Anda di halaman 1dari 68

PERCOBAAN I

PENGUKURAN TAHANAN TANAH


I. 1.

Tujuan Percobaan
Untuk menentukan besarnya tahanan pentanahan pada berbagai
jenis kondisi tanah.

I. 2.

Teori
Grounding system adalah sebuah kegiatan usaha yang
mengkhususkan diri pada jasa perencanaan instalasi kelistrikan, sistem
pentanahandansistemproteksi,yangbertujuanuntukmemberikansolusi
menyeluruh berupa perlindungan peralatan elektronik, bangunan,
ketersediaan layanan, dan keselamatan manusia terhadap kemungkinan
bahayakejutlistriksertakerusakanakibatpetir/teganganberlebih.
Tujuansistempentanahanadalahuntukmembatasiteganganpada
bagianbagianperalatanyangtidakdialiriarusdanantarabagianbagian
tersebutdengantanah,hinggatercapaisuatunilaiyangamanuntuksemua
kondisioperasi,baikkondisinormalmaupunsaatterjadigangguan.
Sistempentanahanbergunauntukmemperolehteganganpotensial
yang merata dalam suatu bagian struktur dan peralatan, serta untuk
memperolehjalanbalikarushubungsingkat/arusgangguanketanahyang
memilikiresistansirendah.
Sebabapabilaarusgangguandipaksakanmengalirketanahdengan
tahanan yang tinggi, maka hal tersebut akan menimbulkan perbedaan
teganganyangbesarsehinggadapatmembahayakan.
Padasaatterjadigangguan,arusgangguanyangdialirkanketanah
akan menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang
disebabkankarenaadanyatahanantanah.

Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system


adalah sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat yang
mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik
terutamapetir.Sistempentanahandigambarkansebagaihubunganantara
suatuperalatanatausirkitlistrikdenganbumi.
Tujuan utama pentanahan adalah menciptakan jalur yang low
impedance (tahananrendah)terhadappermukaanbumiuntukgelombang
listrikdantransientvoltage.Penerangan,aruslistrik,circuitswitchingdan
electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan
listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan
meminimalkanefektersebut.
MenurutIEEEStd1422007,tujuansystempentanahanadalah:

Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam

batasanyangdiperbolehkan
Menyediakanjalurbagialiranarusyangdapatmemberikandeteksi
terjadinyahubunganyangtidakdikehendakiantarakonduktorsystem
dan bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan beroperasinya peralatan
otomatisyangmemutuskansuplaitegangandarikonduktortersebut.
Groundingsistemdalam kebutuhannyauntukkliendanmemberi

nilai lebih dari segi keamanan, berupa perlindungan menyeluruh untuk


investasi peralatan elektronik, bangunan, ketersediaan layanan, dan
keselamatanmanusia,tercakupdalamstandarinstalasiGroundingsystem
yaitusebagaiberikut:

Instalasi Grounding

System

bertujuan untuk mencegah

kerusakan/kerugian yang ditimbulkan akibat tegangan atau arus


berlebih yang terjadi pada kasus sambaran petir, kegagalan trafo
distribusi PLN, atau kontak langsung secara tidak sengaja dengan
kabelyangmemilikiteganganyanglebihtinggi,denganpenerapan
sistemproteksidansistempentanahanyangtepatdanterencana.

InstalasiGrounding System bertujuanuntukmengoptimalkansistem


kelistrikan agar tidak terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi
kualitas tegangan secara keseluruhan, dan menjamin berfungsinya

instalasilistrikdenganbaiksesuaidenganmaksudkegunaannya.
Instalasi Grounding System bertujuan untuk memberikan jaminan
keselamatandaribahayakejutlistrik,baikperlindungandarisentuh
langsung maupun tak langsung, serta perlindungan terhadap suhu
berlebih yang dapat mengakibatkan kebakaran, luka bakar ataupun
efekcederalainnya.
Perencanaan sistem pentanahan membutuhkan pengukuran

karakteristik nilai resistansi tanah yang berbedabeda dari satu daerah


lokasikedaerahlokasilainnya. Darihasilpengukurantersebutdiperoleh
suatudatayangdijadikanacuandasardarikeseluruhanperencanaan,guna
menentukan target pencapaian nilai yang aman untuk semua kondisi
operasi, baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan, yang
selanjutnyaditerapkanuntuksegalajenissisteminstalasi,baikkelistrikan,
maupunsistemproteksi.
Adapunkarakteristiksistempentanahanyangefektifantaralainadalah:
1. Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada sistem
harus merupakan koneksi yang sudah direncanakan sebelumnya
dengankaidahkaidahtertentu.
2. Verifikasisecaravisualdapatdilakukan.
3. Menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari
perangkat.
4. Semuakomponenmetalharusditahan/diikatolehsistempentanahan,
dengantujuanuntukmeminimalkanaruslistrikmelaluimaterialyang
bersifatkonduktifpadapotensiallistrikyangsama.
PenggunaanPentanahandalamAplikasiProteksi,antaralain:

1. Karena gejala alami, seperti kilat, tanah digunakan untuk


membebaskansistemdariarussebelumpersonilataupelanggandapat
terlukaataukomponensistemyangpekadapatrusak.
2. Karenapotensialdalamkaitandengankegagalansistemtenagalistrik
dengankembaliantanah,tanahmembantudalammemastikanoperasi
yang cepat menyangkut relay proteksi sistem daya dengan
menyediakanjalanarusgagaltahananrendahtambahan.Jalantahanan
rendah menyediakan tujuan untuk mengeluarkan potensial secepat
mungkin.Tanahharusmengalirkanpotensialsebelumpersonilterluka
atausistemteleponrusak.
Dalam sebuah instalasi listrik ada empat bagian yang harus
ditanahkanatauseringjugadisebutdibumikan.Empatbagiandariinstalasi
listrikiniadalah:
1. Semuabagianinstalasiyangterbuatdarilogam(menghantarlistrik)
dandenganmudahbisadisentuhmanusia.Haliniperluagarpotensial
dari logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan
potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak
berbahayabagimanusiayangmenyentuhnya.
2. Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning
arester. Hal ini diperlukan agar lightning arester dapat berfungsi
denganbaik,yaitumembuangmuatanlistrikyangditerimanyadari
petirketanah(bumi)denganlancar.
3. Kawatpetiryangadapadabagianatassalurantransmisi.Kawatpetir
ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arester. Karena
letaknyayangadadisepanjangsalurantransmisi,makasemuakaki
tiangtransmisiharusditanahkanagarpetiryangmenyambarkawat
petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang
salurantransmisi.
4. Titiknetraldaritransformatoratautitiknetraldarigenerator.Halini
diperlukandalamkaitandengankeperluanproteksikhususnyayang
menyangkutgangguanhubungtanah.

Pirantiyangdigunakandalamsistemproteksikelistrikan,meliputi
penggunaan alatalat proteksi yang sesuai dengan klasifikasi dari IEC
(International Electrotechnical Commission) dan VDE (Verband
DeutscherElektrotechniker),yaitusebagaiberikut:
a. Class B (Arester for lightning protection equipotential bonding),
adalahalatalatproteksiyangterhubungpadasistemikatanpenyama
potensial (equipotential bonding). Alatalat proteksi pada class B
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan
berlebih yang terjadi pada kasus sambaran petir langsung, dan
mengalirkan kelebihan tegangan tersebut ke tanah dengan segera.
AlatalatproteksiclassBterutamadigunakanuntuksistemproteksi
padabangunanyangmemilikiinstalasiproteksipetireksternal.
b. ClassC(Aresterforovervoltageprotection),digunakanuntuksistem
proteksipadabangunanyangtidakmemilikiinstalasiproteksipetir
eksternal,sehinggakemungkinanterjadinyateganganberlebihadalah
melaluisuplaitegangandariPLN.
c. ClassD(Aresterformobileuseonsocketoutletsforovervoltage),
alat proteksi yang dipasang pada stopkontak (socketoutlet) untuk
penggunaanalatalatelektronikyangsensitifterhadapgangguanyang
ditimbulkanolehteganganberlebih.
Berdasarkan klasifikasi yang mengacu pada IEC (International
Electrotechnical Commission) dan VDE (Verband Deutscher
Elektrotechniker) tentang tingkat perlindungan suatu sistem proteksi
terhadap tegangan berlebih, penanganan instalasi kelistrikan dan sistem
pentanahandibedakanmenjadi2menurutkategorisistem:
1. Penanganan instalasi kelistrikan dan sistem pentanahan pada
bangunanyangmemilikisistemproteksipetireksternal.Padasistem
ini,mutlakdibutuhkanaresterforlightningprotectionequipotential
bonding (mengacu pada DIN VDE 0185) untuk penggunaan alat
proteksiterhadapteganganberlebihcategoryIV(mengacupadaDIN

VDE 0110/1). Sistem ini mengharuskan penggunaan alat proteksi


class B yang didesain khusus sebagai pembatas yang mampu
memberikanjalanbagiaruspetiratausebagiandariaruspetirketanah
dengansegerapadakasussambaranpetirlangsung.
2. Penanganan instalasi kelistrikan dan sistem pentanahan pada
bangunanyangtidakmemilikisistemproteksipetireksternal.Pada
sistem ini, digunakan arester for over voltage protection (mengacu
pada DIN VDE 0100) untuk penggunaan alat proteksi terhadap
tegangan berlebih category III (mengacu pada DIN VDE 0110/1).
SisteminicukupmenggunakanalatproteksiclassCyangmerupakan
pembatasteganganberlebihyangterjadipadakasussambaranpetir
tak langsung (induksi sambaran petir), maupun tegangan berlebih
yang disebabkan kegagalan pada trafo distribusi PLN, atau kontak
langsungsecaratidaksengajadengankabelyangmemilikitegangan
yanglebihtinggi.
Pentanahan merupakan hal yang sangat penting dalam instalasi
,karenadenganpentanahanbilaterjadihubungsingkattidakterjadisuatu
halyangmembahayakan.Manfaatpentanahanyaitu:
a. Bilaterjadihubungbodypadaperalatanlistrik denganadanyasistem
pentanahanyangbaikmakatidakakanmenyebabkansuatuhalyang
tidakdiinginkan,hubungbodytersebutdapatmenyalurkeyanglain
misalkumparanakan,makakumparantersebutakanterbakardengan
adanyasistempentanahanyangbaikmakaaruspadahubungbody
tersebutakanmenyalurketanah.
b. Bila terjadi Petir agar tidak membuat kebakaran atu hal yang lain
makadibuatPenangkalpetri, penangkalpetiriniberfungsisebagai
penagngkal atau menyalurkan energi petir ke dalam tanah, nilai
resistansipadatahananpentanahanharussekecilmungkinagar, bila
nilairesistansibesarmakaenergipetirtersebutakanmasukkedalam

instalasi rumah/gedung yang di pasang penangkal petir dapat


mengakibatkankebakaran.

`
Gambar I.1 Earth Tester Analog Model 4102A
Besarnya tahanan tanah sangat penting untuk diketahui sebelum
dilakukan pentanahan dalam sistem pengaman dalam instalasi listrik.
Untuk mengetahui besar tahanan tanah pada suatu area digunakan alat
ukur dengan penampil analog. Hasil pengukuran secara analog sering
terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukurannya. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, maka dirancanglah suatu alat ukur tahanan tanah
digital yang memiliki kemudahan dalam pembacaan nilai tahanan yang
diukur.

Gambar I.2 Earth Tester Digital Model 4105A


Alat ukur ini penampilnya menggunakan digital pada segmensegmen, sehingga dengan mudah menyimpan data-data yang terukur.
Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga batang
elektroda yang ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P
(Potensial) dan elektroda C (Curren). Tujuan penggunaan tiga batang
elektroda tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat
mengalirkan arus listrik.
Alat ukur tahanan tanah ini terdiri dari beberapa blok diagram
rangkaian, antara lain rangkaian osilator, rangkaian tegangan input,
rangkaian arus input, mikrokontroler dan rangkaian penampil. Sebelum
hasil pengukuran di tampilkan ke LCD, data diolah dirangkaian
mikrokontroler. Keuntungan dengan manggunakan mikrokontroler ini
yaitu keluaran dari rangkaian input ini sebelum masuk ke LCD bisa diatur.
Sehingga, perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini dapat mengukur
tahanan tanah dengan teliti dan akurat.
Hasil pengukuran tahanan tanah juga bergantung pada kondisi
tanah itu

sendiri. Pengukuran

tahanan

tanah

dilakukan

dengan

membandingkan alat ukur rakitan dengan alat ukur yang sudah ada dengan

merek Kyoritsu Earth Tester Digital. Selisih nilai pengukuran antara alat
ukur rakitan dengan alat ukur yang sudah ada adalah sebesar 0,31 ohm.
Sistem pentanahan yang baik di pengaruhi oleh beberapa hal :
tahananyangmempunyairesistansiyangsekecilmungkin.Tanahanyang
untukpemasanganbilatanahkerasmakanilairesistansiakantinggidan
sebaliknyabilatanahtidakkerasmakanilairesistansinyakecildanhallain
yang mempengaruhi sistem pentanahan yaitu bantuk tahanan karena
tahananmempunyaibentukbentuk yangberbeda:batang, pitadanpelat
denganadanyasistempetanahanyangbaikmakadalaminstalasipunakan
amandanberjangkawaktuyanglama.
Pentanahanataukitasebutgroundingadalahsistempengamanan
perangkatperangkatyangmenggunakanlistrikdarilonjakanlistrik, petir
danlainlain.Tahananpentanahanselainditimbulkanolehtahanankontak
tersebut diatas juga ditimbulkan oleh tahanan sambungan antara alat
pentanahandengankawatpenghubungnya.
Unsurlainyangmenjadibagiandaritahananpentanahanadalah
tahanandaritanahyangadadisekitaralatpentanahanyangmenghambat
aliran muatan listrik (arus listrik) yang keluar dari alat pentanahan
tersebut. Arus listrik yang keluar dari alat pentanahan ini menghadapi
bagianbagiantanahyangberbedatahananjenisnya.
Untukjenistanahyangsama,tahananjenisnyadipengaruhioleh
kedalamannya. Makin dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan
jenisnya, karena komposisinya makin padat dan umumnya juga lebih
basah.Olehkarenaitu,dalammemasangbatangpentanahan,makindalam
pemasangannyaakanmakinbaikhasilnyadalamartiakandidapattahanan
pentanahanyangmakinrendah.
Diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan
tersebut di atas tidak melebihi 4 ohm. Secara teoretis, tahanan dari tanah
atau bumi adalah nol karena luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi

kenyataannya tidak demikian, artinya tahanan pentanahan nilainya tidak


nol. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya tahanan kontak antara alat
pentanahan dengan tanah di mana alat tersebut dipasang (dalam tanah).

Gambar I.3 Macam-macam alat pentanahan


Dari gambar I.3 tampak bahwa ada empat alat pentanahan, yaitu:
1. Batang pentanahan tunggal (single grounding rod).
2. Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari
beberapa batang tunggal yang dihubungkan paralel.
3. Anyaman pentanahan (grounding mesh), merupakan anyaman kawat
tembaga.
4. Pelat pentanahan (grounding plate), yaitu pelat tembaga.
Tahanan pentanahan selain ditimbulkan oleh tahanan kontak
tersebut diatas juga ditimbulkan oleh tahanan sambungan antara alat
pentanahan dengan kawat penghubungnya. Unsur lain yang menjadi
bagian dari tahanan pentanahan adalah tahanan dari tanah yang ada di
sekitar alat pentanahan yang menghambat aliran muatan listrik (arus
listrik) yang keluar dari alat pentanahan tersebut.

Arus listrik yang keluar dari alat pentanahan ini menghadapi


bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan jenisnya. Untuk jenis tanah
yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya. Makin
dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya, karena
komposisinya makin padat dan umumnya juga lebih basah. Oleh karena
itu, dalam memasang batang pentanahan, makin dalam pemasangannya
akan makin baik hasilnya dalam arti akan didapat tahanan pentanahan
yang makin rendah.

Gambar I.4 Batang pentanahan beserta aksesorisnya.


Pada gambar I.4 menggambarkan batang pentanahan beserta
aksesorisnya, yaitu;
1. Konduktor tanah
2. Penghubung antara konduktor dengan elektroda tanah
3. Elektroda tanah.

Gambar I.5 Batang pentanahan dan lingkaran pengaruhnya


(sphere of influence).
Sedangkan gambar I.5 menggambarkan batang pentanahan beserta
lingkaran pengaruhnya (sphere of influence) didalam tanah. Tampak
bahwa pengaruh batang pentanahan akan semakin dalam letaknya di dalam
tanah dan pengaruh terkecil pada kedalaman yang sama dengan kedalaman
batang pentanahan.
Lingkaran pengaruh ini makin dekat dengan batang pentanahan.
Hal ini disebabkan oleh adanya variasi tahanan jenis tanahnya, seperti
yang dijelaskan pada bagian di bawah ini. Faktor yang mempengaruhi
tahanan pentanahan. Suatu elektroda pentanahan tidak bisa ketika
ditanamkan ke dalam tanah seketika memperoleh hasil yang baik, dalam
hal ini nilai tahanan yang rendah.

Banyak faktor, keduanya alami dan manusia, bisa mempengaruhi


hasil. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Resistivitas Bumi
Resistivitas listrik dari bumi (tahanan bumi untuk mengalirkan
arus) menjadi bagian penting. Resistivitas bumi (ohmmeter)
merupakan nilai resistansi dari bumi yang menggambarkan nilai
konduktivitas listrik bumi dan didefinisikan sebagai tahanan, dalam
ohm, antara permukaan yang berlawanan dari suatu kubus satu meter
kubik dalam volume.
Suatu unit pengukuran alternatif, ohm centimeter, didefinisikan
sebagai tahanan dalam ohm, antara permukaan yang berlawanan dari
satu centimeter kubik dari bumi. Untuk mengkonversi ohmmeter ke
ohmcentimeter, kalikan dengan dengan 100. Resistifitas bumi
bervariasi.
Di Amerika Serikat resistivitas bervariasi dari beberapa ohm
meter sepanjang beberapa pantai sampai beribu-ribu ohm meter dalam
daerah berbatu-batu, bergunung-gunung. Resistivitas bumi dapat
berubah-ubah dalam jarak sangat kecil dalam kaitan dengan kondisikondisi lokal tanah. Tabel berikut menunjukkan resistivitas bumi
untuk berbagai jenis tanah. Tabel ini bermanfaat di dalam pemilihan
penempatan di mana suatu pentanahan akan ditempatkan.
Tabel I.1 Tahanan jenis berbagai macam tanah dan tahanan
pentanahannya

Tabel I.1 menunjukkan tahanan jenis berbagai macam tanah


serta tahanan pentanahan dengan berbagai kedalaman dan apabila
digunakan pita pentanahan (grounding strip) dengan berbagai ukuran
panjang. Dari tabel terlihat bahwa untuk memperoleh tahanan
pentanahan 6 di humus lembab, maka batang pentanahannya cukup
dipancang sedalam 5 meter tetapi bila di pasir kering kedalamannya
harus 165 meter.
Suatu tanah memiliki nilai tahanan jenis yang bervariasi
tergantung pada jenis tanah, kelembapan, komposisi garam-garam
mineral di dalam tanah, dan suhu. Saat sebuah elektroda dilalui oleh
arus maka arus akan menyebar ke segala arah.

Gambar I.6 Saat sebuah elektroda dilalui oleh arus


Arus akan mengalir menuju tegangan nol yaitu di titik tak
terhingga. Apabila kedalaman elektroda dibandingkan dengan jari-jari
yang tak terhingga maka elektroda batang dapat dianggap sebagai
sebuah bola yang memiliki pusat yang sama dengan sebuah bola yang
memiliki jari-jari yang sangat besar.

Tabel I.2 Variasi Nilai Resistivitas Berbagai Tanah

JENIS SOIL

RESISTIVITAS (Ohm-meter)

Loam

50

Clay

100

Sand/Gravel

50

1,000

Limestone

10,000

Sandstone

20

2,000

Granite

1,000 -

2,000

Slates

600

5,000

Tabel I.3 Nilai Resistivitas Tanah menurut pasal 320 1 PUIL 1987
Jenis Tanah

Resistivitas (ohm m)

Tanah Rawa

10-40

Tanah Liat

20 -100

Pasir Basah

50-200

Kerikil Basah

200 - 3000

Kerikil Kering

< 10000

Tanah Berbatu

2000 - 30000

2. Kelembaban Tanah
Tanah manapun, dengan nilai kelembaban nol, bersifat isolasi.
Kondisi ini jarang ditemui kecuali di area padang pasir atau selama
periode dari musim kering ekstrim.
3. Kandungan Mineral Tanah

Air yang tidak mengandung garam mineral merupakan bahan


isolasi sama halnya dengan tanah dengan kelembaban nol.
4. Temperatur
Jika

temperatur

tanah

berkurang,

maka

resistivitasnya

meningkat terutama ketika temperatur tanah turun di bawah titik beku


air, resistivitas akan meningkat dengan cepat.
Elektroda batang untuk menurunkan nilai tahanan grounding
tower. Tower adalah merupakan salah satu bagian dari komponen sistem
telekomunikasi yang sangat penting mempunyai kemungkinan sangat
besar mengalami bahaya yang disebabkan oleh timbulnya gangguan petir
sehingga arus yang mengalir ke tanah menyebabkan induksi yang
membahayakan

peralatan

telekomunikasi.

Misalnya

akibat

isolasi

peralatan yang tidak berfungsi dengan baik. Arus gangguan tersebut akan
mengalir pada bagian bagian peralatan yang terbuat dari metal dan juga
mengalir dalam tanah di sekitar tower.
Arus gangguan ini menimbulkan gradien tegangan diantara
peralatan dengan peralatan, peralatan dengan tanah dan juga gradien
tegangan pada permukaan tanah itu sendiri. Besarnya gradien tegangan
pada permukaan tanah tergantung pada tahanan jenis tanah atau sesuai
dengan struktur tanah tersebut.
Salah satu usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah
maka diperlukan suatu grounding yaitu dengan cara menambahkan
elektroda grounding yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi
ower yang tersebar di berbagai tempat yang kemungkinannya mempunyai
struktur tanah berlapis-lapis maka diperlukan perencanaan grounding yang
sesuai, dengan tujuan untuk mendapatkan tahanan grounding yang kecil
sehingga tegangan permukaan yang timbul tidak membahayakan baik
dalam kondisi normal maupun saat terjadi gangguan ke tanah.

Grounding peralatan adalah penghubungan bagian-bagian peralatan


listrik yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah
untuk membatasi tegangan antara bagian bagian peralatan yang tidak
dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu
harga yang aman untuk semua kondisi operasi baik kondisi normal
maupun saat terjadi gangguan.
Sistem grounding ini berguna untuk memperoleh potensial yang
merata dalam suatu bagian struktur dan peralatan serta untuk memperoleh
impedansi yang rendah sebagai jalan balik arus hubung singkat ke tanah.
Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir melalui tanah
dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan perbedaan tegangan yang
besar dan berbahaya. Dalam analisis ini digunakan beberapa parameter
yaitu kedalaman penanaman elektroda grounding, panjang elektroda
batang, jumlah elektroda batang (rod), ketebalan lapisan tanah bagian
pertama dan tahanan jenis tanah tiap lapisan dengan menggunakan
beberapa asumsi yaitu:
a. Lapisan-lapisan tanah sejajar terhadap permukaan tanah.
b. Tahanan jenis tanah adalah konstan untuk setiap lapisan.
c. Analisa hanya dilakukan untuk elektroda rod
d. Panjang rod (L) untuk semua kemungkinan pemasangan adalah sama
(3.5 meter)
Pada saat terjadi gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah
akan menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang
disebabkan karena adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu
terjadi seseorang berjalan di atas switch yard sambil memegang atau
menyentuh suatu peralatan yang digroundingkan yang terkena gangguan,
maka akan ada arus mengalir melalui tubuh orang tersebut. Arus listrik
tersebut mengalir dari tangan ke kedua kaki dan terus ke tanah, bila orang
tersebut menyentuh suatu peralatan atau dari kaki yang satu ke kaki yang
lain, bila ia berjalan di switch yard tanpa menyentuh peralatan. Arus ini

yang membahayakan orang dan biasanya disebut arus kejut. Berat


ringannya bahaya yang dialami seseorang tergantung pada besarnya arus
listrik yang melalui tubuh, lamanya arus tersebut mengalir dan
frekuensinya.
1. Arus Melalui Tubuh Manusia
Kemampuan tubuh manusia terhadap besarnya arus yang
mengalir di dalamnya terbatas dan lamanya arus yang masih dapat
ditahan sampai yang belum membahayakan sukar ditetapkan.
Berdasarkan hal ini maka batas batas arus berdasarkan pengaruhnya
terhadap tubuh manusia dijelaskan berikut ini .
Bila seseorang memegang penghantar yang diberi tegangan
mulai dari harga nol dan dinaikkan sedikit demi sedikit, arus listrik
yang melalui tubuh orang tersebut akan memberikan pengaruh. Mula
mula akan merangsang syaraf sehingga akan terasa suatu getaran yang
tidak berbahaya bila dengan arus bolak balik dan akan terasa sedikit
panas pada telapak tangan bila dengan arus searah (arus persepsi).
Bila tegangan yang menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi
dinaikkan lagi maka orang akan merasa sakit dan kalau terus
dinaikkan maka otot-otot akan kaku sehingga orang tersebut tidak
berdaya lagi untuk melepaskan konduktor tersebut. Apabila arus yang
melewati tubuh manusia lebih besar dari arus yang mempengaruhi
otot dapat mengakibatkan orang menjadi pingsan bahkan sampai mati,
hal ini disebabkan arus listrik tersebut mempengaruhi jantung
sehingga jantung berhenti bekerja dan peredaran darah tidak jalan.
2. Tahanan Tubuh Manusia
Tahanan tubuh manusia berkisar di antara 500 Ohm sampai
100.000 Ohm tergantung dari tegangan, keadaan kulit pada tempat
yang mengadakan hubungan (kontak) dan jalannya arus dalam tubuh.
Kulit yang terdiri dari lapisan tanduk mempunyai tahanan yang tinggi,
tetapi terhadap tegangan yang tinggi kulit yang menyentuh konduktor

langsung terbakar, sehingga tahanan dari kulit ini tidak berarti apaapa. Tahanan tubuh manusia ini yang dapat membatasi arus.
Berdasarkan hasil penyelidikan oleh para ahli maka sebagai
pendekatan diambil harga tahanan tubuh manusia sebesar 1000 Ohm.
3. Karakteristik Tanah
Karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak
diketahui karena mempunyai kaitan erat dengan perencanaan dan
sistem grounding yang akan digunakan. Sesuai dengan tujuan
grounding bahwa arus gangguan harus secepatnya terdistribusi secara
merata ke dalam tanah, maka penyelidikan tentang karakteristik tanah
sehubungan dengan pengukuran tahanan dan tahanan jenis tanah
merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi besarnya
tahanan grounding.
Pada kenyataannya tahanan jenis tanah harganya bermacammacam, tergantung pada komposisi tanahnya dan faktor faktor lain.
Untuk memperoleh harga tahanan jenis tanah yang akurat diperlukan
pengukuran secara langsung pada lokasi pembangunan tower karena
struktur

tanah

yang

sesungguhnya

tidak

sesederhana

yang

diperkirakan. Pada suatu lokasi tertentu sering dijumpai beberapa jenis


tanah yang mempunyai tahanan jenis yang berbeda-beda (non
uniform). Pada pemasangan sistem grounding dalam suatu lokasi
tower, tidak jarang peralatan grounding tersebut ditanam pada dua
atau lebih lapisan tanah yang berbeda yang berarti bahwa tahanan
jenis tanah di tempat itu tidak sama. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tahanan jenis tanah antara lain:

Pengaruh temperatur
Pengaruh gradien tegangan
Pengaruh besarnya arus
Pengaruh kandungan air
Pengaruh kandungan bahan kimia

Pada sistem pengetanahan yang tidak mungkin atau tidak perlu


untuk ditanam lebih dalam sehingga mencapai air tanah yang konstan,
variasi tahanan jenis tanah sangat besar. Kadangkala pada penanaman
elektroda memungkinkan kelembaban dan temperatur bervariasi,
untuk hal seperti ini harga tahanan jenis tanah harus diambil dari
keadaan yang paling buruk, yaitu tanah kering dan dingin.
Berdasarkan

harga

inilah

dibuat

suatu

perencanaan

pengetanahan. Perbedaan tahanan jenis tanah akibat iklim biasanya


terbatas sampai kedalaman beberapa meter dari permukaan tanah,
selanjutnya pada bagian yang lebih dalam secara praktis akan konstan.
4. Konduktor Grounding
Konduktor yang digunakan untuk grounding harus memenuhi
beberapa persyaratan antara lain:
a. Memiliki daya hantar jenis (conductivity) yang cukup besar
sehingga tidak akan memperbesar beda potensial lokal yang
berbahaya.
b. Memiliki kekerasan (kekuatan) secara mekanis pada tingkat yang
tinggi terutama bila digunakan pada daerah yang tidak terlindung
terhadap kerusakan fisik.
c. Tahan terhadap peleburan dari keburukan sambungan listrik,
walaupun konduktor tersebut akan terkena magnitude arus
gangguan dalam waktu yang lama.
d. Tahan terhadap korosi.
5. Penentuan panjang elektroda grounding
Kebutuhan akan konduktor grounding pada umumnya baru
diperkirakan setelah diketahui tata letak peralatan yang akan
diketanahkan serta sistem grounding yang akan digunakan. Sebagai
dasar pertimbangan dalam penentuan panjang konduktor grounding
umumnya digunakan tegangan sentuh, bukan tegangan langkah dan

tegangan pindah. Hal ini disebabkan karena tegangan langkah yang


timbul di dalam instalasi yang terpasang pada switch yard umumnya
lebih kecil daripada tegangan sentuh tersebut. Grounding peralatan
Tower mula mula dilakukan dengan menanamkan batang konduktor
tegak lurus permukaan tanah (rod).
6. Penentuan Jumlah Batang Pengetanahan
Pada saat arus gangguan mengalir antara batang pengetanahan
dengan tanah, tanah akan menjadi panas akibat i2 . Suhu tanah harus
tetap di bawah 100

C untuk menjaga jangan sampai terjadi

penguapan air kandungan dalam tanah dan kenaikan tahanan jenis


tanah.
7. Bentuk-Bentuk Elektroda Grounding
Grounding

Rod

(Elektroda

Batang

),

di

bawah

ini

diperlihatkan disribusi tegangan yang terjadi untuk satu batang


elektroda dan dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam
tanah, dimana arus kesalahan mengalir dari elektroda tersebut ke tanah
sekitarnya.

Gambar I.7 Distribusi tegangan sekitar satu batang elektroda


Dimana :

Ux : teagangan elektroda grounding atau tegangan antara

elektroda dengan tanah


x : jarak dari elektroda

Gambar I.8 Distribusi Tegangan sekitar dua batang elektroda


Dengan demikian untuk jumlah elektroda yang lebih banyak
yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah maka tahanan grounding
semakin kecil dan distribusi tegangan akan lebih merata. Kapasitansi
ini termasuk kapasitansi dari bayangan konduktor yang ditanam ke
dalam tanah.
Untuk menghitung kapasitansi elektroda grounding dan
bayangan, digunakan metode potensial rata rata menurut G.W.O
Home. Dalam persoalan grounding, elektroda grounding merupakan
bahan penghantar yang membawa muatan listrik yang terdistribusi
(menyebar) disekeliling elektroda grounding.
Dengan cara seperti ini potensial di setiap tempat pada
permukaan elektroda akan sama. Bila pada elektroda tersebut
diberikan suatu muatan yang merata, maka kapasitansi dapat dihitung
dengan metode potensial rata rata.
Dua batang elektroda tegak lurus ke dalam tanah. Susunan dari
dua batang elektroda berbentuk selinder dengan panjang L yang
ditanam tegak lurus ke dalam tanah dengan jarak antara ke dua
elektroda tersebut sebesar S terlihat pada gambar di bawah.
Nilai tahanan grounding dan tahanan jenis tanah yang relatif
tinggi, maka untuk menguranginya dengan cara menanamkan batangbatang elektroda grounding dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk
dua batang elektroda grounding yang ditanam tegak lurus ke dalam
tanah oleh Dwight, JL. Marshall dengan memperhatikan efek

bayangan biasanya adalah dengan menghitung tegangan pada salah


satu batang elektroda yang disebabkan oleh distribusi muatan yang
merata di batang elektroda itu sendiri dan pada batang elektroda yang
lain termasuk bayangannya.
Dengan menghitung tegangan rata-rata yang disebabkan oleh
muatan batang elektroda itu sendiri dan menghitung tegangan rata-rata
yang disebabkan oleh muatan batang elektroda yang lain. Tegangan
total rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan antara keduanya.

Gambar I.9 Dua batang elektroda ditanam


tegak lurus ke dalam tanah
Beberapa batang elektroda (Multiple-Rod) yang ditanam tegak
lurus ke dalam tanah. Jika susunan batang batang elektroda yang
ditanam tegak lurus ke dalam tanah dalam jumlah yang lebih banyak,
maka tahanan grounding akan semakin kecil dan distribusi tegangan
pada permukaan tanah akan lebih merata.
Penanaman elektroda yang tegak lurus ke dalam tanah dapat
berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang dengan jarak
antara batang elektroda grounding adalah sama seperti pada dalam
gambar berikut :

Gambar I.10 Beberapa batang elektroda ditanam


tegak lurus ke dalam tanah

Pemasangan grounding (pentanahan) pada bangunan dan menara


untuk perlindungan terhadap sambaran petir. Kontinuitas penyaluran
tenaga listrik sangat tergantung dari keandalan sistem groundingnya.
Sebuah bangunan gedung agar terhindar dari bahaya sambaran petir
dibutuhkan nilai tahanan grounding <5 ohm (PUIL 2000), sedangkan
untuk grounding peralatan-peralatan elekronika dibutuhkan nilai tahanan
grounding <3 ohm bahkan beberapa perangkat membutuhkan nilai tahanan
grounding <1 ohm.
Untuk mendapatkan nilai tahanan grounding yang sekecil mungkin
sangat sulit, karena nilai tahanan grounding dipengaruhi beberapa factor
seperti : jenis tanah, jenis sistem grounding, suhu dan kelembaban,
kandungan elektrolit tanah dan lain-lain. Untuk dapat memperkecil nilai
tahanan grounding dapat dilakukan dengan penambahan zat aditip pada
tanah. Zat aditip tersebut dapat berupa garam, bentonit, air, serbuk besi dan
lain-lain. Namun zat aditif tersebut memiliki keterbatasan umur.
Zat aditif tidak dapat berfungsi dengan baik pada waktu yang
cukup lama. Sebuah sistem grounding harus dievaluasi setiap 6 bulan
untuk mengetahui kelayakan operasi sistem grounding untuk dapat
dilanjutkan (PUIL,2000) akibat penurunan kualitas tahanan grounding.
Beberapa jenis elektroda grounding yang biasa digunakan :

Elektroda Pita
Elektroda Batang
Elektroda Pelat
Pemilihan ukuran diameter konduktor grounding dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

Tidak melebur atau rusak apabila dialiri arus kesalahan yang mungkin

terjadi.
Tahan secara mekanis terhadap tekanan-tekanan yang mungkin

timbul.
Mempunyai konduktivitas yang baik dan merata.

Klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis


tanah yang berbeda-beda, tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam
kelompok-kelompok atau sub-sub kelompok tertentu. Dari sudut pandang
teknis, tanah dapat digolongkan menjadi beberapa pokok yaitu : Batu
krikil (gravel), pasir ( Sand), Lanau (Silt), Lempung (Clay).
Jenis tanah pada daerah kedalaman yang terbatas tergantung dari
beberapa faktor yaitu :

Jenis tanah : tanah liat, berpasir, berbatu dan lain-lain.


Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan berbeda atau uniform.
Kelembaban tanah.
Temperatur.
Teknik Pengkondisian Tanah terdapat bermacam-macam yaitu

teknik bentonit, teknik kokas atau arang, teknik tepung logam, teknik
garam, teknik semen konduktif. Komposisi zat-zat kimia dalam tanah,
adanya kandungan zat-zat kimia pada tanah terutama zat-zat rganic
maupun zat anorganik yang dapat larut sangat penting diperhatikan pada
keperluan penanaman sistem grounding.
Pada daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi biasanya
mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi dipermukaan yang disebabkan
karena kandungan garam pada lapisan atas akan larut (Huwae, 2004). Petir
merupakan hasil pemisahan muatan listrik secara alami di dalam awan
badai. Di dalam awan terjadi pemisahan muatan. Beberapa teori
menyatakan bahwasanya didalam awan badai, terdapat kristal es
bermuatan positif, sedangkan titik air bermuatan negatif. Mekanisme
selanjutnya adalah peluahan petir yang diawali dengan pengembangan
sambaran perintis (stepped downward leader ). Gerakan ke bawah ini
bertahap sampai dekat ke tanah, sehingga muatan negatif yang dibawa
oleh stepped leader tersebut memperbesar induksi muatan positif di
permukaan tanah, akibatnya gradien tegangan antara dasar awan dengan
tanah semakin besar.

Apabila kedua akumulasi muatan ini saling tarik, maka muatan


positif dalam jumlah yang besar akan bergerak ke atas menyambut gerakan
stepped leader yang bergerak kebawah, akhirnya terjadi kontak pertemuan
antara keduanya. Gerakan keatas muatan positif tersebut membentuk suatu
streamer yang bergerak ke atas (upward moving streamer), atau yang lebih
populer disebut sebagai sambaran balik (return stroke) yang menyamakan
perbedaan potensial.
Ruang proteksi dari suatu penangkal petir adalah berbentuk kerucut
dengan sudut puncak kerucut berkisar antara 30 derajat hingga 60 derajat.
Besarnya jari-jari ini sama dengan besarnya jarak sambar dari lidah petir.
Jarak sambar dari lidah petir ini ditentukan oleh besarnya arus petir yang
terjadi. Dengan demikian, derajat kelengkungan dari bidang miring
kerucut dipengaruhi oleh besarnya arus petir yang terjadi.
Sambaran petir dapat menimbulkan gangguan pada sistem tenaga
listrik. Pada bangunan bertingkat atau menara, efek gangguan akibat
sambaran petir ini semakin besar sesuai dengan semakin tingginya
bangunan tersebut.
Penentuan besarnya kebutuhan bangunan akan proteksi petir
menggunakan standar Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP),
National Fire Protection Association (NFPA) 780 dan International
Electrotechnical Commision (IEC)1024-1-1.
Pada tower yang tinggi dan memiliki jarak antar menara yang
lebar, sambaran petir yang mengenai tower tersebut akan semakin banyak.
Hal ini menunjukan bahwa jumlah sambaran yang mengenai menara
dipengaruhi oleh tinggi menara dan lebar span (jarak antar menara).
Semakin tinggi menara maka lebar daerah perlindungan semakin besar,
sehingga luasan daerah perlindungan antar menara juga lebar. Pada daerah
yang lebar kemungkinan petir menyambar daerah tersebut juga akan
semakin tinggi. Untuk penentuan kebutuhan akan Proteksi Petir dapat

dilakukan penentuan jenis kategori menara berdasar pada Peraturan Umum


Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
Untuk mendapatkan nilai tahanan grounding yang sekecil mungkin
sangat sulit, karena nilai tahanan grounding dipengaruhi beberapa factor
seperti : jenis tanah, jenis sistem grounding, suhu dan kelembaban,
kandungan elektrolit tanah dan lain-lain. Untuk dapat memperkecil nilai
tahanan grounding dapat dilakukan dengan penambahan zat aditip pada
tanah. Zat aditip tersebut dapat berupa garam, bentonit, air, serbuk besi dan
lain-lain.
Namun zat aditif tersebut memiliki keterbatasan umur. Zat aditif
tidak dapat berfungsi dengan baik pada waktu yang cukup lama. Sebuah
sistem grounding harus dievaluasi setiap 6 bulan untuk mengetahui
kelayakan operasi sistem grounding untuk dapat dilanjutkan (PUIL,2000)
akibat penurunan kualitas tahanan grounding.

Gambar I.11 Pemasangan grounding (pentanahan) pada bangunan dan


menara

Sistem Proteksi Internal, Menahan Pengaruh Petir pada Perangkat.


Sistem proteksi eksternal (External Protection) adalah sistem proteksi
terhadap sambaran langsung dengan cara memasang konduktor dibagian
atas object yang dilindungi disebut dengan instalasi penyalur petir. Sistem
ini harus dirancang dengan persyaratan tertentu antara lain : Elektroda
penerima harus dibuat runcing, dengan ketinggian dan jarak tertentu
sehingga masing-masing elektroda penerima melindungi bangunan dengan
sudut perlindungan 110 derajat.
Hantaran penurunan dan elektroda grounding minimal 2 buah pada
setiap bangunan dan harus dipasang sejauh mungkin dari pintu bangunan
Resistansi grounding minimal 3 Ohm. Bila dari hasil pengukuran resistan
grounding tidak memenuhi syarat akan dapat mengundang bahaya.
Akibat sambaran petir langsung ataupun sambaran tidak langsung
maka tegangan kejut / arus kejut masih bisa muncul dalam bangunan
gedung. Tegangan dan kejut tersebut juga dapat muncul melalui hubungan
kapasitif pada perkabelan, atau melalui gelombang elektro magnetik yang
menembus tembok gedung dan tertangkap oleh perkabelan ( kabel listrik,
telepon, data, wave guide antena ) sehingga menimbulkan induksi
transient. Karena itu, selain sistem grounding diperlukan Sistem proteksi
internal. (Internal Protection).
Sistem proteksi internal (Internal Protection) adalah system
proteksi terhadap sambaran petir secara tidak langsung, misalnya imbas
melalui grounding listrik, menyambar jaringan listrik sehingga jaringan
listrik bertegangan petir. Metode pengamanan terhadap sambaran tidak
langsung dengan prinsip memotong arus dan menyamakan tegangan
dengan memasang arester
Arester yang dipasang digunakan untuk membatasi tegangan lebih,
dan pada prinsipnya terdiri atas rangkaian seri. DEngan pemasangan
arester maka teganga lebih impuls akibat petir secara aman akan
disalurkan ke bumi.

Akibat Petir terjadi Transient, yaitu Tegangan Kejut ( Surge


Voltage ) dan Arus Kejut ( Surge Current ) yang besar bahkan bisa
mencapai ratusan ribu Volt dan ratusan ribu Ampere, dan hanya
berlangsung dalam sekejap. Transient ini berenergi besar dan bisa
menimbulkan loncatan bunga api listrik ( Spark ) sehingga menimbulkan
kerusakan di tempat yang tak terkontrol.
Semakin canggih perangkat elektronik/telekomunikasi maka
semakin pekalah peralatan tersebut pada gangguan transient. Kerusakan
yang ditimbulkannya baik melalui sambaran langsung ataupun sambaran
tidak langsung yang sering terjadi (terutama melalui induksi) dapat
berakibat fatal bagi perangkat. Down Time perangkat yang merugikan,
misalnya walaupun yang rusak hanya beberapa card control pada
perangkat yang harganya hanya ratusan ribu rupiah tetapi dapat
mengakibatkan tidak berfungsinya sebuah sistem.
Jenis kerusakan akibat sambaran petir sangat tergantung pada besar
kecilnya petir dan sensitivitas peralatan. Adapun jenis kerusakan tsb
diantaranya adalah Kerusakan yang kelihatan secara visual, misalnya
terbakarnya komponen perangkat /module. Damage pada data-data penting
atau berubahnya output dari suatu perangkat ( Out of spec) sehingga harus
di reset / di setting ulang. Menyebabkan terjadinya degradasi lifetime/umur
peralatan .
Transient yang berbahaya ini dapat masuk baik melalui hubungan
langsung ( konduksi ), melalui induksi arus pada line kabel ( kabel listrik,
kabel telepon, kabel data, kabel antena / waveguide antena ), ataupun
melalui hubungan kapasitif.
Yang paling sering menimbulkan kerusakan adalah transientinduksi.

Ledakan

petir

yang

terjadi

sangat

jauh

sekalipun

( belasan kilometer dari lokasi perangkat ) dapat menimbulkan induksi


transient yang cukup berbahaya bagi perangkat elektronik yang peka.

Perambatan gelombang elektro-magnetik yang tertangkap di


perkabelan listrik, telepon, kabel data, kabel antena / wave guide akan
menimbulkan tegangan kejut ataupun arus kejut, dimana besar tegangan
kejut atau arus kejut tersebut tergantung pada besarnya rambatan
gelombang elektro magnetik, dan pada panjangnya perkabelan / konduktor
yang menangkap rambatan tersebut.
Sambaran petir langsung pada perangkat ataupun pada line PLN
terdekat jarang terjadi, tetapi akibatnya tentu akan fatal karena bisa
menimbulkan kerusakan banyak perangkat ataupun kerugian yang sangat
besar. Selain petir, penyebab utama dari transient adalah Power Switching
Operation, yaitu saat menyalakan dan terutama mematikan beban besar,
misalnya AC kapasitas besar.
Prinsip dasar sistem proteksi internal adalah Pembatasan Tegangan
( Equipotential ) gunanya untuk membatasi tegangan kejut ataupun
tegangan lebih menjadi dibawah daya tahan isolasi perangkat ( agar sesuai
dengan spesifikasi teknis yang diijinkan pada perangkat ). Sehingga tidak
terjadi spark yang menimbulkan kerusakan.
Pembuangan Arus Kejut yang bersifat merusak / yang diluar spek
teknis perangkat, agar tidak masuk kedalam peralatan. Alat proteksi yang
dipakai ini tidak boleh mengganggu karakteristik dari rangkaian listrik
ataupun line data yang dilindungi, dan hanya berfungsi kalau ada tegangan
dan arus kejut.
Sistem

proteksi

internal

pada

prinsipnya

adalah

berupa

pemasangan Arester antara line konduktor dan grounding. Pemasangan


arester ini harus di sesuaikan antara type arester dengan spesifikasi teknis
perangkat yang akan diproteksi. Perlindungan bertahap harus dilakukan
karena sifat arester yang dapat di produksi oleh pabrik, yaitu berhubungan
dengan kemampuan dan kecepatan respon dari arester untuk membuang
energi transient ke ground.

Arester yang mempunyai kemampuan membuang energi yang lebih


besar mempunyai respon yang lebih lambat dibanding dengan arester yang
mempunyai daya buang yang lebih kecil. Arester yang daya buangnya
lebih kecil tapi mempunyai respon yang lebih cepat juga berfungsi
membuang bocoran energi transient dari arester sebelumnya yang belum
sempat dishortkan ke ground. Harus kita sadari bahwa kecepatan rambat
energi transient petir ini sangat cepat, hanya dalam ukuran nano detik.
Disamping itu, arester kecepatan tinggi ini juga diperlukan memproteksi
perangkat dari arus transient yang timbul akibat hubungan kapasitip
ataupun induktip konduktor ( penghantar ) pada saat ada sambaran petir
langsung maupun yang tidak langsung, atau dapat juga diakibatkan oleh
switching beban-beban kapasitip / induktip yang besar.
Urutan penempatan arester tidak boleh dibalik, sebab bila arester
yang kecepatannya lebih tinggi dengan daya buang yang lebih kecil di
tempatkan di zona awal maka dapat mengakibatkan arester akan rusak,
ditandai dgn perubahan warna pada indikatornya.
Syarat syarat sistem pentanahan yang efektif
1. Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk
suatu keperluan pemakaian
2. Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :

Bahan Konduktor yang baik

Tahan Korosi

Cukup Kuat
3. Jangan sebagai sumber arus galvanis
4. Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah
sekelilingnya.
5. Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
6. Biaya pemasangan serendah mungkin.

Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :


1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke
peralatan yang ditanahkan.
2. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
3. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat
diabaikan, akan tetapi tahanan kawat penghantar yang menghubungkan
keperalatan akan mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls
frekuensi tinggi seperti misal pada saat terjadi lightningdischarge.
Untuk menghindarinya, sambungan ini di usahakan dibuat
sependek mungkin. Dari ketiga faktor tersebut diatas yang dominan
pengaruhnya adalah tahanan sekeliling elektroda atau dengan kata lain
tahanan jenis tanah (). Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari
statu elektroda yang hemispherical R = /2r terlihat bahwa tahanan
pentanahan berbanding lurus dengan besarnya . Untuk berbagai tempat
harga ini tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :
1. sifat geologi tanah
2. Komposisi zat kimia dalam tanah
3. Kandungan air tanah
4. Temperatur tanah
5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.
Sifat Geologi Tanah, ini merupakan faktor utama yang menentukan
tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan
penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah,
sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator. Kandungan zat
zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun anorganik
yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Didaerah yang mempunyai
tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah yang

tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada
daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana
larutan garam masih terdapat.
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan
tahanan jenis tanah ( ) terutama kandungan air tanah sampai dengan
20%. Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan
kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah
naik samapai 30 kali. Kenaikan kandungan air tanah diatas 20%
pengaruhnya sedikit sekali. Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5
m) biasanya stabil terhadap perubahan temperatur permukaan. Bagi
Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak
banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada
sistem pentanahan yaitu :
1. Elektroda Batang
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di
tanam vertikal di dalam tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga,
stainless steel atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam
pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple yang dapat
menyebabkan korosi. Ukuran Elektroda : diameter 5/8 - 3/4
Panjang 4 feet 8 feet. Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus
discharge petir maupun untuk pemakaian pentanahan yang lain.
Gambar I.12 Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
Bentuk elektroda pelat biasanya empat persegu atau empat
persegi panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang
ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertical,
sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh

dengan vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan


ekonomis.

Gambar I.13 Elektroda Pelat


3. Elektroda Pita
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita
atau juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal
sedalam 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah
yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada
daerah yang tidak mengalami kekeringan. Hal ini cocok untuk
daerahdaerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah makin
tinggi dengan kedalaman.

Gambar I.14 Elektroda Pita


Bagi daerah daerah yang mempunyai struktur tanah dengan
tahanan jenis tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan
yang diinginkan seringkali sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk

mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda ditanam tahanan jenis


tanah menjadi rendah, yaitu :
1. Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan
dimasukkan mengelilingi elektroda tersebut bahan bahan seperti
tanah liat atau cokas.
2. Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia
yang mana akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zatzat nimia yang biasa di pakai adalah sodium chloride, calsium
chloride, magnesium sulfat, dan coper sulfat.
3. Dengan Bentonite, bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu
dengan mencampur bubuk bentonite, garam dapur dan air maka
campuran bentonite tersebut dapat menghasilkan tahanan jenis tanah
yang rendah. Dengan menanamkan campuran bentonite tersebut
disekeliling elektroda maka tahanan pentanahandapat diperkecil
1/101/15 kali. Komposisi campuran bentonite menurut perbandingan
Bentonite : garam dapur : air = 1 : 0,2 : 2
Sistem pentanahan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem
tenaga listrik, pentanahan system penangkal petir dan pentanahan untuk
peralatan khususnya telekomunikasi perlu mendapatkan perhatian serius,
karena pada dasarnya pentanahan tersebut merupakan dasar perhitungan
suatu proteksi. Harga tahanan jenis tanah pada daerah kedalaman yang
terbatas tidaklah sama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan jenis tanah yaitu :

Keadaan struktur tanah antara lain ialah struktur geologinya, seperti


tanah liat, tanah rawa, tanah berbatu, tanah berpasir, tanah gambut dan

sebagainya.
Unsur kimia yang terkandung dalam tanah, seperti garam, logam, dan

mineral-mineral lainnya.
Keadaan iklim, basah atau kering.
Temperatur tanah dan jenis tanah.

Adapun beberapa metode pengukuran tahanan pembumian antara


lain sebagai berikut :
1. Metode Von Werner
Metode ini disebut juga dengan metode empat batang karena
menggunakan empat

elektroda

dalam pengukurannya.

Skema

pengukuran dengan metode ini terlihat pada gambar dibawah.

Gambar I.15 Pengukuran Metode Von Werner


2. Pengukuran dengan Volt meter dan Amperemeter
Cara pengukuran adalah seperti terlihat pada Gambar
Penghantar pembumian dihubungkan dengan penghantar phasa
instalasi melalui gawai proteksi arus lebih, sakelar, tahanan yang dapat
diatur dari 20 sampai 1000, dan Amperemeter

Gambar I.16 Pengukuran dengan Volt meter dan Amperemeter


3. Pengukuran dengan menggunakan Earth Tester

Pengukuran dengan Earthtester ini menggunakan dua buah


elektroda bantu, dan pengukurannya lebih mudah dilakukan
dibandingkan dengan dua metode yang telah disebutkan terdahulu.
Pengukuran dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan jarak
antara elektroda pembumian dengan elektroda bantu, jarak yang
umum digunakan berkisar 5-10 meter. Pegukuran dengan metode ini
dapat dilihat pada Gambar

Gambar I.17 Pengukuran dengan menggunakan Earth Tester


Setelah elektroda bantu ditancapkan di tanah pada kedalaman
sekitar 30 cm maka elektroda dihubungkan dengan alat ukur dengan
menggunakan kabel yang sudah ditentukan. Ada tiga warna kabel
yaitu hijau, kuning dan merah. Kabel warna hijau salah satu ujungnya
dihubungkan dengan terminal earth pada alat ukur dengan simbol E
dan ujung satu lagi dihubungkan dengan elektroda pembumian.
Kabel warna kuning dihubungkan dengan terminal P
(potential) pada alat ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan
elektroda bantu yang paling dekat ke elektroda utama. Kabel warna
merah dihubungkan ke termina dengan simbol C (Current) pada alat
ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan elektroda bantu yang
paling jauh dari elektroda bantu.

I. 3.

Metode Pelaksanaan Praktikum


I.3.1

Alat Yang Digunakan

Earth Tester
Elektroda Pentanahan (pipa, batang, dan plat)
Penumbuk (palu)
Jamper (kabel penghubung)

I.3.2

Gambar Percobaan
a. Pengukuran Tahanan Tanah Dengan Satu Eketroda

b. Pengukuran Tahanan Tanah Dengan Dua Eketroda

I.3.3

Prosedur Percobaan
1.

Sebelum menggunakan alat Earth Tester periksa


battery dengan menekan tombol Off. Bila jarum alat menunjuk
daerah good maka alat dapat dipergunakan.

2.

Membuat hubungan seperti gambar percobaan


mulai dengan kedalaman elektroda tertentu. Mengukur nilai
tahanan pentanahan dengan menekan tombol MEAS dan x 1
Ohm, bila belum terbaca tekan x 100 Ohm dan seterusnya.

3.

Mengulangi

point

diatas

dengan

mengubah

kedalaman elektroda sampai 3 kali.


4.

Mengulangi point 2 dan 3 dengan jarak tanah yang


berbeda dan jenis elektroda.

I. 4.

Tabel Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Tabel Data Pengamatan

1. Jenis tanah

= Sawah

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Jumlah Elektroda
(buah)

2. Jenis tanah

Kedalaman (cm)

Tahanan ()

30

200

40

150

50

120

60

115

70

100

30

140

40

90

50

74

60

66

70

56

= Tanah merah (kering)

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Jumlah Elektroda
(buah)

Kedalaman (cm)

Tahanan ()

30

280

40

200

50

125

60

100

70

88

30

240

40

140

50

100

60

68

70

53

3. Jenis tanah
Lokasi

= Pasir
= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Jumlah Elektroda
(buah)

Kedalaman (cm)

Tahanan ()

30

10

40

50

60

70

30

40

50

60

2.5

70

Nilai Top Secara Analisis Teori


1.

Jenis tanah
Lokasi

= Tanjung

= Sawah

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

5 Inc 2.54
8

= 1.5875 cm
a

= 0,794 cm

Satu Elektroda

i
=

=2

3.14

= 997,2

=2

3
=2

=2

5
=2

0,794

150

0,794

120

0,794

115

cm

3.14

= 498,6

200

cm

3.14

= 573,4

cm

3.14

= 598,3

0,794

cm

3.14

= 747,9

0,794

cm

100

rata rata
=

997,2 + 747,9 + 598,3 + 573,4 + 498,6


5

= 683,08

cm

R1

ratarata 4l
ln 1
2l
d

683,08
4 30

1
ln
2 3.14 30 1.5875

= 15,62

R2

683,08
4 40

1
ln
2 3.14 40 1.5875

= 12,50

R3

683,08
4 50

1
ln
2 3.14 50 1.5875

= 10,48

R4

683,08
4 60

1
ln
2 3.14 60 1.5875

= 9,08

R5

683,08
4 70

1
ln
2 3.14 70 1.5875

= 8,01

Dua Elektroda

i
=

=2

3.14

= 698,08

=2

3
=2

=2

5
=2

140

0,794

90

0,794

74

cm

3.14

= 329,09

cm

3.14

= 368,98

0,794

cm

3.14

= 448,76

0,794

66

cm

3.14

0,794

56

= 279,23

rata rata

cm

698,08 + 448,76 + 368,98 + 329,09 + 279,23


5

= 423,028
R

cm

ratarata 4l
ln 1
2l
d

R1

423,028
4 30

1
ln
2 3.14 30 1.5875

= 9,67

R2

423,028
4 40

1
ln
2 3.14 40 1.5875

= 7,74

R3

423,028
4 50

1
ln
2 3.14 50 1.5875

= 6,49

R4

423,028
4 60

1
ln
2 3.14 60 1.5875

= 5,62

R5

423,028
4 70

1
ln
2 3.14 70 1.5875

= 5,16

2.

Jenis tanah

= Tanah merah (kering)

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

5 Inc 2.54
8

= 1.5875 cm
a

= 0,794 cm

Satu Elektroda

i
=

=2

3.14

= 1396,16

=2

3
=2

=2

5
=2

rata rata
=

0,794

200

0,794

125

0,794

100

cm

3.14

= 438,79

280

cm

3.14

= 498,63

cm

3.14

= 623,29

0,794

cm

3.14

= 997,26

0,794

cm

1396,16 + 997,26 + 623,29 + 498,63 + 438,79


5

= 790,8

cm

ratarata 4l
ln 1
2l
d

R1

1790,8
4 30

1
ln
2 3.14 30 1.5875

= 40,90

R2

1790,8
4 40

1
ln
2 3.14 40 1.5875

= 32,7

R3

1790,8
4 50

1
ln
2 3.14 50 1.5875

= 27,48

R4

1790,8
4 60

1
ln
2 3.14 60 1.5875

= 23,81

R5

1790,8
4 70

1
ln
2 3.14 70 1.5875

= 21,02

Dua Elektroda

i
=

=2

3.14

= 1196,7

=2

3
=2

=2

5
=2

0,794

140

0,794

100

0,794

68

cm

3.14

= 264,27

240

cm

3.14

= 339,06

cm

3.14

= 498,63

0,794

cm

3.14

= 698,08

0,794

cm

53

rata rata

1196,7 + 698,08 + 498,63 + 339,06 + 264,27


5

= 599,34

cm

ratarata 4l
ln 1
2l
d

R1

599,34
4 30

1
ln
2 3.14 30 1.5875

= 13,71

R2

599,34
4 40

1
ln
2 3.14 40 1.5875

= 10,97

R3

599,34
4 50

1
ln
2 3.14 50 1.5875

= 9,20

R4

599,34
4 60

1
ln
2 3.14 60 1.5875

= 7,96

R5

599,34
4 70

1
ln
2 3.14 70 1.5875

= 7,03

3.

Jenis tanah

= Pasir

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

5 Inc 2.54
8

= 1.5875 cm
a

= 0,794 cm

Satu Elektroda

i
=

=2

3.14

= 49,86

=2

0,794

10

cm

3.14

10,794

= 39,89

3
=2

3.14

=2

3.14

=2

3.14

= 14,9

0,794

0,794

49,86 + 39,89 + 29,9 + 19,9 + 14,9


5

= 30,89
R

cm

rata rata

0,794

cm

= 19,9

cm

= 29,9

cm

cm

ratarata 4l
ln 1
2l
d

R1

30,89
4 30

1
ln
2 3.14 30 1.5875

= 0,70

R2

30,89
4 40

1
ln
2 3.14 40 1.5875

= 0,56

R3

30,89
4 50

1
ln
2 3.14 50 1.5875

= 0,47

R4

30,89
4 60

1
ln
2 3.14 60 1.5875

= 0,41

R5

30,89
4 70

1
ln
2 3.14 70 1.5875

= 0,36
Dua Elektroda

i
=

=2

3.14

= 24,93

=2

3
=2

=2

5
=2

10

10

10

2,5

cm

3.14

= 9,97

cm

3.14

= 12,46

cm

3.14

= 14,95

0,794

cm

3.14

= 19,94

10

cm

rata rata
=

24,93 19,94 14,95 12,46 9,97


5

= 16,45
R

cm

ratarata 4l
ln 1
2l
d

R1

16,45
4 30

1
ln
2 3.14 30 1.5875

= 0,37

R2

16,45
4 40

1
ln
2 3.14 40 1.5875

= 0,30

R3

16,45
4 50

1
ln
2 3.14 50 1.5875

= 0,25

R4

16,45
4 60

1
ln
2 3.14 60 1.5875

= 0,21

R5

16,45
4 70

1
ln
2 3.14 70 1.5875

= 0,19

Tabel Perbandingan
1.

Jenis tanah

= Sawah

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Jumlah Elektroda
(buah)

II (jarak 1.5 m)

Kedalaman (cm)

Tahanan ()
Praktek

Analisis

30

200

15,62

40

150

12,50

50

120

10,48

60

115

9,08

70

100

8,01

30

140

9,67

40

90

7,74

50

74

6,49

60

66

5,62

70

56

5,16

2.

Jenis tanah

= Tanah Merah (kering)

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Jumlah Elektroda
(buah)

II (jarak 1.5 m)

3.

Jenis tanah

Kedalaman (cm)

Tahanan ()
Praktek

Analisis

30

280

40,90

40

200

32,7

50

125

27,48

60

100

23,81

70

88

21,02

30

240

13,71

40

140

10,97

50

100

9,20

60

68

7,96

70

53

7,03

= Pasir

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Jumlah Elektroda
(buah)

Kedalaman (cm)

II (jarak 1.5 m)

Tahanan ()
Praktek

Analisis

30

10

0,70

40

0,56

50

0,47

60

0,41

70

0,36

30

0,37

40

0,30

50

0,25

60

2.5

0,21

70

0,19

Grafik Perbandingan Data Teori dengan Data Praktek


1. Jenis tanah
= Sawah
Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Satu Elektroda

250
200
200
150
150
Tahanan ()

120

115
Praktek

100
100
50
15.62
0

12.5

10.48

9.08

8.01

40

50

60

70

30

Analisis

Kedalaman Elektroda (cm)

Dua Elektroda
160
140
140
120
90

100
Tahanan ()

74

80

66

56

60

Analisis

40
209.67
0

7.74

6.49

5.62

5.16

40

50

60

70

30

Kedalaman Elektroda (cm)

2. Jenis tanah

= Tanah Merah (kering)

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Satu Elektroda

Praktek

12
10
8
Tahanan ()

6
4
2
1
0
Kedalaman Elektroda (cm)

Dua Elektroda
300
240
250
200
140

Tahanan () 150
100

Analisis

68

50
13.71 10.97
0

Praktek

100

30

40

53

9.2

7.96

7.03

50

60

70

Kedalaman Elektroda (cm)

3. Jenis tanah

= Pasir

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

Satu Elektroda

12
10
10
8
8
6
Tahanan ()

6
Praktek

4
4

2
0.7
0

30

0.56

0.47

0.41

0.36

40

50

60

70

Analisis

Kedalaman Elektroda (cm)

Dua Elektroda
6
5
5
4
4
3
Tahanan () 3

2.5
2

Analisis

1
0.37
0

30

0.3

0.25

0.21

0.19

40

50

60

70

Kedalaman Elektroda (cm)

Tabel Analisa
1. Jenis tanah

Praktek

= Hitam Basah

Lokasi

= Belakang Perpus UMI

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

2. Jenis tanah

= Tanah Merah Timbunan

Lokasi

= Lapangan UMI

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

3. Jenis tanah

= Pasir Basah

Lokasi

= Tanjung

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

4. Jenis tanah

= Rawah

Lokasi

= Hertasning Baru

Jenis Elektroda

= Batang tembaga 5/8

I. 5.

Kesimpulan

Nilai tahanan pentanahan akan semakin kecil bila semakin dalam


elektroda ditanamkan.

Harga tahanan jenis tanah yang diperoleh dari data praktek berbeda
dengan analisis yang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti tidak
sempurnanya lagi bentuk elektroda batang karena sering digunakan
yang menyebabkan berubahnya luas penampang elektroda yang
berpengaruh pada perhitungan.

Harga tahanan jenis bervariasi sesuai dengan keadaan pada saat


pengukuran. makin tinggi suhu makin tinggi tahanan jenisnya.
Sebaliknya makin lembab tanah itu makin rendah tahanan jenisnya.

Setiap jenis tanah mempunyai tahanan yang berbeda-beda.

Tahanan pasir basah lebih rendah dibandingkan dengan tanah hitam


basah, tanah merah timbunan dan rawah.

DAFTAR PUSTAKA
Tim asisten, 2013. Buku penuntun praktikum Laboratorium Transmisi dan
Tegangan Tinggi, Universitas Muslim Indonesia.
http://ak4037.wordpress.com/2008/10/04/tahanan-pentanahan/
http://blogunimed.blogspot.com/2011/09/laporan-elektroda-pembumian.html
http://gustafparlindungan.blogspot.com/2009/12/besarnya-tahanan-tanah-sangatpenting.html
http://indraelektrounila.files.wordpress.com/2010/10/pendahuluan1.doc
http://jofania.wordpress.com/tag/grounding/
http://nirwanidea.wordpress.com/2008/05/18/pengukuran-tahanan-jenis-tanah/
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener15b.html

Anda mungkin juga menyukai