NIM : 200821013
GEL/KEL : I/II
PENDAHULUAN
Pada tahun 1900 banyak eksperimentalis menunjukkan bahwa radiasi beta dapat
dibelokkan oleh medan magnetik, memperlihatkan bahwa itu merupakan suatu muatan
partikel phenomenon. Partikel ini mempunyai muatan negative dan muatan yang sama
dibanding massa sebagai penemuan elektron secara terbaru . Kemudian ini disimpulkan
bahwa partikel beta ini, dalam faktanya, elektron dipancarkan oleh inti. Jenis radiasi
yang ketiga ditemukan pada tahun 1900. Elemen radioaktif dipancarkan dua jenis radiasi.
Salah satu tidak dapat menetrasi suatu potongan kertas; ini disebut radiasi alpa (α).
Secara alami, ini dinamakan setelah huruf ketiga dalam abjad Yunani dan dikenal
sebagai radiasi gamma (γ). Radiasi ini mempunyai daya penetrasi yang sangat tinggi; itu
dapat melewati banyak meter udara atau melewati dinding yang tebal. Tidak seperti dua
jenis radiasi yang lainnya, radiasi gamma tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan medan
magnetik.
Radioaktivitas terbagi atas: radioaktivitas alam yang ditunjukkan oleh elemen-elemen
yang ditemukan di dalam alam. Radioaktivitas alam selalu ditemukan dalam elemen-
elemen berat dalam table periodik.
BAB II
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
DASAR TEORI
Dekomposisi radiolitik pendingin dalam reaktor organik yang dimoderasi menghasilkan gas
dan senyawa dengan berat molekul tinggi, disebut boiler tinggi atau hanya HB, yang harus
terus menerus dikeluarkan dari pendingin. Biaya tambahan untuk pendingin terpolimerisasi
ini umumnya berkisar dari sekitar 0,5 mill/kw-jam (e) hingga lebih dari 1,0 mill/kw-jam (e)
tergantung pada ukuran dan desain sistem reaktor. Karena biaya sebesar ini signifikan dalam
mengevaluasi ekonomi keseluruhan pembangkit listrik tenaga nuklir, diperlukan pengetahuan
yang akurat dan rinci tentang laju dekomposisi zat pendingin untuk desain reaktor tertentu.
Bukti eksperimental yang menunjukkan bahwa laju dekomposisi secara langsung berkaitan
dengan laju penyerapan energi dari jenis radiasi tertentu. Laporan ini berkaitan dengan
penghitungan tingkat penyerapan energi tersebut. Hubungan antara laju penyerapan energi
dan laju dekomposisi dipertimbangkan di tempat lain. Analisis asli penyerapan energi dalam
pendingin OMR dilakukan pada tahun 1958 oleh V.
Banyak peningkatan dalam teknologi telah dilakukan sejak saat itu, termasuk
pengembangan data mikroskopis yang lebih baru dan lebih lengkap serta teknik analisis yang
lebih akurat untuk memecahkan beberapa masalah yang terlibat. Tujuan dari laporan ini
adalah untuk mengevaluasi kembali tingkat penyerapan energi dalam OMR yang
menggabungkan banyak perbaikan dalam teknologi yang telah dilakukan sejak pekerjaan
aslinya dilakukan; dan, dengan demikian, untuk meningkatkan keandalan yang terkait dengan
nilai-nilai ini. Reaktor spesifik yang dipertimbangkan adalah OMRE dan Piqua OMR.
Penjelasan inti reaktor ini diberikan pada Tabel I. Pendingin di kedua inti diasumsikan
Santowax R (isomer terfenil campuran) pada suhu 600 F dan mengandung 30% HB. Hal ini
menghasilkan densitas pendingin 0,91 gm/cc dan rasio karbon-hidrogen 1,308. * Komposisi 4
isomerik pendingin terfenil di reaktor OMRE dan Piqua sedikit berbeda dari komposisi
Santowax R; Namun, perbedaan kecil dalam kepadatan dan rasio C/H yang ada antara
pendingin ini memiliki efek yang dapat diabaikan pada tingkat penyerapan energi, yaitu
energi kinetik neutron cepat, energi sinar gamma, dan juga energi sinar beta. Analisis statistik
penyerapan partikel beta dalam materi diperumit oleh fakta bahwa mereka dipancarkan
dengan spektrum kontinu, dan bahwa partikel beta dapat kehilangan hampir semua energinya
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
dalam satu tabrakan. Namun, berdasarkan kompilasi data yang tersedia, Katz dan Penfold
telah mengusulkan hubungan empiris berikut untuk kisaran partikel beta dalam aluminium.
Untuk energi dari 0,01 Mev hingga ~ 3 Mev. Pada energi rendah, ionisasi spesifik partikel
beta yang bergerak melalui mnatter cukup tinggi. Ketika energi partikel beta meningkat,
ionisasi spesifik menurun ke nilai minimum pada sekitar 1 Mev dan kemudian naik lebih
rendah melebihi titik 16 ini. kehilangan energi partikel beta sebanding dengan fraksi rentang
yang ditempuh.
Untuk menyederhanakan analisis ini, diasumsikan bahwa Sejak beta yang
menyumbangkan sebagian besar energi awal mereka ke pendingin mulai keluar pada energi
yang jauh lebih besar dari 1 Mev, asumsi ini tidak menyebabkan kesalahan serius ke dalam
analisis. Dalam penurunan ekspresi ini, diasumsikan bahwa kisaran partikel beta dalam bahan
pelapis sama dengan kisaran partikel beta dalam bahan bahan bakar. Jadi, dalam menerapkan
Persamaan 23 untuk kasus tertentu, ketebalan pelapis yang efektif daripada yang sebenarnya
harus digunakan untuk memperhitungkan perbedaan dalam kisaran bahan bakar dan bahan
pelapis. Kisaran efektif akan ditentukan sebagai hasil kali dari ketebalan pelapis aktual
dikalikan rasio kerapatan elektron bahan pelapis dengan kerapatan elektron bahan bahan
bakar. (Duncan, 1962)
Dalam kehidupan sehari-hari pada kenyataan kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah
radioaktivitas. Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk
memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang stabil. Proses perubahan ini disebut
peluruhan dan inti atom yang tidak stabil disebut radioaktivitas. Materi yang mengandung
radio-nuklida disebut zat radioaktif. Penemuan sejumlah unsur kimia dan sejumlah hukum
dalam dunia ilmiah, tidak lepas dari peran dan kerja keras para ilmuwan.
Penemuan radioaktivitas merupakan sebuah ketidak- sengajaan. Bermula pada tahun
1895 ketika Rontgen mela- kukan percobaan mengguna- kan tabung sinar katoda yang
dibungkus kertas hitam. Rontgen membungkus tabung dengan kertas hitam dengan tujuan
agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar. Pada saat
membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang diluar dugaan. Fotolu- minensi yang
ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung pelat
tersebut tetap berpendar. Dijauhkan pada jarak 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar.
Rontgen berpikir pasti terdapat jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam
tabung sinar katoda dan membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Rontgen menamakan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
radiasi tersebut Sinar-X yang artinya radiasi yang belum diketahui. Rontgen menyimpulkan,
Sinar-X dengan sifat bukan cahaya tampak, dapat menembus bahan dan membuat foto film
menjadi hitam. Rontgen mencatat pengamatan pertamanya pada 8 November 1895 dan pada
akhir bulan Desember 1896 diaplikasikan untuk mendiagnosis patah tulang tangan.
Penemuan Sinar-X oleh Rontgen tersebut menarik perhatian fisikawan Perancis Henri
Becquerel. Becquerel berpendapat bahwa fenomena Sinar-X yang ditemukan Rontgen
disebabkan oleh suatu zat yang bersifat fosforensi karena sinar matahari. Banyak dikenal
materi yang berpendar karena stimulasi dari sinar matahari atau sinar lain. Untuk itulah
Antoine Henri Becquerel yang merupakan profesor fisika di Museum Sains Paris berpikir,
untuk memastikan hal ini.
Keluarga Becquerel sejak dari generasi kakek bekerja sebagai profesor fisika di
Museum Sains, ayah Becquerel adalah peneliti materi pendar. Becquerel segera dapat
melakukan penelitian menggunakan materi pendar yang dikumpulkan oleh ayahnya. Pada
awalnya Becquerel memasukkan pelat fotografi dan kain hitam ke dalam kotak aluminium.
Dia berupaya agar pelat fotografi tidak mengalami perubahan walaupun kotak aluminium
terkena sinar matahari.
Kemudian ia menyiapkan garam uranium (kalium uranil sulfat), material yang bersifat
fosforensis, dan meletakkan (mengoleskan) garam uranium di atas kotak aluminium, mem-
biarkannya terkena sinar matahari selama beberapa jam, kemudian memproses pelat fotograf
tersebut. Film yang digunakan untuk membungkus menun- jukkan warna hitam sesuai dengan
yang diperkirakan. Becquerel mempublikasikan hasil pengamatannya yang salah tersebut.
Pada musim panas 1896 Becquerel melanjutkan penelitiannya. Ketika awan menutupi sinar
matahari. Becquerel menyimpasn perangkat penelitiannya di dalam lemari yang tertutup.
Beberapa hari kemudian Becquerel mencuci filmnya yang disimpan di dalam lemari menjadi
hitam, ini membuktikan tidak adanya hubungan antara sinar dengan cahaya fluorescen. Semua
materi yang mengandung uranium pasti dapat menghitamkan pelat fotografi.
Khususnya dalam hal logam uranium tingkat kehitamannya besar. Becquerel berpikir
bahwa dari uranium terpancar radiasi yang mirip dengan Sinar-X. Untuk sementara sinar ini
disebut sinar Becquerel. Kesamaan sifat antara sinar Becquerel dengan Sinar-X yaitu, selain
sama-sama dapat menghitamkan pelat fotografi, keduanya juga memiliki kesamaan dapat
mengionkan udara. (Taufiq, 2020)
BAB III
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
1. Sr-90
Fungsi : sebagai bahan radioaktif
Scaler dan
Tabung GM Ratemeter
Mull
ard
ZP1
431
Rak tabung GM
ALUMUNIUM GM ss
STOPWATCH
Sr-90 TI-204 Sarung
penjepit Tangan
Scaler dan
Tabung GM Ratemeter
Mull
ard
ZP1
431
Rak tabung GM
FLEXI GLASS GM ss
STOPWATCH
Sr-90 TI-204 Sarung
penjepit Tangan
Scaler dan
Tabung GM Ratemeter
Mull
ard
ZP1
431
Rak tabung GM
GM ss
KERTAS
KARTON
STOPWATCH
Sr-90 TI-204 Sarung
penjepit Tangan
BAB IV
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Absorber Aluminium
N Tebal Rata -
Cpm
O (mg/cm2) Rata
1650 1635
1 0 16420 16425
5 0
2 0,75 6150 6075 6120 6115
3 1,75 2151 2195 2140 2162
4 2,75 560 575 550 561,67
5 3,75 175 174 175 174,67
6 4,8 36 38 35 36,3
7 7,4 13 12 14 29,67
8 10 11 13 11 11,67
9 13 10 9 8 9
1. Dari data yang diperoleh, Range beta (R) dari unsur radioaktif yaitu : R (mg/cm2) =
530 x E – 106 ; E = 5,4 MeV
R (mg/cm2) = 530 x 5,4 – 106
R = 2756 (mg/cm2) R = 2,756 (gr/cm2)
2. Membuat grafik Cpm-Vs-ketebalan untuk masing absorber (Terlampir)
3. Menentukan koefisien dari masing-masing absorber yang digunakan.
(gr )
R
µ= (cm2)
ρ
1. Untuk absorber Aluminium ρ Al = 2,7 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 2,7 (gr/cm3)
= 1,0207 cm-1
2. Untuk absorber flexiglass ρ flexiglass = 1,18 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 1,18 (gr/cm3)
= 2,336 cm-1
3. Untuk absorber kertas karton
ρ kertas karton = 0,0087 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 0,0087 (gr/cm3)
= 316,78 cm-1
BAB V
a. Kesimpulan
(β-) 1𝑛 → 1𝑝 + 0𝑒 + 𝑣̅
0 1 −1
Sementara pada pemancaran positron disebut sebagai peluruhan beta plus (β+) . Dalam
peluruhan (β+), sebuah proton dikonversi menjadi sebuah netron, sebuah positron dan
sebuah neutrino, maka dapat dituliskan:
(β+) p → 𝑛 + 0𝑒 + v
.
5. Berdasarkan data yang diperoleh, hubungan laju pencacahan dengan yang timbul dari
sinar beta terhadap ketebalan adalah berbanding terbalik. Semakin besar laju
pencacahan maka nilai ketebalan akan semakin kecil, dan sebaliknya jika laju
pencacahan kecil maka nilai ketebalan akan semakin besar.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
024681012 14
Ketebalan Absorber
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Ketebalan
Absorber
1500
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
1000 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
500
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
Ketebalan Absorber