan dahulu dan akan
secara bertahap pada tiap-tiap frekuensi yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai