KISI RESIPROK
OLEH
KELOMPOK
NUR INSANA (A1K1 16 043)
WAODE HARYATI (A1K1 16 077)
WAODE NELKINAGINA (A1K1 16 079)
SRI QODRIA NINGSIH J (A1K1 16 095)
ANI YULIYANI (A1K1 16 107)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Kisi Resiprok”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas final mata kuliah pendahuluan fisika zat padat
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha seoptimal mungkin demi
sempurnanya makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Harapannya semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................................................i
Kata Pengantar ....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
Daftar Gambar .....................................................................................................iv
Daftar Tabel ........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................4
A. Pendahuluan ............................................................................................4
B. difraksi gelombang oleh kristal ................................................................6
C. kisi resiprokal ...........................................................................................10
D. keadaan difraksi........................................................................................13
E. zona brillouin ...........................................................................................17
F. teknik-teknik difraksi kristal .....................................................................18
BAB III PENUTUP ............................................................................................23
A. Kesimpulan ..............................................................................................23
B. Saran .........................................................................................................23
Daftar Pustaka .....................................................................................................24
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar materi zat Padat adalah Kristal Dan elektron
didalamnya. Dari beberapa jenis zat diantaranya zat padat, cair dan gas
ternyata dan keunikan tersendiri dari susunan zat ini.Disini kita mengkerucut
membahas tentang zat padat, di mana zat padat ini terdiri dari atom-atom, ion
atau molekul yang sangat bedekatan dan menempati kedudukan tertentu
disekitar posisi keseimbangannya. Secara umum zat padat itu memiliki sifat
bentuk dan volume yang sukar berubah. . Zat padat yang kita bahas kali ini
adalah berhubungan dengan Kristal.
Zat Padat mulai dikembangkan awal abad ke- 20, mengikuti
penemuan difraksi sinar-x oleh kristal. Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah
berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini disusun. Tahun 1912 adalah awal
dari studi intensif mengenai difraksi sinar-x. Dimulai dari pertanyaan M. van
Laue kepada salah seorang kandidat doktor P.P. Ewald yang dibimbing
A.Sommerfeld, W. Friedrich (asisten riset Sommerfeld) menawarkan
dilakukannya eksperimen mengenai 'difraksi sinar-x'. Pada saat itu eksperimen
mengenai hamburan sinar-x sudah dilakukan oleh Barkla.Laue mengawali
pekerjaannya dengan menuliskan hasil pemikiran teoretiknya dengan mengacu
pada hasil eksperimen Barkla. Laue berargumentasi, ketika sinar-x melewati
sebuah kristal, atom-atom pada kristal bertindak sebagai sumber-
sumbergelombang sekunder,layaknya garis-garis pada geritan optik (optical
grating). Efek-efek difraksi bisa jadi menjadi lebih rumit karena atom-atom
tersebut membentuk pola tiga dimensi. Eksperimen difraksi sinar-x yang
pertama dilakukan oleh Herren Friedrich danKnipping menggunakan kristal
tembaga sulfatdan berhasil memberikan hasil pola difraksipertama yang
kemudian menjadi induk perkembangan difraksi sinar-x selanjutnya Difraksi
sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal.
1
Sebuah Kristal Ideal disusun oleh satuan-satuan struktur yang
identik secara berulang-ulang yang tak hingga didalam ruang. Semua struktur
kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah Lattice (kisi) dan
sebuah Basis yang ditempelkan pada setiap titik lattice (titik kisi).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rita Prasetyowati pada
tahun 2012 yang mana dalam penelitiannya di ungkapkan bahwa Struktur
kristal mempunyai 2 kisi, yaitu kisi Kristal dan kisi resiprok. Jika Kristal
disinari dengan sinar x, maka akan dihasilkan pola dipraksi yang merupakan
peta kisi resiprok Kristal tersebut. Bila sinar x mengenai Kristal sebagai kisi
nyata, maka dihasilkan pola dipraksi yang berbentuk kisi resiprok. Jika suatu
Kristal terdiri dari atom-atom yang tersusun secara teratur dan periodik dalam
ruang dan jarak anatar atom hampir sama dengan panjang gelombang sinar x,
maka Kristal tersebut dapat berfungsi sebagai kisi-kisi yang menghamburkan
cahaya. Sinar x mempunyai panjang gelombang yang mendekati jarak antar
atom, maka difraksi dapat terjadi kalau Kristal dikenai oleh sinar x..
Dengan demikian, kisi resiprok yang mana didalamnya memuat
pembahasan mengennai difraksi sinar-x adalah topik lanjut di bidang fisika
yang memerlukan pengetahuan dasar yang cukup banyak dan komplek.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat dari permasalahan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan difraksi gelombang oleh kristal ?
2. Apa yang dimaksud dengan kisi resiprok ?
3. Bagaimana keadaan difraksi?
4. Bagaimana zona brilloun?
5. Apa saja teknik-teknik difraksi kristal ?
2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui difraksi gelombang oleh kristal
2. Dapat mengetahui kisi resiprok
3. Dapat mengetahui keadaan difraksi
4. Dapat mengetahui zona brilloun
5. Dapat mengetahui teknik-teknik difraksi kristal
3
BAB II
DIFRAKSI KRISTAL DAN KISI RESIPROKAL
A. Pendahuluan
4
c. Salah satu kekurangan elektron sebagai sumber radiasi untuk
difraksi kristal, adalah karena elektron merupakan partikel
bermuatan.
d. Sebagai pertikel bermuatan, elektron mudah diserap oleh bahan,
sehingga daya tembusnya kurang. Dengan demikian, difraksi
elektron hanya memberikan informasi tentang permukaan bahan
saja.
3. Neutron
a. Berkas neutron dihasilkan dari reaksi inti, yang dapat
berlangsung di dalam reaktor atom (melalui reaksi fisi)dan dalam
generator neutron.
b. Dalam reaktor atom, reaksi fisi diawali denganpenembakan neutron termal
yang diarahkan pada intiberat, misal uranium (92U235), sehingga
terjadipembelahan inti (fisi) yang disertai denganpemancaran neutron
(dalam jumlah yang banyak) danpembebasan energi sampai 200 MeV,
menurut reaksi :
5
dengan λ panjang gelombang neutron (de Broglie), h tetapan planck dan p
momentum neutron, serta E enrgi neutron dalam eV
f. Untuk menurunkan energi neutron perlu langkah termalisasi, dengan cara
melewatkan berkas neutron pada moderator (air, grafit, air berat : D2O).
g. Neutron termal (λ sekitar 1 angstrom) masih memerlukan upaya
penyelesaianagar berkas neutron bersifat monokhromatis (tepatnya
monoergis), dan sebagaimonokhomator umumnya dipakai kristal grafit
6
gelombang pantulan disebut gelombang“gelombang refleksi”, puncak puncak
yang terlihat dalam pola difraksi sinar x disebutRefleksi.
7
adalah sebuah konsekuensi periodisasi kisi. Perhatian bahwa hukum Bragg
tidak menyebutkan komposisi basis atom yang berasosiasi dengan setiap titik
kisi. Sedangkan komposisi basis menentukan intensitas relatif berbagai orde
difraksi yang diberikan dari sepasang lintasan paralel.
Modelini telah digunakan dalam hukum Bragg yang disederhanakan.
Mengingat fakta bahwa hamburan sinar-x disebabkan oleh atom diskrit sendiri,
seseorang mungkin menolak mewakili bidang atom oleh satu set cermin
mencerminkan terus menerus. Perlakuan yang tepat harus dipertimbangkan
terhadap berkas difraksi yang terjadi karena interferensi sinar parsial yang
tersebar oleh semua atom dalam kisi. Artinya, seseorang harus memperlakukan
kisi sebagai kisi difraksi tiga-dimensi. Dalam menambahkan kontribusi dari
sinar parsial, seseorang harus membayar perhatian khusus pada fase sinar ini,
seperti dalam optik analog Program ini, yang dikembangkan dalam bagian-
bagian berikut, membawa kita kembali kehukum Bragg, tapi kami akan
mendapatkan apresiasi yang lebih mendalam dari proses difraksi analog.
Model yang dikemukakan di atas terlalu sederhana. Fakta
menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit
kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah hukum
Bragg melalui proses hamburan. Model yang dikemukakan di atas terlalu
sederhana. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan
oleh atom diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut
menelaah hukum Bragg melalui proses hamburan.
2. Penyebaran Amplitudo Gelombang
Bragg menderivasikan keadaan difraksi pers. (2.4) memberikan
laporan kondisi rapi untuk memperkuat interferensi gelombang hamburan dari
titik kisi. Kita membutuhkan analisis mendalam untuk membedakan intensitas
hamburan dari basis atom yang berarti dari distribusi ruang elektron dalam
setiap sel.
8
Analisis Fourier
Dengan memandang sebuah kristal adalah invarian terhadap translasi
apapun bentuk 𝑻 = 𝒖𝟏 𝒂𝟏 + 𝒖𝟐 𝒂𝟐 + 𝒖𝟑 𝒂𝟑 , dimana 𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 adalah
bilangan bulat dan 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 adalah sumbu kristal. Dimana pun sifat fisik
kristal, seperti menghidupkan konsentrasi, kerapatan bilangan elektron, atau
kerapatan megnetik sesaat, adalah bentuk yang sama di bawah T. Yang
terpenting bagi kita adalah bahwa kerapatan bilangan elektron n(r) adalah
fungsi periodik r, dengan periode 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 dalam arah tiga sumbu kristal,
secara berturut-turut, sehingga :
N (r +T) = n (r) (2.5)
Seperti perioditas menciptakan sebuah keadaan ideal untuk analisis Fourier.
Yang lebih menarik perhatian sifat-sifat kristal adalah langsung
berhubungan dengan komponen Fourier kerapatan elektron.Pertama-tama
kita menganggap fungsi n(x) adalah satu dimensi dengan periode a dalam
sumbu-x. Kita kembangkan n(x) dalam deret Fourier sinus dan kosinus :
𝑛(𝑥) = 𝑛𝑜 + ∑𝑝>0⌊𝐶𝑝 cos(𝑝𝑥) + 𝐶𝑞 sin(𝑝𝑥)⌋ (2.6)
Dimana p adalah bilangan bulat positif dan 𝐶𝑝 , 𝐶𝑝 adalah konstanta real,
disebut koefisien Fourier ekspansi. Faktor 2ᴨ/a merupakan sebuah
pernyataan yang memastikan bahwa n(x) memiliki periode a :
2𝜋 2𝜋
𝑛(𝑥) = 𝑛𝑜 + ∑𝑝>0 ⌊𝐶𝑝 cos( 𝑎 𝑝𝑥) + 𝐶𝑞 sin( 𝑎 𝑝𝑥)⌋ (2.7)
2𝜋 2𝜋 2𝜋 2𝜋
𝑛(𝑥 + 𝑎) = 𝑛𝑜 + ∑ ⌊𝐶𝑝 cos( 𝑝𝑥 + 𝑝𝑎) + 𝐶𝑞 sin( 𝑝𝑥 + 𝑝𝑎)⌋
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
𝑝>0
2𝜋 2𝜋
𝑛(𝑥 + 𝑎) = 𝑛𝑜 + ∑ ⌊𝐶𝑝 cos( 𝑝𝑥 + 2𝜋𝑝) + 𝐶𝑞 sin( 𝑝𝑥 + 2𝜋𝑝)⌋
𝑎 𝑎
𝑝>0
2𝜋 2𝜋
𝑛(𝑥 + 𝑎) = ∑𝑝>0 ⌊𝐶𝑝 cos ( 𝑎 𝑝𝑥) + 𝐶𝑞 sin ( 𝑎 𝑝𝑥)⌋ = 𝑛(𝑥) (2.8)
Kita mengatakan bahwa 2ᴨ/a sebagai titik dalam kisi resiprokal atau jarak
Fourier kristal. Dalam satu dimensi titik-titik ini menipu dalam garis. Titik
kisi resiprokal memberitahukan kita diperbolehkan syarat dalam deret
Fourier (4) atau (5). Satu syarat diperbolehkan jika konsisten dengan
periodesitas kristal, seperti pada gambar 5, titik lainnya dalam jarak
9
resiprokal tidak diperbolehkan dalam Fourier ekspansi fungsi periodik.
Persamaan (2.8) dapat ditulis menjadi :
𝑛(𝑥 + 𝑎) = ∑𝑝>0 𝐶 exp(𝑖2𝜋𝑝𝑥⁄𝑎) (2.9)
Dimana jumlah seluruh bilangan bulat p : positif, negatif, dan nol. Koefisien
𝑛𝑝 bilangan kompleks. Untuk memastikan bahwa n(x) adalah fungsi real,
kita mempersyaratkan :
∗
𝑛−𝑝 = 𝑛𝑝 (2.10)
Untuk selanjutnya jumlah keadaan dalam p dan –p adalah real. Tanda
∗
asterik pada 𝑛−𝑝 mengindikasikan konjugat kompleks 𝑛𝑝 .Dengan φ =
2ᴨpx/a, jumlah keadaan dalam p dan –ppada (2.9) adalah real jika (2.10)
memenuhi syarat. Penjumlahannya adalah :
𝑛𝒑 (𝒄𝒐𝒔 𝝋 + 𝒊 𝒔𝒊𝒏 𝝋) + 𝒏−𝒑 (𝒄𝒐𝒔 𝝋 − 𝒊 𝒔𝒊𝒏 𝝋) = (𝒏𝒑 + 𝒏−𝒑 )𝒄𝒐𝒔 𝝋 +
(𝒏𝒑 − 𝒏−𝒑 )𝒊 𝒔𝒊𝒏 𝝋 (2.11)
Jika diputar akan menghasilkan fungsi real
2𝑅𝑒(𝑛𝑝 ) cos 𝜑 − 2𝑖𝑚(𝑛𝑝 ) sin 𝜑 (2.12)
Jika memenuhi. disini Re {𝑛𝑝 } dan Im {𝑛𝑝 }adalah real dan
mengindikasikan bagian real dan imajiner 𝑛𝑝 . Sehingga kerapatan bilangan
n(x) adalah fungsi real, seperti yang diinginkan.Perluasan analisis Fourier
untuk fungsi periodik n(r) dalam tiga dimensi telah terbuka. Kita harus
menemukan sepasang vektor G sebagaimana bahwa :
𝑛(𝑟) = ∑𝐺 𝑛𝐺 exp(𝑖𝐺 ∙ 𝑟) (2.13)
C. Kisi Resiprokal
Setiap struktur kristal memiliki 2 kisi, yaitu kisi kristal dan resiprok.
Saat kristal dikenai sinar-X, akan dihasilkan pola difraksi yang merupakan peta
kisi resiprok kristal tersebut. Representasi kisi kristal melalui kisi resiproknya.
Perangkat baru dapat digunakan untuk menelaah difraksi dan interaksi antara
kisi dan radiasi elektromagnet.Andaikan vektor basis dalam ruang nyata a1, a2,
a3 dan vektor kisi resiprok b1, b2, b3 Maka dibataskan basis vektor resiprok
sebagai berikut
10
Gambar 2 Relasi Vektor Kristal dan Vektor Resiprok
Dimana :
b1, a2, a3 saling tegak lurus
b2, a1, a2 saling tegak lurus
b3, a1, a2 saling tegak lurus
maka sumbu kisi resiprok adalah :
2𝜋 𝑎2 × 𝑎3 2𝜋 𝑎1 × 𝑎3 2𝜋 𝑎1 × 𝑎2
𝑏1 = ( ) 𝑏2 = ( ) 𝑏3 = ( ) (2.14)
𝑎1 . 𝑎2 × 𝑎3 𝑎2 . 𝑎1 × 𝑎3 𝑎3 . 𝑎1 × 𝑎2
Karena 𝑎1 . (𝑎2 × 𝑎3 ) = 𝑎2 . (𝑎1 × 𝑎3 ) = 𝑎3 . (𝑎1 × 𝑎2 )Maka sumbu kisi resiprok
dapat dituliskan :
2𝜋 𝑎2 × 𝑎3 2𝜋 𝑎1 × 𝑎3 2𝜋 𝑎1 × 𝑎2
𝑏1 = ( ) 𝑏2 = ( ) 𝑏3 = ( ) (2.15)
𝑎1 . 𝑎2 × 𝑎3 𝑎1 . 𝑎2 × 𝑎3 𝑎1 . 𝑎2 × 𝑎3
Basis vektor resiprok ini:
a. Dimensinya adalah kebalikan dari panjang atau [l]-1; sama dengan dimensi
bilangan gelombang.
b. Bahwa b1 tegak lurus terhadap bidang a2 dan a3; dan demikian pula permutasi
siklisnya.
c. Bahwa𝑎1 . (𝑎2 × 𝑎3 ) = 𝑎2 . (𝑎1 × 𝑎3 ) = 𝑎3 . (𝑎1 × 𝑎2 ) mempresentasikan
volume benda yang rusuk-rusuknya dibentuk oleh vektor a , b , dan c .
11
Jadi hubungan antara kisi kristal dan kisi resiprok adalah :
𝑏1 . 𝑎2 = 𝑏1 . 𝑎3 𝑏1 𝑎1
=0 = 2𝜋
𝑏2 . 𝑎1 = 𝑏2 . 𝑎3 𝑏2 𝑎2
=0 = 2𝜋
𝑏3 . 𝑎1 = 𝑏3 . 𝑎2 𝑏2 𝑎2
=0 = 2𝜋
Vektor pada ruang kisi resiprok adalah :
𝐺⃗ = 𝑣1 ⃗⃗⃗⃗
𝑏1 + 𝑣2 ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑏2 + 𝑣3 ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑏3 (2.16)
Setiap struktur kristal memiliki dua kisi yang berasosiasi dengannya,
yaitu kisi kristal dan kisi resiprokal. Pola difraksi sebuah kristal adalah seperti
sebuah denah kisi resiprokal kristal. Sebuah gambar mikroskop, jika dapat
menguraikan dalam skala yang cukup memadai, adalah sebuah sebuah denah
struktur kristal dalam ruang real. Dua kisi dihubungkan Sehingga ketika kita
memutar sebuah kristal dalam sebuah pemegang, kita memutar kedua kisi
langsung dan kisi resiprokal.
Vektor dalam kisi lurus memiliki dimensi (panjang) ; vektor dalam
kisi resiprok memiliki dimensi (1/panjang). Kisi resiprokal adalah sebuah kisi
dalam ruang Fourier yang berasosiasi dengan kristal. Panjang vektor selalu
digambarkan dalam ruang Fourier, maka setiap posisi dalam ruang Fourier dapat
memiliki makna sebagai gambaran sebuah gelombang, tetapi ada sebuah
signifikansi spesial untuk titik-titik yang dijabarkan oleh sepasang asosiasi G
dengan sebuah struktur kristal.
Kisi resiprokal untuk SC, FCC dan BCC dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel 1 Kisi Resiprok SC, FCC dan BCC
12
Gambar 3(a)SC, (b) FCC dan (c) BCC
D. Keadaan Difraksi
Kondisi difraksi kristal dapat dilihat pada Gambar 4 berikut :
13
Beda sudut fase antara kedua sinar datang adalah :
𝛿 = 𝑘∆ (2.17)
2𝜋
= 𝑟 sin 𝜑
𝜆
⃗⃗ ∙ 𝑟⃗ = 𝑘. 𝑟 cos(90 − 𝜑)
𝑘
2𝜋
= 𝑟 cos(90 − 𝜑)
𝜆
2𝜋
⃗⃗ ∙ 𝑟⃗ =
𝑘 𝑟 sin 𝜑 = 𝛿
𝜆
⃗⃗ ∙ 𝑟⃗ = 𝛿
𝑘 (2.18)
Sinar pantul dapat digambarkan sebagai berikut :
14
Maka beda fase antara kedua sinar datang dan sinar pantul adalah :
𝛽 = 𝛿 + 𝛿′
⃗⃗ ∙ 𝑟⃗ + (−𝑘
=𝑘 ⃗⃗ ′ ∙ 𝑟⃗)
⃗⃗ − 𝑘
= (𝑘 ⃗⃗ ′ ) ∙ 𝑟⃗ (2.21)
Sehingga gelombang atau sinar difraksi dari element volume dV mempunyai
faktor fase :
⃗⃗ − 𝑘
exp 𝑖𝛽 = exp[( 𝑘 ⃗⃗ ′ ) ∙ 𝑟⃗ (2.22)
⃗⃗ − 𝑘
𝐹 = ∫ 𝑑𝑉 𝑛(𝑟⃗) exp[( 𝑘 ⃗⃗(2.23)
′
) ∙ 𝑟⃗]
⃗⃗ = 𝑘
Jika ∆𝑘 ⃗⃗ ′ − 𝑘
⃗⃗
Maka :
⃗⃗(2.24)
𝐹 = ∫ 𝑑𝑉 𝑛(𝑟⃗) exp[ −𝑖∆𝑘 ∙ 𝑟⃗]
⃗⃗ ∙ 𝑟⃗]
𝐹 = ∫ 𝑑𝑉 ∑ 𝑛𝐺 exp(𝑖𝐺⃗ ∙ 𝑟⃗) exp[ −𝑖∆𝑘
𝐺
⃗⃗ ) . 𝑟⃗]
𝐹 = ∫ 𝑑𝑉 ∑ 𝑛𝐺 exp[𝑖(𝐺⃗ − ∆𝑘 (2.25)
𝐺
15
⃗⃗ sama dengan vektor kisi resiprok,
Jika vektor hambatan ∆𝑘
𝐺⃗ = ⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗
𝑘′ − 𝑘 (2.26)
Maka :
𝐹 = 𝑉 𝑛𝐺 exp 0
𝐹 = 𝑉 𝑛𝐺 (2.27)
Dimana V adalah volume kristal
Untuk hamburan atau difraksi elastik, energi foton datang (ħ𝜔) = energi foton
pantul (ħ𝜔′), maka :
⃗⃗ |2 = |𝑘
|𝑘 ⃗⃗ ′|2
16
E. Zona Brillouin
17
Menggambarkan sel Weigner – Seitz dari ruang kisi resiprok :
• Hubungkan antara titik kisi resiprok dengan tetangga terdekatnya
• Buatlah garis tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung tadi,
perpotongan garis-garis tersebut akan membentuk sebuah kisi persegi
• Segi empat ini merupakan sel Weigner Seitz dari sebuah kisi resiprok.
18
i. Metode transmisi
Metode ini menggunakan film foto yang terletak dibagian belakang
kristal sehingga berkas sinar difraksi yang ditransmisikan dapat langsung
direkam
19
dijatuhkan pada Kristal yang berputar tersebut. Arah berkas adalah tegak
lurus terhadap sumbu perputaran. Arah daripada berkas sinar-X yang
dihambur (interferensi yang saling menguatkan) terekam sebagai
penghitaman kertas film yang ditempatkan secara konsentris terhadap
sumbu perputaran. Metode kristal berputar berbeda dengan metode Laue
yang mana dalam metode Laue tidak menggunakan berkas sinar
monokromatik akan tetapi yang digunakan adalah spectrum yang kontinu,
sedangkan untuk metode kristal berputar ini terjadi ketika kristal dari
sampel dari sampel uji disinari sinar X dan sinar X tersebut mengelilingi
kristal sehingga pada orientasi tertentu akan dihasilkan berkas difraksi
kemudian direkam oleh film foto
20
b. Bahwa bidang-bidang Kristal yang tidak sejajar dengan sumbu
perputaran akan memberikan bintik-bintik yang letaknya di bawah atau
di atas bidang horizontal tersebut.
c. Metode serbuk
Cara ini paling lazim dipergunakan, karena tidak rumit dan mudah
dalam analisisnya. Untuk cara ini tidak perlu dipergunakan kristal tunggal,
cukup dengan serbuk halus kristal. Serbuk halus tersebut membuat kita
berhadapan dengan banyak sekali Kristal-kristal kecil dengan orientasi
Kristal yang serba acak, atau randomly distributed crystal orientation. Pada
metode ini, suatu berkas sinar-X yang monokromatik ditujukan pada sampel
yang berbentuk serbuk iniDalam metode ini, kristal yang diamati dalam
bentuk serbukan dimana setiap butir serbuk berlaku sebagai kristal
berukuran kecil dengan orientasi acak dan diputar tidak melalui satu sumbu
saja
21
film tersebut konsentrik terhadap sumbu sampel. Tempat dengan intensitas
tinggi memberikan penghitaman yang lebih pekat dibandingkan dengan
tempat dimana intensitas sinar-X yang sampel di film tidak begitu tinggi.
Derajat penghitaman diukur dengan suatu densitometer. Dalam sistem-
sistem yang telah maju tidak lagi dipergunakan film. Intensitas direkam
dengan suatu system.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit kristal yang
bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah hukum Bragg
melalui proses hamburan. Model yang dikemukakan di atas terlalu
sederhana. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X
disebabkan oleh atom diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh karena
itu bahasan berikut menelaah hukum Bragg melalui proses hamburan.
2. Setiap struktur kristal memiliki 2 kisi, yaitu kisi kristal dan resiprok.
Saat kristal dikenai sinar-X, akan dihasilkan pola difraksi yang
merupakan peta kisi resiprok kristal tersebut. Representasi kisi kristal
melalui kisi resiproknya.
3. Menggambarkan sel Weigner – Seitz dari ruang kisi resiprok :
a. Hubungkan antara titik kisi resiprok dengan tetangga terdekatnya
b. Buatlah garis tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung
tadi,
c. perpotongan garis-garis tersebut akan membentuk sebuah kisi
persegi
d. empat ini merupakan sel Weigner Seitz dari sebuah kisi resiprok.
4. Pada dasarnya terdapat tiga teknik atau metode difraksi kristal, yakni
Metode rotasi kristal, metode Laue, dan metode bubuk.
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Guinier, A. (1963), X-ray diffraction in crystals, imperfect crystals and
amorphous bodies,W.H. Freeman, San Francisco.
http://openstorage.gunadarma.ac.id/handouts/S1_TEKNIKINFORMATIKA
/Fisika%20zat%20padat.doc
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Rita%20Prasetyowati,%2
0M.Si./DIFRAKSI%20KRISTAL%20DAN%20KISI%20RESIPRO
K.pdf
https://attachment.fbsbx.com/file_download.php?id=400339686727935&eid=
ASukLfheqr7idpmgMAtNqXFNHW9nMUEQKCI85QbQ9HfjBHR
kGMHvv_4bFGy5q5fBkE&ext=1448019616&hash=ASsvJ_DnYY1k
5S6P
Rahman, Syaiful. 2016. Rancangan Eksperimen Analisis Struktur Mikro
Sampel dengan Prinsip XRD Menggunakan Metode Kristal
Berputar. JRKPF UAD Vol 3 No 1
Warren, B. E. (1969), X-ray diffraction, Addison-Wesley Pub. Co,
Massachussetts.
24