Anda di halaman 1dari 44

TEOREMA THEVENIN DAN NORTON

I. Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi karakteristk teorema Thevenin dan teorema Norton pada
rangkaian arus searah dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mencontohkan fungsi
teorema Thevenin dan Teorema Norton dengan benar.
3. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengukur Vth,
Rth, IN, RN, Arus dan Tegangan pada rangkaian Thevenin dan Norton
dengan benar.

II. Landasan Teori


Untuk menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitivitas
yang diperlukan untuk mendekati kondisi tidak setimbang atau tidak, arus
galvanometer perlu ditentukan.Galvanometer-galvanometer yang berbeda
bukan hanya memerlukan arus per satuan defleksi yang berbeda
(sensitivitas arus), tetapi juga dapat mempunyai tahanan dalam yang
berbeda. Adalah tidak mungkin mengatakan tanpa menghitung
sebelumnya, galvanometer mana yang akan membuat rangkaian jembatan
lebih sensitive terhadap suatu kondisi tidak setimbang. Sensitivitas ini
dapat ditentukan dengan “memecahkan persoalan” rangkaian jembatan
pada ketidak seimbangan yang kecil.Pemecahan ini didekati dengan
mengubah jembatan wheatstone ke penggantinya Thevenin.
Karena kita tertarik pada arus melalui galvanometer, rangkaian
pengganti thevenin ditentukan dengan memeriksa terminal galvanometer C
dan D. Untuk memperoleh pengganti, Thevenin, dilakukan dua langkah :
Langkah pertama menyangkut penetuan tegangan ekivalen (pengganti)
yang muncul pada terminal c dan d bila galvanometer dipindahkan dari
rangkaian. Langkah kedua menyangkut penentuan tahanan pengganti
dengan memperhatikan terminal c dan d, dan mengganti batre dengan
tahanan dalamnya.Untuk baiknya, rangkaian digambarkan kembali pada
gambar dibawah.

(a) Konfigurasi jembatan wheatstone

(b) Tahanan Thevenin dengan memeriksa terminal a dan d

(c) Rangkaian lengkap Thevenin dengan Galvanometer


tersambung ke terminal c dan d.
(Cooper. 1985 : 151)
Rangkaian bias pembagi tegangan terdiri atas empat buah resistor,
yaitu : R1, R2, RC, dan RE. Resistor R1 (yang berada diatas) akan menjamin
bahwa persambungan kolektor basis mendapatkan bias mundur, sedangkan
resistor R2 (yang berada dibawah) akan menjamin bahwa persambungan
basis-emitor mendapatkan bias maju. Oleh karena itu dengan adanya
pembagi tegangan R1 dan R2akan menjamin bahwa transistor dapat bekerja
pada daerah aktif. Rc sebagai resistansi beban kolektor, dan RE sebagai
stabilisasi DC.

(d) Rangkaian penguat dengan bias pembagi tegangan

Analisis DC rangkaian bias pembagi tegangan ini dimulai dengan


menggambar lagi bagian input dari rangkaian tersebut seperti gambar (e).

(e)

Jaringan input dari rangakaian (e) diselesaikan dengan metode Thevenin,


yaitu menggantinya dengan sebuah sumber tegangan VTH dan sebuah
resistansi RTH. Hubungan antara VTH dan RTH adalag seri, sehingga
diperoleh rangkaian ekivalen yang sederhana.Dalam analisa penguat
transistor tegangan Thevenin (VTH) sering disebut dengan RB.
(f) Rangkaian ekivalen Thevenin pada input transistor

Harga resistansi dan tegangan Thevenin dan rangkaian ekivalen adalah


sebagai berikut :
Resistansi Thevenin :
RTH = RB = R1 || R2
𝑅1 . 𝑅2
RB = 𝑅1+𝑅2

Tegangan Thevenin :
𝑅2
VTH= VBB= VR2 = 𝑅1+𝑅2VCC
𝑅2 . 𝑉𝑐𝑐
VBB =
𝑅1+𝑅2

Dengan menerapkan hokum Kirchhoff tegangan pada ikal input rangkaian


ekivalen Thevenin, dapat di tentukan harga IB, yaitu :
VBB = (IB . RB) + VBE + (IE . RE)
Karena,
IE = (ß + 1) IB
Maka,
VBB = IB . RB + VBB + (ß + 1) IB . RE
VBB = IB (RB + (ß + 1) RE) +VBB
VBB - VBE= IB (RB + (ß + 1) RE)
Sehingga diperoleh :
𝑉𝐵𝐵−𝑉𝐵𝐸
IB = 𝑅𝐵+(𝛽+1)𝑅𝐸 (Surjono. 2011

: 89-92).

Rangkaian setara Norton


Suatu piranti atau rangkaian dengan hambatan keluaran yang amat
besar berperilaku seperti suatu sumber arus tetap, yaitu suatu piranti yang
menghasilkan arus keluaran yang tak bergantung pada hambatan beban
yang dipasang.Ini ditunjukkan pada gambar (g).

(g) Sumber Arus Tetap

𝜀𝑡ℎ 𝜀𝑡ℎ
Jika R0 > RL, maka IL = (𝑅0+𝑅𝐿) ≈ 𝑅0

Akbatnya untuk setiap nilai RL, asalkan R0 > RL, akan kita dapatkan arus
IL yang boleh dikata tetap. Memang V0 akan berubah dengan nilai RL
oleh karena V0 = IL .RL. Suatu sumber arus tetap mempunyai R0 = ∞
(Sutrisno. 1986 : 9).
Teorema Thevenin atau Norton sekarang dapat digunakan untuk
memperoleh rangkaian ekivalen yang didalamnya tidak terdapat divais
transformator.Sebagai contoh, marilah kita tentukan rangkaian ekivalen
Thevenin untuk rangkaian disisi sebelah kiri terminalsekunder sebuah
transformator. Dengan membuat kondisi hubung terbuka untuk sisi
sekunder, I2 = 0 dan oleh karenanya I1 = 0. Tak ada tegangan yang muncul
pada elemen Zgl, sehingga V1 = V2 dan V2 = aV. Impedansi Thevenin
diperoleh dengan memadamkan V dan menggunakan kuadrat rasio (Hayt.
2005 : 25).
PV Generator as input source has significant effect on the converter
dynamics. The nonlinear V-1 characteristic of a PV generator can be
modeled using current source, diode, and resistor. The sigle-diode model
shown in fig. 1(a) is widely used for the PV source modeling. This model
provides a trade-off between accuracy and complexity. Thevenin’s
equivalent model with non constant voltages and resistance has been
proposed in to closely approximate the characteristic of PV generator. The
thevenin’s based model provides simpler prediction and computation for
the maximum power point of PV array under different operating
conditions ( Sidda. 2014 : 35).

III. Alat dan Bahan


1. DC power suplay 1 unit
2. Multimeter Digital 1 unit
3. Project Board 1 unit
4. Kabel Jumper 1 meter
5. Tang Potong 1 unit
6. Resistor 2 buah 1 k Ω
1 buah 1k Ω

IV. Prosedur Percobaan


1. Theorem thevenin
a. Disiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan
b.Diperiksa semua bahan da peralatan, dipastikan semua dalam kondisi
yang baik.
c. Dibuatlah rangkaian sepert gambar dibawah ini.

d.Langkah-langkah untuk mencari tegangan VTH untuk rangkaian


Thevenin adalah :
1) Dilepaslah resistansi beban (RL)
2) Diukur tegangan open circuit terminal a-b, maka akan
didapatkan nilai VTH.
3) Dicatat nilai VTH pada table kerja 1.1
e. Langkah-langkah untuk mencari hambatan untuk rangkaian
pengganti Thevenin adalah :
1) Dimatikan sumber tegangan dengan melepas sumber
tegangan. Kemudian hubungkan singkat antara terminal a-
b. seperti rangkaian dibawah ini :

2) Diukur resistansi pada terminal a-b dengan multimeter,


maka didapatkan RTH.
f. Pengukuran I dan V pada rangkaian pengganti Thevenin.
1) Dibuat rangkaian pengganti Thevenin dengan rangkaian
seperti dibawah ini :

2) Diatur tegangan DC power supplay sedemikian rupa


sehingga nilainya sama dengan VTH yang telah didapat pada
percobaan sebelumnya.
3) Diukur arus (I) dan tegangan (V) pada RL yang bervariasi
seperti yang ada pada jurnal (perhatikan mode amperemeter
DC).
4) Dicatat nilai I dan V dalam table kerja 1.1 yang tersedia.
2. Teorema Norton
a. Dengan rangkaian yang sama seperti percobaan sebelumnya.
b.Mencari IN
1) Dipasang sumber tegangan pada c-d, ukur arus (IN) hubung
singkat pada a-b dengan memasang amperemeter pada
terminal a-b secara langsung (perhatikan mode
amperemeter DC).
Seperti gambar di bawah ini.

c. Mencari RN
1) Dimatikan sumber tegangan dengan melepas sumber
tegangan dan digantikan dengan tahanan dalamnya, caranya
dengan menghubungkan singkat antara terminal a-b seperti
pada gambar dibawah ini

2) Nilai RN = RTH
3) Dicatat nilai RN pada table kerja 1.2
d.Pengukuran I dan V pada rangkaian pengganti Norton.
1) Diberikan tegangan V sedemikian rupa sehingga akan
didapatkan arus sebesar IN (arus Norton) seperti gambar
dibawah ini :
2) Selanjutnya, diukur arus dan tegangan pada setiap RL.
3) Dicatat arus I dan V yang ditunjukkan multimeter pada
table kerja 1.2.

V. Data Hasil
Table 5.1 Theorema Thevenin
Rangkaian VTH RTH Arus (I) Tegangan (V)
Asli

V = 9 Volt
R1 = 390 Ω
4,1 Volt 2,32 Ω 0,02 A 1,5 Volt
R2 = 390 Ω
R3 = 180 Ω

VI. Pembahasan
Rangkaian setara Thevenin adalah rangkaian setara yang
menggunakan sumber tegangan tetap, yakni suatu sumber tegangan ideal
dengan tegangan keluaran yang tidak berubah berapapun besarnya arus
yang diambil darinya.Sedangkan rangkaian setara Norton menggunakan
sumber arus tetap, yang dapat menghasilkan arus tetap berapapun besar
hambatan yang dipasang pada keluarannya.
Hambatan setara tidak hanya digunakan untuk dua hambatan parallel
saja, akan tetapi untuk segala macam hubungan antara beberapa buah
hambatan. Dalam hal suatu rangkaian listrik yang mengandung sumber
tegangan atau sumber arus, atau kedua-duanya, serta mengandung
hambatan kapasitor, diode, transistor, transformator dan sebagainya.
Praktikum kali ini adalah tentang Theorema Thevenin dan
Norton.Praktikum ini bertujuan agar dapat mengidentifikasi karakteristik
dari Teorema Thevenin dan Norton. Dari praktikum yang dilakukan
didapatkan hasil untuk teorema Thevenin yaitu tegangan sebesar 9 Volt,
Resistor 1 dan 2 bernilai sama yaitu sebesar 390 Ω dan resistor 4 adalah
180 Ω. VTH didapatkan degan menggunakan multimeter sebesar 4,1 Volt
dan RTH 2,32 Ω. Arus (I) didapatkan sebesar 0,02 A dan tegangan (V)
sebesar 1,5 Volt.
IL didapatkan dengan menggunakan rumus :
𝑉𝑡ℎ
IL = 𝑅𝑡ℎ+𝑅𝐿

Dengan hasil 0,01 Ampere.


Secara teori, arus didapatkan dengan rumus :
𝑉
𝐼=
𝑅
Dan didapatkan hasil sebesar 0,075 A.
Hasil pengukuran arus dengan secara teori dan praktek memiliki
hasil yang berbeda.Hasil yang berbeda ini dapat dikarenakan human
error.Disini kesalahan pengukuran terjadi Karen kurangnya teliti
praktikkan saat melakukan praktikum.
Praktikum yang selanjutnya yaitu tentang Teorema Norton.Disini
kami tidak melakukan praktikkum tentang Norton, dan data diambil dari
literature.
Untuk mendapatkan nilai hambatan Norton atau RN secara teori yaitu
dengan menggunakan rumus atau persamaan :
RN = RTh
Dimana RTh yang sebelumnya didapat di substitusikan ke dalam
persamaan diatas dan di hasilkan nilai hambatan Norton sebesar 2,32 Ω.
Mencari nilai Arus Norton (IN) dapat digunakan persamaan :
𝑉𝑡ℎ = 𝐼𝑁 . 𝑅𝑁
Atau
𝑉𝑡ℎ
𝐼𝑁 =
𝑅𝑁
Dari persamaan tersebut didapatkanlah hasil untuk arus Norton sebesar
1,77 Ampere.
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Teorema Thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik
tertentu, kecuali beban, dapat diganti dengan sirkuit ekivalen yang
hanya mengandung sum tegangan listrik independen dengan sebuah
resistor yang terhubung secara teori.
Teorema Norton adalah salah satu teori atau alat analisis yang dapat
digunakan untuk menyederhanakan suatu rangkaian linier yang rumit
menjadi rangkaian yang lebih sederhana.
2. Teorema Thevenin berfungsi untuk menyederhanakan sebagian besar
dari sirkuit dengan sirkuit ekuivalen yang sederhana. Sedangkan
Teorema Norton adalah dapat digunakan untuk meyederhanakan suatu
rangkaian liniear yang rumit menjadi rangkaian yang lebih sederhana.
3. Untuk megukur VTh digunakan rumus :
𝑅2
𝑉𝑡ℎ = ×𝑉
(𝑅1 + 𝑅2)
Untuk menentukan RTh secara teori digunakan rumus :
(R2 × R3)
Rth = R1 + (𝑅2+𝑅3)

Atau
RTh = R1 + R2 || R3
Untuk mencari RN adalah
RN = RTh
Untuk mencari INyaitu :
𝑉𝑡ℎ
𝐼𝑁 =
𝑅𝑁
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, William David. 1985. Intrumentasi Elektronik Dan Teknik


Pengukuran. Jakarta : Erlangga
Jr., William H. Hayt, dkk.2005. Rangkaian Listrik Jilid 2 Edisi
Keenam.Jakarta : Erlangga
Surjono, Herman Dwi. 2007. Elektronika Teori Dan Penerapan.
Yogyakarta : Cerdas Ulet Kreatif.
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori Dan Penerapannya. Bandung : ITB.

Sidda, G. Revan, Muhammed Mustafa, dan Mohammed Saleem.


(2014). Power Factor Correction Technique in Photovoltaic
Grid Connected Inverter by Using Boost Converter. International
Journal of Engineering Trends and Technology (IJET).Vol
13.No. 1.Pages 35-39.
FILTER PASIF

(LOW PASS DAN HIGH PASS)

I. Tujuan
1.1.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi
pengertian High Pass Filter dan Low Pass Filter dengan benar.
1.2.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menjabarkan cara
kerja High Pass Filter dan Low Pass Filter dengan benar.
1.3.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengukur R, C, Vin
Vpp, Ftrekuensi, Vout dan G(ω) pada rangkaian High Pass Filter dan
Low Pass Filter dengan benar.

II. Landasan Teori


Seperti telah kita ketahui tegangan keluaran rangkaian RC lolos
rendah berubah dengan frekuensi, makin tinggi frekuensi makin kecil
keluarannya.Lengkung yang menyatakan hubungan antara perbandingan
dengan isyarat keluaran dan isyarat masukan dengan frekuensi disebut
tanggapan amplitude.
Disamping berubah tegangan pada keluarannya, isyarat juga
mengalami perubahan fasa dengan frekuensi. Grafik yang menyatakan
hubungan antara beda fasa ΔΦ = Φ0 – Φi antara isyarat keluaran dan
masukan terhadap frekuensi disebut tanggapan fasa.
Pengertian tentang tanggapan fasa bermanfaat untuk memahami
kemantapan suatu rangkaian penguat, dan bagaimana ini dapat dicapai
dengan menggunakan balikan.Untuk memperoleh tanggapan fasa kita
kembali kepada bentuk fungsi alih kompleks tapis RC lolos rendah tingkat
satu.
𝑉𝑜 (𝜔) 𝜔𝑝
Ḡ(ω) = =
𝑉𝑖 (𝜔) (𝑗𝜔+𝜔𝑝)
Dapatkita tuliskan Vo (ω) = Vo (ω) ejΦ0 dan Vi (ω) = Vi (ω)
ejΦ0maka :
G (ω) = G (ω) ejΔΦ (ω)
Persamaan diatas menyatakan bahwa untuk mendapatkan ΔΦ(ω) kita
harus mengubah bentuk fungsi alih kompleks menjadi bentuk kompleks
eksponensial (Sutrisno. 1986 : 39-40).
High-pass flters are designed to pass high frequencies and block low
frequencies. As shown in fig in down, the Butterworth high-pass filter
magnitude monotonically decreases as frequency decreases, with the
flattest magnitude in the high frequency and the gener eror about the cut-
off frequency.
The “Transfer Function” or describing equation for the first-order
Butterworth high-pass filter is given by formula (1) for the s-domain and
rewritten in formula (2) in terms of frequency. It should be noted that the
high-pass filter is not an “All Pole Filter”, since the equation show a zero
or an s in the numerator of the equations. Hence, in the s-plane a zero
exists at the origin, s=0.
𝐾𝑠 𝐴ℎ𝑝𝑠
𝐻(𝑠) = 𝜔𝑐 = 𝜔𝑏 ….(1)
𝑠+ 𝑠+
𝑏 𝑏
𝐴ℎ𝑝𝑠
𝐻(𝑗𝜔) = 1 ….(2)
𝑠+
𝑅1.𝐶

Where Ahp=high-pass gain (Lessard. : 115-116).

LPF meloloskan frekuensi di bawah frekuensi cut-off. Daerah


passband respon frekuensi LPF pada tipe butterworth adalah flat (datar)
sedangkan pada tipe chebyshev memiliki ripple sebesar 0,1 dB. Frekuensi
cut-off adalah level daya pada 3 dB.

Tipe butterworth :

Fc=level daya 3 dB x Vmax

0,707 x 15 – 10,605

Sedangkan pada tipe chebyshev :


III. Alat Dan Bahan
1. Signal Generator 1 Unit
2. Osiloskop (Osiloskop dan Probe 2 Buah)
3. Multimeter 1 Unit
4. Resistor 100Ω dan 150Ω
5. Kapasitor 0,1 µF
6. Bread Board 1 Unit
7. Set Jumper
IV. Prosedur Percobaan
A. High Pass Filter
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan
saat melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam
kondisi yang baik.
3. Siapkan resistor sebesar 100Ω dan kapasitor sebesar 0,1µF
yang akan digunakan dalam praktikum ini.
4. Gunakan multimeter untuk mengukur besar resistansi resistor.
Jangan tempelkan anggota tubuh pada probe multimeter atau
resistor karena hal ini dapat menimbulkan bias pembakaran.
5. Susunan rangkaian seperti gambar dibawah ini pada bread
board.
6. Pastikan jumper serta kabel telah dalam posisi yang baik benar.
Pastikan dengan benar tidak terjadi shorting.
7. Atur inputpada signal masukan sinusoidal dengan frekuensi
rendah.
8. Matikan signal generator kemudian menghubungkan signal
generator ke rangkaian di posisi input.
9. Hubungkan rangkaian ke osiloskop menggunakan dual
channel. Channel 1 osiloskop dihubungkan ke input rangkaian
dan Channel 2 osiloskop dihubungkan ke output rangkaian.
10. Nyalakan osiloskop lalu tunggu kurang lebih 2 menit.
Kemudian signal generator dalam di hidupkan.
11. Ukur tegangan output menggunakan multimeter.
12. Ubah frekuensi pada signal generator dengan manaikkan
frekuensi pada signal generator.
13. Pada setiap perubahan frekuensi signal, tampilan pada
osiloskop di foto serta tegangan output dicatat.
14. Catat hasil percobaan pada table kerja2.1!
B. Low Pass Filter
Ulangi percobaan pada percobaan diatas namun degan bentuk
rangkaian seperti pada gambar dibawah ini!
Pastikan besar resistivitas resistor dan besar kapasitansi dicatat.
Catat hasil percobaan pada table kerja 2.2!
V. Data Hasil
A. Table 2.1 High Pass Filter
R (ohm) C (F) Vin Vpp (Volt)
120 0,1 µ 500 m Vpp

Frekuensi (Hz) Vout (Volt) G (ω) 20 log G (ω)


10,175 0 0 ∞
102,28 0,7 0,14 -17
1064,3 0,4 0,08 -22
10137 0,7 0,14 -17
110030 0,6 0,12 -18
1.189.100 0,6 0,12 -18
B. Table 2.2 Low Pass Filter
R (ohm) C (F) Vin Vpp (Volt)
100 0,1 µ 500 m Vpp

Frekuensi (Hz) Vout (Volt) G (ω) 20 log G (ω)


10,172 2,4 0,5 -6
102,26 2,4 0,48 -6,4
1064,2 2,1 0,42 -7,6
10134 0,6 0,12 -18,4
110180 0,1 0,02 -3,4
1.194.000 0 0 ∞

VI. Pembahasan
Low pass Filter (LPF) merupakan filter yang digunakan untuk
meloloskan sinyal listrik dengan frekuensi yang lebih rendah dari
frekuensi cut-offnya dan akan melemahkan sinyal yang lebih tinggi
dan frekuensi cut-off nya. Pada low pass filter yang ideal, sinyak
dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off tidak akan dilewatkan sama
sekali (V0= 0 Volt).
High Pass Filter adalah jenis filter yang meloloskan frekuensi
yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off dan akan memberi redaman
bear pada frekuensi yang berada di bawah frekuensi cut-offnya.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang Low Pass
Filter dan High Pass Filter.Percobaan pertama yaitu tentang High Pass
Filter. Pada praktikum High Pass Filter didapatkan data hasil dengan
R=120 Ω, C (kapasitansi) sebesar = 0,1µ dan Vin Vpp adalah sebesar
500 mVpp.
Nilai frekuensi yang digunakan yaitu 10,175 Hz, 102,28 Hz,
1064,3 Hz, 10137 Hz, 110.030 Hz, dan 1.189.100 Hz. Untuk
mendapatkan Vout digunakan rumus :
𝐷𝐼𝑉 × 𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝐷𝐼𝑉
Dan didapatkan Vout sebesar 0, 0.7 Volt, 0.4 Volt, 0.7 Volt, 0.6 Volt
secara berurutan.
Grafik yang terbentuk adalah :
Yang kedua adalah mancari tentang Low Pass Filter. Dengan
digunakan R=100Ω dan C=0,1µF. Vin Vpp didapatkan sebesar 500 m
Vpp. Digunakan frekuensi sebesar 10,172 Hz, 102,26 Hz, 1064,2
Hz,10134 Hz,110180 Hz,1.194.000 Hz. Untuk mendapatkan Vout
digunakan rumus :
𝐷𝐼𝑉 × 𝑉𝑜𝑙𝑡⁄𝐷𝐼𝑉
Dan didapatkan Vout sebesar 2.4 Volt, 2.4 Volt, 2.1 Volt, 0.6 Volt, 0.1
Volt dan 0 Volt secara berurutan.
Grafik yang terbentuk adalah :

VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Low Pass Filter (LPF) atau tapis lolos rendah merupakan filter
yang digunakan untuk meloloskan sinyal listrik dengan frekuensi
yang lebih rendah dari frekuensi cut-offnya dan akan melemahkan
sinyal yang lebih tinggi dari frekuensi cut-offnya.
High Pass Filter atau tapis lolos tinggi adalah Jenis Filter yang
meloloskan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-offnya
dan akan memberikan redaman besar pada frekuensi yang berada
dibawah frekuensi cut-offnya.
2. Pada Low Pass Filter yang ideal, sinyak dengan frekuensi diatas
frekuensi cut-off tidak akan dilewatkan sama sekali (Vo=0 Volt).
3. Untuk mencari nilai Vin atau Vef dapat digunakan rumus :
𝑉𝑝
𝑉𝑖𝑛 =
√2
𝑉𝑝𝑝 = 𝑉𝑝 × 2
Untuk mencari frekuensi cut-off :
1
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅𝐶
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐺(𝜔) =
𝑉𝑖𝑛
Atau
𝜔𝑝
𝐺(𝜔) =
𝑗𝜔 + 𝜔𝑝
VIII. Daftar Pustak

Lessard, Charles S. . Signal Processing Of Random Physiological.


Signal
Sutrisno.1986. Elektronika Teori dan Penerapannya.Bandung : ITB
Wasito, S. 1994. Vademekum Elektronika. Jakarta : Gramedia.

Kumngern, Montree. (2011). New Electronically Tunable Voltage-


Mode Lowpass, Highpass, Bandpass Filter Using Simple OTAs.
International Journal Of Computer and Electrical Engineering.
Vol. 3.No. 5.649-653.
Razak,Irawati, dkk. (2012). Rancangan Bangun Filter Pasif Sebagai
Modul Peraga.
RANGKAIAN SERI RLC DAN RESONANSI

I. Tujuan
1.1.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi
rangkaian RL seri, RC seri, dan RLC seri dengan baik dan benar.
1.2.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mebedakan rangkaian
RL seri, RC seri, dan RLC seri pada arus DC dan arus AC dengan
benar.
1.3.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengukur VR, VL,
VC dan Kuat arus pada rangkaian RL seri, RC seri, dan RLC seri
dengan benar.
1.4.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menghitung resistansi
total RLC dengan benar.

II. Landasan Teori


Apabila pada suatu rangkaian listrik RLC, frekuensi tegangan AC
diubah-ubah, maka Z akan berubah. Dan, pada suatu frekuensi tertentu
akan terjadi resonansi dimana komponen kapasitif akan saling
menghapuskan dengan komponen induktif lainnya (jXL = jXC). dan,
rangkaian akan bersifat sebagai tahanan murni. Frekuensi tersebut
dinamakan frekuens resonansi (Zuhal. 2004 : 94).
Menurut Sutrisno (1986 : 27-28) Misalkan Vs (t) = Vp cos (ωt +
𝑞(𝑡)
ϕ0s), dan i(t) = Ip cos (ωt + ϕ0i). dalam lingkar berlaku Vs(t) = i(t)R = .
𝑐
1
Vp cos (ωt + ϕ0s) = i(t)R = 𝑐 ʃ i(t) dt.
1 𝑑𝜔𝑡
Vp cos (ωt + ϕ0s) = Ip R (ωt + ϕ0i) + 𝑐 ʃ Ip cos (ωt + ϕ0i) 𝜔
1 𝑑𝜔𝑡 1 1 𝜋
ʃ Ip cos (ωt + ϕ0i) = 𝜔𝐶 sin (ωt + ϕ0i) = 𝜔𝐶 Ip cos (ωt + ϕ0i - 2 )
𝑐 𝜔
1 𝜋
Vp cos (ωt + ϕ0s) = Ip R cos (ωt + ϕ0i) + 𝜔𝐶 Ip cos (ωt +ϕ0i - 2 )

Untuk menentukan Ip dan Vp dapat kita gunakan fasor seperti pada


gambar dibawah :

Fasor adalah suatu vector yang panjangnya menyatakan amplitude,


nilai rms, atau nilai rata-rata, dan sudutnya terhadap sumbu datar
menyatakan sudut fasa suatu fungsi sinusoida.
Dari gambar diatas kita peroleh :
𝐼𝑝
Vp = ( Ip R)2 + (𝜔𝑐)2
Atau
𝑉𝑝
Ip = 1
√𝑅 2 + (𝜔𝑐)2

Dan
𝐼𝑝
ϕ0i + ϕ0s = arc tan 𝜔𝐶
𝐼𝑝 𝑅
1
= arc tg 𝜔𝑅𝐶.
Menurut Hayt (2005 : 267), bentuk umum tanggapan teredam-berlebih
untuk rangkaian seri adalah
𝑅
𝛼=
2𝐿
1
ωo =
√𝐿𝐶
Bentuk umum tanggapan teredam-kritis adalah
i(t) = e-ωt (A1t + A2)
dan tanggapan kurang teredam dapat dituliskan bentuk umunya sebagai :
i(t) =e-ωt(B1 cos ωdt + B2 sin ωdt)
dimana
ωd = √𝜔0 2 − 𝛼 2 .
Cukup jelas terlhat bahwa dalam konteks para meter-parameter α, ωo, dan
ωd bentuk matematika dari tanggapan-tanggapan untuk kedua jenis
rangkaian dual ini adalah identic satu sama lainnya. Baik pada rangkaian
parallel maupun pada rangkaian seri, kenaikan α dengan ω otetap konstan
akan membawa rangkaian menuju keadaan teredam lebih (overdamped).
Satu-satunya hal yang harus dicermati disini adalah perhitungan nilai α itu
sendiri, yakni 1⁄2 𝑅𝐶 untuk rangkaian parallel dan 𝑅⁄2𝐿untuk rangkaian
seri; dengan demikian, α akan nak jika kita memperbesar tahanan seri, atau
memperkecil tahanan parallel. Sebagai rangkumannya,
1 𝑅
𝛼 = 2𝑅𝐶 (𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙) 𝛼 = 2𝐿 (𝑠𝑒𝑟𝑖)
Menurut Hayt (1962 : 134-135), rangkaian resonansi seri akan
menghasilkan nila I,pedansi minimum pada kondisi resonansi, sementara
rangkaian resonansi parallel menghasilkan impedansi resonansi
maksimum. Rankaian yang disebut terakhir, yakni rangkaian resonansi
parallel, pada kondisi resonansi akan menghasilkan arus inductor dan arus
kapasitor yang mempunyai amplitude Qo kali lebih besar daripada arus
sumber.

III. Alat dan Bahan


1. Audio Frekuensi Generator (AFG) 1 Unit
2. Oscilloscope 1 unit
3. Multimeter Digital 2 unit
4. Resistor 1kΩ
5. Inductor 2,5 mH
6. Kapasitor 0,01 µF

IV. Prosedur Percobaan


V. Data Hasil
Table 3.1 Hasil Percobaan Rangkaian RL seri
NO. F (kHz) VR (Volt) VL (Volt) I (µA)
1. 10,37 2,19 0,070 20
2. 30,132 2,19 0,141 25
3. 50,428 2,12 0,282 24
4. 70,262 2,12 0,353 22
5. 100,07 2,12 0,494 20

Table 3.1 Hasil Percobaan Rangkaian RC seri


NO. F (kHz) VR (Volt) VC (Volt) I (µA)
1. 10,612 2,19 0,282 20
2. 30,83 2,19 0,070 24
3. 50,888 2,12 0,30 24
4. 70,470 2,12 0,30 22
5. 100,69 2,12 0 20

Table 3.1 Hasil Percobaan Rangkaian RLC seri


NO. F (kHz) VR VL VC I (µA)
(Volt) (Volt) (Volt)
1. 10,130 2,33 0,035 0,283 25
2. 30,138 2,26 0,07 0,141 24
3. 50,534 2,12 0,106 0,566 23
4. 70,280 2,12 0,127 0,636 22
5. 100,70 2,12 0,141 0,672 20

VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Daftar Pustaka
RANGKAIAN PENYEARAH

I. Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi bentuk
gelombang Penyearah 1⁄2 Gelombang, Penyearah Gelombang Penuh ( 2
Dioda ), dan Penyearah Gelombang Sistem Jembatan dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menjelaskan proses
terbentuknya gelombang Penyearah 1⁄2 Gelombang, Penyearah
Gelombang Penuh (2 Dioda), dan Penyearah Gelombang system Jembatan
dengan benar.

II. Landasan Teori


Rangkaian penyearah merupakan penerapan diode yang sangat
penting untuk dibahas lebih dahulu. Sesuai dengan bentuk gelombang
outputnya, makapenyearah terdapat dua macam yaitu setengah gelombang
dan gelombang penuh.
Rangkaian pemotong dan penggeser merupakan penerapan lain
yang juga banyak digunakan dalam teknik pulsa. Jenis diode semi
konduktor yang khusus dioperasikan pada bias mundur yang pada titik
breakdown-nya sering disebut dengan diode zener. Zener ini merupakan
inti dari rangkaian penyetabil tegangan.Disamping itu juga dibahas
beberapa macam rangkaian pelipat tegangan.

2.1.Penyearah Setengah Gelombang


Penerapan diode yang paling banyak dijumpai adalah sebagai
penyearah.Penyearah berarti mengubah arus bolak-balik (ac) menjadi
arus searah (dc).Sebagian besar peralatan elektronik membutuhkan
sumber daya yang berupa arus searah.Untuk kebutuhan daya dan
tegangan yang kecil biasanya cukup digunakan baterai atau accu,
namun untuk lebig dari itu diperlukan powersupplay yang berupa
penyearah.
Penyearah yang paling sederhana adalah penyearah setengah
gelombang, yaitu yang terdiri dari sebuah diode. Melihat dari
namanya, maka hanya setengah gelombang saja yang akan
disearahkan. Gambar 2.1 menunjukkan rangkaian penyearah setengah
gelombang.
Rangkaian penyearah setengah gelombang mendapat masukan dari
sekunder trafo yang berupa sinyal ac berbentuk sinus, Vi = Vm sin ωt
(gambar 2.1 (b)). Dari persamaan berikut, Vm merupakan tegangan
puncak atau tegangan maksimum.Harga V mini hanya bisa diukur
dengan CRO yakni dengan melihat langsung pada
gambarnya.Sedangkan pada umumnya harga yang tercantum pada
sekunder trafo adalah tegangan efektif. Hubungan antara tegangan
puncak Vm dengan tegangan efektif (Vef) atau tegangan rms (Vrms)
adalah :
𝑉𝑚
𝑉𝑒𝑓𝑓 = 𝑉𝑟𝑚𝑠 = = 0,707 𝑉𝑚
√2
Tegangan (arus) efektif atau rms (root-mean-square) adalah
tegangan (arus) yang terukur oleh volt meter(ampere-meter). Karena
harga Vm pada umumnya jauh lebih besar dari pada Vγ (tegangan cut-
in diode), maka pada pembahasan penyearah ini Vγ diabaikan.
Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada
saat sinyal input berupa siklus positif maka diode mendapat bias maju
sehingga arus (i) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal
input berupa siklus negatif maka diode mendapat bias mundur
sehingga tidak mengalir arus. Bentuk gelombang tegangan input (Vi)
ditunjukkan pada (b) dan arus beban (i) pada (c) dari gambar 2.1.

Arus diode yang mengalir melalui beban RL (i) dinyatakan dengan :


I=Im sin ωt, jika c ≤ ωt ≤π (siklus positif)
I=0 , jika π ≤ ωt ≤ 2π (siklus negatif)
𝑉𝑚
𝐼𝑚 =
𝑅𝑖 + 𝑅𝑙
2.2.Penyearah Gelombang Penuh
Rangkaian penyearah gelombang penuh ada dua macam, yaitu dengan
menggunakan trafo CT ( Center-tap-tap tengah) dan dengan system
Jembatan. Gambar 2.3 menunjukkan rangkaian penyearah gelombang
penuh dennga menggunakan trafo CT.

Terminal sekunder dari trafo CT mengeluarjan dua buah tegangan


keluaran yang sama tetapi fasanya brlawanan dengan titik CT sebagai
titik tengahnya. Kedua keluaran ini masing-masing dihubungkan ke
D1 dan D2, sehingga saat D1 mendapat sinyal siklus positif maka D1
mendapat sinyal siklus negatif, dan sebaliknya.Denga demikian D1
dan D2 hidupnya bergantian. Namun Karen arus i1 dan i2 melewati
tahanan beban (RL) dengan arah yang sama, maka iL menjadi satu
arah (Gambar 2.3 c) (Herman. 2007 : 27-33).
2.3.Penyearah Arus Bolak-Balik
Misalkan sumber tegangan VDDdiganti dengan sumber tegangan bolak-
balik(Gambar 4.18). Bentuk isyarat keluaran daoat diperoleh secara
grafik.
Pada saat t2, VDD=Vp, arus diode id (t) ditentukan oleh titik q2.
Untuk mendapatkan V0(t2) kita buat grafik id terhadap V0, dan
diperoleh bentuk isyarat keluaran. Pada waktu isyarat masukan Vi
negatif garis beban memotong lengkung ciri pada q3 denga arus diode
i≈0, sehingga tegangan keluaran V0≈0 juga. Tampak isyarat keluaran
hanya mempunyai nilai positif saja. Perhatikan bahwa untuk tegangan
masukan Vi< 0,7V (tegangan potong), taka da tegangan keluaran,
karena arus maju pada V0<0,7V (Si) sangat kecil. Disamping itu
tegangan keluaran pada daerah ini cacad karena lengkung ciri
berbentuk tidak linier (daerah kuadrat) (Sutrisno.1986:91-92).
Menurut Zuhal (2004 : 115-116)
2.4.Penyearah 3 Fasa Setengah Gelombang
Rangkaian penyearah 3 fasa setengah gelombang dapat dilihat pada
gambar 6.7a, dan bentuk tegangan output pada gambar 6.7c.
Pada penyearah ini, factor ripple adalah 18,3%. Dan untuk frekuensi
dasar 50Hz, frekuensi harmonis terendah yang masih terasa atau
berpengaruh pada vaktor ripple adalah 150Hz.
2.5.Penyearah 3 Fasa Gelombang Penuh
Rangakaian 3 fasa gelombang penuh, 3 fasa ini dapat dilihat pada
gambar 6.8a dan 6.8b.
Bentuk tegangan keluaran dapat dilihat pada gambar 6.8c dan d. pada
penyearah ini, factor ripple adalah 4,2%. Dan, untuk frekuensi dasar
50Hz, frekuensi harmonis yang terasa dan ikut keluar pada output
adalah 300Hz.

The design of acto dc single phase full controlled converter was


simulated in PSIM software. The firing circuit was designed and
different types of waveform developed in PSIM Simulator and These
paraeters matched with Actual Performing parameters. Then tabulated
the Performing parameters for various loads and different firing angles
and analyzed on these parameters value. These simulated performing
parameters are used in many industrial applications where controllable
dc power required and it is also usefull in educational pupose for
engineering students and Laboratory experiments (Amit.2014:413).
Uji pengguna dilakukan oleh delapan mahasiswa untuk mengetahui
respon mahasiswa setelah mahasiswa melakukan eksperimen
penentuan kualitas rangkaian penyearah gelombang penuh dengan
memanfaatkan teori dustribusi probabilitas Gaussian. Mahasiswa
mengisi lembar evaluasi dengan 10 pertanyaan.Data hasil evaluasi uji
pengguna oleh mahasiswa disajikan pada gambar 8.
Berdasarkan penelitian uji pengguna memperoleh skor amat baik
dimana interval skornya terletak pada 32,5 ≤ x ≤ 40 atau 81,25% ≤ x ≤
100%. Dengan demikian alat peraga dan panduan eksperimen siap
digunakan sebagai media pembelajaran (Rosdianto. 2007:89).

III. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang akan digunakan :
1. Transformator Step Down Non CT 1 Unit
2. Transformator Step Down CT 1 Unit
3. Dioda Penyearah
4. Resistor 10k / 1W
5. Condensator Elektrolit (2200 µf / 50 V)
6. Steker AC 1 Unit
7. Multimeter 1 Unit
8. CRO (Cathode Right Tube) 1 Unit
9. Breadboard 1 Unit
10. Tool Sheet 1 Unit
11. Jumper Ø.1 mm 2 meter

IV. Prosedur Percobaan


A. Penyearah 1⁄2 Gelombang
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua Bahan dan Peralatan, pastikan semua dalam kondisi
yang baik.
3. Buatlah Rangkaian seperti dibawah ini pada Project Board.

4. Pada sisi primer transformator, berikan tegangan Supply sebesar 220 V


AC.
5. Lakukan pengukuran tegangan pada sisi sekunder transformator
dengan menggunakan ,multimeter. Kemudian catat hasil pada table
kerja 4.1.
6. Ukur tegangan pada hambatan RL (VRL).
7. Hitung tegangan pada diode dengan menghubungkan anoda dan katoda
dengan multimeter.
8. Amati dan gambarkan bentuk gelombang keluaran pada hambatan RL
dengan menggunakan osiloskop.
9. Catatlah hasil pengamatan pada table kerja 4.1.
B. Penyearah Gelombang Penuh (2 Dioda)
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua Bahan dan Peralatan, pastikan semua dalam kondisi
yang baik.
3. Buatlah Rangkaian seperti dibawah ini pada Project Board.

4. Berikan tegangan Supply 220 V AC pada sisi primer transformator.


5. Ukur tegangan pada sisi sekunder transformator dengan multimeter.
Catat hasil pada table kerja 4.2.
6. Ukur tegangan pada hambatan RL (VRL).
7. Hitung tegangan pada diode (D1 dan D2) dengan menghubungkan
anoda dan katode dengan multimeter.
8. Amati dan gambarkan bentuk gelombang keluaran pada hambatan RL
dengan menggunakan osiloskop.
9. Catatlah hasil pengamatan pada table kerja 4.2.
C. Penyearah Gelombang Sistem Jembatan
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua Bahan dan Peralatan, pastikan semua dalam kondisi
yang baik.
3. Buatlah Rangkaian seperti dibawah ini pada Project Board.

4. Berikan tegangan Supply 220 V AC pada sisi primer transformator.


5. Ukur tegangan pada sisi sekunder transformator dengan multimeter.
Catat hasil pada table kerja 4.3.
6. Ukur tegangan pada hambatan RL (VRL).
7. Hitung tegangan pada diode (D1, D2, D3 dan D4) dengan
menghubungkan anoda dan katode dengan multimeter.
8. Amati dan gambarkan bentuk gelombang keluaran pada hambatan RL
dengan menggunakan osiloskop.

V. Data Hasil
Tabel 4.1 Penyearah 1⁄2 Gelombang
NO. Vsekunder VRL Vdioda Bentuk
Gelombang
1. 7,5 √2 Volt 5,30 5,66
V/DIV = 5 Volt/DIV
T/DIV = 2 ms

NO. Vsekunder VRL VD1 VD2 Bentuk


Gelombang
1. 7,5 √2 Volt 5,30 10,60 10,60 Volt
Volt
V/DIV = 5 Volt/DIV
T/DIV = 1 ms

NO. Vsekunder VRL VD1 VD2 VD3 VD4 Bentuk


Gelombang
1. 10,60 Volt 4,95 5,48 5,30 5,13 4,95
Volt Volt Volt Volt Volt
V/DIV = 5 Volt/DIV
T/DIV = 1 ms

VI. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah tentang rangkaian penyearah.Rangkaian
penyearah terdiri dari penyearah setengah gelombang, penyearah
gelombang penuh dan penyearah gelombang system jembatan.Rangkaian
penyearah menggunakan diode.Diode merupakan komponen pokok dari
rangkaian penyearah dan komponen elektronika non-linier yang
sederhana. Struktur dasar diode berupa baha semikonduktor type p yang
disambung dengan bahan type N. pada ujung bahan type p dijadikan
terminal Anoda (A) dan ujung lainnya katoda (K), sehingga dua terminal
inilah yang menyiratkan nama diode.
Praktikum yang pertama yaitu penyearah setengah gelombang.
Disini digunakan Volt/DIV sebesar 5 Volt/DIV, dengan Time/Div-nya
sebesar 2 ms. Untuk mancari Vsekunder dapat digunakan rumus Vpp=
DIV x Volt/DIV. setelah mendapatkan nilai Vpp, kemudian Vp ditentukan
dengan cara membagi nilai Vpp dengan dua. Voutnya ditentukan dengan
rumus Vp √2. Hasil Vsekundernya yaitu sebesar 10,60Volt. VRL nya
sebesar 5,30 Volt, Vdioda = 5,66 Volt.
Yang kedua yaitu tentang penyearah gelombang penuh. Disini
digunakan Volt/DIV sebesar 5 Volt/DIV, dengan Time/Div-nya sebesar 1
ms. Untuk mancari Vsekunder dapat digunakan rumus Vpp= DIV x
Volt/DIV. setelah mendapatkan nilai Vpp, kemudian Vp ditentukan
dengan cara membagi nilai Vpp dengan dua. Voutnya ditentukan dengan
rumus Vp √2. Hasil Vsekundernya yaitu sebesar 10,60 Volt. VRL nya
sebesar 5,30 Volt, Vdioda1 = 10,60 Volt, VD2 = sebesar 10,60 Volt.
Yang ketiga yaitu tentang penyearah gelombang system jembatan.
Disini digunakan Volt/DIV sebesar 5 Volt/DIV, dengan Time/Div-nya
sebesar 1 ms. Untuk mancari Vsekunder dapat digunakan rumus Vpp=
DIV x Volt/DIV. setelah mendapatkan nilai Vpp, kemudian Vp ditentukan
dengan cara membagi nilai Vpp dengan dua. Voutnya ditentukan dengan
rumus Vp √2. Hasil Vsekundernya yaitu sebesar 10,60 Volt. VRL nya
sebesar 4,95 Volt, Vdioda1 = 5,48 Volt, VD2 = sebesar 5,30 Volt, VD3 =
5,13 Volt, dan VD4 = 4,95 Volt.
Bentuk gelombang pada rangkaian gelombang penuh yaitu :

VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bentuk gelombang penyearah setengah gelombang
Bentuk gelombang penyearah gelombang penuh
Bentuk gelombang penyearah system jembatan
2. Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat
sinyal input berupa siklus positif maka diode mendapat bias maju
sehingga arus (i) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal
input mengalir berupa siklus negatif maka diode mendapat bias
mundur sehingga tidak mengalir arus. Bentuk gelombang tegangan
input (Vc) ditunjukkan pada (b) dan arus beban (i) pada (c).
Sebuah rangkaian penyearah gelombang penuh dibangun dari sebuah
transformator CT dengan dua diode penyearah.Fungsi transformator
CT adalah adalah menghasilkan dua buah sinyal sinus dengan fase
yang berkebalikan. Satu lilitan menghasilkan fase yang sama dengan
input dan satu lilitan yang lain menghasilkan fase yang berkebalikan
dari sinyal output.
System penyearah gelombang system jembatan sederhana
digambarkan dengan empat buah diode yang disusun model
jembatan.Meski terdiri dari empat buah diode, pada kenyataannya
hanya dua diode yang bekerja pada masing-masing fase sinyal sinus.

VIII. Daftar Pustaka


Surjono, Hernan Dwi. 2007. Elektronika Teori Dan Penerapan.
Jember : Cerdas Ulet Kreatif
Sutrisno.1986. Elektronika Teori dan Penerapannya.Bandung :
ITB.
Zuhal dan Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektroteknik.
Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama

Rosdianto, Haris dan Moh.Toifur.(2017). Implementasi Teori


Distribusi Probabilitas Gaussian Pada Kualitas Rangkaian
Penyearah Gelombang Penuh.Jurnal Fisika dan
Aplikasinya.Vol. 2 No. 1.83-90.
Solanki, Amit. (2014). Simulation & Performance Parameters
Analysis of Single-Phase Full Wave Controlled Converter
Using PSIM. International Journal of Engineering Research
and General Science.Vol. 2.Issue 3.410-414.
TEOREMA DIODA ZENER

I. Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menyebutkan karakteristik
Dioda Zener dengan benar.
2. Setelah melakukan praktikkum, praktikkan dapat membedakan fungsi
diode zener dengan diode biasa dengan benar.
3. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengukur tegangan dan
arus zener dengan benar.

II. Landasan Teori


Struktur diode Zener tidaklah jauh berbeda dengan diode biasa,
hanya tingkat dopingnya saja yang sangat bebeda. Kurva karakteristik
diode zener juga sama seperti diode biasa, namun perlu dipertegas adanya
daerah breakdown dimana pada saat itu bias mundur mencapai tegangan
breakdown maka arus diode naik dengan cepat. Daerah breakdown inilah
titik focus penerapan dari diode zener. Sedangkan pada diode biasa tidak
diperbolehkan memberi tegangan mundur sampai pada daerah breakdown,
karena bisa merusak diode (Surjono. 2011 :41).
Zener memiliki karakter yag unik karena bekerja pada reverse bias,
berbeda dengan diode biasa. Perbedaan lain antara zener dan diode lainnya
adalah doping yang lebih banyak dari pada sambungan P dan N. ternyata
dengan perlakuan ini tegangan breakdown diode bisa makin cepat tercapai.
Jika pada diode biasa baru terjadi breakdown pada teganga ratusan Volt,
pada zener breakdown bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan Volt.

2.1.Diode Zener sebagai regulator tegangan (Voltage Regulator)


Sebua voltage regulator sederhana terdiri atas sebuah sumber tegangan
yang dipasang seri dengan resistor dan diode zener yang terpasang
parallel dengan beban.Fungsi voltage regulator adalah menjaga agar
tegangan beban tetap atau mendekati konstan walaupun arus beban I1
dan tegangan sumber V1 berubah-ubah.
2.2.Relay
Relay berfungsi sebagai karakter sakelar yang bekerja berdasarkan
input yang dinilikinya.
Keuntungan Relay :
a. Relay dapat switching AC dan DC. Transistor hanya mampu
switching DC
b.Relay dal=pat switching tegangan tinggi, transistor tidak dapat.
c. Relay merupakan pilihan yang tepat untuk switching arus yang
besar.
d.Relay dapat melakukan switching pada banyak kontak dalam satu
waktu.

Kekurangan Relay :

a. Relay ukurannya jauh lebih besar dari pada transistor


b.Relay tidak dapat melakukan switching dengan cepat
c. Relay butuh daya lebih besar disbanding transistor
d.Relay membutuhkan arus input yang besar (Budiharto. 2005 : 58-
59).

Menurur Zuhal (2004:132), diode zener pada kondisi tegangan balik


(reverse, biased) pada titik tegangan tertentu (Vz) terjadi arus balik (Iz)
yang berarti diode akan berkonduksi dengan arus Iz.

Jenis diode zener yang di produksi dipasaran, Vz berkisar abtara 1,8


sampai 200 Volt. Adapun arus Iz mempunyai arus minimum (Izk)dan
mempunyai arus maksimum (Izm). Arus Izk adalah arus dimana diode
zener mulai berkonduksi.Sedangkan Izm adalah arus maksimum
dimana diode zener masih dapat beroperasi.Sedangkan Izt adalah arus
nominal nari dioda zener yang biasanya dituliskan pada spesifikasi
(data sheet) dari zener yang bersangkutan.
Menurut Wasito (1994:172) membangun diode dari transistor

a. Tegangan berbasis-emitor akan stabil kalau dicatu dari pembagi


tegangan, karenanya tegangan kolektor emitor juga akan stabil.
b.Tentukanlah harga-harga R1 dan R2 yang cocok untuk memperoleh
tegangan zener Vz yang diinginkan.
c. Pedoman : Kian besar IR terhadap arus basis Ob, kian stabillah VCC
d.Buatlah IR = 10.Is
e. Untuk transistor silicon berlaku :
𝑅2
VBE = 0,6 V = 𝑅1+𝑅2 . 𝑉𝑐𝑒
𝑅1
VCE = Vz = 0,6(1 + )
𝑅2

2.3.Parameter diode Zener


Beberapa parameter diode zener yang penting adalah :
a. Tegangan dadal
b.Koefisien suhu (perubahab tegangan Zener terhadap suhu)
c. Kemampuan daya (lesapan daya maksimum)
d.Hambatan isyarat kecil Iz, yaitu hambatan zener terhadap perubahan
tegangan kecil, atau untuk isyarat AC kecil (Sutrisno. 1986:111).

A Zener diode looks much like a standard silicon diode but its internal
composition has been altered to provide a special characteristic. When
forward biased (positive to anode) it behaves like a regular diode, i.e.,
low resistance, low volatfe drop, and high current flow. When reverse
biased (positive to cathode) the diode resistance remains high, and
only microamperes of current flow, until a critical voltage, called the
zener voltage, is reached. At this voltage, the resistance drops abruptly
and current flow increase maxedly (Hegge. 1965 : 69).

III. Alat dan Bahan


1. Bred board = 1 unit
2. Resistor = @ 1 pcs
3. Mikro dan mili ammeter dc = 1 unit
4. Voltmeter dc = 1 unit
5. DC Power Supplay
VI. Prosedur Percobaan

Dioda Zener
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan
saat melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam
kondisi yang baik.
3. Rangkaialah seperti pada gambar dibawah ini pada breadboard.

4. Lepaskan beban RL buat tegangan dari DC power supply


sebesar 0 V.
5. Lakukan pengukuran pada vz dan iz mulai dai 0 V, kemudian
dinaikkan secara perlahan dengan step 1 V sampai mencapai
kurang lebih 15 V, kemudian tuliskan datanya pada tabel kerja
5.1.
6. Usahakan arus zener Iz jangan sampai melebihi 50 Ma.
Kemudian gambarkan kurva karakteristik zener untuk kondisi
bias reserve.
7. Carilah tegangan knee dan resistansi zener (Rz) dari gambar
kurva karakteristik zener. Kemudian catatlah hasil pada tabel
keja 5.2.
8. Pasangkan kembali beban Rl (untuk beban penuh) pada
percobaan regulasi tegangan, kemudian ukurlah arus source Ir,
arus zener Iz, arus beban Il, dan tegangan output beban penuh,
lalu tuliskan datanya pada tabel kerja 5.3.
9. Hitunglah arus source Ir, arus zener Iz, arus beban Il, dan
tegangan output beban penuh Vo, dengan memperhitungkan
tegangan zener dan resistansi zener, kemudian tuliskan hasilnya
pada tabel kerja 5.3 dan bandingkan kedua hasil tersebut.
𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑜𝑢𝑡
Ir= , Ir = Iz + IL dan Vout = Vz + Iz.Rz
𝑅𝑠
10. Lepaskan resistansi beban rl untuk pengukura tanpa beban,
kemudian ukurlah arus source It, arus zener Iz, dan tegangan
output tanpa beban Vo, dan catatlah datanya pada tabel kerja
5.4.
11. Hitunglah arus source It, arus zener Iz, dan tegangan output
tanpa beban Vo, dengan memperhitungkan tegangan zener dan
resistansi zener, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel kerja
5.4 dan abndingkan kedua hasil tersebut.
12. Dari hasil langkah (8) sampai (11), tentukan prosentase
regulasi dari zener, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel kerja
5.3 dan 5.4 kemudian bandingkan kedua hasil tersebut.
V. Analisis Data
𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑜𝑡
Arus IT = 𝑅𝑧
IT = Iz + IL
Tegangan = Vout = Vz + Iz . Rz
Persentase Kesalahan :
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% 𝐸𝑟𝑜𝑟 = × 100%
𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
VI. Data hasil
Table 5.1 Data Pengukuran Karakteristik Zener
Tegangan input Vin Tegangan zener, Vz Arus zener , Iz
(Volt) (Volt) (mA)
4,9 4,91 0,03

6,61 6,61 0,04

9,09 9,09 0,06

11,78 11,80 0,08

14,38 14,41 0,1

Tabel 5.2 Tegangan KNEE dan Resistansi zener


Tegangan knee zener 9,09 Volt
Resistansi zener (Rz) 151,5 x 103Ω

Table 5.3 Data zener resistor regulator beban penuh


Untuk Vin = 14,38 Volt
Parameter Pengukuran
IT 0,10 mA
IZ 0,10 mA
IL 0,10 mA
Vo (FL) 1,87 Volt
Table 5.4 Data zener regulator tanpa beban

Untuk Vin = 14,38 Volt


Parameter Pengukuran
IT Tidak terbaca
IZ 0,10 mA
V0 (NL) 1,83 Volt
VR(%) -

VI. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah tentang diode zener.Diode zener
adalah diode yang memiliki karakteristik menyalurkan arus
listrik mengalir kearah yang berlawanan jika tegangan yang
diberikan melampaui batas (breakdown).Diode zener berlainan
dengan diode biasa yang hanya mengalurkan arus listrik ke satu
arah. Diode yang biasa tidak akan mengalirkan arus listrik
untuk mengalir secara berlawanan jika dicatu balik dibawah
tegangan rusaknya. Jika melampaui batas tegangan operasional,
diode biasa akan menjadi rusak karena kelebihan arus listrik
yang menyebabkan panas.
Praktikum pertama yaitu tentang pengukuran karakteristik
zener. Dalam praktikum ini digunakan Vin yang divariasikan.
Untuk tegangan 4,9 Volt didapatkan tegangan zener sebesar
4,91 Volt dengan arus zener sebesar 0,03 mA. Tegangan 6,61
Volt didapatkan tegangan zener 6,61 Volt dan arus zener.
Untuk Vin 9,09 didapatkan tegangan zener sebesar 9,09 dan
arus zener sebesar 0,06 mA. Untuk Vin 11,78 Volt didapatkan
tegangan zener sebesar 11,80 Volt dengan arus zener sebesar
0,08 mA. Untuk Vin = 14,38 Volt didapatkan tegangan zener
sebesar 14,41 Volt dengan arus zener sebesar 0,1 mA.
Dari data tersebut didapatkan bentuk kurva :
Dapat dilihat dari bentuk grafik tersebut, terjadi perbedaan pada
kurva dari praktikum dengan apa yang tercantum dalam
literature. Hal ini dapat dikarenakan terjadinya kesalahan dalam
praktikum.Factor yang dapat membuat terjadinya kesalahan ini
yaitu kurangnya teliti praktikkan saat melakukan praktikum.
Diode zener dapat melakukan bias mundur dikarenakan adanya
tegangan breakdown. Diode ini bekerja saat tegangan berada di
daerah dadal (breakdown). Jika teganga keluaran berubah
dengan harga diatas tegangan zener, maka zener akan
mempertahankan pada tegangan dadalnya (breakdown).

VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
:
1. Karakteristik diode zener yaitu menyalurkan arus listrik
mengalir kearah yang berlaanan jika tegangan yang
diberikan melampaui batas “tegangan tembus” (breakdown
voltage) atau tegangan zener.
2. Fungsi dari diode zener yang umum adalah digunakan
sabagai penstabil tegangan atau disebut juga dengan
regulator tegangan pada rangkaian elektronika. Sedangkan
diode biasa berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus
DC.
3. Untuk mengukur tegangan dapat ditentukan dengan
𝑉 = 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑧 + 𝐼𝑧. 𝑅𝑧
Untuk mengukur arus digunakan
𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑡 =
𝑅𝑧
Atau
𝐼𝑡 = 𝐼𝑧 + 𝐼𝐿

VIII. Daftar Pustaka

Budiharto, Widodo dan Saftian Rahardi.2005.Teknik Reparasi


PC dan Monitor.Jakarta : Gramedia
Surjono, Herman Dwi. 2011. Elektronika Teori dan
Penerapan.Jember : Cerdas Ulet Kreatif.
Sutrisno.1986. Elektronika Teori dan Penerapannya.Bandung :
ITB
Wasito, S. 1994. Vademekum Elektronika. Jakarta : Gramedia.
Zuhal dan Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektroteknik.
Jakarta : Gramedia
TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR ELEKTRONIK

I.
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT TEGANGAN

(COMMON EMITTER)

I. Tujuan
1.1.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi
karakteristik Transistor sebagai penguat dengan benar.
1.2.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat membedakan prinsip
transistor sebagai penguat dengan transistor sebagai saklar dengan
benar.
1.3.Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menghitung penguatan
rangkaian dengan benar.

II. Landasan Teori

III. Alat Dan Bahan


1. Kit Komponen (toolbox)
2. Multimeter 1 unit
3. Osiloskop 1 unit
4. Signal generator 1 unit
5. Kabel jumper 1 meter
6. Catu Daya 1 unit
7. Breadboard 1 unit

IV. Prosedur Percobaan


Percobaan mengukur penguatan rangkaian common emitter
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang
baik.
3. Buatlah rangkaian common emitter seperti gambar dibawah ini.
4. Berikan tegangan Vcc sebesar 12 V (RB=10k, RC=1k, RE=1k),
potensiometer (RV) 10 k, kapasitor (bagian basis dan emmiter) adalah
47µF, kapasitor (bagian output) adalah 16 µF, praktikkan diperbolehkan
menggunakan nilai komponen yang berbeda dengan mencatatkannya.
5. Pada potensiometer (Rv) hubungkan hanya pada kaki 2 dan 3, atau 1 dan 2.
Kemudian kaki-kaki tersebut dihubungkan pada multimeter dan atur
potensiometer (Rv) agar VCE bernilai 6 Volt.
6. Ukur beda tegangan pada resistor RC, lalu hitung arus IC.
7. Ukur nilai tegangan VBE dan arus IB dengan menggunakan multimeter.
8. Berikan sinyal input pada rangkaian berupa sinyal sinusoidal dengan
amplitude input dari 50mV sampai 250mV dengan selang 50mV. Atur
besarnya tegangan dan besar frekuensi agar sinyal dapat teramati dengan
baik pada layar osiloskop.
9. Ukur dan catat besarnya tegangan output (Vout) dan tegangan input (Vin).
amati sinyal input dan sinyal output, apakah terjadi perbedaan fasa atau
tidak.

V.

Anda mungkin juga menyukai