Anda di halaman 1dari 20

A.

Judul Penelitian
Analisis Stabilitas

Peralihan

Sistem

Interkoneksi

PT.

PLN

Riau

Menggunakan Metode Kriteria Luas Sama


B. Bidang Ilmu
Teknik Tenaga Listrik
C. Latar Belakang Masalah
Listrik

merupakan

penggunaannya.

bentuk

energi

sekunder

yang

Seiring perkembangan zaman, kebutuhan

paling
listrik

praktis
semakin

meningkat. Menanggapi hal itu, tentu dibutuhkannya sistem tenaga listrik yang
baik. Sistem tenaga listrik yang baik adalah sistem tenaga yang dapat melayani
beban secara kontinyu dengan tegangan dan frekuensi yang konstan, fluktuasi
tegangan dan

frekuensi yang terjadi harus berada pada batas toleransi yang

diizinkan agar peralatan listrik konsumen dapat bekerja dengan baik dan aman.
Wilayah Provinsi Riau merupakan wilayah yang berkembang pesat dalam
bidang pembangunan, perekonomian dan lain-lain, tentu membutuhkan sistem
tenaga listrik yang stabil sehingga perkembangan ini tidak terganggu. Sistem
tenaga listrik Riau ditopang oleh beberapa pembangkit yang saling berhubungan
yang bekerja dalam suatu sistem interkoneksi. Karena saling berhubungan itu,
jika terjadi gangguan pada salah satu pembangkitan atau bus maka akan
mengganggu seluruh komponen yang berada dalam sistem interkoneksi.
Terjadinya hubung singkat pada sistem dan penambahan atau pengurangan
beban secara tiba-tiba akan mengakibatkan perubahan kerja pada sistem dari
keadaan lama ke keadaaan baru. Periode singkat dari keadaan lama ke keadaan
baru itu disebut periode peralihan

atau transient. Salah satu yang perlu

diperhatikan adalah stabilitas sistem tenaga listrik pada saat terjadi

periode

peralihan , stabilitas peralihan didasarkan pada kondisi ayunan pertama dengan


periode waktu penyelidikan pada detik pertama terjadi gangguan. Apakah sistem
interkoneksi PT. PLN Riau dapat stabil pada saat periode ini?
Oleh karena itu harus adanya suatu analisa terhadap suatu sistem tenaga
listrik apakah stabil pada saat terjadi gangguan atau tidak. Salah satu metode
yang digunakan untuk menentukan kestabilan suatu sistem tenaga listrik adalah
1

metode kriteria luas sama. Metode ini hanya dapat dipakai untuk suatu sistem satu
mesin yang terhubung ke infinite bus atau sistem dua mesin. Tetapi dalam suatu
sistem terdapat mesin yang paling terganggu (Saverely Disturbed Machine
SDM), dengan mengamati batas kestabilan pada mesin yang paling terganggu, hal
tersebut sudah cukup menentukan kestabilan peralihan keseluruhan sistem.
Metode ini dapat dijalankan pada software MATLAB untuk pembentukan kurva
ayunan yang diperlukan untuk mengukur besarnya sudut pemutus kritis

dan

waktu pemutus kritis saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik. Sehingga
tugas akhir ini dituangkan dalam judul Analisa Stabilitas Peralihan

sistem

interkoneksi PT. PLN Riau Menggunakan Metode Kriteria Luas Sama.


D. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang akan dibahas, diantaranya yaitu:
1. Berapa besarnya sudut pemutus kritis (Critical Clearing Angle) dan
waktu pemutus kritis (Critical Clearing Time) dalam keadaan peralihan
sistem interkoneksi PT. PLN Riau.
2. Bagaimana cara menggunakan metode kriteria luas sama untuk
menentukan kestabilan dalam keadaan peralihan pada sistem interkoneksi
PT. PLN Riau.
E. Batasan Masalah
Permasalahan penelitian ini dapat dibatasi pada:
1. Gangguan yang dikaji yaitu gangguan tiga fasa pada sistem tenaga listrik.
2. Penerapan metode kriteria luas sama dengan mengacu pada mesin yang
paling terganggu untuk menetukan kestabilan sistem.
3. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software MATLAB.
4. Pada generator ditinjau dari kondisi mantap dan peralihannya dengan
mengabaikan pengaruh sistem exiter, AVR (automatic voltage regulator)
dan governor.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Menghasilkan nilai sudut pemutus kritis (Critical Clearing Angle) dan
waktu pemutus kritis (Critical Clearing Time) dalam keadaan peralihan
pada sistem interkoneksi PT. PLN Riau.
2

2. Mengetahui cara menggunakan metode kriteria luas sama untuk


menentukan kestabilan dalam keadaan peralihan pada sistem interkoneksi
PT. PLN Riau.
G. Luaran yang diharapkan
Penelitian ini diharapkan menghasilkan keluaran berupa terbitnya laporan
penelitian dan jurnal ilmiah tentang Analisis Stabilitas Peralihan Sistem
Interkoneksi PT. PLN Riau Menggunakan Metode Kriteria Luas Sama.
H. Kegunaan Penelitian
Adapun kontribusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan kestabilan

sistem

interkoneksi PT. PLN Riau dalam keadaan peralihan.


2. Menjadi referensi dalam pengembangan kualitas kestabilan sistem
interkoneksi PT. PLN Riau agar bisa lebih baik kedepannya.
I. Tinjauan Pustaka
1. Stabilitas Sistem Daya
Kestabilan sistem

daya dapat didefinisikan sebagai

sifat sistem yang

memungkinkan mesin bergerak serempak dalam sistem untuk memberikan


reaksinya terhadap gangguan dalam keadaan kerja normal serta balik kembali ke
keadaan semula bila keadaan menjadi normal. (Stevenson, William D., 1990)
Masalah kestabilan biasanya tergolong ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Stabilitas tetap (steady state), kemampuan suatu sistem tenaga listrik
mempertahankan sinkronisasi antara mesin-mesin dalam sistem setelah
mengalami gangguan kecil (fluktuasi beban). (E-journal Teknik Elektro
dan Komputer Unsrat, 2015)
2. Stabilitas Peralihan (transient), kemampuan suatu sistem tenaga listrik
mempertahankan sinkronisasi setelah mengalami gangguan besar yang
bersifat mendadak sekitar satu ayunan (swing) pertama dengan asumsi
bahwa pengatur tegangan otomatis belum bekerja. (E-journal Teknik
Elektro dan Komputer Unsrat, 2015)
3. Stabilitas sub-peralihan (dinamis), bila setelah ayunan pertama (periode
stabilitas peralihan) sistem mampu mempertahankan sinkronisasi sampai
sistem dalam keadaan seimbang yang baru (stabilitas peralihan bila
3

AVR dan governor bekerja cepat dan diperhitungkan dalam analisis. (Ejournal Teknik Elektro dan Komputer Unsrat, 2015)
2. Dinamika Rotor dan Persamaan Ayunan
Persamaan yang mengatur gerakkan rotor suatu mesin sinkron didasarkan
pada prinsip dasar dalam dinamika yang menyatakan bahwa

momen putar

percepatan merupakan hasil kali dari momen putar percepatan sudutnya. Untuk
generator sinkron persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk :

d 2 m
=T a=T mT e
d t2

(1)

J =

momen kelambanan total dari massa rotor (kg-m2)

m =

pergeseran sudut dari rotor terhadap suatu sumbu yang diam


(radian mekanis)

Tm =

waktu (detik)
momen putar mekanis atau poros (penggerak) yang diberikan
oleh penggerak mula dikurangi dengan momen putar perlambatan
yang disebabkan oleh rugi-rugi perputaran (N-m)

Te =

momen putar elektris atau elektromagnetis bersih (N-m)

Ta =

momen putar percepatan bersih (N-m)

Karena m diukur terhadap sumbu pedoman yang diam pada stator, maka m
adalah ukuran absolut sudut rotor. Karena itu pula, m akan terus bertambah
terhadap waktu, bahkan juga pada kecepatan serempak yang konstan. Karena kita
menaruh perhatian pada kecepatan rotor relatif terhadap kecepatan serempak,
adalah lebih mudah untuk mengukur posisi sudut rotor terhadap sumbu pedoman
yang berputar dengan kecepatan serempak.

Gambar 1. Representasi

suaatu rotor

mesin yang membandingakan arah

perputaran serta momen putar mekanis dan elektris untuk (a) generator (b) motor
(Stevenson, William D., 1990)

Dengan demikian, kita mendefinisikan


m = sm t + m

(2)

sm = Kecepatan serempak mesin (radian mekanis per detik)


m = pergeseran sudut rotor (radian mekanis)
Dengan menurunkan persamaan (2) dapat kita peroleh
d m
d
=sm + m
dt
dt
2

d m
dt

(3)

d m
dt

(4)

Lalu dengan mensubstitusikan persamaan (4) ke persamaan (1), kita peroleh

d2 m
=T a =T m T e
dt2

N-m

(5)

m=
m

d m
dt

(6)

Kecepatan sudut rotor

Dari hukum dinamika dasar bahwa daya adalah sama dengan momen putar
kali kecepatan sudut dan dengan mengalikan

ke persamaan (5), di peroleh

J m

d m
dt

=Pa=P mPe

Pm = Masukkan daya poros

ke

(7)

mesin dikurangi dengan rugi-rugi

perputaran
Pe = daya listrik pada celah-celah udara
Pa = daya percepatan yang menjelaskan setiap ketidakseimbangan
antara kedua daya Pm dan Pe

Koefisien

J m

adalah momen sudut rotor pada kecepatan serempak,

momen ini bisa juga dinyatakan dalam M yang disebut dengan konstanta
kelambanan dari mesin. M ini dinyatakan dalam joule detik per radian mekanis
dan dituliskan
2

d m
M
=Pa =PmP e
2
dt

(8)

Terdapat suatu konstanta yng berhubungan dengan kelembaman, yaitu


konstanta H, yang didefinisikan sebagai

H=

Dayakinetis yang dsimpan dalam mega joule pada kecepatan serempak


Rating dalam MVA

dan
1
1
j 2sm
M sm
2
2
H=
=
=MJ /MVA
Smach
S mach

S mach
H

(9)

=Batas kemampuan kerja (rating) tiga fasa dalam MVA


=

Konstanta yang berhubungan dengan kelembaman

Dengan memasukkan M pada persamaan (9) diperoleh

M=

2H
S
sm mach

MJ/radian mekanis (10)

dan dengan memasukkan ke persamaan (1) diperoleh


2
P
P Pe
2 H d m
= a = m
2
sm d t
S mach
Smach

Bahwa
sedangkan

m
sm

pada persamaan (11)

(11)

dinyatakan dalam radian mekanis

pada persamaan (11) dinyatakan dalam radian mekanis per

detik. Maka dapat ditulis


2 H d2
=Pa =P mPe
s d t 2

per unit

(12)
7

Asal saja maupun

mempunyai satuan konsisten yang mungkin

dalam derajat mekanis, listrik, atau radian. H dan t mempunyai satuan konsisten
karena megajoule per megavoltampere adalah dalam satuan detik dan Pa, Pm, dan
Pe harus dalam satuan dengan dasar yang sama seperti H. Bila subskrip M
dihubungkan pada

, dan , itu berarti bahwa yang digunakan adalah

satuan
mekanis, jika tidak demikian yang dimaksud adalah daya listrik. Persamaan (12)
menjadi
H d2
=Pa =PmPe
f d t 2

Persamaan (13) digunakan bila

per unit

dinyatakan

(13)

dalam radian listrik

sedangkan
2

H d
=Pa=P mPe
180 f d t 2

Persamaan

(14)

disebut

persamaan

per unit

ayunan

mesin

(14)

merupakan

persamaan dasar yang mengatur dinamika (gerak) putar mesin serempak. Dalam
studi kestabilan persamaan tersebut adalah persamaan differensial orde kedua
yang dapat dituliskan sebagai dua buah persamaan differensial orde pertama di
mana

, s

2 H d
=P a=PmP e
s dt
d
= s
dt

per satuan

(15)

(16)
8

dan adalah menyangkut radian listrik dan derajat listrik. Berbagai


bentuk ekuivalen dari persamaan akan digunakan untuk menentukan sebuah
mesin
dalam sistem daya. Bila persamaan tersebut diselesaikan maka diperoleh rumusan
untuk sebagai fungsi waktu. Grafik penyelesaian ini disebut kurva ayunan
(swing curve) mesin dan dengan meneliti kurva ayunan semua mesin dalam
sistem
akan terlihat bahwa mesin akan serempak meskipun terjadi gangguan.
3. Software MATLAB Simulink
MATLAB (Matrix Laboratory) adalah sebuah program untuk analisis dan
komputasi numerik dan merupakan sebuah bahasa pemrograman matematika
lanjutan yang dibentuk dengan dasar pemikiran menggunakan sifat dan bentuk
matriks. Pada awalnya, program ini untuk koleksi interface rutin-rutin numerik
dari proyek LINPACK dan EINSPACK, dan dikembangkan menggunakan bahasa
FORTRAN namun sekarang merupakan produk komersial dari perusahaan
Mathwork,

Inc.

yang

dalam

perkembangan

selanjutnya

dikembangkan

menggunakan bahasa C++ dan assembler (utamanya untuk fungsi-fungsi dasar


MATLAB).
MATLAB telah berkembang menjadi sebuah environment program yang
canggih yang berisi fungsi-fungsi built in untuk melakukan tugas pengolahan
sinyal, aljabar linier dan kalkulasi matematis lainnya. MATLAB juga berisi
toolbox yang berisi fungsi-fungsi tambahan untuk aplikasi khusus. MATLAB
berisi extensible, dalam arti bahwa seorang pengguna dapat menulis fungsi baru
untuk ditambahkan pada library ketika fungsi-fungsi built-in yang tersedia tidak
dapat melakukan tugas tertentu.
MATLAB (Matrix Laboratory) adalah sebuah program tingkat tinggi yang
berbasis pada matriks sering digunakan untuk teknik komputas numerik, yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melibatkan operasi
matematika elemen, matriks, optimasi, aproksimasi dll. Sehingga MATLAB
banyak digunakan pada :
9

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Matematika dan Komputasi


Pengembangan dan Algoritma
Pemrograman Modeling, Simulasi dan Pembuatan Prototype
Analisa Data, Eksplorasi dan Visualisasi
Analisis Numerik dan Statistik
Pengembangan Aplikasi Teknik

4. Menentukan Stabilitas Peralihan dengan Metode Kriteria Luas Sama


Suatu metode yang dapat digunakan untuk memprediksi stabilitas yang
cepat adalah metode kriteria luas sama. Metode ini hanya dapat dipakai untuk
suatu sistem satu mesin yang terhubung ke infinite bus atau sistem dua mesin.
Persamaan (13) dapat digunakan untuk menurunkan metode kriteria luas sama
sebagai berikut:
2

H d
=Pa =PmPe
f d t 2

Setelah mengalami penurunan-penurunan didapatkan

d 2 2 f 0
=
( P Pe ) d
dt
H m

( )

Atau

2f0
d
=
( P Pe ) d
dt
H m

( )

Mesin bekerja pada titik setimbang


mekanik

Pm 0

Pe 0

(17)

. Pada titik ini daya input

seperti ditunjukan pada gambar 2. Penambahan daya

input
tiba-tiba yang dinyatakan oleh garis horizontal

Pm 1

. Dengan

Pm 1

>

Pe 0

10

daya
percepatan pada rotor adalah positif dan sudut daya

bertambah. Kelebihan

energi yang tersimpan pada rotor selama percepatan awal adalah :

( Pm Pe ) d=luas abc=luas A1
0

Dengan penambahan

, daya listrik bertambah, dan pada saat

(18)

1
maka daya input yang baru adalah

Pm 1

. Walaupun daya percepatan adalah nol

pada titik ini, rotor berputar di atas kecepatan serempak. Oleh karena itu sudut
daya

dan daya listrik

Pe

bertambah secara kontinyu.

Gambar 2. Kriteria luas sama pada perubahan beban mendadak (Cekdin, Cekmas,
2006)

11

Sekarang

Pm

Pe

<

yang menyebabkan motor diperlambat kearah


= mak

kecepatan serempak hingga

, maka kelebihan energi yang tersimpan

pada rotor selama perlambatan adalah sebagai berikut :


mak

( Pm 1 P e ) d =luas bde=luas A 2

(19)

Dari persamaan (18) dan (19) didapatkan suatu hubungan :


|luas A1| = |luas A2|

(20)

Persamaan ini dikenal sebagai kriteria luas sama.


5. Aplikasi pada Gangguan Tiga Fasa
Perhatikan

gambar

dimana

sebuah

generatordi

hubungkan

ke

infinite bus melalui dua kawat pararel. Gangguan tiga fasa sesaat terjadi pada
salah satu saluran dekat bus 1. anggap bahwa daya masukan mekanis

Pm

adalah
konstan dan mesin beroperasi dalam keadaan stabil. Daya yang dialirkan ke
sistem dengan sudut

seperti ditunjukan pada gambar 4.

Gambar 3. Sistem satu mesin terhubung ke infinite bus, gangguan tiga fasa pada F

Bila gangguan berada pada ujung sisi kirim, yaitu pada titik F, tidak
ada daya yang dikirim ke Infinite bus. Selama gangguan terjadi, daya listrik

Pe

adalah nol. Sementara masukan daya mekanis Pm tidak berubah seperti terlihat
pada gambar 4.
12

Gambar 4. Kriteria luas sama untuk gangguan tiga fasa pada ujung kirim (Cekdin,
Cekmas, 2006)

Setelah mengalami beberapa penurunan rumus dari persamaan (20) yang


disesuaikan dengan gambar 4 didapat penyelesaian untuk harga
pemutus kritis) dan

tk

(sudut

(waktu pemutus kritis) diturunkan dari persamaan (13)

adalah:

cos k =

Pm
( ) +cos mak
Pmak k 0

tk

2 H ( k 0 )
. f 0. P m

(21)

(22)

Kemudian perhatikan lokasi gangguan F yang terpisah dari sisi kirim, sperti
gambar 5.

13

Gambar 5. Sistem satu mesin terhubung ke infinite bus, gangguan tiga fasa pada F yang
jauh dari ujung kirim

Jika daya ditransfer sebelum gangguan adalah Pmaksin


gangguan daya di transfer adalah

r 1 P2 mak sin

, selama

. Dengan menggunakan kriteria

luas sama dari gambar 6 dapat ditentukan sudut pemutus kritis sebagai berikut:

mak

Pm ( k 0 ) r 1 Pmak sin d = r 2 P2 mak sin dPm ( mak k )


0

Dengan mengintegrasikan kedua sisi kiri dan kanan akhirnya didapatkan


sudut pemutus kritis

sebagai berikut:

cos k =

Pm
( ) + r cos mak r 1 cos 0
Pmak mak k 2

( )

r 2 r 1

(23)

Gambar 6. Kriteria luas sama untuk sudut pemutus kritis akibat ganggaun tiga fasa yang
jauh dari ujung kirim (Cekdin, Cekmas, 2006)

6. Kestabilan Peralihan Sistem Multimesin


14

Pada umumnya jika terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik skala besar,
hanya beberapa (atau bahkan satu) mesin saja yang paling terganggu atau
terpengaruh pada gangguan tersebut. Mesin yang paling terganggu (Savarely
Disturbed Machine SDM) bisa ditentukan dengan mudah dengan mengamati
daya percepatan tiap mesin pada saat gangguan. Dengan mengamati kestabilan
mesin yang paling terganggu menggunakan metode kriteria luas sama, hal
tersebut sudah cukup untuk menentukan kestabilan peralihan untuk keseluruhan
sistem.
Mesin-mesin yang terganggu bisa memiliki batas kestabilan berbeda, tapi
mesin yang memiliki batas kestabilan terendah bisa dikatakan sebagai mesin yang
paling kritis. Hal ini dikarenakan pada saat terjadi gangguan, mesin paling kritis
akan kehilangan sinkronisasi pertama kali (karena

memiliki batas kestabilan

terendah) dan secara berurutan menyebabkan mesin yang lain mengalami kondisi
yang sama sehingga membentuk suatu kelompok mesin yang tidak stabil dalam
jumlah besar. Jadi disini ditarik kesimpulan bahwa kestabilan mesin yang paling
terganggu dapat menjadi acuan kestabilan peralihan keseluruhan sistem.
J. Metode Pelaksanaan
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap metode, diantaranya :
1. Studi Literatur
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku teks pendukung,
jurnal yang relevan dan menunjang Tugas Akhir ini.
2. Metode Observasi
Pengumpulan dan pencarian data-data yang dibutuhkan. Data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
a. Parameter generator berupa nilai reaktansi peralihan, konstanta
inersia, pembangkitan daya aktif dan reaktif.
b. Karakteristik transformator pembangkit berupa nilai reaktansi
c. Karakteristik saluran transmisi berupa nilai reaktansi
d. Konfigurasi rangkaian dari generator hingga bus yang dinyatakan
sebagai bus tidak terhingga.
3. Analisis Perhitungan
Penulis melakukan pengolahan data dan perhitungan terhadap data yang
diperoleh.
4. Pengujian Hasil
15

Dalam penelitian ini akan dilakukan simulasi metode kriteria luas sama
dan pengujian menggunakan software MATLAB.

16

Cetak kurva sudut daya sistem, sudut kerja awal, sudut ayunan maksimum, sudut pemutus kritis

Selesai

Gambar 7. Flowchart penelitian


17

K. Kesimpulan
Kesimpulan sementara yang diharapkan dari penelitian ini adalah
didapatkan nilai sudut

pemutus

kritis (Critical Clearing Angle) dan waktu

pemutus kritis (Critical Clearing Time) dalam keadaan peralihan pada setiap
mesin sehingga ditemukan mesin yang paling terganggu sehingga dapat
menentukan sistem secara keseluruhan stabil atau tidak.
L. Rancangan Biaya
1. Bahan dan Alat :
No.
1.
2.
3.

Nama Bahan

Volume

Biaya Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Buku Referensi
ATK
MATLAB

2 Buah
1 Set

100.000
40.000

200.000
100.000

1 Buah

R2008B

Jumlah Biaya (Rp)


2. Perjalanan/ Transportasi:
No.
1.

Kota/ tempat tujuan


PT.
PLN
P3B
Sumatra, Pekanbaru

300.000

Volume

Biaya Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

10 x (PP)

20.000

200.000

Jumlah Biaya (Rp)


200.000
3. Pengeluaran Lain-lain (Administrasi, Publikasi dan Operasional) :
No
1.
2.

Biaya

Satuan

Uraian Kegiatan

Volume

Dokumentasi Penelitian
Pengetikan dan

4 Kali

(Rp)
20.000

Jumlah(Rp)

5 Rangkap

20.000

100.000

1 Kali

250.000

250.000

80.000

3.

Perbanyakan Proposal
Seminar Proposal
Pengetikan dan

4.

Perbanyakan Laporan

6 Rangkap

100.000

600.000

5.

Hasil Penelitian
Seminar Hasil Penelitian

1 Kali

300.000

200.000

Jumlah Biaya (Rp)


4. Total
No.

1.230.000
Pengeluaran

Biaya (Rp)
18

1.

Bahan dan Alat

300.000

2.

Perjalanan/Transportasi

200.000

3.

Pengeluaran Lain-Lain

1.230.000

Jumlah Biaya (Rp)

1.730.000

Terbilang : Satu Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Ribu.

DAFTAR PUSTAKA
Cekdin, Cekmas. 2006. Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

19

Kundur, Prabha. 1994. Power System Stability and Control. New York: McGrawHill, Inc.
Laksonom Heru Dibyo. 2008. Studi Kestabilan Transien Sistem tenaga Listrik
Multimesin (Model IEEE 9 Bus 3 Mesin. Jurnal Teknika pada Fakultas
Teknik, Universitas Andalas, Padang, Vol. 1 No. 30.
Maherianto. 2012. Studi Stabilitas Transien Multimesin pada Sistem Tenaga
Listrik (Studi Kasus : PT. PLN P3B Sumatera). Jurnal Teknika pada
Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang, Vol. 1 No. 37.
Rotinsulu, Frietz Andrew. 2015. Analisa Stabilitas Peralihan STL Minahasa
Menggunakan Metode Kriteria Luas Sama. Fakultas Teknik, UNSRAT,
Manado.
Sahid. 2006. Panduan Praktis Matlab disertai Latihan Langsung. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Sandra, Boy. 2009. Perancangan Software Aplikasi untuk Perkiraan Stabilitas
Transien Multimesin Menggunakan Metode Kriteria Sama Luas. Tugas
Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya.
Stevenson, W.D. 1996. Analisis Sistem Tenaga Listrik (4th ed.). Kamal Idris,
Penterjemah. Jakarta: Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai