PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang modern ini dengan berkembangnya teknologi, kebutuhan
akan tenaga listrik sangatlah penting. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem
keandalan tenaga listrik, pelayanan dan kontinuitas penyaluran tenaga listrik yang
maksimum. Pada penyaluran daya dari suatu sistem tenaga listrik dipengaruhi
oleh kemampuan gardu induk dalam menahan tegangan lebih yang berasal dari
sambaran petir langsung yang datang ke gardu induk. Hal ini memungkinkan
adanya gangguan sambaran petir yang besar pada gardu induk. Gangguan ini
dapat menyebabkan tidak berfungsinya gardu induk untuk waktu yang lama. Oleh
karena itu agar gardu induk dapat berfungsi seperti yang diharapkan, gangguan
sambaran petir langsung ini perlu diproteksi.
Salah satu metode yang digunakan untuk memodelkan perlindungan gardu
induk dari sambaran petir langsung adalah metode bola bergulir dimana
perlindungannya menggunakan kawat tanah dan tiang penangkal petir. Gardu
induk yang dianalisis perlindungannya adalah Gardu Induk 150 kV.
Gardu Induk merupakan salah satu sistem penyaluran dimana keandalan
untuk penyaluran listrik sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran
pemakaian energi listrik pada konsumen. Salah satu peralatan yang sangat penting
peranannya dalam penyaluran energi listrik adalah transformator daya yang
merupakan salah satu mata rantai terpenting pada suatu sistem transmisi dan
distribusi tenaga listrik yang berfungsi mengubah tegangan bolak-balik dari suatu
harga tegangan ke harga tegangan lain.
Transformator adalah perlatan gardu induk yang paling mahal harganya
dan merupakan peralatan yang sangat vital. Apabila transformator mendapat
gangguan atau dalam kondisi abnormal, dapat terjadi penghentian penyaluran
tenaga listrik sementara yang tidak terduga yang akan menimbulkan kerugian
pada PLN maupun konsumen pengguna tenaga listrik tersebut dengan
terganggunya aktivitas yang mereka kerjakan. Apabila kerusakan tersebut
berlangsung tanpa adanya usaha pencegahan dan pengamanan sedini mungkin,
maka kerugian akan semakin bertambah besar dan area gangguan akan semakin
luas. Oleh karena itu, perlindungan transformator terhadap berbagai macam
gangguan yang mungkin terjadi perlu diperhatikan, sehingga kontinuitas
pelayanan energi listrik juga tetap terjamin.
Pada sistem-sistem kelistrikan proses meniadakan gangguan ini
dilaksanakan secara otomatis, yaitu tanpa adanya campur tangan manusia.
Peralatan yang melakukan pekerjaan ini secara kolektif biasa disebut sebagai
sistem perlindungan atau pengamanan (protection system). Adapun untuk
perlindungan terhadap transformator daya dikenal sebagai proteksi transformator
daya (power transformer protection). Alat-alat proteksi tersebut dilengkapi
dengan rele-rele pengaman untuk mendeteksi setiap gangguan yang timbul, serta
setting yang akurat agar rele-rele selektif dan handal terhadap setiap jenis
gangguan tersebut. Dengan demikian, kerusakan peralatan dapat dicegah serta
meluasnya gangguan penyaluran dapat menggunakan daya listrik secara kontinyu.
Terdapat beberapa gardu induk yaitu, gardu induk 150 kV, 30 kV, 34,6 kV
dan 70 kV. Gardu Induk tersebut, ada yang terhubung dengan pembangkit dan ada
juga yang menyalurkan tenaga listrik ke beban. Oleh karena itu, gardu induk ini
membutuhkan transformator untuk menyesuaikan tegangan kerja sistem, baik di
sisi tegangan tinggi maupun di sisi tegangan menengah. Sebagaimana dijelaskan
di atas, bahwa transformator perlu dilindungi dari berbagai gangguan atau kondisi
abnormal, sehingga transformator-transformator tersebut juga perlu dilindungi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pengaruh sambaran petir pada sistem tenaga
listrik?
2. Apa saja pemodelan perlindungan gardu induk terhadap sambaran petir
langsung?
3. Apa saja parameter dari petir?
4. Bagaimana hasil analisa pemodelan perlindungan gardu induk terhadap
sambaran petir langsung?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Mempelajari fungsi dari parameter-parameter petir.
2. Mempelajari sistem proteksi petir.
3. Mengetahui pemodelan perlindungan gardu induk terhadap sambaran petir
langsung.
4. Menganalisa pemodelan perlindumgan gardu induk terhadap sambaran petir
langsung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gardu Induk
Gardu Induk adalah gardu sentral dalam penyaluran suatu tenaga listrik untuk
suatu daerah tertentu atau suatu instalasi listrik yang terdiri atas peralatan-
peralatan listrik yang merupakan titik hubung antara beberapa bagian dari sistem
tenaga listrik yang berfungsi untuk :
• Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi ke tegangan tinggi lainnya atau ke
tegangan menengah.
• Pengaturan daya ke gardu-gardu induk yang lain melalui tegangan tinggi dan
gardu-gardu distribusi melalui feeder tegangan menengah.
• Pengukuran, pengawasan operasi, serta pengaturan pengamanan sistem tenaga
listrik.
Ada beberapa jenis gardu induk menurut jenis pemasangannya yaitu : jenis
pasangan luar, jenis pasangan dalam, jenis pasangan setengah luar, jenis bawah
tanah, jenis mobil dan sebagainya menurut konstruksinya (Arismunandar, 1997).
Pada dasarnya jenis yang banyak dipergunakan adalah jenis pemasangan luar
disamping biaya konstruksi murah, pendinginnya mudah dan dibangun di
pinggiran kota dimana harga tanah murah, hanya saja memerlukan tanah murah,
hanya saja memerlukan tanah yang luas.
Gardu Induk Distribusi menerima tegangan listrik dari gardu induk transmisi
dengan menurunkan tegangannya melalui transformator tegangan menjadi
tegangan menengah (20 kV dan 6 kV), untuk kemudian tegangan tersebut
diturunkan Kembali menjadi tegangan rendah yaitu 220/380 kV sesuai dengan
kebutuhan konsumen).
B. Transformator
Transfornator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus
bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi
elektromagnetik (Sumanto, 1996). Transformator terdiri atas dua rangkaian listrik
dan satu rangkaian magnet, satu dari rangkaian listrik tersebut sebagai sisi primer
dan satunya lagi sebagai sisi sekunder, sedangkan gandengan magnetnya
dinamakan inti. Primer menerima daya dan dinyatakan sebagai terminal masukan
dan sekunder melepaskan daya dan dinyatakan sebagai terminal keluaran. Bila
transformator digunakan sebagai penaik tegangan, maka lilitan tegangan rendah
merupakan primernya, sedangkan jika digunakan sebagai penurun tegangan,
lilitan tegangan tinggi adalah primernya.
Transformator terdiri dari dua gulungan kawat yang terpisah satu sama
lain, yang dibelitkan pada inti yang sama. Daya listrik dipisahkan dari kumparan
primer ke kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnet (fluks
magnet) yang dibangkitkan oleh aliran listrik yang mengalir melalui kumparan
primer.
Untuk dapat membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder,
fluks magnet yang dibangkitkan oleh kumparan primer harus berubah-ubah.
Untuk mengetahui hal ini, aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer
haruslah aliran listrik bolak-balik. Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber
listrik AC, pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet.
Dimana :
Dimana :
S = radius bola.
A = Tinggi bus.
Dimana :
Semua satuan dalam meter.
S = Radius bola.
W = jarak horisontal dari titik asal bola ke bus.
Z = Jarak horisontal antara OOS dan garis batas bola antara dua tiang
penangkal petir.
Y = jarak antara tiang penangkal petir ke bus.
L = Setengah jarak antara dua tiang penangkal petir.
X = Jarak maksimum antara dua tiang penangkal petir.
K = Jarak diagonal antara tiang penangkal petir untuk empat tiang penangkal
petir.
P = Jarak antara tiang penangkal petir untuk empat tiang penangkal petir.
Dimana :
Semua satuan dalam meter
Q = Jarak antara tiang penangkal petir ketika perlindungan dengan tiga tiang
penangkal petir.
J = Jarak horisontal antara OOS dan tiang penagkal petir.
5) Perlindungan Dengan Satu Kawat Tanah
Dimana :
Dimana :
Semua satuan dalam meter
D = Jarak elevasi antara kawat tanah dan bus.
H = Tinggi kawat tanah.
A = Tinggi bus.
S = radius bola.
E = Perbedaan elevasi antara kawat tanah dan OOS.
L = Setengah dari jarak antara dua kawat tanah.
X = jarak maksimum antara dua kawat tanah.
• Menghitung arus sambaran kritis (Is) dimana BIL untuk gardu induk 150
kV = 650 kV dengan persamaan :
• Menghitung jarak sambaran (S) yang akan menjadi sphere radius dengan
menggunakan persamaan :
Gambar di atas ini menunjukkan salah satu lay out section yang
dilindungi dengan tiang penangkal petir setinggi 26 m dengan S=22,23 m
menggunakan metode bola bergulir.
KESIMPULAN
[1] ABB Calor Emag Schaltanlagen AG Mannheim and ABB Calor Emag
Mittelspannug GmbH Ratingen, “ABB Switchgear Manual”, ABB, 2004.
[2] Farouk A.M. Rizk, “Modeling of Substation Shielding Againts Direct Lightning
Strikes”, IEEE Trans.On Electromagnetic Compatibility, vol.52, No. 3, August
2010.
[3] Hutahuruk, T.S, “Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1989.
[4] IEEE Guide for Direct Lightning Lightning Stroke Shielding of Substations, IEEE
Standard 998-1996.
[5] Leon Kempner, “Substations Structure Design Guide”, ASCE Publications, 2008.
[6] Mousa, A.M.,“A Computer Program For Designing The Lightning Shielding
System of Substations”, IEEE Trans.Power Del., vol.6, No.1, January, 1991.
[8] Ravindra P. Singh, “Switchgear and Power System Protection”, PHI Learning
Private Limited, New Delhi, 2009.
[9] Shoaib Khan, Sheeba Khan, and Ghariani Ahmed, ”Industrial Power Systems”,
CRC Press, Boca Raton, 2007.
[10] Soli Akbar Hutagaol, “Studi Tentang Sistem Penangkal Petir Pada BTS”,
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara, Medan,
2009.
[11] Taufiq Alif Kurniawan dan Achmad Bambang Sumadiyana, “Sistem Proteksi
Petir Internal dan Eksternal”, Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia,
Jakarta, Oktober, 2007.