Anda di halaman 1dari 31

JUDUL PERCOBAAN

NAMA : NURMAYANTI SIMBOLON

NIM : 200821013

FAK/JUR : FMIPA/FISKA EKSTENSI

GEL/KEL : I/II

LABORATORIUM FISIKA INTI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB I
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1900 banyak eksperimentalis menunjukkan bahwa radiasi beta dapat
dibelokkan oleh medan magnetik, memperlihatkan bahwa itu merupakan suatu muatan
partikel phenomenon. Partikel ini mempunyai muatan negative dan muatan yang sama
dibanding massa sebagai penemuan elektron secara terbaru . Kemudian ini disimpulkan
bahwa partikel beta ini, dalam faktanya, elektron dipancarkan oleh inti. Jenis radiasi
yang ketiga ditemukan pada tahun 1900. Elemen radioaktif dipancarkan dua jenis radiasi.
Salah satu tidak dapat menetrasi suatu potongan kertas; ini disebut radiasi alpa (α).
Secara alami, ini dinamakan setelah huruf ketiga dalam abjad Yunani dan dikenal
sebagai radiasi gamma (γ). Radiasi ini mempunyai daya penetrasi yang sangat tinggi; itu
dapat melewati banyak meter udara atau melewati dinding yang tebal. Tidak seperti dua
jenis radiasi yang lainnya, radiasi gamma tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan medan
magnetik.
Radioaktivitas terbagi atas: radioaktivitas alam yang ditunjukkan oleh elemen-elemen
yang ditemukan di dalam alam. Radioaktivitas alam selalu ditemukan dalam elemen-
elemen berat dalam table periodik.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui sifat-sifat dari radiasi beta.


2. Untuk menentukan koefisien absorber dari aluminium, flexi glass, dan kertas karton.
3. Untuk mengetahui prinsip absorbsi peluruhan partikel beta.
4. Untuk megetahui konsep peluruhan β- dan β+.
5. Untuk mengetahui hubungan laju pencacahan yang timbul dari sinar beta terhadap
ketebalan.

BAB II
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DASAR TEORI

Dekomposisi radiolitik pendingin dalam reaktor organik yang dimoderasi menghasilkan gas
dan senyawa dengan berat molekul tinggi, disebut boiler tinggi atau hanya HB, yang harus
terus menerus dikeluarkan dari pendingin. Biaya tambahan untuk pendingin terpolimerisasi
ini umumnya berkisar dari sekitar 0,5 mill/kw-jam (e) hingga lebih dari 1,0 mill/kw-jam (e)
tergantung pada ukuran dan desain sistem reaktor. Karena biaya sebesar ini signifikan dalam
mengevaluasi ekonomi keseluruhan pembangkit listrik tenaga nuklir, diperlukan pengetahuan
yang akurat dan rinci tentang laju dekomposisi zat pendingin untuk desain reaktor tertentu.
Bukti eksperimental yang menunjukkan bahwa laju dekomposisi secara langsung berkaitan
dengan laju penyerapan energi dari jenis radiasi tertentu. Laporan ini berkaitan dengan
penghitungan tingkat penyerapan energi tersebut. Hubungan antara laju penyerapan energi
dan laju dekomposisi dipertimbangkan di tempat lain. Analisis asli penyerapan energi dalam
pendingin OMR dilakukan pada tahun 1958 oleh V.
Banyak peningkatan dalam teknologi telah dilakukan sejak saat itu, termasuk
pengembangan data mikroskopis yang lebih baru dan lebih lengkap serta teknik analisis yang
lebih akurat untuk memecahkan beberapa masalah yang terlibat. Tujuan dari laporan ini
adalah untuk mengevaluasi kembali tingkat penyerapan energi dalam OMR yang
menggabungkan banyak perbaikan dalam teknologi yang telah dilakukan sejak pekerjaan
aslinya dilakukan; dan, dengan demikian, untuk meningkatkan keandalan yang terkait dengan
nilai-nilai ini. Reaktor spesifik yang dipertimbangkan adalah OMRE dan Piqua OMR.
Penjelasan inti reaktor ini diberikan pada Tabel I. Pendingin di kedua inti diasumsikan
Santowax R (isomer terfenil campuran) pada suhu 600 F dan mengandung 30% HB. Hal ini
menghasilkan densitas pendingin 0,91 gm/cc dan rasio karbon-hidrogen 1,308. * Komposisi 4
isomerik pendingin terfenil di reaktor OMRE dan Piqua sedikit berbeda dari komposisi
Santowax R; Namun, perbedaan kecil dalam kepadatan dan rasio C/H yang ada antara
pendingin ini memiliki efek yang dapat diabaikan pada tingkat penyerapan energi, yaitu
energi kinetik neutron cepat, energi sinar gamma, dan juga energi sinar beta. Analisis statistik
penyerapan partikel beta dalam materi diperumit oleh fakta bahwa mereka dipancarkan
dengan spektrum kontinu, dan bahwa partikel beta dapat kehilangan hampir semua energinya
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

dalam satu tabrakan. Namun, berdasarkan kompilasi data yang tersedia, Katz dan Penfold
telah mengusulkan hubungan empiris berikut untuk kisaran partikel beta dalam aluminium.
Untuk energi dari 0,01 Mev hingga ~ 3 Mev. Pada energi rendah, ionisasi spesifik partikel
beta yang bergerak melalui mnatter cukup tinggi. Ketika energi partikel beta meningkat,
ionisasi spesifik menurun ke nilai minimum pada sekitar 1 Mev dan kemudian naik lebih
rendah melebihi titik 16 ini. kehilangan energi partikel beta sebanding dengan fraksi rentang
yang ditempuh.
Untuk menyederhanakan analisis ini, diasumsikan bahwa Sejak beta yang
menyumbangkan sebagian besar energi awal mereka ke pendingin mulai keluar pada energi
yang jauh lebih besar dari 1 Mev, asumsi ini tidak menyebabkan kesalahan serius ke dalam
analisis. Dalam penurunan ekspresi ini, diasumsikan bahwa kisaran partikel beta dalam bahan
pelapis sama dengan kisaran partikel beta dalam bahan bahan bakar. Jadi, dalam menerapkan
Persamaan 23 untuk kasus tertentu, ketebalan pelapis yang efektif daripada yang sebenarnya
harus digunakan untuk memperhitungkan perbedaan dalam kisaran bahan bakar dan bahan
pelapis. Kisaran efektif akan ditentukan sebagai hasil kali dari ketebalan pelapis aktual
dikalikan rasio kerapatan elektron bahan pelapis dengan kerapatan elektron bahan bahan
bakar. (Duncan, 1962)
Dalam kehidupan sehari-hari pada kenyataan kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah
radioaktivitas. Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk
memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang stabil. Proses perubahan ini disebut
peluruhan dan inti atom yang tidak stabil disebut radioaktivitas. Materi yang mengandung
radio-nuklida disebut zat radioaktif. Penemuan sejumlah unsur kimia dan sejumlah hukum
dalam dunia ilmiah, tidak lepas dari peran dan kerja keras para ilmuwan.
Penemuan radioaktivitas merupakan sebuah ketidak- sengajaan. Bermula pada tahun
1895 ketika Rontgen mela- kukan percobaan mengguna- kan tabung sinar katoda yang
dibungkus kertas hitam. Rontgen membungkus tabung dengan kertas hitam dengan tujuan
agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar. Pada saat
membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang diluar dugaan. Fotolu- minensi yang
ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung pelat
tersebut tetap berpendar. Dijauhkan pada jarak 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar.
Rontgen berpikir pasti terdapat jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam
tabung sinar katoda dan membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Rontgen menamakan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

radiasi tersebut Sinar-X yang artinya radiasi yang belum diketahui. Rontgen menyimpulkan,
Sinar-X dengan sifat bukan cahaya tampak, dapat menembus bahan dan membuat foto film
menjadi hitam. Rontgen mencatat pengamatan pertamanya pada 8 November 1895 dan pada
akhir bulan Desember 1896 diaplikasikan untuk mendiagnosis patah tulang tangan.
Penemuan Sinar-X oleh Rontgen tersebut menarik perhatian fisikawan Perancis Henri
Becquerel. Becquerel berpendapat bahwa fenomena Sinar-X yang ditemukan Rontgen
disebabkan oleh suatu zat yang bersifat fosforensi karena sinar matahari. Banyak dikenal
materi yang berpendar karena stimulasi dari sinar matahari atau sinar lain. Untuk itulah
Antoine Henri Becquerel yang merupakan profesor fisika di Museum Sains Paris berpikir,
untuk memastikan hal ini.
Keluarga Becquerel sejak dari generasi kakek bekerja sebagai profesor fisika di
Museum Sains, ayah Becquerel adalah peneliti materi pendar. Becquerel segera dapat
melakukan penelitian menggunakan materi pendar yang dikumpulkan oleh ayahnya. Pada
awalnya Becquerel memasukkan pelat fotografi dan kain hitam ke dalam kotak aluminium.
Dia berupaya agar pelat fotografi tidak mengalami perubahan walaupun kotak aluminium
terkena sinar matahari.
Kemudian ia menyiapkan garam uranium (kalium uranil sulfat), material yang bersifat
fosforensis, dan meletakkan (mengoleskan) garam uranium di atas kotak aluminium, mem-
biarkannya terkena sinar matahari selama beberapa jam, kemudian memproses pelat fotograf
tersebut. Film yang digunakan untuk membungkus menun- jukkan warna hitam sesuai dengan
yang diperkirakan. Becquerel mempublikasikan hasil pengamatannya yang salah tersebut.
Pada musim panas 1896 Becquerel melanjutkan penelitiannya. Ketika awan menutupi sinar
matahari. Becquerel menyimpasn perangkat penelitiannya di dalam lemari yang tertutup.
Beberapa hari kemudian Becquerel mencuci filmnya yang disimpan di dalam lemari menjadi
hitam, ini membuktikan tidak adanya hubungan antara sinar dengan cahaya fluorescen. Semua
materi yang mengandung uranium pasti dapat menghitamkan pelat fotografi.
Khususnya dalam hal logam uranium tingkat kehitamannya besar. Becquerel berpikir
bahwa dari uranium terpancar radiasi yang mirip dengan Sinar-X. Untuk sementara sinar ini
disebut sinar Becquerel. Kesamaan sifat antara sinar Becquerel dengan Sinar-X yaitu, selain
sama-sama dapat menghitamkan pelat fotografi, keduanya juga memiliki kesamaan dapat
mengionkan udara. (Taufiq, 2020)
BAB III
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan

3.1.1 Peralatan dan Fungsi


1. Tabung Geiger-Muller
Fungsi : Untuk mendeteksi radiasi sinar beta yang kemudian dikirimkan ke scalar
(ratemeter) untuk ditampilkan dalam bentuk cacah.
2. Rak GM
Fungsi : Sebagai tempat diletakkannya sumber radiasi β, tabung GM, absorber
aluminium, absorber karton, serta absorber flexi glass .
3. Scalar atau Ratemeter
Fungsi : Untuk menampilkan besarnya cacah sinar beta yang terdeteksi.
4. Absorber Alumunium
Fungsi : Untuk menyerap radiasi sinar β yang dipancarkan oleh sumber radioaktif
Sr 90.
5. Absorber Karton
Fungsi : Untuk menyerap radiasi sinar β yang dipancarkan oleh sumber radioaktif
Sr 90
6. Absorber Flexiglass
Fungsi : Untuk menyerap radiasi sinar β yang dipancarkan oleh sumber radioaktif
Sr 90.
7. Stopwatch
Fungsi : Untuk mengukur waktu pencacahan setiap satu menit .
8. Kabel Coaxial
Fungsi : Untuk menghubungkan tabung GM dengan scalar (ratemeter).
9. Penjepit
Fungsi : Sebagai alat bantu menjepit sumber radioaktif β agar terhindar dari
kontak fisik secara langsung dengan tangan dan diletakkan pada rak tabung GM
10. Serbet
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Fungsi : sebagai alat untuk mengelap setelah praktikum.

3.1.2 Bahan
1. Sr-90
Fungsi : sebagai bahan radioaktif

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Absorber Aluminium


1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan.
2. Dihubungkan tabung Geiger Muler dengan scalar dengan menggunakan kabel
coaxial.
3. Dihubungkan scalar kesumber listrik PLN.
4. Dihidupkan scalar dan diukur cacah background.
5. Diletakkan sumber radio aktif pada rak Geiger Muler dan diukur laju cacah
selama 1 menit dengan scalar tanpa absorber.
6. Dipasang absorber Aluminium pada rak Geige rMuler,kemudian diukur kembali
laju pencacahan.
7. Dicatat hasilnya pada tabel.

Sumber PLN Kabel


coaxial

Scaler dan
Tabung GM Ratemeter
Mull
ard
ZP1
431
Rak tabung GM

Timer Scaler & frequency meter


Wadah
on timer scalar
Masker Radioaktif
1098 SERBET
off
freq Trg level
count

ALUMUNIUM GM ss

STOPWATCH
Sr-90 TI-204 Sarung
penjepit Tangan

3.2.2 Absorber Flexi Glass


LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan.


2. Dihubungkan tabung Geiger Muler dengan scalar dengan menggunakan kabel
coaxial.
3. Dihubungkan scalar ke sumber listrik PLN.
4. Dihidupkan scalar dan diukur cacah background.
5. Diletakkan sumber radio aktif pada rak Geiger Muler dan diukur laju cacah
selama 1 menit dengan scalar tanpa absorber.
6. Dipasang absorber flexi glass pada rak Geige Muler,kemudian diukur kembali
laju pencacahan.
7. Dicatat hasilnya pada tabel.

Sumber PLN Kabel


coaxial

Scaler dan
Tabung GM Ratemeter
Mull
ard
ZP1
431
Rak tabung GM

Timer Scaler & frequency meter


Wadah
on timer scalar
Masker Radioaktif
1098 SERBET
off
freq Trg level
count

FLEXI GLASS GM ss

STOPWATCH
Sr-90 TI-204 Sarung
penjepit Tangan

3.2.3 Absorber Kertas Karton


1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan.
2. Dihubung kantabung Geiger Muler dengan scalar dengan menggunakan kabel
coaxial.
3. Dihubungkan scalar kesumber listrik PLN.
4. Dihidupkan scalar dan diukur cacah background.
5. Diletakkan sumber radio aktif pada rak Geiger Muler dan diukur laju cacah
selama 1 menit dengan scalar tanpa absorber.
6. Dipasang absorber kertas karton padarak Geiger Muler,kemudian diukur
kembali laju pencacahan.
7. Dicatat hasilnya pada tabel.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Sumber PLN Kabel


coaxial

Scaler dan
Tabung GM Ratemeter
Mull
ard
ZP1
431
Rak tabung GM

Timer Scaler & frequency meter


Wadah
on timer scalar
Masker Radioaktif
1098 SERBET
off
freq Trg level
count

GM ss
KERTAS
KARTON
STOPWATCH
Sr-90 TI-204 Sarung
penjepit Tangan

BAB IV
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

HASIL DAN ANALISA

4.1 Data Percobaan

1. Sumber Radioaktif : Sr-90


2. Aktivitas 9 μCi pada Juli 1975
3. Cacah background:
1. 7 cpm
2. 8 cpm
3. 9 cpm
4. Tegangan operasi tabung G-M:
450 Volt

4.1.1 Absorber Aluminium

Absorber Aluminium
N Tebal Rata -
Cpm
O (mg/cm2) Rata
1650 1635
1 0 16420 16425
5 0
2 0,75 6150 6075 6120 6115
3 1,75 2151 2195 2140 2162
4 2,75 560 575 550 561,67
5 3,75 175 174 175 174,67
6 4,8 36 38 35 36,3
7 7,4 13 12 14 29,67
8 10 11 13 11 11,67
9 13 10 9 8 9

4.1.2 Absorber Flexi Glass


LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Absorber Flexi Glass


N Tebal Rata -
Cpm
O (mg/cm2) Rata
1 0 5699 5704 5710 5704,3
2 0,1 2080 2015 2010 2035
3 0,2 1025 4010 1060 2031,67
4 0,3 530 510 575 538,33
5 0,4 120 118 123 120,33
6 0,4 93 95 91 93
7
8
9

4.1.3 Absorber Kertas Karbon

Absorber Kertas Karton


Tebal
N Rata -
(mg/cm2 Cpm
O Rata
)
1 0,0078 1969 1964 1959 1964
2 0,0153 2000 1995 1990 1995
3 0,0307 1904 1899 1894 1899
4 0,0461 1916 1956 1951 1941
5 0,0629 1886 1887 1876 1883
6 0,0791 1888 1883 1878 1883
7 0,0957 1523 1518 1513 1518
8 0,1126 1481 1481 1476 1479
9 0,1296 1431 1431 1426 1429

Medan, 27 April 2021


Asisten Praktikan

(Dewi Feronika Tinambunan) (Nurmayanti Simbolon)


4.2 Analisa Data
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

1. Dari data yang diperoleh, Range beta (R) dari unsur radioaktif yaitu : R (mg/cm2) =
530 x E – 106 ; E = 5,4 MeV
R (mg/cm2) = 530 x 5,4 – 106
R = 2756 (mg/cm2) R = 2,756 (gr/cm2)
2. Membuat grafik Cpm-Vs-ketebalan untuk masing absorber (Terlampir)
3. Menentukan koefisien dari masing-masing absorber yang digunakan.
(gr )
R
µ= (cm2)
ρ
1. Untuk absorber Aluminium ρ Al = 2,7 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 2,7 (gr/cm3)
= 1,0207 cm-1
2. Untuk absorber flexiglass ρ flexiglass = 1,18 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 1,18 (gr/cm3)
= 2,336 cm-1
3. Untuk absorber kertas karton
ρ kertas karton = 0,0087 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 0,0087 (gr/cm3)
= 316,78 cm-1

4. Tuliskan pengertian, sifat-sifat dan fungsi dari Sr-90


Strontium adalah logam keperakan divalen dengan warna kuning pucat yang sifat
sebagian besar peralihan antara dan mirip dengan kalsium tetangga kelompok dan
barium. Hal ini lebih lembut dari kalsium dan lebih sulit daripada barium.
Sifat-sifat Sr-90
a. Titik leleh (777 °C) dan titik didih (1655 °C) poin lebih rendah daripada kalsium
(842 °C dan 1757 °C masing-masing); barium terus tren ini penurunan titik leleh
(727 °C), tapi tidak di titik didih (2170 °C).
b. Kepadatan strontium (2,64 g / cm3) adalah sama antara antara kalsium (1,54 g /
cm3) dan barium (3,594 g / cm3). Tiga alotrop strontium logam ada, dengan titik
transisi pada 235 dan 540 °C.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

c. Potensial elektrode standar untuk Sr2 + / pasangan Sr adalah -2,89 V, sekitar


tengah-tengah antara orang-orang dari Ca2 + / Ca (-2,84 V) dan Ba2 + / Ba (-2,92
V) pasangan, dan dekat dengan orang-orang dari logam alkali tetangga.
d. Strontium adalah penengah antara kalsium dan barium reaktivitas ke arah air,
dengan yang bereaksi pada kontak untuk menghasilkan strontium hidroksida dan
gas hidrogen. Strontium logam terbakar di udara untuk menghasilkan baik oksida
strontium dan strontium nitrida, tetapi karena tidak bereaksi dengan nitrogen di
bawah 380 °C, pada suhu kamar, membentuk hanya oksida secara spontan.
e. Selain SrO oksida sederhana, SrO2 peroksida dapat dibuat dengan oksidasi
langsung dari logam strontium di bawah tekanan tinggi oksigen, dan ada beberapa
bukti untuk Sr superoksida kuning (O2) 2. [10] Strontium hidroksida, Sr (OH) 2,
merupakan dasar yang kuat, meskipun tidak sekuat hidroksida barium atau logam
alkali.
f. Karena reaktivitas ekstrim dengan oksigen dan air, unsur ini terjadi secara alami
hanya dalam senyawa dengan unsur-unsur lain, seperti di strontianite mineral dan
Celestine. Hal ini disimpan di bawah hidrokarbon cair seperti minyak mineral atau
minyak tanah untuk mencegah oksidasi; baru terkena logam strontium cepat
berubah warna kekuningan dengan pembentukan oksida. Halus logam strontium
bubuk adalah piroforik, yang berarti bahwa itu akan menyala secara spontan di
udara pada suhu kamar. garam strontium Volatile memberi warna merah terang
untuk api, dan garam-garam ini digunakan dalam kembang api dan dalam
produksi flare.
g. Seperti kalsium dan barium, strontium logam larut langsung di amonia cair untuk
memberikan solusi biru gelap.
fungsi dari Sr-90 sebagai sumber radiasi β yang dipakai dalam percobaan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Sifat-sifat dari radiasi beta yaitu :


a. Sinar beta (β) dihasilkan oleh pancaran partikel - partikel beta.
b. Sinar beta adalah partikel elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
c. Sinar beta bermuatan -1e.
d. Radiasi sinar beta memiliki daya tembus lebih besar daripada sinar alfa, tetapi lebih
kecil daripada sinar gamma.
e. Sinar beta dibelokkan dengan kuat oleh medan magnetik dan medan listrik, karena
massanya sangat kecil.
f. Kecepatan partikel sinar beta berharga antara 0,32c dan 0,9c.
g. Jejak partikel beta daam bahan berbelok – belok. Jejak tersebut disebabkan oleh
hamburan yang dialami oleh elektron di dalam atom.
h. Batas jangkauannya beberapa cm di udara.

2. Koefisien absorber dari aluminium, flexi glass, dan kertas karton.


( gr )
R
µ= (cm2)
ρ
a. Untuk absorber Aluminium
ρ Al = 2,7 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 2,7 (gr/cm3)
= 1,0207 cm-1
b. Untuk absorber flexiglass
ρ flexiglass = 1,18 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 1,18 (gr/cm3)
= 2,336 cm-1
c. Untuk absorber kertas karton
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

ρ kertas karton = 0,0087 (gr/cm3)


µ = 2,756 (gr/cm2) / 0,0087 (gr/cm3)
= 316,78 cm-1

3. Untuk mengetahui prinsip absorbsi peluruhan partikel beta.


Dalam peluruhan beta, sebuah neutron berubah menjadi proton (atau sebuah proton
menjadi sebuah neutron). JAdi, Z dan N masing-masing berubah sebnayak satu satuan,
tetapi A tidak berubah. PAda peluruhan beta paling utama, sebuah neutron meluruh
menjadi sebuah proton dan sebuah elektron: n→p + e. Ketika proses peluruhan ini
pertama kali dipelajari, partikel yang dipancarkan disebut partikel beta; kemudian baru
diperlihatkan bahwa partikel itu adalah elektron. Elektron yang dipancarkan dalam
peluruhan beta bukanlah elektron orbital. Juga bukan elektron yang semula di dalam
inti atom, karena sebagai mana kita lihat asas ketidakpastian melarang elektron hadir di
dalam inti atom. Elektron itu “diciptakan” oleh inti atom dari energi yang ada. Jika
beda energi diam antara kedua inti atom sekurang-kurangnya mec2, maka hal tersebut
memang mungkin terjadi. Jenisnya terdiri dari dua yaitu:
 Peluruhan β+ terjadi apabila massa inti atomik nuklida sebelum meluruh lebih
besar dibandingkan dengan massa inti atomik nuklida hasil peluruhan. mi>mt
 peluruhan β- terjadi apabila massa inti atomik nuklida sebelum meluruh
sekurang-kurangnya 2me lebih besar dari pada massa inti atomik nuklida hasil
peluruhan mi>mt+ 2me.

4. Konsep pelurihan β-dan β+ adalah dalam proses peluruhan β merupakan peluruhan


radioaktif yang memancarkan partikel beta (elektron atau positron). Peluruhan beta
terjadi karena konversi sebuah quark bawah menjadi sebuah quark atas oleh
pemancaran sebuah boson W Pada kasus pemancaran sebuah elektron, peluruhan ini
disebut sebagai peluruhan beta negative sementara pada pemancaran positron disebut
sebagai peluruhan beta positif (β+). Peluruhan beta adalah peluruhan radioaktif yang
memancarkan partikel beta (electron atau positron). Pada kasus pemancaran sebuah
electron , peluruhan ini disebut sebagai peluruhan beta minus (β-).
Pada peluruhan (β-), interaksi lemah mengubah sebuah netron menjadi sebuah proton
ketika sebuah elektron dan sebuah anti neutrino dipancarkan, maka dapat dituliskan:
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

(β-) 1𝑛 → 1𝑝 + 0𝑒 + 𝑣̅
0 1 −1
Sementara pada pemancaran positron disebut sebagai peluruhan beta plus (β+) . Dalam
peluruhan (β+), sebuah proton dikonversi menjadi sebuah netron, sebuah positron dan
sebuah neutrino, maka dapat dituliskan:
(β+) p → 𝑛 + 0𝑒 + v
.
5. Berdasarkan data yang diperoleh, hubungan laju pencacahan dengan yang timbul dari
sinar beta terhadap ketebalan adalah berbanding terbalik. Semakin besar laju
pencacahan maka nilai ketebalan akan semakin kecil, dan sebaliknya jika laju
pencacahan kecil maka nilai ketebalan akan semakin besar.

5.2 Saran

1. Sebaiknya praktikan selanjutnya memahami materi praktikum sebelum melakukan


praktikum.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya dapat lebih banyak berinteraksi dengan asisten seperti
melakukan tanya jawab.
3. Sebaiknya praktikan selanjutnya tepat waktu saat melakukan praktikum online.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DAFTAR PUSTAKA

Duncan, D. 1962. Energy Absorption Rates in OMR Coolants. California : Atomics


International
Pages : 1, 19 - 22
H, Taufiq. 2020. Radioaktivitas. Semarang: Alprin
Halaman : 1- 4

Medan, 27 April 2021


Asisten Praktikan

(Dewi Feronika Tinambunan) (Nurmayanti Simbolon)


LAMPIRAN
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

1. Grafik CPM-vs-Ketebalan untuk Absorber Aluminium

Grafik Hubungan CPM-Vs-Ketebalan Absorber


CPM

18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
024681012 14
Ketebalan Absorber

2. Grafik CPM-Vs-Ketebalan untuk Absorber Flexiglass

Grafik Hubungan CPM-Vs-Ketebalan Absorber


6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Ketebalan
Absorber

3. Grafik CPM-Vs-Ketebalan untuk Absorber Kertas Karton

Grafik Hubungan CPM-Vs-Ketebalan Absorber


2500
2000

1500
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
1000 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
500

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
Ketebalan Absorber

Anda mungkin juga menyukai