MOTOR DC
1
1.2 TEORI DASAR
1.2.1 Ruang Lingkup Percobaan
1.2.1.1 Pengukuran Resistansi Belitan Motor dc
Mesin dc bisa dioperasikan sebagai motor dc maupun sebagai generator dc.
Belitan motor terdiri dari:
a. Belitan jangkar
b. Belitan kutub bantu
c. Belitan eksitasi/belitan medan
Arus beban mengalir melalui dua belitan yang pertama, belitan ini
mempunyai resistansi yang kecil. Sistem pengukuran tahanan belitan jangkar ini
ada beberapa metode pengukuran yang bisa dilakukan antara lain metode ohm
meter, volt dan ampere meter, serta metode statis dan dinamis. Dalam percobaan
ini kita memakai sistem pengukuran dengan metode statis dan dinamis.
Pengukuran resistansi belitan arus penguatan dilakukan dengan menggunakan
metode yang sama dengan pengukuran tahanan belitan jangkar yakni metode tidak
langsung dan metode langsung.
2
“rendah” hanya bersifat relatif, yaitu tahanan yang diukur jauh lebih tendah dari
tahanan Voltmeter. Sebagai contoh, diperkirakan tahanan yang akan diukur adalah
1000 Ω, tahanan Amperemeter 1 Ω dan tahanan Voltmeter 999 kΩ, maka kedua
macam rangkaian sama baiknya karena memberikan hasil pengukuran dengan
persentase kesalahan yang sama. Bagaimana jika tahanan yang diukur
diperkirakan 0,1 Ω? Jelas rangkaian dengan metode tahanan-rendah lebih cocok
karena akan memberikan persentase kesalahan yang dapat diabaikan. Bagaimana
jika tahanan yang akan diukur diperkirakan 1 MΩ? Jelas rangkaian dengan
metode tahanan–tinggi lebih cocok karena akan memberikan persentase kesalahan
yang dapat diabaikan.
+ +
A
I A rA I
IV IX
+ +
Vs rV V Vs rV V V
- V - Rx
Rx
- -
(a) (b)
Dan :
Vm = Im rA + Im Rx ............................................................................................(1-3)
3
Maka :
Vm
Rm = = rA+ Rx ........................................................................................................................................... (1-4)
Im
Persamaan (1-4) menunjukan bahwa ternyata nilai hasil pengukuran (Rm) lebih
besar dari nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang diukur
adalah :
Rx = Rm - Ra ......................................................................................................(1-5)
|Rm −Rx | rA
E= × 100% = × 100% ................................................................(1-6)
Rx Rx
Im rA
E= × 100% …................................................................................(1-7)
Vm −Im rA
Vx Vx
Vm = Vx ; Ix = ; Iv = .................................................................................(1-9)
Rx rv
Vm Vx
Rm = = .............................................................................................(1-10)
Im Iv + Ix
rv Rx Rx
Rm = = R ..................................................................................(1-11)
rv + Rx 1+ r x
V
4
Ternyata dalam persamaan (1-11) terindikasi bahwa nilai hasil pengukuran (Rm)
lebih kecil dari pada nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang
diukur adalah :
rV Rm
Rx = ................................................................................................(1-12)
rV −Rm
rV .Vm
Rx= ..............................................................................................(1-13)
rV Im −Vm
|Rm −Rx | Rx
E= × 100% = × 100% .....................................................(1-14)
Rx rV + Rx
Vm
E= × 100% .........................................................................................(1-15)
Im .rV
5
Vm M Vf
Rf
2. Motor dc Shunt
Vm Rsh M
6
1.2.2.2 Cara Mengoperasikan Motor dc
1. Motor dc Penguat Terpisah
1) Hubungkan tegangan input jala-jala dengan input dari regulator,dalam
keadaan saklar pada tegangan jala-jala terbuka/off.
2) Hubungkan output regulator dengan input penyearah.
3) Kemudian ouput penyearah dihubungkan dengan belitan jangkar pada
motor.
4) Hubungkan belitan jangkar dengan belitan eksitasi motor.
5) Pastikan regulator dalam keadaan minimum.
6) Kemudian , putar regulator hingga mencapai nilai tegangan yang
diinginkan.
7) Atau sesuai dengan putaran yang telah ditentukan oleh pembimbing.
8) Catatlah hasil dari parameter yang telah ditentukan.
2. Motor dc Shunt
1) Hubungkan tegangan input jala-jala dengan input dari regulator,dalam
keadaan saklar pada tegangan jala-jala terbuka/off.
2) Hubungkan output regulator dengan input penyearah.
3) Kemudian ouput penyearah dihubungkan dengan belitan jangkar pada
motor.
4) Hubungkan belitan jangkar dengan belitan eksitasi motor.
5) Pastikan regulator dalam keadaan minimum.
6) Kemudian , putar regulator hingga mencapai nilai tegangan yang
diinginkan.
7) Atau sesuai dengan putaran yang telah ditentukan oleh pembimbing.
8) Catatlah hasil dari parameter yang telah ditentukan.
7
1.2.2.3 Karakteristik Motor dc
1. Karakteristik Motor dc Penguat Terpisah
a. Karakteristik Tanpa Beban
Eb = Vm–Iam . Ra
kv’ . n . If = Vm–Ia . Ra
𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎
n =
𝑘𝑣′ . 𝐼𝑓
𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎 1
= ∙
𝑘𝑣′ 𝐼𝑓
𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎
Misalkan : = 𝑘1 maka
𝑘𝑣′
𝑘
n = 𝐼 1…...................................................................................................(1-16)
𝑓
n [rpm]
1
If [A]
Gambar 1.4 Karakteristik tanpa beban, n sebagai fungsi dari If dari motor
dc penguat terpisah.
8
b. Karakteristik Torsi
n = f(𝜏) , Vm , If = konstan
𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎
n=
𝑘𝑣′ . 𝐼𝑓
𝑅𝑎
𝑉𝑚− 𝑇
𝑘𝑇 .𝐼𝑓 𝐴
𝜏𝐴 = = 𝑘𝑇 . 𝐼𝑎 . 𝐼𝑓
𝑘𝑇 .𝐼𝑓
𝜏𝐴
dimana: Ia = , maka :
𝑘𝑇 .𝐼𝑓
n = k2- k3.𝜏𝐴
𝜏𝐴 = 𝜏𝑠ℎ + ∆𝜏
∆𝜏 di asumsikan konstan
n = k2-k3.k4 𝜏𝑠ℎ
misalkan: k3.k4 = k5
n = k2-k5.𝜏𝑠ℎ ...........................................................................................(1-17)
Gambar 1.5 Karakteristik torsi, n sebagai fungsi dari 𝝉a, dari motor dc
penguat terpisah
9
c. Karakteristik Arus Jangkar
Karakterisktik arus jangkar adalah karakteristik yang menggambarkan
putaran sebagai fungsi dari arus jangkar pada keadaan tegangna input motor dan
arus medan konstan.
n = f(Ia) , Vm , If = konstan
𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎
n=
𝑘𝑣′ .𝐼𝑓
𝑉𝑚 𝑅𝑎
= - . 𝐼𝑎
𝑘𝑣′ .𝐼𝑓 𝑘𝑣′ .𝐼𝑓
Misalkan :
𝑉𝑚 𝑅𝑎
𝑘2 = dan 𝑘6 = , maka:
𝑘𝑣′ .𝐼𝑓 𝑘𝑣′ .𝐼𝑓
n = 𝑘2 − 𝑘6 . 𝐼𝑎 .......................................................................................(1-18)
Gambar 1.6 Karakteristik arus jangkar (n) sebagai fungsi dari Iam, dari
motor dc penguat terpisah.
10
d. Karakteristik Efisiensi
1) Rugi-rugi Mekanik
2) Rugi-rugi Besi
11
Karakteristik Efisiensi 1
η = f(Pout); n, If = constan
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑃𝑖𝑛
=
𝑃𝑜𝑢𝑡 + ∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
dimana,
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 = 𝑘7 .𝑃𝑜𝑢𝑡
Sehingga:
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑃 + ∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
=
𝑃𝑜𝑢𝑡 + ∆𝑃𝑎 + ∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 2
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝐼𝑎 .𝑅𝑎 + 𝑘7 .𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
= = 𝑉 –𝐸
(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝐼𝑎2 .𝑅𝑎 (𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + ( 𝑚 𝑏 )2 .𝑅𝑎
𝑅𝑎
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎 .𝑃𝑜𝑢𝑡
= (𝑉𝑚 −𝑘′𝑣 𝑛𝐼𝑓 )2
=
𝑅𝑎 .(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + (𝑉𝑚 −𝑘𝑣′ 𝑛𝐼𝑓 )2
(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 +
𝑅𝑎
𝑅𝑎 .𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑅 + (𝑉𝑚 −𝑘8 )2
..........................................................................(1-20)
𝑎 .(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡
Terlihat η sebagai fungsi dari variabel 𝑃𝑜𝑢𝑡 dan 𝑉𝑚 . Efisiensi maksimum terjadi
pada suatu nilai tertentu dari 𝑃𝑜𝑢𝑡 atau 𝑉𝑚 , yaitu 𝑉𝑚 = 𝑘𝑣′ 𝑛𝐼𝑓 .
Karakteristik Efisiensi 2
η= f(Pout); 𝑉𝑚 , If = constan
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑃𝑖𝑛
=
𝑃𝑜𝑢𝑡 + ∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
dimana,
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 = 𝑘7 .𝑃𝑜𝑢𝑡
12
Sehingga,
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑃 + ∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
=
𝑃𝑜𝑢𝑡 + ∆𝑃𝑎 + ∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 2
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝐼𝑎 .𝑅𝑎 + 𝑘7 .𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
= = 𝑉 –𝐸
(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝐼𝑎2 .𝑅𝑎 (𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + ( 𝑚 𝑏 )2 .𝑅𝑎
𝑅𝑎
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎 .𝑃𝑜𝑢𝑡
= (𝑉𝑚 −𝑘′𝑣 𝑛𝐼𝑓 )2
=
𝑅𝑎 .(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + (𝑉𝑚 −𝑘𝑣′ 𝑛𝐼𝑓 )2
(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 +
𝑅𝑎
𝑅𝑎 .𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑅 + (𝑘9 −𝑘10 𝑛)2
......................................................................(1-21)
𝑎 .(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡
Terlihat η sebagai fungsi dari variabel 𝑃𝑜𝑢𝑡 dann. Efisiensi maksimum terjadi
𝑉𝑚
pada suatu nilai dari 𝑃𝑜𝑢𝑡 atau n, yaitu n =
𝑘𝑣′ .𝐼𝑓
ᶯ (%)
Gambar 1.7 Karakteristik efesiensi (η) sebagai fungsi dari 𝑷𝒐𝒖𝒕 , dari motor
dc penguat terpisah.
13
2. Karakteristik Motor dc Penguat Shunt
a. Karakteristik Tanpa Beban
Karakteristik tanpa beban adalah karakteristik yang menggambarkan putaran
(n) sebagai fungsi dari arus eksitasi (If), pada keadaan tanpa beban (T = 0) dan
tegangan terminal (Vtm) konstan.
Vtm - Ia Ra
n=
kv Ia
Jika Ia diabaikan atau Ia cukup kecil karena motor tanpa beban maka dapat ditulis:
k1
n= .....................................................................................................(1-22)
If
dalam hal ini :
k1 = konstan
Pada motor shunt, arus eksitasi If tak dapat diatur dari keadaan nol.
Grafik untuk hubungan dalam persamaan (1-62) adalah sebagai berikut:
If
Gambar 1.8 Karakteristik tanpa beban, n sebagai fungsi dari If dari motor
dc shunt.
b. Karakteristik Torsi
Karakteristik torsi adalah karakteristik yang menggambarkan putaran (n)
sebagai fungsi torsi dari (𝜏a) pada keadaan tegangan terminal (Vtm) dan arus
eksitasi (If) konstan.
14
T R
Vtm - Ia Ra Vtm - ka I a
Tf
n= =
kv Ia kv Ia
k2 R a1 > R a2 > R a3
R a3
R a2
R a1
k2
𝜏a
k3
Gambar 1.9 Karakteristik torsi, n sebagai fungsi dari 𝜏a, dari motor dc
shunt.
15
Vtm - Ia Ra
n=
kv Ia
Jika Vtm dan If konstan maka dapat ditulis :
n = k4 – k5.Iam ………………………………………….……………...(1-24)
dalam hal ini :
Vtm Ra
k4 = dan k5 =
kv If kv If
k4 R a1 > R a2 > R a3
R a3
R a2
R a1
k4 Iam
k5
Gambar 1.10 Karakteristik arus jangkar, n sebagai fungsi dari Iam, dari
motor dc shunt.
d. Karakteristik Efisiensi
Karakteristik efesiensi adalah karakteristik yang menggambarkan efesiensi
(η) sebagai fungsi dari daya (P), pada keadaan tegangan terminal (Vtm) dan arus
eksitasi (If) konstan. Efesiensi merupakan perbandingan antara daya keluaran
(Pout) dengan daya masukan (Pin).Dengan mengetahui kedua daya tersebut
efisiensi dapat dituliskan sebagai berikut :
Pout
= …………………………………………….………………….(1-25)
Pin
16
Daya masukan (Pin) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
Pin = Vtm.Iam …………………………………………………………..(1-26)
πn
Pout = Tsh .
30
πn
Pout = (Ta – ΔT ) .
30
πn
Pout = (kt Ia If - ΔT ) . …………………………………...…………..(1-27)
30
Dimana : ΔT = rugi-rugi
ᶯ (%)
Gambar 1.11 Karakteristik efesiensi (η) sebagai fungsi dari 𝑷𝒐𝒖𝒕 , dari
motor dc penguat shunt.
17
1.3 DATA SPESIFIKASI MOTOR DC
1.3.1 Data Spesifikasi Motor dc
18
1.4 RANGKAIAN PERCOBAAN
1.4.1 Percobaan Statis
+ -
+ A1
V
-
B2
+ -
+ A1
V
-
B2
19
+ -
E1
v
+
-
E2
E1
V
E2
20
1.4.2 Percobaan Dinamis
1.4.2.1 Tanpa Beban
A
L1 R + +
Regulator Penyearah
L2 S 3- phasa V M
3- Phasa
L3 T - -
Rf
L1 R + +
Penyearah A
L2 Regulator S
3-Phasa 3-phasa V M G
L3 T - Rf -
Gambar 1.17 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator off
21
L1 R + +
Regulator Penyearah A
L2 S 3-phasa
3-Phasa V M G V
L3 T - Rf
Rf -
Gambar 1.18 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator dc shunt bertegangan tanpa beban
L1 R + +
Penyearah A
L2 Regulator S
3- Phasa 3- phasa V M G V
L3 T - Rf Rf
-
Gambar 1.19 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator dc penguat terpisah bertegangan tanpa
beban
22
L1 R A
+
L2 Regulator S Penyearah
3- phasa 3- phasa V Rf M
L3 T -
L1 R A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G
L3 T -
Gambar 1.21 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator off
L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V
L3 T -
Gambar 1.22 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator dc shunt bertegangan
tanpa beban
23
L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V
L3 T -
Gambar 1.23 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator dc penguat terpisah
bertegangan
1.4.2.2 Berbeban
L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V R
L3 T -
Gambar 1.24 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator shunt berbeban
L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V R
L3 T -
Gambar 1.25 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator penguat terpisah berbeban
24
L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V R
L3 T -
Gambar 1.26 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator shunt berbeban
L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V R
L3 T -
Gambar 1.27 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator penguat terpisah berbeban
25
1.5 PROSEDUR PERCOBAAN
1.5.1 Pengukuran Tahanan Belitan
1. Mengukur tahanan belitan jangkar dan belitan medan motor dc dengan
menggunakan ohm meter.
2. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.
26
(Sebelum motor dibebani motor diputar pada putaran nominalnya yaitu
3000 rpm catatlah semua alat ukur pada kondisi ini. Membebani motor
dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu oleh pembimbing),
Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga mencapai kondisi
nominalnya dengan mempertahankan putaran nominalnya dengan
mengatur arus penguatannya. Kemudian mencatat daya yang masuk ke
motor yang dikeluarkan generator.
3. Mencatat data hasil pengukuran kedalam tabel data yang telah
disediakan.Efisiensi yang akan dihitung adalah efisiensi total antara motor
dan generator.
27
1.6 HASIL PENGAMATAN
1.6.1 Percobaan Statis
Jangkar, Ra Medan, Rf
Tabel 1.3 Data percobaan motor dc shunt tidak terkopel (Vm= konstan)
28
Tabel 1.4 Data percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator
off (Vm = konstan)
29
Tabel 1.6 Data percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator dc
penguatan terpisah bertegangan tanpa beban (Vm, Iam, Ifg =
konstan)
Tabel 1.7 Data percobaan motor dc terpisah tidak terkopel (Vm, Iam=
konstan)
30
Tabel 1.8 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator off (Vm, Iam= konstan)
31
Tabel 1.9 (Lanjutan)
32
Tabel 1.11 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (Vm, If = konstan)
33
Tabel 1.12 (Lanjutan)
8. 339 0,52 11,4 2689 210 11,4 3-2-2
9. 339 0,52 12,2 2688 210 12,6 3-3-2
10. 342 0,52 13,2 2688 207 13,8 3-3-3
34
Tabel 1.14 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (n, If , Ifg = konstan)
2. 267 0,3 5,0 2517 218 3,1 219 166 1,3 1-1-0
3. 267 0,3 6,3 2485 214 4,6 215 166 1,3 1-1-1
4. 267 0,3 9,3 2519 212 7,5 213 166 1,3 2-2-1
6. 267 0,3 13,9 2565 212 11,6 213 166 1,3 3-3-2
7. 267 0,3 15,5 2582 212 12,9 213 166 1,3 3-3-3
35
Tabel 1.16 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator shunt berbeban (vm, Iexm , Ifg = konstan)
2. 261 0,3 3,6 2498 217 1,6 217 157 1,3 1-0-0
4. 263 0,3 6,2 2498 213 4,5 223 158 1,2 1-1-1
5. 262 0,3 7,5 2498 210 5,9 211 157 1,2 2-1-1
6. 262 0,3 8,9 2498 208 7,4 209 157 1,2 2-2-1
7. 261 0,3 10,4 2498 206 8,7 207 165 1,2 2-2-2
36
Tabel 1.18 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (n, If , Ifg = konstan)
37
1.7 ANALISIS HASIL PERCOBAAN
1.7.1 Percobaan Statis
1.7.1.1 Menganalisis Name Plate Motor dc
Dari data name plate/ nama mesin motor dc diatas, maka diperoleh gambar
rangkaian sebagai berikut:
+ If = 0, 56 A
+
M Eb Rsh
- Vtm
= 400 V
P = 5 kW
n = 3000 rpm
If = 0, 56 A
+
Vtm = 400 V
M Eb Rf
-
P = 5 kW
n = 3000 rpm
38
Berdasarkan gambar rangkaian di atas, maka dapat diperkirakan nilai dari:
Vf = 400 V
Iam = 14,2 A
Pout = 5000 W
39
b. Sebagai Penguat Terpisah
∆P = Pin- Pout
= 5680 – 5000
= 680 W
40
Pa = Vm . Iam – Iam2 . Ra - ∆Vsikat . Iam
= 400 . 14,2 – 14,22 . 3 – 2 . 14,2 = 5046,68 W
30 .𝑃𝑎 30 .5046,68
𝑘𝜏𝑎 = = = 2,02 NmA-2
𝜋.𝑛.𝐼𝑎𝑚. 𝐼𝑓 𝜋.3000.14,2.0,56
= 2,02 NmA-2
= 2,02 NmA-2
41
1.7.1.2 Menghitung Tahanan Secara Tidak Langsung
Untuk pengukuran tahanan jangkar :
𝑟𝐴 = 1 Ω
𝑟𝑣 = 75000 Ω
Untuk pengukuran tahanan medan :
𝑟𝐴 = 1 Ω
𝑟𝑣 = 2250000 Ω
Error = 41,67 %
V 195
R f = I m − rA = − 1 = 540,67 Ω
m 0,36
Iam r
Error = |V −I Ar | × 100%
m m A
0,36 x 1
Error =| | x 100%
195−(1x1)
Error = 0,18 %
42
b. Pengukuran tahanan belitan dengan metode tahanan rendah.
1) Tahanan belitan jangkar
V 2,8
Ram = I = = 2,8 Ω
1
V . rv
Ra = (I m.r )−V
m v
2,8 x 75000
=
(1 x 75000)-2,8
= 2,8 Ω
Vm
Error = × 100%
Im .rV
2,8
=| | × 100%
1 x 75000
= 0,00373 %
Vm
Error = × 100%
Im .rV
189
=| |x100%
0,36 x 2250000
= 0,023 %
43
1.7.2 Percobaan Dinamis
1.7.2.1 Menggambarkan Karakteristik Percobaan Tanpa Beban
1. Dari Tabel 1.3 untuk percobaan motor dc shunt tidak terkopel
dimana Vm = konstan
2940
2920
2900
2880
n (rpm)
2860
2840
2820
2800
0.4 0.45 0.5 0.55 0.6
If (A)
Gambar 1.30 Karateristik beban nol tidak terkopel untuk n=f(If) pada
motor dc shunt.
44
2. Dari Tabel 1.4 untuk percobaan motor dc shunt terkopel dengan
generator off dimana Vm, Iam = konstan
3100
3080
3060
3040
n (rpm)
3020
3000
2980
2960
2940
0.47 0.49 0.51 0.53 0.55 0.57 0.59 0.61
If (A)
Gambar 1.31 Karateristik beban nol terkopel generator off untuk n=f(If)
untuk motor dc shunt.
45
3. Dari Tabel 1.5 untuk percobaan motor dc shunt terkopel dengan
generator dc shunt tanpa beban dimana Vm, Iam= konstan
2740
2720
2700
2680
n (rpm)
2660
2640
2620
2600
0.42 0.44 0.46 0.48 0.5 0.52
If (A)
46
4. Dari Tabel 1.6 untuk percobaan motor dc shunt terkopel dengan
generator dc penguatan terpisah bertegangan tanpa beban dimana
Vm, Iam, Ifg = konstan
3000
2980
2960
2940
n (rpm)
2920
2900
2880
2860
0.43 0.45 0.47 0.49 0.51 0.53 0.55
If (A)
47
3200
3100
3000
Tidak Terkopel
2600
2500
0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65
If (A)
Gambar 1.34 Karateristik beban nol untuk n=f(If) untuk motor dc shunt
48
5. Dari Tabel 1.7 untuk percobaan motor dc terpisah tidak terkopel
dimana Vm, Iam= konstan
3050
3025
3000
2975
2950
n (rpm)
2925
2900
2875
2850
2825
2800
0.29 0.3 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 0.4
If (A)
Gambar 1.35 Karateristik beban nol tidak terkopel untuk n=f(If) untuk
motor dc penguat terpisah
49
6. Dari Tabel 1.8 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator off dimana Vm, Iam= konstan
3030
3005
2980
2955
2930
n (rpm)
2905
2880
2855
2830
2805
2780
0.29 0.3 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 0.4
If (A)
Gambar 1.36 Karateristik beban nol terkopel generator off untuk n=f(If)
untuk motor dc penguat terpisah.
50
7. Dari Tabel 1.9 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator dc shunt tanpa beban dimana Vm, Iam= konstan
2550
2525
2500
2475
n (rpm)
2450
2425
2400
2375
2350
0.29 0.3 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39
If (A)
51
8. Dari Tabel 1.10 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator dc penguatan terpisah bertegangan tanpa beban
dimana Vm, Iam, Ifg = konstan
3050
3000
2950
n (rpm)
2900
2850
2800
2750
0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.4
If(A)
52
3100
3000
2900
2800
Tidak terkopel
2700
Terkopel generator off
n (rpm)
2400
2300
2200
0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.4
If (A)
Gambar 1.39 Karateristik beban nol untuk n=f(If) untuk motor dc penguat terpisah
53
1.7.2.2 Menggambarkan Karakteristik Percobaan Berbeban
Untuk menghitung dan menggambarkan karakteristik arus jangkar,
torsi dan efisiensi digunakan Tabel dibawah ini:
1. Dari Tabel 1.11 untuk percobaan motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguat shunt berbeban dimana Vm, If = konstan
2660
2650
2640
2630
2620
2610
n (rpm)
2600
2590
2580
2570
2560
2550
4 6 8 10 12
If (A)
54
Untuk menghitung besar torsi (τsh ) hasil percobaan pada Motor dc
penguat shunt.
Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.11
a) Cara 1
Pout = Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 327. 5,2 − 2. 5,2 − 5,22 . 3 − 46,68
= 1562,2 W
Sehingga,
30 ×1562,2
q𝜏𝑠ℎ = = 5,659 Nm
𝜋 2636
b) Cara 2
A𝜏𝑎 = 𝑘𝜏 . 𝐼𝑎𝑚 . 𝐼𝑓
= 2,02 . 5,2. 0,56
= 5,882 Nm
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 𝑥 30
∆𝜏 =
𝜋𝑛
46,68 𝑥 30
=
𝜋 .2636
= 0,169 Nm
Sehingga,
a𝜏𝑠ℎ = 𝜏𝑎 − ∆𝜏
= 5,882 –0,169
= 5,713 Nm
Untuk mengecek besar torsi (τsh ) pada Motor dc penguat shunt digunakan
list program:
55
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = Putaran
M=kτ
X = ∆ Pmek
Tabel 1.19 Hasil analisa data motor dc penguatan shunt terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (Vm, If = konstan)
𝜏𝑠ℎ 𝜏𝑠ℎ
n Iam If
No Cara 1 Cara 2
(rpm) (A) (A)
(Nm) (Nm)
56
2650
2640
2630
2620
2610
n (rpm)
2600
2590
2580
2570
2560
2550
4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.41 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban cara 1.
57
2650
2640
2630
2620
2610
n (rpm)
2600
2590
2580
2570
2560
2550
4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.42 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban cara 2.
58
2650
2640
2630
2620
2610
n (rpm)
τsh (Cara 2)
2590
2580
2570
2560
2550
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.43 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝛕𝐬𝐡 (Nm) pada percobaan motor dc penguat shunt terkpel dengan
generator penguat shunt berbeban
59
2. Dari Tabel 1.12 untuk percobaan motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguat shunt berbeban dimana n, If = konstan
Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.12
𝑃𝑜𝑢𝑡 1205,32
ɳ= = = 81,55 %
𝑃𝑖𝑛 1478,04
60
Tabel 1.20 Hasil analisa data motor dc penguatan shunt terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (ɳ, If = konstan)
61
85.5
85
84.5
84
83.5
ɳ (%)
83
82.5
82
81.5
81
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Pout (Watt)
Gambar 1.44 Hubungan antara efisiensi, ɳ (%) dengan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban
62
3. Dari Tabel 1.13 untuk percobaan motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban dimana Vm, If , Ifg =
konstan
2740
2720
2700
2680
n (rpm)
2660
2640
2620
2600
2580
2 4 6 8 10 12
Iam (A)
63
Untuk menghitung besar torsi (τsh ) hasil percobaan pada Motor dc
penguat shunt.
Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.13
a) Cara 1
Pout = Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 327. 4 − 2. 4 − 42 . 3 − 46,68
= 1205,32 W
Sehingga,
30 ×1205,32
q𝜏𝑠ℎ = = 4,255 Nm
𝜋 2705
b) Cara 2
A𝜏𝑎 = 𝑘𝜏 . 𝐼𝑎𝑚 . 𝐼𝑓
= 2,02 . 4. 0,52
= 4,201 Nm
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 .30
∆𝜏 =
𝜋𝑛
46,68.30
=
𝜋 .2705
= 0,164 Nm
Sehingga,
a𝜏𝑠ℎ = 𝜏𝑎 − ∆𝜏
= 4,2016 –0,164
= 4,037 Nm
Untuk mengecek besar torsi (τsh ) pada Motor dc penguat shunt digunakan
list program:
64
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = Putaran
M=kτ
X = ∆ Pmek
Tabel 1.21 Hasil analisis data motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (Vm, If, Ifg = konstan).
𝜏𝑠ℎ 𝜏𝑠ℎ
n Iam If
No Cara 1 Cara 2
(rpm) (A) (A)
(Nm) (Nm)
65
2720
2700
2680
2660
n (rpm)
2640
2620
2600
2580
4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.46 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝛕𝐬𝐡 (Nm) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguatan terpisah berbeban cara 1.
66
2720
2700
2680
2660
n (rpm)
2640
2620
2600
2580
3.5 5.5 7.5 9.5 11.5 13.5
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.47 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝛕𝐬𝐡 (Nm) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguatan terpisah berbeban cara 2.
67
2720
2700
2680
τsh (Cara 1)
n (rpm)
2660
τsh (Cara 2)
2640
2620
2600
2580
3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.48 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝛕𝐬𝐡 (Nm) pada percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguatan terpisah berbeban
68
4. Dari Tabel 1.14 untuk percobaan motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban dimana n, If , Ifg =
konstan
Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.14
𝑃𝑜𝑢𝑡 1217,32
ɳ= = = 81,61 %
𝑃𝑖𝑛 1491.6
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = ∆ Pmek
69
Tabel 1.22 Hasil analisa data motor dc penguatan shunt terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban (ɳ, If =
konstan)
n Vm Iam Pin Pout ɳ
No
(rpm) (V) (A) (Watt) (Watt) (%)
70
86
85
84
83
ɳ (%)
82
81
80
79
78
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Pout (Watt)
Gambar 1.49 Hubungan antara efisiensi, ɳ (%) dengan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat terpisah berbeban
71
5. Dari Tabel 1.15 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator shunt berbeban dimana Vm, If , Ifg = konstan
2600
2580
2560
n (rpm)
2540
2520
2500
2480
0 5 10 15 20
Iam (A)
72
Untuk menghitung besar torsi (τsh ) hasil percobaan pada Motor dc
penguat terpisah.
Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.15
a) Cara 1
Pout = Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 267. 5 − 2. 5 − 52 . 3 − 46,68
= 1203,32 W
Sehingga
30 ×1203,03
q𝜏𝑠ℎ = = 4,565 Nm
𝜋 2517
b) Cara 2
A𝜏𝑎 = 𝑘𝜏 . 𝐼𝑎𝑚 . 𝐼𝑓𝑚
= 2,02 . 5. 0,3
= 3,03 Nm
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 .30
∆𝜏 = 𝜋𝑛
46,68 .30
= 𝜋 .2517
= 0,178 Nm
Sehingga,
a𝜏𝑠ℎ = 𝜏𝑎 − ∆𝜏
= 3,03 – 0,155
= 2,853 Nm
Untuk mengecek besar torsi (τsh ) pada Motor dc penguat terpisah
digunakan list program:
73
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = Putaran
M=kτ
X = ∆ Pmek
Tabel 1.23 Hasil analisa data motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (Vm, If = konstan)
𝜏𝑠ℎ 𝜏𝑠ℎ
(Cara 1) (Cara 2)
2517 0,3 4,565 2,853
1 5
74
2600
2580
2560
n (rpm)
2540
2520
2500
2480
3.5 5.5 7.5 9.5 11.5 13.5
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.51 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada
percobaan motor dc penguat terpisah terkopel generator
penguatan shunt cara 1.
75
2600
2580
2560
n (rpm)
2540
2520
2500
2480
2.5 4.5 6.5 8.5 10.5
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.52 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada
percobaan motor dc penguat terpisah terkopel generator
penguatan shunt cara 2.
76
2600
2580
2560
n (rpm)
2540
𝜏𝑠ℎ (cara 1)
𝜏𝑠ℎ (cara 2)
2520
2500
2480
2 4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.53 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
generator penguatan shunt.
77
6. Dari Tabel 1.16 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator shunt berbeban dimana Vm, Iexm , Ifg = konstan
Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.16
a. Pin
b. = Vm . Iam
= 261 . 3,6
= 939,6 Watt
c. Pout = Pin - ∆Psikat - ∆Pa - ∆Pmek
= Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 261. 3,6 – 2 . 3,6 –3,62 .3 – 46,68
= 846,84 Watt
𝑃𝑜𝑢𝑡 864,84
ɳ= = = 90,13 %
𝑃𝑖𝑛 939
Untuk mengecek hasil efisiensi (ɳ) pada Motor dc penguat terpisah maka
digunakan list program:
∆ 100Y÷X ∆ Goto 1
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = ∆ Pmek
78
Tabel 1.24 Hasil analisa data motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (ɳ, If = konstan)
79
91
90
89
ɳ (%)
88
87
86
85
500 1000 1500 2000 2500
Pout (Watt)
Gambar 1.54 Hubungan antara efisiensi, ɳ (%) dengan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban
80
7. Dari Tabel 1.17 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban dimana Vm, If , Ifg =
konstan
2780
2760
2740
n (rpm)
2720
2700
2680
2660
2 4 6 8 10 12 14
Iam (A)
81
Untuk menghitung besar torsi (τsh ) hasil percobaan pada Motor dc
penguat terpisah.
Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.17
a) Cara 1
Pout = Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 300 . 3,8 − 2 . 3,8 − 3,82 . 3 − 46,68
= 1042,4 W
Sehingga
30 ×1042,4
q𝜏𝑠ℎ = = 3,597 Nm
𝜋 2767
b) Cara 2
A𝜏𝑎 = 𝑘𝜏 . 𝐼𝑎𝑚 . 𝐼𝑓𝑚
= 2,02 . 3,8. 0,34
= 2,61Nm
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 .30
∆𝜏 = 𝜋𝑛
46,68 .30
= 𝜋 .2767
= 0,161 Nm
Sehingga,
a𝜏𝑠ℎ = 𝜏𝑎 − ∆𝜏
= 3,03 – 0,155
= 2,449 Nm
Untuk mengecek besar torsi (τsh ) pada Motor dc penguat terpisah
digunakan list program:
82
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = Putaran
M=kτ
X = ∆ Pmek
𝜏𝑠ℎ 𝜏𝑠ℎ
(Cara 1) (Cara 2)
2759 0,34 2,450 1,624
1 2,6
83
2780
2760
2740
n (rpm)
2720
2700
2680
2660
0 2 4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.56 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝝉𝒔𝒉 (Nm) pada
percobaan motor dc penguatan terpisah terkopel dengan
generator penguatan terpisah berbeban cara 1.
84
2780
2760
2740
n (rpm)
2720
2700
2680
2660
0 2 4 6 8 10
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.57 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝝉𝒔𝒉 (Nm) pada
percobaan motor dc penguatan terpisah terkopel dengan
generator penguatan terpisah berbeban cara 2.
85
2780
2760
2740
n (rpm)
2700
2680
2660
0 2 4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)
Gambar 1.58 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝝉𝒔𝒉 (Nm) pada percobaan motor dc penguatan terpisah terkopel
dengan generator penguatan terpisah berbeban.
86
8. Dari Tabel 1.18 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban dimana n, If , Ifg =
konstan
Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.18
a. Pin = Vm . Iam
= 317 . 2,1
= 665.7Watt
b. Pout = Pin - ∆Psikat - ∆Pa - ∆Pmek
= Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 317. 2,1 – 2 . 2,1 – 2,12 .3 – 46,68
= 601,59 Watt
𝑃𝑜𝑢𝑡 601,59
ɳ= = = 90,33 %
𝑃𝑖𝑛 665.7
Untuk mengecek hasil efisiensi (ɳ) pada Motor dc penguat terpisah maka
digunakan list program:
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = ∆ Pmek
87
Tabel 1.26 Hasil analisa data motor dc penguatan terpisah terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (ɳ, If = konstan)
88
93
92
91
90
ɳ (%)
89
88
87
86
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Pout (Watt)
Gambar 1.59 Hubungan antara efisiensi, ɳ (%) dengan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban
89
1.8 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Pada percobaan tanpa beban, hubungan antara arus penguatan (If) terhadap
putaran (n) berbanding terbalik dimana semakin besar arus penguatan yang
diberikan maka putaran akan semakin lambat.
b. Pada percobaaan berdasarkan karakteristik arus jangkar, putaran (n)
berbanding terbalik terhadap arus jangkar (Iam) yaitu semakin besar arus
jangkar maka semakin kecil nilai putaran.
c. Pada percobaan berbeban, hubungan antara putaran (n) terhadap torsi (𝜏𝑠ℎ )
berbanding terbalik dimana semakin besar putaran (n) yang diberikan maka
nilai torsi (𝜏𝑠ℎ ) akan semakin kecil namun terjadi penyimpangan pada Tabel
1.23 terlihat bahwa semakin besar putaran maka semakin besar pula torsinya
hal ini terjadi karena kurangnya ketelitian saat pengambilan data dan kerusakan
pada alat percobaan.
d. Pada percobaan berbeban, hubungan antara efisiensi (ɳ) terhadap daya output
(Pout) berbanding lurus.
90