I. Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi karakteristk teorema Thevenin dan teorema Norton pada
rangkaian arus searah dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mencontohkan fungsi
teorema Thevenin dan Teorema Norton dengan benar.
3. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengukur Vth,
Rth, IN, RN, Arus dan Tegangan pada rangkaian Thevenin dan Norton
dengan benar.
(e)
Tegangan Thevenin :
𝑅2
VTH= VBB= VR2 = 𝑅1+𝑅2VCC
𝑅2 . 𝑉𝑐𝑐
VBB =
𝑅1+𝑅2
: 89-92).
𝜀𝑡ℎ 𝜀𝑡ℎ
Jika R0 > RL, maka IL = (𝑅0+𝑅𝐿) ≈ 𝑅0
Akbatnya untuk setiap nilai RL, asalkan R0 > RL, akan kita dapatkan arus
IL yang boleh dikata tetap. Memang V0 akan berubah dengan nilai RL
oleh karena V0 = IL .RL. Suatu sumber arus tetap mempunyai R0 = ∞
(Sutrisno. 1986 : 9).
Teorema Thevenin atau Norton sekarang dapat digunakan untuk
memperoleh rangkaian ekivalen yang didalamnya tidak terdapat divais
transformator.Sebagai contoh, marilah kita tentukan rangkaian ekivalen
Thevenin untuk rangkaian disisi sebelah kiri terminalsekunder sebuah
transformator. Dengan membuat kondisi hubung terbuka untuk sisi
sekunder, I2 = 0 dan oleh karenanya I1 = 0. Tak ada tegangan yang muncul
pada elemen Zgl, sehingga V1 = V2 dan V2 = aV. Impedansi Thevenin
diperoleh dengan memadamkan V dan menggunakan kuadrat rasio (Hayt.
2005 : 25).
PV Generator as input source has significant effect on the converter
dynamics. The nonlinear V-1 characteristic of a PV generator can be
modeled using current source, diode, and resistor. The sigle-diode model
shown in fig. 1(a) is widely used for the PV source modeling. This model
provides a trade-off between accuracy and complexity. Thevenin’s
equivalent model with non constant voltages and resistance has been
proposed in to closely approximate the characteristic of PV generator. The
thevenin’s based model provides simpler prediction and computation for
the maximum power point of PV array under different operating
conditions ( Sidda. 2014 : 35).
c. Mencari RN
1) Dimatikan sumber tegangan dengan melepas sumber
tegangan dan digantikan dengan tahanan dalamnya, caranya
dengan menghubungkan singkat antara terminal a-b seperti
pada gambar dibawah ini
2) Nilai RN = RTH
3) Dicatat nilai RN pada table kerja 1.2
d.Pengukuran I dan V pada rangkaian pengganti Norton.
1) Diberikan tegangan V sedemikian rupa sehingga akan
didapatkan arus sebesar IN (arus Norton) seperti gambar
dibawah ini :
2) Selanjutnya, diukur arus dan tegangan pada setiap RL.
3) Dicatat arus I dan V yang ditunjukkan multimeter pada
table kerja 1.2.
V. Data Hasil
Table 5.1 Theorema Thevenin
Rangkaian VTH RTH Arus (I) Tegangan (V)
Asli
V = 9 Volt
R1 = 390 Ω
4,1 Volt 2,32 Ω 0,02 A 1,5 Volt
R2 = 390 Ω
R3 = 180 Ω
VI. Pembahasan
Rangkaian setara Thevenin adalah rangkaian setara yang
menggunakan sumber tegangan tetap, yakni suatu sumber tegangan ideal
dengan tegangan keluaran yang tidak berubah berapapun besarnya arus
yang diambil darinya.Sedangkan rangkaian setara Norton menggunakan
sumber arus tetap, yang dapat menghasilkan arus tetap berapapun besar
hambatan yang dipasang pada keluarannya.
Hambatan setara tidak hanya digunakan untuk dua hambatan parallel
saja, akan tetapi untuk segala macam hubungan antara beberapa buah
hambatan. Dalam hal suatu rangkaian listrik yang mengandung sumber
tegangan atau sumber arus, atau kedua-duanya, serta mengandung
hambatan kapasitor, diode, transistor, transformator dan sebagainya.
Praktikum kali ini adalah tentang Theorema Thevenin dan
Norton.Praktikum ini bertujuan agar dapat mengidentifikasi karakteristik
dari Teorema Thevenin dan Norton. Dari praktikum yang dilakukan
didapatkan hasil untuk teorema Thevenin yaitu tegangan sebesar 9 Volt,
Resistor 1 dan 2 bernilai sama yaitu sebesar 390 Ω dan resistor 4 adalah
180 Ω. VTH didapatkan degan menggunakan multimeter sebesar 4,1 Volt
dan RTH 2,32 Ω. Arus (I) didapatkan sebesar 0,02 A dan tegangan (V)
sebesar 1,5 Volt.
IL didapatkan dengan menggunakan rumus :
𝑉𝑡ℎ
IL = 𝑅𝑡ℎ+𝑅𝐿
Atau
RTh = R1 + R2 || R3
Untuk mencari RN adalah
RN = RTh
Untuk mencari INyaitu :
𝑉𝑡ℎ
𝐼𝑁 =
𝑅𝑁
DAFTAR PUSTAKA
I. Tujuan
1.1.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi
pengertian High Pass Filter dan Low Pass Filter dengan benar.
1.2.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menjabarkan cara
kerja High Pass Filter dan Low Pass Filter dengan benar.
1.3.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengukur R, C, Vin
Vpp, Ftrekuensi, Vout dan G(ω) pada rangkaian High Pass Filter dan
Low Pass Filter dengan benar.
Tipe butterworth :
0,707 x 15 – 10,605
VI. Pembahasan
Low pass Filter (LPF) merupakan filter yang digunakan untuk
meloloskan sinyal listrik dengan frekuensi yang lebih rendah dari
frekuensi cut-offnya dan akan melemahkan sinyal yang lebih tinggi
dan frekuensi cut-off nya. Pada low pass filter yang ideal, sinyak
dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off tidak akan dilewatkan sama
sekali (V0= 0 Volt).
High Pass Filter adalah jenis filter yang meloloskan frekuensi
yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off dan akan memberi redaman
bear pada frekuensi yang berada di bawah frekuensi cut-offnya.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang Low Pass
Filter dan High Pass Filter.Percobaan pertama yaitu tentang High Pass
Filter. Pada praktikum High Pass Filter didapatkan data hasil dengan
R=120 Ω, C (kapasitansi) sebesar = 0,1µ dan Vin Vpp adalah sebesar
500 mVpp.
Nilai frekuensi yang digunakan yaitu 10,175 Hz, 102,28 Hz,
1064,3 Hz, 10137 Hz, 110.030 Hz, dan 1.189.100 Hz. Untuk
mendapatkan Vout digunakan rumus :
𝐷𝐼𝑉 × 𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝐷𝐼𝑉
Dan didapatkan Vout sebesar 0, 0.7 Volt, 0.4 Volt, 0.7 Volt, 0.6 Volt
secara berurutan.
Grafik yang terbentuk adalah :
Yang kedua adalah mancari tentang Low Pass Filter. Dengan
digunakan R=100Ω dan C=0,1µF. Vin Vpp didapatkan sebesar 500 m
Vpp. Digunakan frekuensi sebesar 10,172 Hz, 102,26 Hz, 1064,2
Hz,10134 Hz,110180 Hz,1.194.000 Hz. Untuk mendapatkan Vout
digunakan rumus :
𝐷𝐼𝑉 × 𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝐷𝐼𝑉
Dan didapatkan Vout sebesar 2.4 Volt, 2.4 Volt, 2.1 Volt, 0.6 Volt, 0.1
Volt dan 0 Volt secara berurutan.
Grafik yang terbentuk adalah :
VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Low Pass Filter (LPF) atau tapis lolos rendah merupakan filter
yang digunakan untuk meloloskan sinyal listrik dengan frekuensi
yang lebih rendah dari frekuensi cut-offnya dan akan melemahkan
sinyal yang lebih tinggi dari frekuensi cut-offnya.
High Pass Filter atau tapis lolos tinggi adalah Jenis Filter yang
meloloskan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-offnya
dan akan memberikan redaman besar pada frekuensi yang berada
dibawah frekuensi cut-offnya.
2. Pada Low Pass Filter yang ideal, sinyak dengan frekuensi diatas
frekuensi cut-off tidak akan dilewatkan sama sekali (Vo=0 Volt).
3. Untuk mencari nilai Vin atau Vef dapat digunakan rumus :
𝑉𝑝
𝑉𝑖𝑛 =
√2
𝑉𝑝𝑝 = 𝑉𝑝 × 2
Untuk mencari frekuensi cut-off :
1
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅𝐶
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐺(𝜔) =
𝑉𝑖𝑛
Atau
𝜔𝑝
𝐺(𝜔) =
𝑗𝜔 + 𝜔𝑝
VIII. Daftar Pustak
I. Tujuan
1.1.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi
rangkaian RL seri, RC seri, dan RLC seri dengan baik dan benar.
1.2.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mebedakan rangkaian
RL seri, RC seri, dan RLC seri pada arus DC dan arus AC dengan
benar.
1.3.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengukur VR, VL,
VC dan Kuat arus pada rangkaian RL seri, RC seri, dan RLC seri
dengan benar.
1.4.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menghitung resistansi
total RLC dengan benar.
Dan
𝐼𝑝
ϕ0i + ϕ0s = arc tan 𝜔𝐶
𝐼𝑝 𝑅
1
= arc tg 𝜔𝑅𝐶.
Menurut Hayt (2005 : 267), bentuk umum tanggapan teredam-berlebih
untuk rangkaian seri adalah
𝑅
𝛼=
2𝐿
1
ωo =
√𝐿𝐶
Bentuk umum tanggapan teredam-kritis adalah
i(t) = e-ωt (A1t + A2)
dan tanggapan kurang teredam dapat dituliskan bentuk umunya sebagai :
i(t) =e-ωt(B1 cos ωdt + B2 sin ωdt)
dimana
ωd = √𝜔0 2 − 𝛼 2 .
Cukup jelas terlhat bahwa dalam konteks para meter-parameter α, ωo, dan
ωd bentuk matematika dari tanggapan-tanggapan untuk kedua jenis
rangkaian dual ini adalah identic satu sama lainnya. Baik pada rangkaian
parallel maupun pada rangkaian seri, kenaikan α dengan ω otetap konstan
akan membawa rangkaian menuju keadaan teredam lebih (overdamped).
Satu-satunya hal yang harus dicermati disini adalah perhitungan nilai α itu
sendiri, yakni 1⁄2 𝑅𝐶 untuk rangkaian parallel dan 𝑅⁄2𝐿untuk rangkaian
seri; dengan demikian, α akan nak jika kita memperbesar tahanan seri, atau
memperkecil tahanan parallel. Sebagai rangkumannya,
1 𝑅
𝛼 = 2𝑅𝐶 (𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙) 𝛼 = 2𝐿 (𝑠𝑒𝑟𝑖)
Menurut Hayt (1962 : 134-135), rangkaian resonansi seri akan
menghasilkan nila I,pedansi minimum pada kondisi resonansi, sementara
rangkaian resonansi parallel menghasilkan impedansi resonansi
maksimum. Rankaian yang disebut terakhir, yakni rangkaian resonansi
parallel, pada kondisi resonansi akan menghasilkan arus inductor dan arus
kapasitor yang mempunyai amplitude Qo kali lebih besar daripada arus
sumber.
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Daftar Pustaka
RANGKAIAN PENYEARAH
I. Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi bentuk
gelombang Penyearah 1⁄2 Gelombang, Penyearah Gelombang Penuh ( 2
Dioda ), dan Penyearah Gelombang Sistem Jembatan dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menjelaskan proses
terbentuknya gelombang Penyearah 1⁄2 Gelombang, Penyearah
Gelombang Penuh (2 Dioda), dan Penyearah Gelombang system Jembatan
dengan benar.
V. Data Hasil
Tabel 4.1 Penyearah 1⁄2 Gelombang
NO. Vsekunder VRL Vdioda Bentuk
Gelombang
1. 7,5 √2 Volt 5,30 5,66
V/DIV = 5 Volt/DIV
T/DIV = 2 ms
VI. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah tentang rangkaian penyearah.Rangkaian
penyearah terdiri dari penyearah setengah gelombang, penyearah
gelombang penuh dan penyearah gelombang system jembatan.Rangkaian
penyearah menggunakan diode.Diode merupakan komponen pokok dari
rangkaian penyearah dan komponen elektronika non-linier yang
sederhana. Struktur dasar diode berupa baha semikonduktor type p yang
disambung dengan bahan type N. pada ujung bahan type p dijadikan
terminal Anoda (A) dan ujung lainnya katoda (K), sehingga dua terminal
inilah yang menyiratkan nama diode.
Praktikum yang pertama yaitu penyearah setengah gelombang.
Disini digunakan Volt/DIV sebesar 5 Volt/DIV, dengan Time/Div-nya
sebesar 2 ms. Untuk mancari Vsekunder dapat digunakan rumus Vpp=
DIV x Volt/DIV. setelah mendapatkan nilai Vpp, kemudian Vp ditentukan
dengan cara membagi nilai Vpp dengan dua. Voutnya ditentukan dengan
rumus Vp √2. Hasil Vsekundernya yaitu sebesar 10,60Volt. VRL nya
sebesar 5,30 Volt, Vdioda = 5,66 Volt.
Yang kedua yaitu tentang penyearah gelombang penuh. Disini
digunakan Volt/DIV sebesar 5 Volt/DIV, dengan Time/Div-nya sebesar 1
ms. Untuk mancari Vsekunder dapat digunakan rumus Vpp= DIV x
Volt/DIV. setelah mendapatkan nilai Vpp, kemudian Vp ditentukan
dengan cara membagi nilai Vpp dengan dua. Voutnya ditentukan dengan
rumus Vp √2. Hasil Vsekundernya yaitu sebesar 10,60 Volt. VRL nya
sebesar 5,30 Volt, Vdioda1 = 10,60 Volt, VD2 = sebesar 10,60 Volt.
Yang ketiga yaitu tentang penyearah gelombang system jembatan.
Disini digunakan Volt/DIV sebesar 5 Volt/DIV, dengan Time/Div-nya
sebesar 1 ms. Untuk mancari Vsekunder dapat digunakan rumus Vpp=
DIV x Volt/DIV. setelah mendapatkan nilai Vpp, kemudian Vp ditentukan
dengan cara membagi nilai Vpp dengan dua. Voutnya ditentukan dengan
rumus Vp √2. Hasil Vsekundernya yaitu sebesar 10,60 Volt. VRL nya
sebesar 4,95 Volt, Vdioda1 = 5,48 Volt, VD2 = sebesar 5,30 Volt, VD3 =
5,13 Volt, dan VD4 = 4,95 Volt.
Bentuk gelombang pada rangkaian gelombang penuh yaitu :
VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bentuk gelombang penyearah setengah gelombang
Bentuk gelombang penyearah gelombang penuh
Bentuk gelombang penyearah system jembatan
2. Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat
sinyal input berupa siklus positif maka diode mendapat bias maju
sehingga arus (i) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal
input mengalir berupa siklus negatif maka diode mendapat bias
mundur sehingga tidak mengalir arus. Bentuk gelombang tegangan
input (Vc) ditunjukkan pada (b) dan arus beban (i) pada (c).
Sebuah rangkaian penyearah gelombang penuh dibangun dari sebuah
transformator CT dengan dua diode penyearah.Fungsi transformator
CT adalah adalah menghasilkan dua buah sinyal sinus dengan fase
yang berkebalikan. Satu lilitan menghasilkan fase yang sama dengan
input dan satu lilitan yang lain menghasilkan fase yang berkebalikan
dari sinyal output.
System penyearah gelombang system jembatan sederhana
digambarkan dengan empat buah diode yang disusun model
jembatan.Meski terdiri dari empat buah diode, pada kenyataannya
hanya dua diode yang bekerja pada masing-masing fase sinyal sinus.
I. Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menyebutkan karakteristik
Dioda Zener dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikkum, praktikkan dapat membedakan fungsi
diode zener dengan diode biasa dengan benar.
3. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengukur tegangan dan
arus zener dengan benar.
Kekurangan Relay :
A Zener diode looks much like a standard silicon diode but its internal
composition has been altered to provide a special characteristic. When
forward biased (positive to anode) it behaves like a regular diode, i.e.,
low resistance, low volatfe drop, and high current flow. When reverse
biased (positive to cathode) the diode resistance remains high, and
only microamperes of current flow, until a critical voltage, called the
zener voltage, is reached. At this voltage, the resistance drops abruptly
and current flow increase maxedly (Hegge. 1965 : 69).
Dioda Zener
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan
saat melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam
kondisi yang baik.
3. Rangkaialah seperti pada gambar dibawah ini pada breadboard.
VI. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah tentang diode zener.Diode zener
adalah diode yang memiliki karakteristik menyalurkan arus
listrik mengalir kearah yang berlawanan jika tegangan yang
diberikan melampaui batas (breakdown).Diode zener berlainan
dengan diode biasa yang hanya mengalurkan arus listrik ke satu
arah. Diode yang biasa tidak akan mengalirkan arus listrik
untuk mengalir secara berlawanan jika dicatu balik dibawah
tegangan rusaknya. Jika melampaui batas tegangan operasional,
diode biasa akan menjadi rusak karena kelebihan arus listrik
yang menyebabkan panas.
Praktikum pertama yaitu tentang pengukuran karakteristik
zener. Dalam praktikum ini digunakan Vin yang divariasikan.
Untuk tegangan 4,9 Volt didapatkan tegangan zener sebesar
4,91 Volt dengan arus zener sebesar 0,03 mA. Tegangan 6,61
Volt didapatkan tegangan zener 6,61 Volt dan arus zener.
Untuk Vin 9,09 didapatkan tegangan zener sebesar 9,09 dan
arus zener sebesar 0,06 mA. Untuk Vin 11,78 Volt didapatkan
tegangan zener sebesar 11,80 Volt dengan arus zener sebesar
0,08 mA. Untuk Vin = 14,38 Volt didapatkan tegangan zener
sebesar 14,41 Volt dengan arus zener sebesar 0,1 mA.
Dari data tersebut didapatkan bentuk kurva :
Dapat dilihat dari bentuk grafik tersebut, terjadi perbedaan pada
kurva dari praktikum dengan apa yang tercantum dalam
literature. Hal ini dapat dikarenakan terjadinya kesalahan dalam
praktikum.Factor yang dapat membuat terjadinya kesalahan ini
yaitu kurangnya teliti praktikkan saat melakukan praktikum.
Diode zener dapat melakukan bias mundur dikarenakan adanya
tegangan breakdown. Diode ini bekerja saat tegangan berada di
daerah dadal (breakdown). Jika teganga keluaran berubah
dengan harga diatas tegangan zener, maka zener akan
mempertahankan pada tegangan dadalnya (breakdown).
VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
:
1. Karakteristik diode zener yaitu menyalurkan arus listrik
mengalir kearah yang berlaanan jika tegangan yang
diberikan melampaui batas “tegangan tembus” (breakdown
voltage) atau tegangan zener.
2. Fungsi dari diode zener yang umum adalah digunakan
sabagai penstabil tegangan atau disebut juga dengan
regulator tegangan pada rangkaian elektronika. Sedangkan
diode biasa berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus
DC.
3. Untuk mengukur tegangan dapat ditentukan dengan
𝑉 = 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑧 + 𝐼𝑧. 𝑅𝑧
Untuk mengukur arus digunakan
𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑡 =
𝑅𝑧
Atau
𝐼𝑡 = 𝐼𝑧 + 𝐼𝐿
I.
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT TEGANGAN
(COMMON EMITTER)
I. Tujuan
1.1.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi
karakteristik Transistor sebagai penguat dengan benar.
1.2.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat membedakan prinsip
transistor sebagai penguat dengan transistor sebagai saklar dengan
benar.
1.3.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menghitung penguatan
rangkaian dengan benar.
V.