Anda di halaman 1dari 10

Nama : Puti Zafirah Maharani Sastra

NIM : 18033162
Program Studi : Pendidikan Fisika

Multivibrator Astabil
(Tugas E-Learning Kedua Elektronika Dasar 2)

1. Pengertian Multivibrator Astabil


Bachri, A. (2013), menjelaskan bahwa Multivibrator astabil mempunyai
dua keadaan, namun tidak stabil pada salah satu keadaan diantaranya dengan
perkataan lain. Multivibrator akan berada pada salah satu keadaanya selama
sesaat dan kemudian berpindah ke keadaan yang lain. Disini Multivibrator
tetap untuk sesaat sebelum kembali ke keadaan semula, perpindahan pulang
pergi berkesinambungan ini menghasilkan suatu gelombang segiempat
dengan waktu bangkit yang sangat cepat. Karena tidak dibutuhkan sinyal
masukan untuk memperoleh suatu keluaran.
Tokheim, R (1994) menyatakan bahwa multivibrator astabil adalah
multivibrator yang mengeluarkan pulsa kontinu. Karakteristik dari
multivibrator astabil adalah frekuensi, waktu putaran, stabilitas frekuensi dan
bentuk gelombang yang mantap.
Menurut Edi Widodo (2003) dalam jurnalnya menyatakan bahwa
Multivibrator astabil tidak memerlukan sinyal input tersendiri dan
memproduksi deretan gelombang siku-siku yang kontinu pada output-nya.
Multivibrator astabil merupakan suatu rangkaian yang mensaklar dua
keadaan yaitu keadaan tinggi dan keadaan rendah, salah satu adalah stabil.
Rangkaian berisolasi secara periodik sehingga dihasilkan tegangan keluaran
berbentuk gelombang persegi. Keluaran multivibrator astabil dapat berada
pada dua keadaan, namun keduanya tidak stabil. Keadaan astabil selu
bergantian keadaan sehingga astabil tidak lain juga merupakan suatu isolator
relaksasi. (Asrizal, 2013)
2. Rangkaian Dasar Pembentuk Multivibrator Astabil Dengan Transistor
Ada dua rangkaian dasar yang membangun suatu multivibrator astabil
yaitu, rangkaian RC dan saklar transistor. Rangkaian RC bekerja berdasarkan
prinsip pengisian dan pengosongan kapasitor. Kapasitor C 1 diisi melalui
resistor R1 sedangkan kapasitor C2 diisi melalui resistor R2. Penggantian
pengisian dan kapasitor dilakukan melalui transistor yang berfungsi sebagai
sakelar. Pada saat dihubungkan dengan catu daya VCC, salah satu transistor
akan saturasi dan transistor lainnya akan padam. Transistor T 1 dan T2
bergantian menghantar untuk setiap setengah perioda.

3. Prinsip kerja dari rangkaian multivibrator astabil dengan transistor dan


rumus-rumus penting yang terdapat pada rangkaian
Prinsip kerja dari rangkaian multivibrator astabil dengan transistor
adalah pada pengisian dan pengosongan kapasitor yang secara bergantian
membuat transistor bekerja.
Pada saat transistor T2 terputus, tegangan keluaran pada transistor T 2
tinggi dan arus pada kolektor minimum, sedangkan transistor T1 menghantar
sehingga tegangan keluarannya rendah dan arus pada kolektor maksimum.
Pada saat ini kapasitor C1 diisi melewati resistor R1. Tegangan pada kapasitor
C1, akan naik dengan pertambahan waktu. Tegangan ini merupakan tegangan
masukan bagi transistor T2. Apabila tegangan masukan pada transistor T 2
melebihi tegangan tertentu maka transistor T2 akan saturasi sehingga
tegangan keluaran rendah dan arus kolektor maksimum, sedangkan transistor
T1 terputus sehingga tegangan keluarannya tinggi dan arus kolektor minimum.
Pada saat ini kapasitor C2diisi melalui resistor R2. Tegangan pada kapasitor C2
akan naik dengan pertambahan waktu dan tegangan ini merupakan tegangan
masukan bagi saklar transistor T1. Bila tegangan ini melebihi tegangan
tertentu menyebabkan transistor T1 menghantar sedangkan transistor T2
terputus. Begitu seterusnya untuk setiap setengah perioda transistor T 1 dan T2
bergantian menghantar atau terputus.
Tegangan keluaran dari rangkaian saklar transistor T2 dan T1, dapat
diperhatikan pada Gambar 6.2

Dari persamaan tegangan pada pengisian kapasitor C1 melalui resistor


R1 dapat ditentukan konstanta waktu pengisian kapasitor. Selang waktu saat
transistor T1 menghantar (on) dan transistor T2 terputus (off) diberikan oleh :
t1 = R1C1 ln 2 = 0,693 R1C1
dengan laju pengisian kapasitor C1, ditentukan oleh konstanta waktu τ1 =
R1C1. Disisi lain selang waktu saat transistor T1 terputus dan transistor T2
menghantar adalah
t2 = R2C2 ln 2 = 0,693 R2C2
dengan laju pengisian kapasitor C2, ditentukan oleh konstanta waktu τ2 =
R2C2.
Perioda osilasi dari multivibrator astabil merupakan penjumlahan dari selang
waktu saat transistor T1 menghantar (on) dan transistor T2 terputus (off) dan
sebaliknya sehingga
T = t1 + t2 0,693 (R1C1+ R2C2)
Frekuensi dari multivibrator astabil didapat dari kebalikan perioda osilasi
1 1
f= =
T 0,693( R1 C1 + R2 C2 )
Frekuensi dari multivibrator astabil ditentukan oleh komponen elektronika
yang dipasang pada rangkaian RC pada rangkaian. Komponen elektronika
tersebut adalah R1, C1, R2, dan C2. Semakin besar nilai tahanan đan kapasitansi
kapasitor yang digunakan maka frekuensi yang dihasilkan senakin rendah,
sedangkan perioda osilasi yang dihasilkan oleh rangkaian semakin besar.
Dalam kasus khusus dimana nilai kapasitansi C1 = C2, dan tahanan R1 = R2,
maka frekuensi dari multivibrator adalah
1
f=
1,4 RC
Frekuensi dari multivibrator astabil tergantung kepada nilai tahanan dan
kapasitansi dari kapasitor yang dipasang rangkaian RC. Semakin besar nilai
tahanan dan kapasitansi kapasitor yang dipasang maka semakin kecil nilai
frekuensi multivibrator astabil.

4. Aplikasi dari rangkaian multivibrator astabil dengan transistor


Multivibrator astabil menggunaka transistor dapat diaplikasikan untuk
berbagai keperluan, beberapa contoh aplikasi multivibrator astabil sebagai
berikut
a. Rangkaian Flip Flop
Rangkaian flip flop adalah rangkaian yang menghasilkan dua
lampu bergantian hidup dan padam untuk setiap setengah perioda.
Rangkaian flip flop pada dasarnya sama dengan rangkaian dasar
multivibrator astabil, dimana tahanan R3 dan R4 diganti dengan lampu.
Pada saat transistor T1 menghantar dan transistor T2 terputus, arus
maksimum mengalir pada kolektor transistor T1 sehingga arus listrik
maksimum pada L1 sedangkan lampu L2 padam. Pada setengah perioda
berikutnya transistor T2 menghantar dan transistor T1 terputus. Arus
listrik maksimum mengalir pada kolektor transistor T2 sehingga lampu
menyala pada L2 sedangkan lampu L1 padam. Setiap setengah perioda
lampu L1 dan L2 bergantian hidup dan padam. Agar pergantian lampu
dapat teramati dengan baik, maka konstanta waktu pengisian dan
pengosongan kapasitor C1 dan C2 harus dibuat besar. Akibatnya,
perioda osilasi multivibrator astabil adalah besar sedangkan
frekuensinya kecil.

b. Rangkaian Buzzer (Bel Elektronik)


Rangkaian buzzer adalah rangkaian yang menghasilkan gelombang
bunyi dengan sesuai frekuensi yang diharapkan. Pada dasarnya,
rangkaian buzzer ini sama dengan rangkaian multivibrator astabil.
Frekuensi osilasi dari rangkaian ditentukan oleh nilai komponen resistor
dan kapasitor yang dipasang pada rangkaian RC. Disisi lain kuat lemah
gelombang bunyi yang dihasilkan ditentukan oleh nilai tahanan R3 dan
tahanan R4. Untuk menghasilkan suara pada kolekor atau emitor
dipasang loudspeaker yang berfungsi untuk mengkonversi sinyal listrik
menjadi suara.

Loudspeaker dipasang pada kaki emitor dari transistor kedua.


Transistor T2 menghantar untuk setiap setengah perioda dari satu
perioda gelombang yang dihasilkan oleh rangkaian. Pada saat T 2
menghantar, arus listrik maksimum mengalir Pada saat transistor T 2,
arus istrik maksimum mengalir pada kolektor dan emitor transistor T 2.
Pada saat ini arus listrik mengalir ke speaker yang akan mengubah
sinyal listrik menjadi suara.
Agar dapat beroperasi sesuai yang diharapkan, nilai konstanta
waktu pengisian kapasitor C1 dan kapasitor C2 haruslah kecil agar
menghasilkan perioda osilasi yang kecil sedangkan frekuensi osilasi
yang dihasilkan besar.
c. Rangkaian Clock
Rangkaian clock berfungsi untuk pembentuk/membangkitkan
pulsa/gelombang kotak secara terus-menerus dan rangkaian ini tidak
mempunyai kondisi stabil/setimbang. Rangkaian clock termasuk
golongan Astabil Multivibrator dengan IC 555. Output rangkaian clock
digunakan untuk input rangkaian-rangkaian logika yang sekuensial
(berhubungan dengan waktu).
Adapun fungsi rangkaian clock yaitu, untuk mengatur jalannya
data dalam penggeseran ke kanan atau ke kiri, maupun dalam
perhitungan/pencacahan bilangan biner.
Rangkaian clock dengan IC 555 besrta pulsa-pulsa pada pin 3dan
pin 6 ditunjukkan pada gambar ini

Pada gambar rangkaian clock diatas akan dijabarkan mengenai


cara kerja dari sistem rangkaian tersebut. Pada simbol C akan naik
melebihi kira-kira 2/3 Vcc jika ada tegangan yang masuk ke dalam
rangkaian tersebut. Dan ada penggunaan rumus tersendiri jika Kapasitor
C mulai dikosongkan dengan menggunakan komponen Rb . Rumus
yang terjadi adalah :
T : RBC
Keluaran atau output akan naik dan juga tinggi jika tegangan di
Kapasitor (C) mulai turun hingga mencapai rumus ( Vcc/3). Komponen
IC 555 memiliki besar tegangan yang akan naik dan turun secara
eksponensial. Gelombang segi empat menjadi bentuk dari keluaran atau
output komponan IC 555 ini. Bentuk keluaran yang tidak simetri ini
disebabkan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian lebih lama
dibandingkan dengan waktu untuk pengosongan komponen ini. Dan
keadaan keluaran yang rendah lebih cepat dibandingkan dengan kadar
keluaran yang lebih tinggi. Dan perhitungan untuk menentukan
asimetris dari keluaran atau output rangkaian clock menggunakan
rumus :
W :0.693( R A + RB ) C
T :0.693 Rb C
T :W + t
Dan W adalah lebar pulsa sementara t adalah waktu atau lama
periode dengan besarnya frekuensi dihitung F :1/T .

5. Sebuah rangkaian bel elektronik diberikan pada gambar berikut ini


Diketahui:
R1 = R3 = R4 = 1 KΩ
R2 = 2,2 KΩ
RP = 50 KΩ
RSPK = 75 Ω
C1 = C2 = 0,1 µF

Tentukanlah :
a. Perioda dan frekuensi dari multivibrator pada saat potensiometer 40K
t 1=0,693 ( R p + R1 ) C1

¿ 0,693 ( 40.000 Ω+1.000 Ω ) 1 x 10−7


¿ 2,84 x 10−3 s

t 2=0,693 R2 C 2
¿ 0,693 . 22000. 1 x 10−7
¿ 1,52 x 10−3 s

T =t 1+ t 2=( 2,84 +1,52 ) x 10−3=4,36 x 10−3 s

1 1
f= = =229 Hz
T 4,36 x 10−3

b. Perioda minimum dan maksimum


Perioda minimum misalnya, Rp=1kΩ
Tmin = 0,693[ ( R p+ R 1 ) C 1+ ( R2 C 2 ) ]
¿ 0,693 ¿
¿ 1,66 x 10−3 s

Perioda maksimum misalnya, Rp = 50kΩ


Tmax = 0,693[ ( R p+ R 1 ) C 1+ ( R2 C 2 ) ]
¿ 0,693 ¿
¿ 5,05 x 10−3 s

c. Frekuensi minimum dan maksimum


Frekuensi minimum, saat perioda minimum
1 1
f max = = =60,24 Hz
T min 1,66 x 10−3
Frekuensi maksimum, saat perioda maksimum
1 1
f min = = =198,01 Hz
T max 5,05 x 10−3

d. Tegangan masukan dan kuat arus pada base transistor T3


Tegangan keluaran pada transistor T2 akan menjadi tegangan masukan pada
tegangan masukan pada transistor T3
VOT2 = ViT3
Pada saat T2 terputus (arus minimum akan mengalir pada kolektor)
VOT2 = VCC
VOT2 = 9 Volt, maka ViT3 = 9 Volt
V CC 9 Volt
I B= = =4,09mA
R B 2,2 k Ω
Pada saat T2 terhubung (arus maksimum akan mengalir pada kolektor)
VOT2 = 0
VOT2 = 0 Volt, maka ViT3 = 0 Volt
IB = 0

e. Tegangan keluaran, tegangan pada SPK dan arus pada SPK


V CC−V CE 9 Volt−4,5 Volt
ISPK = = =0,06 A
R SPK 75 Ω
VSPK = I SPK R SPK =0,06 A x 75Ω=4,5 Volt
VO =V CC −V SPK =9 Volt−4,5 Volt=4,5 Volt
Referensi:

Asrizal. 2013. Elektronika Dasar 2. Padang: UNP


Bachri, A. (2013). Simulasi Karakteristik Inverter IC 555. Jurnal Teknika
Vol, 5(1).
Edi Widodo, C. (2003). Pembuatan Alat Pendeteksi Kebakaran dengan Detektor
Asap. Berkala Fisika, 6(3), 51-54.
Tokheim, R., 1994, Prinsip-Prinsip Digital, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai