Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum PLTD


Pembangkit Listrik Tenaga Diesel adalah pembangkit listrik yang
menggunakan mesin diesel sebagai penggerak pemula (Prime Mover). Prime
mover merupakan alat yang mempunyai fungsi menghasilkan energi mekanis
yang diperlukan untuk memutar rotor generator. PLTD merupakan suatu
instalasi pembangkit listrik yang terdiri dari suatu unit pembangkit (SPD) dan
sarana pembangkitan. Mesin diesel adalah penggerak utama untuk
mendapatkan energi listrik yang kemudian dikeluarkan oleh Generator . Pada
mesin diesel energi bahan bakar diubah menjadi energi mekanik dengan
proses pembakaran di dalam mesin itu sendiri. Mesin diesel pada saat ini
sudah banyak mengalami perkembangan dalam pemakaian untuk angkutan
darat dan laut, kemudian pembangkitan dalam daya kecil dan menengah
bahkan sampai daya besar sudah ada yang menggunakannya.

Sumber: https://www.google.com/PLTD
Gambar 2.1 : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Unit PLTD adalah kesatuan peralatan-peralatan utama dan alat-alat
bantu serta perlengkapannya yang tersusun dalam hubungan kerja,

3
membentuk sistem untuk mengubah energi yang terkandung didalam bahan
bakar minyak menjadi tenaga mekanis dengan menggunakan mesin diesel
sebagai penggerak utamanya dan seterusnya tenaga mekanis tersebut diubah
oleh generator menjadi tenaga listrik. PLTD mempunyai ukuran mulai dari
40 kW sampai puluhan MW. Jika perkembangan pemakaian tenaga listrik
telah melebihi 100 MW, penyediaan listrik yang menggunakan PLTD tidak
lagi ekonomis sehingga harus di bangun pusat listrik lain. Untuk melayani
beban PLTD dengan kapasitas di atas 100 MW akan tidak ekonomis karena
unitnya menjadi banyak, mengingat unit PLTD yang terbesar di pasaran
sekitar 12,5 MW.
Unit-unit pembangkit diesel di pasaran umumnya mempunyai putaran
(untuk frekuensi 50 Hertz) dari 300 putaran per menit sampai dengan 1.500
putaran per menit (ppm). Mesin-mesin yang mempunyai nilai ppm rendah,
sampai dengan 500 ppm, dapat menggunakan bahan bakar minyak (BBM)
kualitas No. 2 yaitu Intermediate Diesel Oil (IDO) dan kualitas No. 3 yaitu
Marine Fuel Oil (MFO). Jika memakai MFO harus dipanaskan terlebih
dahulu agar tercapai viskositas yang cukup rendah. Apabila menggunakan
IDO, maka tidak perlu pemanansan terlebih dahulu. Mesin diesel dengan ppm
di atas 500 ppm harus menggunakan BBM kualitas No. 1 yaitu High Speed
Oil (HSO).
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) biasanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan listrik dalam jumlah beban kecil, terutama di daerah-
daerah yang terpencil atau untuk listrik pedesaan dan bisa juga digunakan
untuk memasok kebutuhan listrik di suatu pabrik atau industri. PLTD cocok
untuk lokasi dimana pengeluaran bahan bakar rendah, persediaan air terbatas,
minyak sangat murah dibandingkan dengan batubara dan semua beban
besarnya adalah seperti yang dapat ditagani oleh mesin pembangkit dalam
kapasitas kecil, serta dapat berfungsi dalam waktu yang singkat.Kegunaan
utama PLTD adalah penyedia daya listrik yang dapat berfungsi untuk :
- Pusat pembangkitan
- Cadangan (Stand by plant)
- Beban puncak
4
- Cadangan untuk keadaan darurat (emergency)
Faktor-faktor yang merupakan pertimbangan pilihan sesuai untuk PLTD
antara lain :
- Jarak dari beban dekat
- Persediaan areal tanah dan air
- Pondasi
- Pengangkutan bahan bakar
- Kebisingan dan kesulitan lingkungan
2.2 Mesin Diesel
Pembangkit listrik tenaga diesel atau PLTD adalah suatu stasiun
pembangkit tenaga, di mana sebagai penggerak mulanya adalah sebuah mesin
diesel yang mendapat energi dari bahan bakar cair yang dikenal sebagai
minyak solar, dan merubah energi tersebut menjadi energi mekanik dan
dikopel dengan sebuah generator untuk mengubah energi mekanik dari mesin
diesel menjadi energi listrik.
Kebanyakan mesin diesel siklus operasinya empat langkah, karena
lebih efisien dibandingkan dengan mesin dua langkah. Diesel mendapatkan
daya dari hasil pembakaran bahan bakar di dalam silinder mesin atau dengan
kata lain proses kerja ini disebut siklus Otto yang ditemukan oleh insinyurj
erman bernama Otto pada tahun 1876. Pembakaran bahan bakar tersebut
menghasilkan kenaikan temperature dan tekanan di dalam silinder mesin,dan
tahanan yang dibangkitkan mendorong piston yang terdapat pada silinder
mesin. Daya mekanik yang dibangkitkan, diteruskan ke batang engkol
(connecting rod), yang dipasang pada poros engkol (crank shaft) untuk
meneruskan daya dari piston keporosyang digerakkan.

5
Sumber: https://makalahtentang.wordpress.com/2011 /10/10/ prinsip-kerja-motor-bakar-torak-2-
dan-4-langkah/
Gambar 2.2 : Prinsip kerja mesin 4 langkah
Mesin diesel 4 langkah merupakan mesin yang setiap 4 langkah
terjadi satu kali langkah bertenaga dengan dorongan gas hasil
pembakaran/ledakan. Atau dengan kata lain prinsip kerja mesin diesel 4
langkah adalah proses kerja mesin untuk menghasilkan 1 kali pembakaran
(usaha/kerja) torak bergerak 4 kali. Dimulai dari langkah isap, langkah
kompresi, langkah expansi (usaha) dan terakhir langkah buang. Siklus ini
terjadi berkesinambungan dengan tidak mengubah urutan langkahnya.
- Langkah isap
Langkah isap adalah pengisian silinder dengan udara segar melalui
katup isap dimana pada saat piston bergerak dari titik mati atas (TMA)
menuju titik mati bawah yang ditarik oleh batang penggerak (Connecting
rod) dimana katup isap mulai terbuka pada awal langkah isap sampai
piston mencapai titik mati bawah (TMB).
- Langkah kompresi
Pada langkah ini kedua katup (isap dan buang) tertutup, dan piston
bergerak ketitik mati atas sehingga udara termampatkan didalam silinder.
Akibatnya, volume udara dalam silinder mengecil, disertai peningkatan
temperatur dan tekanan (mencapai maksimum).

6
- Langkah ekspansi atau langkah kerja
Langkah ekspansi terjadi pada saat kedua katup masih tertutup dan
piston bergerak dari titik tertentu setelah titik mati atas ke titik mati bawah
oleh desakan gas hasil pembakaran setelah proses pembakaran dilakukan
melalui batang engkol akan meneruskan daya ke poros engkol sehingga
poros engkol berputar. Pada keadaan ini pula volume gas hasil
pembakaran bertambah besar sehingga tekanan dan temperatur gas
menurun.
- Proses pengeluaran kalor
Proses ini terjadi apabila katup buang mulai terbuka, sampai
keadaan piston mendorong gas hasil pembakaran keluar dari system.
Perhitungan persamaan ini dibatasi pada keadaan akhir yaitu hingga
tekanan dalam ruang pembakaran kurang lebih sama dengan tekanan
atmosfer (pada volume spesifik konstan).
Pada Mesin Diesel ada tiga sistem starting yaitu :
1) Sistem start manual
Sistem start ini dipakai untuk mesin diesel dengan daya yang
relative kecil yaitu < 30 PK (Paarden Kacrht). Cara untuk menghidupkan
mesin diesel pada site mini adalah dengan menggunakan penggerak engkol
start pada poros engkol atau poros hubung yang akan digerakkan oleh
tenaga manusia. Jadi sistem start ini sangat bergantung pada faktor
manusia sebagai operatornya.
2) Sistem strat elektrik
Sistem ini dipakai oleh mesin diesel yang memiliki daya sedang
yaitu < 500 PK (Paarden Kacrht). Sistem ini menggunakan motor DC
dengan suplai listrik dari baterai accu 12 atau 24 volt untuk menstart
diesel. Saat start, motor DC mendapat suplai listrik baterai atau accu dan
menghasilkan torsi yang dipakai untuk menggerakkan diesel sampai
mencapai putaran tertentu. Baterai atau accu yang dipakai harus dapat
dipakai untuk menstart sebanyak 6 kali tanpa diisi kembali, karena arus
start yang dibutuhkan motor DC cukup besar maka dipakai dinamo yang
berfungsi sebagai generator DC. Pengisian ulang baterai atau accu
7
digunakan alat bantu berupa battery charger dan pengaman tegangan. Pada
saat diesel tidak bekerja maka battery charger mendapat suplai listrik dari
PLN, sedangkan pada saat diesel bekerja maka suplai dari batterai charger
didapat dari generator. Fungsi dari pengaman tegangan adalah untuk
memonitor tegangan baterai atau accu. Sehingga apabila tegangan dari
baterai atau accu sudah mencapai 12/24 volt, yang merupakan tegangan
standarnya, maka hubungan antara battery charger dengan baterai atau
accu akan diputus oleh pengamanan tegangan.
3) Sistem start kompresi
Sistem start ini dipakai oleh diesel yang memiliki daya besar yaitu
> 500 PK (Paarden Kacrht). Sistem ini memakai motor dengan udara
bertekanan tinggi untuk start dari mesin diesel. Cara kerjanya yaitu dengan
menyimpan udara ke dalam suatu botol udara. Kemudian udara tesebut
dikompresi sehingga menjadi udara panas dan bahan bakar solar
dimasukkan ke dalam Fuel Injection Pump serta disemprotkan lewat
nozzle dengan tekanan tinggi. Akiatnya akan terjadi pengkabutan dan
pembakaran di ruang bakar.pada saat tekanan di dalam tebung turun
sampai batas minimum yang ditentukan, maka kompresor akan secara
otomatis menaikkan tekananudara di dalam tabung hingga tekanan dalam
tabung mencukupi dan siap dipakai untuk melakukan starting mesin diesel.
2.3 Karakteristik Bahan Bakar Diesel
Dapat menyala dan terbakar sesuai dengan kondisi ruang bakar adalah
syarat umum yang harus dipenuhi oleh suatu bahan bakar. Minyak solar
sebagai bahan bakar memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh banyak
sifat-sifat seperti Cetane Number (CN), penguapan (volality), residukarbon,
viskositas, belerang, abu dan endapan, titik nyala, titik tuang, sifat korosi,
mutu nyala.
a. Cetane Number (CN)
Mutu penyalaan yang diukur dengan indeks yang disebut Cetana.
Mesin diesel memerlukan bilangan cetana sekitar 50. Bilangan cetana
bahan bakar adalah persen volume dari cetana dalam campuran cetana
dan alpha-mety lnaphthalene. Cetana mempunyai mutu penyalaaan yang
8
sangat baik dan alpha-metyl naphthalene mempunyai mutu penyalaaan
yang buruk. Bilangan cetana 48 berarti bahan bakar cetana dengan
campuran yang terdiri atas 48% cetana dan 52% alpha-metyl
naphthalene. Angka CN yang tinggi menunjukkan bahwa minyak soloar
dapat menyala pada temperatur yang relative rendah dan sebaliknya
angka CN yang rendah menunjukkan minyak solar baru dapat menyala
pada temperatur yang relative tinggi.
b. Penguapan (Volality)
Penguapan dari bahan bakar diesel diukur dengan 90% suhu
penyulingan. Ini adalah suhu dengan 90 % dari contoh minyak yang telah
disuling, semakin rendah suhu ini maka semakin tinggi penguapannya.
c. Residukarbon
Residukarbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan dan
pembakaran habis Bahan yang diuapkan dari minyak, diperbolehkan
residukarbon maksimum 0,10 %.
d. Viskositas
Viskositas minyak dinyatakan oleh jumlah detik yang digunakan
oleh volume tertentu dari minyak untuk mengalir melalui lubang dengan
diameter kecil tertentu, semakin rendah jumlah detiknya berarti semakin
rendah viskositasnya.
e. Belerangatau Sulfur
Belerang dalam bahan bakar terbakar bersama minyak dan
menghasilkan gas yang sangat korosif yang diembunkan oleh dinding-
dinding silinder, terutama ketika mesin beroperasi dengan beban ringan
dan suhu silinder menurun; kandungan belerang dalam bahan bakar tidak
boleh melebihi 0,5 %-1,5 %.
f. Kandungan abu dan endapanKandungan abu dan endapan dalam bahan
bakar adalah sumber dari bahan mengeras yang mengakibatkan keausan
mesin. Kandungan abu maksimal yang diijinkan adalah 0,01% dan
endapan 0,05%.

9
g. Titik nyala
Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai
dalam pemanasan minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat ketika
disinggungkan dengan suatu nyala api. Titik nyala minimum untuk bahan
bakar diesel adalah 60 oC.
h. Titik Tuang
Titik tuang adalah suhu minyak mulai membeku/berhenti mengalir.
Titik tuang minimum untuk bahan bakar diesel adalah -15 oC.
i. Sifat korosif
Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang bersifat
korosif dan tidak boleh mengandung asam basa.
j. Mutu penyalaan
Nama ini menyatakan kemampuan bahan bakar untuk menyala
ketika diinjeksikan kedalam pengisian udara tekan dalam silinder mesin
diesel. Suatu bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan siap
menyala, dengan sedikit keterlambatan penyalaan bahan bakar dengan
mutu penyalaan yang buruk akan menyala dengan sangat terlambat.
Mutu penyalaan adalah salah satu sifat yang paling penting dari bahan
bakar diesel untuk dipergunakan dalam mesin kecepatan tinggi. Mutu
penyalaan bahan bakar tidak hanya menentukan mudahnya penyalaan
dan penstarteran ketika mesin dalam keadaan dingin tetapi juga jenis
pembakaran yang diperoleh dari bahan bakar. Bahan bakar dengan mutu
penyalaan yang baik akan memberikan mutu operasi mesin yang lebih
halus, tidak bising, terutama akan menonjol pada beban ringan.
2.4 Generator Sinkron
Generator sinkron merupakan komponen penting untuk pembangkitan
daya tiga fasa dalam suatu pembangkit listrik. Generator sinkron mengubah
energi mekanik dari turbin menjadi energi listrik. Konversi energi mekanik
menjadi energi lisrtrik secara besar-besaran praktis hanya dilakukan dengan
generator sinkron. Hal ini dikarenakan generator sinkron sebagai mesin
pembangkit dapat dibuat untuk pembangkit tenaga listrik berkapasitas besar

10
dan dapat diparalelkan dengan generator lain maupun infinite bus dalam suatu
sistem interkoneksi.
Sebuah generator sinrkon standar utamanya terdiri dari sebuah rotor
yang dimagnetisasi oleh arus medan DC dan sebuah stator dengan belitan tiga
fasa AC. Istilah mesin sinkron didasarkan pada kenyataan bahwa rotor
berputar secara sinkron dengan medan putaran magnetik stator. Generator
sinkron merupakan generator yang paling umum digunakan dalam
pembangkitan energi listrik boloak-balik. Pada umumnya generator AC ini
dibuat sedemikan rupa, sehingga lilitan tempat terjadinya GGL induksi
tidak bergerak, sedangkan kutub-kutub akan menimbulkan medan magnet
berputar.

Sumber: https://ugmmagatrika.wordpress.com/2013/05/04/cara-kerja-generator-listrik-
brushless-dengan-menggunakan-pmg-permanent-magnet-generator/

Gambar 2.4 : Konstruksi generator sinkron

Komponen terpenting dari generator sinkron terdiri dua bagian utama


yaitu stator dan rotor.
1. Stator
a. Rangka Stator
Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga
jangkar generator, yang terbuat dari besi tuang dan dilengkapi dengan
slot-slot (parit) sebagai tempat melekatnya kumparan jangkar.
Rangkastator memilki celah yang berfungsi sebagai ventilasi udara,
sehingga udara dapat keluar masuk dalam intistator sebagai pendingin.

11
b. Inti Stator
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi
magnetic khusus yang terpasang ke rangka stator. Laminasi-laminasi
diisolasi satu samalain dan mempunyai jarak antara laminasi yang
memungkinkan udara pendinginlewat. Di sekeliling inti terdapat slot-
slot tempat melekatkan konduktor / belitan jangkar.
c. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar)
Kumparan jangkar merupakan kumparan tempat timbulnya ggl
induksi, sehingga melalui terminal output kumparan jangkar, yang
merupakan terminal output generator, diperoleh energi listrik yang siap
untuk disalurkan.
2. Rotor
a. Slip Ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor
tetapi dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor
dipasangkan ke slipring. Slip ring ini kemudian dihubungkan kesumber
DC daya luar melalui sikat (brush) yang ditempatkan menempel pada
slip ring. Sikat ini merupakan batang grafit yang terbuat dari senyawa
karbon yang bersifat konduktif dan memiliki koefisien gaya gesekan
yang sangat rendah.
b. Kumparan Rotor (medan)
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan
utama dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan medan ini
ditempatkan di bagian rotor dari generator. Kumparan ini mendapatkan
arus searah dari sumber eksitasi tertentu.
c. Poros Rotor
Poros rotor merupakan tempat peletakan kumparan medan, di
mana pada poros rotor tersebut telah terbentuk slot-slot secara parallel
terhadap poros rotor sehingga penempatan kumparan medan dapat
diatur sesuai dengan rancangan yang dikehendaki.

12
Suatu mesin listrik (generator atau motor) akan berfungsi bila memiliki :
1. Kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet
2. Kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada konduktor-konduktor
yang terletak pada alur-alur jangkar
3. Celah udara yang memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan
magnet
Untuk menghasilkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan maka
fluks magnetic yang memotong kumparan harus berubah. Dengan kata lain
ggl induksi yang timbul pada ujung-ujung penghantar atau kumparan adalah
sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop
penghantar tersebut. Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Kumparan medan yang diletakkan di rotor dihubungkan dengan sumber
eksitasi yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan.
Dengan adanya arus yang mengalir melalui kumparan medan akan
menimbulkan fluks magnetik yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.
2. Penggerak mula (prime mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar dengan kecepatan tertentu
sesuai dengan diharapkan.
3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang
dihasilkan oleh kumparan medan. Dengan demikian, kumparan jangkar
yang terletak di stator akan dilingkupi oleh fluks magnetik yang berubah
ubah besarnya setiap waktu. Adanya perubahan fluks magnetic terhadap
yang melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada
ujung-ujung kumparan tersebut.
Untuk generator sinkron tiga fasa, digunakan tiga kumparan
jangkar yang ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu,
sehingga susunan kumparan jangkar yang sedemikian akan
membangkitkan tegangan induksi pada ketiga kumparan jangkar yang
besarnya sama tapi berbeda fasa 120 satu sama lain. Setelah itu ketiga
terminal kumparan siap dioperasikan untuk menghasilkan energi listrik.

13
Pemilihan putaran
Putaran adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk
mempengaruhi besar tegangan (voltage) dan frekuensi yang timbul pada
arus bolak-balik (alternating current). Frekuensi elektris yang dihasilkan
generator sinkron adalah sinkron dengan kecepatan putar generator.
Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet
dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran
rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan
frekuensi elektrik pada stator adalah:
.
= ......................................................................(2.1)
120
dimana:
f = frekuensi listrik (Hz)
n = kecepatan putar rotor = kecepatan medan
p = jumlah kutub magnet magnet (rpm)
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan
magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan
putar rotor dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik
dibangkitkan tetap pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator harus
berputar pada kecepatan tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah
ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada mesin dua
kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600 rpm. Untuk
membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus berputar
pada 1500 rpm.

2.5 Operasi Mesin Diesel

Mengoperasikan suatu SPD haruslah mengikuti S.O.P. (Standard


Operation Procedure) dari pembuat mesin, agar dapat bekerja,aman
efesien dan optimal, sehingga dapat beroperasi dalam jangka waktu yang
telah ditentukan sesuai desain pabrik pembuat mesin tersebut. Karena itu
perinsip pengoperasian PLTD secara umum dapat dikatakan sama,
yaitu mengikuti prosedure/langkah langkah yang harus dikerjakan
sesuai dengan S.O.P. SPD yang bersangkutan.
14
Kalaupun terjadi perbedaan langkah kerjanya, itu hanya terletak
pada sistim :
1. Alat bantu
2. Urutan pelaksanaan
3. Parameter
4. Proteksi
Perbedaan tersebut juga disesuaikan dengan jenis, demensi dan
merk dari pabrik pembuat SPD tersebut. Pengoperasian PLTD
kegiatannya terdiri dari :
1. Menghidupkan mesin/Start up
2. Memparalel/Membebani SPD
3. Pemantauan dan Pengendalian/Monitoring dan
4. Mematikan mesin/Shut down.
1. Menghidupkan Mesin/Start Up

a. Persiapan Start.

Periksa sistem suplai DC, periksa dan tambah air battery bila
kurang, hidupkan saklar-saklar charge battery, suplai DC, test
lampu control, test alarm.

Pemeriksaan lengkap terhadap sistem pelumasan, sistem


pendinginan, sistem bahan bakar dan sistem udara dan gas
bekas. Pastikan bahwa peralatan- peralatan pada masing-
masing sistem bekerja dengan baik dan dalam posisi yang
benar.
Sistem minyak pelumas, tambah minyak pelumas dikarter
bila kurang, pelumasan turbo, governor, kompresor,
pompa-pompa listrik.
Sistem bahan bakar, tambah tangki harian bila kurang,
atur katup- katupnya pada posisi operasi.
Sistem dari pendingin, tambah permukaan tangki air
penambah maupun cooling tower bila kuarng, atur katup-
katup pada posisi operasi.
15
Sistem start, cerat/drain air, pada botol udara dan jalan
kompresor sampai tekanan 30 bar.
Jalankan pelumasan awal (primming pump).
Untuk mesin tertentu perlu diputar minimal 2 kali putaran
guna mungkin dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Lepas PMT/Penyulang.

Semua bagian yang bergerak dari mesin harus diperiksa, baik


engenai letak, posisi, setelannya termasuk kalau ada mur
longgar, baut patah, sambungan longgar, kebocoran-kebocoran.
Hal ini perlu diingat bahwa tidak boleh sesuatu yang harusnya
erat ternyata longgar dan yang seharusnya bebas ternyata malah
ketat.

Seluruh peralatan perkakas dari papan perkakas harus


diperiksa untuk memastikan bahwa tidak perlu ada yang
hilang. Karena selama dalam pengoperasian ada peralatan
yang diperlukan dengan segera atau ada yang salah letak dan
ketinggalan di atas mesin kemudian jatuh karena getaran dan
merusak beberapa bagian yang bergerak.

Fungsi synchronoscope dengan memberi tegangan dari busbar.

Jalankan semua alat-alat bantu (pompa minyak pelumas pompa


air pendingin jacket dan valve cage, pompa BBM, Extractor
fan dan Radiator fan).

Setelah semua pompa-pompa jalan periksalah apaka semua


sistem bekerja dengan normal (tidak terjadi kebocoran).

Untuk mengetahui kebocoran air pendingin di dalam ruang


bakar dan sekaligus menghindari terjadinya water slag maka
bukalah kran indikator (indicator cock) kemudian putarlah
poros engkol minimum dua kali putaran dengan
mempergunakan alat pemutar (turning gear) yang ada pada fly
wheel bila ternyata ada kebocoran air diruang bakar maka air
16
tersebut akan keluar melalui kran indikator. Hal ini juga
sekaligus untuk melumasi bantalan-bantalan secara merata dan
mungkin bahwa poros engkol sudah bebas.

Setelah yakin tidak ada kebocoran air ke dalam ruang bakar,


putaran dihentikan dan tutup kembali kran indikator dengan
rapat-rapat.

Bebaskan fly wheel dari alat pemutar (turning gear)

Matikan alat pemanas (heater) pada generator untuk mesin


baru atau mesin yang sudah lama tidak dioperasikan karena
overhaul atau dan lain sebagainya. Selain hal-hal tersebut di
atas maka perlu juga diperiksa :
1. Semua baut-baut utama
2. Defleksi poros engkol
3. Clearance pada katup-katup isap dan katup-katup buang
4. Saringan udara/pelumas/bahan bakar.
5. Tahanan isolasi generator
Bila persiapan tidak ada tanda-tanda gangguan dan pada
lampu control dipanel ready start menyala bahwa menunjukkan
mesin dapat distart.

b. Start atau menghidupkan SPD


Kalau dari beberapa kegiatan dalam program persiapan
seperti di atas telah dilakukan dengan baik, maka sudah siap
untuk dihidupkan/di start. Prosedur untuk menghidupkan SPD
secara umum adalah sebagai berikut :
1. Tunggu sampai tekanan minyak pelumas mencapai tekanan yang
diijinkan (hal ini juga ditandai dengan menyalakan lampu pada
panel mesin)
2. Buka kran udara start dari botol, angin ke mesin (untuk
mesin yang dilengakpi dengan peralatan start dengan air)
3. Tarik/tekan atau putar hendel/tombol start dari posisi start

17
maka mesin akan berputar dan bila putaran mesin telah
mencapai (100 rpm) pindahkan handel/tombol dari posisi RUN
UP maka putaran mesin akan naik hingga mencapai putaran
normal, selanjutnya pindahkan handel/tombol dari posisi RUN
UP ke posisi RUN. Kalau mesin gagal untuk start setelah
empat atau lima putaran berarti ada sesuatu yang salah.
Pemutaran yang tidak berguna tersebut harus segera
dihentikan dan diselidiki penyebabnya.
4. Untuk mesin yang di start dengan accu cukup hanya memutar
kunci start ke poisi start atau menekan tombol start.
5. Tutup kembali kran udara start, apabila udaranya tidak
diperlukan untuk keperluan lain, misalnya dipakai pada System
Pneumatik, proteksi dan lain-lain.
6. Setelah mesin beroperasi, biarkan mesin beroperasi pada
putaran idle, sesuai petunjuk dari pabrik.
7. Kemudian naikkan putaran mesin sampai pada putaran nominal
(daerah putaran kritis harus dilalui dengan cepat) dan biarkan
beroperasi beberapa menit. Biasanya hal ini disebut sebagai
pemanasan, yaitu sebelum mesin dibebani dan dibiarkan tanpa
kerja untuk beberapa menit (umumnya sampai 5 menit).
Selama pemanasan ini perlu dilakukan pengamatan sebagai
berikut :
Dengarkan apakah pembakaran serperti biasa dan urutan
penggapaiannya benar. Periksa semua silinder untuk
pembakarannya, perhatikan kerja dari pompa injeksi untuk
mengetahui apakah semuanya beroperasi dengan baik.
Amati sistem air pendingin keseluruhan untuk mengetahui
apakah pompa bekerja dan terdapat air cukup, amati
apakah kenaikkan temperatur air berjalan dengan baik.
Amati tekanan pelumasan dan kerja dari peralatan sistem
pelumasan. Periksa apakah ada silinder yang terlalu cepat
panas. Yang menunjukan adanya piston tidak terlumasi
18
dan dengarkan kalau ada bantalan pena torak atau pena
engkol yang tidak terlumasi. Kalau ada bagian bergerak yang
tidak cukup mendapatkan minyak pelumas, dapat
mengakibatkan kerusakan gawat.
Amati warna dari suara gas buang, untuk mengetahui
keadaan yang baik. Pengamatan ini harus diulangi setelah
beban dimasukkan. Karena dari warna gas buang ini dapat
memberikan beberapa indikasi.
Tindakan pengamat pertama setelah start mesin, harus
menjadi kebiasaan bagi operator mesin dan kepala regu
operasi harus bisa memberikan motivasi dan pengarahan
kepada operatornya untuk hal ini. Prosedur ini merupakan
metode yang sangat baik dan andal untuk mencegah operasi
yang tidak benar, karena mesin diesel memerlukan perhatian
yang layak pada saat yang tepat, sehingga kalau ada kelainan
bisa ditemukan lebih dini.
Tetapi jangan lupa bahwa pengamatan tertentu harus
selalu dilakukan meskipun setelah periode pemanasan. Yaitu
kalau terdapat kebocoran pada jaket air, katup-katup dan lain
sebagainya. Tidak boleh ada kebocoran jenis apapun juga dan
harus segera diperbaiki kalau terdapat kebocoran, baik itu
mesin dalam keadaan operasi atau diperlukan mesin harus stop.
Selanjutnya kalau segala sesuatunya telah dilakukan, seperti
diatas telah dilakukan dengan baik maka mesin sudah siap
untuk diparalel.

Paralel pada pembangkit


paralel adalah bilamana dua buah atau lebih (dalam
suatu pembangkit yang sama) untuk memikul beban secara
bersama-sama, atau kerja sama antara pusat-pusat pembangkit
satu dengan lainnya yang lazim disebut interkoneksi. Macam
macam paralel :

19
1. Paralel generator dengan generator
2. Paralel generator dengan sistem
3. Paralel trafo dengan trafo
4. Paralel trafo dengan sistem
5. Paralel sistem dengan sistem
a) Tujuan memparalelkan SPD adalah :
1. Untuk dapat mengatur pengoperasian setiap SPD
secara ekonomis dengan menyesuaikan pembebanannya
terhadap beban yang ada.
2. Untuk meningkatkan keandalan sistem apabila ada
gangguan pada salah satu SPD.
3. Untuk membantu SPD lain yang bebannya sudah terlalu
berat.
4. Untuk penggantian Operasi satu atau lebih SPD yang
sedang operasi tanpa adanya pemadama.
5. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan yang berarti
Tenaga Operator dapat dikurangi.
b) Syarat-syarat Parale
Dalam hal ini ada dua pengertian paralel yaitu paralel
Trafo dan paralel generator.
Syarat-syarat paralel Trafo :
1. Perbedaan sudut primer/sekunder sama (vektor
group sama)
2. Tegangan nominal primer/sekunder sama.
3. Presentase impedans nominal sama, maximum 10%
4. Perbandingan kVA paling besar 1 : 3
Kemudian dalam pokok bahasan ini yang akan
dijelaskan hanya mencakup untuk prosedur paralel
generator pada satu SPD dengan SPD lainnya.
Syarat-syarat paralel generator :
1. Tegangan generator harus sama dengan tegangan bus
bar, baik dengan trafo atau tidak.
20
2. Frekuensi generator harus sama dengan frekuensi busbar
(50HZ).
3. Jumlah dan urutan phasa generator harus sama dengan
urutan phasa busbar.
Dalam pelaksanaannya urutan phasa sudah dipasang
sama pada waktu memasang SPD sehingga pada saat paralel
tinggal mengatur tegangan frekuensi.
c) Prosedur pelaksanaan untuk mempararelkan SPD adalah
sebagai berikut :
- Pasang/hubungkan syncronoscope pada panel kontrol
generator dari mesin yang akan diparalel.
- Switch FCB (Field Circuit Breaker) di ON kan.
- Pindahkan exication changerrover switch dari posisi
OFF keposisi HAND kontrol.
- Naikkan tegangan perlahan-lahan dengan memutar HAND
kontrol Filed Rheostart ke kanan sehingga mencapai
tegangan nominal (tegangan operasinya)
- Pindahkan Excitation Changerover switch dari posisi
MANUAL kontrol ke posisi AUTO selanjutnya
pengaturan tegangan tidak lagi menggunakan manual
kontrol tetapi menggunakan AVR kontrol yang diatur
melalui set Volt Auto Switch.
- On kan Switch pada syncronoscope maka akan terlihat
penunjukan pada alat tersebut sebagai berikut :
Tegangan busbar (kV Running).
Tegangan generator yang akan diparalel (Incoming).
Frekuensi generator yang akan diparalel.
Jarum syncronoscope akan berputar kearah slow/fast
(kekiri/kekanan) atau, dua buah lampu (sycronizing
lamp) hidup/mati.

21
- Kemudian aturlah agar :
Tegangan generator sama dengan tegangan bus bar
(pengaturan melalui set volt auto switch).
Frekuensi generator sama dengan frekuensi bus bar.
Jarum syncronoscope berputar pelan ke arah fast /
kanan.

Pengaturan frekuensi/putaran jarum syncroscope


ini dapat diatur dengan menaikkan/menurunkan
putaran mesin.
- Bila pengaturan sudah dilaksanakan, maka OCB siap
dimasukan (di ON kan).
- Masukan/ON kan OCB pada saat ajrum syncronoscope
mencapai titik tengan (garis tengah vertikal yang ada pada
meter) atau pada saat lampu syncronizing menyala paling
terang (hubungan terang).
- Bila OCB sudah masuk berarti mesin sudah dalam
keadaan paralel dan siap untuk dibebani.
2. Pembebanan Dan Pelepasan Beban
a. Pembebanan SPD
Setelah SPD diparalel dengan sistem berarti generator sudah
membangkitkan listrik yang bertegangan pada bus bar. Selanjutnya
dilakukan pembebanan sebagai berikut :
1. Naikkan beban mesin perlahan-lahan sesuai dengan kebutuhan
(sebaiknya mesin dibebani antara 80 persen sampai 100 persen
dari daya terpasangnya karena pada beban tersebut pemakaian
bahan bakarnya paling efisien) atau 100% daya mampunya.
2. Kemudian cek data operasinya di panel mesin dan listrik apakah
dalam keadaan normal semuanya. Pencatatan data operasi
hendaknya dilaksanakan setiap jam atau setengah jam sekali
untuk mengetahui kelainan- kelainan operasional secara dini
termasuk suara maupun getaran yang tidak wajar. Sehingga bila

22
terjadi kelainan dalam data operasinya perlu segera
ditanggulangi.
b. Pelepasan Beban SPD
Prosedur pelepasan beban SPD merupakan kebalilakan dari
pemberian beban. Pelepasan beban dari suatu SPD berarti kita
memberikan beban tersebut kepada SPD yang lain (mengoper
beban). Jadi sebelum beban dilepas, kita harus yakin ada unit yang
siap untuk mengambil ali beban SPD tersebut.
Ada dua kemungkinan mesin yang akan mengambil alih
beban yang akan dilepas :
- SPD yang sudah beroperasi sejak semula
- SPD yang baru dioperasikan dari SPD stand by
Bila kejadiannya seperti butir pertama. Maka untuk
melepas beban tidak perlu waktu yang terlalu lama. Tetapi bila
kejadian seperti pada butir kedua tentu akan memakan waktu lama
dibanding butir pertama hingga SPD penggantinya sampai siap
untuk dibebani (seperti start normal). Namun yang penting disini
bahwa SPD pengganti harus mampu menampung beban yang
akan dilepas.

3. Mematikan mesin
Prosedur Mematikan SPD
1. Prosedur untuk mematikan SPD dalam keadaan normal adalah
sebagai berikut :
Turunkan/pindahkan beban SPD yang akan di stop secara
perlahan-lahan, dengan sendirinya beban ini akan dipikul oleh
SPD-SPD lain yang masih roperasi paralel.
Perhatikan tegangan, frekuensi, cos Q dan beban baik pada SPD
yang akan di stop maupun pada SPD yang akan menerima beban.
Turunkan beban hingga mendekati nol.
Lepaskan OCB SPD bersangkutan dengan lepasnya OCB
berarti SPD sudah lepas dari hubungan paralel dan hubungan nol.
23
Pindahkan Excitation Changeover switch dari posisi AUTO
CONTROL ke posisi HAND CONTROL.
Turunkan tegangan perlahan-lahan sampai mencapai nol
dengan jalan memutar HAND fieldrheostat kekiri.
Lepas FCB (Field Circuit Breaker).
Pindahkan excitation changeover switch dari posisi HAND ke
posisi OFF.
Selanjutnya masih dapat di stop melalui tombol.
Setelah mesin stop biarkan alat-alat bantu (pompa pendingin
jacket dan valve cage, pompa minyak pelumas dan radiator fan)
berjalan 10 menit.
Hidupkan alat pemanas (heater) pada generator.
Membuat laporan.
2. Prosedur untuk mematikan SPD bila terjadi gangguan SPD
bersangkutan adalah sebagai berikut :
Segera lepas bagian beban (bila diperlukan/dengan cara melepas
salah satu OCB feeder ini bertujuan supaya mesin yang lain tidak
kelebihan beban (over load). Di dalam melepas OCB feeder
harus diatur sedemikian rupa sehingga beban yang hilang tidak
terlalu besar, kecuali dalam keadaan terpaksa. Harus ada nomor
prioritas feeder-feeder baik siang maupun malam.
Segera stop mesin dengan cara menekan tombol emergency stop
pada panel mesin atau pada panel control generator.
Perhatikan pada SPD-SPD yang masih operasi beban, Cos Q,
tegangan dan frekuensi. Bila perlu diadakan pengaturnya
seperlunya.
Jalankan/operasi SPD cadangan (stand by unit) dengan
prosedur beban kemudian langsung diparalel.
Selanjutnya OCB feeder yang dilepas bisa dimasukkan lagi.
Adakan pemeriksaan dan evaluasi atas terjadinya gangguan
tersebut.
24
PENGATURAN TEGANGAN PADA GENERATOR

Output tegangan yang dihasilkan harus selalu konstan agar peralatan


listrik yang disuplai oleh generator tidak cepat rusak. Oleh karena itu
diperlukan suatu alat untuk mengatur tegangan pada nilai yang diinginkan.
Tegangan dari simpul di GI dan tegangan di Pusat Listrik bersama sama
membentuk profil tegangan sistem. Berbeda dengan frekuensi yang sama
dalam semua bagian sistem, tegangan tidak sama dalam setiap bagian sistem
sehingga pengaturan tegangan lebih sulit dibandingkan dengan pengaturan
frekuensi.
Kalau frekuensi praktis hannya dipengaruhi oleh daya nyata MW
dalam sistem, dilain fihak tegangan dipengaruhi oleh arus penguat generator,
daya reaktif beban, daya reaktif yang didapat dalam sistem (selain generator)
misalnya dari kondensator dan reaktor, kemudian posisi tap transformator.
Pengaturan tegangan dilakukan dengan cara mengatur besar kecilnya arus
eksitasi zyang diberikan pada kumparan medan baik dengan cara manual atau
otomatis. Pengaturan tegangan otomatis yaitu dengan cara mendesain suatu
kontroler yang akan memberikan aksi kontrol untuk menambah atau
mengurangi besarnya arus eksitasi tanpa campur tangan operator Pengaturan
tegangan adalah perubahan tegangan terminal antara keadaan beban nol
dengan beban penuh, dan ini dinyatakan dengan persamaan:

Terjadinya perbedaan tegangan terminal V dalam keadaan berbeban


dengan tegangan Eo pada saat tidak berbeban dipengaruhi oleh faktor daya
dan besarnya arus jangkar (Ia) yang mengalir. Untuk menentukan pengaturan
tegangan dari generator adalah dengan memanfaatkan karakteristik tanpa
beban dan hubung singkat yang diperoleh dari hasil percobaan dan
pengukuran tahanan jangkar. Ada tiga metoda atau cara yang sering
digunakan untuk menentukan pengaturan tegangan tersebut, yaitu:
Metoda Impedansi Sinkron atau Metoda GGL.
Metoda Amper Lilit atau Metoda GGM.
Metoda Faktor Daya Nol atau Metoda Potier.
25
o Metoda Impedansi Sinkron Untuk menentukan pangaturan tegangan
dengan menggunakan metoda impedansi sinkron, langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1. Tentukan nilai impedansi sinkron dari karakteristik tanpa beban dan
karakteristik hubung singkat.
2. Tentukan nilai Ra berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan.
3. Berdasarkan persamaan hitung nilai Xs.
4. Hitung harga tegangan tanpa beban Eo.
5. Hitung prosentase pengaturan tegangan

o Metoda Ampere Lilit


Perhitungan dengan metoda ampere lilit berdasarkan data yang
diperoleh dari percobaan tanpa beban dan hubung singkat. Dengan
metoda ini reaktansi bocor Xl diabaikan dan reaksi jangkar
diperhitungkan. Adapun langkah-langkah menentukan nilai arus medan
yang diperlukan untuk memperoleh tegangan terminal generator saat
diberi beban penuh, adalah sebagai berikut:
1. Tentukan nilai arus medan (Vektor OA) dari percobaan beban nol
yang diperlukan untuk mendapatkan tegangan nominal generator.
2. Tentukan nilai arus medan (Vektor AB) dari percobaan hubung
singkat yang diperlukan untuk mendapatkan arus beban penuh
generator.

26
3. Gambarkan diagram vektornya dengan memperhatikan faktor
dayanya: untuk faktor daya Lagging dengan sudut (90 + )
untuk faktor daya Leading dengan sudut (90 ) untuk faktor
daya Unity dengan sudut (90) perhatikan Gambar 2 a, b dan c)
4. Hitung nilai arus medan total yang ditunjukkan oleh vektor OB.
o Metoda Potier
Metoda ini berdasarkan pada pemisahan kerugian akibat reaktansi bocor
Xl dan pengaruh reaksi jangkar Xa. Data yang diperlukan adalah:
1. Karakteristik Tanpa beban.
2. Karakteristik Beban penuh dengan faktor daya nol. Khusus untuk
karakteristik beban penuh dengan faktor daya nol dapat diperoleh
dengan cara melakukan percobaan terhadap generator seperti halnya
pada saat percobaan tanpa beban, yaitu menaikkan arus medan secara
bertahap, yang membedakannya supaya menghasilkan faktor daya nol,
maka generator harus diberi beban reaktor murni. Arus jangkar dan
faktor daya nol saat dibebani harus dijaga konstan.

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Iii 4
    Iii 4
    Dokumen1 halaman
    Iii 4
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen6 halaman
    Bab III
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen14 halaman
    Bab II
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Motor Beban Nol
    Motor Beban Nol
    Dokumen12 halaman
    Motor Beban Nol
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Motor Asinkron
    Motor Asinkron
    Dokumen17 halaman
    Motor Asinkron
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Mikroprosessor & Arsitekturnya
    Mikroprosessor & Arsitekturnya
    Dokumen22 halaman
    Mikroprosessor & Arsitekturnya
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Motor Asinkron
    Motor Asinkron
    Dokumen17 halaman
    Motor Asinkron
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    Dokumen5 halaman
    Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Dokumen16 halaman
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kebutuhan
    Bab 5 Kebutuhan
    Dokumen6 halaman
    Bab 5 Kebutuhan
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 6 Modal
    Bab 6 Modal
    Dokumen5 halaman
    Bab 6 Modal
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Dokumen16 halaman
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 7 Pinjaman
    Bab 7 Pinjaman
    Dokumen6 halaman
    Bab 7 Pinjaman
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 7 Pinjaman
    Bab 7 Pinjaman
    Dokumen6 halaman
    Bab 7 Pinjaman
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kebutuhan
    Bab 5 Kebutuhan
    Dokumen6 halaman
    Bab 5 Kebutuhan
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 6 Modal
    Bab 6 Modal
    Dokumen5 halaman
    Bab 6 Modal
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 12 Analisis Pesaing
    Bab 12 Analisis Pesaing
    Dokumen10 halaman
    Bab 12 Analisis Pesaing
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Gardu Induk
    Gardu Induk
    Dokumen124 halaman
    Gardu Induk
    Dwiki
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    Dokumen9 halaman
    Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Gardu Induk
    Gardu Induk
    Dokumen124 halaman
    Gardu Induk
    Dwiki
    Belum ada peringkat