DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya,
makalah yang berjudul “Gelombang Bunyi di Udara Gelombang Permukaan Air,
Gelombang Riak dan Gelombang Gravitasi” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rai Sujanem, M.Si. dan Ibu Dr. Ni Made Pujani, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Gelombang dan Optik,
2. Teman-teman kelas VI B
3. Pihak-pihak lainnya,
yang telah membantu maupun mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun meteriil yang
diberikan guna membantu proses penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai syarat perkuliahan Gelombang dan Optik yang didapatkan
pada semester VI. Pada makalah ini dibahas mengenai materi dinamika gelombang yaitu
Gelombang Bunyi di Udara dan Gelombang Permukaan Air (termasuk Gelombang Gravitasi
dan Gelombang Riak).
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, walaupun penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk menjadikan makalah ini lebih baik di
kemudian hari. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hal yang menjadi ciri khas dari sebuah gelombang dan yang menjadi perbedaan
mendasar dengan sebuah partikel adalah gelombang merambat ke segala arah sesuai dengan
dimensi mediumnya. Melalui teorema klasik, antara gelombang dan partikel memang memiliki
sifat yang berbeda, partikel sifatnya terlokalisasi (terfokus pada ruang) sedangkan gelombang
menyebar dalam ruang medium rambatnya. Oleh sebab itu, selain dibedakan berdasarkan jenis
medium rambat, arah getar partikel dan arah rambat gelombang, gelombang juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan banyaknya dimensi medium di dalam gelombang menjalarkan
energinya.
Pembahasan mengenai gelombang selalu diawali dengan materi getaran (osilasi), yaitu
gerakan benda bolak-balik di sekitar titik setimbangnya secara periodik. Kemudian apabila
getaran ini terjadi di sebuah medium, misalnya pada salah satu ujung tali yang membentang
horizontal, maka getaran yang terjadi akan terdistribusi sepanjang tali (medium) dari ujung satu
ke ujung lainnya. Peristiwa inilah yang disebut dengan gejala gelombang (mekanik), yaitu
rambatan energi melalui suatu medium. Selain menggunakan tali, terdapat pula medium lain
yang biasa digunakan untuk mempresentasikan perambatan getaran, seperti air laut, sklinki,
dan sebagainya. Perlu diketahui bahwa, pengenalan awal mengenai sebuah gejala gelombang
melalui sebuah medium hanya ditinjau dari satu dimensi, artinya gelombang diidealkan atau
dipandang merambat ke arah salah satu sumbu saja, misalkan hanya ke arah sumbu-𝑥.
Sejauh ini pembahasan mengenai sebuah gelombang satu dimensi sudah dipelajari
dengan sangat baik. Diketahui bahwa sifat gelombang adalah merambat ke segala arah menurut
dimensi mediumnya, hal ini pula yang memunculkan jenis-jenis gelombang berdasarkan
dimensi medium rambatnya, seperti gelombang dua dimensi (bidang). Fenomena gelombang
yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari sesungguhnya tidak hanya gelombang yang
bergerak dalam medium satu dimensi, melainkan merambat di dalam medium yang berdimensi
lebih dari satu. Misalnya gelombang suara, bunyi peluit yang ditiup oleh seorang wasit pada
sebuah pertandingan sepak bola, tidak hanya didengar oleh orang- orang yang berada di depan
wasit, melainkan semua pemain yang berada di atas lapangan dan seluruh penonton yang
berada di tribun stadion juga dapat mendengar bunyi peluit wasit tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa gelombang merambat secara radial dari satu sumber (dalam medium
tiga dimensi), dan masih banyak lagi fenomena alam yang berkaitan dengan gejala gelombang
1
yang menjalar dalam medium berdimensi lebih dari satu. Oleh karena itu, pembahasan
mengenai perambatan gelombang haruslah diperluas lagi, mencakup medium yang berdimensi
lebih dari satu, sehingga memeperoleh formulasi yang lebih umum. Tentunya dalam
pembahasan ini memerlukan transformasi sistem koordinat. Seyogyanya melalui perluasan
bahasan ini diharapkan pemahaman mengenai fenomena-fenomena alam, khususnya gejala
gelombang lebih baik lagi.
Oleh karena itu, demi mengkaji lebih dalam mengenai materi gelombang ini, maka
penulis mengangkat makalah yang berjudul “Dinamika Gelombang bagian II Meliputi
Gelombang Bunyi di Udara, Gelombang Permukaan Air, Gelombang Gravitasi dan
Gelombang Riak”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kita dapat mendengar bunyi karena adanya gangguan yang menjalar ke telinga kita.
Karena gangguan ini, selaput gendang telinga kita bergetar dan getaran ini yang diubah
menjadi denyut listrik yang dilaporkan ke otak kita lewat urat syaraf pendengaran. Bunyi
dijalarkan sebagai gelombang mekanik longitudinal yang dapat menjalar dalam padat, cair,
ataupun gas, namun dalam hal ini khusus dibahas gelombang bunyi dalam medium gas atau
udara.
Sumber dari gelombang bunyi atau gelombang sonik adalah benda yang bergetar
pada frekuensi di dalam daerah pendengaran. Gelombang bunyi ini dapat dihasilkan oleh
getaran tali atau semacamnya, oleh kolom udara yang bergetar, atau oleh pelat atau
membran yang bergetar. Dalam keadaan bergetar, benda ini berganti-ganti merapatkan
udara di sekitarnya pada waktu molekul udara bergerak ke depan, dan merenggangkan udara
pada gerak ke arah belakang. Tumbukan antara molekul udara merupakan interaksi yang
menjalarkan gangguan ini keluar dari sumber. Setelah masuk telinga, gelombang ini
terdengar sebagai bunyi.
Perambatan gelombang bunyi di udara dapat dibahas dengan meninjau perambatan
gelombang longitudinal pada kolom udara atau gas. Ditinjau kolom gas yang memiliki luas
penampang A, dengan rapat massa peraturan volume 𝜌 dan modulus elastisitas Bulk B. Pada
saat gelombang merambat, elemen gas ∆𝑥 akan mengalami deformasi. Perubahan posisi sisi
kiri dan kanan elemen gas dapat dinyatakan berturut-turut oleh 𝜓(𝑥) dan 𝜓(𝑥 + ∆𝑥).
Elemen gas dalam perambatan gelombang yang sedang mengalami deformasi (pada
keadaan sembarang) dapat dilihat pada gambar 1.
3
Persamaan gerak elemen gas seperti yang nampak pada gambar 1 dapat dinyatakan
sebagai
𝜕 2𝜓
𝜌 ∆𝑥 𝐴 = 𝐴 (𝑝(𝑥) − 𝑝(𝑥 + ∆𝑥)) … … … … … … … … … (2.1𝑎)
𝜕𝑡 2
Dengan mengekspansikan suku kedua pada ruas kanan persamaan (2.1) menjadi bentuk deret
seperti berikut
𝑑 𝜓(𝑥) 1 2 𝑑 2 𝜓(𝑥)
𝜓(𝑥 + 𝑥0 ) = 𝜓(𝑥) + 𝑥0 + 𝑥 0 +⋯
𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 2
𝜕 2𝜓 𝜕𝑝
𝜌 = − … … … … … … … … … … … … … … … (2.1𝑏)
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥
Pada perambatan gelombang melalui gas ini berlaku hukum kekekalan massa yang dapat
dituliskan sebagai
Dengan mengekspansikan bentuk 𝜓(𝑥 + ∆𝑥) pada persamaan menjadi bentuk deret seperti
diatas kemudian persamaan diderivasikan terhada x maka diperoleh
𝜕𝜌 𝜕𝜓 𝜕 2𝜓
(1 + ) + 𝜌 2 = 0 … … … … … … … … … … … … … … (2.2𝑏)
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑡
𝜕𝜓
Untuk 𝜕𝑥 ≈ 0 maka persamaan ini menjadi
𝜕𝜌 𝜕 2𝜓
+ 𝜌 2 = 0 … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.2𝑐)
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑑𝑝
𝐵 = −𝑉 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.3𝑎)
𝑑𝑉
𝑑𝑝
𝐵= 𝜌 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.3𝑏)
𝑑𝜌
4
𝜕 2𝜓 𝜕𝑝 𝜕𝜌
𝜌 2 = − … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.4)
𝜕𝑡 𝜕𝜌 𝜕𝑥
𝜕𝑝 𝜕𝜌
Melalui substitusi bentuk 𝜕𝜌 dari persamaan (2.2c), dan bentuk 𝜕𝑥 dari persamaan (2.3b) pada
𝜕 2𝜓 𝜌 𝜕 2𝜓 𝜕 2𝜓 𝐵 𝜕 2𝜓
− =0 𝑎𝑡𝑎𝑢 − = 0 … … … … … … … … … … (2.5)
𝜕𝑥 2 𝐵 𝜕𝑡 2 𝜕𝑡 2 𝜌 𝜕𝑥 2
yang merupakan persamaan gelombang longitudinal pada gas atau udara. Dengan
membandingkan persamaan (2.5) dengan persamaan umum differensial gelombang maka dapat
ditentukan ungkapan cepat rambat gelombang longitudinal yang merambat pada gas adalah
𝐵
𝑣 = √ … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.6)
𝜌
Ungkapan cepat rambat ini sama dengan ungkapan cepat rambat gelombang pada batang logam
dan zat cair. Cepat rambat gelombang longitudinal pada gas juga hanya bergantung pada
karakteristik gas yang diwakili oleh modulus Bulk gas B dan rapat massanya 𝜌.
Newton mengasumsikan bahwa proses perambatan gelombang pada gas ini berlangsung
secara isotermik (temperatur T konstan selama proses berlangsung). Ternyata nilai cepat
rambat gelombang hasil perhitungan tidak sesuai dengan nilai cepat rambat hasil pengukuran.
Kemudian Laplace mengasumsikan bahwa proses perambatan gelombang yang berlangsung
cepat ini tidak akan memberikan kesempatan bagi gas untuk mempertukarkan kalor dengan
lingkungan yang diperlukan agar proses berlangsung secara isotermik. Dengan kata lian proses
ini berlangsung secara adiabatik dengan entropi system tak berubah. Dalam hal ini maka nilai
𝑐𝑝
𝑝𝑉 𝛾 adalah konstan dengan 𝛾 = yang merupakan tetapan perbandingan antara panas jenis
𝑐𝑣
gas pada tekanan tetap dan panas jenis gas pada volume tetap (𝑐𝑝 > 𝑐𝑣 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝛾 > 1).
Untuk proses yang berlangsung secara adiabatik dapat dituliskan 𝑝𝑉 𝛾 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 sehingga
differensiasinya menghasilkan 𝑑𝑝 𝑉 𝛾 + 𝑝𝛾𝑉 𝛾−1 𝑑𝑉 = 0 yang dapat dituliskan ulang dalam
𝑑𝑝
bentuk 𝑑𝑉 𝑉 = −𝛾𝑝. Melalui substitusi persamaan ini pada persamaan (2.3a) diperoleh
𝐵 = 𝛾𝑝 sehingga ungkapan cepat rambat gelombang pada persamaan (2.6) dapat dituliskan
sebagai
5
𝛾𝑝
𝑣= √ … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.7)
𝜌
yang menunjukkan pengaruh tekanan gas terhadap cepat rambat gelombang yang
melaewatinya. Karena 𝛾 dan 𝜌 merupakan besaran yang nilainya tetap maka persamaan (2.7)
𝛾
dapat dituliskan sebagai 𝑣 = 𝛼√𝑝 dengan 𝛼 = 𝑣 = √𝜌
Kebergantungan cepat rambat gelombang pada gas terhadap temperature T dapat diperoleh
dengan memanfaatkan hukum Gay-Lussac. Untuk fluida berupa gas yang renggang/encer
𝑅𝑇
(dilute) berlaku hukum Gay-Lussac 𝑝 = 𝜌 dengan R adalah tetapan gas semesta, T adalah
𝑀
suhu mutlak gas, dan M adalah berat molekul gas. Melalui substitusi persamaan ini pada
persamaan (2.7) diperoleh ungkapan cepat rambat gelombang sebagai fungsi temperatur yang
𝛾𝑅𝑇 𝛾𝑅
dinyatakan oleh 𝑣 = √ atau ditulis 𝑣 = 𝛽√𝑇 dengan 𝛽 = √ 𝑀
𝑀
Dari seluruh pembahasan diatas, ungkapan cepat rambat gelombang yang melewati suatu
medium dapat dinyatakan secara umum sebagai akar dari perbandingan modulus elastisitas
terhadap rapat massa medium.
Pada materi ini dibahas mengenai gelombang permukaan air meliputi penurunan fungsi
gelombang dan sifat dispersi gelombang riak dan gelombang gravitasi. Dalam pembahasannya
ditinjau dinamika cairan dengan asumsi bahwa viskositas yang disebabkan oleh gesekan
internal dapat diabaikan (non-viskos), gaya-gaya yang bekerja hanyalah gaya gravitasi dan
tegangan permukaan, amplitudo gelombang relatif lebih kecil dibanding panjang
gelombangnya, dan perubahan tekanan tidak menyebabkan perubahan volume sehingga rapat
massanya konstan (inkompresibel).
6
𝜕𝜌
∇ • (𝜌𝑣⃑) = − … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.8𝑎)
𝜕𝑡
yang mengungkapkan bahwa untuk elemen cairan yang terletak di sembarang titik
dengan kecepatan local 𝑣⃑ , maka perubahan rapat massa (dalam volume terbatas)
terhadap waktu, sama dengan arus 𝜌𝑣 yang mengalir dari permukaan volume tersebut.
𝜕𝜌
Dengan meninjau cairan yang inkompresibel = 0 diperoleh persamaan kontinuitas,
𝜕𝑡
sebagai manifestasi hukum kekekalan massa tersebut, yang dapat dituliskan sebagai
berikut:
𝜕𝜓 𝜕(∇ • 𝜓)
∇ • (𝜌𝑣⃑) = 𝜌∇ • 𝑣⃑ = 0 → ∇ • = = 0 … … … … … … … … (2.8𝑏)
𝜕𝑡 𝜕𝑡
Dari persamaan (3.28b) diperoleh,
∇•𝜓 =𝐶
dengan C merupakan besaran yang memiliki nilai konstan.
b. Tidak ada gelembung, maka secara matematis dapat dinyatakan sebagai
∮ 𝜓 • 𝑛̂𝑑𝐴 = 0 … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.9𝑎)
sehingga diperoleh
𝜕𝜓𝑥 𝜕𝜓𝑦
∇•𝜓=0→ + = 0 … … … … … … … … … … … … … … (2.9𝑐)
𝜕𝑥 𝜕𝑦
∮ 𝑣⃑ • ⃑⃑⃑⃑
𝑑𝑙 = 0 … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.10𝑎)
Melalui penerapan teorema rotasi atau curl (teorema Stokes), persamaan (2.10a) dapat
ditulis sebagai
∮ 𝑣⃑ • ⃑⃑⃑⃑
𝑑𝑙 = ∫ ∇ × 𝑣⃑ • 𝑛̂𝑑𝐴 = 0 … … … … … … … … … … … … (2.10𝑏)
7
𝜕𝜓𝑦 𝜕𝜓𝑥
( − ) 𝑘̂ = 0 … … … … … … … … … … … … (2.10𝑑)
𝜕𝑥 𝜕𝑦
Fungsi gelombang permukaan air dapat diformulasikan dengan meninjau kasus
gelombang berdiri yang secara sederhana diilustrasikan pada gambar 2 dan menerapkan
syarat batas.
y
− L/2 L/2
dengan 𝑓(𝑦) menyatakan amplitude gelombang berdiri dalam arah transversal sebagai
fungsi kedalaman zat cair.
dengan 𝑔(𝑦) menyatakan amplitude gelombang berdiri dalam arah longitudinal sebagai
fungsi kedalaman zat cair.
Melalui substitusi persamaan (2.11a dan 2.11b) pada persamaan (2.9c) diperoleh
𝜕𝑓(𝑦)
−𝑘 𝑔( 𝑦) + = 0 … … … … … … … … … … … … … (2.12𝑎)
𝜕𝑦
8
𝜕𝑔(𝑦)
𝑘 𝑓( 𝑦) − = 0 … … … … … … … … … … … … … (2.12𝑏)
𝜕𝑦
Fungsi 𝑓(𝑦) dan 𝑔(𝑦) ditentukan berdasarkan persamaan (2.12a dan (2.12b).
Terlebih dahulu persamaan (3.32a) diderivasikan terhadap y sehingga diperoleh
𝜕𝑔(𝑦) 𝜕 2 𝑓(𝑦)
−𝑘 + = 0 … … … … … … … … … … … … (2.12𝑐)
𝜕𝑦 𝜕𝑦 2
𝜕 2 𝑓(𝑦)
− 𝑘 2 𝑓(𝑦) = 0 … … … … … … … … … … … … (2.13)
𝜕𝑦 2
Selanjutnya ditinjau untuk kasus air yang dangkal dan air yang dalam. Untuk air
yang dangkal maka h <<, dengan mengekspansikan bentuk eksponensial pada
persamaan (2.15a dan 2.15b) kedalam deret pangkat, diperoleh
9
𝜓𝑋 = 2𝐴 cos (𝜔𝑡) cos(𝑘𝑥) … … … … … … … … … … … … … (2.16𝑏)
Sedangkan untuk kasus air yang dalam maka ℎ >>, maka diperoleh
𝜓𝑦 (𝑥 + ∆𝑥) − 𝜓𝑦 (𝑥)
𝑃(𝑥) L
∆𝑥
Persamaan gerak elemen air dapat diturunkan dari Hukum II Newton yang dapat
dituliskan sebagai
𝜕 2 𝜓𝑥
∆𝑚 = 𝐿∆𝑦(𝑝(𝑥) − 𝑝(𝑥 + ∆𝑥)) … … … … … … … … … … (2.18)
𝜕𝑡 2
10
dengan 𝑝 = 𝑝𝑔 + 𝑝𝑠 . Dengan mensubstitusikan 𝑝𝑔 dan 𝑝𝑠 seperti yang dijelaskan di
atas pada persamaan (2.18) maka diperoleh
𝜕 2 𝜓𝑥
∆𝑚 = 𝐿∆𝑦(𝑝𝑔 + 𝛾𝑘 2 ) (𝜓𝑦 (𝑥) − 𝜓𝑦 (𝑥 + ∆𝑥)) … … … … (2.19𝑎)
𝜕𝑡 2
𝜕 2 𝜓𝑥 𝜕𝜓𝑦 (𝑥)
∆𝑚 2
= −𝐿∆𝑦∆𝑥(𝑝𝑔 + 𝛾𝑘 2 ) … … … … … … … … … (2.19𝑏)
𝜕𝑡 𝜕𝑥
∆𝑚
dengan 𝜌 = 𝐿∆𝑦∆𝑥 maka persamaan (2.19b) dapat ditulis ulang sebagai
𝜕 2 𝜓𝑥 𝛾𝑘 2 𝜕𝜓𝑦 (𝑥)
= − (𝑔 + ) … … … … … … … … … … … … … (2.20𝑎)
𝜕𝑡 2 𝜌 𝜕𝑥
Jika efek tegangan permukaan diabaikan, maka suku kedua ruas kanan
persamaan (2.20a) lenyap, sehingga persamaan geraknya dapat dituliskan sebagai
𝜕 2 𝜓𝑥 𝜕𝜓𝑦 (𝑥)
= −𝑔 … … … … … … … … … … … … … … (2.20𝑏)
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥
𝛾𝑘 2
𝜔2 (𝑒 𝑘𝑦 + 𝑒 −𝑘(2ℎ+𝑦) ) = (𝑔 + ) 𝑘(𝑒 𝑘𝑦 − 𝑒 −𝑘(2ℎ+𝑦) ) … … … (2.21)
𝜌
𝛾𝑘 2 (1 − 𝑒 −2𝑘𝑦 )
𝜔2 = (𝑔 + )𝑘 … … … … … … … … … … … … (2.22)
𝜌 (1 + 𝑒 −2𝑘𝑦 )
a. Kasus air yang dangkal (ℎ <<). Bentuk eksponen pada ruas kanan persamaan
(2.22) diekspansikan kedalam bentuk deret pangkat sehingga diperoleh
11
2
𝛾𝑘 2 2
𝜔 = (𝑔 + ) 𝑘 ℎ … … … … … … … … … … … … (2.23𝑎)
𝜌
Atau
𝛾𝑘 2 𝜋4𝛾
𝑣 = √(𝑔 + ) ℎ → 𝑣 = √(𝑔 + 2 ) ℎ … … … … … … (2.23𝑏)
𝜌 𝜌𝜆
Jika tegangan permukaan diabaikan maka suku kedua ruas kanan persamaan
dispersi lenyap sehingga diperoleh hubungan
𝜔2 = 𝑔ℎ𝑘 2 … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.24𝑎)
Atau
𝑣 = √𝑔ℎ … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.14𝑏)
Gelombang ini disebut sebagai gelombang riak. Persamaan (2.23a dan 2.23b)
menunjukkan bahwa jika tegangan permukaan tidak diabaikan maka gelombang
permukaan air untuk kasus air yang dangkal bersifat dispersif. Tetapi untuk
gelombang riak, yaitu jika tegangan permukaan diabaikan, berdasarkan persamaan
(2.24a dan 2.24b) tampak bahwa hubungan frekuensi sudut dengan bilangan
gelombang adalah linear, dan cepat rambat gelombang tidak bergantung pada
panjang gelombang 𝜆 , jadi gelombang riak bersifat nondispersif.
b. Kasus air yang dalam (ℎ >>), maka 𝑒 −2𝑘𝑦 ≅ 0 sehingga persamaan (2.22)
menjadi
𝛾𝑘 3
𝜔2 = 𝑔𝑘 + … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.25𝑎)
𝜌
Atau
𝑔𝜆 2𝜋𝛾
𝑣=√ + … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.25𝑏)
2𝜋 𝜆𝜌
𝑔𝜆
𝑣=√ … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.26𝑏)
2𝜋
12
Gelombang ini disebut dengan gelombang gravitasi. Dari persamaan (2.26a dan
2.26b) ini tampak bahwa pada gelombang gravitasi hubungan antara frekuensi
sudut dan bilangan gelombang tidak linear dan cepat rambat bergantung pada
panjang gelombang 𝜆, sehingga dapat disimpulkan bahwa gelombang gravitasi
juga bersifat dispersif.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas adapun bebrapa yang dapat disimpulkan, yaitu:
2. Menentukan fungsi gelombang permukaan air ditinjau dengan air ideal yang memiliki
sifat: massanya tetap, tidak ada gelembung dan tidak ada pusaran.
3. Cepat rambat gelombang riak sebesar 𝑣 = √𝑔ℎ Cepat rambat tidak bergantung pada
panjang gelombang 𝜆, sehingga dapat disimpulkan bahwa gelombang riak bersifat
nondispersif.
𝑔𝜆
4. Cepat rambat gelombang gravitasi sebesar 𝑣 = √2𝜋 Cepat rambat bergantung pada
3.2 Saran
Untuk lebih memahami materi gelombang pada umumnya dan gelombang di udara,
gelombang permukaan zat cair, gelombang gravitasi dan gelombang riak pada khususnya
disarankan lebih banyak membaca buku fisika dasar mengenai gelombang dan juga buku
lainnya yang terkait. Hal ini berguna untuk menguatkan konsep dasar mengenai materi
pada Gelombang dan Optik ini. Selain itu juga diperlukan kemampuan lebih di dalam
perhitungan matematika terutama pada operasi integral, dan penyelesaian persamaan
diferensial, sehingga disarankan kembali untuk mengingat kembali materi-materi yang
didapatkan di mata kuliah Kalkulus dan Fisika Matematika. Dengan demikian diharapkan
pemahaman mengenai materi ini lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Frank S. Crawford, Jr.,1978, Waves, Berkeley Physics, Vol. 3, Mc Graw Hill, New York.
M. O. Tjia, 1994, Gelombang, Dabara Publishers, Solo.
Ramalis, T. R. 2003. Common Textbook (Edisi Revisi) Gelombang dan Optik. Bandung:
Jica.
Suardana, I K. 2002. Diktat Kuliah Gelombang dan Optik (Bagian Gelombang Mekanik).
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Sutrisno. 1979. Fisika Dasar Gelombang dan Optik. Bandung : ITB.
Taufik Ramlan R., 2001, Diktat Gelombang Optik, Bandung: penerbit UPI
William C. Elmore and Mark A Heald, 1985, Physics of Waves, Dover Publication Inc.
New York
Zahara Muslim, 1994, Gelombang dan Optik, Depdikbud-Dikti.
15