Anda di halaman 1dari 13

Listrik Magnet

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah kelistrikan mulai di zaman yunani purba sewaktu Thales dari


milete (640-546 SM) menemukan bahwa ambar (electron) bila digosok, dapat
menarik benda-benda ringan. Juga sejarah kemagnetan mulai dari zaman yunani
purba dan Thales dari milete, Socrates dan Plato telah menulis tentang sifat-sifat
magnet alam, yang namanya berasal dari nama kotsa magnesia di asia minor, yang
didekatnya ditemukan bijih besi Fe3O4 yang dapat menarik bijih oxid besi lainnya
serta benda-benda besi. Sebuah batang magnet yang tergantung atau tertumpu
pada titik beratnya, sehingga dapat berputar bebas, akan menempatkan diri
menurut arah selatan- sampai utara. Kutub utaranya menuju kutub selatan
kemagnetan bumi, dan kutub selatannya menuju ke kutub utara kemagnetan bumi.

Kutub senama dua magnet tolak menolak dan kutub tak senama tarik
menarik. Semulanya dikira bahwa antara kelistrikan dan kemagnetan tidak ada
sangkut pautnya. Bahwa ada sangkut pautnya baru ditemukan oleh Oersted dalam
tahun 1819, dalam salah satu kuliahnya mengenai listrik dan magnet di universitas
kopenhagen, di mana jarum magnet yang ditempatkannya sejajar suatu arus listrik
disimpangkan oleh arus itu dan bila arah arus dibalik maka juga arah
simpangannya membalik
Ternyata bahwa ada hubungan antara kelistrikan dan kemagnetan. Dalam
tahun 1820 hanya beberapa minggu sesudah penemuan Oersted diumumkan,
maka Ampere di Paris mengumumkan penemuannya bahwa ada gaya antara dua
kawat sejajar yang diterusi arus. Dikatakannya bahwa berbeda dengan halnya
hanya pada dua muatan listrik, yang tolak menolak bila serupa yaitu setanda, dan
tarik menarik bila tidakl serupa, maka sebaliknya dua arus litrik tarik menarik bila
serupa yaitu searah, dan tolak menolak bila tidak serupa yaitu berlawanan arah.
Dalam tahun 1832, yaitu hanya 12 Tahun sesudah penemuan Oersted maka
Faraday menemukan hukum induksi kemagnetannya

1
Listrik Magnet

Kesatuan listrik dan magnet dirumuskan oleh Maxwell dalam teori medan
elektromagnetnya yang diumumkannya dalam tahun 1865. Percobaan-percobaan
Hertz dalam Tahun1888 mengenai gelombang electromagnet menegaskan teori
Maxwell itu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut
1.2.1 Bagaimanakah perumusan Potensial Vektor ?
1.2.2 Bagaimanakah perumusan Hukum Ampere ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perumusan Potensial Vektor.
2. Untuk mengetahui perumusan Hukum Ampere.

1.4 Manfaat Penulisan


Bagi penulis:
Penulisan makalah ini bermanfaat karena dengan penulisan ini penulis
mendapat pengetahuan tentang materi Hukum Ampere dan Potensial
Listrik, selain itu dengan penulisan ini penulis juga lebih memahami
penulisan suatu karya ilmiah.
Bagi pembaca:
Penulisan ini sangat bermanfaat bagi pembaca terutama untuk menembah
pengetahuan tentang fisika Listrik dan Magnet.

BAB II

2
Listrik Magnet

PEMBAHASAN

2.1 Potensial Vektor


Perhitungan medan magnet menjadi jauh lebih sederhana dengan
diperkenalkan potensial listrik statik. Kemungkinan untuk membuat
penyedehanaan ini merupakan akibat menjadi nolnya curl medan listrik. Curl
dari imbas magnet tidak menjadi nol; namun divergensinya adalah nol.
1. Divergen B  .B 
 


Untuk .B  0 , dapat dibuktikan sebagai berikut:
Dari persamaan:
  I . dl  rˆ
dB  0 ..................................................................(1)
4 r2
  
Maka didapatkan dB tegak lurus dengan arah dl dan arah dB melingkar

jika dicari pada setiap titik dengan jarak sama dari dl . Seperti pada gambar
1

dl

Gambar. 1 element dl, dan dB pada


titik sejauh R dari arus

  0 I dl  rˆ
Jika dimisalkan: a  dan b  2 , maka persamaan (1) dapat
4 r
  
dituliskan sebagai berikut: dB  a  b
  
.dB  .( a  b )

3
Listrik Magnet

   
 b .(  a )  a (xb ) (Sesuai hukum dalam analisis vektor)


  a  0 ..........................................................................(2)


Fungsi vektor b  rˆ arahnya radial tergantung arah r̂ dan besarnya
r2

berbanding terbalik dengan r2. Hal ini sebentuk dengan fungsi vektor E yang
arahnya radial dan besarnya berbanding terbalik dengan r2. Dalam hal ini
  
 E  0. Karena vektor b sebentuk dengan E , maka dapat dituliskan:

  b  0 ................................................................................(3)

Dengan mensubstitusi persamaan (y) dan (z) ke persamaan


  
.dB  .( a  b ) , maka didapatkan:
    
.dB  b .(  a )  a (xb )
 
 b .0  a.0

0
 
.B  . dB

  .dB
Dalam hal ini  dapat diganti dengan  , maka:

 . B    . dB

  0.

. B  0


Jadi, terbukti bahwa: .B  0 ..........................................................(4)

2.2 Potensial Vektor



Dalam elektrostatika, akibat xE  0 , maka pengertian potensial skalar
 
menghasilkan bentuk persamaan E  V . Sekarang sebagai akibat .B  0 ,

dalam magnetostatika diperkenalkan potensial vektor A , dimana dalam analisis
vektor ada ketentuan divergensi suatu vektor sama dengan nol, maka vektor
tersebut sama dengan curl dari vektor lainnya. Untuk   B  0, berlaku:
 
B  xA ..........................................................................(5)

4
Listrik Magnet

 
dimana B adalah vektor induksi magnet dan A adalah potensial vektor
(vektor potensial dari B).
z

P dB
ds r
y

x s Gambar 1

Pada titik P dimana B ditimbulkan sirkuit arus S maka A dapat ditentukan
sebagai berikut.
Komponen ds pada sumbu x, y, dan z adalah dsx, dsy, dsy. sedangkan
komponen r pada sumbu x, y, dan z adalah x, y, z, berarti:
r 2  x2  y2  z2

1
r  ( x 2  y 2  z 2 ) 2 ...................................................................(6)
Dari ketentuan di atas, maka:
ds
 ...................................................................................(7)
r
Berdasarkan persamaan (6) maka persamaan (7) dapat dituliskan sebagai
berikut:

ds    ds    ds y     ds    ds z     ds y    ds x 
  i  z      j   x      k      
r  y  r  z  r    z  r   x  r    
  x r  y  r 
 y z   z x   x y 
 i   3 ds z  3 ds y   j  3 ds x  3 ds z   k  3 ds y  3 ds x 
 r r   r r   r r 
1
 3   r  ds 
r
1
 3  ds  rrˆ 
r
1
 2  ds  rˆ 
r
ds  ds  rˆ 
  .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......( 8)
r r2

Menurut hukum Biot-Savart, yaitu:

5
Listrik Magnet

  I ds  rˆ
dB  0
4 r 2 ………………………………(9)

Maka berdasarkan persamaan (8), persamaan (9) dapat dituliskan sebagai


berikut:
  I ds
dB  0 . 
4 r
  I ds
B  0 
4 r ................................................................(10)

 
Substitusikan persamaan (10) ke persamaan B   A sehingga diperoleh:
  I ds
 A  0
4  r
  I ds
 A 0  
4 r
  I ds
 A   0
4  r
  I ds
Didapatkan bahwa:   A    0
4  r
  I ds
Sehingga A  0
4  r
...................................................................(11)

Persamaan (11) adalah A untuk arus filament (kawat berarus).
Jika J adalah rapat arus I per luas A,
I
J 
A
Maka persamaan (11) menjadi:
  I ds
A 0
4  r
0 J A ds

4  r
0 J dV

4  r
  JdV
A 0
4 
V
r
.................................................................(12)

6
Listrik Magnet

Jika dV dinyatakan dengan d , dimana  menyatakan volume, maka


persamaan (12) menjadi:
  
d
A 0
4 
V
r
..................................................................(13)

Bila distribusi arusnya permukaan dan dihasilkan oleh titik muatan yang
bergerak maka potensial vector yang dihasilkan masing-masing adalah:


  kda
A 0
4 
S
r
…………………………………………..(14)

  0 qv
A ……………………………………………....(15)
4r
2.3 HUKUM AMPERE
Menurut hukum Biot - Savart, untuk kawat lurus yang sangat panjang (L = ~),
pada titik A yang sejauh R dari kawat maka medan magnet B di titik A adalah

0 I
B (gambar 1). Bila dicari integral untuk lintasan lingkaran berjejari R
2R
(keliling lingkaran 2R ), yang sepusat dengan kedudukan kawat maka medan
magnet yang merupakan jumlah perputaran magnetik (  B ):
  0 I 
 . dl    2R  dl
B

 0 I
 B . dl 
2R  dl
 0 I
 B . dl   2R 
2R

 B . dl   0 I

(16)

7
Listrik Magnet

B
A
L
dl

Gambar 2. Medan magnet disekitar kawat lurus

Persamaan (16) merupakan hukum ampere dalam bentuk integral. Hukum ampere
menyatakan bahwa: “the integral line of the tangential of the magnetic field
strength around a closed path is equal to the curent enclosed by the path”.

Dari persamaan (16), hasil integral  B . dl tak tergantung pada jarak antara
kawat dengan pusat lingkaran yang ditempati oleh kawat R, karena B mengecil
dengan laju yang sama dengan membesarnya lingkaran. Oleh karena itu, pada
sekitar kawat yang berarus I digambarkan beberapa lingkaran yang memiliki jari-
jari berbeda maka perputaran (hasil integral pada persamaan 16) di seluruh
lingkaran di sekitar kawat adalah sama yaitu  0 I artinya perputaran medan

magnet sebanding dengan I (arus yang di lingkupi oleh amperian area/ I enc ) jika
kita memiliki lintasan tertutup sembaranga (L) pada gambar 2, maka perputaran
magnetik  B dapat ditentukan sebagai berikut:
I

dθ B
L A
dl

8
Listrik Magnet

Gambar 3. Perputaran magnetik sepanjang L


 
B   B . dl

 I ˆ 0 .dl
B  0
2  r

0 I
2 
B  d

Komponen ˆ 0 .dl adalah dl dalam arah vektor satuan ̂ 0 dan besarnya r dθ.
Karena total sudut di sekitar kawat adalah 2π, maka  B   0 I yang sama dengan
persamaan (16) yang berarti untuk lintasan tertutup yang mengelilingi arus lurus
tidak sesuai dengan posisi relatif terhadap lintasan. Yang artinya juga persamaan
(16) berlaku untuk berbagai bentuk arus (tidak harus arus lurus).

I1
I3

I2

Gambar 4. Beberapa mata rantai arus

Misal I1, I2, I3 membentuk mata rantai dengan menutup lintasan L (gambar 4).
Masing-masing I memberi sumbangan kepada perputaran medan magnet
sepanjang L. Berdasarkan hukum ampere, maka perputaran dari medan magnet
sepanjang lintasan tertutup yang dilingkupi arus masing-masing adalah  B   0 I
(I = I1 + I2 + I3 +...)

Catatan:

9
Listrik Magnet

 Arus positif, bila arah arus yang melingkupi lintasan L sama dengan arah
putaran kanan sekrup yang mengikuti arah lintasan
 Arus negatif jika arus berrlawanan dengan keadaan tersebut.
 Dari gambar 3, I1, I2 merupakan arah arus positif sedangkan I3 arah arus
negatif.
Jika kita memiliki arus per satuan volume maka kita gunakan I enc   J da dan
hukum ampere adalah
   
 B . dl  0  J .. d a
   
 B . dl  0  ( X B ). da (teorema stokes)

  
 ( X B ).da   0  J . da
 
( X B )   0 J (17)

Persamaan (17) merupakan hukum ampere dalam bentuk diferensial.


2.4 Aplikasi Hukum Ampere
Bentuk integral dari hukum Ampere yang mungkin lebih dikenal
dibandingkan bentuk diferensialnya. Pada praktek penggunaannya gunakanlah
selalu kaidah tangan kanan. Hukum Ampere dalam magnetostatika adalah
analogis dengan Hukum Gauss dalam elektrostatika. Dan juga seperti halnya
Hukum Gauss; walaupun selalu benar, tidaklah selalu mudah untuk diaplikasikan.
Ini disebabkan bahwa kemungkinan besar kita tidak mampu untuk melakukan
integrasinya jika geometrinya kompleks; hanya yang geometrinya simpel dapat
kita kerjakan seperti (kawat lurus tak berhingga, Soleonida tak berhingga,
toroida). Hukum Ampere sangat berguna untuk menentukan B yang memiliki
simetri tinggi.
Loop ampere

I r
-~ ~
B  memiliki simetri silinder.

 B . dl  B  dl  B 2r

10
Listrik Magnet

IC  I

0 I
Jadi  B 2r   0 I  B 
2r

Jika panjang kawat terbatas atau bengkok : B yang dihasilkan tidak lagi
memiliki simetri tinggi :

B : disamping fungsi dari r juga fungsi dari Z dan atau  .

 : Sulit untuk memilih lintasan ampere yang tepat.

Sehingga : Hukum ampere


 
 B . dl  0 IC

Kurang tepat guna, tetai tetap berlaku.


Misalnya arus mantap I mengalir melalui kabel silinder yang sangat panjang
dengan jejari R.
Tentukan medan magnet didalam silinder :
a). Arus terdistribusi secara merata pada permukaan kawat.

R
C1
I C2
Jawab :

1
a). K   I  K 2R
2R

untuk : r < R

 B . dl  
C2
0 IC  0 I

0 I  Iˆ
B  0 
2r 2r

11
Listrik Magnet

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Dalam elektrostatika, akibat xE  0 , maka pengertian potensial skalar

menghasilkan bentuk persamaan E  V . Sekarang sebagai akibat
 
.B  0 , dalam magnetostatika diperkenalkan potensial vektor A ,
dimana dalam analisis vektor ada ketentuan divergensi suatu vektor sama
dengan nol, maka vektor tersebut sama dengan curl dari vektor lainnya.
2. Menurut hukum Biot - Savart, untuk kawat lurus yang sangat panjang (L
= ~), pada titik A yang sejauh R dari kawat maka medan magnet B di titik

0 I
A adalah B  (gambar 1). Bila dicari integral untuk lintasan
2R
lingkaran berjejari R (keliling lingkaran 2R ), yang sepusat dengan
kedudukan kawat maka medan magnet yang merupakan jumlah
perputaran magnetik (  B ).
3. Pada praktek penggunaannya gunakanlah selalu kaidah tangan kanan.
Hukum Ampere dalam magnetostatika adalah analogis dengan Hukum
Gauss dalam elektrostatika. Dan juga seperti halnya Hukum Gauss;
walaupun selalu benar, tidaklah selalu mudah untuk diaplikasikan. Ini
disebabkan bahwa kemungkinan besar kita tidak mampu untuk melakukan
integrasinya jika geometrinya kompleks; hanya yang geometrinya simpel
dapat kita kerjakan seperti (kawat lurus tak berhingga, Soleonida tak
berhingga, toroida).

12
Listrik Magnet

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, D dan Resnick. 1978. Fisika.Erlangga: Jakarta

Loeksmanto, Waloejo. 1993. Medan Elektromagnetik. Bandung. FMIPA ITB

Ngurah, A. 2006. Bahan Kuliah Listrik Magnet. Tidak diterbitkan.

Reits, R.J dkk. 1993. Dasar Teori Listrik Magnet. ITB : Bandung

Suyoso. 2003. Common Textbook Listrik Magnet. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan


Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai