DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1802, William Hyde Wollaston membuattemuan yang mencengangkan mengenai
cahaya matahari. Ia menemukan bahwa spektrum matahari bukanlah seberkas cahaya yang
perbatasan antara satu warna dan warna lain berupa gradasi yang sambung-menyambung
tidak terputus , melainkan berisi beratus-ratus celah sempit. Di dalam setiap celah tersebut
tidak terdapat panjang gelombang. Tahun 1804, Seorang ahli optika Jerman bernama Josef
Von Fraunhofer, yang mempelajari penemuan Sir Isaac Newton , meneliti spektrum yang
dibentuk oleh cahaya yang berasal dari matahari dan melihat adanya sejumlah garis kelam
yang melintasinya. Ia juga menetapkan alur-alur spektrum matahari kemudian alur-alur
tersebut dikenal dengan nama garis-garis Fraunhofer. Zat yang akan diamati diletakkan di
dalam tabung dan cahaya putih yang memancar melaluinya dipecah oleh gesekan difraksi. Di
atas bagian tapik tiang terbawah di bagian tengah. Pengamat melihat spektrum melalui
tabung. Mengingat pentingnya mempelajari alat ukur spectrometer ini. Bila sebuah
gelombang cahaya menumbuk sebuah muka (interface) halus yang memisahkan dua material
transparan (material tembus cahaya) (seperti udara dan kaca atau seperti air dan kaca), maka
pada umumnya sebagian gelombang itu direfleksikan dan sebagian lagi direfraksikan (di
transmisikan) ke dalam material kedua. Misalnya bila anda memandang ke dalam jendela
restoran dari jalan, maka anda memandang refleksi pemandangan di jalan, tetapi seorang yang
berada di dalam restoran itu dapat memandang ke luar melalui jendela dengan pemandangan
sama karena cahaya mencapai orang itu dengan refleksi.
DASAR TEORI
Sinar putih (polikromatik) adalah campuran berbagai warna. Terurainya warna-warna sinar
putih setelah dibiaskan oleh prisma disebabkan oleh berbedanya indeks bias untuk masing-
masing warna. Indeks bias warna biru lebih besar daripada indeks bias warna merah sehingga
warna biru lebih dibiaskan daripada warna merah. Besar kecil uraian warna oleh suatu prisma
dinyatakan dengan apa yang dinamakan dengan dispersi. Pembiasan Cahaya adalah
pembelokan arah rambat cahaya ketika melewati bidang batas antara dua medium yang
berbeda. Spektrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat spektrum dari suatu
sumber cahaya. Atom-atom atau molekul semua zat memancarkan cahaya ketika dipanaskan
sampai temperatur yang tinggi. Pola spektrum cahaya yang dipancarkan berbeda-beda untuk
setiap zat,sehingga para ilmuwan dapat mengenal suatu zat atau dapat menentukan komposisi
kimiawinya melalui analisis spektrum. Spektrometer dilingkupi suatu wadah yang mencegah
cahaya yaitu cahaya yang tidak ingin diketahui spektrumnya. Cahaya masuk melalui celah
kecil dan melewati lensa kolimator. Lensa kolimotor akan menyebabkan cahaya menjadi sinar
yang sejajar. Cahaya yang sejajar kemudian masuk kesebuah prisma. Disisni, cahaya
dipisahkan menjadi spektrum, sebuah lensa menfokuskan cahaya dicelah keluar. Hanya satu
warna cahaya yang dapat melewati celah ini dalam satu waktu.
Oleh karena itu, prisma harus diputar untuk membawa warna-warna lain masuk
kedalam celah keluar dan membaca seluruh spektrum. Skala yang berbentuk lingkaran
mencatat sudut prisma sehingga panjang gelombang cahaya dapat ditentukan.Ada
spektrometer yang menggunakan cermin datar yang disebut gratting alur sebagai pengganti
prisma. Permukaan sebuah gratting berisi ribuan alur sejajar yang tipis. Cahaya yang
menembus gratting akan menghasilkan sebuah spektrum. Spektroskopi, yaitu bidang ilmu
yang mengkaji spektrum, mulai pada tahun 1860-an. Pada tahun 1871, terdapat tabung kaca
yang berisi larutan berbagai zat. Zat-zat ini digunakan sebagai seperangkat standar bila kita
mengkaji spektrum. Masing-masing dari zat-zat ini menyerap panjang gelombang tertentu bila
cahaya melaluinya. Sudah lebih dari satu abad para astronom dapat mempelajari komposisi
kimia bintang dan betapa panasnya bintang-bintang itu dengan spektroskopi. Sebuah
spektroskop menguraikan cahaya “putih” dari benda langit menjadi spectrum yang sangat
rinci. Seorang ahli optika Jerman Josef Fraunhofer, yang mempelajari penemuan Isaac
Newton, meneliti spektrum yang dibentuk oleh cahaya yang berasal dari matahari dan melihat
adanya sejumlah garis kelam yang melintasinya. (Muljono, 2003)
Spektroskop prisma merupakan alat yang digunakan untuk melihat spektrum dari suatu
sumber cahaya. Spektrometer prisma merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
spektrum cahaya yang terurai setelah melewati suatu medium atau untuk mengukur panjang
gelombang dan inbeks bias dari suatu prisma..
a. Bagian – Bagian Spektrometer Prisma
Susunan spektrometer prisma terdiri dari komponen-komponen kolimator , teleskop, dan
meja spektrometer. Berikut merupakan gambar dari spektrometer prisma.
1. Kolimator
Kolimator merupakan sebuah tabung yang dilengkapi dengan lensa akromatik di mana satu
ujungnya (yang menghadap prisma) dan sebuah celah. Fungsi lensa Kolimator adalah
untuk mensejajarkan berkas sinar yang keluar dari celah . Lebar celah dapat diatur dengan
menggunakan skrup pengatur yang terdapat pada ujung kolimator didekat celah. Skrup
pengatur PC digunakan untuk mengatur lebar berkas cahaya yang jatuh pada prisma
sedangkan posisi lensa terhadap celah dapat diatur dengan skrup, PL. Dalam penggunaan
spectrometer prisma ini, celah dihubungkan dengan sumber cahaya yang akan diamati
spektrumnya. Sumber cahaya dibungkus dalam sebuah tabung (agar cahaya tidak
terpencar) dan diberi celah sejajar dengan celah yang terdapat pada kolimator.
2. Teleskop
Teleskop yang digunakan terdri dari lensa obyektif dan lensa okuler. Posisi lensa okuler
terhadap lensa obyektif dapat diatur dengan skrup,yang terdapat pada ujung teleskop.
Teleskop ini dapat digerak-gerakan, selain berfungsi sebagai tempat melihat spektrum
cahaya yang dihasilkan prisma,, teleskop ini dapat menunjukan besar sudut yang
dihasilkan dari pembiasan prisma. Untuk menentukan posisi celah dengan tepat, digunakan
benang silang sebagai rujukan.
3. Meja Spektrometer
Meja spektrometer merupakan tempat untuk meletakkan prisma. Kedudukannya dapat
dinaikkan / diturunkan atau diputar dengan melonggarkan skrup dan mengeratkannya.
Prisma merupakan suatu objek yang membiaskan spectrum dari suatu sumber cahaya.
4. Skala Utama dan Skala Nonius
Dibawah meja spektrometer, terdapat piringan yang merupakan tempat dari skala utama
dan skala nonius. Skala-skala ini menunjukan besar sudut yang dihasilkan dari pembiasan
lensa. Pada sekala utama terdapat 360 skala yang menunjukan besar sudut pada lingkaran
penuh. Sedangkan pada skala nonius terdapat skala-skala yang lebih kecil. Jumlah skala
pada skala nonius todak tetap, hal ini tergantung pada pada ketelitian spectrometer,
semakin banyak skala nonius dan semakin kecil jarak dari skala satu dan yang lain, maka
ketelitian spectrometer semakin kecil pula. Dan kesalahan dalam pengukuran juga sangat
kecil.
Spektrometer prisma memiliki prisip kerja yaitu prinsip dispersi cahaya. Keadaan
dimana terurainya cahaya putih yang melewati sebuah prisma menjadi spektrum warna. Pada
spektrometer dilingkupi suatu wadah yang mencegah cahaya yaitu cahaya yang tidak ingin
diketahui spektrumnya. Dalam lintas edar yang mantap electron yang mengelilinhi inti atom
tidak memnacarkan electromagnet dalam hal tersebut energy totalnya tidak berubah. Enrgi
electromagnet dipancarkan oleh sistim atom apabila suatu electron melintasi orbit mantap
dengan energy Ei, secara berkesinambungan pindah ke suatu orbit mantap lain yang berenergi
Ef, pancaran energy elektromagnetnya memiliki frekuensi yang besarnya sama dengan: Gaya
tarik menarik antar electron dan inti (gaya coulomb) besarnya sama dengan gaya sentripental.
Difraksi adalah peristiwa pelenturan muka gelombang ketika melewati celah sempit. Pola
difraksi gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen menggunakan difraksi celah
tunggal dan kisi difraksi. Cahaya masuk melalui celah kecil dan melewati lensa kolimator.
Lensa kolimotor akan menyebabkan cahaya menjadi sinar yang sejajar. Cahaya yang sejajar
kemudian masuk kesebuah prisma. Disisni, cahaya dipisahkan menjadi spektrum, sebuah
lensa menfokuskan cahaya dicelah keluar. Hanya satu warna cahaya yang dapat melewati
celah ini dalam satu waktu. Oleh karena itu, prisma harus diputar untuk membawa warna-
warna lain masuk kedalam celah keluar dan membaca seluruh spektrum. Skala yang
berbentuk lingkaran mencatat sudut prisma sehingga panjang gelombang cahaya dapat
ditentukan.
Cara yang digunakan untuk mengkalibrasi spektrometer prisma adalah sebagai berikut:
1. Memutar teleskop hingga sesumbu dengan kolimator, selanjutnya pada teleskop tampak
benang berhimpit dengan cahaya yang akan diamati, seperti gambar dibawah ini
2. Mengatur sekala utama dan sekala nonius dengan cara mensejajarkan angka 0 pada
skala utama dengan angka 0 yang terdapat pada skala nonius.
Cahaya yang merambat melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat
memasuki dan meninggalkan prisma. Apabila sinar yang dating dan sinar yang keluar
dari prisma diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan
membentuk sudut tertentu yang disebut sudut deviasi. Besar sudut datang ini dapat
dilihat dari sekala yang ada pada meja spektrometer. Sedangkan sudut bias didapatkan
dari percobaan. (Ronald, 2006)
Spektrometer atau spektroskop adalah alat untuk mengukur panjang gelombang secara akurat
menggunakan kisi difraksi (atau prisma) untuk memisahkan panjang gelombang cahaya yang
berbeda. Cahaya dari sumber melewati celah sempit S di "kolimator". Celah berada di titik
fokus lensa L, sehingga cahaya paralel jatuh pada kisi. Teleskop yang dapat digerakkan dapat
memfokuskan sinar. Tidak ada yang akan terlihat dalam teleskop pengamat kecuali jika
ditempatkan pada sudut 6 yang sesuai dengan puncak difraksi (biasanya digunakan urutan
pertama) dari panjang gelombang yang dipancarkan oleh sumber. Garis yang anda lihat dalam
spektrometer yang sesuai dengan masing-masing panjang gelombang sebenarnya adalah
gambar celah S. Semakin sempit celahnya, semakin sempit namun semakin redup garisnya,
dan semakin tepat kita dapat mengukur posisi sudutnya.
Jika cahaya mengandung rentang panjang gelombang yang kontinu, maka spektrum
kontinu terlihat pada spektroskop. Dalam banyak spektrometer, kisi refleksi digunakan, dan
terkadang prisma. Prisma bekerja karena disperse, membengkokkan cahaya dari panjang
gelombang yang berbeda ke sudut yang berbeda. Penggunaan spektrometer yang penting
adalah untuk identifikasi atom atau molekul. Ketika gas dipanaskan atau arus listrik
dilewatkan, gas tersebut memancarkan spektrum garis karakteristik. Artinya, hanya panjang
gelombang diskrit cahaya tertentu yang dipancarkan, dan ini berbeda untuk unsur dan
senyawa yang berbeda. Tidak ada yang akan terlihat dalam teleskop pengamat kecuali jika
ditempatkan pada sudut 6 yang sesuai dengan puncak difraksi (biasanya digunakan orde
pertama) dari panjang gelombang yang dipancarkan oleh sumber. Sudut 0 dapat diukur
dengan akurasi yang sangat tinggi, sehingga panjang gelombang sebuah garis dapat
ditentukan dengan akurasi tinggi menggunakan persamaan. d sin 6, m di mana m adalah
bilangan bulat yang mewakili ordo, dan d adalah jarak antar garis kisi. Garis yang Anda lihat
dalam spektrometer yang sesuai dengan masing-masing panjang gelombang sebenarnya
adalah gambar celah S. Semakin sempit celahnya, semakin sempit - namun semakin redup -
garisnya, dan semakin tepat kita dapat mengukur posisi sudutnya. Jika cahaya mengandung
rentang panjang gelombang yang kontinu, maka spektrum kontinu terlihat pada spektroskop.
Dalam banyak spektrometer, kisi refleksi digunakan, dan terkadang prisma. Prisma bekerja
karena dispersi, membengkokkan cahaya dari panjang gelombang yang berbeda ke sudut yang
berbeda. (Prisma bukanlah perangkat linier dan harus dikalibrasi.) Penggunaan spektrometer
yang penting adalah untuk identifikasi atom atau molekul. Ketika gas dipanaskan atau arus
listrik dilewatkan, gas tersebut memancarkan spektrum garis karakteristik. Artinya, hanya
panjang gelombang diskrit cahaya tertentu yang dipancarkan, dan ini berbeda untuk unsur dan
senyawa yang berbeda pektrum garis terjadi hanya untuk gas pada suhu tinggi dan tekanan
serta kepadatan rendah. (Giancoli, 2005)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Spektrometer
Fungsi: Alat untuk mengamati spektrum cahaya
Terdiri dari:
a. Teleskop
Fungsi: untuk mengamati spektrum warna yang terjadi
b. Kolimator
Fungsi: Untuk memfokuskan atau mensejajarkan cahaya dari lampu pijar
c. Meja Prisma
Fungsi: sebagai tempat untuk meletakkan prisma
d. Meja skala
Fungsi: untuk membaca besar sudut yang dibentuk oleh spektrum warna
2. Tabung Lampu
Fungsi : Sebagai tempat lampu pijar
3. Lampu Pijar
Fungsi: Sebagai sumber cahaya
4. Prisma
Fungsi: Untuk menguraikan cahaya menjadi spektrum warna yang berasal dari lampu
pijar
5. Statif
Fungsi: Sebagai penyangga lampu pijar dan tabung lampu
6. Kabel Penghubung
Fungsi: Sebagai penghubung lampu pijar ke sumber PLN
7. Lup (kaca pembesar)
Fungsi: Sebagai alat untuk memperjelas skala yang akan dibaca pada spektrometer
3.2 Prosedur Percobaan
(Terlampir)
BAB IV
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Gautread, Ronald.D,Ph. 2006. Fisika Modern Edisi Kedua. Erlangga: PT Gelora Aksara
Halaman : 14 – 15, 131 – 132
Giancoli, Douglas C. 2005. Physic Principle With Application. 6 th Ed. United States of
America: Pearson Education,Inc
Pages : 678 – 679
Muljono. Prof, Dr. 2003. Fisika Modern. Yogyakarta: Andi
Halaman : 12 - 19
Medan, 17 Desember 2020
Asisten Praktikan
PRISMA
STATIF
Teleskop Kolimator
Kabel
Lampu Penghubung
Skala
Spektrometer
/
Lup
KELOMP OK II
NAMA : NURMAYANTI SIMBOLON
NIM : 200821013
KELOMPOK/GRUP : II
JUDUL : SPEKTROMETER PRISMA
TUGAS PERSIAPAN
Seberkas cahaya (sinar laser/kotak cahaya) di arahkan menuju permukaan balok kaca
(gambar kiri). Ternyata, sinar dibelokkan pada saat mengenai bidang batas udara-kaca. Jika
digambarkan dalam bentuk dua dimensi (gambar kanan), maka sinar datang dari udara
dibiaskan dalam kaca mendekati garis normal. Sehingga besar sudut datang (i) selalu lebih
besar dari sudut bias (r). Jika percobaan yang sama diulang dengan sudut datang yang
berubah-ubah yaitu sebesar i1, i2, i3 hingga sudut biasnya r1, r2, r3 ternyata Snellius menemukan
bahwa hasil perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut biasnya selalu konstan atau
tetap. Dengan hasil percobaannya tersebut, Snellius mengemukakan Hukum Pembiasan yang
berbunyi sebagai berikut.
Sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak dalam satu bidang datar.
Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias pada dua medium yang berbeda
merupakan bilangan tetap.
Secara matematis, pernyataan Hukum Snellius yang kedua di atas dapat dituliskan dalam
bentuk persamaan berikut.
sin sin sin
i1 i2 i3
= =
sin sin sin
r1 r2 r3
sin
i ………………… pers.
= Tetap
sin (1)
r
Tetapan atau konstanta tersebut disebut dengan indeks bias relatif suatu medium terhadap
medium lain. Jika sinar datang dari medium 1 ke medium 2, maka indeks bias relatif medium
2 terhadap medium 1 ditulis sebagai berikut.
n2
n21 =
n1
Dengan demikian, persamaan (1) di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut.
sin
i
= n21
sin
r
sin
n2
i
=
sin
n1
r
Sehingga kita peroleh rumus hubungan antara sudut datang, sudut bias dan indeks bias
medium sebagai berikut.
n1 sin i = n2 sin r
Keterangan:
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
n21 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
i = sudut datang pada medium 1
r = sudut bia pada medium 2
3. Pelangi adalah fenomena alam yang berupa optik dan meteorologi yang memiliki warna-
warni indah yang sejajar yang ada dilangit. Pelangi terbentuk melewati proses
pembelokkan cahaya atau yang di sebut dengan pembiasan, proses pembiasan pada pelangi
akan tertata secara struktur dan akan menghasilkan warna-warni indah pada pelangi.
Bagaimana proses terbentuknya pelangi ?? Berikut ini tahapannya :
Pembelokkan cahaya (pembiasan)
Pelangi akan terjadi apabila cahaya mengalami pembiasan ketika cahaya matahari terkena
air hujan. Pelangi hanya dapat dilihat pada saat hujan dan disertai cahaya matahari bahkan
posisi pengamat juga menentukan yaitu diantara hujan dan sinar matahari lalu sinar
matahari ada dibelakang pengamat sehingga akan terjadi garis lurus antara matahari,
pengamat, dan busur pelangi dan akan terbentuk lah menjadi pelangi dari hasil proses
pembiasan tadi. Berikut ini tahapannya dalam gambar dan penjelasannya:
Penjelasan dari proses terjadinya pelangi dari 2 ilustrasi di atas :
1. Pembiasan Sinar Matahari. Pelangi terbentuk karena adanya pembiasan sinar matahari
(cahaya) yang dibelokkan berpindah tempat ke arah lain dari perjalanan satu medium ke
medium lainnya oleh tetesan air yang ada di atmosfer.
2. Sinar matahari melewati tetasan air. Ketika cahaya matahari melewati tetesan air maka
cahaya tersebut akan dibengkokkan sehingga akan membuat warna-warna tersebut berpisah
dengan warna lainnya.
3. Pembelokkan cahaya. Setiap warna-warna pelangi akan dibelokkan pada sudut yang
berbeda sehingga akan memberikan warna yang indah pada pelangi.
4. Terbentuklah warna pelangi. Warna yang akan pertama di belokkan adalah warna ungu,
sedangkan warna terakhir yang akan di belokkan adalah warna merah serta akan menyusul
warna pelangi lainnya yaitu jingga, kuning, hijau, biru, dan nila maka kita akan melihat warna
pelangi secara utuh yang disebabkan oleh geometri optik dalam proses penguraian warna.
4. Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Rentang panjang gelombang dari masing-masing terlihat dari gambar di atas. Untuk rentang
frekuensi beberapa gelombang yang terkenal adalah sebagai berikut:
Gelombang RADAR : sekitar 1010 Hz
Sinar infrared (IR) : 1011 - 1014 Hz
Sinar ultraviolet (UV) : 1015 - 1016 Hz
Sinar Rontgen (sinar X) : 1016 - 1020 Hz
Sinar gamma : 1020 - 1025 Hz
5. Panjang gelombang warna yang mampu dilihat oleh mata manusia yaitu mulai dari 400-700
nanometer yang disebut dengan visible light.
Berikut ini adalah panjang gelombang warna yang diukur dalam satuan nanometer (nm). Satu
nm sama dengan satu per satu miliar. Yuk kita lihat sama-sama!!!
1. Warna ungu, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara
400-450 nm.
2. Warna biru, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara
450-480 nm.
3. Warna hijau, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara
480-560 nm.
4. Warna kuning, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara
560-590 nm.
5. Warna oranye, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara
590-630 nm.
6. Warna merah, bagian dari spektrum yang terlihat yang memiliki panjang gelombang antara
630-700 nm.
Dibutuhkan tiga komponen yaitu cahaya, objek, dan pengamat agar warna dapat dilihat.
Jika sinar datang tegak lurus batas dua medium, maka sinar tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.