Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM MESIN LISTRIK

MOTOR DC

SEMESTER IV

RANI

34220026

2B/A

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
PERCOBAAN 1
MOTOR DC

1.1 TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1.1.1 Tujuan Umum
 Mengetahui cara kerja mesin arus searah yang dioperasikan sebagai motor
dc.
 Mengetahui sifat motor arus searah dalam keadaan beban nol maupun
berbeban.
 Mengetahui besaran resistansi belitan motor dc.
 Mengetahui dan bisa mengoperasikan/menjalankan motor arus searah
dengan aman dan benar.
 Mengetahui dan bisa menganalisa/menjalankan urutan-urutan pembebanan
kerja mesin dc.

1.1.2 Tujuan Khusus


 Mencari harga resistansi belitan motor dc dengan menggunakan metoda
Ohm meter.
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh tahanan motor dc terhadap
kerugian-kerugian motor dan terhadap efisiensi motor.
 Mencari karakteristik putaran vs arus penguatan, (n = f (Iex); T = 0;
V = konstan).
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh putaran terhadap arus
penguatan yang diberikan.
 Mencari karakteristik beban, (n = f(I); n= f(T); V= konstan; Iex = konstan).
 Mengetahui dan bisa menganalisa pengaruh pembebanan terhadap putaran
pada kondisi tegangan masukan maupun arus penguatan yang tetap.
 Mencari karakteristik efisiensi, ( = f(P); n= konstan; V = konstan).
1.2 TEORI DASAR
1.2.1 Pengukuran Resistansi Belitan Motor dc
Mesin dc bisa dioperasikan sebagai motor dc maupun sebagai generator
dc. Belitan motor terdiri dari:
1. Belitan jangkar
2. Belitan kutub bantu
3. Belitan eksitasi/belitan medan
Arus beban mengalir melalui dua belitan yang pertama, belitan ini
mempunyai resistansi yang kecil. Sistem pengukuran tahanan belitan jangkar ini
ada beberapa metode pengukuran yang bisa dilakukan antara lain metode ohm
meter, volt dan ampere meter, serta metode statis dan dinamis. Dalam percobaan
ini kita memakai sistem pengukuran dengan metode statis dan dinamis.
Pengukuran resistansi belitan arus penguatan dilakukan dengan menggunakan
metode yang sama dengan pengukuran tahanan belitan jangkar.

1.2.2 Pengukuran Tahanan Secara Tidak Langsung

Yang dimaksud dengan pengukuran tahanan secara tidak langsung adalah


pengukuran tanpa menggunakan ohmmeter. Dari hukum Ohm dapat diketahui:

V
R = ................................................................................................................(1-
I
1)

Terlihat dari persamaan (1-1) bahwa untuk mengetahui nilai suatu tahanan
maka diperbagikanlah antara tegangan yang diukur dengan arus yang terukur pada
tahanan tersebut. Inilah yang disebut cara tidak langsung, yaitu mengukur
tegangan dan arus menentukan tahanan. Dengan demikian cara ini disebut juga
“metode Voltmeter-Amperemeter”. Karena Voltmeter dan Amperemeter
mempunyai cara sambung yang berbeda, dikenal dua macam rangkaian
pengukuran yaitu rangkaian dengan “metode tahanan tinggi” dan rangkaian
dengan “metoda tahanan rendah”. Kata “tinggi” bersifat relatif saja, yaitu tahanan
yang diukur relatif jauh lebih tinggi dari tahanan Amperemeter. Juga kata
“rendah” hanya bersifat relatif, yaitu tahanan yang diukur jauh lebih tendah dari
tahanan Voltmeter. Sebagai contoh, diperkirakan tahanan yang akan diukur adalah
1000 Ω, tahanan Amperemeter 1 Ω dan tahanan Voltmeter 999 kΩ, maka kedua
macam rangkaian sama baiknya karena memberikan hasil pengukuran dengan
persentase kesalahan yang sama. Bagaimana jika tahanan yang diukur
diperkirakan 0,1 Ω? Jelas rangkaian dengan metode tahanan-rendah lebih cocok
karena akan memberikan persentase kesalahan yang dapat diabaikan. Bagaimana
jika tahanan yang akan diukur diperkirakan 1 MΩ? Jelas rangkaian dengan
metode tahanan–tinggi lebih cocok karena akan memberikan persentase kesalahan
yang dapat diabaikan.

Gambar 1.1 Pengukuran tahanan secara tidak langsung. (a) Metode


Tahanan-Tinggi, (b) Metode Tahanan-Rendah.

Terminologi yang dapat dianut dalam percobaan ini adalah:


Vx
Rx = nilai tahanan yang akan diukur (nilai tahanan yang sebenarnya) =
Ix
Vm
Rm = Nilai tahanan hasil pengukuran =
Im
Vx dan Ix = tegangan dan arus pada tahanan yang diukur.
Vm dan Im = hasil penunjukan berturut-turut pada voltmeter dan amperemeter
Rangkaian dengan Metode Tahanan-tinggi :

Dari gambar 1.1 (a) dapat ditulis:

Ix = Im ...............................................................................................................(1-2)

Dan :

Vm = Im rA + Im Rx ............................................................................................(1-3)

Maka :

Vm
Rm = = rA+ Rx ...............................................................................................................................................(1-4)
Im

Persamaan (1-4) menunjukan bahwa ternyata nilai hasil pengukuran (R m) lebih


besar dari nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang diukur
adalah :

Rx = Rm - Ra ......................................................................................................(1-5)

Kesalahan (E) yang ditimbulkan oleh metode tahanan-tinggi adalah :

|Rm −R x| rA
E= × 100% = × 100% .....................................................................
Rx RX
(1-6)

I mr A
E = × 100%
V m−I m r A
........................................................................................(1-7)

Rangkaian dengan Metode Tahanan-Rendah :


Dari gambar 1.1 (b) dapat ditulis :

Im = I x + I v .................................................................................................................................................. (1-8)

Vx Vx
Vm = Vx ; Ix = ; Iv = ..................................................................................(1-
Rx rV
9)

Maka dapat diperoleh :

Vm Vx
Rm = = ...............................................................................................(1-
Im I v+ I x
10)

Dengan mensubtitusikan persamaan (1-9) ke dalam (1-10), diperoleh :

Rx
r V Rx
Rm = = Rx ........................................................................................(1-
r V + R x 1+
rV
11)

Ternyata dalam persamaan (1-11) terindikasi bahwa nilai hasil pengukuran (R m)


lebih kecil dari pada nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang
diukur adalah :

rV R m
Rx = ..................................................................................................(1-
r V −R m
12)

rV . V m
Rx= ..................................................................................................(1-
r V I m −V m
13)

Kesalahan (E) yang ditimbulkan oleh tahanan-rendah ini adalah :


|Rm −R x| Rx
E= × 100% = × 100% .............................................................(1-
Rx rV + R x
14)

Vm
E= × 100% ...........................................................................................(1-
I m . rV
15)

1.2.3 Pengaruh Arus Penguat Terhadap Putaran Motor dc


Pengaruh muatan pada motor dc ini sangat besar terhadap putarannya.
Apabila kita menjalankan motor dc tanpa beban maka arus yang kita butuhkan
hanya kecil saja, hanya beberapa persen dari arus nominalnya. Hal ini akibat
adanya tegangan induksi motor yang hampir sama dengan tegangan yang
diberikannya. Oleh karena itu bisa kita asumsikan bahwa V (tegangan yang
diberikan ke motor) sama dengan E (tegangan induksi motor).
Dari asumsi diatas kita peroleh formula sebagai berikut :

n=f ( I ex ) ; T =0 ; V =konstan
- Untuk motor dc shunt

Eb =kϕndan E b=V tm −I a R a.........................................................(1-16)

atau,

Eb
n= .....................................................................................................(1-17)

V tm
ϕ =k 1 I ex dan I ex= ..................................................................(1-18)
Rd+ Rf

Maka,
Eb
n= → pada keadaantanpa beban I a =konstan ; E b=konstan
k 2 I ex
k3
n= .....................................................................................................(1-19)
I ex

- Untuk motor dc penguat terpisah

Eb =kϕn dan E b=V tm −I a R a.........................................................(1-20)

atau ,

Eb
n= ....................................................................................................(1-21)

V ex
ϕ =k 1 I ex dan I ex = .......................................................................(1-22)
Rf

Eb
n= → pada keadaantanpa beban I a =konstan ; E b=konstan
k 2 I ex

k3
n= .....................................................................................................(1-23)
I ex

dimana :

V = tegangan suplai motor (volt)

E = tegangan induksi motor (volt)

K = konstanta

 = fluks

Iex = arus eksitasi

n = putaran motor (rpm)

I = arus jangkar (ampere)

R = tahanan jangkar (ohm)

Pada kondisi beban nol (I = 0), nilai E = V = tegangan suplai motor.


Kesimpulan awal didapat bahwa putaran motor berbanding terbalik
dengan arus penguatannya. Bentuk karakteristik putaran vs arus penguatan dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.2 Karakteristik putaran vs arus penguatan motor dc.

1.2.4 Pengaruh Pembebanan Terhadap Putaran Motor dc


Seperti yang telah diterangkan diatas bahwa pengaruh arus penguatan
motor sangat berpengaruh terhadap putarannya. Sementara tegangan induksi
motor diasumsikan sama dengan tegangan suplainya.

Pada motor-motor yang berbeban, besarnya beban sangat berpengaruh


terhadap kerugian-kerugian dalamnya, hal ini akan berpengaruh pula terhadap
tegangan induksinya yang selanjutnya akan mempengaruhi putarannya.

n=f ( I a ) ; atau n=f ( T )


V tm=konstan, I ex =¿konstan

Dimana:

V tm−I a Ra
n= .........................................................................................(1-
K 1 I ex
24)

n=K 2−K 3 I a .......................................................................................(1-25)

Karena,
v tm
k 2= ...............................................................................................(1-
K 1 I ex
26)

Ra
k 3= ...............................................................................................(1-
K 1 I ex
27)

T =k t . I a I ex .........................................................................................(1-28)
V tm−k 5 . T Ra
T= ......................................................................................(1-
k 1 I ex
29)
n=k 2−k 6.T .......................................................................................(1-30)

Maka:

v tm
k 2= ...............................................................................................(1-
K 1 I ex
31)

k 5 Ra
k 6= ...............................................................................................(1-
K 1 I ex
32)

Karakteristik beban dengan arus beban konstan nominal pada motor dc


dapat dilihat seperti pada gambar berikut:
Gambar 1.3 Karakteristik beban dengan arus beban konstan nominal
pada motor dc.

1.2.5 Karakteristik Torsi


V −I a . R a
Dari persamaan dapat dilihat bahwa pada motor shunt dimana
C∅
apabila torsi ( T=k.Ia∅ ) bertambah maka putaran motor akan menurun.
Karakteristik n=f(T) dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :

T
Gambar 1.4 Karakteristik putaran vs torsi.

1.2.6 Karakteristik Efisiensi


Selama motor dc beroperasi, terjadi kerugian/kehilangan daya. Besaran
rugi-rugi daya dalam berbagai variasi kondisi beban sangat diperlukan untuk
menghitung kurva efesiensi mesin.

Rugi-rugi motor dc dijelaskan dibawah ini :

a. Rugi-rugi Mekanik

Rugi-rugi mekanik menggambarkan rugi-rugi daya dalam bagian yang


berputar yaitu karena gesekan di bantalan dan ventilasi. Daya ini hanya tergantung
pada putaran dan tidak bergantung pada kondisi beban (beban nol maupun beban
penuh harganya sama).

b. Rugi-rugi Besi
Rangkaian magnetik motor dc yang diakibatkan arus penguatan pada
bagian yang tetap (stator) yang berinteraksi dengan putaran rotor akan
menimbulkan kerugian. Kerugian ini diakibatkan oleh histeris magnet dan arus
Eddy. Kehilangan daya ini menunjukkan rugi-rugi besi motor dc yang erat
hubungannya dengan harga fluks yang dibangkitkan kutub dan kecepatannya.

c. Rugi-rugi Tahanan Belitan Jangkar

Rugi-rugi ini harus dihitung berdasarkan perkalian antara besarnya arus


yang melewati belitan jangkar dengan besarnya resistansi jangkarnya yaitu:

∆P = Ia2........................................................................................................... (1-20)

dimana :

∆P = rugi-rugi belitan (watt)

Ra = tahanan jangkar (ohm)

Ia = arus jangkar (ampere)

Untuk mencari karakteristik efesiensi, motor dibebani sesuai dengan


kondisi beban yang dibutuhkan dan pengukuran daya dilakukan pada sisi yang
dibangkitkan maupun yang diserapi. Efesiensi merupakan perbandingan antara
keduanya.

ŋ=f ( P )
n=konstan ; V tm=konstan ; I ex =konstan

Pout P
ŋ= = ....................................................................................(1-34)
P ¿ V tm I a

P¿ =V tm × I ¿ ....................................................................................(1-35)
karena,

2 πn
P=T .............................................................................................(1-36)
60
πn
P=k t . I a I ex ....................................................................................(1-37)
30
P=k 7 . I a.............................................................................................(1-38)
I a=k 8 . P.............................................................................................(1-39)

Maka:

P
ŋ= ..........................................................................................(1-40)
V tm k 8 P1

ŋ=k 9 .................................................................................................(1-41)

Bentuk karakteristik efisiensi motor dc seperti pada gambar berikut :

Gambar 1.5 Karakteristik efisiensi motor dc.


1.3 RANGKAIAN PERCOBAAN
1.3.1 Percobaan Statis

Gambar 1.6 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar ( Ra )


secara tidak langsung dengan metode tahanan tinggi.

Gambar 1.7 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar ( R a )


secara tidak langsung dengan metode tahanan rendah.
Gambar 1.8 Rangkaian pengukuran tahanan belitan medan ( Rf )
belitan secara tidak langsung dengan metode tahanan
tinggi.

Gambar 1.9 Rangkaian pengukuran tahanan belitan medan ( Rf )


belitan secara tidak langsung dengan metode tahanan
rendah.

1.3.2 Percobaan Dinamis


Gambar 1.10 Rangkaian pengukuran putaran motor dc dan arus penguat
sendiri.

Gambar 1.11 Rangkaian pengukuran putaran motor dc dan arus penguat


terpisah.
1.4 PROSEDUR PERCOBAAN

1.4.1 Pencatatan Name Plate Motor DC


1. Mencatat data-data motor dc yang terdapat pada name plate.
2. Melakukan analisis terhadap data-data Motor dc yang diperoleh dari name
plate.

1.4.2 Pengukuran Tahanan Belitan


1. Mengukur tahanan belitan jangkar dan belitan medan motor dc dengan
menggunakan ohm meter.
2. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.

1.4.3 Mencari Karakteristik Putaran vs Arus Penguatan


1. Menggambar rangkaian percobaan untuk mencari karakteristik beban nol.
2. Membuat urutan kerja (hati-hati dalam menjalankan mesin tanpa ada arus
penguatannya). Motor diputar dengan menggunakan tahanan awal/tahanan
asut atau menggunakan regulator untuk mengurangi arus start yang besar.
3. Apabila sudah disetujui oleh pembimbing, melakukan percobaan.
4. Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel data yang telah disediakan.
1.4.4 Mencari Karakteristik Pengaruh Pembebanan Terhadap Putaran
Motor dc

1. Menggambar rangkaian percobaan untuk karakteristik pengaruh


pembebanan terhadap putaran.
2. Membuat urutan kerjanya dan lakukan percobaannya.
(Memutar motor sebelum motor dibebani pada putaran nominalnya yaitu
3000 rpm kemudian mencatat semua alat ukur pada kondisi
ini.Membebani motor dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu
oleh pembimbing).Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga
mencapai kondisi nominalnya.
3. Mencatat hasil percobaan ke dalam tabel data yang telah tersedia.

1.4.5 Pengukuran Efisiensi Motor dc.

1. Menggambar rangkaian percobaan untuk mencari besarnya efisiensi motor


dc.
2. Membuat urutan kerjanya dan melakukan percobaannya.
(Sebelum motor dibebani motor diputar pada putaran nominalnya yaitu
3000 rpm catatlah semua alat ukur pada kondisi ini. Membebani motor
dengan generator dc (dalam hal ini akan dibantu oleh pembimbing),
Mencatat setiap kondisi pembebanan sehingga mencapai kondisi
nominalnya dengan mempertahankan putaran nominalnya dengan
mengatur arus penguatannya. Kemudian mencatat daya yang masuk ke
motor yang dikeluarkan generator.
3. Mencatat data hasil pengukuran kedalam tabel data yang telah disediakan.
Efisiensi yang akan dihitung adalah efisiensi total antara motor dan
generator.
1.5 HASIL PENGAMATAN
Dari hasil praktikum, maka diperoleh data hasil pengamatan sebagai
berikut:
1.5.1 Data dari papan nama mesin
DC Motor Excitation = Shunt
Type DL:2055/S n◦ = 068718
Supply voltage = 400 volt
Rated current = 14,2 ampere
Rated power = 5 kW
Rated speed = 3000 G/I
Rated exc. current = 0,56 ampere
Insulation class =F

1.5.2 Percobaan Statis


Tabel 2.1 Hasil pengukuran tahanan belitan secara langsung.
Tahanan Belitan (Ω)
Jangkar, Ra Medan, Rf

Tabel 2.2 Hasil pengukuran tahanan beitan secara tidak langsung.

Tahanan Metode Tahanan Tinggi Metode Tahanan Rendah


Belitan V(V) I (A) V(V) I(A)
Jangkar, Ra
Medan, Rf
2.3 Hasil percobaan motor DC penguat shunt tidak terkopel dengan
generator off (Vm,Iam=konstan)

No. Vm (V) Ifm Iam (A) n (rpm)


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tabel 2.4 Hasil percobaan motor dc shunt tanpa beban, terkopel


dengan generator off.

No. Vm (V) Ifm (A) Iam(A) n (rpm)


1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tabel 2.5 Hasil percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat shunt beregangan tanpa beban.
(Vm,Iam=konstan)

No. Vm (V) Iam (A) Ifm(A) Vg (V) Ifg (A) n (rpm)


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tabel 2.6 Hasil percobaan motor penguat dc shunt terkopel dengan


generator penguatan shunt berbeban (Vm,Ifm=konstan)

Iag (A) Posisi


No. Vm (volt) Ifm(A) n (rpm) Vg(v)
Beban
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tabel 2.7 Hasil percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat shunt berbeban. (n=konstan)

Vtm Vg Iag Posis


No. Ifm (A) Iam (A) n (rpm)
(Volt) (volt) (A) beban
1.
2.
3.
4.
5.

Anda mungkin juga menyukai