Anda di halaman 1dari 71

OPTOELEKTRONIKA

PROPAGASI CAHAYA
DALAM PANDU GELOMBANG OPTIK
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan buku ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan buku
sebagai tugas dari mata kuliah Optoelektonika dengan judul
“Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik”. Tujuan dari
penyusunan buku ini adalah untuk memudahkan para mahasiswa
dalam memahami propagasi cahaya dalam pandu gelombang optik
yang kesannya cukup rumit sehingga menjadi lebih mudah.
Keberhasilan penyusunan buku ini tentunya bukan atas usaha
penulis saja. Ada banyak pihak yang turut membantu dan memberikan
dukungan untuk suksesnya penulisan buku ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moral ataupun
material khususnya kepada bapak Apit Fathurohman, S.Pd., M.Si., Ph.D
sebagai dosen mata kuliah Optoelektronika yang telah membimbing
kami dalam menulis buku ini sehingga buku ini berhasil disusun.
Buku yang ada di hadapan pembaca ini tentu tidak luput dari
kekurangan. Selalu ada celah untuk perbaikan. Sehingga, kritik, saran
serta masukan dari pembaca sangat kami harapan dan kami sangat
terbuka untuk itu supaya buku ini semakin sempurna dan lengkap.

Inderalaya, Januari 2019

Penyusun

2
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................
Daftar Isi ........................................................................................
Pendahuluan ..................................................................................
I. Gelombang Elektromagnetik....................................................
A. Pengertian dan Sifat-Sifat Gelombang Elektromagnetik .....
B. Persamaan Gelombang Elektromagnetik ...........................
C. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang
Elektromagnetik ................................................................
D. Peranan Gelombang Elektromagnetik Dalam
Kehidupan Sehari-hari .......................................................
E. Cahaya Sebagai Gelombang dan Spektrum
Elektromagnetik ................................................................
II. Pandu Gelombang ...................................................................
A. Pengertian Propagasi .........................................................
B. Pengertian Pandu Gelombang ...........................................
C. Gelombang Optik...............................................................
D. Prinsip Kerja Pandu Gelombang .........................................
III. Cahaya.....................................................................................
A. Hakikat Cahaya ..................................................................
B. Pengertian Cahaya.............................................................
C. Sifat-Sifat Cahaya...............................................................
D. Teori Tentang Cahaya ........................................................
E. Pemantulan Cahaya ...........................................................
F. Pembiasan Cahaya.............................................................

3
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Pendahuluan
Cahaya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Tanpa cahaya, manusia tidak dapat melakukan berbagai
aktivitas dengan sempurna. Melalui studi ortopraksi, ayat tersebut
apabila dimaknai secara material (hissi) pada penggalan,
“perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tidak
tembus, yang didalamnya ada pelita besar.
Pada pertengahan abad X, Alhazen mengembangkan sebuah
teori yang menjelaskan tentang indera penglihatan, menggunakan
geometridan anatomi. Teori itu mengatakan bahwa mata dapat
melihat benda-benda di sekeliling karena adanya cahaya yang
dipancarkan atau dipantulkan oleh benda-benda yang bersangkutan,
masuk ke dalam mata. Alhazen pun ketika itu mengangagap bahwa
cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang bergerak pada kecepatan
tertentu. Alhazen juga mengembangkan Teori Ptolemy. Setelah
Alhazen, Sir Isaac Newton (1642-1727), yang terkenal dengan Teori
Emisi atau Teori Partikel, mengemukakan pendapatnya bahwa dari
sumber cahaya dipancarkan partikel-partikel yang sangat kecil dan
ringan ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Berdasarkan temuannya, Newton mengatakan juga bahwa cahaya
dapat merambat lurus tanpa terpengaruh gaya gravitasi bumi. Hukum
pemantulan Snellius berlaku untuk cahaya (Tim, 2012).
Cristian Huygens (1629-1695), mengemukakan bahwa pada
dasarnya cahaya sama dengan bunyi, dan berupa gelombang,
perbedaannya hanya pada panjang gelombang dan frekuensinya.
Dalam teori Huygens ini peristiwa pemantulan, pembiasan,
interferensi, maupun difraksi cahaya dapat dijelaskan secara tepat,
namun belum dapat memberi penjelasan yang gamblang mengenai
sifat cahaya merambat lurus. Percobaan James Clerk Maxwell (1831-
1879), dengan teori elektromagnetiknya menyatakan bahwa cepat
rambat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat
cahaya, yaitu 300.000 km/detik. Albert Michelson dan James Morley

4
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

(1887), membuat mesin untuk menguji teori Maxwell, menyimpulkan


bahwa kecepatan gelombang cahaya adalah tetap.
Gelombang cahaya diyakini sebagai gelombang elektromagnetik,
yaitu kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan
merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke
tempat yang lain. Maxwell juga berkesimpulan bahwa cahaya
merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik. Hal ini didukung
oleh Heinrich Rudolph Hertz (1857-1894) yang membuktikan bahwa
gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal, sesuai
dengan kenyataan bahwa cahaya dapat menunjukkan gejala polarisasi.
Peter Zeeman (1852- 1943), menunjukkan bahwa medan magnet yang
sangat kuat dapat berpengaruh terhadap berkas cahaya. Percobaan
yang dilakukan oleh Stark (1874-1957) menyimpulkan bahwa medan
listrik yang sangat kuat juga dapat mempengaruhi berkas
cahaya(Lajnah, 2012).
Teori kuantum pertama kali dicetuskan pada tahun 1900 oleh
karl Ernst Ludwig Plank (1858-1947). Planck mengamati sifat-sifat
radiasi benda hitam hingga ia pada tahun 1901 berkesimpulan bahwa
energi cahaya terkumpul dalam paket-paket energi yang disebut
kuanta atau foton. Namun, foton pada teori Planck tidak bermassa,
sedangkan teori partikel pada teori Nemton bermassa. Pernyataan
Planck mendapat dukungan dari Albert Einstein, berhasil menerangkan
gejala fotolistrik. Fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya electron dari
suatu logam yang dicahayai dengan panjang gelombang tertentu (Tim,
2012).
Dari seluruh teori cahaya yang muncul, dapat disimpulkan
bahwa cahaya mempunyai sifat dual (dualism cahaya), yaitu cahaya
dapat bersifat sebagai gelombang untuk menjelaskan peristiwa
interferensi dan difraksi, tetapi di lain pihak cahaya dapat berupa
materi tak bermassa yang berisikan paket-paket energi yang disebut
kuanta atau foton sehingga dapat menjelaskan peristiwa efek foto
listrik (Tim, 2012).

5
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

I. GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

A. Pengertian dan Sifat-Sifat Gelombang Elektromagnetik


1. Pengertian Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat
merambat walau tidak ada medium. Gelombang elektromagnetik
meliputi cahaya tampak, gelombnag radio, sinar-X, sinar gamma,
ultraviolet, infra merah, dan mikro gelombang.
Gambar 2.1 menunjukkan spektrum gelombang elektromagnetik
dengan berbagai interval frekuensi dan panjang gelombang. Cahaya
tampak (Visible Light) adalah spektrum gelombang elektromagnetik
yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Panjang gelombang
terpendek dalam spectrum tampak ini bersesuaian dengan cahaya
violet/ungu (390-455nm) dan yang terpanjang bersesuaian dengan
cahaya merah (622-780nm). Gelombang elektromagnetik yang
memiliki panjang gelombang lebih kecil dari spektrum cahaya tampak
disebut sinar ultraviolet, dan gelombang elektromagnetik yang
memiliki panjang gelombang lebih besar dari cahaya tampak disebut
gelombang infra merah.
Energi elektromagnetik dipancarkan atau dilepaskan oleh semua
masa di alam semesta pada level yang berbeda-beda. Semakin tinggi
level energi dalam suatu sumber energy, semakin rendah panjang
gelombang dari energi yang dihasilkan, dan semakin tinggi
frekuensinya. Perbedaan karakteristik energy gelombang digunakan
untuk mengelompokkan energy elektromagnetik.

6
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Gambar 2.1 Spektrum gelombang elektromagnetik (Serway, 2004)

2. Sifat-Sifat Gelombang Elektromagnetik


Gelombang EM yang merambat sebagai gelombang planar
memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Viridi, 2010):
a. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat
yang bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga
maksimum dan minimum pada saat yang sama dan pada tempat
yang sama.
b. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan
keduanya tegak lurus terhadap arah rambat gelombang.
c. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal
yang arah medan listrik E dan medan magnetic B saling tegak lurus
dan keduanya tegak lurus terhadap arah rambat gelombang
(Gambar 2.2)
d. Gelombang elektromagnetik mengalami peristiwa pemantulan,
pembiasan, interferensi, dan difraksi. Juga mengalami peristiwa
polarisasi karena termasuk gelombang transversal.

7
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

e. Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada


sifat-sifat listrik dan magnetik medium yang ditempuhnya.

Gambar 2.2. Gelombang elektromagnetik yang merambat pada arah x (Pedroti,


1993)

Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan


panjang gelombang dan frekuensinya disebut spektrum
elektromagnetik. Gelombang EM merambat dalam vakum dengan
laju c. Hubungan antara frekuensi f dan panjang gelombang ,
sevara matematis adalah:
V = f. 
Dengan
v : kecepatan cahaya
f : frekuensi gelombang
: panjang gelombang

Dimana di dalam vakum v = c


Dengan

Energi gelombang elektromagnetik terbagi sama dalam bentuk


medan magnetik dan medan listrik. Solusi terbaik dari gelombang
bidang elektromagnetik yang berjalan sinusoidal, dimana aplitudo
E dan B berubah terhadap x dan t sesuai dengan persamaan:

8
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

3. Sumber Gelombang Elektromagnetik


Sumber gelombang elektromagnetik, antara lain :a.
 Osilasi listrik
 Sinar matahari  menghasilkan sinar infra merah
 Lampu merkuri  menghasilkan ultra violet
 Penembakan elektron dalam tabung hampa pada keping
logam  menghasilkan sinar X (digunakan untuk rontgen).e.
 Inti atom yang tidak stabil menghasilkan sinar gamma

B. Persamaan Gelombang Elektromagnetik


Menemukan persamaan umum gelombang elektromagnetika
makasebelumnya menggunakan persamaan-persamaan dasar tentang
elektromagnetikauntuk ruang bebas (vakum atau udara) sebagai
berikut:

1. Hukum Gauss (Persamaan Maxwell pertama)


“Jumlah garis gayaa medan listrik yang men embus suatu
permukaan tertutup sebanding dengan jumlah muatan yang
dilingkupi permukaan tersebut.”
 Dalam medium
∇ . 𝑫 = 𝜌𝑏
 Dalam ruang vakum atau udara:
𝛁 . 𝑬 = 0 atau ∫A 𝑬. 𝑑 𝑨 = 0 (1)

2. Hukum Gauss Magnetik (Persamaan Maxwell kedua)


“Fluks medan magnetik yang menembus suatu permukaan
tertutup sama dengan nil, tidak ada sumber medan berupa
muatan magnetik.”
 Untuk dalam medium dan ruang vakum (udara)
𝛁 . 𝑯 = 0 atau ∫A 𝑯. 𝑑 𝑨 = 0 (2)

9
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

3. Hukum Faraday-Lenz (Persamaan Maxwell ketiga)


“Pengaruh medan magnet yang berubah dengan waktu.”
 Untuk dalam medium dan ruang vakum (udara)

⃑ × 𝐸⃑ = −𝜇0 (𝜕𝐻)
∇ 𝜕𝑡


𝜕𝐻
atau ᶴA 𝐸⃑ . 𝑑𝐿⃑ = −𝜇0 ᶴA ( 𝜕𝑡 ) . 𝑑𝐴 (3)

4. Hukum Ampere (Persamaan Maxwell ke 4)


 Dalam medium:
𝜕𝐷 ⃑
⃑ = ⃑⃑⃑
∇×𝐻 𝐽𝑏 + 𝜕𝑡
 Untuk ruang vakum atau udara:

⃑ = 𝜀0 (𝜕𝐸⃑ ) atau ᶴA 𝐻
⃑ × 𝐻
∇ ⃑ . 𝑑𝐿⃑ = 𝜀0 ᶴA (𝜕𝐸⃑ ) . 𝑑𝐴 (4)
𝜕𝑡 𝜕𝑡

Dimana:
𝜕 𝜕 𝜕
⃑⃑⃑⃑
∇ = 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

𝐴 = vektor luasan
𝐿⃑ = vektor garis
0 : permitivitas hampa atau udara = 8,850 . 10-12 (N-1 m-2c2)
0 : permeabilitas hampa atau udara = 1,256 . 10-6 (N s2 c-2)

Ditinjau sebuah gelombang elektromagnetik datar dengan medan


listrikE dan medan magnet H yang menurut Maxwell tegak lurus satu
sama lainmerambat sepanjang sumbu X dengan laju (v=c) seperti pada
gambar berikut ini:

10
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Gambar 1. Gelombang Elektromagnetik yang merambat seanjang sumbu X

Dengan menggunakan persamaan (3) pada situasi gambar 1, maka :


𝜕𝑬
𝜕𝑍
= 0, karena fase E hanya pada arah sumbu Y dan

𝜕𝑬 𝜕𝑯 𝜕𝑬 1 𝜕𝑬
𝜕𝑡
= −𝜇0 ( 𝜕𝑡
) atau − 𝜕𝑡 = 𝜇 ( 𝜕𝑥 ) (5)
0

Dengan menggunakan persamaan (4) pada situasi gambar 1, maka :


𝜕𝑯
= 0, karena fase H hanya pada arah sumbu Z dan
𝜕𝑌

𝜕𝑯 𝜕𝑬 𝜕𝑯 𝜕𝑬
𝜕𝑋
= −𝜀0 ( 𝜕𝑡 ) atau − ( 𝜕𝑋 ) = 𝜀0 ( 𝜕𝑡 ) (6)

Jika persamaan (5) diturunkan ke X dan persamaan (6) diturunkan ke t,


maka dapat diperoleh:
𝜕 𝜕𝑯 1 𝜕𝑬 𝜕2 𝑯 1 𝜕2 𝑬
(− =− ( )) = − = ( ) (7)
𝜕𝑋 𝜕𝑡 𝜇0 𝜕𝑡 𝜕𝑋 𝜕𝑡 𝜇0 𝜕𝑋 2

𝜕 𝜕𝑯 𝜕𝑬 𝜕2 𝑯 𝜕2 𝑬
(− = 𝜇0 ( 𝜕𝑡 )) = − 𝜕𝑋 𝜕𝑡 = 𝜇0 ( 𝜕𝑡 2 ) (8)
𝜕𝑋 𝜕𝑡

Persamaan (7) = (8):

11
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

1 𝜕2 𝑬 𝜕2 𝑬
( ) = 𝜀0 ( )
𝜇0 𝜕𝑋 2 𝜕𝑡 2

𝝏𝟐𝑬
⃑ 𝝏𝟐 𝑬

= 𝝁𝟎 . 𝜺𝟎 (Persamaan gelombang medan listrik) (9)
𝝏𝑿𝟐 𝝏𝒕𝟐

Dengan cara yang sama seperti tadi, maka diperoleh :

𝝏𝟐 ⃑𝑯
⃑ 𝝏𝟐 ⃑𝑯

= 𝝁𝟎 . 𝜺𝟎 (Persamaan gelombang medan magnet) (10)
𝝏𝑿𝟐 𝝏𝒕𝟐
Dari persamaan (9) dan (10), serta mengingat bahwa 𝐸⃑ dan
𝐻⃑ merambat secara bersama dengan arah getar yang saling tegak
lurus, maka dapat ditulis Persamaan Umum Gelombang
Elektromagnetik sebagai berikut:
𝝏𝟐 𝝏𝟐
⃑⃑ , 𝑯
(𝑬 ⃑⃑⃑ ) = 𝝁𝟎 . 𝜺𝟎 ⃑⃑ , 𝑯
(𝑬 ⃑⃑⃑ ) (11)
𝝏𝑿𝟐 𝝏𝒕𝟐

Solusi umum persamaan (11) ini sesuai dengan:


𝐸⃑ (𝑥, 𝑡) = 𝐸⃑𝑚𝑎𝑥 cos(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥)
𝐻⃑ (𝑥, 𝑡) = 𝐻⃑ 𝑚𝑎𝑥 cos(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) (12)

Arti Fisis
 Untuk x = 0 dan t = 0, maka E (0,0) = Emax
2𝜋
 Untuk x = 0 dan t = 0, maka E (0,T) = Emax , karena 𝜔𝑡 = 𝑇
𝑡
2𝜋
 Untuk x = λ dan t = 0, maka E (λ,0) = Emax , karena 𝑘𝑥 = 𝑥
𝜆

Demikian juga untuk medan magnet H


Tanda negatif pada persamaan (12) menunjukkan bahwa gelombang
elektromagnetik yang ditinjau merambat kearah sumbu X positif.

Contoh Soal 1 :
Buktikan jika tidak ada perubahan medan listrik terhadap waktu maka
∇ 𝑥 𝐵 = 0!
Penyelesaian :

12
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

∂E
∇(∇ 𝑥 𝐵) = ∇ (μo J + μo εo dt )
∂E
= (∇μo J + ∇ (μo εo dt ))
∂E
= (μo ∇ J + ∇ (μo εo ))
dt

∂E
............... ∇ J = −∇ εo
dt
∂E ∂E
= −∇ μo εo dt + ∇μo εo dt
=0

𝜕2 𝜕2
(𝐸⃑ , 𝐻
⃑ ) = 𝜇0 . 𝜀0 (𝐸⃑ , 𝐻
⃑) (13)
𝜕𝑋 2 𝜕𝑡 2

Identik dengan
𝜕2 1 𝜕2
𝜕𝑋 2
𝛹 = 𝑣2 𝜕𝑡 2
𝛹
𝛹 ≡ (𝐸⃑ , 𝐻
⃑)
Dari kedua persamaan ini, maka diperoleh:
1
= 𝜇0 . 𝜀0 (14)
𝑣2

atau
𝟏
𝒗= √ cepat rambat cahaya (15)
𝝁 𝟎 . 𝜺𝟎

Menurut Maxwell cepat rambat gelombang elektromagnetik


sama dengan cepat rambat cahaya, ramalan yang dikemukakan oleh
Maxwell ini kemuadian telah dibuktikan kebenarannya dalam
percobaan Hertz. Menurut Hertz gelombang elektromagnetik dapat
menunjukkan gejala polarisasi, sama halnya dengan gelombang
cahaya. Jadi gelombang elektromagnetik dan cahaya sama-sama
merupakan gelombang transversal.
Sehingga persamaan cepat rambat gelombang sebagai
berikut:

13
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

1
𝑐 = √𝜇 . 𝜀0
(16)
0

Arti fisis:
Cepat rambat gelombang elektromagnetik dalam medium
hanya bergantung ada permeabilitas dan permitivitas medium
tersebut (𝜇 𝑑𝑎𝑛 𝜀).
Beberapa macam gelombang elektromagnetik dalam suatu
medium, antara lain :

1) Gelombang Elektromagnetik dalam Plasma


Plasma adalah gas terionisasi dari muatan negatif (elektron)
dan positif (ion). Contohnya adalah lapisan atmosfer, ionosfer yaitu
lapisan dimana gelombang elektromagnetik radio terpantul. Plasma
ionosfer terbentuk dari radiasi (sinar X dan UV) matahari dan
terperangkap oleh medan magnet bumi. Dalam plasma partikel
bergerak cepat dan dipercepat oleh medan listrik yang dihasilkan oleh
gelombang elektromagnetik. Gerak dari partikel-partikel bermuatan
(terutama elektron) akan membentuk arus konduksi yang akan
mengimbas medan magnet. Medan magnet ini pada akhirnya akan
menginduksi medan listrik menurut Hukum Faraday.
Medan listrik hasil induksi gerak elektron cenderung untuk
selalu melawan medan listrik dari gelombang datang. Hal ini
menyebabkan gelombang elektromagnetik terpantul saat akan
mencoba menembus plasma.
Perhatikan bahwa elektron dipercepat oleh medan listrik E,
maka berdasarkan Hukum II Newton:
𝛿𝑣
F = -e E = m (17)
𝑑𝑡

Dengan v = kecepatan elektron :


𝛿𝑣
-eE = m𝑑𝑡 = -ŋ0 e (18)

Dengan : ŋ0 = rapat elektron

14
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

𝛿
ŋ0 𝑒 2 E = m𝑑𝑡 ŋ0 ev
𝛿𝐽
ŋ0 𝑒 2 E = m𝑑𝑡
Dengan :
J = -ŋ0 ev
𝛿𝐽 ŋ0 𝑒 2 𝐸
𝑑𝑡
= 𝑚
Dari persamaan Maxwell – Ampere
𝛿𝐵 𝛿𝐸
- 𝛿𝑥 𝜇0 (𝜀0 𝛿𝑡 + J) (19)

Turunan terhadap waktu, maka diperoleh :


𝛿2 𝐵 𝛿2𝐸 𝛿𝐽
-𝛿𝑡𝛿𝑥 = 𝜇0 (𝜀0 𝛿𝑡 2 + 𝛿𝑡 ) (20)

𝛿𝐽
Substitusi 𝛿𝑡 , maka diperoleh :
𝛿2 𝐵 𝛿2 𝐸 ŋ0 𝑒 2𝐸
-𝛿𝑡𝛿𝑥 = 𝜇0 𝜀0 ( 𝛿𝑡 2 + 𝑚𝜀0
) (21)

Dari persamaan induksi Faraday diketahui


𝛿𝐸 𝛿𝐵
- =
𝛿𝑥 𝛿𝑡
Jika persamaan diatas diturunkan terhadap ruang, maka diperoleh:
𝛿2 𝐸 𝛿 2𝐵
-𝛿𝑥 2 = 𝛿𝑡𝛿𝑥
(22)

Substitusi
𝜹𝟐 𝑬 𝜹𝟐 𝑬 ŋ𝟎 𝒆𝟐 𝑬
= 𝝁𝟎 𝜺𝟎 ( + ) (23)
𝜹𝒙𝟐 𝜹𝒕𝟐 𝒎𝜺𝟎

Persamaan diatas merupakan persamaan gerak gelombang


elektromagnetik pada medium plasma. Persamaan di atas dibuat
dengan asumsi pertama elektron dipercepat bebas dan kedua
tumbukan antar elektron diabaikan. Suku kedua ruas kanan
persamaan di atas disebut arus konduksi.
Untuk melihat bagaimana pengaruh elektron plasma pada
medan listrik total tinjau suatu gelombang harmonis.

15
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

E(x,t) = 𝐸0 sin (kx – 𝜔𝑡)


Maka, turunan kedua terhadap waktu persamaan di atas adalah :
𝛿2 𝐸
= −𝜔2 𝐸0 sin (kx – 𝜔𝑡) (24)
𝛿𝑡 2
Turunan kedua E terhadap t adalah negatif sementara suku
kedua persamaan gelombang elektromagnetik dalam plasma selalu
0 ŋ 𝑒2
berharga positif ( 𝑚𝜀 ) ≈ positif. Jadi, interaksi elemen plasma dengan
0
medan listrik akan menurunkan amplitudo medan listrik tersebut.
ŋ0 𝑒 2 1
Kuantitas adalah memiliki dimensi dan didefinisikan 𝜔𝑝 =
𝑚𝜀0 𝑆2

0 ŋ 𝑒2
√ 𝑚𝜀 sebagai frekuensi sudut plasma.
0

Contoh Soal 2 :
Jika 𝐸 (𝑥, 𝑡) = 𝐸𝑜 sin(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)
Tentukan perilaku 𝜔 pada ruang hampa dan plasma!
Penyelesaian :
𝜕2 𝐸
𝜕𝑥 2
= −𝑘 2 𝐸𝑜 sin(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)
𝜕2 𝐸
𝜕𝑡 2
= −𝜔2 𝐸𝑜 sin(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)
Subtitusi
𝜕2 𝐸 0𝜕2𝐸 ŋ 𝑒2
𝜕𝑥 2
= 𝜇0 𝜀0 ( 𝜕𝑡 2 + 𝑚𝜀 𝐸)
0
−𝑘 2 𝐸 = 𝜇0 𝜀0 (−𝜔2 𝐸 + 𝜔𝑃 2 𝐸)
−𝑘 2 = − 𝜇0 𝜀0 𝜔2 + 𝜇0 𝜀0 𝜔𝑃 2
𝑘2
− = −𝜔2 + 𝜔𝑃 2
𝜇0 𝜀0
𝑘2 1
𝜔2 = + 𝜔𝑃 2 .................... 𝐶 2 =
𝜇0 𝜀0 𝜇0 𝜀0
𝜔2 = 𝑘 𝐶 + 𝜔𝑃 2
2 2

2) Gelombang Elektromagnetik dalam Logam


Logam memiliki jumlah elektron bebas yang sangat banyak.
Contoh : tembaga memiliki 1023 elektron bebas per 1 𝑐𝑚 3. Elektron
bebas ini dapat berinteraksi dengan medan listrik luar sehingga dapat
mencegah penetrasi medan.

16
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Jika logam tidak dapat ditembus oleh medan


elektromagnetik bagaimana elektron dapat mengalir pada bahan
konduktor.

Gambar 2
Hukum ohm mikroskopik dinyatakan dengan persamaan
E = ŋJ
J = 𝜎E

Dengan :
Ŋ = 𝜌 = 1/𝜎 resistivitas
𝜎 = konduktivitas
Jika persamaan di atas dikalikan dengan panjang batang logam ℓ maka
:
Eℓ=V= ŋ ℓJ
ŋℓ
= 𝐴
AJ=RI (25)
Persamaan diatas dikenal sebagai hukum ohm dari sudut mikroskopik.

Perhatikan persamaan berikut yang telah dibahas :


𝛿𝑣
m 𝛿𝑡 = -e E
𝜹𝑱
m𝜹𝒕 = ŋ𝟎 𝒆𝟐 𝑬 (26)
Persamaan di atas untuk kasus dimana resistivitas bahan adalah nol.
Agar persamaan di atas berlaku umum untuk semua
keadaan, maka dimodifikasi menjadi :
𝛿𝐽
m𝛿𝑡 = ŋ0 𝑒 2 [E-𝜌𝐽] (27)
Persamaan diatas dapat juga diturunkan langsung dari
persamaan gerak elektron dalam logam sebagai berikut :

17
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Dari hukum II Newton:


𝛿𝑣
m 𝛿𝑡 = F = -eE - m𝑓𝑐 v (28)

Dengan :
1
fc ( 𝑠 ) = frekuensi elektron menumbuk ion atau netral
v = kecepatan elektron
𝛿𝑣
Jika persamaan m 𝛿𝑡 = F = -eE - m𝑓𝑐 v dikalikan dengan (−ŋ0 𝑒) maka
diperoleh :
𝛿𝑣
m = 𝛿𝑡
= -eE - m𝑓𝑐 v (−ŋ0 𝑒)
(29)

𝛿𝑣
mŋ0 𝑒 = -ŋ0 𝑒 2 𝐸 + mŋ0 𝑒𝑓𝑐 v
𝛿𝑡
𝛿
-m ŋ0 ev = ŋ0 𝑒 2 𝐸 + m𝑓𝑐 ŋ0 ev
𝛿𝑡
𝛿𝐽
m = ŋ0 𝑒 2 𝐸 - m𝑓𝑐 J
𝛿𝑡

karena :
J = -ŋ0 𝑒v
Maka,
𝜹𝑱 𝒎𝑽
m𝜹𝒕 = ŋ𝟎 𝒆𝟐 [ E - ŋ.𝝆𝟐𝒄 ] (30)

Contoh Soal 3 :
a. Hitung frekuensi tumbukan elemen dalam tembaga, jika 𝑚 =
9,1 𝑥 10−31 𝑘𝑔, 𝑒 = 1,6 𝑥 10−19 𝐶, ŋ0 = 1029 /𝑚3 , dan 𝜌0 =
1,7 𝑥 10−8 Ω𝑚!
Penyelesaian :
Diketahui : 𝑚 = 9,1 𝑥 10−31 𝑘𝑔
𝑒 = 1,6 𝑥 10−19 𝐶
ŋ0 = 1029 /𝑚 3
𝜌0 = 1,7 𝑥 10−8 Ω𝑚
Ditanyakan : fc = …. ?
Jawab

18
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

ŋ𝑛0 𝑒 2
𝑓𝑐 = 𝑚
(1,7 𝑥 10−8 Ω𝑚)( 1029 /𝑚 3 )(1,6 𝑥 10−19 𝐶)2
= 9,1 𝑥 10−31 𝑘𝑔
14
= 4,8𝑥 10 /𝑠

b. Dengan meninjau frekuensi gelombang mikro 𝜔 = 1010 −


𝑚𝜔
1012 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Tentukan nilai dari ŋ 2 !
0𝑒
Penyelesaian :
Diketahui : 𝑚 = 9,1 𝑥 10−31 𝑘𝑔
𝑒 = 1,6 𝑥 10−19 𝐶
ŋ0 = 1029 /𝑚3
𝜔 = 1012 𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝑚𝜔
Ditanyakan : nilai dari ŋ 𝑒 2 = …. ?
0
Jawab
𝑚𝜔 (9,1 𝑥 10−31 𝑘𝑔 )( 1012 𝑟𝑎𝑑/𝑠 )
ŋ0 𝑒2
= (1029 /𝑚 3 )(1,6 𝑥 10−19 𝐶)2
𝑚𝜔
= 3,6 𝑥 10−10 Ω𝑚
ŋ0 𝑒 2

3) Gelombang Elektromagnetik dalam Rangkaian Transmisi LC


Perhatikan suatu rangkaian listrik LC berikut :

Gambar 3
Tinjau lintasan transmisi LC ideal (hambatan nol) dengan ∆x <<
panjang gelombang (𝜆) tegangan atau arus sera L dx dalam satuan
henri dan C dx dalam satuan farad.
Gambar di atas analog dengan sistem massa pegas seperti
yang di tunjukkan pada Gambar 4.

19
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Gambar 4
Perhatikan satu bagian LC pada x sebagai berikut :

Gambar 5
Dari teorema tegangan kirchoff diketahui :
𝛿𝑖(𝑥)
V(x) = L 𝛿𝑡
+ V(x + ∆x) (31)

𝛿𝑖(𝑥)
I(x) = C 𝛿𝑡
+ i (x+∆x) (32)

Kedua persamaan di atas dapat juga ditulis sebagai berikut :


𝛿𝑣(x+∆x)
I(x) = C 𝛿𝑡
+ i (x+∆x) (33)

Dari deret Taylor ekspansi diketahui :


𝛿𝑣
a) V (x+∆x) ≈ V(x) + ∆x (34)
𝛿𝑥

Karena ∆x <<, maka :


𝛿𝑣 𝛿𝑣(𝑥)
𝛿𝑡
(x+∆x) ≈ 𝛿𝑡
Sehingga :

20
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

𝜹𝒗(𝒙)
I(x) = C 𝜹𝒕
+ i (x+∆x) (35)

𝛿𝑖
b) i (x+∆x) ≈ i (x) + ∆x (36)
𝛿𝑥

karena ∆x <<, maka :


𝛿𝑖 𝛿𝑖(𝑥)
(x + ∆x) ≈
𝛿𝑥 𝛿𝑡
Sehingga :
𝜹𝒊(𝒙)
V(x) = L 𝜹𝒕
+ V (𝐱 + ∆𝐱) (37)

Substitusi pers. (35) dan (36) maka :


𝛿𝑖(𝑥)
V(x) = L + V (x + ∆x)
𝛿𝑡
𝛿𝑖(𝑥) δv
V(x) = L 𝛿𝑡
+ V(x) + ∆x δx

δv 𝛿𝑖(𝑥)
-∆x δx = L 𝛿𝑡
(38)

Dan
δv
I(x) = C δt (x + ∆x) + i (x + ∆x)
δv δi
I(x) = C (x + ∆x) + i(x) + ∆x
δt δx

δi δv
-∆x =C (39)
δx δt
Turunkan kedua persamaan di atas terhadap (x,t) maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
δ2 V 𝛿 2𝑖
-∆x δx2 = L 𝛿𝑡𝛿𝑥
δ2 i δ2 V
-∆x δx2 = C δtδx
δ2 V 𝛿2 𝑖
-∆x δtδx = L 𝛿𝑡 2
δ2 i δ2 V
-∆x δtδx = C 𝛿𝑡 2

Karena :

21
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

δ2 i δ2 i
δxδt
= δtδx

Maka :
δ2 V 𝐶 δ2 V
-∆x δx2 = L −∆x 𝛿𝑡 2

𝛅𝟐 𝐕 𝑳𝑪 𝛅𝟐 𝐕
= (40)
𝛅𝐱𝟐 (∆𝐗)𝟐 𝜹𝒕𝟐

Juga diperoleh :
𝜹𝟐 𝒊 (∆𝒙)𝟐 𝜹𝟐 𝒊
= (41)
𝜹𝒕𝟐 𝑳𝑪 𝜹𝒙𝟐

Kedua persamaan diatas merupakan persamaan gelombang


elektromagnetik pada lintasan transmisi LC dengan kecepatan
rambat v :
∆𝐱 𝟏
V= = (42)
√𝐋𝐂 𝐋 𝐂
√( )( )
∆𝐱 ∆𝐱

𝐿
∆𝑥
= induktansi/satuan panjang
𝐶
∆𝑥
= kapasitansi/satuan panjang
Jadi, laju rambatan gelombang elektromagnetik pada
lintasan transmisi LC ditentukan oleh induktansi dan kapasitansi per
satuan panjang.

4) Gelombang Elektromagnetik pada Kabel Koaksial


Perhatikan kabel koaksial berikut ini.

22
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Gambar 6

Gambar 7

Saat daya dc dihubungkan pada kabel koaksial, maka


gelombang arus dan gelombang tegangan merambat sepanjang kabel.
Menurut Hukum Gauss:
𝜌 𝑙
𝐸𝑟 = 2𝜋𝜀
0𝑟

23
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Jika diketahui:
𝑖 = 𝜌𝑐
Ingat c adalah kecepatan gangguan rapat muatan elektron
dan tidak terkait dengan kepercayaan elektron yang relatif kecil.
Berdasarkan hukum Ampere 𝐵𝜃 (medan magnet Azimut) dapat ditulis:
𝜇0 𝑖 𝜇 𝜌
0
𝐵𝜃 = 2𝜋𝑟
= 2𝜋𝑟 𝑐 (43)
Sehingga:
𝐸𝑟 1
= (44)
𝐵𝜃 𝜇0 𝜀0 𝑐
Jadi, jika dihubungkan Er dan 𝐵𝜃 diketahui maka c dapat ditentukan:

Gambar 8

Gunakan hukum Faraday pada elemen persegi diatas dengan


meninjau gelombang merambat ke kanan. Fluks magnetik tertutup
oleh peningkatan bidang persegi adalah:
𝑑
∮ 𝐸 𝑑𝑙 = − 𝑑𝑡 (𝐵 × 𝑑𝑟)
𝑑
∮ 𝐸 𝑐𝑜𝑠 𝑑𝑙 = − 𝑑𝑡 (𝐵 × 𝑑𝑟)
Dengan:
𝜃 = sudut antara E dan dl

24
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Gambar 9

Dalam kasus ini yang berkontribusi terhadap integral adalah


hanya sisi AB karena E ┴ sisi BC dan DA dengan cos 90° = 0, dan tidak
ada E sepanjang sisi CD, sehingga:

Gambar 10

Jadi, dapat ditulis:


𝑬𝒓 𝟏
𝑩𝜽
=𝝁 =𝒄 (45)
𝟎 𝜺𝟎 𝒄

Dengan:
1
𝑐2 = 𝜇
0 𝜀0

1
𝑐=√ ≈ 3.108 𝑚/𝑠
𝜇 0 𝜀0

c = kecepatan rambat gelombang elektromagnetik dalam


kabel koaksial berisi udara. Jika kabel koaksial diisi suatu bahan
dielektrik lain dengan tetapan dielektrik k (kappa), maka berlaku 𝜀 =
𝑘𝜀0 . Pemantulan c juga dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan Ampere Maxwell.

25
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Fluks listrik pada persegi panjang ABCD menginduksi medan


magnet sepanjang ABCD.

𝑑
∮ 𝐵 𝑑𝑙 = 𝜀0 𝜇0 (𝐸𝑟 × 𝑑𝑙 )𝑐
𝑑𝑡
𝑑
𝐵𝜃 𝑑𝑙 = 𝜀0 𝜇0 𝐸𝑟 𝑑𝑙 𝑑𝑡
𝑐
𝐵𝜃 𝑑𝑙 = 𝜀0 𝜇0 𝐸𝑟 𝑑𝑙 𝑐
𝐵𝜃 = 𝜀0 𝜇0 𝐸𝑟 𝑐
𝐵𝜃
= 𝜀0 𝜇0 𝑐 (46)
𝐸𝑟

C. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang Elektromagnetik


Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas seberkas
cahaya yang merambat dalam medium pertama dan kedua, maka
sebagian cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan.
Bila gelombang dinyatakan dengan :

𝐸𝑖 = 𝐸0 𝑖 cos(𝑘𝑖 𝑟 − 𝑤𝑖 𝑡)

Maka gelombang pantul dan gelombang biasnya :


𝐸𝑟 = 𝐸0 𝑖 cos(𝑘𝑟 𝑟 − 𝑤𝑟 𝑡  Gelombang pantul
𝐸𝑡 = 𝐸0 𝑖 cos(𝑘𝑡 𝑟 − 𝑤𝑡 𝑡)  Gelombang Bias

Ketika gelombang besarnya sama, maka berlaku :


𝐾𝑖 𝑟 = 𝐾𝑖 . 𝑟 = 𝐾𝑖 . 𝑡

Tinjau dari sifat gelombang yang terpantul dan terbias


dengan mempertimbangkan syarat batas antara dua medium berlaku
bahwa komponen tangensial total medan listrik 𝑬 pada medium
pertama harus sama dengan medan listrik pada medium kedua.

̂𝑛 × 𝐸𝑖 + 𝑈
𝑈 ̂𝑛 × 𝐸𝑟 = 𝑈
̂𝑛 × 𝐸𝑡

Bila dianggap bahwa bidang batas kedua medium amplitudo


ketiga gelombang besarnya sama berlaku:

26
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

𝐾𝑖 𝑟 = 𝐾𝑟 . 𝑟 = 𝐾𝑡 . 𝑟

𝐾𝑖 = bilangan gelombang datang


𝐾𝑟 = bilangan gelombang pantul
𝐾𝑡 = bilangan gelombang bias

Sehingga ketiga bilangan gelombang kearah tangensial selalu


tegak lurus arah normal.

̂𝑛 × 𝐾𝑡 = 𝑈
𝑈 ̂𝑛 × 𝐾𝑟 = 𝑈
̂𝑛 × 𝐾𝑡 = 1

Perbandingan gelombang datang dan terpantul diperoleh :

𝑈̂𝑛 × (𝒌𝑖 − 𝒌𝑟 ) = 0
𝒌𝑖 sin 𝜃𝑖 = 𝒌𝑟 sin 𝜃𝑟

Dimana
𝒌𝑖 = 𝒌𝑟 dan 𝜃𝑖 = 𝜃𝑟

Sedangkan untuk gelombang datang dan gelombang berbias :

̂𝑛 × (𝒌𝑖 − 𝒌𝑡 ) = 0
𝑈
𝒌𝑖 sin 𝜃𝑖 = 𝒌𝑡 sin 𝜃𝑡

𝒏𝒊 𝐬𝐢𝐧 𝜽𝒊 = 𝒏𝒕 𝐬𝐢𝐧 𝜽𝒕  ini adalah hukum refraksi (pembiasan) (47)

𝜔 𝜔
𝐾𝑖 = =𝑐
𝑣 ⁄𝑛
𝐾𝑖 = 𝐾𝑡
𝜔 𝜔
𝑐 = 𝑐 … … … … … … … … 𝑛𝑖 = 𝑛𝑡 (48)
⁄𝑛𝑖 ⁄𝑛𝑡

1. Prinsip Fermat

27
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Prinsip fermat dikemukakan oleh Pierre de Fermat pada


tahun 1658 yang berbunyi :
“ Cahaya menjalar dari satu titik ke titik lainnya akan melalui
lintasan yang memerlukan waktu terpendek ( panjang lintasan
optik terpendek) “.

Hukum refraksi yang diturunkan dengan prinsip fermat :

Gambar 11. Hukum refraksi prinsip fermat

Misal waktu tempuh cahaya pada medium pertama 𝑡𝑖 dan


waktu tempuh cahaya pada medium kedua 𝑡𝑡 maka :
𝑡 = 𝑡𝑖 + 𝑡𝑡
𝑆𝑂 𝑂𝑃
𝑡= 𝑣𝑖
+ 𝑣𝑡
√ℎ 2+𝑥 2 √𝑏 2 + (𝑎−𝑥)2
𝑡= +
𝑣𝑖 𝑣𝑡

𝑡 didiferensialkan terhadap 𝑥 :
𝑑𝑡 𝑥 −(𝑎 − 𝑥)
= +
𝑑𝑥 𝑣𝑖 √ℎ 2 + 𝑥 2 𝑣𝑡 √𝑏2 + (𝑐 − 𝑥)2
Pada gambar tampak
𝑥
sin 𝜃𝑖 =
√ℎ 2 + 𝑥 2

28
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

(𝑎 − 𝑥)
sin 𝜃𝑡 =
√𝑏2 + (𝑎 − 𝑥)2
Sehingga,

sin 𝜃𝑖 sin 𝜃𝑡 𝑐
𝑣𝑖
= 𝑣𝑡
dan 𝑛 = 𝑣

𝒏𝒊 𝐬𝐢𝐧 𝜽𝒊 = 𝒏𝒕 𝐬𝐢𝐧 𝜽𝒕 (49)


Bila cahaya menembus bahan berlapis dengan indeks bias berbeda :
𝑠 𝑠 𝑠
𝑡 = 𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3 + ⋯ = 𝑣1 + 𝑣2 + 𝑣3 + ⋯
1 2 3

𝑠1 1
∑𝑠𝑖=1
𝑚
= 𝑐 ∑𝑚
𝑖=1 𝑛𝑖 𝑠𝑖
𝑣1

D. Peranan Gelombang Elektromagnetik dalam Kehidupan Sehari-


hari
1. Radio
Radio energi adalah bentuk level energi elektromagnetik terendah,
dengan kisaran panjang gelombang dari ribuan kilometer sampai
kurang dari satu meter. Penggunaan paling banyak adalah komunikasi,
untuk meneliti luar angkasa dan sistem radar. Radar berguna untuk
mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta 3D permukaan bumi,
mengukur curah hujan, pergerakan es di daerah kutub dan memonitor
lingkungan. Panjang gelombang radar berkisar antara 0.8 – 100 cm.

2. Microwave
Panjang gelombang radiasi microwave berkisar antara 0.3 – 300
cm. Penggunaannya terutama dalam bidang komunikasi dan
pengiriman informasi melalui ruang terbuka, memasak, dan sistem PJ
aktif. Pada sistem PJ aktif, pulsa microwave ditembakkan kepada
sebuah target dan refleksinya diukur untuk mempelajari karakteristik
target. Sebagai contoh aplikasi adalah Tropical Rainfall Measuring
Mission’s (TRMM) Microwave Imager (TMI), yang mengukur radiasi
microwave yang dipancarkan dari Spektrum elektromagnetik Energi

29
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

elektromagnetik atmosfer bumi untuk mengukur penguapan,


kandungan air di awan dan intensitas hujan.

3. Infrared
Kondisi-kondisi kesehatan dapat didiagnosis dengan menyelidiki
pancaran inframerah dari tubuh. Foto inframerah khusus disebut
termogram digunakan untuk mendeteksi masalah sirkulasi darah,
radang sendi dan kanker. Radiasi inframerah dapat juga digunakan
dalam alarm pencuri. Seorang pencuri tanpa sepengetahuannya akan
menghalangi sinar dan menyembunyikan alarm. Remote control
berkomunikasi dengan TV melalui radiasi sinar inframerah yang
dihasilkan oleh LED ( Light Emiting Diode ) yang terdapat dalam unit,
sehingga kita dapat menyalakan TV dari jarak jauh dengan
menggunakan remote control.

4. Ultraviolet
Sinar UV diperlukan dalam asimilasi tumbuhan dan dapat
membunuh kuman-kuman penyakit kulit.

5. Sinar X
Sinar X ini biasa digunakan dalam bidang kedokteran untuk
memotret kedudukan tulang dalam badan terutama untuk
menentukan tulang yang patah. Akan tetapi penggunaan sinar X harus
hati-hati sebab jaringan sel-sel manusia dapat rusak akibat
penggunaan sinar X yang terlalu lama.

E. Cahaya Sebagai Gelombang Elektromagnetik Dan Spektrum


Elektromagnetik
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan Maxwell, kecepatan
gelombang elektromagnetik di ruang hampa adalah sebesar 3 x 108
m/s, yang nilainya sama dengan laju cahaya terukur. Hal ini
membuktikan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik .
Pernyataan Maxwell diperkuat oleh Heinrich Hertz (1857-1894).

30
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Dalam eksperimennya, Herzt menggunakan perangkat celah bunga


api dimana muatan digerakkan bolak-balik dalam waktu singkat,
membangkitkan gelombang berfrekuensi sekitar 10 9 Hz.ia mendeteksi
gelombang tersebut dari jarak tertentu dengan menggunakan loop
kawat yang bisa membangkitkan ggl jika terjadi perubahan medan
magnet. Gelombang ini dibuktikan merambat dengan laju 3 x 108 m/s,
dan menunjukkan seluruh karakteristik cahaya (pemantulan,
pembiasan, dan interferensi).
Panjang gelombang cahaya tampak mempunyai rentang antara 4,0
x 10-7 m hingga 7,5 x 10-7 m (atau 400 nm hingga 750nm). Frekuensi
cahaya tampak dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini.

𝑐
𝑐 = 𝑓.  atau 𝑓 = ………………………… (01)

Dengan:
f = frekuensi gelombang (Hz)
 = panjang gelombang (m)
c = laju cahaya (  3 x 108 m/s)
Berdasarkan persamaan (01), kita dapat menentukan frekuensi
cahaya tampak bernilai antara 4,0 x 1014 Hz hingga 7,5 x 1014 Hz.
Cahaya tampak hanyalah salah satu jenis gelombang
elektromagnetik yang terdeteksi dalam interval yang lebar, dan
dikelompokkan dalam spectrum elektromagnetik, yaitu daerah
jangkauan panjang gelombang yang merupakan bentangan radiasi
elektromagnetik.
Gelombang radio dan gelombang mikro dapat dibuat di
laboratorium menggunakan peralatan elektronik. Gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi yang lebih tinggi sangat sulit dibuat
secara elektronik.gelombang elektromagnetik dapat terbentuk secara
alamiah, seperti pancaran dari atom, molekul, dan inti atom. Misalnya,
sinar-X dihasilkan oleh elektron berkecepatan tinggi yang diperlambat
secara mendadak ketika menumbuk logam. Cahaya tampak yang
dihasilkan melalui suatu pijaran juga disebabkan karena elektron yang
mengalami percepatan di dalam filamen panas.

31
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Mata kita mendeteksi panjang gelombang antara 4 x 10-7 m


sampai 7x10-7 m (cahaya tampak), sedangkan kulit kita mendeteksi
panjang gelombang yang lebih besar. Banyak gelombang
elektromagnetik yang tidak dapat kita deteksi secara langsung.

Gambar 2 Spektrum Gelombang Elektromagnetik

1. Sinar Inframerah
Radiasi inframerah merupakan radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang lebih panjang daripada panjang
gelombang cahaha merah, namun lebih pendek daripada
panjang gelobang radio. Degan kata lain radiasi pada selang
panjang gelombang 0,7  mhingga 1 mm. sinar inframerah
dapat dimanfaatkan dalam fotografi inframerah untuk
keperluan pemetaan sumber alam dan diagnosis penyakit.

2. Cahaya Tampak
Cahaya tampak merupakan radiasi gelombang
elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia.
Cahaya tampak memiliki kisaran panjang gelombang antara 4 x
10-7 m hingga 7 x 10-7 m.

3. Sinar Ultraviolet (1015 Hz – 1016 Hz)


Gelombang ultraviolet mempunyai panjang gelombang
yang pendek. Matahari merupakan pemancar radiasi
ultraviolet yang kuat, dan membawa lebih banyak energy
daripada gelombang cahaya yang lain. Karena inilah
gelombang ultraviolet dapat masuk dan membakar kulit. Kulit
manusia sensitive terhadap sinar ultraviolet matahari.

32
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Meskipun begitu, atmosfer bumi dapat menghambat sebagian


sinar ultraviolet yang merugikan itu. Terbakar sinar matahari
juga merupakan resiko yang dapat menimbulkan kanker kulit.

4. Sinar-X (1016 – 1020 Hz)


Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetikyang dihasilkan
dari penambahan atom-atom dengan partikel-partikel yang
memiliki energy kuantum tinggi. Panjang gelombang sinar-X
berkisar antara 10-11 m hingga 10-9 m. Sinar-X dihasilkan oleh
elektron-elektron yang berada di bagian dalam kulit elektron
atom, atau pancaran yang terjadi karena elektron dengan
kelajuan besar menumbuk logam. Sinar-X dapat melintas
melalui banyak materi sehingga digunakan dalam bidang
medis dan industry untuk menelaah struktur bagian dalam.
Sinar-X dapat dideteksi oleh film fotografik, karena itu
digunakan untuk menghasilkan gambar benda yang biasanya
tidak dapat dilihat. Misalnya, patah tulang.

Tabung sinar-X

Tabung sinar-X di rumah sakit


menggunakan tabung pemancar
sinar-X. kawat yang dipanaskan
melepas elektron, yang akan
dipercepat oleh medan listrik
hingga menumbuk logam target.
Tumbukan menolak elektron dari
atom logam. Selanjutnya,
elektron-elektron jatuh kembali ke
sela rongga yang ditinggalkan oleh

5. Sinar Gamma (1020 - 1025 Hz)


Sinar atau gelombang gamma, yang merupakan bentuk
radioaktif yang dikeluarkan oleh inti-inti atom tertentu,
mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar ini
membawa energy dalam jumlah besar dan dapat menembus

33
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

logam dan beton, sinar ini sangat berbahaya dan dapat


membunuh sel hidup, terutama sinar gamma tingkat tinggi
yang dilepaskan oleh reaksi nuklir, seperti ledakan bom nuklir.

II. PANDU GELOMBANG


A. Pengertian Propagasi
Propagasi adalah transmisi atau penyebaran sinyal dari suatu
tempat ke tempat lain. Media perambatan atau biasa juga disebut
saluran transmisi gelombang dapat berupa fisik yaitu sepasang kawat
konduktor, kabel koaksial dan berupa non fisik yaitu gelombang radio
atau sinar laser. Pada Gambar merupakan gambaran singkat tentang
propagasi gelombang (J, Herman, 1986: 1.4)

Propagasi terdiri dari 3 metode yaitu:

1) Propagasi Gelombang Ground (Ground Wave Propagation)


Karakteristiknya:
 Frekuensinya dibawah 2MHz
 Muka gelombang yang melambat dikarenakan arus EM
 Di induksikan ke bumi (miring ke bawah)
 Mengalami difraksi dan penyebaran dari atmosfir

34
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

2) Propagasi Gelombang Udara (Sky Wave Propagation)


Aplikasi ini biasanya digunakan untuk aplikasi radio amatir.
Karakteristiknya:
 Frekuensinya 2 – 30 MHz
 Transmisi sinyal dibiaskan oleh ionosfir dipantulkan ke
bumi
 Pantulan mengakibatkab sinyal diambil ribuan kilometer
dari transmisi
3) Line of Sight
Karakteristiknya:
 Frekuensi di bawah 30 MHz, dimana gelombang ground
dan udara tidak beroperasi
 Tidak ada pembiasan dari ionosfir

B. Pengertian Pandu Gelombang


Pandu gelombang adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengarahkan atau memandu perambatan radiasi elektromagnetik
sepanjang lintasan tertentu. Gelombang elektromagnetik bisa saja
merambat di udara, seperti gelombang radio, tetapi untuk tujuan-
tujuan tertentu gelombang perlu dipandu untuk meminimalisasikan
lass wave dari suatu pemancar ke receiver.
Contoh dari pandu gelombang ini adalah pandu gelombang pada
fiber optic. Konsep perambatan cahaya pada fiber optic ini dapat
ditinjau secara optic geometri. Dalam tinjauan ini terdapat terdapat
tipe sinar dapat merambat sepanjang fiber optic, yaitu sinar meridian
dan sinar skew. Sinar meridian merupakan sinar yang merambat tidak
memotong sumbu fiber optic, sedangkan sinar skew merupakan sinar
yang merambat tidak melalui sumbu fiber optik. Sinar-sinar meridian
dibedakan menjadi bound dan unbound (Gambar 1.1).

35
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Konsep pandu gelombang optic ini didasarkan pada hokum snellius


untuk perambatan cahaya pada media transparan. Pemandu
gelombang optic dibentuk dari dua lapisan, yaitu core (inti) dan
cladding (selimut). Indeks bias core (n1) harus lebih besar dari indeks
bias cladding (n2). Dengan menerapkan konsep sudut kritis seperti
pada persamaan

Maka pada gambar 1 terlihat unbound rays dibiaskan keluar dari inti,
sedangkan bound rays dipantulkan dan merambat sepanjang inti
dengan menganggap bahwa permukaan batas antara inti dan kulit
sempurna. Sevara umum sinar-sinar meredian mengikuti hukum
pemantulan dan pembiasan. Bound rays di dalam fiber optic
disebabkan oleh pemantulan sempurna, dimana agar peristiwa
tersebut dapat terjadi maka sinar yang memasuki fiber optic harus
memotong perbatasan core cladding dengan sudut lebih besar dari
sudut kritis (c), sehingga sinar dapat merambat sepanjang fiber optic
dengan lintasan zig-zag, seperti pada gambar 1.2.

Gambar 1.2. Pemantulan sempurna pada fiber optic yang menyebabkan bound rays
(Paalais,2002)

36
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Sudut a adalah sudut maksimum sinar yang memasuki serat agar


sinar dapat tetap merambat sepanjang serat (dipandu), sudut ini
disebut sudut tangkap (acceptance angle).

C. Gelombang Optik
a. Interverensi
 Interverensi Young dan Fresnell

Suatu sumber cahaya monokhromatik (s) memancarkan cahaya


dan mengenai dua celah s1 dan s2 yang diletakkan sejajar terhadap s.
jarak si dan s2 terhadap sumbu s sama besar. Dengan demikian si dan
s2 berkelakuan sebagai sumber cahaya yang koheren. Karena jarak si
M dan S2 M sama dan sinar berangkat sama dari s, dan s2 maka
gelombang cahaya tersebut tiba di M dengan fase yang sama,
sehingga saling menguatkan (interverensi konstruktif) dan di titik M
jadi terang bila sinar setelah tiba di M memiliki beda fase 1/2 , atau

37
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

selisih jarak yang di tempuh 1/2  , maka getaran cahaya saling


meniadakan (terjadi interverensi destruktif) dan akan terjadi garis
gelap. Dari gambaran berikut dapat di simpulkan:

1. Jika selisih jarak yang di tempuh sinar sama dengan bilangan


genap kali 1/2  akan terjadi garis terang {(2n)1/2 }
2. Jika selisih jarak yang ditempuh sinar-sinar sama dengan
bilangan ganjil kali ½  akan terjadi garis gelap ((2n-1) ½  ).

Selisih jarak yang ditempuh s = pd/L sehingga secara umum dapat


diformulasikan; terjadi garis terang apabila; pd/L=(2n)1/2  . Terjadi
garis gelap apabila; pd/1 =(2n-1)1/2 . Dimana p = jarak antara terang
pusat dengan terang ke N/gelap ke N; j = jarak antara dua celah; L =
jarak celah ke layar; N= orde dimulai dari 1, 2, 3, 4..... ; N = 0 terjadi
terang pusat;  = panjang gelombang.

b. Interverensi Celah Banyak


Suatu alat disebut kisi difraksi jika terbuat dari suatu bahan kaca
yang permukaannya di goreskan garis-garis sejajar dengan jumlah yang
sangat besar. Garis-garis antara dua goresan dapat dipandang sebagai
celah. Untuk memahami interferensi dengan celah banyak, baiklah kita
mulai dengan membahas interverensi dari tiga buah celah,

Dalam hal ini kita mempunyai tiga buah gelombang yang sampai dititik
p,
YA = A cos (kr Ar-wt)
YB = A cos (kr Br-wt)
YC = A cos (kr Cr-wt)

38
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Pada titik P terjadi superposisi ke tiga gelombang;


Y = YA+YB+YC
Jika titik p terletak cukup jauh dari celah (jarak r >> D) maka sinar-sinar
Ap, Bp, Cp dapat di anggap sejajar sehingga; r r = rCr +Jr dan
rAr =rCr +2 r, dimana r sebanding dengan D sin . Dengan
demikian sudut fase gelombang yA sebesar;A= kr AB-t= C +2kr
=2 , dimana = k r
Sudut fase B adalah; B kr AB t C kr C  dan untuk YC
adalah C = kr Crt.
Gelombang superposisi y dapat dituliskan;
Y = A cos(C 2) ACos(C ) ACos(C) atau gelombang
resultan y dapat juga dirumuskan; Y = AB () Cos (C B ) dengan AB
() adalah amplitudo gelombang resultan yang harganya tergantung
pada beda fase, dan (C) adalah suatu tetapan. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan;
1. Intensitas maksimum (garis terang) selalu terjadi pada beda
= n(2). Untuk jarak ke layar yang jauh lebih besar dari jarak
antara dua celah, maka beda sudut fase antara dua celah
yang berdekatan dapat dituliskan sebagai berikut;
=kdSin= (2)dSin. Artinya bahwa tempat-tempat
intensitas maksimum pada layar terletak pada arah-arah
yang diberikan oleh;
=kd Sin = (2) dSin= n (2) d Sin = n 
2. Bahwa Intensitas minimum pertama setelah suatu maksirnum
selalu terletak pada harga 8 yang berbeda sebesar 2 n N,
dimana N merupakan banyaknya celah, dari harga untuk
intensitas maksimum.

c. Interverensi Lapisan Tipis.


Dari pola-pola interverensi yang kita amati paling sering adalah
pola interverensi yang terjadi pada selaput sabun yang tipis. Jika
cahaya menembus selaput tipis, maka sebagaian cahaya akan

39
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

dipantulkan dan sebagaian cahaya akan dibiaskan oleh permukaan L


selanjutnya cahaya yang dibiaskan oleh permukaan I akan dipantulkan
oleh permukaan II. Pantulan yang terjadi pada permukaan I dan II akan
mengalami interverensi.
Apabila cahaya polikromatik jatuh pada selaput (lapisan tipis,
maka suatu pola berwama akan tampak).

Andaikan ada sinar monokhromatik OA mengenai bidang batas A,


maka AD sinar yang dipantulkan dan AB sinar yang dibiaskan
permukaan I, BC sinar yang dipantulkan permukaan II. Sinar BC
sebagian dipantulkan dan sebagaian dibiaskan sejajar AD, sehingga
sinar sejajar AD dan sinar AD sendiri merupakan sinar koheren dan jika
mengenai mata (terlihat mata) akan berinterverensi di selaput jala.
Hasil interverensi dari kedua sinar itu bergantung dari selisih
lintasan optik. Lintasan optik adalah hasil kali penunjuk bias (Indeks
bisa) dengan panjang jarak yang ditempuh sinar tersebut, secara
matematis di tuliskan;
x = n(AB+BC)-(nAD+(1/2) ... (1) ,
di A mengalami loncatan ½ fase, yang berarti lintasannya bertambah
½ . Hal ini disebabkan dengan pemantulan gelombang pada ujung
tetap, karena sinar di A di pantulkan oleh zat yang indek biasnya lebih
rapat. Jika tebal selaput d, maka
AB=d/cos r =BC
AD=AC cos(90-i) AC sin (i)
AC=2d tang n, sehingga AD = 2d tang nr . sin i
Jika persamaan di atas di substitusikan dalam persamaan 1 akan di
dapat;
x=2 n d cos n(1/2) 
kesimpulan yang diperoleh
 Jika tedadi titik temng (interverensi konstruktif)

40
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

X=(2n)1/2 
2n d cos r –1/2 =(2n)1/2A
2n d cos r =(2n +1)1/2 
 bila terjadi titik gelap (interfverensi distruktif)
x = (2n-1)1/2 
2n d cos r –1/2 =(2n-1)1/2 
2n d cos r = (2n) 1/2 

d. Difraksi
Suatu sifat gelombang yang menarik adalah gelombang tersebut
dapat dibelokkan oleh rintangan. Peristiwa difraksi merupakan
pembelokan energi yang di bawa oleh gelombang ke daerah bayang-
bayang. Sesuai dengan teorinya Hugens, kita dapat memandang
difraksi sebagai interverensi sederet sumber titik yang memenuhi
lebar celah. Untuk mengamati peristiwa difraksi dapat kita lihat pada
dua celah sempit.

Jika jarak S1 dan S2 sangat kecil yaitu hanya beberapa k ali panjang
gelombang saja, maka di daerah CD pada layar akan terjadi garis-garis
gelap dan terang. Terjadinya garis gelap dan terang tersebut
ditentukan oleh adanya peristiwa interverensi gelombang cahaya.
Misalkan titik M ditengah-tengah CD dan sinar dari S I dan S2 menuju
M dengan jarak yang sama dan fase yang sama pula, maka titik M
merupakan titik terang pusat.

41
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Terjadinya garis-garis terang di sekitar M, jika x = (2n) ½ .


Terjadinya garis gelap disekitar M, jika x= (2n + 1) ½  , dimana x
merupakan selisih jarak yang ditempuh, untuk perhitungan
selengkapnya dapat diikuti pada percobaan Young.

D. Prinsip Kerja Pandu Gelombang


Gelombang-gelombang dalam ruang terbuka dipropagasikan ke
semua arah, seperti gelombang speris (bola). Dengan cara ini, mereka
akan kehilangan energinya sebanding dengan kuadrat jaraknya; oleh
karena itu pada jarak R dari sumber besar energinya adalah energy
sumber dibagi dengan R2. Pandu gelombang menahan gelombang
untuk dipropagasikan dalam satu dimensi, sehingga dalam kondisi
ideal gelombang tidak akan kehilangan energinya selama
dipropagasikan.
Gelombang-gelombang dalam pandu gelombang tertahan karena
total refleksi dari dinding gelombang, sehingga propagasi dalam pandu
gelombang kira-kira dapat digambarkan seperti “zigzag” diantara
dinding-dinding pandu gelombang. Deskripsi ini tepat untuk
gelombang elektromagnetik dalam tabung berongga yang berbentuk
persegi atau lingkaran.
Konsep dasar moda terpandu biasanya dijelaskan dengan
menggunakan model sinar optik. Moda tersebut dapat digunakan
karena proses pemanduan cahaya dalam pandu gelombang erat
kaitannya dengan fenomena-fenomena sinar optik pada bidang batas
antara dua medium. Gelombang optik yang terpandu dalam pandu
gelombang dalam bentuk moda gelombang optik adalah gelombang
optik yang mengalami pantulan internal total pada kedua bidang batas
film-kover dan film-substrat. Dalam penjabaran mekanisme
perambatan cahaya pada serat optik, biasanya dijelaskan berdasarkan
teori sinar.

42
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Gambar 2.1 Propagasi Gelombang pada Serat Fiber Optik

III. CAHAYA

A. Hakikat Cahaya
Cahaya adalah energy berbentuk gelombang elektromagnetik
yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380 – 750 nm.
Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan
panjang gelombang kasat mata maupun yang bukan kasat mata.
Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua
definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan
sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel".
Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter dimana 1 meter
bersamaan dengan jarak yang dilalui cahaya melalui ruang vakum pada
1/299.792.458 sekon. Kecepatan cahaya di ruang hampa yaitu sekitar
299.792.458 meter per sekon atau dibulatkan yaitu 3 x 10 8.
Cahaya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
cahaya dari matahari. Matahari adalah sumber cahaya utama di Bumi.
Tumbuhan hijau memerlukan cahaya untuk melakukan fotosintesis.
Hewan sangat memerlukan cahaya baik langsung maupun secara tidak
langsung. Manusia, sangat membutuhkan cahaya. Dengan adanya
cahaya, maka manusia bias melihat benda sekitar. Selain itu, cahaya
juga digunakan untuk keperluan lain, seperti menggunakan cahaya
matahari digunakan untuk menjeur pakaian, dan lain sebagainya.

43
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

B. Pengertian Cahaya
Cahaya adalah energy berbentuk gelombang elektromagnetik
yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380 – 750 nm.
Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan
panjang gelombang kasat mata maupun yang bukan kasat mata.
Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua
definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan
sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Cahaya juga
merupakan dasar ukuran meter dimana 1 meter bersamaan dengan
jarak yang dilalui cahaya melalui ruang vakum pada 1/299.792.458
sekon. Kecepatan cahaya di ruang hampa yaitu sekitar 299.792.458
meter per sekon atau dibulatkan yaitu 3 x 10 8.
Cahaya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
cahaya dari matahari. Matahari adalah sumber cahaya utama di Bumi.
Tumbuhan hijau memerlukan cahaya untuk melakukan fotosintesis.
Hewan sangat memerlukan cahaya baik langsung maupun secara tidak
langsung. Manusia, sangat membutuhkan cahaya. Dengan adanya
cahaya, maka manusia bias melihat benda sekitar. Selain itu, cahaya
juga digunakan untuk keperluan lain, seperti menggunakan cahaya
matahari digunakan untuk menjeur pakaian, dan lain sebagainya.

C. Sifat – Sifat Cahaya


1. Bergerak Lurus dan Ke Semua Arah
Cahaya bergerak lurus ke semua arah. Buktinya adalah kita
dapat melihat sebuah lampu yang menyala dari segala penjuru dalam
sebuah ruang gelap. Apabila cahaya terhalang, bayangan yang
dihasilkan disebabkan cahaya yang bergerak lurus tidak dapat
berbelok.

2. Dapat Merambat Melalui Ruang Vakum Udara


Cahaya merupakan salah satu jens dari gelombang transversal,
bukan gelombang longitudinal. Apabila gelombang longitudinal,
memerlukan media rambatan untuk dapat merambat dalam suatu

44
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

ruang. Apabila gelombang transversal tidak demikian, karena tidak


memerlukan media untuk merambat dalam suatu ruang.
Contohnya, suara yang merupakan gelombang longitudinal tidak bisa
terdengar (merambat) di ruang angkasa yang vakum udara. Cahaya
matahari yang merupakan gelombang transversal dapat merambat
melalui ruang angkasa dan sampai ke matahari.

3. Dapat Dipantulkan
Cahaya dapat dipantulkan baik ke benda yang permukaannya
licin / mengkilap maupun benda yang permukannya kasar. Bila
memantul ke benda yang permukaannya, maka pantulannya akan
teratur. Bila memantul ke benda yang permukaannya kasar, maka
pantulannya akan sembarangan. Dengan sifatnya yang bisa memantul
ini, kita dapat melihat semua benda yang terkena sinar matahari.

4. Dapat Dibiaskan
Cahaya dibiaskan apabila bergerak miring melalui medium
yang berbeda seperti dari udara ke kaca lalu melewati air. Keadaan ini
disebut sebagai pembiasan cahaya. Hal ini karena cahaya bergerak
lebih cepat di medium yang kurang padat. Cahaya yang datang dengan
sudtu datang 90 derajat namun, (tegak lurus) melalui medium yang
berbeda tidak dibiaskan.
Contoh hal pembiasan dalam hal sehari hari adalah seperti pada kasus
sedotan minuman yang kelihatan bengkok dan lebih besar di dalam
air, atau pada kasus dasar kolam kelihatan lebih cetek dari kedalaman
sebenarnya. Pantulan cahaya bergantung kepada jenis permukaan

45
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

D. Teori tentang cahaya


1. Teori Abad ke-10
Ilmuwan Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (965–sekitar 1040),
dikenal juga sebagai Alhazen, mengembangkan teori yang menjelaskan
pengelihatan, menggunakan geometri dan anatomi. Teori itu
menyatakan bahwa setiap titik pada daerah yang tersinari cahaya,
mengeluarkan sinar cahaya ke segala arah, namun hanya satu sinar
dari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus yang dapat
dilihat, cahaya lain yang mengenai mata tidak secara tegak lurus tidak
dapat dilihat. dia menggunakan kamera lubang jarum sebagai contoh,
yang mana kamera itu menampilkan sebuah citra terbaik. Alhazen
menganggap bahwa sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang
bergerak pada kecepatan tertentu. Dia juga mengembangkan teori
Ptolemy tentang refraksi cahaya namun usaha Alhazen tidak dikenal di
Eropa sampai pada akhir abad 16.

2. Teori Partikel
Cahaya menurut Newton (1642 - 1727) terdiri dari partikel-partikel
ringan berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke
segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sementara menurut
Huygens ( 1629 - 1695), cahaya adalah gelombang seperti halnya
bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuensi dan panjang
gelombangnya saja.
Dua pendapat di atas sepertinya saling bertentangan. Sebab tak
mungkin cahaya bersifat partikel sekaligus sebagai partikel. Pasti salah
satunya benar atau keduanya salah, yang pasti masing-masing
pendapat di atas memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada zaman Newton dan Huygens hidup, orang-orang
beranggapan bahwa gelombang yang merambat pasti membutuhkan
medium. Padahal ruang antara bintang-bintang dan planet-planet
merupakan ruang hampa (vakum) sehingga menimbulkan pertanyaan
apakah yang menjadi medium rambat cahaya matahari yang sampai ke
bumi jika cahaya merupakan gelombang seperti dikatakan Huygens.
Inilah kritik orang terhadap pendapat Huygens. Kritik ini dijawab oleh

46
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Huygens dengan memperkenalkan zat hipotetik (dugaan) bernama


eter. Zat ini sangat ringan, tembus pandang dan memenuhi seluruh
alam semesta. Eter membuat cahaya yang berasal dari bintang-bintang
sampai ke bumi. Dalam dunia ilmu pengetahuan kebenaran suatu
pendapat akan sangat ditentukan oleh uji eksperimen.

Adapun beberapa hal penting terkait dengan cahaya yang terlahir


dari teori ini antara lain:
 Teori partikel dapat menjelaskan bahwa perambatan cahaya
berupa garis lurus. Teori ini berdasarkan anggapan bahwa jika
sebuah bola dilemparkan dalam ruang hampa, maka
lintasannya akan berbentuk garis lurus. Lintasan bola akan
melengkung karena pengaruh medan gravitasi bumi. Namun
jika massa bola sangat kecil dan kecepetannya sangat tinggi,
bentuk lintasan bola akan mendekati garis lurus. Para
penganut teori ini menentang teori gelombang dengan alasan
bahwa gelombang tidak dapat merambat lurus

 Adanya pemantulan cahaya. Ketika cahaya mengenai sebuah


permukaan halus, seperti cermin, cahaya akan dipantulkan
dengan sudut pantul yang sama dengan sudut datangnya.
Dengan menggunakan teori partikel, peristiwa pemantulan
dapat dijelaskan dengan analogi sebuah bola dilemparkan ke
atas sebuah bidang pemantul, bola akan dipantulkan. Begitu
pula halnya dengan pemantulan cahaya.

 Alasan ketiga adalah adanya penomena pembiasan cahaya.


Untuk menjelaskan pembiasan cahaya, Newton menggunakan
sebuah bola yang menggelinding di permukaan bidang miring

47
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

3. Teori Gelombnag
Christiaan Huygens menyatakan dalam
abad ke-17 yang cahaya dipancarkan ke semua
arah sebagai siri-siri gelombang. Pandangan ini
menggantikan teori partikel halus. Ini disebabkan
oleh karena gelombang tidak diganggu oleh
gravitasi, dan gelombang menjadi lebih lambat
ketika memasuki medium yang lebih padat. Teori
gelombang ini menyatakan bahwa gelombang
cahaya akan berinterferensi dengan gelombang cahaya yang lain
seperti gelombang bunyi (seperti yang disebut oleh Thomas Young
pada kurun ke-18), dan cahaya dapat dipolarisasikan. Kelemahan teori
ini adalah gelombang cahaya seperti gelombang bunyi, memerlukan
medium untuk dihantar. Suatu hipotesis yang disebut luminiferous
aether telah diusulkan, tetapi hipotesis itu tidak disetujui.

4. Teori Elektromagnetik
Pada 1845 Michael Faraday menemukan
bahwa sudut polarisasi dari sebuah sinar cahaya
ketika sinar tersebut masuk melewati material
pemolarisasi dapat dirubah dengan medan
magnet. Ini adalah bukti pertama kalau cahaya
berhubungan dengan Elektromagnetisme. Faraday
mengusulkan pada tahun 1847 bahwa cahaya
adalah getaran elektromagnetik berfrekuensi
tinggi yang dapat bertahan walaupun tidak ada medium.
Teori ini diusulkan oleh James Clerk Maxwell pada akhir abad
ke-19, menyebut bahwa yang gelombang cahaya adalah gelombang
elektromagnet karena cepat rambat gelombang elektromagnetik sama
dengan cepat rambat cahaya yaitu 3×108 m/s,oleh karena itu pula ia
tidak memerlukan medium untuk merambat. Pada permukaannya
dianggap gelombang cahaya disebarkan melalui rangka rujukan yang
tertentu, seperti aether, tetapi teori relativitas khusus menggantikan
anggapan ini. Teori elektromagnet menunjukkan yang sinar kasat mata

48
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

adalah sebagian daripada spektrum elektromagnet. Teknologi


pengantaran radio dicipta berdasarkan teori ini dan masih digunakan.

Kesimpulan Maxwell ini di dukung oleh :


 Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Heinrich Rudolph
Hertz (1857 – 1894) yang membuktikan bahwa gelombang
elektromagnetik merupakan gelombang tranversal. Hal ini
sesuai dengan kenyataan bahwa cahaya dapat menunjukkan
gejala polarisasi.
 Percobaan seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda, Peter
Zeeman (1852 – 1943) yang menyatakan bahwa medan
magnet yang sangat kuat dapat berpengaruh terhadap berkas
cahaya.
 Percobaan Stark (1874 – 1957), seorang ilmuwan
berkebangsaan Jerman yang mengungkapkan bahwa medan
listrik yang sangat kuat dapat mempengaruhi berkas cahaya.

Kecepatan cahaya yang konstan berdasarkan persamaan


Maxwell berlawanan dengan hukum-hukum mekanis gerakan yang
telah bertahan sejak zaman Galileo, yang menyatakan bahwa segala
macam laju adalah relatif terhadap laju sang pengamat. Pemecahan
terhadap kontradiksi ini kelak akan ditemukan oleh Albert Einstein.

5. Teori Kuantum
Teori ini di mulai pada abad ke-19 oleh Max
Planck, yang menyatakan pada tahun 1900 bahwa
sinar cahaya adalah terdiri dari paket (kuantum)
tenaga yang dikenal sebagai photon. Penghargaan
Nobel menghadiahkan Planck Anugerah fisika pada
1918 untuk kerja-kerja beliau dalam penemuan teori
kuantum, walaupun beliau bukannya orang yang
pertama memperkenalkan prinsip asas partikel cahaya.

49
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

6. Teori Dualitas Partikel-Gelombang


Teori ini menggabungkan tiga teori yang sebelumnya, dan
menyatakan bahwa cahaya adalah partikel dan gelombang. Ini adalah
teori modern yang menjelaskan sifat sifat cahaya, dan bahkan sifat
sifat partikel secara umum. Pertama kali di jelaskan oleh Albert
Einstein pada awal abad 20, berdasarkan dari karya tulisnya tentang
efek fotolisktik, dan hasil dari penlitian Planck. Einstein menunjukan
bahwa energi sebuah foton sebanding dengan frekuensinya, Lebih
general lagi, teori tersebut menjelaskan bahwa semua benda
mempunyai sifat partikel dan gelombang, dan berbagai macam
eksperimen dapat di lakukan untuk membuktikannya. Sifat partikel
dapat lebih mudah di lihat apabila sebuah objek mempunyai massa
yang besar, pada tahun 1924 eksperimen oleh Louis de Broglie
menunjukan elektron juga mempunyai sifat dualitas partikel-
gelombang. Einsiten mendapatkan penghargaan nobel pada tahun
1921 atas karyanya tentang dualitas partikel-gelombang pada foton,
dan de Broglie mengikuti jejaknya pada tahun 1929 untuk partikel-
partikel yang lain.

7. Teori Emisi
Teori emisi yang dikemukan oleh Isaac Newton adalah sebagai
berikut:
 Cahaya terdiri dari butir – butir kecil dan ringan yang
dipancarkan oleh sumber cahaya ke segala arah dengan
kecepatan yang sangat besar, butir – butir itu mengenai mata
kita sehingga kita mendapat kesan melihat.
 Cahaya merambat cepat dalam medium lebih cepat rapat
dibandingkan dengan medium yang kurang rapat.
 Cahaya dapat mengalami pemantulan dan pembiasan.

8. Teori Undulasi
Teori undulasi dikemukakan oleh Christian Huygens sebagai berikut :

50
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

 Cahaya sama dengan bunyi yang merambat berupa


gelombang, perbedaan antara cahaya dan bunyi hanya pada
frekuensi dan panjang gelombang
 Cahaya merambat melalui medium disebut eter
 Kecepatan cahaya dalam medium akan lebih kecil di udara
 Cahaya dapat mengalami pemantulan dan pembiasa.

Prinsip Huygens yaitu setiap titik pada muka gelombang dapat


dianggap sebagai sumber gelombang – gelombang kecil yang
menyebar dengan laju yang sama dengan laju gelombang itu sendiri.
Pendukung teori Huygens antara lain :
 Thomas Young dan Fresnel membuktikan cahaya dapat
mengalami interferensi.
 Foucault menemukan bahwa cahaya di udara kira – kira 3 x
108 meter/sekon dan di dalam air sekitar 2,25 x 108 m/s. Hal
ini membuktikan bahwa cepat rambat cahaya dalam air lebih
kecil daripada cepat rambat di udara.
 Albert Abraham Michelson dan Edward William Morley
membuktikan bahwa eter sebenarnya tidak ada, sehingga
cahaya dapat merambat tanpa melalui medium atau ruang
hampa.

Berdasarkan berbagai teori yang telah dikembangkan, maka dapat


dikatakan bahwa :
 Pada saat kita melakukan kajian tentang perambatan cahaya,
maka cahaya diperlakukan sebagai gelombang,
 Pemahaman tentang pemancaran dan penyerapan paling baik
jika dikaji dengan menggunakan model cahaya sebagai
partikel.

E. Pemantulan Cahaya
Hal penting yang perlu diperhatikan sebelun mempelajari
tentang perlakuan dan pengukuran pada benda-benda optis, adalah

51
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

perlu ditetapkannya perjanjian tanda untuk menentukan besarnya


S,Sl,h R, dan f baik pada cermin maupun pada lensa.
Perjanjian tersebut antara lain:
 Cara mengukur S,Sl,h,R,dan f dimulai dari bidang pemantul
atau bidang pembias.
 S bertanda positif bila cara mengukurnya berlawanan dengan
sinar datang, dan sebaliknya .
 S' bertanda positif bila cara mengukurnya searah dengan sinar
pantul atau sinar bias dan sebaliknya.
 R dan f bertanda positif jika pengukuran searah dengan sinar
pantul atau sinar bias.
 H dan h' bertanda positif bila posisinya tegak (tidak berbalik)
pada sumbu utama

Hal penting yang perlu diperhatikan sebelun mempelajari tentang


perlakuan dan pengukuran pada benda-benda optis, adalah perlu
ditetapkannya perjanjian tanda untuk menentukan besarnya S,Sl,h,
dan f baik pada cermin maupun pada lensa.
Perjanjian tersebut antara lain:
 Cara mengukur S,Sl,h,R,dan f dimulai dari bidang pemantul
atau bidang pembias.
 S bertanda positif bila cara mengukumya berlawanan dengan
sinar datang, dan sebaliknya .
 S' bertanda positif bila cara mengukurnya searah dengan sinar
pantul atau sinar bias dan sebaliknya.
 R dan f bertanda positif jika pengukuran searah dengan sinar
pantul atau sinar bias.
 H dan h' bertanda positif bila posisinya tegak (tidak berbalik)
pada sumbu utama

1. Hukum Pemantulan
Seberkas cahaya yang mengenai suatu benda akan mengalami
peristiwa pemantulan (refleksi).
Hukum Pemantulan :

52
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

 Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada suatu
bidang datar.
 Sudut datang sama dengan sudut pantul
Peristiwa pemantulan ini terjadi pada cermin, secara umum cermin
terbedakan
menjadi 3 , yaitu cermin datar, cermin cembung, dan cermin cekung.

2. Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar

Berdasarkan hukum pemantulan maka: <1 = <r dan <r = <r' dengan
demikian juga <01 = <02 karena OP berimpit. Oleh karena itu segitiga
PBO ekivalen dengan segitiga PB'O akhirnya diperoleh persamaan
bahwa S = S' dan h = h'. Dimana sifat bayangannya: maya,tegak, dan
sama besar.

3. Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cekung


Fokus cermin bertanda positif

53
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Dari gambar dapat dilihat, berdasarkan hukum pemantulan : < P1 =


<P2 sedangkan PC berimpit sehingga segitiga ACP ekivalen dengan
segitiga A'PC.
Secara matematis dapat dinyatakan dengan model perbandingan ruas
sebagai berikut;
AC : AC' = AP : AP' dapat juga ditulis (OA — OC) ; (OC — OA') = AP : AP'
Karena AP dm AP' merupakan sinar paraksial (sejajar sumbu utama),
maka AP sebanding dengan OA dinyatakan sebagai S akibatnya
persamaan diatas menjadi;
(S-R) : (R-S') = S : S'
R(S+S') = 2 SS'
𝑆+𝑆 ′ 2 1 1 1
= karena f = 1/2R , maka S S ' = = =
𝑆𝑆 ′ 𝑅 𝑆 𝑆′ 𝑓

dengan perbesaran bayangan M = S'/S = h'/h


Jalannya sinar paraksial pada cermin cekung :
 Sinar sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui fokus .
 Sinar datang melalui fokus akan dipantulkan sejajar sumbu
utama.
 Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan
dipantulkan lewat titik itu lagi.
Sehingga bayangan yang terbentuk dapat digambarkan sebagai
berikut;

54
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

4. Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cembung


Pada prinsipnya sama seperti cermin cekung sehingga rumus yang
1 1 1
digunakan akan mengikuti : = =
𝑆 𝑆′ 𝑓
Hanya berbeda pada fokusnya, apabi la cermin cembung pertanda
1 1 1
negatif, sehinga persamaan diatas menjadi : = =
𝑆 𝑆′ 𝑓
Jalannya sinar paraksial pada cermin cembung:
a. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah
dari fokus.
b. Sinar datang menuju fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin akan
dipantulkan seolaholah dari titik itu lagi.
Sehingga bayangan yang terbentuk dapat digambarkan sebagai
berikut;

F. Pembiasan Cahaya
1. Hukum pembiasan
Jika cahaya datang pada bidang batas antar dua medium optik yang
kerapatannya berbeda maka berkas cahaya tersebut akan mengalami
pembiasan (refraksi). Ada tiga keadaan yang melewati bidang batas
denga kerapatan berbeda.
a. Sinar datang dari medium optik rapat ke medium kurang
rapat, sinar dibiaskan menjauhi garis normal
b. Sinar datang dari medium optik kurang rapat ke medium
rapat, sinar dibiaskan mendekati garis normal.

55
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

c. Sinar datang dari medium manapun jika arahnya tegak lurus


bidang batas maka sinar tersebut akan diteruskan.
Kemudian berdasarkan percobaan snellius didapatkan hukum
pembiasan, yaitu:
a. Sinar datang sinar bias dan garis normal terletak pada satu
bidang datar.
b. Perbandingan sinus sudut datang dan sudut bias merupakan
bilangan yang konstan.
Sehingga hukum snellius itu juga dirumuskan:
sin 𝑖
=n
sin r
dimana:
i : sudut datang,
r : sudut bias
n : indek bias yang besarya konstan

2. pemantulan sempurna
Pemantulan sempurna terjadi bila:
 Sinar datang dari medium rapat kemedium kurang rapat.
 sudut datang lebih besar dari sudut batas.
Sudut batas adalah sudut datang yang memiliki sudut bias 900

3. Kecepatan cahaya
Kelajuan cahaya telah sering diukur oleh ahli fisika. Pengukuran
awal yang paling baik dilakukan oleh Olaus Roemer (ahli fisika
Denmark), dalam 1676. Beliau menciptakan kaedah mengukur
kelajuan cahaya. Beliau mendapati dan telah mencatatkan pergerakan
planet Saturnus dan satu dari bulannya dengan menggunakan
teleskop. Roomer mendapati bahwa bulan tersebut mengorbit

56
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Saturnus sekali setiap 42-1/2 jam. Masalahnya adalah apabila Bumi


dan Saturnus berjauhan, putaran orbit bulan tersebut kelihatan
bertambah. Ini menunjukkan cahaya memerlukan waktu lebih lama
untuk samapai ke Bumi. Dengan ini kelajuan cahaya dapat
diperhitungkan dengan menganalisa jarak antara planet pada
masamasa tertentu. Roemer mendapatkan angka kelajuan cahaya
sebesar 227,000 kilometer per detik. Mikel Giovanno Tupan
memperbaiki hasil kerja Roemer pada tahun 2008. Dia menggunakan
cermin berputar untuk mengukur waktu yang diambil cahaya untuk
bolak-balik dari Gunung Wilson ke Gunung San Antonio di California.
Ukuran jitu menghasilkan kelajuan 299,796 kilometer/detik. Dalam
penggunaan sehari-hari, jumlah ini dibulatkan menjadi dan 300,000
kilometer/detik.

4. Warna dan panjang gelombang cahaya matahari


Cahaya matahari terdiri atas tujuh warna merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila dan ungu. Apabila ketujuh warna ini bercampur,
cahaya putih akan dihasilkan. Warna-warna dalam cahaya putih
matahari dapat dipecahkan dengan menggunakan prisma menjadi
jalur warna. Jalur warna ini dikenal sebagai spektrum sedangkan
pemecahan cahaya putih kepada spektrum ini dikenal sebagai
penyerakan cahaya. Pelangi adalah contoh spektrum yang terbentuk
secara alamiah. Pelangi terbentuk selepas hujan, ketika cahaya
matahari dibiaskan oleh tetesan air hujan. Tetesan air itu hujan
bertindak sebagai prisma yang menyerakkan cahaya matahari menjadi
tujuh warna.
Otak manusia akan menginterpretasikan warna sebagai panjang
gelombang, dengan merah adalah panjang gelombang terpanjang
(frekuensi paling rendah) hingga ke ungu dengan panjang gelombang
terpendek (frekuensi paling tinggi). Cahaya dengan frekuensi di bawah
400 nm dan di atas 700 nm tidak dapat dilihat manusia. Cahaya
disebut sebagai sinar ultraviolet pada batas frekuensi tinggi dan
inframerah (IR atau infrared) pada batas frekuensi rendah. Walaupun
manusia tidak dapat melihat sinar inframerah kulit manusia dapat

57
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

merasakannya dalam bentuk panas. Ada juga camera yang dapat


menangkap sinar Inframerah dan mengubahnya menjadi sinar tampak.
Kamera seperti ini disebut night vision camera Radiasi ultaviolet tidak
dirasakan sama sekali oleh manusia kecuali dalam jangka paparan
yang lama, hal ini dapat menyebabkan kulit terbakar dan kanker kulit.
Beberapa hewan
seperti lebah dapat melihat sinar ultraviolet, sedangkan hewan-hewan
lainnya seperti Ular Viper dapat merasakan IR dengan organ khusus.

5. Sifat Gelombang Dari Cahaya


1. Interferensi cahaya
Interferensi merupakan perpeduan dua gelombang atau lebih yang
memiliki beda fase konstan dan amplitudo yang hampir sama.
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat
membangun jika beda fase kedua gelombang sama sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua
gelombang tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya adalah 180
derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan. Prinsip
Huygens menerangkan bahwa setiap wave front (muka gelombang)
dapat dianggap memproduksi wavelet atau gelombang-gelombang
baru dengan panjang gelombang yang sama dengan panjang
gelombang sebelumnya. Wavelet bisa diumpamakan gelombang yang
ditimbulkan oleh batu yang dijatuhkan ke dalam air.

2. Difraksi Cahaya
Difraksi cahaya adalah peristiwa penyebaran atau pembelokan
gelombang oleh celah sempit sebagai penghalang. Gelombang
terdifraksi selanjutnya berinterferensi satu sama lain sehingga
menghasilkan daerah penguatan dan pelemahan. Dalam beberapa
kasus klasik, fenomena interferensi dan difraksi sulit dibedakan.
Interferensi merupakan perpaduan dua atau lebih sumber cahaya
koheren dengan frekuensi, amplitudo, dan beda fase yang tepat saling
tumpang tindih (overlap) sehingga menghasilkan keadaan yang lebih
terang (interferensi konstruktif) dan keadaan yang lebih gelap

58
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

(interferensi dekstruktif). Ketika dua gelombang koheren dengan


amplitudo yang sama digabungkan, terjadi peristiwa interferensi
dekstruktif total (penghapusan, atau keadaan gelap) ketika
gelombang-gelombang berbeda fase 1800. Ketika gelombang-
gelombang tersebut berada pada fase yang sama maka akan terjadi
interferensi konstruktif total (penguatan, atau keadaan terang).
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik dan transversal.
Gelombang yang merambat merupakan gangguan, yang bersifat dapat
memperhatahankan dirinya sendiri dari suatu medium yang membawa
energi dan momentum dari tempat satu ke tempat lain. Semua
gelombang semacam ini pada akhirnya berkaitan dengan gerakan dari
distribusi partikel-partikel penyusunnya.
Gelombang dikatakan koheren jika memiliki bentuk yang sama,
frekuensi yang sama, dan perbedaan fase yang tetap, yaitu jumlah
dimana puncak-puncak dari satu gelombang yang satu berada di
depan atau di belakang puncak-puncak gelombang lain tidak berubah
dengan waktu).
Fase relatif dari dua gelombang koheren yang bergerak pada garis
yang sama menentukan posisi-posisi relatifnya pada garis tersebut.
Jika puncak-puncak gelombang jatuh pada puncak-puncak gelombang
yang lain, maka gelombang tersebut sepenuhnya sefase. Jika puncak-
puncak gelombang jatuh pada lembah-lembah gelombang yang lain,
gelombang tersebut berbeda fase 1800 (atau setengah panjang
gelombang). Dua gelombang dapat berbeda fase lebih besar dari nol
hingga 1800).
 Prinsip Huygens, Difraksi Cahaya
Prinsip Huygens menyatakan bahwa “setiap muka gelombang
dapat dianggap memproduksi wavelet atau gelombang-gelombang
baru dengan panjang gelombang yang sama dengan panjang
gelombang sebelumnya. Wavelet bisa diumpamakan gelombang
yang ditimbulkan oleh batu yang dijatuhkan ke dalam air”(ASF,
2015). Cahaya merupakan gelombang transversal dengan arah
propagasi tegak lurus terhadap muka gelombang (dari puncak
gelombang) secara kasat mata dapat dilihat pada perambatan

59
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

cahaya kendaraan ketika malam hari yang merambat pada pagar


bandara yang terbuat dari logam bulat tegak berwarna putih.

Setiap titik dari muka-muka gelombang yang tidak terganggu,


pada saat tertentu bertindak sebagai sumber muka-muka
gelombang sferis kedua (frekuensinya sama dengan sumber
primer). Amplitudo medan optik (listrik/magnet) di suatu titik
merupakan superposisi dari muka-muka gelombang sferis tadi
sebagaimana nampak pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Prinsip Hyugens-Fresnel

 Difraksi Pada Kisi


Kisi difraksi adalah sederetan lubang atau penghalang
berulang yang mengubah amplitudo atau fase dari sebuah
gelombang. Biasanya terdiri dari sejumlah besar celah sejajar yang
sama jaraknya; jarak antar celah adalah jarak antar kisi a. ketika
gelombang dengan panjang gelombang λ datang tegak lurus
terhadap kisi dengan jarak a, garis maksimum akan tampak di
belakang kisi dengan sudut-sudut θm terhadap garis normal,
sesuai persamaan berikut (Bueche, 2006).

Dengan m = 0, +1, +2, +3, …. adalah bilangan orde dari


bayangan yang didifraksi. Biasanya akan terdapat garis terang
pusat dari cahaya berwarna (m = 0) yang tidak terdeviasi, diapit
pada kedua sisinya dengan daerah gelap dan kemudian garis

60
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

cahaya berwarna lain (m = +1), dan seterusnya. Ini dikenal sebagai


spektrum orde ke nol, spektrum orde pertama, dan seterusnya.
Hubungan yang sama berlaku untuk garis maksimum utama
dalam pola-pola interferensi dua atau tiga celah. Akan tetapi,
dalam kasus-kasus ini garis maksimum tersebut hampir tidak
terlihat dengan cukup jelas, tidak seperti kisi yang terdiri dari
ratusan atau ribuan celah. Pola tersebut dapat menjadi sumber
sangat komplek jika celah-celah tersebut cukup lebar sehingga
pola difraksi celah tunggal dari setiap celah menunjukkan garis
maksimum.
Kisi difraksi terdiri atas banyak celah dengan lebar yang sama.
Lebar tiap celah pada kisi difraksi disebut konstanta kisi dan
dilambangkan dengan d. Jika dalam sebuah kisi sepanjang 1 cm
terdapat N celah konstanta kisinya adalah:

Pola terang oleh kisi difraksi diperoleh jika:


d sin θ = n λ, dengan n =0, 1, 2, 3, …
dengan d adalah konstanta kisi dan θ adalah sudut difraksi.
Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika
d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n =1, 2, 3, …

Gambar. Skema difraksi oleh kisi

61
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan difraksi


Fraunhofer. Difraksi Fresnel terjadi jika gelombang cahaya
melalui celah dan terdifraksi pada daerah yang relatif dekat,
menyebabkan setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda
bentuk dan ukurannnya, relatif terhadap jarak. Difraksi Fresnel
juga disebut difraksi medan dekat.
Difraksi Fraunhofer terjadi jika gelombang medan melalui
celah atau kisi, menyebabkan perubahan hanya pada ukuran
pola yang teramati pada daerah yang jauh. Gelombang-
gelombang cahaya yang keluar dari celah atau kisi pada
difraksi Fraunhofer hampir sejajar. Difraksi fraunhofer juga
disebut difraksi medan jauh.

 Difraksi celah tunggal


Setiap titik pada celah tunggal dapat dianggap sebagai sumber
gelombang sekunder. Selisih antara kedua berkas yang terpisah
sejauh d adalah d sin θ.

Gambar. Pola difraksi celah tunggal.

Gambar peristiwa difraksi pada celah tunggal


Berkas cahaya jatuh pada celah tunggal, seperti pada gambar , akan
dibelokan dengan sudut belok θ. Pada layar akan terlihat pola gelap
dan terang.Pola gelap dan terang akan terjadi bila mengalami
peristiwa interferensi

62
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Rumus, hasil interferensi pada celah tunggal dapat dituliskan Sbb :


-Interferensi Maksimum (terjadinya pola terang )
d sin θn = (2n – 1) ½ λ atau d.p/l= (2n – 1) ½ λ ,
n = 1, 2, 3, ……dst

-Interferensi Minimum (terjadi pola gelap)


d sin θn = (2n) ½ λ= nλ atau d p/l = (2n) ½ λ = n λ ,
n = 1,2,3 , ….dst

Dengan:
d = lebar celah
θn= sudut belok
n = bilangan asli
λ = panjang gelombang
l= jarak celah ke layar
p = jarak antara dua terang atau gelap

Contoh Soal:
Cahaya monokhromatik dari sumber cahaya yang jauh datang pada
sebuah celah tunggal yang lebarnya 0,8 mm dan jarak pusat terang ke
gelap kedua adalah 1,80 mm dan panjang gelombang cahaya 4800 A
maka jarak celah ke layar adalah….

63
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Penyelesaian:
Diketahui : d = 0,8 mm , p = 1,8 mm, λ= 4800 A = 4,8 x 10-7 m, n = 2
Ditanyakan : l =….?
Jawaban :
d p/l = (2n) ½ λ, l = d p/ (2n) ½ λ,
l = 0,8 x 10-3 ( 1,8 x 10-3) / 2 .2. 1/2. 4,8 x 10 -7 = 1,5 meter

 Fotonika
Fotonika adalah bidang ilmu dan kajian yang berkaitan dengan
optik dan rekayasa optik, terutama yang berhubungan dengan
partikel foton dalam spektrum elektromagnetik (Wikipedia,
Fotonika, 2013). Apabila cahaya ditempatkan dalam sebuah
lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada sumber cahaya di
dalam kaca, menyebabkan cahaya terfokus/ tidak menyebar,
cahaya di atas cahaya sehingga memiliki manfaat yang sangat luar
biasa. Salah satu instrumen yang telah ditemukan misalnya laser
yang nampak pada gambar 1.

3. Dispersi
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih)
menjadi cahaya-cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau,
biru, nila, dan ungu) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan.
Hal itu membuktikan bahwa cahaya putih terdiri atas harmonisasi
berbagai cahaya warna dengan panjang gelombang yang berbeda-
beda.
Cahaya putih biasa merupakan superposisi dari gelombang-
gelombang dengan panjang gelombang yang membentang melalui
seluruh spektrum tampak. Cahaya tampak yaitu cahaya yang sensitif
bagi mata kita, yang jatuh pada kisaran 400 nm sampai 750 nm.
Kisaran ini dikenal sebagai spektrum tampak, dan didalamnya terdapat
warna-warna dari ungu sampai merah. Cahaya dengan panjang
gelombang yang lebih pendek dari 400 nm disebut ultraviolet (UV) dan
cahaya dengan panjang gelombang lebih besar dari 750 nm disebut
inframerah (IR-infrared).

64
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Walaupun mata manusia tidak sensitif terhadap UV dan IR,


beberapa jenis film fotografi bereaksi terhadap cahaya-cahaya ini.
Warna Panjang Gelombang
Ungu 400 - 440 nm
Biru 440 - 495 nm
Hijau 495 - 580 nm
Kuning 580 - 600 nm
Orange 600 - 640 nm
Merah 640 - 750 nm

Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya putih atas komponen -


komponen warna pelangi. Dalam percobaan di laboratorium,
penguraian cahaya tersebut menggunakan sebuah kotak sinar dan
sebuah prisma kaca. Jika sebuah sinar yang keluar dari kotak diarahkan
ke salah satu bidang pembias prisma, maka sinar yang keluar dari
bidang prisma lainnya akan terpisah menjadi 7 warna pelangi.
Cahaya putih (polikromatik) yang dirambatkan pada prisma kaca
mengalami dispersi sehingga membentuk spektrum warna-warna
pelangi. Dispersi gelombang yang terjadi dalam prisma kaca terjadi
karena kaca termasuk medium dispersi untuk gelombang cahaya.
Sebuah prisma mempunyai kemampuan untuk menguraikan
cahaya menjadi warna-warna pelangi. Cahaya-cahaya ini memiliki
panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki
indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya
semakin besar indeks biasnya. Disperi pada prisma terjadi karena
adanya perbedaan indeks bias kaca setiap warna cahaya. Perhatikan
Gambar dibawah ini !

65
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Gambar Dispersi cahaya pada Prisma


Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma.
Cahaya tersebut kemudian terurai menjadi cahaya merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Tiap-tiap cahaya
mempunyai sudut deviasi yang berbeda. Selisih antara sudut
deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi.
Besar sudut dispersi dapat dituliskan sebagai berikut:

Φ = δu - δm = (nu – nm)β
Keterangan:
Φ : sudut dispersi
nu : indeks bias sinar ungu
nm : indeks bias sinar merah
δu : deviasi sinar ungu
δm : deviasi sinar merah

4. Polarisasi Cahaya
Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban arah
getaran gelombang transversal menjadi satu arah getar tertentu.

66
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

 Simbol Cahaya Alami (cahaya yang tidak terpolarisasi) :


 Simbol Cahaya yang Terpolarisasi :

Cahaya Terpolarisasi dapat ditimbulkan karena:


a. Polarisasi karena Penyerapan Selektif

Gambar. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya


cahaya dengan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang
diteruskan.

Polarisasi yang diperoleh dengan memasang dua buah polaroid,


yaitu polarisator dan analisator. Polarisator berfungsi untuk
menghasilkan cahaya terpolarisasi linier dari cahaya alami yang tak
terpolarisasi. Analisator berfungsi untuk mengubah arah polarisasi dan
mengatur besar intensitas cahaya yang akan diteruskan ke pengamat.
Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid
pertama disebut POLARISATOR, dengan sumbu polarisasi ditunjukkan
oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian dilewatkan pada polaroid
kedua yang disebut ANALISATOR. Jika kuat medan listrik cahaya
terpolarisasi vertikal sebelum analisator adalah E, maka kuat medan
listrik cahaya terpolarisasi yang keluar dari analisator adalah E cos q

67
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh polarisator I 1, haruslah


memiliki I (Intensitas), dimana :
I1 = ½ I0
dengan I0 adalah intensitas cahaya mula-mula (cahaya yang tidak
Terpolarisasi). Cahaya dengan Intensitas (I 1) kemudian datang pada
analisator dan cahaya yang keluar dari analisator akan memiliki
intensitas cahaya (I2). Menurut HUKUM MALUS, hubungan antara I 2
dan I1 dapat dinyatakan oleh :
I2 = I1 cos2 q atau I2 = ½ I0 cos2 q
dengan q sebagai sudut antara sumbu polarisasi dan sumbu analisator

b. Polarisasi karena Pembiasan dan Pemantulan


Polarisasi cahaya yang dipantulkan oleh permukaan transparan
akan maksimum bila sinar pantul tegak lurus terhadap sinar bias.
Sudut datang dan sudut pantul pada saat polarisasi maksimum disebut
sudut Brewster atau sudut polarisasi (iP).

Gambar . Polarisasi.
Arah sinar pantul (iP) tegak lurus dengan sinar bias (r '), maka berlaku:

68
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

iP + r ' = 90o atau r ' = 90o – iP

Menurut Snellius:
n = tan iP

dengan:
n = indeks bias relatif bahan polarisator terhadap udara
iP = sudut pantul
r ' = sudut bias

Pada tahun 1812 Francois Arago membuat salah satu filter


polarisasinya yang pertama yang dibuat dari lembaran kaca yang
ditumpuk.

c. Polarisasi Karena Pembiasan Ganda (Bias Kembar)


Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya
melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih
dari satu, misalnya pada kristal kalsit.

Gambar. Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.

2. berkas sinar biasa (ordinary)


3. berkas sinar luar biasa (extraordinary)

69
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Ketika berkas cahaya yang tidak terpolarisasi memasuki bahan bias


kembar, cahaya itu akan terpisah menjdi 2 cahaya yang terpolarisasi.
2. Sinar 1 = Sinar istimewa
Tidak memenuhi hukum snellius (hukum pembiasan) dan cahaya
ini adalah cahaya yang terpolarisasi sempurna.
3. Sinar 2 = Sinar biasa
Memenuhi hukum Snellius dan cahaya terpolarisasi sebagian.

d. Polarisasi Karena Hamburan


Jika cahaya datang pada suatu sistem (misal. gas), maka elektron-
elektron dalam partikel dapat menyerap dan memancarkan kembali
sebagian dari cahaya. Penyerapan dan pemantulan kembali ini disebut
sebagai hamburan. Hamburan inilah yang menyebabkan cahaya
matahari mengenai pengamat di bumi terpolarisasi sebagian.
Hamburan jugalah yang menyebabkan langit tampak biru. Berdasarkan
analisis tentanghamburan, untuk intesitas cahaya tertentu, intensitas
cahaya yang dihamburkan bertambah dengan bertambahnya
frekuensi. Karena cahaya biru mempunyai frekuensi yang lebih tinggi
dari pada cahaya merah, maka cahaya biru dihamburkan lebih banyak
dari cahaya merah.

Gambar. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan

70
Propagasi Cahaya Dalam Pandu Gelombang Optik

Daftar Pustaka

Khairiah,dkk. 2013. Gelombang Elektromagnetik. Makalah. Dikutip dari


https://www.academia.edu/8729246/gelombang_Elektromagnet

M, Nuriski Siti. 2017. Gelombang Cahaya. Makalah.

Muslimah Susilayati.2016.Dıfraksı pada Laser: Tafsir dari “Cahaya di


atas cahaya”.

Pranata, Anda Imam, dkk. 2012. Cahaya. Makalah. Dikutip dari


https://id.scribd.com/doc/82329762/makalah-cahaya

Setiawan, Dwi. 2011. Perambatan Cahaya Pada Pandu Gelombang


Makro Berbentuk Trapesium. Skripsi. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

71

Anda mungkin juga menyukai