Anda di halaman 1dari 90

PERCOBAAN I

MOTOR DC

1.1 TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1.1.1 Tujuan Umum
 Mengetahui cara kerja mesin arus searah yang dioperasikan sebagai motor
dc.
 Mengetahui sifat motor arus searah dalam keadaan beban nol maupun
berbeban.
 Mengetahui besaran resistansi belitan motor dc.
 Mengetahui dan bisa mengoperasikan/menjalankan motor arus searah
dengan aman dan benar.
 Mengetahui dan bisa menganalisa/menjalankan urutan-urutan pembebanan
kerja mesin dc.

1.1.2 Tujuan Khusus


 Mencari harga resistansi belitan motor dc dengan menggunakan metoda
Ohm meter.
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh tahanan motor dc terhadap
kerugian-kerugian motor dan terhadap efisiensi motor.
 Mencari karakteristik putaran vs arus penguatan, (n= f(If); T = 0;V =
konstan).
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh putaran terhadap arus
penguatan yang diberikan.
 Mencari karakteristik beban, (n = f(I); n= f(T); V= konstan;Iex = konstan).
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh pembebanan terhadap putaran
pada kondisi tegangan masukan maupun arus penguatan yang tetap.
 Mencari karakteristik efisiensi, ( = f(P);n= konstan; V = konstan).

1
1.2 TEORI DASAR
1.2.1 Ruang Lingkup Percobaan
1.2.1.1 Pengukuran Resistansi Belitan Motor dc
Mesin dc bisa dioperasikan sebagai motor dc maupun sebagai generator dc.
Belitan motor terdiri dari:
a. Belitan jangkar
b. Belitan kutub bantu
c. Belitan eksitasi/belitan medan
Arus beban mengalir melalui dua belitan yang pertama, belitan ini
mempunyai resistansi yang kecil. Sistem pengukuran tahanan belitan jangkar ini
ada beberapa metode pengukuran yang bisa dilakukan antara lain metode ohm
meter, volt dan ampere meter, serta metode statis dan dinamis. Dalam percobaan
ini kita memakai sistem pengukuran dengan metode statis dan dinamis.
Pengukuran resistansi belitan arus penguatan dilakukan dengan menggunakan
metode yang sama dengan pengukuran tahanan belitan jangkar yakni metode tidak
langsung dan metode langsung.

1. Pengukuran Tahanan Secara Tidak Langsung

Yang dimaksud dengan pengukuran tahanan secara tidak langsung adalah


pengukuran tanpa menggunakan ohmmeter. Dari hukum Ohm dapat diketahui:
V
R= .......................................................................................................(1-1)
I
Terlihat dari persamaan (1-1) bahwa untuk mengetahui nilai suatu tahanan
maka diperbagikanlah antara tegangan yang diukur dengan arus yang terukur pada
tahanan tersebut. Inilah yang disebut cara tidak langsung, yaitu mengukur
tegangan dan arus menentukan tahanan. Dengan demikian cara ini disebut juga
“metode Voltmeter-Amperemeter”. Karena Voltmeter dan Amperemeter
mempunyai cara sambung yang berbeda, dikenal dua macam rangkaian
pengukuran yaitu rangkaian dengan “metode tahanan tinggi” dan rangkaian
dengan “metoda tahanan rendah”. Kata “tinggi” bersifat relatif saja, yaitu tahanan
yang diukur relatif jauh lebih tinggi dari tahanan Amperemeter. Juga kata

2
“rendah” hanya bersifat relatif, yaitu tahanan yang diukur jauh lebih tendah dari
tahanan Voltmeter. Sebagai contoh, diperkirakan tahanan yang akan diukur adalah
1000 Ω, tahanan Amperemeter 1 Ω dan tahanan Voltmeter 999 kΩ, maka kedua
macam rangkaian sama baiknya karena memberikan hasil pengukuran dengan
persentase kesalahan yang sama. Bagaimana jika tahanan yang diukur
diperkirakan 0,1 Ω? Jelas rangkaian dengan metode tahanan-rendah lebih cocok
karena akan memberikan persentase kesalahan yang dapat diabaikan. Bagaimana
jika tahanan yang akan diukur diperkirakan 1 MΩ? Jelas rangkaian dengan
metode tahanan–tinggi lebih cocok karena akan memberikan persentase kesalahan
yang dapat diabaikan.
+ +
A
I A rA I
IV IX
+ +
Vs rV V Vs rV V V
- V - Rx
Rx

- -
(a) (b)

Gambar 1.1 Pengukuran tahanan secara tidak langsung. (a) Metode


Tahanan-Tinggi, (b) Metode Tahanan-Rendah.

Terminologi yang dapat dianut dalam percobaan ini adalah:


Vx
Rx = nilai tahanan yang akan diukur (nilai tahanan yang sebenarnya) =
Ix
Vm
Rm = Nilai tahanan hasil pengukuran =
Im
Vx dan Ix = tegangan dan arus pada tahanan yang diukur.
Vm dan Im = hasil penunjukan berturut-turut pada voltmeter dan amperemeter
1) Rangkaian dengan Metode Tahanan-tinggi :
Dari gambar 1.1 (a) dapat ditulis:
Ix = Im ...............................................................................................................(1-2)

Dan :
Vm = Im rA + Im Rx ............................................................................................(1-3)

3
Maka :
Vm
Rm = = rA+ Rx ........................................................................................................................................... (1-4)
Im
Persamaan (1-4) menunjukan bahwa ternyata nilai hasil pengukuran (Rm) lebih
besar dari nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang diukur
adalah :

Rx = Rm - Ra ......................................................................................................(1-5)

Kesalahan (E) yang ditimbulkan oleh metode tahanan-tinggi adalah :

|Rm −Rx | rA
E= × 100% = × 100% ................................................................(1-6)
Rx Rx
Im rA
E= × 100% …................................................................................(1-7)
Vm −Im rA

2) Rangkaian dengan Metode Tahanan-Rendah :


Dari gambar 1.1 (b) dapat ditulis :

Im = Ix + Iv .................................................................................................. ............................................. ............(1-8)

Vx Vx
Vm = Vx ; Ix = ; Iv = .................................................................................(1-9)
Rx rv

Maka dapat diperoleh :

Vm Vx
Rm = = .............................................................................................(1-10)
Im Iv + Ix

Dengan mensubtitusikan persamaan (1-9) ke dalam (1-10), diperoleh :

rv Rx Rx
Rm = = R ..................................................................................(1-11)
rv + Rx 1+ r x
V

4
Ternyata dalam persamaan (1-11) terindikasi bahwa nilai hasil pengukuran (Rm)
lebih kecil dari pada nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang
diukur adalah :

rV Rm
Rx = ................................................................................................(1-12)
rV −Rm

rV .Vm
Rx= ..............................................................................................(1-13)
rV Im −Vm

Kesalahan (E) yang ditimbulkan oleh tahanan-rendah ini adalah :

|Rm −Rx | Rx
E= × 100% = × 100% .....................................................(1-14)
Rx rV + Rx

Vm
E= × 100% .........................................................................................(1-15)
Im .rV

2. Pengukuran Tahanan Secara Langsung


Yang dimaksud dengan pengukuran secara langsung adalah dengan
memakai ohm-meter.
1.2.2 Teori – teori Motor dc
1.2.2.1 Jenis - jenis Motor dc
1. Motor dc Penguat Terpisah
Pada Motor dc jenis sumber daya terpisah ini, sumber arus listrik untuk
kumparan medan (field winding) terpisah dengan sumber arus listrik untuk
kumparan jangkar (armature coil) pada rotor seperti terlihat pada gambar.

5
Vm M Vf
Rf

Gambar 1.2 Motor dc Penguat Terpisah

2. Motor dc Shunt

Motor dc tipe Shunt adalah Motor dc yang kumparan medannya


dihubungkan secara paralel dengan kumparan jangkar (armature winding). Motor
dc tipe Shunt ini merupakan tipe Motor dc yang sering digunakan, hal ini
dikarenakan Motor dc Shunt memiliki kecepatan yang hampir konstan meskipun
terjadi perubahan beban (kecepatan akan berkurang apabila mencapai torsi
(torque) tertentu). Karena Kumparan Medan dan Kumparan Jangkar dihubungkan
secara paralel, maka total arus listrik merupakan penjumlahan dari arus yang
melalui kumparan medan dan arus yang melalui kumparan jangkar.

Vm Rsh M

Gambar 1.3 Motor dc Penguat shunt

6
1.2.2.2 Cara Mengoperasikan Motor dc
1. Motor dc Penguat Terpisah
1) Hubungkan tegangan input jala-jala dengan input dari regulator,dalam
keadaan saklar pada tegangan jala-jala terbuka/off.
2) Hubungkan output regulator dengan input penyearah.
3) Kemudian ouput penyearah dihubungkan dengan belitan jangkar pada
motor.
4) Hubungkan belitan jangkar dengan belitan eksitasi motor.
5) Pastikan regulator dalam keadaan minimum.
6) Kemudian , putar regulator hingga mencapai nilai tegangan yang
diinginkan.
7) Atau sesuai dengan putaran yang telah ditentukan oleh pembimbing.
8) Catatlah hasil dari parameter yang telah ditentukan.

2. Motor dc Shunt
1) Hubungkan tegangan input jala-jala dengan input dari regulator,dalam
keadaan saklar pada tegangan jala-jala terbuka/off.
2) Hubungkan output regulator dengan input penyearah.
3) Kemudian ouput penyearah dihubungkan dengan belitan jangkar pada
motor.
4) Hubungkan belitan jangkar dengan belitan eksitasi motor.
5) Pastikan regulator dalam keadaan minimum.
6) Kemudian , putar regulator hingga mencapai nilai tegangan yang
diinginkan.
7) Atau sesuai dengan putaran yang telah ditentukan oleh pembimbing.
8) Catatlah hasil dari parameter yang telah ditentukan.

7
1.2.2.3 Karakteristik Motor dc
1. Karakteristik Motor dc Penguat Terpisah
a. Karakteristik Tanpa Beban

Karakteristik tanpa beban adalah karakteristik yang menggambarkan


putaran sebagai fungsi dari arus medan pada keadaan tegangan input motor dan
arus jangkar motor konstan.

n = f(If) , Vm , Iam = konstan


Vm = Eb + Iam.Ra

Eb = Vm–Iam . Ra

kv’ . n . If = Vm–Ia . Ra
𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎
n =
𝑘𝑣′ . 𝐼𝑓

𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎 1
= ∙
𝑘𝑣′ 𝐼𝑓

𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎
Misalkan : = 𝑘1 maka
𝑘𝑣′

𝑘
n = 𝐼 1…...................................................................................................(1-16)
𝑓

n [rpm]

1
If [A]

Gambar 1.4 Karakteristik tanpa beban, n sebagai fungsi dari If dari motor
dc penguat terpisah.

8
b. Karakteristik Torsi

Karakteristik Torsi adalah menggamarkan putaran seagai fungsi torsi pada


keadaan tegangan input serta arus jangkar konstan.

n = f(𝜏) , Vm , If = konstan
𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎
n=
𝑘𝑣′ . 𝐼𝑓

𝑅𝑎
𝑉𝑚− 𝑇
𝑘𝑇 .𝐼𝑓 𝐴
𝜏𝐴 = = 𝑘𝑇 . 𝐼𝑎 . 𝐼𝑓
𝑘𝑇 .𝐼𝑓

𝜏𝐴
dimana: Ia = , maka :
𝑘𝑇 .𝐼𝑓

n = k2- k3.𝜏𝐴

𝜏𝐴 = 𝜏𝑠ℎ + ∆𝜏

∆𝜏 di asumsikan konstan

𝜏𝐴 ~ 𝜏𝑠ℎ 𝜏𝐴 = k4𝜏𝑠ℎ →k4 > 1

n = k2-k3.k4 𝜏𝑠ℎ

misalkan: k3.k4 = k5

n = k2-k5.𝜏𝑠ℎ ...........................................................................................(1-17)

Gambar 1.5 Karakteristik torsi, n sebagai fungsi dari 𝝉a, dari motor dc
penguat terpisah

9
c. Karakteristik Arus Jangkar
Karakterisktik arus jangkar adalah karakteristik yang menggambarkan
putaran sebagai fungsi dari arus jangkar pada keadaan tegangna input motor dan
arus medan konstan.

n = f(Ia) , Vm , If = konstan
𝑉𝑚 –𝐼𝑎 .𝑅𝑎
n=
𝑘𝑣′ .𝐼𝑓

𝑉𝑚 𝑅𝑎
= - . 𝐼𝑎
𝑘𝑣′ .𝐼𝑓 𝑘𝑣′ .𝐼𝑓

Misalkan :
𝑉𝑚 𝑅𝑎
𝑘2 = dan 𝑘6 = , maka:
𝑘𝑣′ .𝐼𝑓 𝑘𝑣′ .𝐼𝑓

n = 𝑘2 − 𝑘6 . 𝐼𝑎 .......................................................................................(1-18)

Gambar 1.6 Karakteristik arus jangkar (n) sebagai fungsi dari Iam, dari
motor dc penguat terpisah.

10
d. Karakteristik Efisiensi

Karakter efisiensi menggambarkan efisiensi seagai fungsi dari daya output


dimana putaran dan arus medan constan.

Selama Motor dc beroperasi, terjadi kerugian/kehilangan daya. Besaran


rugi-rugi daya dalam berbagai variasi kondisi beban sangat diperlukan untuk
menghitung kurva efesiensi mesin.

Rugi-rugi Motor dc dijelaskan dibawah ini :

1) Rugi-rugi Mekanik

Rugi-rugi mekanik menggambarkan rugi-rugi daya dalam bagian yang


berputar yaitu karena gesekan di bantalan dan ventilasi. Daya ini hanya tergantung
pada putaran dan tidak bergantung pada kondisi beban (beban nol maupun beban
penuh harganya sama).

2) Rugi-rugi Besi

Rangkaian magnetic Motor dc yang diakibatkan arus penguatan pada


bagian yang tetap (stator) yang berinteraksi dengan putaran rotor akan
menimbulkan kerugian. Kerugian ini diakibatkan oleh histeris magnet dan arus
Eddy. Kehilangan daya ini menunjukkan rugi-rugi besi Motor dc yang erat
hubungannya dengan harga fluks yang dibangkitkan kutub dan kecepatannya.

3) Rugi-rugi Tahanan Belitan Jangkar

Rugi-rugi ini harus dihitung berdasarkan perkalian antara besarnya arus


yang melewati belitan jangkar dengan besarnya resistansi jangkarnya yaitu :

∆P = 𝐼𝑎2 .𝑅𝑎 ............................................................................................... (1-19)


dimana :
∆P = rugi-rugi belitan (watt)
Ra = tahanan jangkar (Ohm)
Ia = arus jangkar (Ampere)

11
Karakteristik Efisiensi 1

η = f(Pout); n, If = constan
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑃𝑖𝑛
=
𝑃𝑜𝑢𝑡 + ∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

dimana,

∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝑃𝑎 + ∆𝑃𝑚𝑒𝑘 ∆𝑃𝑎 = Ia2.Ra

∆𝑃𝑚𝑒𝑘 = 𝑘7 .𝑃𝑜𝑢𝑡

Sehingga:
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑃 + ∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
=
𝑃𝑜𝑢𝑡 + ∆𝑃𝑎 + ∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 2
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝐼𝑎 .𝑅𝑎 + 𝑘7 .𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑜𝑢𝑡

𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
= = 𝑉 –𝐸
(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝐼𝑎2 .𝑅𝑎 (𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + ( 𝑚 𝑏 )2 .𝑅𝑎
𝑅𝑎

𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎 .𝑃𝑜𝑢𝑡
= (𝑉𝑚 −𝑘′𝑣 𝑛𝐼𝑓 )2
=
𝑅𝑎 .(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + (𝑉𝑚 −𝑘𝑣′ 𝑛𝐼𝑓 )2
(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 +
𝑅𝑎

𝑅𝑎 .𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑅 + (𝑉𝑚 −𝑘8 )2
..........................................................................(1-20)
𝑎 .(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡

Terlihat η sebagai fungsi dari variabel 𝑃𝑜𝑢𝑡 dan 𝑉𝑚 . Efisiensi maksimum terjadi
pada suatu nilai tertentu dari 𝑃𝑜𝑢𝑡 atau 𝑉𝑚 , yaitu 𝑉𝑚 = 𝑘𝑣′ 𝑛𝐼𝑓 .

Karakteristik Efisiensi 2

η= f(Pout); 𝑉𝑚 , If = constan
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑃𝑖𝑛
=
𝑃𝑜𝑢𝑡 + ∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

dimana,

∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝑃𝑎 + ∆𝑃𝑚𝑒𝑘 ∆𝑃𝑎 = Ia2.Ra

∆𝑃𝑚𝑒𝑘 = 𝑘7 .𝑃𝑜𝑢𝑡

12
Sehingga,
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑃 + ∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
=
𝑃𝑜𝑢𝑡 + ∆𝑃𝑎 + ∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 2
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝐼𝑎 .𝑅𝑎 + 𝑘7 .𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑜𝑢𝑡

𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
= = 𝑉 –𝐸
(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝐼𝑎2 .𝑅𝑎 (𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + ( 𝑚 𝑏 )2 .𝑅𝑎
𝑅𝑎

𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎 .𝑃𝑜𝑢𝑡
= (𝑉𝑚 −𝑘′𝑣 𝑛𝐼𝑓 )2
=
𝑅𝑎 .(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 + (𝑉𝑚 −𝑘𝑣′ 𝑛𝐼𝑓 )2
(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡 +
𝑅𝑎

𝑅𝑎 .𝑃𝑜𝑢𝑡
η= 𝑅 + (𝑘9 −𝑘10 𝑛)2
......................................................................(1-21)
𝑎 .(𝑘7 +1)𝑃𝑜𝑢𝑡

Terlihat η sebagai fungsi dari variabel 𝑃𝑜𝑢𝑡 dann. Efisiensi maksimum terjadi
𝑉𝑚
pada suatu nilai dari 𝑃𝑜𝑢𝑡 atau n, yaitu n =
𝑘𝑣′ .𝐼𝑓

ᶯ (%)

Gambar 1.7 Karakteristik efesiensi (η) sebagai fungsi dari 𝑷𝒐𝒖𝒕 , dari motor
dc penguat terpisah.

13
2. Karakteristik Motor dc Penguat Shunt
a. Karakteristik Tanpa Beban
Karakteristik tanpa beban adalah karakteristik yang menggambarkan putaran
(n) sebagai fungsi dari arus eksitasi (If), pada keadaan tanpa beban (T = 0) dan
tegangan terminal (Vtm) konstan.
Vtm - Ia Ra
n=
kv Ia
Jika Ia diabaikan atau Ia cukup kecil karena motor tanpa beban maka dapat ditulis:
k1
n= .....................................................................................................(1-22)
If
dalam hal ini :
k1 = konstan
Pada motor shunt, arus eksitasi If tak dapat diatur dari keadaan nol.
Grafik untuk hubungan dalam persamaan (1-62) adalah sebagai berikut:

If

Gambar 1.8 Karakteristik tanpa beban, n sebagai fungsi dari If dari motor
dc shunt.

b. Karakteristik Torsi
Karakteristik torsi adalah karakteristik yang menggambarkan putaran (n)
sebagai fungsi torsi dari (𝜏a) pada keadaan tegangan terminal (Vtm) dan arus
eksitasi (If) konstan.

14
T R
Vtm - Ia Ra Vtm - ka I a
Tf
n= =
kv Ia kv Ia

Karena Vtm dan Ifm konstan maka dapat ditulis:


n = k2 – k3.Ta ……………………………………….…………………(1-23)

dalam hal ini:


Vtm
k2 = = konstanta
kv If
Ra
k3 = = konstanta
kT kv If 2

Grafik dari hubungan dalam persamaan (1-23) adalah sebagai berikut :

k2 R a1 > R a2 > R a3
R a3

R a2
R a1

k2
𝜏a
k3

Gambar 1.9 Karakteristik torsi, n sebagai fungsi dari 𝜏a, dari motor dc
shunt.

c. Karakteristik Arus Jangkar


Karakteristik arus jangkar adalah karakteristik yang menggambarkan
putaran (n) sebagai fungsi dari arus jangkar (Iam) pada keadaan tegangan terminal
(Vtm) dan arus eksitasi (If) konstan.

15
Vtm - Ia Ra
n=
kv Ia
Jika Vtm dan If konstan maka dapat ditulis :
n = k4 – k5.Iam ………………………………………….……………...(1-24)
dalam hal ini :
Vtm Ra
k4 = dan k5 =
kv If kv If

Grafik dari hubungan dalam persamaan (1-64) adalah sebagai berikut :

k4 R a1 > R a2 > R a3
R a3

R a2
R a1

k4 Iam
k5

Gambar 1.10 Karakteristik arus jangkar, n sebagai fungsi dari Iam, dari
motor dc shunt.

d. Karakteristik Efisiensi
Karakteristik efesiensi adalah karakteristik yang menggambarkan efesiensi
(η) sebagai fungsi dari daya (P), pada keadaan tegangan terminal (Vtm) dan arus
eksitasi (If) konstan. Efesiensi merupakan perbandingan antara daya keluaran
(Pout) dengan daya masukan (Pin).Dengan mengetahui kedua daya tersebut
efisiensi dapat dituliskan sebagai berikut :
Pout
 = …………………………………………….………………….(1-25)
Pin

16
Daya masukan (Pin) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
Pin = Vtm.Iam …………………………………………………………..(1-26)
πn
Pout = Tsh .
30
πn
Pout = (Ta – ΔT ) .
30
πn
Pout = (kt Ia If - ΔT ) . …………………………………...…………..(1-27)
30
Dimana : ΔT = rugi-rugi

ᶯ (%)

Gambar 1.11 Karakteristik efesiensi (η) sebagai fungsi dari 𝑷𝒐𝒖𝒕 , dari
motor dc penguat shunt.

17
1.3 DATA SPESIFIKASI MOTOR DC
1.3.1 Data Spesifikasi Motor dc

dc Motor excitation = Shunt


Type DL:2055/S = 068718
Supply voltage = 400 volt
Rated current = 14,2 ampere
Rated power = 5 kW
Rated speed = 3000 G/I
Rated exc. current = 0,56 ampere
Insulation class =F

1.3.2 Data Spesifikasi Beban

dc generator excitation = Shunt


Type DL:2060/S n◦ = 068701
Supply voltage = 220 volt
Rated current = 22,7 ampere
Rated power = 5 kW
Rated speed = 3000 G/I
Rated exc. Current = 1,05 ampere
Insulation class =F

18
1.4 RANGKAIAN PERCOBAAN
1.4.1 Percobaan Statis

+ -

+ A1
V

-
B2

Gambar 1.12 Rangkaian percobaan tahanan belitan jangkar ( Ra )


secara tidak langsung dengan metode tahanan tinggi.

+ -

+ A1
V

-
B2

Gambar 1.13 Rangkaian percobaan tahanan belitan jangkar (Ra)


secara tidak langsung dengan metode tahanan rendah.

19
+ -

E1
v
+

-
E2

Gambar 1.14 Rangkaian percobaan tahanan belitan medan ( Rf )


belitan secara tidak langsung dengan metode tahanan
tinggi.

E1
V

E2

Gambar 1.15 Rangkaian percobaan tahanan belitan medan ( Rf )


secara tidak langsung dengan metode tahanan rendah.

20
1.4.2 Percobaan Dinamis
1.4.2.1 Tanpa Beban

A
L1 R + +
Regulator Penyearah
L2 S 3- phasa V M
3- Phasa
L3 T - -
Rf

Gambar 1.16 Rangkaian percobaan motor dc shunt tidak terkopel

L1 R + +
Penyearah A
L2 Regulator S
3-Phasa 3-phasa V M G
L3 T - Rf -

Gambar 1.17 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator off

21
L1 R + +
Regulator Penyearah A
L2 S 3-phasa
3-Phasa V M G V
L3 T - Rf
Rf -

Gambar 1.18 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator dc shunt bertegangan tanpa beban

L1 R + +
Penyearah A
L2 Regulator S
3- Phasa 3- phasa V M G V
L3 T - Rf Rf
-

Gambar 1.19 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator dc penguat terpisah bertegangan tanpa
beban

22
L1 R A
+
L2 Regulator S Penyearah
3- phasa 3- phasa V Rf M
L3 T -

Gambar 1.20 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah tidak terkopel

L1 R A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G
L3 T -

Gambar 1.21 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator off

L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V
L3 T -

Gambar 1.22 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator dc shunt bertegangan
tanpa beban

23
L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V
L3 T -

Gambar 1.23 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator dc penguat terpisah
bertegangan

1.4.2.2 Berbeban

L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V R
L3 T -

Gambar 1.24 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator shunt berbeban

L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V R
L3 T -

Gambar 1.25 Rangkaian percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator penguat terpisah berbeban

24
L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V R
L3 T -

Gambar 1.26 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator shunt berbeban

L1 R A A
+
L2 Regulator S Penyearah
3-phasa 3-phasa V Rf M G Rf V R
L3 T -

Gambar 1.27 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator penguat terpisah berbeban

25
1.5 PROSEDUR PERCOBAAN
1.5.1 Pengukuran Tahanan Belitan
1. Mengukur tahanan belitan jangkar dan belitan medan motor dc dengan
menggunakan ohm meter.
2. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.

1.5.2 Mencari Karakteristik Putaran vs Arus Penguatan


1. Menggambar rangkaian percobaan untuk mencari karakteristik beban nol.
2. Membuat urutan kerja (hati-hati dalam menjalankan mesin tanpa ada arus
penguatannya). Motor diputar dengan menggunakan tahanan awal/ tahanan
asut atau menggunakan regulator untuk mengurangi arus start yang besar.
3. Apabila sudah disetujui oleh pembimbing, melakukan percobaan.
4. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.

1.5.3 Mencari Karakteristik Pengaruh Pembebanan Terhadap Putaran


Motor dc
1. Menggambar rangkaian percobaan untuk karakteristik pengaruh
pembebanan terhadap putaran.
2. Membuat urutan kerjanya dan lakukan percobaannya. (Memutar motor
sebelum motor dibebani pada putaran nominalnya yaitu 3000 rpm
kemudian mencatat semua alat ukur pada kondisi ini.Membebani motor
dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu oleh
pembimbing).Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga mencapai
kondisi nominalnya.
3. Mencatat hasil percobaan ke dalam tabel data yang telah tersedia.

1.5.4 Pengukuran Efisiensi Motor dc.

1. Menggambar rangkaian percobaan untuk mencari besarnya efisiensimotor


dc.
2. Membuat urutan kerjanya dan melakukan percobaannya.

26
(Sebelum motor dibebani motor diputar pada putaran nominalnya yaitu
3000 rpm catatlah semua alat ukur pada kondisi ini. Membebani motor
dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu oleh pembimbing),
Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga mencapai kondisi
nominalnya dengan mempertahankan putaran nominalnya dengan
mengatur arus penguatannya. Kemudian mencatat daya yang masuk ke
motor yang dikeluarkan generator.
3. Mencatat data hasil pengukuran kedalam tabel data yang telah
disediakan.Efisiensi yang akan dihitung adalah efisiensi total antara motor
dan generator.

27
1.6 HASIL PENGAMATAN
1.6.1 Percobaan Statis

Tabel 1.1 Hasil pengukuran tahanan belitan secara langsung


Tahanan Belitan (Ω)

Jangkar, Ra Medan, Rf

3 ohm 500 ohm

Tabel 1.2 Hasil pengukuran tahanan belitan secara tidak langsung


Tahanan Metode Tahanan Tinggi Metode Tahanan Rendah
Belitan V(V) I (A) V(V) I(A)
Jangkar, Ra
3,4 1 2,8 1
Rd = 65 Ω
Medan, Rf 195 0,36 189 0,36

1.6.2 Percobaan Dinamis

Tabel 1.3 Data percobaan motor dc shunt tidak terkopel (Vm= konstan)

No. Vm (V) Iam (A) If(A) n (rpm)

1. 342 1,2 0,58 2808

2. 342 1,2 0,55 2830

3. 342 1,2 0,53 2846

4. 342 1,1 0,5 2870

5. 342 1,1 0,48 2888

6. 342 1,1 0,45 2923

28
Tabel 1.4 Data percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator
off (Vm = konstan)

No. Vm (V) Iam(A) If (A) n (rpm)

1. 366 1,6 0,6 2965

2. 366 1,5 0,58 2994

3. 366 1,5 0,56 3015

4. 366 1,5 0,54 3035

5. 366 1,5 0,51 3063

6. 366 1,4 0,49 3088

Tabel 1.5 Data percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator dc


shunt tanpa beban (Vm)

No. Vm (V) Iam(A) If (A) Vg(volt) n (rpm)

1. 312 2,8 0,51 228 2614

2. 312 2,7 0,49 228 2640

3. 312 2,7 0,48 228 2655

4. 312 2,7 0,46 228 2671


5. 312 2,6 0,45 228 2694
6. 312 2,6 0,43 228 2717

29
Tabel 1.6 Data percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator dc
penguatan terpisah bertegangan tanpa beban (Vm, Iam, Ifg =
konstan)

No. Vm (volt) Iam(A) If (A) Vg(volt) Ifg (A) n (rpm)

1. 348 1,6 0,54 225 0,82 2880

2. 348 1,6 0,53 225 0,82 2900

3. 348 1,6 0,51 225 0,82 2915

4. 348 1,6 0,49 225 0,82 2930


5. 348 1,6 0,47 225 0,82 2953
6. 348 1,6 0,45 225 0,82 2980

Tabel 1.7 Data percobaan motor dc terpisah tidak terkopel (Vm, Iam=
konstan)

No. Vm (V) Iam (A) If (A) n (rpm) Vfm (V)

1. 318 0,6 0,30 3017 177

2. 318 0,6 0,31 2983 180

3. 318 0,6 0,32 2962 186

4. 318 0,6 0,33 2935 192

5. 318 0,6 0,34 2910 198

6. 318 0,6 0,35 2892 204

7 318 0,6 0,36 2866 210

8 318 0,6 0,37 2849 219

9 318 0,6 0,38 2830 225

10 318 0,6 0,39 2825 228

30
Tabel 1.8 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator off (Vm, Iam= konstan)

No. Vm (V) Iam (A) If (A) n (rpm) Vfm (V)

1. 315 1 0,30 3016 174

2. 315 1 0,31 2985 183

3. 315 1 0,32 2950 186

4. 315 1 0,33 2930 189

5. 315 1 0,34 2904 198

6. 315 1 0,35 2871 204

7 315 1 0,36 2847 210

8 315 1 0,37 2819 219

9 315 1 0,38 2800 225

10 315 1 0,39 2794 228

Tabel 1.9 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan


generator dc shunt tanpa beban (Vm, Iam= konstan)

No. Vm (V) Iam(A) If (A) Vg(volt) Vfm (V) n (rpm)

1. 270 2,35 0,30 225 174 2550

2. 270 2,35 0,31 219 183 2525

3. 270 2,2 0,32 213 189 2479

4. 270 2,15 0,33 210 195 2454


5. 270 2,1 0,34 207 201 2436

6. 270 2,05 0,35 204 210 2413

31
Tabel 1.9 (Lanjutan)

7 270 2 0,36 204 213 2396


8 270 2 0,37 201 222 2376
9 270 1,95 0,38 198 225 2362

Tabel 1.10 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan


generator dc penguatan terpisah bertegangan tanpa beban
(Vm, Iam, Ifg = konstan)

Vm Iam If Vfg Ifg Vfm n


No. Vg(volt)
(V) (A) (A) (V) (A) (V) (rpm)

1. 312 1,15 0,30 225 90 0,1 165 3003

2. 312 1,15 0,31 222 90 0,1 177 2956

3. 312 1,15 0,32 219 90 0,1 183 2925

4. 312 1,1 0,33 216 90 0,1 189 2809

5. 312 1,1 0,34 213 90 0,1 198 2870

6. 312 1,1 0,35 213 90 0,1 204 2839

7. 312 1,1 0,36 210 90 0,1 210 2818

8 312 1,1 0,37 210 90 0,1 216 2796

9 312 1,05 0,38 207 90 0,1 222 2772

32
Tabel 1.11 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (Vm, If = konstan)

Vm If Iam N Iag Posisi


No. Vg(volt)
(Volt) (A) (A) (rpm) (A) Beban

1. 327 0,58 4,2 2640 225 1,6 0-0-0

2. 327 0,56 5,2 2636 222 3,2 0-0-1

3. 327 0,54 6,2 2638 219 4,6 0-1-1

4. 327 0,54 8,2 2616 213 7,4 2-1-1

5. 327 0,52 9,2 2595 210 8,6 2-2-1

6. 327 0,52 10,4 2595 207 10 2-2-2

7. 327 0,52 11,2 2577 204 11 3-2-2

8. 327 0,52 12 2575 201 12,2 3-3-2

9. 327 0,52 12,8 2561 198 13,2 3-3-3

Tabel 1.12 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan


generator penguat shunt berbeban (n, If = konstan)

Vm If Iam n Iag Posisi


No. Vg(volt)
(Volt) (A) (A) (rpm) (A) Beban
1. 327 0,52 4 2687 225 1,8 0-0-0
2. 327 0,52 4 2689 225 1,8 1-0-0
3. 327 0,52 5 2687 225 3,2 1-1-0
4. 330 0,52 6,2 2687 222 4,8 1-1-1
5. 333 0,52 8,4 2688 219 7,4 2-1-1
6. 336 0,52 9,4 2689 216 8,8 2-2-1
7. 336 0,52 10,4 2689 213 10,2 2-2-2

33
Tabel 1.12 (Lanjutan)
8. 339 0,52 11,4 2689 210 11,4 3-2-2
9. 339 0,52 12,2 2688 210 12,6 3-3-2
10. 342 0,52 13,2 2688 207 13,8 3-3-3

Tabel 1.13 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan


generator penguat terpisah berbeban (Vm, If , Ifg = konstan)

Vm If Iam n Iag Ifg Posisi


No. Vg(volt)
(Volt) (A) (A) (rpm) (A) (A) Beban

1. 327 0,52 2,8 2714 222 1,6 1,1 0-0-0

2. 327 0,52 4 2705 222 3,2 1,1 1-1-0

3. 327 0,52 5 2682 219 4,6 1,1 1-1-1

4. 327 0,52 7,2 2667 213 7,4 1,1 2-1-1

5. 327 0,52 8 2640 210 8,6 1,1 2-2-1

6. 327 0,52 9,2 2636 207 10 1,1 2-2-2

7. 327 0,52 10 2617 204 11 1,1 3-2-2

8. 327 0,52 11 2613 201 12,2 1,1 3-3-2

9. 327 0,52 11,8 2593 198 13,4 1,1 3-3-3

34
Tabel 1.14 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (n, If , Ifg = konstan)

Vm If Iam n Iag Ifg Posisi


No. Vg(volt)
(Volt) (A) (A) (rpm) (A) (A) Beban

1. 330 0,52 3 2750 225 1,8 1,1 1-0-0

2. 330 0,52 4 2750 225 3,2 1,1 1-1-0

3. 333 0,52 5,2 2750 222 4,6 1,1 1-1-1

4. 339 0,52 7,4 2750 219 7,4 1,1 2-1-1


5. 342 0,52 8,4 2750 219 9 1,1 2-2-1
6. 345 0,52 9,4 2750 216 10,4 1,1 2-2-2
7. 345 0,52 10,4 2750 213 11,6 1,1 3-2-2
8. 348 0,52 11,4 2750 213 12,8 1,1 3-3-2
9. 348 0,52 12,2 2750 210 14 1,1 3-3-3

Tabel 1.15 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan


generator shunt berbeban (Vm, Iexm , Ifg = konstan)

Vm If Iam n Vg Iag Vexg Vexm Ifg Posisi


No.
(volt) (A) (A) (rpm) (V) (A) (V) (V) (A) Beban

1. 267 0,3 2,4 2509 225 0 225 166 1,4 0-0-0

2. 267 0,3 5,0 2517 218 3,1 219 166 1,3 1-1-0

3. 267 0,3 6,3 2485 214 4,6 215 166 1,3 1-1-1

4. 267 0,3 9,3 2519 212 7,5 213 166 1,3 2-2-1

5. 267 0,3 10,5 2491 208 8,8 209 166 13 2-2-2

6. 267 0,3 13,9 2565 212 11,6 213 166 1,3 3-3-2

7. 267 0,3 15,5 2582 212 12,9 213 166 1,3 3-3-3

35
Tabel 1.16 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator shunt berbeban (vm, Iexm , Ifg = konstan)

Vm If n Vg Iag Vexg Vexm Ifg Posisi


Iam(A)
No. (volt) (A) (rpm) (V) (A) (V) (V) (A) Beban

1. 259 0,3 2,2 2498 220 0 220 157 1,3 0-0-0

2. 261 0,3 3,6 2498 217 1,6 217 157 1,3 1-0-0

3. 262 0,3 4,9 2498 215 3 215 157 1,3 1-1-0

4. 263 0,3 6,2 2498 213 4,5 223 158 1,2 1-1-1

5. 262 0,3 7,5 2498 210 5,9 211 157 1,2 2-1-1

6. 262 0,3 8,9 2498 208 7,4 209 157 1,2 2-2-1

7. 261 0,3 10,4 2498 206 8,7 207 165 1,2 2-2-2

Tabel 1.17 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan


generator penguat terpisah berbeban (Vm, If , Ifg = konstan)

Vm If Iam n Vg Iag Ifg Posisi


No.
(Volt) (A) (A) (rpm) (Volt) (A) (A) Beban
1. 300 0,34 2,6 2759 225 1,8 1,04 0-0-0
2. 300 0,34 3,8 2767 225 3,2 1,04 1-1-0
3. 300 0,34 5 2717 219 4,8 1,04 1-1-1
4. 300 0,34 7,2 2707 213 7,2 1,04 2-1-1
5. 300 0,34 8,4 2679 210 8,6 1,04 2-2-1
6. 300 0,34 9,8 2691 210 10 1,04 2-2-2
7. 300 0,34 10,8 2676 207 11,2 1,04 3-2-2
8. 300 0,34 12 2712 207 12,4 1,04 3-3-2
9. 300 0,34 13,2 2698 204 13,8 1,04 3-3-3

36
Tabel 1.18 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (n, If , Ifg = konstan)

Vm If Iam n Iag Ifg Posisi


No. Vg(volt)
(Volt) (A) (A) (rpm) (A) (A) Beban

1. 315 0,3 1 2995 220 0 0,6 0-0-0


2. 317 0,3 2,1 2995 215 1,6 0,6 1-0-0
3. 318 0,3 3,2 2995 213 3 0,6 1-1-0

4. 319 0,3 4,2 2995 211 4,5 0,6 1-1-1


5. 319 0,3 5,2 2995 210 5,9 0,6 2-1-1
6. 319 0,3 6,3 2995 207 7,4 0,6 2-2-1
7. 319 0,3 7,3 2995 204 8,7 0,6 2-2-2
8. 319 0,3 8,1 2995 202 9,8 0,6 3-2-2
9. 317 0,3 8,9 2995 199 10,9 0,6 3-3-2
10. 317 0,3 9,7 2995 197 11,9 0,6 3-3-3
11. 315 0,3 10,6 2995 194 13,1 0,6 4-3-3
12. 314 0,3 11,5 2995 191 14,2 0,6 4-4-3
13. 313 0,3 12,3 2995 188 15,3 0,6 4-4-4

37
1.7 ANALISIS HASIL PERCOBAAN
1.7.1 Percobaan Statis
1.7.1.1 Menganalisis Name Plate Motor dc
Dari data name plate/ nama mesin motor dc diatas, maka diperoleh gambar
rangkaian sebagai berikut:

Iam =14 , 2 A Is =14,76 A

+ If = 0, 56 A

+
M Eb Rsh
- Vtm
= 400 V

P = 5 kW
n = 3000 rpm

Gambar 1.28 Rangkaian ekivalen motor dc shunt.


Iam =14 , 2 A

If = 0, 56 A
+
Vtm = 400 V

M Eb Rf

-
P = 5 kW

n = 3000 rpm

Gambar 1.29 Rangkaian ekivalen motor dc penguatan terpisah

38
Berdasarkan gambar rangkaian di atas, maka dapat diperkirakan nilai dari:

Vm = 400 V ω = 314,16 rad/s

If = 0,56 A n = 3000 rpm

Vf = 400 V

Iam = 14,2 A

Pout = 5000 W

Pin = Vm . Is = 400 . 14,76 = 5904 W

1. Memperkirakan Tahanan Medan Shunt


𝑉𝑓 400
𝑅𝑓𝑠ℎ = = = 714,29 Ω
𝐼𝑓 0,56

2. Menghitung Daya Input (Pin )


a. Sebagai Penguat Shunt
Pin = Vm . ( Iam + If )
= 400 . (14,2 + 0,56 )
= 5904 W
b. Sebagai Penguat Terpisah
Pin = Vm . Iam
= 400 . 14,2
= 5680 W

3. Memperkirakan Rugi-rugi daya total (∆𝐏)


a. Sebagai Penguat Shunt
∆P = Pin- Pout
= 5904 – 5000
= 904 W

39
b. Sebagai Penguat Terpisah
∆P = Pin- Pout
= 5680 – 5000
= 680 W

4. Memperkirakan Rugi-rugi Mekanik (∆Pmek)

a. Sebagai Penguat Shunt

∆P =∆Psikat + ∆Pa + ∆Pf + ∆Pmek


= Vsikat . Iam + Iam2 . Ra + Vm . If + ∆Pmek
904 = 2 . 14,2 + 14,22 . 3 + 400 . 0,56 + ∆Pmek
∆Pmek= 904 – 857.32
= 46,68 W

b. Sebagai Penguat Terpisah

∆P =∆Psikat + ∆Pa + ∆Pmek


= Vsikat . Iam + Iam2 . Ra + ∆Pmek
680 = 2 . 14,2 + 14,22 . 3 + ∆Pmek
∆Pmek= 680 – 633,32
= 46,68 W

5. Memperkirakan Konstanta Torsi Jangkar (𝒌𝝉𝒂 )


Jika dioperasikan sebagai shunt atau penguatan terpisah
a. Sebagai penguatan shunt
Pa = Vm . Iam – Iam2 . Ra - ∆Vsikat . Iam
= 400 . 14,2 – 14,22 . 3 – 2 . 14,2 = 5046,68 W
30 .𝑃𝑎 30 .5046,68
𝑘𝜏𝑎 = = = 2,02 NmA-2
𝜋.𝑛.𝐼𝑎𝑚. 𝐼𝑓 𝜋.3000.14,2.0,56

b. Sebagai penguatan terpisah


Asumsikan : Ra = hasil pengukuran = 3 Ω

40
Pa = Vm . Iam – Iam2 . Ra - ∆Vsikat . Iam
= 400 . 14,2 – 14,22 . 3 – 2 . 14,2 = 5046,68 W
30 .𝑃𝑎 30 .5046,68
𝑘𝜏𝑎 = = = 2,02 NmA-2
𝜋.𝑛.𝐼𝑎𝑚. 𝐼𝑓 𝜋.3000.14,2.0,56

6. Memperkirakan konstanta GGL


a. Sebagai penguatan shunt
Eb = Vm – Iam.Ra - ∆Vsikat
= 400 – 14,2 . 3 - 2
= 355,4 V
𝜋.𝑛
Eb = kv . ω . If = kv . If
30
30 .𝐸𝑏 30.355,4
𝑘𝑣 = =
𝜋.𝑛.𝐼𝑓 𝜋.3000.0,56

= 2,02 NmA-2

b. Sebagai penguatan terpisah


Beban penuh :
Eb = Vm – Iam.Ra - ∆Vsikat
= 400 – 14,2 . 3 - 2
= 355,4 V
𝜋.𝑛
Eb = kv . ω . If = kv . If
30
30 .𝐸𝑏 30.355,4
𝑘𝑣 = =
𝜋.𝑛.𝐼𝑓 𝜋.3000.0,56

= 2,02 NmA-2

7. Memperkirakan Efisiensi (ɳ𝒎 )


a. Sebagai penguatan shunt
𝑃𝑜𝑢𝑡 5000
ɳ𝑚 = = × 100% = 84,69 %
𝑃𝑖𝑛 5904
b. Sebagai penguatan terpisah
𝑃𝑜𝑢𝑡 5000
ɳ𝑚 = = × 100% = 88,03 %
𝑃𝑖𝑛 5680

41
1.7.1.2 Menghitung Tahanan Secara Tidak Langsung
Untuk pengukuran tahanan jangkar :
𝑟𝐴 = 1 Ω
𝑟𝑣 = 75000 Ω
Untuk pengukuran tahanan medan :
𝑟𝐴 = 1 Ω
𝑟𝑣 = 2250000 Ω

a. Pengukuran tahanan belitan dengan metode tahanan tinggi.


1) Tahanan belitan jangkar
V 3,4
R am = = = 3,4 Ω
I 1
V 3,4
Ra = – rA= −1= 2,4 Ω
I 1
Iam r
Error = |V −I Ar | × 100%
m m A
1x1
Error = | 3,4 - 1 × 1| × 100%

Error = 41,67 %

2) Tahanan belitan medan


V 195
R fm = I = 0,36 = 541,67 Ω

V 195
R f = I m − rA = − 1 = 540,67 Ω
m 0,36
Iam r
Error = |V −I Ar | × 100%
m m A
0,36 x 1
Error =| | x 100%
195−(1x1)

Error = 0,18 %

42
b. Pengukuran tahanan belitan dengan metode tahanan rendah.
1) Tahanan belitan jangkar
V 2,8
Ram = I = = 2,8 Ω
1
V . rv
Ra = (I m.r )−V
m v
2,8 x 75000
=
(1 x 75000)-2,8
= 2,8 Ω

Vm
Error = × 100%
Im .rV
2,8
=| | × 100%
1 x 75000
= 0,00373 %

2) Tahanan belitan medan


V 189
Rfm= = = 525 Ω
I 0,36
V .rv
Rf =
(I . rv )−V
189 x 2250000
=
(0,36 x 2250000) -189
= 525,12 Ω

Vm
Error = × 100%
Im .rV
189
=| |x100%
0,36 x 2250000
= 0,023 %

43
1.7.2 Percobaan Dinamis
1.7.2.1 Menggambarkan Karakteristik Percobaan Tanpa Beban
1. Dari Tabel 1.3 untuk percobaan motor dc shunt tidak terkopel
dimana Vm = konstan

2940

2920

2900

2880
n (rpm)

2860

2840

2820

2800
0.4 0.45 0.5 0.55 0.6
If (A)

Gambar 1.30 Karateristik beban nol tidak terkopel untuk n=f(If) pada
motor dc shunt.

44
2. Dari Tabel 1.4 untuk percobaan motor dc shunt terkopel dengan
generator off dimana Vm, Iam = konstan

3100

3080

3060

3040
n (rpm)

3020

3000

2980

2960

2940
0.47 0.49 0.51 0.53 0.55 0.57 0.59 0.61
If (A)

Gambar 1.31 Karateristik beban nol terkopel generator off untuk n=f(If)
untuk motor dc shunt.

45
3. Dari Tabel 1.5 untuk percobaan motor dc shunt terkopel dengan
generator dc shunt tanpa beban dimana Vm, Iam= konstan

2740

2720

2700

2680
n (rpm)

2660

2640

2620

2600
0.42 0.44 0.46 0.48 0.5 0.52
If (A)

Gambar 1.32 Karateristik beban nol terkopel generator shunt untuk


n=f(If) untuk motor dc shunt.

46
4. Dari Tabel 1.6 untuk percobaan motor dc shunt terkopel dengan
generator dc penguatan terpisah bertegangan tanpa beban dimana
Vm, Iam, Ifg = konstan

3000

2980

2960

2940
n (rpm)

2920

2900

2880

2860
0.43 0.45 0.47 0.49 0.51 0.53 0.55
If (A)

Gambar 1.33 Karateristik beban nol terkopel generator penguat terpisah


untuk n=f(If) untuk motor dc shunt.

47
3200

3100

3000
Tidak Terkopel

2900 Terkopel dengan generator off


n (rpm)

Terkopel dengan generator dc shunt tanpa


2800 beban "
Terkopel dengan generator dc penguatan
terpisah bertegangan tanpa beban"
2700

2600

2500
0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65
If (A)

Gambar 1.34 Karateristik beban nol untuk n=f(If) untuk motor dc shunt

48
5. Dari Tabel 1.7 untuk percobaan motor dc terpisah tidak terkopel
dimana Vm, Iam= konstan

3050

3025

3000

2975

2950
n (rpm)

2925

2900

2875

2850

2825

2800
0.29 0.3 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 0.4
If (A)

Gambar 1.35 Karateristik beban nol tidak terkopel untuk n=f(If) untuk
motor dc penguat terpisah

49
6. Dari Tabel 1.8 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator off dimana Vm, Iam= konstan

3030

3005

2980

2955

2930
n (rpm)

2905

2880

2855

2830

2805

2780
0.29 0.3 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 0.4
If (A)

Gambar 1.36 Karateristik beban nol terkopel generator off untuk n=f(If)
untuk motor dc penguat terpisah.

50
7. Dari Tabel 1.9 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator dc shunt tanpa beban dimana Vm, Iam= konstan

2550

2525

2500

2475
n (rpm)

2450

2425

2400

2375

2350
0.29 0.3 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39
If (A)

Gambar 1.37 Karateristik beban nol terkopel generator shunt bertegangan


untuk n=f(If) untuk motor dc penguat terpisah

51
8. Dari Tabel 1.10 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator dc penguatan terpisah bertegangan tanpa beban
dimana Vm, Iam, Ifg = konstan

3050

3000

2950
n (rpm)

2900

2850

2800

2750
0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.4
If(A)

Gambar 1.38 Karateristik beban nol terkopel generator penguat terpisah


untuk n=f(If) untuk motor dc penguat terpisah

52
3100

3000

2900

2800
Tidak terkopel

2700
Terkopel generator off
n (rpm)

2600 Terkopel generator shunt


bertegangan

2500 terkopel generator penguat


terpisah

2400

2300

2200
0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.4
If (A)

Gambar 1.39 Karateristik beban nol untuk n=f(If) untuk motor dc penguat terpisah

53
1.7.2.2 Menggambarkan Karakteristik Percobaan Berbeban
Untuk menghitung dan menggambarkan karakteristik arus jangkar,
torsi dan efisiensi digunakan Tabel dibawah ini:
1. Dari Tabel 1.11 untuk percobaan motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguat shunt berbeban dimana Vm, If = konstan

2660

2650

2640

2630

2620

2610
n (rpm)

2600

2590

2580

2570

2560

2550
4 6 8 10 12
If (A)

Gambar 1.40 Karateristik arus jangkar pada motor dc penguat shunt


terkopel dengan generator penguatan shunt berbeban
untuk n=f(If)

54
Untuk menghitung besar torsi (τsh ) hasil percobaan pada Motor dc
penguat shunt.

Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.11

∆Pmek dianggap konstan = 46,68 W

a) Cara 1
Pout = Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 327. 5,2 − 2. 5,2 − 5,22 . 3 − 46,68
= 1562,2 W
Sehingga,
30 ×1562,2
q𝜏𝑠ℎ = = 5,659 Nm
𝜋 2636

b) Cara 2
A𝜏𝑎 = 𝑘𝜏 . 𝐼𝑎𝑚 . 𝐼𝑓
= 2,02 . 5,2. 0,56
= 5,882 Nm
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 𝑥 30
∆𝜏 =
𝜋𝑛
46,68 𝑥 30
=
𝜋 .2636
= 0,169 Nm
Sehingga,
a𝜏𝑠ℎ = 𝜏𝑎 − ∆𝜏
= 5,882 –0,169
= 5,713 Nm
Untuk mengecek besar torsi (τsh ) pada Motor dc penguat shunt digunakan
list program:

Lbl 1:? → M :? → A:? → B:? → C:? → D:? → X : 30 (AC – 3C2 – 2C –


X) ÷ 𝜋D ∆ MBC – 30 X ÷ 𝜋D ∆ Goto 1

55
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = Putaran
M=kτ
X = ∆ Pmek

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.19

Tabel 1.19 Hasil analisa data motor dc penguatan shunt terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (Vm, If = konstan)

𝜏𝑠ℎ 𝜏𝑠ℎ
n Iam If
No Cara 1 Cara 2
(rpm) (A) (A)
(Nm) (Nm)

1 2636 5,2 0,56 5,659 5,713

2 2638 6,2 0,54 6,708 6,594

3 2616 8,2 0,54 8,821 8,774

4 2595 9,2 0,52 9,897 9,492

5 2595 10,4 0,52 11,072 10,572

6 2577 11,2 0,52 11,921 11,592

7 2575 12 0,52 12,688 12,432

8 2561 12,8 0,52 13,505 13,271

56
2650

2640

2630

2620

2610
n (rpm)

2600

2590

2580

2570

2560

2550
4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.41 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban cara 1.

57
2650

2640

2630

2620

2610
n (rpm)

2600

2590

2580

2570

2560

2550
4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.42 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban cara 2.

58
2650

2640

2630

2620

2610
n (rpm)

2600 τsh (Cara 1)

τsh (Cara 2)
2590

2580

2570

2560

2550
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.43 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝛕𝐬𝐡 (Nm) pada percobaan motor dc penguat shunt terkpel dengan
generator penguat shunt berbeban

59
2. Dari Tabel 1.12 untuk percobaan motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguat shunt berbeban dimana n, If = konstan

Untuk mengitung efisiensi (ɳ) hasil percobaan pada Motor dc penguat


shunt.

Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.12

a. Pin = Vm . Iam + Ifm


= 327 . (4 + 0,52)
= 1478,04 Watt
b. Pout = Pin - ∆Psikat - ∆Pa - ∆Pmek
= Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 327. 4 – 2 . 4 – 42 .3 – 46,68
= 1205,32 Watt

𝑃𝑜𝑢𝑡 1205,32
ɳ= = = 81,55 %
𝑃𝑖𝑛 1478,04

Untuk mengecek hasil efisiensi (ɳ) pada Motor dc penguat shunt


digunakan list program:

Lbl 1:? → A :? → B:? → C:? → D : A(B+C) → X ∆ AC - 3C2 - 2C –D →


Y ∆ 100Y÷X ∆ Goto 1
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = ∆ Pmek

Hasil Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.20

60
Tabel 1.20 Hasil analisa data motor dc penguatan shunt terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (ɳ, If = konstan)

n Vm Iam Pin Pout ɳ


No
(rpm) (V) (A) (Watt) (Watt) (%)

1 2688 327 4 1478.04 1205,32 81,55

2 2688 327 5 1805.04 1503,32 83,28

3 2688 330 6,2 2217,6 1871,6 84,39

4 2688 333 8,4 2970,36 2525,04 84,90

5 2688 336 9,4 3333,12 2827,84 84,84

6 2688 336 10,4 3669,12 3102,44 84,56

7 2688 339 11,4 4040,88 3405,24 84,27

8 2688 339 12,2 4312,08 3618,2 83,91

9 2688 342 13,2 4692,24 3918,6 83,51

61
85.5

85

84.5

84

83.5
ɳ (%)

83

82.5

82

81.5

81
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Pout (Watt)

Gambar 1.44 Hubungan antara efisiensi, ɳ (%) dengan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban

62
3. Dari Tabel 1.13 untuk percobaan motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban dimana Vm, If , Ifg =
konstan

2740

2720

2700

2680
n (rpm)

2660

2640

2620

2600

2580
2 4 6 8 10 12
Iam (A)

Gambar 1.45 Karateristik arus jangkar pada motor dc penguat shunt


terkopel dengan generator penguatan terpisah berbeban
untuk n=f(Iam)

63
Untuk menghitung besar torsi (τsh ) hasil percobaan pada Motor dc
penguat shunt.

Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.13

∆Pmek dianggap kosntan = 46,68 W

a) Cara 1
Pout = Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 327. 4 − 2. 4 − 42 . 3 − 46,68
= 1205,32 W
Sehingga,
30 ×1205,32
q𝜏𝑠ℎ = = 4,255 Nm
𝜋 2705

b) Cara 2
A𝜏𝑎 = 𝑘𝜏 . 𝐼𝑎𝑚 . 𝐼𝑓
= 2,02 . 4. 0,52
= 4,201 Nm
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 .30
∆𝜏 =
𝜋𝑛
46,68.30
=
𝜋 .2705
= 0,164 Nm
Sehingga,
a𝜏𝑠ℎ = 𝜏𝑎 − ∆𝜏
= 4,2016 –0,164
= 4,037 Nm
Untuk mengecek besar torsi (τsh ) pada Motor dc penguat shunt digunakan
list program:

Lbl 1:? → M :? → A:? → B:? → C:? → D:? → X : 30 (AC – 3C2 – 2C –


X) ÷ 𝜋D ∆ MBC – 30 X ÷ 𝜋D ∆ Goto 1

64
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = Putaran
M=kτ
X = ∆ Pmek

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.21

Tabel 1.21 Hasil analisis data motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (Vm, If, Ifg = konstan).

𝜏𝑠ℎ 𝜏𝑠ℎ
n Iam If
No Cara 1 Cara 2
(rpm) (A) (A)
(Nm) (Nm)

1 2705 4 0,52 4,255 4,037

2 2682 5 0,52 5,353 5,086

3 2667 7,2 0,52 7,654 7,396

4 2640 8 0,52 8,541 8,234

5 2636 9,2 0,52 9,743 9,495

6 2617 10 0,52 10,594 10,334

7 2613 11 0,52 11,568 11,384

8 2593 11,8 0,52 12,413 12,223

65
2720

2700

2680

2660
n (rpm)

2640

2620

2600

2580
4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.46 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝛕𝐬𝐡 (Nm) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguatan terpisah berbeban cara 1.

66
2720

2700

2680

2660
n (rpm)

2640

2620

2600

2580
3.5 5.5 7.5 9.5 11.5 13.5
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.47 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝛕𝐬𝐡 (Nm) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguatan terpisah berbeban cara 2.

67
2720

2700

2680
τsh (Cara 1)
n (rpm)

2660
τsh (Cara 2)

2640

2620

2600

2580
3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 12.5 13.5
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.48 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝛕𝐬𝐡 (Nm) pada percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguatan terpisah berbeban

68
4. Dari Tabel 1.14 untuk percobaan motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban dimana n, If , Ifg =
konstan

Untuk mengitung efisiensi (ɳ) hasil percobaan pada Motor dc penguat


shunt.

Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.14

a. Pin = Vm . Iam + Ifm


= 330 . (4 + 0,52)
= 1491.6 Watt
b. Pout = Pin - ∆Psikat - ∆Pa - ∆Pmek
= Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 330. 4 – 2 . 4 – 42 .3 – 46,68
= 1217,32Watt

𝑃𝑜𝑢𝑡 1217,32
ɳ= = = 81,61 %
𝑃𝑖𝑛 1491.6

Untuk mengecek hasil efisiensi (ɳ) pada Motor dc penguat shunt


digunakan List program:

Lbl 1:? → A :? → B:? → C:? → D : A(B+C) → X ∆ AC - 3C2 - 2C –D →


Y ∆ 100Y÷X ∆ Goto 1

Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = ∆ Pmek

69
Tabel 1.22 Hasil analisa data motor dc penguatan shunt terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban (ɳ, If =
konstan)
n Vm Iam Pin Pout ɳ
No
(rpm) (V) (A) (Watt) (Watt) (%)

1 2750 330 3 1161,6 910,32 78,37

2 2750 330 4 1491.6 1217,32 81,61

3 2750 333 5,2 1904.76 1593,4 83,65

4 2750 339 7,4 2684.88 2282,84 85,03

5 2750 342 8,4 3050.64 2597,64 85,15

6 2750 345 9,4 3422.4 2912,44 85,10

7 2750 345 10,4 3767.4 3196,04 84,83

8 2750 348 11,4 4148.16 3507,84 84,56

9 2750 348 12,2 4426.56 3728 84,22

70
86

85

84

83
ɳ (%)

82

81

80

79

78
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Pout (Watt)

Gambar 1.49 Hubungan antara efisiensi, ɳ (%) dengan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat terpisah berbeban

71
5. Dari Tabel 1.15 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator shunt berbeban dimana Vm, If , Ifg = konstan

2600

2580

2560
n (rpm)

2540

2520

2500

2480
0 5 10 15 20
Iam (A)

Gambar 1.50 Karateristik arus jangkar pada motor dc penguat terpisah


terkopel dengan generator peguatan shunt berbeban untuk
n=f(Iam)

72
Untuk menghitung besar torsi (τsh ) hasil percobaan pada Motor dc
penguat terpisah.

Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.15

∆Pmek dianggap kosntan = 46,68 W

a) Cara 1
Pout = Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 267. 5 − 2. 5 − 52 . 3 − 46,68
= 1203,32 W
Sehingga
30 ×1203,03
q𝜏𝑠ℎ = = 4,565 Nm
𝜋 2517

b) Cara 2
A𝜏𝑎 = 𝑘𝜏 . 𝐼𝑎𝑚 . 𝐼𝑓𝑚
= 2,02 . 5. 0,3
= 3,03 Nm
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 .30
∆𝜏 = 𝜋𝑛
46,68 .30
= 𝜋 .2517

= 0,178 Nm
Sehingga,
a𝜏𝑠ℎ = 𝜏𝑎 − ∆𝜏
= 3,03 – 0,155
= 2,853 Nm
Untuk mengecek besar torsi (τsh ) pada Motor dc penguat terpisah
digunakan list program:

Lbl 1:? → M :? → A:? → B:? → C:? → D:? → X : 30 (AC – 3C2 – 2C –


X) ÷ 𝜋D ∆ MBC – 30 X ÷ 𝜋D ∆ Goto 1

73
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = Putaran
M=kτ
X = ∆ Pmek

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.23

Tabel 1.23 Hasil analisa data motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (Vm, If = konstan)

𝜏𝑠ℎ 𝜏𝑠ℎ

No n (rpm) Iam (A) If (A) (Nm) (Nm)

(Cara 1) (Cara 2)
2517 0,3 4,565 2,853
1 5

2485 0,3 5,779 3,639


2 6,3

2519 0,3 8,182 5,459


3 9,3

2491 0,3 9,219 6,184


4 10,5

2565 0,3 11,382 8,25


5 13,9

2582 0,3 12,353 9,22


6 15,5

74
2600

2580

2560
n (rpm)

2540

2520

2500

2480
3.5 5.5 7.5 9.5 11.5 13.5
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.51 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada
percobaan motor dc penguat terpisah terkopel generator
penguatan shunt cara 1.

75
2600

2580

2560
n (rpm)

2540

2520

2500

2480
2.5 4.5 6.5 8.5 10.5
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.52 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada
percobaan motor dc penguat terpisah terkopel generator
penguatan shunt cara 2.

76
2600

2580

2560
n (rpm)

2540
𝜏𝑠ℎ (cara 1)
𝜏𝑠ℎ (cara 2)

2520

2500

2480
2 4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.53 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝜏𝑠ℎ (Nm) pada percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
generator penguatan shunt.

77
6. Dari Tabel 1.16 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator shunt berbeban dimana Vm, Iexm , Ifg = konstan

Untuk mengitung efisiensi (ɳ) hasil percobaan pada Motor dc penguat


terpisah.

Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.16

a. Pin
b. = Vm . Iam
= 261 . 3,6
= 939,6 Watt
c. Pout = Pin - ∆Psikat - ∆Pa - ∆Pmek
= Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 261. 3,6 – 2 . 3,6 –3,62 .3 – 46,68
= 846,84 Watt

𝑃𝑜𝑢𝑡 864,84
ɳ= = = 90,13 %
𝑃𝑖𝑛 939

Untuk mengecek hasil efisiensi (ɳ) pada Motor dc penguat terpisah maka
digunakan list program:

Lbl 1 :? → A :? → B :?→ C :?→ D : AC→ X ∆ AC - 3C2- 2C –D → Y

∆ 100Y÷X ∆ Goto 1
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = ∆ Pmek

Hasil Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.24

78
Tabel 1.24 Hasil analisa data motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban (ɳ, If = konstan)

n Vm Iam Pin Pout ɳ


No
(rpm) (V) (A) (Watt) (Watt) (%)

1 2498 261 3,6 939,6 846,84 90,13

2 2498 262 4,9 1283.8 1155,29 89,99

3 2498 263 6,2 1630,6 1456,2 89,30

4 2498 262 7,5 1965 1734,57 88,27

5 2498 262 8,9 2331.8 2029,69 87,04

6 2498 261 10,4 2714.4 2322,44 85,56

79
91

90

89
ɳ (%)

88

87

86

85
500 1000 1500 2000 2500
Pout (Watt)

Gambar 1.54 Hubungan antara efisiensi, ɳ (%) dengan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban

80
7. Dari Tabel 1.17 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban dimana Vm, If , Ifg =
konstan
2780

2760

2740
n (rpm)

2720

2700

2680

2660
2 4 6 8 10 12 14
Iam (A)

Gambar 1.55 Karateristik arus jangkar (Iam) pada motor dc penguat


terpisah terkopel dengan generator penguatan terpisah
berbeban

81
Untuk menghitung besar torsi (τsh ) hasil percobaan pada Motor dc
penguat terpisah.

Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.17

∆Pmek dianggap konstan = 46,68 W

a) Cara 1
Pout = Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 300 . 3,8 − 2 . 3,8 − 3,82 . 3 − 46,68
= 1042,4 W
Sehingga
30 ×1042,4
q𝜏𝑠ℎ = = 3,597 Nm
𝜋 2767

b) Cara 2
A𝜏𝑎 = 𝑘𝜏 . 𝐼𝑎𝑚 . 𝐼𝑓𝑚
= 2,02 . 3,8. 0,34
= 2,61Nm
∆𝑃𝑚𝑒𝑘 .30
∆𝜏 = 𝜋𝑛
46,68 .30
= 𝜋 .2767

= 0,161 Nm
Sehingga,
a𝜏𝑠ℎ = 𝜏𝑎 − ∆𝜏
= 3,03 – 0,155
= 2,449 Nm
Untuk mengecek besar torsi (τsh ) pada Motor dc penguat terpisah
digunakan list program:

Lbl 1:? → M :? → A:? → B:? → C:? → D:? → X : 30 (AC – 3C2 – 2C –


X) ÷ 𝜋D ∆ MBC – 30 X ÷ 𝜋D ∆ Goto 1

82
Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = Putaran
M=kτ
X = ∆ Pmek

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.25

Tabel 1.25 Hasil perhitungan torsi motor dc penguat terpisah terkopel


dengan generator penguatan terpisah berbeban (Vm, If, Ifg =
konstan)

𝜏𝑠ℎ 𝜏𝑠ℎ

No n (rpm) Iam (A) If (A) (Nm) (Nm)

(Cara 1) (Cara 2)
2759 0,34 2,450 1,624
1 2,6

2767 0,34 3,598 2,449


2 3,8

2717 0,34 4,809 3,270


3 5

2707 0,34 6,856 4,781


4 7,2

2679 0,34 8,002 5,603


5 8,4

2691 0,34 9,175 6,565


6 9,8

2676 0,34 10,069 7,251


7 10,8

2712 0,34 10,91 8,078


8 12

2698 0,34 11,907 8,901


9 13,2

83
2780

2760

2740
n (rpm)

2720

2700

2680

2660
0 2 4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.56 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝝉𝒔𝒉 (Nm) pada
percobaan motor dc penguatan terpisah terkopel dengan
generator penguatan terpisah berbeban cara 1.

84
2780

2760

2740
n (rpm)

2720

2700

2680

2660
0 2 4 6 8 10
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.57 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝝉𝒔𝒉 (Nm) pada
percobaan motor dc penguatan terpisah terkopel dengan
generator penguatan terpisah berbeban cara 2.

85
2780

2760

2740
n (rpm)

2720 𝜏𝑠ℎ (cara 1)


𝜏𝑠ℎ (cara 2)

2700

2680

2660
0 2 4 6 8 10 12 14
𝜏𝑠ℎ (Nm)

Gambar 1.58 Hubungan antara putaran, n (rpm) dengan 𝝉𝒔𝒉 (Nm) pada percobaan motor dc penguatan terpisah terkopel
dengan generator penguatan terpisah berbeban.

86
8. Dari Tabel 1.18 untuk percobaan motor dc penguat terpisah terkopel
dengan generator penguat terpisah berbeban dimana n, If , Ifg =
konstan

Untuk mengitung efisiensi (ɳ) hasil percobaan pada Motor dc penguat


terpisah.

Maka diambil contoh perhitungan dari data No.2 pada Tabel 1.18

a. Pin = Vm . Iam
= 317 . 2,1
= 665.7Watt
b. Pout = Pin - ∆Psikat - ∆Pa - ∆Pmek
= Vm . Iam – 2.Iam− Iam2 . Ra−∆𝑃𝑚𝑒𝑘
= 317. 2,1 – 2 . 2,1 – 2,12 .3 – 46,68
= 601,59 Watt

𝑃𝑜𝑢𝑡 601,59
ɳ= = = 90,33 %
𝑃𝑖𝑛 665.7

Untuk mengecek hasil efisiensi (ɳ) pada Motor dc penguat terpisah maka
digunakan list program:

Lbl1:? → A :? → B:?→ C:?→ D : AC→ X ∆ AC - 3C2- 2C –D → Y


∆ 100Y÷X ∆ Goto 1

Keterangan : A = Vm
B = Ifm
C = Iam
D = ∆ Pmek

Hasil Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.26

87
Tabel 1.26 Hasil analisa data motor dc penguatan terpisah terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (ɳ, If = konstan)

n Vm Iam Pin Pout ɳ


No
(rpm) (V) (A) (Watt) (Watt) (%)

1 2995 317 2,1 665.7 601,59 90,37

2 2995 318 3,2 1017.6 933,8 91,76

3 2995 319 4,2 1339.8 1231,8 91,94

4 2995 319 5,2 1658.8 1520,6 91,67

5 2995 319 6,3 2009.7 1831,35 91,13

6 2995 319 7,3 2328.7 2107,55 90,50

7 2995 319 8,1 2583.9 2324,19 89,95

8 2995 317 8,9 2821.3 2519,19 89,29

9 2995 317 9,7 3074.9 2726,55 88,67

10 2995 315 10,6 3339 2934,04 87,87

11 2995 314 11,5 3611 3144,57 87,08

12 2995 313 12,3 3849.9 3324,75 86,36

88
93

92

91

90
ɳ (%)

89

88

87

86
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Pout (Watt)

Gambar 1.59 Hubungan antara efisiensi, ɳ (%) dengan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban

89
1.8 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Pada percobaan tanpa beban, hubungan antara arus penguatan (If) terhadap
putaran (n) berbanding terbalik dimana semakin besar arus penguatan yang
diberikan maka putaran akan semakin lambat.
b. Pada percobaaan berdasarkan karakteristik arus jangkar, putaran (n)
berbanding terbalik terhadap arus jangkar (Iam) yaitu semakin besar arus
jangkar maka semakin kecil nilai putaran.
c. Pada percobaan berbeban, hubungan antara putaran (n) terhadap torsi (𝜏𝑠ℎ )
berbanding terbalik dimana semakin besar putaran (n) yang diberikan maka
nilai torsi (𝜏𝑠ℎ ) akan semakin kecil namun terjadi penyimpangan pada Tabel
1.23 terlihat bahwa semakin besar putaran maka semakin besar pula torsinya
hal ini terjadi karena kurangnya ketelitian saat pengambilan data dan kerusakan
pada alat percobaan.
d. Pada percobaan berbeban, hubungan antara efisiensi (ɳ) terhadap daya output
(Pout) berbanding lurus.

90

Anda mungkin juga menyukai