Anda di halaman 1dari 12

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MICROWAVE DENGAN

ALAT PASCO
Dina Wahyu Lestari1, Nadia Sabrina2, Rizqi Aula Lazuardian3, Vellandya Devi Permana Sari4
1,2,3,4
. Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan, Surakarta, 57126
1

lestaridinawahyu@gmail.com, 2nadianadyaaa@gmail.com, 3aulaers@gmail.com,


3
agupelland@rocketmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan eksperimen tentang gelombang mikro atau microwave ini dengan rangkaian alat pasco
yang terdiri dari transmitter, receiver, reading meter, goniometer, dan polalizer. Tujuan dari
eksperimen ini adalah menentukan panjang gelombang sumber gelombang mikro, mengamati dan
mendeskripsikan fenomena polarisasi gelombang mikro, dan menerapkan konsep difraksi gelombang
elektromagnetik pada model material kristal. Prinsip dari percobaan microwave adalah ketika
gelombang mikro dipancarkan oleh transmitter, maka gelombang mikro akan diterima oleh receiver
dan reading meter pada receiver akan menunjukkan nilai intensitas yang dipancarkan gelombang dalam
satuan mA. Panjang gelombang mikro yang didapatkan dari eksperimen ini adalah sebesar = 3x10 -2
meter.
Kata Kunci: Gelombang Mikro, Polarisasi, Difraksi, Hukum Bragg.

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari gelombang elektromagnetik, sejak terbangun
dari tidur hingga bangun tidur berikutnya. Salah satu contoh umum dan utama adalah cahaya matahari.
Cahaya matahari yang memasuki celah ventilasi membentuk bayangan celah (difraksi) dan silaunya
matahari dapat diatasi dengan kacamata hitam (terpolarisasi). Salah satu jenis gelombang
elektromagnetik ini adalah gelombang mikro atau microwave. Gelombang mikro memiliki fenomenafenomena tersendiri, yaitu fenomena difraksi gelombang dan fenomena polarisasi gelombang, yang
akan dibahas lebih lanjut dalam eksperimen ini.
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang merambat tanpa melalui medium perantara.
Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu
panjang gelombang atau wavelength, frekuensi, amplitudo, dan kecepatan. Amplitudo adalah tinggi
gelombang sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah
gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung pada gelombang
yang merambat tiap waktu. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
(1)

Dimana 0 adalah permitivitas listrik di ruang hampa, yaitu bernilai 8.85x10-12 C2/nm2 ; dan 0 adalah
permeabilitas magnet di ruang hampa, yaitu bernilai 4x10-7 Wb/Am [1].

Spektrum gelombang elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan panjang gelombangnya atau bisa


juga dikelompokkan berdasarkan frekuensinya. Berikut ini merupakan literatur dari spektrum
gelombang elektromagnetik untuk gelombang mikro: frekuensinya adalah sebesar 3 GHz (3x10 9 Hz)
dan panjang gelombangnya adalah sebesar 2.85x10-2 meter [2].
Polarisasi merupakan proses pembatasan getaran vektor yang membentuk suatu gelombang transversal
sehingga menjadi satu arah. Polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal dan tidak bisa terjadi
pada gelombang longitudinal. Suatu gelombang transversal memiliki arah rambat yang tegak lurus
dengan bidang rambatnya. Apabila suatu gelombang memiliki sifat bahwa gerak medium dalam bidang
tegak lurus arah rambat pada suatu garis lurus, maka dapat dikatakan bahwa gelombang ini
terpolarisasi linier. Sebuah gelombang tali mengalami polarisasi setelah dilewatkan pada celah yang
sempit. Arah bidang getar gelombang tali terpolarisasi adalah searah dengan celahnya [3].
Suatu kristal memiliki susunan atom yang tersusun secara teratur dan berulang, memiliki jarak antar
atom yang ordernya sama dengan panjang gelombang sebuah sinar. Akibatnya, bila seberkas sinar
ditembakkan pada suatu material kristalin maka sinar tersebut akan menghasilkan pola difraksi yang
khas. Pola difraksi yang dihasilkan sesuai dengan susunan atom pada kristal tersebut.
Menurut pendekatan Bragg, kristal terdiri atas bidang-bidang datar (kisi kristal) yang masing-masing
berfungsi sebagai cermin semi transparan. Jika sinar ditembakkan pada tumpukan bidang datar
tersebut, maka beberapa akan dipantulkan oleh bidang tersebut dengan sudut pantul yang sama dengan
sudut datangnya, sedangkan sisanya akan diteruskan menembus bidang.

Gambar 1. Ilustrasi Difraksi


Perumusan secara matematik dapat dikemukakan dengan menghubungkan panjang gelombang sinar-x,
jarak antar bidang dalam kristal, dan sudut difraksi:
(2)

Dimana adalah panjang gelombang sinar-x, d adalah jarak antar kisi kristal, adalah sudut datang
untuk sinar, dan n=1, 2, 3, adalah orde difraksi. Persamaan Bragg tersebut digunakan untuk
menentukan parameter sel kristal [4].
Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk menentukan panjang gelombang sumber microwave,
mengamati dan mendeskripsikan fenomena polarisasi microwave, dan menerapkan konsep difraksi
gelombang elektromagnetik microwave pada model material kristal. Agar tujuan dapat terpenuhi, maka
dilakukan metode sebagaimana akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

METODE
Pada eksperimen ini digunakan transmitter sebagai pemancar gelombang mikro, receiver sebagai
penerima gelombang mikro, reading meter sebagai alat ukur intensitas gelombang, goniometer sebagai
alat untuk mengetahui besaran pergeseran sudut, penggaris sebagai pengukur jarak antara transmitter
dan receiver, polalizer sebagai alat untuk mempolarisasi gelombang mikro, dan kristal kubus sebagai
bahan penghalang dalam mengamati fenomena difraksi dari Hukum Bragg.
Pada eksperimen ini dilakukan tiga kali percobaan, yaitu menentukan panjang gelombang, mengamati
fenomena polarisasi, dan menerapkan konsep difraksi. Berikut adalah gambar rangkaian alat untuk
masing-masing percobaan:

Gambar 1. Rangkaian alat untuk menentukan


panjang gelombang

Gambar 3. Rangkaian alat untuk menerapkan


konsep difraksi

Gambar 2. Rangkaian alat untuk mengamati


polarisasi

Berikut adalah langkah kerja dari eksperimen ini:

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1. Percobaan Penentuan Panjang Gelombang Sumber Microware
No
R ( x 10-2 m)
I (x10-3 A)
1.
5,5
24,0
2.
6,5
28,2
3.
7,5
30,0
4.
8,5
24,0
5.
9,5
25,2
6.
10,5
24,0
7.
11,5
22,8
8.
12,5
24,6
9.
13,5
22,8
10.
14,5
21,0

Tabel 2. Percobaan Mengamati Polarisasi Tanpa Polarizer


No
(o)
I1 (x10-3 A)
1.
0
0,98
2.
10
0,9
3.
20
0,88
4.
0,78
30
5.
40
0,7
6.
50
0,61
7.
60
0,6
8.
70
0,36
9.
80
0,12
10.
90
0,08
11.
100
0,3
12.
110
0,52
13.
120
0,6
14.
130
0,72
15.
140
0,84
16.
150
0,9
17.
160
0,94
18.
170
0,92
19.
180
0,98
Tabel 3. Percobaan Mengamati Polarisasi dengan Polarizer
No
(o)
I1 (x10-3 A)
1.
0
0,8
2.
22,5
0,3
3.
67,5
0,04
4.
90
0,04

Tabel 4. Percobaan Menerapkan Konsep Difraksi


No
(o)
(o)
I1 (x10-3 A)
1.
0
2
0,19
2.
1
4
0,22
3.
2
6
0,22
4.
3
8
0,23
5.
4
10
0,21
6.
5
12
0,16
7.
6
14
0,12
8.
7
16
0,09
9.
8
18
0,08
10.
9
20
0,08
11.
10
22
0,09
12.
11
24
0,1
13.
12
26
0,1
14.
13
28
0,09
15.
14
30
0,07
16.
15
32
0,03
17.
16
34
0,02
18.
17
36
0,02
19.
18
38
0,02
20.
19
40
0,02
21.
20
42
0,02
22.
21
44
0,02
23.
22
46
0,02
24.
23
48
0,02
25.
24
50
0,02
26.
25
52
0,01
27.
26
54
0,04
28.
27
56
0,04
29.
28
58
0,05
30.
29
60
0,04
31.
30
62
0,02
32.
31
64
0,02
33.
32
66
0,01
34.
33
68
0,01
35.
34
70
0,01
36.
35
72
0,01
37.
36
74
0,01
38.
37
76
0,01
39.
38
78
0,01
Keterangan :
1 : sudut kristal kubus
2 : sudut goniometer terhadap receiver

Pembahasan
Telah dilakukan percobaan gelombang mikro yang digunakan untuk menentukan panjang gelombang
suatu microwave serta mengamati fenomena yakni polarisasi dan difraksi. Prinsip dari percobaan
microwave adalah ketika gelombang mikro dipancarkan oleh transmitter, maka gelombang mikro akan
diterima oleh receiver. Reading meter pada receiver akan menunjukkan nilai intensitas yang
dipancarkan gelombang dalam satuan mA. Terdapat benda diantara transmitter dengan receiver yang
diletakkan pada keadaan yang berbeda. Keadaan pertama tanpa polarizer, kedua dengan polarizer dan
ketiga dengan kisi kubus. Selain intensitas akan didapatkan pula nilai d (lebar cerah) dan (lebar
sudut).
Percobaan pertama adalah menentukan panjang gelombang microwave. Untuk mengetahui panjang
gelombang dari sumber microwave, data yang diambil pada saat percobaan adalah R (jarak antara
transmitter dan receiver) serta intensitas yang terbaca pada reading meter seperti pada Tabel 1. Dari
data yang didapat, dipresentasikan dalam bentuk grafik hubungan intensitas terhadap jarak seperti
berikut ini:

Gambar 5.

Grafik Hubungan Intensitas terhadap Jarak untuk menentukan


panjang gelombang mikro

Dari Gambar 5. dapat dilihat bahwa bentuk grafik yang terbentuk adalah menurun serta fluktuatif.
Bentuk fluktuatif naik turun ini membentuk pola seperti gelombang transversal. Ini dicirikan dengan
adanya bukit dan lembah gelombang. Satu panjang gelombang dapat didefinisikan dengan adanya satu
bukit dan satu lembah gelombang. Pada Gambar 5. dapat dilihat terdapat satu buah gelombang yang

terbentuk walaupun tidak sempurna. Gelombang itu ditandai dengan garis lurus warna biru yang
memotong sebuah lembah dan puncak. Nilai panjang gelombang dapat diperoleh dengan melihat posisi
sumbu x pada posisi awal dan akhir gelombang. Dari grafik, posisi akhirnya (R akhir) 13.5x10-2 m dan
posisi awalnya (Rawal) 10.5x10-2 m Kemudian dicari nilai selisihnya dengan persamaan:

= Rakhir - Rawal
= (13.5-10.5)x10-2 m
= 3x10-2 m
Sehingga diperoleh nilai panjang gelombang untuk microwave adalah sebesar 3x10-2 m. Nilai ini
berbeda dengan literatur panjang gelombang mikro sumber tersebut yaitu 2.85x10-2 m. Perbedaan hasil
ini dapat disebabkan oleh ketidaktelitian dalam pembacaan reading meter dalam penunjukkan
intensitasnya.
Percobaan kedua adalah mengamati fenomena polarisasi gelombang yang akan dibedakan yakni tanpa
polarizer dan dengan polarizer. Untuk percobaan tanpa polarizer diambil data dari sudut perputaran
receiver dengan variasi sudut 0o-180o dengan interval 10o beserta dengan intensitasnya. Dari data yang
diperoleh, maka didapatkan grafik hubungan intensitas terhadap sudut perputaran sebagai berikut:

Gambar 6. Grafik Hubungan Intensitas terhadap sudut percobaan 2 tanpa polarizer


Dari Gambar 6. dapat dilihat bahwa pada sudut 0o dan 180o memiliki intensitas yang paling tinggi bila
dibandingkan dengan sudut lainnya, sehingga diperoleh analisa pada percobaan bahwa peristiwa
polarisasi gelombang mikro yang menyebar dari transmitter akan diterima dengan baik oleh receiver
ketika receiver menempati posisi yang normal (0o) dan menempati posisi sebaliknya (180o). Nilai

intensitas menurun ketika posisi receiver miring atau tidak tegak karena hamburan atom gelombang
mikro tidak diterima dengan baik oleh receiver (hasilnya kurang maksimal). Kemudian pada percobaan
selanjutnya yakni dengan polarizer.
Polarisasi dengan menggunakan polarizer dimana sudut yang divariasi dalam 3 arah yakni horizontal
atau sudut 0o, vertikal atau sudut 90o, sudut 22.5o, dan 67.5o. Polarizer diletakkan diantara transmitter
dan receiver sehingga akan didapatkan nilai perbedaan intensitas yang terbaca pada reading meter
masing-masing sudut. Polarizer disini digunakan untuk menyaring gelombang mikro. Berdasarkan data
yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada arah 0o memiliki intensitas yang paling besar dari sudut
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang mikro yang dipancarkan transmitter pada sudut 0o
lebih banyak memancarkan gelombang dan saat penyaringan pun masih banyak. Berdasarkan data
dimana didapatkan berupa intensitas dan sudut dipresentasikan pada Gambar 7. sebagai berikut:

Gambar 7. Grafik hubungan Intensitas terhadap Sudut pada percobaan 2 dengan polarizer
Pada grafik di atas menunjukkan pengaruh arah sudut terhadap intensitas yang dihasilkan dimana pada
grafik lebih memperjelas bahwa pada arah sudut 0 o memiliki intensitas paling besar dan pada arah
sudut 90o memiliki intensitas paling kecil.

Pada percobaan ketiga yaitu difraksi dimana gelombang dari transmitter dipancarkan pada kubus lalu
ditangkap receiver. Difraksi merupakan pembelokan gelombang saat melewati suatu kisi variasi sudut
pada kubus adalah kenaikan 1 sedangkan sudut receivernya dengan menggeser goniometer adalah
kenaikan 2 yang dimulai dari 0o untuk variasi sudut pada kubusnya. Gelombang mikro diarahkan pada
kubus sederhana, akan terjadi hamburan ke segala arah disebabkan oleh atom pada bidang penyusun
kristal, molekul, dan senyawa yang teratur pada arah tertentu. Bidang yang digunakan pada kubus
sederhana ini adalah bidang (1 0 0). Data didapatkan berupa sudut pada kubus, sudut pada receiver,
dan intensitasnya kemudian dipresentasikan dalam bentuk grafik yakni intensitas terhadap sudut
receiver seperti berikut ini:

Gambar 8. Grafik Hubungan Intensitas terhadap Sudut


Gambar 8. pada percobaan 4 diatas menjelaskan bahwa intensitas gelombang terhadap sudut
mengalami fluktuatif yang mengakibatkan pola interferensi destruktif dan konstruktif sehingga
intensitas yang terbaca pada sudut tertentu lebih tinggi atau lebih rendah. Intensitas tertinggi pada
grafik ditunjukkan pada peak atau puncak gelombangnya. Pada grafik tersebut peak ditunjukkan pada
sudut 26o. Saat terjadi peak inilah berlaku persamaan n = 2 d sin (o). Dengan mensubstitusi
masing-masing variabel maka diperoleh nilai parameter d yakni 3.25 x10-2 m. Perhitungan ini berbeda
dengan pengukuran d secara manual yakni sebesar 4x10-2 m. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini
diantaranya adalah kurang telitinya dalam membaca intensitas pada reading meter.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Panjang gelombang microwave pada eksperimen, = 3x10-2 m
Panjang gelombang microwave pada literatur, = 2.85x10-2 m
2. Fenomena polarisasi gelombang microwave merupakan fenomena perubahan arah getar gelombang
yang semula acak menjadi satu arah getar. Dimana pada hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai
intensitas paling tinggi adalah ketika transmitter dan receiver berada pada posisi yang lurus atau
segaris (0o).
3. Konsep difraksi dapat diterapkan pada material kristal kubus. Dimana terjadinya hamburan
gelombang mikro bahan kristal tersebut dapat digunakan untuk memperoleh nilai d (jarak antar atom
kristal kubus). Berikut adalah nilai d yang telah didapatkan:
a. Pada pengukuran dengan mistar d = 4 x 10-2 m.
b. Pada perhitungan menggunakan persamaan d = 3.25 x 10-2 m.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bekalani, A. 2013. Microwave sebagai Gelombang Polaris Baru. Bandung: ITB Press.
[2] Halliday, D. 2001. Fisika Dasar II. Jakarta: Erlangga.
[3] Taylor, J. R. 2013. Classical Mechanics. California: University Science Book.
[4] Tipler, P. A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik 2. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai