Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gardu induk yang biasanya disingkat G.I merupakan kunci dari sistem tenaga listrik dan
karena itu tidak dapat dirancang terpisah dari bagian sistem yang lain. Pertama-tama,berdasarkan
taksiran kebutuhan tenaga listrik, dirancangkan sistem tenaga listrik secara menyuluruh,
termasuk unsur-unsur pembangkitan, transmisi, transformasi dan distribusi, dan bersamaan
dengan itu dirancang pula gardu induk yang merupakan titik- titik sampul dalam jaring- jaring
sistem. Dan termasuk di dalamnya sistem pentanahan.
Secara umum pentanahan adalah melakukan koneksi sirkuit atau peralatan ke bumi.
Sistem pentanahan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas tenaga listrik. Ilmu
pertanahan sering kali dianggap remeh, padahal pentanahan yang baik sangatlah penting.
Pada system tenaga listrik, 70% s/d 80% yang terkena gangguan adalah pada sistem
transmisi. Salah satunya adalah gangguan ke tanah selain gangguan-gangguan lain seperti , surja
petir, kesalahan mekanis akibat retak-retak pada isolator, burung atau daun-daun yang terbang
dekat isolator gantung, debu-debu yang menempel pada isolator, tegangan lebih dan gangguan
hubung singkat.
Jika arus gangguan lebih dari 5 A maka timbul busur listrik pada kontak-kontak antara
kawat yang terganggu dan tanah yang tidak dapat padam sendiri. Dan jika terdapat busur tanah
yang menetap, padam dan menyala, hal ini dapat membahayakan. Hal ini disebabkan karena
busur tanah tersebut merupakan gelombang berjalan yang memiliki muka gelombang yang
curam yang dapat membahayakan isolasi dari alat-alat instalasi meskipun letaknya jauh dari titik
gangguan.
Dari jenis-jenis gangguan yang telah disebutkan dapat mengakibatkan:
1. Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada konsumen
2. Penurunan tegangan yang cukup besar sehingga kualitas kualitas tenaga listrik rendah
dan merintangi kerja normal peralatan konsumen

3. Pengurangan stabilitas sistem yang menyebabkan jatuhnya generator


4. Merusak peralatan pada daerah gangguan
Tujuan pembumian di gardu induk adalah supaya ia aman bagi manusia atau ternak, dan
untuk mencegah gangguan pada alat akibat kenaikan potensial tanah ketika ada arus gangguan
atau arus petir ke tanah. Dan juga agar tegangan rangkaian pada sistem transmisi dan bekerjanya
rele pengaman stabil. Namun tujuan utama adalah untuk tujuan pertama di atas. Gangguan
terhadap manusia, ternak, dan alat-alat disebabkan oleh adanya gradien potensial tanah yang
ditimbulkan oleh arus gangguan atau arus sambaran petir dan oleh kenaikan tegangan kontak.
Dengan hanya mengurangi tahanan pengetanahan, gardu tidak dapat dianggap cukup aman,
meskipun hal ini memang perlu. Cara yang terbaik adalah dengan membuat sistem pengetanahan
sedemikian sehingga gradien potensial dan tegangan kontak seluruhnya seragam serta nilainya
kurang dari harga yang diizinkan.
Sebuah Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITT) harus memiliki sistem pentanahan yang
handal yang memenuhi standard aman bagi manusia dan peralatan yang berada di area gardu
induk. Sistem pentanahan yang digunakan harus benar-benar dapat mencegah bahaya ketika
pada saat gangguan terjadi, di mana arus gangguan yang mengalir ke bagian peralatan dan ke
piranti pentanahan dapat diketanahkan sehingga gradien tegangan disekitar area pentanahan
menjadi merata sehingga tidak menimbulkan beda potensial antara titik-titik disekitar terjadinya
gangguan
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dasar pentanahan?
2. Apa dampak kegagalan pentanahan terhadap kualitas tenaga listrik?
3. Bagaimana pentanahan pada gardu induk?
4. Apa saja bahaya yang timbul di gardu induk akibat gangguan tanah?
5. Bagaimana pentanahan gardu induk di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dasar-dasar pentanahan
2. Mengetahui dampak pentanahan terhadap kualitas tenaga listrik
3. Mengetahui pentanahan pada Gardu Induk

4. Mengetahui bahaya yang timbul di gardu induk akibat gangguan tanah


5. Mengetahui sistem pentanahan gardu induk di Indonesia

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Dasar Pentanahan
Definisi pentanahan (Grounding), berdasarkan IEEE dictionary (standard 100), adalah
melakukan koneksi, baik disengaja atau tidak disengaja, sirkuit listrik atau peralatan ke bumi,
atau ke bodi konduksi yang ditempatkan di bumi. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan
potensial bumi pada konduktor yang terhubung dan mengalirkan arus tanah menuju dan dari
bumi.
Tujuan pentanahan suatu system tenaga listrik secara umum adalah:
1. Mencegah timbulnya busur tanah akibat dari arus gangguan yang besar (>5 A)
2. Memberikan perlindungan terhadap bahaya listrik bagi pemanfaatan listrik dan
lingkungan
3. Memproteksi peralatan
4. Mendapatkan keandalan penyaluran pada system baik dari segi kualitas, keandalan
ataupun kontinuitas penyaluran tenaga listrik dengan kontrol noise termasuk transien dari
segala sumber.
5. Membatasi kenaikan tegangan fasa yang tidak terganggu (sehat)
Klasifikasi sistem pentanahan pada tegangan rendah antara lain:
1. TT: netral sumber daya terhubung ke bumi dan frame peralatan beban terhubung ke bumi
2. IT: netral sumber daya tidak terhubung ke bumi dan frame peralatan beban terhubung ke
bumi
3. TN: netral sumber daya terhubung ke bumi dan frame peralatan beban terhubung ke
sumber daya yang sudah terhubung ke bumi
4. TN-S: ketika fungsi proteksi disediakan oleh konduktor yang terpisah dengan netral
sumber daya.

5. TN-C: ketika fungsi netral dan proteksi digabungkan dalam sebuah konduktor tunggal
6. TN-C-S: penggunaan TN-S hilir dari TN-C

Gambar 1. Klasifikasi Sistem Pentanahan


2.2 Dampak Kegagalan Pentanahan Terhadap Kualitas Tenaga Listrik
Pentanahan dalam hubungannya dengan mutu/kualitas tenaga listrik (Power Quality),
kegagalan pentanahan dapat berdampak pada:
1. Level tegangan swell dan sag
Pada nomogram dibawah (gambar 2a) menunjukkan bahwa level tegangan swell
pada sebuah fase sehat untuk single line to ground fault pada lokasi yang sama sebagai
fungsi resistansi urutan ke nol R0, kapasitansi urutan ke nol X0, dan reaktansi urutan
positif X1. Perlu diketahui bahwa komponen urutan ke nol bergantung pada desain
system pentanahan
2. Perambatan transien akibat switching dan lightning.
3. Harmonisa
4. Ketidakseimbangan beban fasa
System distribusi itu tidak simetri dan terdiri dari banyak beban single phase.
Kedua factor ini menyebabkan ketidakseimbagan kondisi yang dapat ditekankan dengan
interaksi dengan beban dinamis seperti motor induksi. Ketidakseimbangan ini dapat
dikontrol

diantaranya

dengan

menyesuaikan

transformator, memperkecil impedansi tanah.

pentanahan

sirkuit,

penggunaan

5. Penurunan tegangan

Gambar 2. (a) monogram tegangan swell selama kegagalan fasa


(b) Simulasi Tegangan Transien
2.3 Dasar Gardu Induk
Gardu induk merupakan simpul didalam sistem tenaga listrik, yang terdiri dari susunan
dan rangkaian sejumlah perlengkapan yang dipasang menempati suatu lokasi tertentu untuk
menerima dan menyalurkan tenaga listrik, menaikkan dan menurunkan tegangan sesuai dengan
tingkat tegangan kerjanya, tempat melakukan kerja switching rangkaian suatu sistem tanaga
listrik dan untuk menunjang keandalan sistem tenaga listrik terkait

Gambar 2.1 Gardu Induk


Fungsi gardu induk adalah :

1. Mentransformasikan daya listrik. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500
KV/150 KV). Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
Dan dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20 KV)
dengan frekuensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi
dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan tegangan
melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu
induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal
dengan istilah SCADA.
Berdasarkan fungsinya gardu induk diklasifikasikan atas :
1. Gardu Induk Penaik Tegangan
Gardu Induk Penaik Tegangan adalah gardu induk yang berfungsi untuk
menaikkan tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi
tegangan sistem.Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit pembangkit listrik kecil
dan harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi,
tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.
2. Gardu Induk Penurun Tegangan
Gardu Induk Penurun Tegangan adalah gardu induk yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih
rendah dan menengah atau tegangan distribusi. Gardu Induk terletak di daerah pusatpusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
3. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga
listrik.Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage
drop) transmisi yang cukup besar.Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti
bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.
4. Gardu Induk Pengatur Beban
Gardu Induk Pengatur Beban berfungsi untuk mengatur beban.Pada gardu induk
ini terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik,
motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau

menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan air
kembali ke kolam utama.
5. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke tegangan
distribusi.Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban
2.4 Sistem pentanahan gardu induk
Salah satu pengaman yang paling baik terhadap peralatan listrik dari gangguan arus
lebih ataupun hubungan singkat yaitu, dengan cara pentanahan. Cara ini juga dapat melindungi
manusia dari adanya bahaya-bahaya yang dapat mem akan korban. dengan menghubungkan
bagian dari peralatan tersebut dengan sistem pentanahan. Pentanahan adalah penghubung suatu
titik rangkaian listrik dengan bumi dengan cara tertentu, apabila suatu tindakan pengamanan
atau perlindungan yang akan dilaksanakan Maka harus ada sistem pentanahan yang dirancang
dengan benar, agar sistem pentanahan dapat bekerja efektif.
Yang dimaksud sistem pentanahan adalah sebagai berikut :
a. Membuat jalur impedansi rendah ke tanah untuk pengamanan personil dan peralatan
menggunakan rangkaian efektif.
b. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja hubungan
(surge currents).
c. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap bagian kondisi kimiawi tanah
d. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam pemeliharaan.
Gardu Induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa peralatan
listrik dan menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer.
Gardu Induk befungsi sebagai penyalur daya (KVA, MVA) sesuai dengan tegangan operasinya.
Karena peranannya yang sangat penting dalam menyalurkan daya listrik dan menjadi
penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer maka harus diterapkan
sistem pentanahan yang memenuhi persyaratan sistem pengaman yaitu :
1. Kepekaan (Sensitivity)

Sistem pentanahan Gardu Induk harus peka terhadap gangguan yang terjadi, dan
secara proposional mampu mendeteksi gangguan dengan tepat di area atau zona yang di
amankan
2. Keandalan (Reliability)
Sistem Pentanahan Gardu Induk harus handal. Tidak boleh gagal, mampu bekerja
sesuai dengan pengaturan yang diterapkan pada sistem pentanahan tersebut.
3. Kecepatan (Speed)
Sistem Pentanahan Gardu Induk secara cepat dapat mengamankan jika terjadi
gangguan yang terjadi
Dari beberapa poin diatas tentang bagaimana seharusnya kerja dari sistem pentanahan Gardu
Induk mampu mengamankan dari berbagai gangguan. Namun ada sebuah gangguan yang sering
terjadi yaitu tegangan lebih yang harus diamankan agar tidak menggangu sistem. Namun,
keandalan sistem pentanahan tidak selalu pada kondisi yang baik dalam mengamankan Gardu
Induk dari gangguan Tegangan lebih, maka diperlukan langkah-langkah seperti berikut :
1. Perawatan secara rutin terhadap sistem pentanahan Gardu Induk
2. Inspeksi rutin terrhadap sistem pentanahan
3. Penggantian secara berkala pada saat alat sudah tidak mampu bekerja secara baik lagi.
Pada sistem tenaga listrik penggunaan peralatan sudah ditetapkan standar intensitas tegangan
yang dapat melewati peralatan pada sistem dan jangan sampai tegangan yang melewati melebihi
standar, dan fenomena ini sering kita sebut juga tegangan lebih. Tegangan lebih adalah sebuah
gangguan pada alat kelistrikan yang menyebabkan kerusakan pada sistem tenaga listrik, karena
biasanya sistem tenaga listrik dapat dialiri tegangan nominal namun karena ada suatu gangguan
yang datangnya dari luar maupun dari dalam sistem tenaga listrik tersebut bisa menimbulkan
tegangan

lebih

yang

intensitasnya

melebihi

tegangan

nominal.

Penyebab utama pemicu terjadinya tegangan lebih di bagi 2 macam yaitu :


1. Ganguan dari Dalam
a. Surja Hubung
Tegangan lebih yang dihasilkan pada saat buka-tutupnya switch
penghubung dan pemutus daya pada sistem tenaga listrik. Misalnya terjadi pada
jalur rangkaian terbuka dan pada jalur rangkaian berbeban.
b. Kegagalan Isolasi

Kasus Kegagalan isolasi yang biasanya terjadi pada Sistem Tenaga Listrik
adalah pada kawat pentanahannya (kegagalan isolasi dari jalur penghantar ke
tanah saat adanya gangguan terjadi) yang mana hal ini akan memicu terjadinya
tegangan lebih pada Sistem.
c. Busur Api ke Tanah
Fenomena ini terjadi hanya beberapa saat saja ketika terjadi gangguan
yang menyebabkan busur api, dimana lonjakan api gagal melewati kawat tanah
dan langsung ke tanah (Ground). Peristiwa ini dapat menyebabkan tegangan
transient yang dapat merusak peralatan pada Sistem Tenaga Listrik.
d. Resonansi
Resonansi dalam sebuah system kelistrikan terjadi ketika reaktansi
induktif rangkaian menjadi sama dengan reaktansi kapasitif. Dan pada dasarnya
resonansi menyebabkan tegangan berlebih pada system tenaga listrik karena
impedansi sama dengan induksi pada rangkaian Sistem Tenaga Listrik tersebut
2. Gangguan dari Luar
Pada gangguan dari luar berbeda dengan gangguan dari dalam. Gangguan dari
dalam biasanya menghasilkan lonjakan tegangan yang tidak begitu besar dan umumnya
gangguan internal dapat ditanggulangi dengan penggunaan peralatan Isolasi yang tepat.
Tapi, jika system terkena gangguan dari luar seperti Surja Petir maka timbul tegangan
yang melebihi batas normal, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya akan jauh lebih
besar dibanding gangguan dari dalam.
Hal hal penting yang harus diperhatikan dalam sistem pentanahan gardu induk adalah:
1. Sistem pengetanahan peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan
konduktor yang ditanam secara horisontal, dengan bentuk kisi-kisi (grid). Konduktor
pengetanahan biasanya terbuat dari batang tembaga keras dan memiliki konduktivitar tinggi,
terbuat dari kabel tembaga yang dipilin (bare stranded copper) dengan luas penampang 150
mm2 dan mempunyai kemampuan arus hubung tanah sebesar 250 kA selama 1 detik.
Konduktor itu ditanam sedalam kira-kira 30 cm 80 cm atau bila dibawah kepala pondasi
sedalam kira-kira 25 cm
2. Luas kisi-kisi daerah switchyard sesuai dengan peralatan-peralatan yang ada, dibatasi
maksimum 10 m 5 m. Kisi-kisi pengetanahan bersambungan satu dengan yang lainnya dan
dihubungkan

dengan batang pengetanahan yang terdiri-dari batang tembaga. Batang

tembaga ini berdiameter 15 mm, panjang 3,5 mm, ditanam dengan kedalaman minimal sama
dengan panjang batang itu sendiri. Selanjutnya batang pengetnahan ini disebut titik
pengetanahan.
3. Untuk pengetanahan rangka / badan dari peralatan dan struktur digunakan batang-batang
pengetanahan yang mempunyai luas penampang sama dengan luas penampang kisi-kisi
pengetanahan
4. Semua dasar isolator-isolator, terminal-terminal pengetanahan dan pemisah pengetanahan,
netral trafo arus dan trafo tenaga, dasar penangkap petir (lightning arrester) dan struktur
dihubungkan dengan kisi-kisi pengetanahan. Pagar swithyard yang terbuat dari besi/logam
dan terisolir dari tanah diketanahkan melaluibatang tembaga (35 mm 2) panjang 1 meter serta
ditanam di luar pagar sedalam 50 cm dengan jarak lebih dari 5 meter terhadap kisi-kisi
pengetanahan utama.
2.5 Fungsi dan Tujuan Pentanahan
Fungsi pentanahan adalah untuk mengalirkan arus listrik kedalam tanah melalui suatu
elektroda tanah yang ditanam di dalam tanah jika terjadi suatu gangguan. Arus listrik mengalir
pada elektroda pentanahan akan mengakibatkan perbedaan tegangan antara elektroda pada
suatu titik dengan suatu titik lain dipermukaan tanah. Bila perbedaan maksimum sepanjang
permukaan tanah ternyata masih begitu besar, maka kondisi ini sangat tidak menguntungkan
karena akan membahayakan personil yang sedang bekerja.
Tujuan pentanahan peralatan-peralatan listrik yang ditanahkan antara lain:
a. Untuk keperluan proteksi bagi orang maupun sirkit-sirkit tenaga listrik beserta peralatan
lainnya.
b. Untuk memperkecil bahaya shock pada manusia maupun hewan serta memberikan jalan
ke tanah untuk arus gangguan .
c. Untuk menetralkan grounding tegangan yang terjadi pada permukaan tanah.
2.6 Komponen Pentanahan
Komponen sistem pentanahan secara garis besar terdiri dari dua bagian, yaitu
hantaran penghubung dan elektroda pentanahan.

2.6.1 Hantaran Penghubung


Seperti yang kita ketahui pada instalasi listrik suatu saluran penghantar
yang menghubungkan titik kontak pada badan atau rangka peralatan listrik
dengan elektroda bumi. Pada instalasi penangkal petir yaitu saluran penghantar
yang menghubungkan titik kontak pada terminal pentanahan batang dengan
elektroda bumi. Kalau generator atau transformator, yaitu menghubungkan titik
netralnya dengan elektroda pentanahan.

2.6.2 Elektroda Pentanahan


1)

Elektroda pentanahan adalah suatu penghantar yang ditanamkan ke dalam tanah

dan membuat kontak langsung dengan tanah. Sedangkan menurut SNI 22587/320.A.1, elektroda pentanahan adalah sebuah atau sekelompok penghanatar
yang mempunyai kotak yang erat dengan bumi dan mengentarai hubungan listrik
dengan bumi. Elektroda pentanahan tertanam sedemikian rupa dalam tanah berupa
pita logam, batang konduktor, pipa air minum hubungan atau kotak elektroda
dengan bumi merupakan bagian yang dari tulang besi beton pada tiang pancang.
Elektroda pentanahan hubungan atau

kotak elektroda dengan bumi merupakan

bagian yang langsung menyebarkan arus kedalam bumi, hubungan atau kontak
elektroda dengan bumi ini harus sebaik mungkin, tahan terhadap ganggun arus
listrik, korosi maupun gangguan mekanik. Jadi yang diharapkan adalah hubungan
listrik dengan elektroda pentanahan yang biasa dipakai, diantaranya elektroda
pentanahan pita dan elektroda batang. Sifat-Sifat dari sebuah sistem elektroda
tanah. 2)Hambatan arus melewati sistem elektroda tanah tiga komponen, yaitu:

a. Tahanan pasaknya sendiri dan sambungan-sambungannya.


b. Tahanan kontak antara pasak dengan tanah sekitar.
c. Tahanan tanah disekelilingnya.

Pasak-pasak tanah, batang-batang logam, struktur dan peralatan lain biasa


digunakan untuk elektroda tanah. Elektroda-elektroda ini umumnya besar dan
penampangnya sedemikian, sehingga tahanannya Dapat diabaikan terhadap
tahanan keseluruhan sistem pentanahan.Tahanan antara elektroda dan tanah jauh
lebih kecil dari yang biasanya diduga. Apabila elektroda bersih dari cat atau minyak,
dan tanah dapat dipasak dengan kuat maka biro Standarisasi Nasional Amerika
Serikat menyatakan bahwa tahanan kontak dapat diabaikan. Pasak dengan tahanan
seragam yang ditanam ketanah akan menghantarkan arus kesemua jurusan. Jika
ditinjau suatu elektroda yang ditanam di tanah yang terdiri atas bagianbagian tanah
dengan ketebalan yang sama seperti gambar berikut :

Gambar 2.2 Komponen sistem pentanahan


Lapisan tanah terdekat dengan pasak sendirinya memiliki permukaan paling sempit,
sehingga memberikan tahanan terbesar. Lapisan berikutnya, karena lebih luas,
memberikan tahanan yang lebih kecil. Demikian seterusnya, sehingga pada suatu
jarak tertentu dari pasak. Jarak ini disebut daerah tahanan efektif yang juga sangat
tergantung pada kedalaman pasak. Dari ketiga macam komponen tahanan tanah
merupakan besaran yang paling kritis dan paling sulit dihitung atau pun dibatasi.

2.6 Perencanaan Pengetanahan Switchard


Seperti yang telah dijelaskan bahwa arus gangguan tanah yang mengalir ditempat gangguan
maupun di tempat pengetanahan gardu induk menimbulkan perbedaan tegangan di permukaan
tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya tegangan sentuh dan tegangan langkah yang
melampaui batas-batas keamanan manusia dan binatang.
Sistem pengetanahan pada gardu induk membuat permukaan tanah di lokasi gardu induk
mempunyai perbedaan tegangan yang serendah-rendahnya pada waktu terjadi gangguan
hubungan tanah atau membuat tahanan tanah serendah-rendahnya.
Pengetanahan peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan sistem pengetanahan
kisi-kisi (grid) dan di lokasi switchyard diberi lapisan koral untuk mengurangi besar perbedaan
tegangan pada permukaan tanah.

Perencanaan sistem pengetanahan pada gardu induk ini didasarkan pada standar IEEE 80
IEEE guide for safety in substation Grounding dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan tahanan jenis tanah.
2. Perencanaan pendahuluan tata letak (layout) dan data-data.
3. Menghitung arus fibrilasi.
4. Menghitung jumlah batang pengetanahan yang diperlukan.
5. Menghitung arus gangguan hubung tanah.
6. Menghitung tahanan batang.
7. Menghitung ukuran konduktor kisi-kisi.
8. Menghitung tegangan sentuh.
9. Menghitung tegangan kisi-kisi (grid)
10. Menghitung tegangan mesh.
11. Menghitung tegangan langkah yang diijinkan.
12. Menghitung tegangan langkah yang sebenarnya.
13. Pemeriksaan tegangan trasfer (trasferred potential).
2.6 Tata Letak (Layout)
Kisi-kisi (grid) pengetanahan menggunakan konduktor tembaga bulat yang ditanam pada
seluruh batas gardu induk. Pengaturan tata letak sistem pengetanahan pada suatu gardu induk
dapat dilihat pada gambar 9.1. Pada gambar tersebut diberikan panjang konduktor termasuk
batang pengetanahan = 1.600 meter.
2.7 Tahanan Jenis Tanah
Pengukuran tahanan jenis tanah pada lokasi gardu induk diambil pada beberapa titik
lokasi. Tahanan jenis tanah dapat dihitung dengan mengguankan persamaan sebagai berikut:

2 a R
Dimana :

= resistansi jenis rata-rata tanah (ohm-meter)

= jarak antara batang pentanahan yang terdekat (meter)

R = besar resistans yang terukur (ohm)

Misalkan hasil pengukuran di lokasi gardu induk tersebut diperoleh besar tahanan jenis
rata-rata = 750 ohm-meter.
2.8 Arus Fibrilasi
Besarnya arus yang mengalir pada tubuh manusia dimana arus listrik dapat menyebabkan
jantung mulai fibrilasi, dapat dihitung berdasarkan persamaan :
Ik

Dimana :

0,116
t

Ik = arus fibrilasi (amper)


t = lama waktu gangguan (detik) = 0,75 detik

Lama waktu gangguan t tergantung dari beberapa faktor, antara lain stabilitas sistem, tipe
switchgear dan tipe rele dan pemutus daya yang digunakan. Sebegitu jauh belum ada standar
mengenai lama waktu gangguan. Waktu yang dianggap realistis berkisar antara 0,5 detik sampai
1,0 detik. Pengambilan waktu 0,75 detik di atas dianggap sudah memenuhi persyaratan dan
cukup realistis. Bila harga-harga tersebut dimasukan pada persamaan maka diperoleh :

I k 0,134

ampere

2.9 Jumlah Batang Pengetanahan yang Diperlukan


Pada waktu arus gangguan mengalir antara batang pengetanahan dan tanah, tanah akan

menjadi panas akibat arus

i2

. Suhu tanah harus tetap di bawah 100C untuk menjaga jangan

sampai terjadi penguapan pada air kandungan dalam tanah dan kenaikan tahanan jenis.
Kerapatan arus yang diijinkan pada permukaan batang pengetanahan dapat dihitung
dengan persamaan :
i 3,1414 10 4 d

Dimana :

I = kerapatan arus yang diijinkan

d = diameter batang pentanahan (mm)

= panas jenis rata-rata tanah (watt-detik/m3/C)

= kenaikan suhu tanah yang diijinkan

= resistans jenis tanah

t = lama waktu gangguan


Kenaikan suhu tanah yang diijinkan adalah antara perbedaan temperatur rata-rata tahanan
dan 100C. misalkan kenaikan suhu diambil = 50C, maka kerapatan arus i :
i = 0,186 amp/cm ( = 750 ohm-meter)
seluruh panjang batang pentanahan yang diperlukan dihitung dari pembagian arus
gangguan ke tanah dengan kerapatan arus yang diijinkan, sedangkan jumlah batang
pengetanahan yang diperlukan diperoleh dari pembagian panjang total dengan panjang satu
batang. Jadi bila besar arus gangguan 1200 Ampere, maka jumlah batang pengetanahan
minimum dengan panjang 3,5 meter :
1200
19
3,5100 0,186

Batang

2.10 Arus Gangguan


Besar arus gangguan tanah maksimum didasarkan pada nilai pemutusan (interrupting
rating) dari peralatan pengetanahan gardu induk. Misalkan tegangan sistem 70 KV dan
diketanahkan dengan kumparan Petersen yang dilengkapi dengan tahanan shunt. Besar arus
gangguan tanah diambil 30% dari arus hubung singkat tiga fasa, yaitu setelah kumparan petersen
di paralel oleh tahanan. Dalam disain ini dimisalkan arus gangguan sebesar 1200 Amper.
2.11 Ukuran Kisi-Kisi Penghantar Pentanahan
Persamaan

berikut

yang

dikembangkan

oleh

I.M.

Onderdonk,

dapat

digunakan untuk menentukan ukuran dari konduktor tembaga minimum yang dipakai

sebagai kisi-kisi pengetanahan.

AI

log 10

Dimana :

33 t

Tm Ta
1
234 Ta

A = penampang konduktor (circular mils)


I = arus gangguan (= 1200 Ampere)
t = lama gangguan ( = 0,75 detik)
Tm = suhu maksimum konduktor yang diijinkan (=1083C)
Ta = suhu sekeliling tahanan (=30C)

Dengan menggunakan harga-harga tersebut di atas pada persamaan diperoleh A = 7146


circular mils atau A = 3,62 mm2. luas penampang / diameter untuk sambungan-sambungan
dengan pengelasan atau dengan baut dapat ditentukan dengan mensubstitusi T m dalam persamaan
yaitu :

Untuk pengelasan Tm = 450C.

Untuk baut Tm = 250C.

Sehingga :

Untuk pengelasan A = 4,71 mm2

Untuk baut A = 5,90 mm2

2.12 Tegangan Sentuh yang diijinkan


Besar tegangan sentuh yang diijinkan dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini :

Es I k Rk 1,5 s
Dimana :

Ik = arus fibrilasi (=0,134 Amper)


Rk = tahanan badan manusia (=1000 Ohm)

= tahanan jenis permukaan batu kerikil basah dimana orang berdiri = 3000

Ohm-meter (untuk tanah yang dilapisi hamparan batu koral).

Dengan memasukan harga-harga tersebut diperoleh :

Es 737 Volt
Tabel Tegangan sentuh yang diizinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE Std 80-1986.
Lama Gangguan (t) (detik)
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
1
2
3

Tegangan Sentuh Yang Diizinkan (volt)


1980
1400
1140
990
890
626
443
362

Untuk pentanahan grid dengan model bujur sangkar maupun empat persegi panjang
(rectangular grid) menurut IEEE Std 80-1986 mempunyai batasan :
1.

Jumlah konduktor parallel dalam satu sisi kurang dari 25 (n<25).

2.

0.25 < h < 2.5 dengan h adalah kedalaman penanaman konduktor (m)

3.

d < 25 m, d adalah diameter penghantar (m)

4.

D > 2.5 m, D adalah jarak antar konduktor parallel (m).

2.13 Tegangan Mesh atau Tegangan Sentuh Maksimum Sebenarnya


Tegangan mesh merupakan salah satu bentuk tegangan sentuh. Tegangan mesh ini
didefinisikan sebagai tegangan peralatan yang diketanahkan terhadap tengah-tengah daerah yang
dibentuk konduktor kisi-kisi (center of mesh) selama gangguan tanah. Tegangan mesh ini
menyatakan tegangan tertinggi yang mungkin timbul sebagai tegangan sentuh yang dapat
dijumpai dalam sistem pengetanahan gardu induk, dan inilah yanag diambil sebagai tegangan
untuk disain yang aman.
Tegangan sentuh maksimum yang timbul dalam rangkaian (mesh) tidak terletak di pusat
kisi-kisi (daerah persegi empat yang dibentuk konduktor kisi-kisi), dimana tegangan mesh di atas
dihitung, tetapi terletak agak di bagian luar kisi-kisi (grid). Tetapi bila kisi-kisi mempunyai
delapan konduktor paralel atau kurang perbedaan tegangan sentuh maksimum yang ada dan
tegangan mesh di bagian luar kisi-kisi tidak akan melebihi 10%. Oleh karena itu, untuk kisi-kisi

dengan delapan konduktor paralel atau kurang tidak dibutuhkan perhitungan yang eksak (teliti)
bila dipergunakan faktor keselamatan yang sesuai dalam perbandingan antara tegangan mesh dan
tegangan sentuh yang diijinkan.jadi bila kisi-kisi mempunyai delapan konduktor paralel atau
kurang, tegangan mesh dapat dihitung dengan persamaan 9.6 dan 9.7. Tetapi bila jumlah
konduktor paralel melebihi 8, persamaan 9.7 diatas harus dirubah.
2.14 Tegangan Langkah yang diijinkan
Tegangan langkah yang diijinkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

El I k Rk 6 s
Dimana :

Ik = arus fibrilasi (=1,134 Amper)


Rk = tahanan tubuh manusia (-1000 ohm)

= tahanan jenis permukaan tanah (=3000 Ohm-meter)

Maka diperoleh :

El 2546

Volt

Tabel Tegangan Langkah yang diijinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE Std 801986.
Lama

Gangguan

(t) Tegangan Langkah yang Diijinkan (volt)

(detik)
0,1

7000

0,2

4950

0,3

4040

0,4

3500

0,5

3140

2216

1560

1280

2.15 Teganggan Langkah Sebenarnya


Tegangan langkah sebenarnya adalah perbedaan tegangan yang terdapat diantara kedua
kaki bila manusia berjalan diatas tanah sistem pengetanahan pada keadaan terjadi gangguan.
Tegangan langkah maksimum sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
Elm K s K i

Dimana :

I
L

= tahanan jenis rata-rata tanah (= 750 Ohm-meter)

Ki = 0,65 + 0,172 n = 3,402 (n = 16)


I = arus gangguan tanah maksimum (= 1200 Amper)
L = panjang total konduktor yang ditanam, termasuk batang pengetanahan = 1600
meter

Ks

Dimana :

1 1
1
1
1
1

n 1 D
2h D h 2 D 3 D

h = kedalaman penanaman konduktor penanaman (= 0,8 meter)


D = jarak antara konduktor-konduktor paralel (= 5 meter)

Maka :

Elm 0,4014 3,402 750 1200 / 1600 768Volt

Jadi tegangan langkah sebenarnya 768 Volt, sedang tegangan langkah yang diijinkan
2546 Volt. Dengan demikian pemilihan jarak-jarak kisi-kisi serta panjang total konduktor sudah
memenuhi persyaratan.

BAB III
PENUTUP
Pembumian pada gardu induk sangatlah penting di mana tujuannya adalah sebagai
proteksi terhadap berbagai macam gangguan dan agar ia aman bagi manusia atau ternak, dan
untuk mencegah gangguan pada alat akibat kenaikan potensial tanah ketika ada arus gangguan
atau arus petir ke tanah. Dan juga agar tegangan rangkaian pada sistem transmisi dan bekerjanya
rele pengaman stabil. Namun tujuan utama adalah untuk tujuan pertama di atas . Gangguan
terhadap manusia, ternak, dan alat-alat disebabkan oleh adanya gradien potensial tanah yang
ditimbulkan oleh arus gangguan atau arus sambaran petir dan oleh kenaikan tegangan kontak.
Dengan hanya mengurangi tahanan pengetanahan, gardu tidak dapat dianggap cukup aman,
meskipun hal ini memang perlu. Cara yang terbaik adalah dengan membuat sistem pengetanahan
sedemikian sehingga gradien potensial dan tegangan kontak seluruhnya seragam serta nilainya
kurang dari harga yang diizinkan

DAFTAR PUSTAKA
Ir Sulasno. 1990. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik.Sw April. Semarang
http://dunialistrik.blogspot.com
http://ichsan025104.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai