Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum PLTD

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel adalah pembangkit listrik yang

menggunakan mesin diesel sebagai penggerak pemula (Prime Mover). Prime

mover merupakan alat yang mempunyai fungsi menghasilkan energi mekanis

yang diperlukan untuk memutar rotor generator. PLTD merupakan suatu

instalasi pembangkit listrik yang terdiri dari suatu unit pembangkit (SPD) dan

sarana pembangkitan. Mesin Diesel adalah penggerak utama untuk

mendapatkan energi listrik yang kemudian dikeluarkan oleh Generator . Pada

mesin Diesel Energi Bahan bakar diubah menjadi energi mekanik dengan

proses pembakaran di dalam mesin itu sendiri. Mesin Diesel pada saat ini

sudah banyak mengalami perkembangan dalam pemakaian untuk angkutan

darat dan laut, kemudian pembangkitan dalam daya kecil dan menengah

bahkan sampai daya besar sudah ada yang menggunakannya.

4
Gambar 2.1 : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

Unit PLTD adalah kesatuan peralatan-peralatan utama dan alat-alat

bantu serta perlengkapannya yang tersusun dalam hubungan kerja,

membentuk sistem untuk mengubah energi yang terkandung didalam bahan

bakar minyak menjadi tenaga mekanis dengan menggunakan mesin diesel

sebagai penggerak utamanya dan seterusnya tenaga mekanis tersebut diubah

oleh generator menjadi tenaga listrik. PLTD mempunyai ukuran mulai dari

40 kW sampai puluhan MW. Jika perkembangan pemakaian tenaga listrik

telah melebihi 100 MW, penyediaan listrik yang menggunakan PLTD tidak

lagi ekonomis sehingga harus di bangun pusat listrik lain. Untuk melayani

beban PLTD dengan kapasitas di atas 100 MW akan tidak ekonomis karena

unitnya menjadi banyak, mengingat unit PLTD yang terbesar di pasaran

sekitar 12,5 MW.

Unit-unit pembangkit diesel di pasaran umumnya mempunyai putaran

(untuk frekuensi 50 Hertz) dari 300 putaran per menit sampai dengan 1.500

putaran per menit (ppm). Mesin-mesin yang mempunyai nilai ppm rendah,

sampai dengan 500 ppm, dapat menggunakan bahan bakar minyak (BBM)

5
kualitas No. 2 yaitu Intermediate Diesel Oil (IDO) dan kualitas No. 3 yaitu

Marine Fuel Oil (MFO). Jika memakai MFO harus dipanaskan terlebih

dahulu agar tercapai viskositas yang cukup rendah. Apabila menggunakan

IDO, maka tidak perlu pemanansan terlebih dahulu. Mesin diesel dengan ppm

di atas 500 ppm harus menggunakan BBM kualitas No. 1 yaitu High Speed

Oil (HSO).

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) biasanya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan listrik dalam jumlah beban kecil, terutama di daerah-

daerah yang terpencil atau untuk listrik pedesaan dan bisa juga digunakan

untuk memasok kebutuhan listrik di suatu pabrik atau industri. PLTD cocok

untuk lokasi dimana pengeluaran bahan bakar rendah, persediaan air terbatas,

minyak sangat murah dibandingkan dengan batubara dan semua beban

besarnya adalah seperti yang dapat ditagani oleh mesin pembangkit dalam

kapasitas kecil, serta dapat berfungsi dalam waktu yang singkat.Kegunaan

utama PLTD adalah penyedia daya listrik yang dapat berfungsi untuk :
- Pusat pembangkitan
- Cadangan (Stand by plant)
- Beban puncak
- Cadangan untuk keadaan darurat (emergency)
Faktor-faktor yang merupakan pertimbangan piihan sesuai untuk PLTD

antara lain :
- Jarak dari beban dekat
- Persediaan areal tanah dan air
- Pondasi
- Pengangkutan bahan bakar
- Kebisingan dan kesulitan lingkungan
II.2 Mesin Diesel

PembangkitListriktenaga Diesel atau PLTD adalah suatu stasiun

pembangkit tenaga, di mana sebagai penggerak mulanya adalah sebuah mesin

6
diesel yang mendapat energy dari bahan bakar cair yang dikenal sebagai

minyak solar, dan merubah energy tersebut menjadi energy mekanik dan

dikopel dengan sebuah generator untuk mengubah energy mekanik dari mesin

diesel menjadi energy listrik.

Kebanyakan mesin diesel siklus operasinya empat langkah, karena

lebih efisien dibandingkan dengan mesin dua langkah. Diesel mendapatkan

daya dari hasil pembakaran bahan bakar di dalam silinder mesin atau dengan

kata lain proses kerja ini disebut siklus Otto yang ditemukan oleh insinyurj

erman bernama Otto pada tahun 1876. Pembakaran bahan bakar tersebut

menghasilkan kenaikan temperature dan tekanan di dalam silinder mesin,dan

tahanan yang dibangkitkan mendorong piston yang terdapat pada silinder

mesin. Daya mekanik yang dibangkitkan, diteruskan ke batang

engkol(connecting rod), yang dipasang pada poros engkol (crank shaft) untuk

meneruskan daya dari piston keporosyang digerakkan.

Gambar 2.2 : Prinsip kerja mesin 4 langkah

7
Mesin diesel 4 langkah merupakan mesin yang setiap 4 langkah

terjadi satu kali langkah bertenaga dengan dorongan gas hasil

pembakaran/ledakan. Atau dengan kata lain prinsip kerja mesin diesel 4

langkah adalah proses kerja mesin untuk menghasilkan 1 kali pembakaran

(usaha/kerja) torak bergerak 4 kali. Dimulai dari langkah isap,

langkahkompresi, langkah expansi (usaha) dan terakhir langkah buang. Siklus

ini terjadi berkesinambungan dengan tidak mengubah urutan langkahnya.

- Langkah isap
Langkah isap adalah pengisian silinder dengan udara segar melalui

katup isap dimana pada saat piston bergerak dari titik mati atas (TMA)

menuju titik mati bawah yang ditarik oleh batang penggerak (Connecting

rod) dimana katup isap mulai terbuka pada awal langkah isap sampai

piston mencapai titik mati bawah(TMB).


- Langkah kompresi
Pada langkah ini kedua katup (isap dan buang) tertutup, dan piston

bergerak ketitik mati atas sehingga udara termampatkan didalam silinder.

Akibatnya, volume udara dalam silinder mengecil, disertai peningkatan

temperatur dan tekanan (mencapai maksimum).


- Langkah ekspansi atau langkah kerja
Langkah ekspansi terjadi pada saat kedua katup masih tertutup dan

piston bergerak dari titik tertentu setelah titik mati atas ke titik mati bawah

oleh desakan gas hasil pembakaran setelah proses pembakaran dilakukan

melalui batang engkol akan meneruskan daya ke poros engkol sehingga

poros engkol berputar. Pada keadaan ini pula volume gas hasil

pembakaran bertambah besar sehingga tekanan dan temperatur gas

menurun.

8
- Proses pengeluaran kalor
Proses ini terjadi apabila katup buang mulai terbuka, sampai

keadaan piston mendorong gas hasil pembakaran keluar dari system.

Perhitungan persamaan ini dibatasi pada keadaan akhir yaitu hingga

tekanan dalam ruang pembakaran kurang lebih sama dengan tekanan

atmosfer (pada volume spesifik konstan).


Pada Mesin Diesel ada tiga sistem starting yaitu :
1) Sistem start manual
Sistem start ini dipakai untuk mesin diesel dengan daya yang

relative kecil yaitu < 30 PK. Cara untuk menghidupkan mesin diesel pada

site mini adalah dengan menggunakan penggerak engkol start pada poros

engkol atau poros hubung yang akan digerakkan oleh tenaga manusia. Jadi

sistem start ini sangat bergantung pada faktor manusia sebagai

operatornya.
2) Sistem strat elektrik
Sistem ini dipakai oleh mesin diesel yang memiliki daya sedang

yaitu < 500 PK. Sistem ini menggunakan motor DC dengan suplai listrik

dari baterai accu 12 atau 24 volt untuk menstart diesel. Saat start, motor

DC mendapat suplai listrik baterai atau accu dan menghasilkan torsi yang

dipakai untuk menggerakkan diesel sampai mencapai putaran tertentu.

Baterai atau accu yang dipakai harus dapat dipakai untuk menstart

sebanyak 6 kali tanpa diisi kembali, karena arus start yang dibutuhkan

motor DC cukup besar maka dipakai dynamo yang berfungsi sebagai

generator DC. Pengisian ulang baterai atau accu digunakan alat bantu

berupa battery charger dan pengaman tegangan. Pada saat diesel tidak

bekerja maka battery charger mendapat suplai listrik dari PLN, sedangkan

9
pada saat diesel bekerja maka suplai dari batterai charger didapat dari

generator. Fungsi dari pengaman tegangan adalah untuk memonitor

tegangan baterai atau accu. Sehingga apabila tegangan dari baterai atau

accu sudah mencapai 12/24 volt, yang merupakan tegangan standarnya,

maka hubungan antara battery charger dengan baterai atau accu akan

diputus oleh pengamanan tegangan.


3) Sistem start kompresi
Sistem start ini dipakai oleh diesel yang memiliki daya besar yaitu

> 500PK. Sistem ini memakai motor dengan udara bertekanan tinggi untuk

start dari mesin diesel. Cara kerjanya yaitu dengan menyimpan udara ke

dalam suatu botol udara. Kemudian udara tesebut dikompresi sehingga

menjadi udara panas dan bahan bakar solar dimasukkan ke dalam Fuel

Injection Pump serta disemprotkan lewat nozzle dengan tekanan tinggi.

Akiatnya akan terjadi pengkabutan dan pembakaran di ruang bakar.pada

saat tekanan di dalam tebung turun sampai batas minimum yang

ditentukan, maka kompresor akan secara otomatis menaikkan

tekananudara di dalam tabung hingga tekanan dalam tabung mencukupi

dan siap dipakai untuk melakukan starting mesin diesel.

II.3 Karakteristik Bahan Bakar Diesel

Dapat menyala dan terbakar sesuai dengan kondisi ruang bakar adalah

syarat umum yang harus dipenuhi oleh suatu bahan bakar. Minyak solar

sebagai bahan bakar memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh banyak

sifat-sifat seperti Cetane Number (CN), penguapan (volality), residukarbon,

10
viskositas, belerang, abu dan endapan, titik nyala, titik tuang, sifat korosi,

mutu nyala.

a. Cetane Number (CN)

Mutu penyalaan yang diukur dengan indeks yang disebut Cetana.

Mesin diesel memerlukan bilangan cetana sekitar 50. Bilangan cetana

bahan bakar adalah persen volume dari cetana dalam campuran cetana

dan alpha-mety lnaphthalene. Cetana mempunyai mutu penyalaaan yang

sangat baik dan alpha-metyl naphthalene mempunyai mutu penyalaaan

yang buruk. Bilangan cetana 48 berarti bahan bakar cetana dengan

campuran yang terdiri atas 48% cetana dan 52% alpha- metyl

naphthalene. Angka CN yang tinggi menunjukkan bahwa minyak soloar

dapat menyala pada temperatur yang relative rendah dan sebaliknya

angka CN yang rendah menunjukkan minyak solar baru dapat menyala

pada temperatur yang relative tinggi.

b. Penguapan (Volality)

Penguapan dari bahan bakar diesel diukur dengan 90% suhu

penyulingan. Ini adalah suhu dengan 90 % dari contoh minyak yang telah

disuling, semakin rendah suhu ini maka semakin tinggi penguapannya.

c. Residukarbon

11
Residukarbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan dan

pembakaran habis Bahan yang diuapkan dari minyak, diperbolehkan

residukarbon maksimum 0,10 %.

d. Viskositas

Viskositas minyak dinyatakan oleh jumlah detik yang digunakan

oleh volume tertentu dari minyak untuk mengalir melalui lubang dengan

diameter kecil tertentu, semakin rendah jumlah detiknya berarti semakin

rendah viskositasnya.

e. Belerangatau Sulfur

Belerang dalam bahan bakar terbakar bersama minyak dan

menghasilkan gas yang sangat korosif yang diembunkan oleh dinding-

dinding silinder, terutama ketika mesin beroperasi dengan beban ringan

dan suhu silinder menurun; kandungan belerang dalam bahan bakar tidak

boleh melebihi 0,5 %-1,5 %.

f. Kandungan abu dan endapan

Kandungan abu dan endapan dalam bahan bakar adalah sumber

dari bahan mengeras yang mengakibatkan keausan mesin. Kandungan

abu maksimal yang diijinkan adalah 0,01% dan endapan 0,05%.

g. Titik nyala

Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai

dalam pemanasan minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat ketika

disinggungkan dengan suatu nyala api. Titik nyala minimum untuk bahan

bakar diesel adalah 60 oC.

12
h. Titik Tuang

Titik tuang adalah suhu minyak mulai membeku/berhenti mengalir.

Titik tuang minimum untuk bahan bakar diesel adalah -15 oC.

i. Sifat korosif

Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang bersifat

korosif dan tidak boleh mengandung asam basa.

j. Mutu penyalaan

Nama ini menyatakan kemampuan bahan bakar untuk menyala

ketika diinjeksikan kedalam pengisian udara tekan dalam silinder mesin

diesel. Suatu bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan siap

menyala, dengan sedikit keterlambatan penyalaan bahan bakar dengan

mutu penyalaan yang buruk akan menyala dengan sangat terlambat.

Mutu penyalaan adalah salah satu sifat yang paling penting dari bahan

bakar diesel untuk dipergunakan dalam mesin kecepatan tinggi. Mutu

penyalaan bahan bakar tidak hanya menentukan mudahnya penyalaan

dan penstarteran ketika mesin dalam keadaan dingin tetapi juga jenis

pembakaran yang diperoleh dari bahan bakar. Bahan bakar dengan mutu

penyalaan yang baik akan memberikan mutu operasi mesin yang lebih

halus, tidak bising, terutama akan menonjol pada beban ringan.

II.4 Karakteristik Konsumsi Bahan Bakar Terhadap Daya

Kurva karakteristik pembangkit adalah kurva hubungan antara daya

yang dibangkitkan dengan konsumsi bahan bakar untuk membangkitkan

13
daya tersebut. Pada Kurva karakteristik tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut ini

Gambar 2.3 : Kurva Karakteristik Konsumsi Bahan Bakar (Ci)

Terhadap Daya Aktif (Pi)

Hubungan antara konsumsi bahan bakar terhadap daya yang

dibangkitkan pembangkit dirumuskan oleh persamaan berikut :

C i = i + i P g i + i P g i 2 ..................................... (2.1)

Dimana :

Ci = konsumsi bahan bakar unit ke-i (m3/h atau liter/jam)

Pgi = daya yang dibangkitkan generator unit ke-i (kW)

i ,i, i = konstanta hubungan bahan bakar dan daya yang

dihasilkan unit ke i.

Konstanta i , i , i didapatkan dengan menentukan 3 (tiga) titik

potong pada gambar 2.3 antara konsumsi bahan bakar (yi) dan daya yang

dibangkitkan atau beban (xi) yang dipikul unit pembangkit terlebih dahulu.

Tiga titik potong tersebut adalah titik x1y1 (pada beban rendah), x2y2 (pada

14
beban menengah) dan x3y3 (pada beban tinggi) yang ketiga titik tersebut

diambil pada sembarang titik. Persamaan (2.1) menjadi sebagai berikut:

y1 = 1 + 1 x 1 + 1 x 1 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 2 . 2 )

y2 = 2 + 2 x 2 + 2 x 2 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 2 . 3 )

y3 = 3 + 3 x 3 + 3 x 3 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 2 . 4 )

II.5 Generator Sinkron

15
Generator sinkron merupakan komponen penting untuk pembangkitan

daya tiga fasa dalam suatu pembangkit listrik. Generator sinkron mengubah

energi mekanik dari turbin menjadi energi listrik. Konversi energi mekanik

menjadi energi lisrtrik secara besar-besaran praktis hanya dilakukan dengan

generator sinkron. Hal ini dikarenakan generator sinkron sebagai mesin

pembangkit dapat dibuat untuk pembangkit tenaga listrik berkapasitas besar

dan dapat diparalelkan dengan generator lain maupun infinite bus dalam suatu

sistem interkoneksi. Sebuah generator sinrkon standar utamanya terdiri dari

sebuah rotor yang dimagnetisasi oleh arus medan DC dan sebuah stator

dengan belitan tiga fasa AC. Istilah mesin sinkron didasarkan pada kenyataan

bahwa rotor berputar secara sinkron dengan medan putaran magnetik stator.

Generator sinkron merupakan generator yang paling umum digunakan dalam

pembangkitan energi listrik boloak-balik. Pada umumnya generator AC ini

dibuat sedemikan rupa, sehingga lilitan tempat terjadinya GGL induksi

tidak bergerak, sedangkan kutub-kutub akan menimbulkan medan magnet

berputar.

Gambar 2.4 : Konstruksi generator sinkron

16
Komponen terpenting dari generator sinkron terdiri dua bagian utama

yaitu stator dan rotor.


1. Stator
b. Rangka Stator

Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga

jangkargenerator, yang terbuat dari besi tuang dan dilengkapi dengan

slot-slot (parit)sebagai tempat melekatnya kumparan jangkar.

Rangkastator memilki celah yangberfungsi sebagai ventilasi udara,

sehingga udara dapat keluar masuk dalam intistator sebagai pendingin.

c. Inti Stator
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi

magnetickhusus yang terpasang ke rangka stator. Laminasi-laminasi

diisolasi satu samalain dan mempunyai jarak antara laminasi yang

memungkinkan udara pendinginlewat. Di sekeliling inti terdapat slot-

slot tempat melekatkan konduktor / belitanjangkar.


d. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar)
Kumparan jangkar merupakan kumparan tempat timbulnya ggl

induksi, sehingga melalui terminal output kumparan jangkar, yang

merupakan terminal output generator, diperoleh energi listrik yang siap

untuk disalurkan.
2. Rotor
a. Slip Ring

Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor

tetapi dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor

dipasangkan ke slipring. Slip ring ini kemudian dihubungkan kesumber

DC daya luar melalui sikat (brush) yang ditempatkan menempel pada

slip ring. Sikat ini merupakan batang grafit yang terbuat dari senyawa

17
karbon yang bersifat konduktif dan memiliki koefisien gaya gesekan

yang sangat rendah.

b. Kumparan Rotor (medan)

Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan

utama dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan medan ini

ditempatkan di bagian rotor dari generator. Kumparan ini mendapatkan

arus searah dari sumber eksitasi tertentu.

c. Poros Rotor

Poros rotor merupakan tempat peletakan kumparan medan, di

mana pada poros rotor tersebut telah terbentuk slot-slot secara parallel

terhadap poros rotor sehingga penempatan kumparan medan dapat

diatur sesuai dengan rancangan yang dikehendaki

Suatu mesin listrik (generator atau motor) akan berfungsi bila memiliki :

1. Kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet

2. Kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada konduktor-konduktor

yang terletak pada alur-alur jangkar

3. Celah udara yang memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan

magnet

Untuk menghasilkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan maka

fluks magnetic yang memotong kumparan harus berubah. Dengan kata lain

ggl induksi yang timbul pada ujung-ujung penghantar atau kumparan adalah

18
sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop

penghantar tersebut. Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara

umum adalah sebagai berikut :

1. Kumparan medan yang diletakkan di rotor dihubungkan dengan sumber

eksitasi yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan.

Dengan adanya arus yang mengalir melalui kumparan medan akan

menimbulkan fluks magnetik yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.

2. Penggerak mula (prime mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera

dioperasikan sehingga rotor akan berputar dengan kecepatan tertentu

sesuai dengan diharapkan.

3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang

dihasilkan oleh kumparan medan. Dengan demikian, kumparan jangkar

yang terletak di stator akan dilingkupi oleh fluks magnetik yang berubah

ubah besarnya setiap waktu. Adanya perubahan fluks magnetic terhadap

yang melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada

ujung-ujung kumparan tersebut.

Untuk generator sinkron tiga fasa,digunakan tiga kumparan jangkar

yang ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga

susunan kumparan jangkar yang sedemikian akan membangkitkan

tegangan induksi pada ketiga kumparan jangkar yang besarnya sama tapi

berbeda fasa 120 satu sama lain. Setelah itu ketiga terminal kumparan siap

dioperasikan untuk menghasilkan energi listrik.

Pemilihan putaran

19
Putaran adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk

mempengaruhi besar tegangan (voltage) dan frekuensi yang timbul pada

arus bolak-balik (alternating current). Frekuensi elektris yang dihasilkan

generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan putar generator. Rotor

generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus

DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor. Hubungan

antara kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan frekuensi elektrik

pada stator adalah:

n. p
f =
120..............................................................................(2.5)
dimana:

f = frekuensi listrik (Hz)

n = kecepatan putar rotor = kecepatan medan

magnet (rpm) p = jumlah kutub magnet

Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan

medan magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara

kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya

listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka

generator harus berputar pada kecepatan tetapdengan jumlah kutub

mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan 60

Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600

rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor

harus berputar pada 1500 rpm.

20
21

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen25 halaman
    Bab Ii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Iii 4
    Iii 4
    Dokumen1 halaman
    Iii 4
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen6 halaman
    Bab III
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen14 halaman
    Bab II
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Motor Beban Nol
    Motor Beban Nol
    Dokumen12 halaman
    Motor Beban Nol
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Motor Asinkron
    Motor Asinkron
    Dokumen17 halaman
    Motor Asinkron
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Mikroprosessor & Arsitekturnya
    Mikroprosessor & Arsitekturnya
    Dokumen22 halaman
    Mikroprosessor & Arsitekturnya
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Motor Asinkron
    Motor Asinkron
    Dokumen17 halaman
    Motor Asinkron
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    Dokumen5 halaman
    Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Dokumen16 halaman
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kebutuhan
    Bab 5 Kebutuhan
    Dokumen6 halaman
    Bab 5 Kebutuhan
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 6 Modal
    Bab 6 Modal
    Dokumen5 halaman
    Bab 6 Modal
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Dokumen16 halaman
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 7 Pinjaman
    Bab 7 Pinjaman
    Dokumen6 halaman
    Bab 7 Pinjaman
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 7 Pinjaman
    Bab 7 Pinjaman
    Dokumen6 halaman
    Bab 7 Pinjaman
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kebutuhan
    Bab 5 Kebutuhan
    Dokumen6 halaman
    Bab 5 Kebutuhan
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 6 Modal
    Bab 6 Modal
    Dokumen5 halaman
    Bab 6 Modal
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 12 Analisis Pesaing
    Bab 12 Analisis Pesaing
    Dokumen10 halaman
    Bab 12 Analisis Pesaing
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Gardu Induk
    Gardu Induk
    Dokumen124 halaman
    Gardu Induk
    Dwiki
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    Dokumen9 halaman
    Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Gardu Induk
    Gardu Induk
    Dokumen124 halaman
    Gardu Induk
    Dwiki
    Belum ada peringkat