Anda di halaman 1dari 12

I.

2 Percobaan Motor Untuk Beban Nol


I.2.1 Tujuan percobaan
1) Agar praktikan dapat dapat mengetahui besar nilai arus yang
dengan nilai tegangan yang telah ditentukan
2) Agar praktikan dapat memahami karakteristik motor asinkron
beban nol
I.2.2 Teori Singkat

Motor induksi memiliki dua arah putaran motor, yaitu putaran


searah jarum jam (kanan) dibawah dan putaran berlawanan jarum jam
(kekiri) di lihat dari poros motor. Putaran motor induksi tergantung
jumlah kutubnya, motor induksi berkutub dua memiliki putaran poros
sekitar 2.950 Rpm, yang berkutub empat memiliki putaran poros
mendekati 1.450 Rpm.

Gambar I.9 : perjalan waktu dari arus dan putaran

Putaran arah jarum jam (kanan) didapat dengancara


menghubungkan L1-terminal U, L2-terminal V dan L3-terminal W.
Putaran arah berlawanan jarum jam (kiri) didapat dengan menukarkan
salah satu dari kedua kabel phasa, misalkan L1-terminal U, L2-terminal
W dan L3-terminal V. Dengan memasang dua buah kontaktor, sebuah
motor induksi dapat dikontrol untuk putaran kanan, dan putaran kekiri.
Aplikasi praktis untuk membuka dan menutup pintu garasi dengan
motor induksi dapat memanfaatkan kaidah putaran kanan dan kiri ini,
dengan melengkapi dengan sensor cahaya atau saklar manual motor
dapat dihidupkan untuk membuka dan menutup pintu garasi.
Sekarang kita kembali pembahasan awal mengenai proses
pengoperasian awal pada motor sinkron yaitu ketika terjadi beban yang
lebih besar, waktu start motor akan lebih panjang, arus kerja motor
lebih tinggi dan putaran kerja motor lebih rendah. Sementara itu oleh
besarnya arus motor, temperatur kerja motor akan lebih tinggi pula.
Batas pembebanan motor ditentukan oleh batas kenaikan temperatur
yang terjadi yang masih dapat ditolerir oleh isolasi belian motor. Tiap
jenis isolasi beliatan motor mempunyai batas temperatur kerja
maksimum sendiri-sendiri yang tak boleh terlewati. Bila terlewati maka
isolasi belitan tersebut akan rusak hingga terjadi hubung singkat yang
kemudian membakar isolasi belitan motor. Masalah kopel motor ini erat
hubungannya dengan cara-cara start motor asinkron. Pada cara start
wye - delta misalnya, kopel start motor:
T kV 2
2
3
T1
k V

3
..............................................................
...(I.2)
Dimana :
T1 = kopel motor pada cara kerja wye delta
Namun sementara itu, latar belakang penggunaan start semacam
itu adalah untuk menurunkan arus start motor. Istart sebesar akan terus
mengalir sebelum motor berputar.

Vp
I start
Zm
..(I.3)

Dimana :
Vp = Tegangan masuk motor / fasa
Zm = Impedansi motor / fasa
Oleh Zm motor yang rendah maka Istart akan tinggi sekali yang
selain mengakibatkan jatuh tegangan sesaat yang besar dijaringkan
(antara sumber-motor) juga dapat mengganggu frekuensi pembangkit
serta pengamanan pengaman arus gangguan, terutama pada motor besar.
Dengan start wye-delta,

Vp / 3
I start
Zm
..........(I.4)

arus diperkecil 3 kali semula.

Dengan start melalui R depan atau X depan,


Vp
I start
Zm X d
..........(I.5)

Setelah motor berputar barulah Istart turun, sesuai :


V E
Is
Zm
......(I.6)
Dimana :

E = GGL lawan motor.

Besarnya Xm ataupun Vstart adalah tergantung pada batas arus start


minimum yang masih dapat diterima oleh sistem motor - beban di mana
motor pada kondisi start tersebut masih sanggup membawa beban ke
putaran nominal yang ditujunya. Fluks yang berputar di sepanjang inti
stator itu akan memotong batang-batang konduktor rotor, sehingga
terimbas suatu tegangan imbas di rotor.
Karena batang rotor terhubung, selain itu maka akan mengalir
arus rotor pada batang-batang rotor tersebut, yang merupakan gaya
putar rotor. Motor berputar dengan kopel putar sebesar gaya tersebut
kali jari-jari (jarak batang konduktor). sehingga dapat di pastikan ketika
ketiga fase tersebut di beri tegangan yang stabil, fluks yang berada di
disepanjang inti stator akan berputar dan memotong batang-batang
konduktor. hal ini mengakibatkan jatuh tegangan sesaat.

Gambar I.10 : Medan Putar Pada Motor 3 Fasa

Jumlah putaran stator motor Asinkron dapat dihitung dengan


rumus :
120 f
ns
p
......................(I.7)
Dimana :
n = Jumlah putaran atau menit
f = Frekuensi
p = Jumlah pasang kutub

Bila salah satu fasa masukan terputus, maka motor hanya


mendapat masukan 2-fasa maka tak akan terjadi medan putar sehingga
kopel motor tidak terbangkitkan dan motor gagal start. Pada kondisi
motor tanpa beban maka putaran motor mendekati Ns.
Saat motor induksi di starting secara langsung, arus awal motor
besarnya antara 500% sampai dengan 700% dari arus nominal. Ini akan
menyebabkan drop tegangan yang besar pada pasokan tegangan PLN.
Untuk motor daya kecil sampai 5 KW, arus starting tidak
berpengaruh besar terhadap drop tegangan. Pada motor dengan daya
diatas 30 KW sampai dengan 100 KW akan menyebabkan drop
tegangan yang besar dan menurunkan kualitas listrik dan pengaruhnya
pada penerangan yang berkedip.
Selain starting kita juga harus memahami hal penting lainnya
yaitu pengasutan motor. Pengasutan motor induksi adalah cara
menjalankan pertama kali motor, tujuannya agar arus starting kecil dan
drop tegangan masih dalam batas toleransi.

Ada beberapa cara teknik pengasutan, diantaranya :


1. Hubungan langsung (Direct On Line = DOL)
2. Tahanan depan Stator (Primary Resistor)
3. Transformator
4. Segitiga-Bintang (Start-Delta)
5. Pengasutan Soft starting
6. Tahanan Rotor lilit

Motor induksi juga memiliki rugi rugi yang terjadi karena dalam
motor induksi terdapat komponen tahanan tembaga dari belitan stator
dan komponen induktor belitan stator. Pada motor induksi terdapat rugi-
rugi tembaga, rugi inti dan rugi karena gesekan dan hambatan angin.

Gambar I.11 : Rugi-rugi daya motor induksi


Besarnya rugi tembaga sebanding dengan I2.R, makin besar arus
I2 R2 ( 1 S )
S

Io

Xm
RC
I1

beban maka rugi tembaga makin besar juga. Daya input motor sebesar
P1, maka daya yang diubah menjadi daya output sebesar P2.
Salah satu cara Untuk dapat mengetahui pisik parameter motor
asinkron adalah dengan mempelajari maksud dari gambar ekivalen
motornya, sehingga sifat fisik terutama daya dan efisiensi dapat
diketahui dengan baik.
Gambar I.12 : Rangkaian Ekivalen motor asinkron
Dari pengukuran rotor ditahan akan diperoleh harga arus Ihs dan
faktor kerja Ihs dengan demikian dapat ditentukan tempat kedudukan
titik S=1 jika kedua titik telah diketahui kedudukannya maka dapat
dibuat diagram lingkaran. Medan putar pada stator tersebut akan
memotong batang konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus sesuai
dengan hukum lenz.
Secara terperinci prinsip kerja motor asinkron sebagai berikut:
Apabila sumber tegangan tiga phasa dipasang pada kumparan stator
akan timbul medan putar sebesar ns = 120f/p, medan putar stator
tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor sehingga
pada motor timbul tegangan sebesar E = 4,44 f.n..m.
Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup maka
GGL akan menghasilkan arus, adanya arus didalam medan magnet
akan menimbulkan gaya pada rotor sebesar F = B.I.L.
Agar tegangan terinduksi maka diperlukan adanya perbedaan relatif
antara kecepatan putar stator (ns) dan kecepatan putar rotor (nr),
yang perbedaan kecepatan putar tersebut disebut slip (S) yang
dinyatakan dengan :

S
ns nr x100%
ns
(I.8)

Efisiensi motor dapat didefinisikan sebagai perbandingan daya


keluaran motor yang dirgunakan terhadap daya masukan pada
terminalnya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
Pout
n= x 100 .............................................
P

..........(I.9)

Dimana :
Pout = Daya Mekanik
Pin = Daya Elektrik
n = Efisiensi Motor

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah:


1. Usia (Motor baru lebih efisien)
2. Kapastas (Sebagaimana pada hampir kebanyakan peralatan,
efisiensi motor meningkat dengan laju kapasitasnya).
3. Kecepatan (Motor dengan kecepatan yang lebih tinggi
biasanya lebih efisien).
4. Jenis rotor. (Sebagai contoh, bahwa motor dengan rotor
sangkar biasanya lebih efisien dari pada motor dengan rotor
belitan atau cincin geser).
5. Suhu (Motor yang didinginkan oleh fan dan tertutup total
(TEFC) lebih efisien daripada motor screen protected drip-
proof (SPDP)).
6. Penggulungan ulang motor dapat mengakibatkan penurunan
efisiensi.
7. Beban, seperti yang dijelaskan dibawah
Masalah kopel motor ini erat hubungannya dengan cara-cara start
motor asinkron. Pada cara start wye - delta misalnya, kopel start motor:

T kV 2
2
3
T1
k V

3
..............................
(I.10)
1
3
Di mana T1 = kopel motor pada cara kerja wye-delta = kopel start
motor pada start langsung hubungan delta. Namun sementara itu, latar
belakang penggunaan start semacam itu adalah untuk menurunkan arus
start motor. Istart sebesar itu (lihat persamaan 8) akan terus mengalir
sebelum motor berputar.

Vp
I start
Zm
..... (I.11)
Vp : Tegangan masuk motor / fasa

Zm : Impedansi motor / fasa

Oleh Zm motor yang rendah maka Istart akan tinggi sekali yang
selain mengakibatkan jatuh tegangan sesaat yang besar dijaringkan
(antara sumber - motor) juga dapat mengganggu frekuensi pembangkit
serta pengamanan pengaman arus gangguan, terutama pada motor besar.

Vp / 3
I start
Zm 3
Dengan start wye-delta, , arus diperkecil kali semula.
Dengan start melalui R depan atau X depan,

Vp
I start
Zm X d
(I.12)

Setelah motor berputar barulah Istart turun, sesuai :

V E
Is
Zm
.(I.13)

dimana E adalah ggl lawan motor.


Besarnya Xm ataupun Vstart adalah tergantung pada batas arus start
minimum yang masih dapat diterima oleh sistem motor - beban di mana
motor pada kondisi start tersebut masih sanggup membawa beban ke
putaran nominal yang ditujunya.
Untuk mesin putaran cepat , cara mematikan harus melalui
sistem pengereman. Ada beberapa cara sistem pengereman dimana
Posisi mati : rotor tak bergerak (direm) Saat start rotor digeser oleh
daya magnetis ke dalam kira-kira 1 mm ( v ) sehingga rem (B) lepas
dan motor mulai berputar. Saat off pegas ( F ) menekan rotor keluar
sehingga motor tererem kembali. Sebagaimana juga dengan mesin listrik
tak berputar: transformator, motor asinkron mempunyai pula suatu
rangkaian ekivalen. Rangkaian ekivalen motor asinkron diciptakan untuk
mempermudah pekerjaan analisa atas motor.

Gambar I.13 Rangkaian ekivalen motor asinkron per fasa.

di mana :
Vm / fasa : tegangan masuk motor / fasa
R1 : tahanan stator
X2 : reaktansi
a2 R2 : tahanan rotor dilihat dari stator
a2 X2 : reaktansi
Rc : tahanan rangkaian magnetisasi motor
Xc : reaktansi rangkaian magnetisasi motor
Nilai parameter rangkaian ekivalen motor diperoleh dari hasil
pengukuran laboratorium. Contoh penggunaan rangkaian ekivalen ini
misalnya untuk menhitung efisiensi, daya keluaran dan lain-lain. Untuk
putaran motor tertntu maka nilai I1 dapat dicari. Demikian pula nilai I2
dan keluaran motor adalah :

2 1 s
P0 3 I 2 a 2 R2
s

... (I.14)

rugi-rugi motor adalah :

2 2 2
Ploss I 1 R1 I RC R0 I 2 a 2 R2
(I.15)

1 S
a 2 R2
S
Cos motor adalah dicari setelah nilai diperoleh,
dilanjutkan cara perhitungan menurut teori rangkaian listrik untuk
jaringan R dan XL. Masukan motor adalah :

Pin 3 I 1 V1 cos
(I.16)

yang terjadi pada motor 3 fase ini di tandai motor tidak dapat
berputar saat dijatu dengan tegangan. Mengukur arus motor tujuannya
adalah untuk mengetahui dan membandingkan dengan /arus nominal
motor. Cara yang baik adalah dengan menggunakan tang amper,
karena bisa mengetahui arus start motor ( 5 - 7 n ). Jika Semua hasil
pengukuran sama atau dibawah In arus motor baik. Hasil pengukuran
sama, kadang-kadang / terus menerus semakin besar dari In, berarti
beban terlalu besar, tetapi jika dalam waktu pendek, agar aman perlu
diukur suhunya. Jika arus dari semua fase tidak sama/melebihi In maka
terjadi hubung singkat atau kumparan bocor.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen25 halaman
    Bab Ii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Iii 4
    Iii 4
    Dokumen1 halaman
    Iii 4
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen6 halaman
    Bab III
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen14 halaman
    Bab II
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Motor Asinkron
    Motor Asinkron
    Dokumen17 halaman
    Motor Asinkron
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Mikroprosessor & Arsitekturnya
    Mikroprosessor & Arsitekturnya
    Dokumen22 halaman
    Mikroprosessor & Arsitekturnya
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Motor Asinkron
    Motor Asinkron
    Dokumen17 halaman
    Motor Asinkron
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    Dokumen5 halaman
    Mikroprosessor & Aplikasi: Pertemuan 01 "Kontrak Perkuliahan"
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Dokumen16 halaman
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kebutuhan
    Bab 5 Kebutuhan
    Dokumen6 halaman
    Bab 5 Kebutuhan
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 6 Modal
    Bab 6 Modal
    Dokumen5 halaman
    Bab 6 Modal
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    Dokumen16 halaman
    Operasi & Pemeliharaan Distribusi
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 7 Pinjaman
    Bab 7 Pinjaman
    Dokumen6 halaman
    Bab 7 Pinjaman
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 7 Pinjaman
    Bab 7 Pinjaman
    Dokumen6 halaman
    Bab 7 Pinjaman
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kebutuhan
    Bab 5 Kebutuhan
    Dokumen6 halaman
    Bab 5 Kebutuhan
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 6 Modal
    Bab 6 Modal
    Dokumen5 halaman
    Bab 6 Modal
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Kelola SDM
    Bab 8 Kelola SDM
    Dokumen6 halaman
    Bab 8 Kelola SDM
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Bab 12 Analisis Pesaing
    Bab 12 Analisis Pesaing
    Dokumen10 halaman
    Bab 12 Analisis Pesaing
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Gardu Induk
    Gardu Induk
    Dokumen124 halaman
    Gardu Induk
    Dwiki
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    Dokumen9 halaman
    Bab 2 Pengertian Enterpreunership
    SyahLah Ajha DuLu
    Belum ada peringkat
  • Gardu Induk
    Gardu Induk
    Dokumen124 halaman
    Gardu Induk
    Dwiki
    Belum ada peringkat