Anda di halaman 1dari 18

I.

TUJUAN
Dari tersusunnya makalah ini di harapkan mahasiswa/pembaca dapat:
1. Megetahui dasar-dasar balikan
2. Mengetahui pengaruh balikan terhadap frekuensi
3. Mengetahui pengaruh balikan pada cacat bentuk isyarat
4. Mengetahui rangkaian balikan dan pengaruh balikan pada impedansi masukan dan
impedansi balikan
5. Mengetahui analisis rangkaian balikan
6. Mengetahui beberapa contoh analisis rangkaian balikan
7. Mengetahui balikan reaktif
8. Mengetahui penggunaan balikan untuk pengatur gandengan RC
9. Mengetahui kemantapan balikan
10. Mengetahui kompensasi frekuensi

II. PEMBAHASAN
1. Pendahuluan
Pada kebanyakan penguat yang di jumpai dalam praktek, sebagian isyarat
keluarannya dikembalikan pada masukkan sehingga isyarat masukan di perlemah. Usaha
untuk mengembalikan sebagian isyarat keluaran kepada masukan disebut balikan (feed-
black).
Balikan yang dipasang untuk memperlemah isyarat masukkan disebut balikan negatif.
Sedang balikan yang dipasang untuk memperkuat masukkan disebut balikan positif.
Suatu contoh rangkaian penguat dengan balikan negatif adalah seperti pada gambar:

Gambar (1) rangkaian penguat dengan balikan negatif


Balikan dilakukan oleh RF dan R1. Pada rangkaian ini RF dan R1 membentuk pembagi
tegangan sehingga sebagian tegangan keluaran , yaitu:

Dikembalikan pada emitor transistor Q1.


2. Dasar Balikan
Namun perlu diperhatikan bagaimana membuat penguat yang baik. Penguat yang baik
adalah penguat yang keluarannya merupakan copy dari isyarat masukan, mempunyai
tanggapan frekuensi yang lebar, keadaan panjarnya cukup stabil dan mempunyai keluaran
yang tidak tergantung pada beban yang dipasang.
Dengan teknik balikan, maksud tersebut mungkin dapat tercapai. Dengan teknik ini
sebagian dari isyarat keluaran dikembalikan lagi ke masukan. Balikan yang dipasang untuk
memperlemah masukan disebut balikan negatif, sedangkan pada balikan positif masukan
diperkuat.

Gambar (2) Skema rangkaian dasar balikan

Rangkaian dasar dari balikan negatif terdiri atas tiga komponen seperti ditunjukkan
pada gambar (1).
1. Penguat A dengan fungsi
vo= A vi ...............................................................(1)
2. Jaringan kerja balikan b dengan fungsi
vf = b vo...............................................................(2)
Biasanya kita memerlukan b yang sangat stabil, yang biasanya terdiri atas pembagi
tegangan sederhana.
3. Penjumlah S dengan fungsi
vi=vs-vf.................................................................(3)
Idealnya, A mempunyai harga sangat besar, karenanya vi=vo/A mempunyai harga
sangat kecil dan mendekati nol volt, yaitu pada keadaan tanah maya (virtuil earth). Karena:
vs-vf =vi................................................................(4)
dan
vi 0......................................................................(5)
Kita mempunyai:
vs v f = b vo..........................................................(6)
sehingga kita mendapatkan:
vo/vs =1/ b............................................................(7)
Terlihat bahwa besarnya penguatan vo/vs tidak tergantung pada A, tetapi hanya
tergantung pada b. Besarnya A tergantung pada besaran-besaran transistor, sedangkan b dapat
diperoleh dengan sebuah pembagi tegangan.
Perhatikan bahwa pada gambar 15.1, rangkaian berupa sebuah lingkar tertutup (closed
loop) yang terdiri dari
S : penguatan -1
A : penguatan A
b : penguatan b
Total penguatan pada lingkar tertutup disebut penguatan lingkar dan besarnya
adalah - Ab . Rangkaian ini membandingkan hasil copy bvo dari vo dengan vs pada S. Segala
ketidaksesuaian dinyatakan sebagai kesalahan dan diperkuat A kali untuk melawan kesalahan
awal pada vo. Jadi kesalahan awal harus dilawan, sehingga penguatan lingkar harus negatif
( Ab ); dan karenanya balikan ini disebut balikan negatif (negative feedback).
Hubungan penguatan lingkar-tertutup (vo/vs) dalam bentuk penguatan lingkar-
terbuka (A) dan balikan (b) sebagai berikut.
Kita mempunyai:
vo = Avi
=A(vs bvo)
Sehingga:
vo = Avs - Abvo...............................................(6)
vo/vs= A/(1+Ab) = 1/(1/A+ b)
jika 1/A << b bentuk di atas akan menjadi:
vo/vs = 1/ b
jadi penguatan hanya tergantung sepenuhnya pada b , dimana ini dapat dibuat dengan
sepasang resistor.

3. Pengaruh balikan terhadap tegangan frekuensi


Sudah ditunjukkan sebelumnya bahwa balikan negatif dapat mengatasi penurunan A
akibat penggantian transistor. Kita juga berharap balikan negatif dapat mengatasi penurunan
A akibat terbatasnya tanggapan frekuensi (frequency response).
Gambar (3) Peningkatan tanggapan frekuensi dengan balikan
Gambar 3 (kurva R) memberikan ilustrasi tanggapan frekuensi penguat sederhana,
dimana tanggapan frekuensinya mempunyai kelemahan akibat adanya rangkaian RC lolos-
rendah dan juga rangkaian RC lolos tinggi.
Dapat dibuktikan bahwa dengan memasang lingkar balikan pada penguat di atas,
maka rangkaian akan mempunyai tanggapan frekuensi dengan frekuensi 3 dB sebagai:
fFT= fFT (1+ Ab ) (Bagian frekuensi tinggi) (7)
f F= (Bagian frekuensi rendah) (8)
dalam persamaan (7) & (8) nampak bahwa tanggapan frekuensi dapat ditingkatkan
(melebar) dengan faktor yang sama, yaitu sebesar (1+ Ab ) walaupun penguatan mengalami
penurunan.
Karena

A<<

dimana A adalah penguatan lingkar terbuka, dan 1/ b mendekati harga penguatan


lingkar-tertutup, maka:

A/(1+ Ab) 1/b.................................................................(9)

Namun demikian saat A 1/b , maka:

A/(1+ Ab) A.....................................................................(10)


Jadi sepanjang penguatan lingkar-tertutup lebih kecil dari A, penguatan akan berharga
~1/b.
4. Pengaruh balikan pada cacat bentuk isyarat
Secara ideal, keluaran vo dari sebuah penguat adalah merupakan fungsi linier dari
masukan vi seperti diperlihatkan pada gambar 3-a, dalam bentuk
vo= ao+ a1 v1.........................................................(10)
Namun pada prakteknya, linieritas tersebut tidak sempurna; untuk penguat transistor
tunggal, akan berupa fungsi eksponensial. Kita memerlukan lebih banyak suku dari deret
Taylor (seperti terlihat pada gambar 3-b,
vo = a1vi + a1 ......................................................(11)

Gambar (3) Keluaran penguat (a) kondisi ideal dan (b) keadaan riil
Jika masukan berupa frekuensi tunggal
vi = V sin w t ................................................................(12)

Dengan persamaan 15.12 dapat diselesaikan dengan memasukkan persamaan (11)


yang secara praktis berupa penyelesaian persamaan trigonometeri yang akan menghasilkan
keluaran dengan frekuensi baru (frekuensi harmonik)

5. Rangkaian balikan dan pengaruh balikan pada impedansi masukan dan impedansi
keluaran
Kita telah membahas pengaruh rangkaian balikan terhadap penguatan tanggapan
amplitudo dan cacat. Kini marilah kita meninjau bagaimana balikan mempengaruhi
impedansi keluaran dan impedansi masukan. Ini tentu bergantung pada cara bagaimana kita
memasang rangkaian balikan.
Rangkaian balikan dapat dipasang paralel dengan keluaran seperti pada gambar12.5
Rangkaian balikan yang dimaksud terdiri dari R3 dan R2 dan dipasang seri dengan
masukan. Resistor R3 dan R2 membentuk suatu pembagi tegangan sehingga
Pada gambar, rangkaian balikan R3 dan R2 dikatakan terhubung paralel dengan
keluaran sebab kalau kedua resistor ini dilepas arus keluaran iC (Q2) tidak terputus, yang
berarti R2 dan R3 menyimpangkan sebagian dari atas keluaran, atau R2 dan R3 paralel dengan
keluaran.
Di lain pihak, apabila rangkaian R2 dan R3 dilepas maka arus pada masukan, yaitu iC
(Q1) akan terputus oleh karena R2 bersambung (seri) dengan transistor Q 1. Oleh sebab itu,
balikan R3 dan R2 dikatakan seri dengan masukan.

Dalam hal ini isyarat balikan sebanding dengan tegangan isyarat keluaran. Balikan
yang paralel dengan keluaran ini disebut balikan tegangan. Rangkaian balikan pada gambar 1
disebut balikan tegangan seri, artinya tegangan yang dipasang seri dengan masukan. Cara
lain untuk memasang balikan adalah seprti pada gambar 2.
Disini balikan dipasang seri dengan keluaran dan paralel dengan masukan. Balikan
dilakukan oleh R6, yang mengalirkan arus balikan
Pada umumnya dibuat agar i0 R5 vi , sehingga . Tampak bahwa isyarat balikan yaitu
if sebanding dengan arus keluaran, sehingga balikan yang dipasang seri dengan keluaran
disebut balikan arus. Rangkaian balikan pada gambar 2 disebut balikan arus paralel, artinya
balikan arus yang dipasang paralel pada masukan.
Ada dua cara lain untuk memasang balikan, yaitu balikan tegangan paralel pada
gamabar 12.7a dan balikan arus seri.
Kembali kepada pengaruh balikan terhadap impedansi keluaran dan impedansi
masukan, secara umum dapatlah dikatakan berlaku aturan berikut. Balikan yang dipasang
paralel akan menyebabkan impedansi keluaran atau masukan yang bersangkutan menjadi
lebih kecil, yaitu dikalikan dengan .
Sebagai contoh, pada balikan tegangan seri rangkaian balikan dipasang paralel dengan
keluaran dan seri dengan masukan maka,
Disini tanda lt berarti lingkar tertutup yaitu dengan balikan terpasang, dan tanda lb
(lingkar terbuka) tanpa balikan.

6. Analisis rangkaian balikan


Pada pembahasan di atas tampak pengaruh balikan selalu timbul dalam faktor (1+ v
Kv, lb). Cara menghitungnya yaitu penguatan tnpa balikan dengan memperhitungkan
pembebanan oleh rangkaian balikan ?
Dengan adanya rangkain balikan maka K v , lb menjadi berbeda dengan Kv , lb tanpa
rangkaian balikan. Dikatakan bahwa rangkaian balikan mempengaruhi atau membebani
rangkaian lingkar terbuka.
Dengan adanya rangkaian balikan maka Kv , lb dengan memperhitungkan pembebanan
oleh rangkaian balikan mengikuti cara yang kemukakan oleh Hillman dan Halkias dalam
buku Integrated Electronics.
a. Balikan tegangan seri

Marilah kita menganalisis bagaimana kita menentukan K v , lb untuk balikan tegangan


seri seperti pada gambar. Hambatan R7 sebetulnya juga membentuk balikan akan tetapi
balikan DC, sebab R5 dan R6 tak dilalui arus isyarat berhubung adanya kapasitor pintas CE.
Balikan DC ini dipasang agar titik kerja mantap, tak mudah bergeser pada garis beban.
Balikan ac (isyarat) adalah melalui R3 dan R2. Dalam membahan rangkaian lingkar
terbuka dengan memperhitungkan pengaruh rangkaian balikan pada penguat lingkar terbuka
dapat kita ikuti aturan beriikut. Dilihat dari masukan, rangakaian balkan yang paralel dengan
keluaran dapat dipandang seolah-olah pada keluaran dihubungkan dengan tanah yang seperti
dilukiskan pada gambar.

Tampak bahwa dilihat dari masukan, ujung R3 yang dipasang paralel dengan keluaran
dipandang berhubungan dengan tanah, seperti pada gambar berikut:

Dilihat dari keluaran maka ujung R2 yang dihubungkan seri dengan masukan dapat
dipandang terlepas dari rangakaian masukan, sehingga R2 tampak menjadi bersambung seri
dengan R3 seperti terlihat pada keluaran Q2. Dari gambar diperoleh :

dengan

Faktor balikan dengan


Sehingga

Perhatikan bahwa pada gambar R7 + R5 // R6 ada diluar jalur balikan, sehingga tak
terpengaruh oleh balikan. Di lain pihak hambatan masukan transistor Rit,lb merupakan bagian
dari balikan, sehingga pada bagian keadaan lingkar tertutup Rit,lb = Rit,lb (1+v Kv) oleh karena
balikan terpasang seri dengan masukan. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa :

Akibatnya hambatan masukan total untuk lingkar tertutup


Untuk hambatan keluaran (R3 + R2) // R4 bersama dengan langsung terpengaruh oleh balikan,
oleh karena itu Ro, lb = (R3 + R2) R4 dan Ro, lt = oleh karena balikan terhubung paralel dengan
keluaran.

b. Balikan tegangan paralel


Sekarang kita membahas rangkaian balikan tegangan paralel seperti pada gambar.

Mengikuti cara menghitung Kv , lb menurut Milman-Halkias kita gunakan pendekatan


berikut. Oleh karena rangkaian balikan pralalel dengan keluaran, maka dipandang dari
masukan, ujung R2 yang dihubungkan dengan keluaran dapat dianggap berhubungan dengan
tanah seperti pada gambar.

Oleh karena rangkaian balikan R2 dihubungkan paralel dengan masukan, maka dipandang
dari keluaran, ujung R2 yang dipasang paralel dengan masukan dianggap berhubungan
dengan tanah.
Dari gambar dapat diperoleh dengan

Dari gambar tampak

7. Beberapa contoh analisis rangkaian balikan

Pada penguat Lindsey Hood, bahwa R4 membentuk rangkaian balikan DC oleh


karena titik c ada pada tanah ac. Rangkaian R3-R2 membentuk balikan ac dan dc. Kedua
balikan di atas mengikat titik operasi agar betul-betul mantap tak mudah berubah letaknya
pada garis beban.
Kita perlu menentukan tegangan-tegangan dc pada berbagai tempat di dalam
rangakaian. Kita juga perlu mengetahui berapa penguat arus, yaitu , masing-masing
transistor. Marilah kita gunakan BC 109 u ntuk Q1 dan Q2 yang mempunyai 1 = 2 = 300.
Kita dapat menganggap bahwa titik kerja Q1 dan Q2 ditengah garis beban DC, oleh karena
pencipta rangkaian ini membuat titik kerja di tengah garis beban ac.
8. Balikan reaktif
Rangkaian balikan yang telah kita bahas sebelumnya tidak mengandung kapasitor,
sehingga faktor balikan , tidak bergantug pada frekuensi. Pada beberapa penggunaa di
perlukan tanggapan amplitudo frekuensi dengan bentuk tertentu, seperti misalnya pada
penguat untuk kaset, untuk piringan hitam, untuk nada dan untuk tapis. Untuk maksud ini
digunakan rangkaian balikan yang menggunakan kapastor.
1. Prapenguat kepala kaset.
Sebagai contoh adalah prapenguat kepala kaset untuk kaset untuk main kembali.
Tanggapan amplitudo seperti ini di perlukan oleh karena kepala kaset menghasilkan
tanggapan amplitudo isyarat rekuensi tinggi lebih kuat dari pada isyarat frekuensi rendah.
Untuk mengimbangi ini diperlukan prapenguat yang mempunyai penguatan besar
yang mempunyai penguatan besar pada frekuensi rendah seperti pada gambar. Dengan cara
ini prapenguat di atas kita hubungkan kepala kaset, isyarat yang dihasilkan kepada keluaran
yang sama untuk untuk daerah frekuensi audio (20 Hz 15 KHz). Dengan kata lain
tanggapan amplitudo diatas menghasilkan tanggapan yang sama untuk berbagai nilai
frekuensi. Dikatakan bahwa tanggapan amplitudo diatas menghasilkan penyamaan.
Pemyamaan untuk kepala kaset disebut penyamaan NAB . Penyamaan untuk piringan hitam
dikenal sebagai penyamaan RIAA.
2. Pengatur nada
Bentuk balikan reaktif banyak digunakan orang untuk membuat pengatur nada, yaitu
alat untuk membuat agar suara rendah (bass) dan suara tinggi (terbel) dapat diperkuat sendiri-
sendiri. Untuk ini dipergunakan rangkaian seperti pada gambar dibawah ini:
Jika pengusap potensiometer R2 ada pada a, maka kita peroleh penguatan bass yang
maksimum. Bila penguat potensiometer R6 ada pada titik c, kita akan dapatkan terbel
maksimum. Ramgkaian ini di sebut pengatur nada baxandall aktif., oleh karena rangkaian
pengatur nada ada dalam balikan, sehingga untuk membuatnya bekeraj diperlukan daya.
Adanya balikan reaktif (menngandung rekatansi) ini mengakibatkan tanggapan amplitudo
seperti pada gambar:
Grafik tanggapan amplitudo ini menunjukkan isyarat frekuensi rendah (>50 Hz) atau
bas dan isyarat frekuensi tingg (> 10 K Hz) diperkuat sepuluh kali isyarat pada frekuensi
tengah ( 1 K Hz). Bentuk taggapan amplitudo seperti ini akan menghasilkan suara musik
dengan bas yang mantap dan trebel yang jernih.
3. Tapis aktif
Kita telah membahas tentang tapis RC yaitu ragkaian RC pasif yang di gunakan untuk
mengolah isyarat agar dalam batas-batas tertentu saja yang di teruskan oleh rangkaian. Kita
telah membahas pula rangkaian tapis RC lolos rendah dan rangkaian RC lolos tinggi seperti
di tunjukkan pada gambar:
Tapis RC pasif memberikan tanggapan amplitudo lolos rendah dan lolos tinggi
dengan kemiringan 6 dB/oktaf. Tapis semacam ini di sebut tapis orde pertama. Seringkali
diperlukan tapis dengan orde lebih tinggi, yaitu yang mempunyai tanggapan amplitudo
dengan pembatas 12 dB/oktaf, bahkan 18 dB/oktaf. Tapis dengan kemiringan 18 dB/oktaf
disebut tapis orde tiga. Teori dan pembuatan tapis orde dua tidaklah sederhana. Tanggapan
yang menghasilkan juga tidak selalu mengikuti bagan bode seperti pada tapis orde pertama.
Bentuk tanggapan amplitudo yang mengikuti bagan bode untuk tapis orde dua atau
lebih tinggi di sebut tanggapan butterworth. Sebagai contoh tanggapan butterworth untuk
tapis lolos rendah orde dua adalah seperti pada gambar:
Tapis orde dua tersebut biasanya di buat dengan menggunakan rangkaian penguat.
Agar tapis ini dapat bekerja di perlukan catu daya, maka tapis semacam ini di sebut tapis
aktif. Tapis aktif kebanyakan menggunakan penguat operasional (op-amp) dalam bentuk IC.
Di sini akan ditunjukkan rangkaian diskret tapis butterwoth lolos rendah dan lolos
tinggi orde dua. Tapis aktif merupakan suatu bahan pembahasan yang amat luas dan dalam,
serta banyak buku yang di tulis khusus tentang ini.
Pada tapis aktif di atas R1 = R2 = R dan C1 = 2 C, C2 = C1 = C, dan bahwa penguatan
penguat sama dengan satu merupakan persyaratan yang harus di penuhi secara ketat.
Akibatnya di perlukan komponen-komponen presisi. Jika ini tidak di penuhi tanggapan
amplitudo yang dapat mungkin berbeda dengan dengan tanggapan amplitudo butterwoth,
yang dapat berakibat terjadinya osilasi. Perhatikan bahwa baliakn reaktif yang di gunakan
adalah baliakan positif. Tapis ini di sebut tapis aktif sallen-key. Tapis sallen-key lolos tinggi
orde dua dengan tanggapan butterwoth dilukidkan pada gambar 12.33
Tapis aktif semacam ini dapat di gunakan untuk membuat isyarat musik bernada
rendah masuk ke pengeras suara woofer, isyarat musik bernada menengah ke pengeras
midrange, dan isyarat musik bernada tinggi kepengeras suara tweeter. Sistem tapis aktif
seperti ini di katakan membentuk rangkaian cross over aktif. Dalam daerah audio tapis aktif
seperti ini di gunakan pada lampu disko; warna lampu di buat sesuai agar warna nyala lampu
di buat sesuai dengan tinggi rendah nada musik.

9. Penggunaan balikan untuk pengatur tagangan DC


Kita telah mengenal balikan dc dari pembahasan terdahulu. Misalnya resistor 56 K
pada gambar 12.25 membentuk balikan dc. Balikan ini di pasang agar tehnik kerja resistor
mantap. Jika terjadi perubahan tegangan pada satu bagian rangkaian, rangkaian balikan akan
melakukan reaksi untuk melawan perubahan tersebut. Pengertian balikan dc digunakan juga
pada pengatur tegangan catu daya agar tegangan keluaran mantap, tidak turun nilainya jika
ditarik arus beban.
Pengatur baliakan dc dikenal sebagai lingkar tertutup. Gambar 12.35 menunjukkan
satu contoh rangkaian catu daya yang menggunakan pengatur lingkar tertutup.
Cara kerja pengaturan tegangan lingkar tertutup pada gambar 12.35 adlah sebagai
berikut. Jika tegangan keluaran turun karena pembebanan, tegangan titik b juga akan turun.
Akibatnya VBE dan Q3 akan turun, arus kolektor Q3 berkurang, sehingga tegangan ac pada
kolektor Q3 akan naik. Akibatnya VBE pada Q1 dan Q2 akan naik. Ini akan mengurangi VCE
pada Q2 dan Q1, sehingga tanggapan dc pada keluaran akan naik lagi. Jadi kita bermula dari
tegangan keluaran yang dinaikkan oleh kerja rangkaian balikan. Dengan adanya balikan,
tegangan pada titik b akan dipertahankan vb = 3,9 V + 0,6 V = 4,5 V. Misalkan pengusap R 6
ada pada titik c, maka vb= VO atau vo = vb = (4,5 V) = 25,2 V
Jika pengusap pada R6 ada pada titik a, maka vo = 4 V. Jadi dengan memutar potensiometer
R6, tegangan keluaran dapat diatur agar berubah dari 4 V hingga 25 V.
Transistor Q4 digunakan untuk membatasi arus keluaran. Arus keluaran I 0 akan
memulai R4 dan mengakibatkan beda tegangan sebesar R7 I0 pada VBE untuk transistor Q4.
Jika arus keluaran I0 mengakibatkan R4 I0 >> 0,65 V, maka transistor Q4 akan mengalami
penjenuhan sehingga VCC = 0 V. Dengan demikian VBE(Q1) + VBE(Q2) = -R4 I0 0,6 V, sehingga
transistor Q1 dan Q2 akan terputus, tak ada arus basis yang masuk, sehingga V CE(Q1) menbesar
dan tegangan dc keluaran menjadi 0 V. Akibatnya kita akan mendapatkan lengkung
pembebanan seperti pada gambar.

10. Kemantapan balikan


1. Balikan negativ
Balikan negativ dapat dilukiskan seprti pada gambar 12.37

Pada balikan negatif tegangan balikan Vf dipasang sedemikian sehingga isyarat


masukan Vi dibuat lebih lemah oleh adanya tegangan balikan Vf sehingga menghasilkan
isyarat Va<Vi pada pelaksanaanya rangkaian balikan kita pasang seperti pada gambar 12.38 .
pada gambar 12.38(a) isyarat Va =Vi Vf = Vi ( ) dengan Vf diambil sefasa dengan Vo atau
Vf berada pada fase atau 360 dengan Vi.

Pada gambar 12.38 (b) isyarat Va = Vi = Vf akan tetapi Vf berlawanan fase dengan Vo atau
Vf berada pada fase 180 dengan Vf = - Vo.
2. Tanggapan amplitudo dan tanggapan Fasa
Rangkaian pada gambar 12.38 terdiri dari 2 tahap sehingga pada keadaan lingkar
terbuka mempunyai tanggapan amplitudo untuk penguatan dan fase untuk penguat pada
gambar 12.38(a) adalah seperti gambar 12.39
Tampak bahwa tiap kutub akan menurunkan tanggapan amplitudo 6 dB/oktaf pada
tanggapan fase tiap kutub akan menyebabkan penurunan fase sebesar 90o pada daerah
frekuensi tengah dimana tanggapan frekuensi untuk penguatan adalah datar penguatan. Maka
untuk penguat 2 tahap isyarat keluaran berfase sama dengan isyarat masukan atau berada
pada fase untuk penguat yang terdiri dari 3 tahap tanggapan amplitudo untuk penguatan dan
fase yang ditunjukan pada gambar 12.40
Untuk penguat 3 tahap atau lebih ada 2 nilai frekuensi dimana beda fasa antara isyarat
keluaran dan masukan tergeser fasa + atau - terhadap beda fasa pada frekuensi tengah.
3. tanggapan frekuensi lingkar tertutup suatu penguat untuk menentukan bentuk.
tanggapan frekuensi lingkar tertutup suatu penguat bila kita tahu bentuk tanggapan
frekuensi lingkar terbuka. Penguatan lingkar terbuka pada daerah frekuensi tengah dan Kv.it
adalah penguatan lingkar tertutup. Perhatikan gambar 12.44
Pada gambar 12.44 tampak bentuk-bentuk tanggapan amplitudo untuk nilai tepi fasa
yang lain. Pada tepi fasa ada sedikit kenaikan pada tanggapan amplitudo lingkar tertutup
dititik d secara umum dapat dikatakan bahwa ada tanggapan amplitudo lingkar tertutup tak
mempunyai puncak karena tepi fasa terlalu kecil. Tanggapan amplitudo lingkat tertutup
haruslah memotong tanggapan lingkar terbuka dengan beda kemiringan tidak lebih dari 6
dB/oktaf. Jika ada kemiringan lebih dari 6 dB/oktaf yang berarti tepi fasa kurang dari
terjadilah puncak pada tanggapan amplitudo lingkar tertutup atau dapat menyebabkan osilasi.
Yang ditunjukan pada 12.44 untuk tepi fasa dan .

11. Kompensasi frekuensi


Ada berbagai cara yang dapat diusahakan agar penguat dalam keadaan lingkar
tertutup. Berada dalam keadaan mantap, yaitu tak berosilas. Ini di lakukan dengan mengubah
tanggap amplitudo lingkar terbuka atau mengubah tanggapan ampliudo faktor balika. Ini
disebut komponensasi frekuensi.
diantara berbagai cara kompensasi frekuensi ada tiga yang sering di gunakan orang, yaitu :
a) Kompensasi kutub dominan atau kompensasi tertinggal fasa
b) Kompensasi terdahulu fasa.
c) Kompensasi kutub nol.

1. kompensasi kutub dominan


Kompensasi ini di lakukan dengan memasang suatu tapis lolos rendah IRC I pada
keluaran penguat seperti dilukiskan pada gambar 12. 45
Gambar 12.45 kompensasi kutub dominan

Dengan adanya kompensasi ini tanggapan amplitudo terbuka Gv, lb () berubah


menjadi garis a b f. Tanpa kompensasi maka tanggapan amplitudo lingkar terbuka diberikan
oleh garis a c b e.

2. kompensasi kutub nol. Suatu cara lain untuk mengubah tanggapan amplitudo lingkar
terbuka adalah dengan kompensasi kutub nol seperti ditunjukkan pada gambar 12.47.
Gambar 12.47 penguat lingkar terbuka dengan kompensasi kutub-nol
Tanpa kompensasi kita hanya dapat bekerja dengan penguatan di atas Gv,it (1) saja,
oleh karena untuk penguatan di bawah Gv , lb (1) tanggap amplitudo ligkar tertutup garis akan
bertumbuk dengan tanggapan amplitdo lingkar terbuka Gv, lb () dengan beda kemiringan 12
dB/oktaf. Ini dapat menimbulkan osilasi.
Dengan kompensasi kutub nol di atas, maka kemiringan pada 21 suhu di hilangkan
sehingga tanggap amplitudo lingkar terbuka dari titik b ke titik c turun dengan kemiringan 6
dB/oktaf.
3. kompensasi terdahulu fasa.
Kompensasi ini membentuk kutub pada lengkung yaitu dengan memasang kapasitor
pada rangkaian balikan ini ditunjukkan pada gambar 12.49.
Perhatikan bahwa dengan menggunakan kompensasi terdahulu fasa memotong bagan
Bode untuk tanggapan amplitudo lingkar terbuka () dengan beda kemiringan sebesar 6
dB/oktaf, sehingga penguat lingkar tertutup akan mantap (tak berosilasi).
C. PENUTUP
o KESIMPULAN
Usaha untuk mengembalikan sebagian isyarat keluaran kepada masukkan di sebut
balikan (feed-back). Balikan yang di pasang untuk memperlemah isyarat masukkan di sebut
balikan negatif, sedangkan balikan yang di pasang untuk memperkuat masukkan di sebut
balikan positif.
Suatu balikan di katakan bersifat positif, bila isyarat masukkan vi menjadi semakin
kuat, yaitu bila va>vi.

Anda mungkin juga menyukai