Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Lagrangian?

2. Bagaimana penurunan rumus dari Lagrangian?

3. Apa pengertian dari Hamilton?

1.3. Manfaat

Dari uraian diatas maka dapat diuraikan manfaat daripembuatan makalah ini:
1. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang pengertian manajemen
pada aspek personalia.

2. Meningkatkan pemahaman tentang penurunan rumus Langrangian dan Hamiltonian.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Lagrange

Sebenarnya persamaan gerak suatu partikel yang dinyatakan dengan persamaan lagrange
dapat diperoleh dengan meninjau energy kinetic dan energy potensial dari partikel tersebut tanpa
harus mengetahui atau meninjau gaya yang bereaksi terhadapnya. Energy kinetic dari suatu
partikel dalam system koordinat kartesius merupakan fungsi dari kecepatan, sedangkan energy
potensial partikel tersebut yang bergerak dalam medan konservatif merupakan fungsi posisi.

Dari penjelasan diatas maka dapat dikatakan Lagrangian merupakan selisih antara energy
kinetic dan energy potensial. Sebenarnya persamaan lagrangian sendiri diperoleh dari prinsip
persamaan Hamiltonian yang mensyaratkan kondisi nilai stationer. Persamaan lagrange
merupakan persamaan gerak partikel sebagai fungsi dari koordinat umum, kecepatan umum, dan
juga waktu. Persamaan lagrange juga sebenarnya ekivalen dengan gerak newton, jika koordinat
yang digunakan adalah koordinat kartesius.

2.2. Koordinat Umum

Untuk memperoleh persamaan lagrange pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui
dan memahami koordinat umum atau ada yang menyebutnya koordinat rampatan. Posisi sebuah
partikel dalam suatu ruang (tiga dimensi) bisa dinyatakan dengan tiga jenis koordinat, yaitu dapat
berupa koordinat Kartesian, koordinat silinder ataupun koordinat bola. Namun jika suatu partikel
tersebut bergerak dalam sebuah bidang, atau pada sebuah permukaan yang terbatas, maka hanya
ada dua koordinat yang dibutuhkan untuk menyatakan posisinya, sedangkan untuk partikel yang
bergerak dalam sebuah garis lurus, parabola atau dapat dikatakan satu dimensi cukup dengan
menggunakan satu koordinat saja.

Jika suatu sistem tersebut memiliki N partikel, maka koordinat yang dibutuhkan adalah 3N
untuk menyatakan posisi dari keseluruhan partikel. Secara umum, terdapat n jumlah minimum
koordinat yang dibutuhkan untuk menyatakan konfigurasi dari sistem. Koordinat-koordinat
tersebut dinyatakan dengan

q1, q2, …..qn (1)

Koordinat koordinat diataslah yang disebut dengan koordinat rampatan. Istilah rampat
diambil dari kata merampat dan papan Koordinat qk dapat saja berupa sudut atau jarak. Untuk
suatu partikel tunggal, fungsi koordinat rampatan lebih mudah dituliskan dengan menggunakan
koordinat Kartesius seperti dibwah:

x = x(q)

(satu jenis koordinat - gerak pada sebuah kurva).

x = x(q1,q2)

(dua jenis koordinat - gerak pada sebuah permukaan).

x = x(q1,q2,q3)

y = y(q1,q2,q3)

z = z(q1,q2,q3)

(tiga jenis koordinat - gerak dalam sebuah ruang)

Misalkan q berubah dari harga awal (q1,q2, ….) menuju harga (q1+q1,q2+q1 ..). Maka
perubahan koordinat Kartesius tersebut adalah :

x x
x  q 1  q 2  ..... (2)
q 1 q 2

y y
y  q 1  q 2  ..... (3)
q 1 q 2

z z
z  q1  q 2  ..... (4)
q1 q 2
Jika dimisalkan gerak partikel didalam bidang tersebut adalah koordinat polar maka
q1 = r dan q2 =  , sehingga:

x = x(r,) = r cos , y = y(r,) = r sin (5)

dan selanjutnya turunan parsialnya dalam kordinat cartesiannya dinyatakan:

x x
x  q 1  q 2 = cos  r - r sin   (6)
q 1 q 2

y y
y  q 1  q 2 = sin  r + r cos   (7)
q 1 q 2

Jika suatu sistem terdiri atas banyak partikel dengan derajat kebebasan sebanyak N maka
koordinat umumnya dapat dinyatakan:

q1, q2, …..qn (8)

Selanjutnya perubahan konfigurasi dari (q1, q2, …..qn) ke konfigurasi di dekatnya (q1+q1, q2+q2,
…qn+qn) menyebabkan terjadinya perubahan pada koordinat kartesian dimana:

n
x i
x i   q
k 1 k
q k (9)

n
y i
y i   q
k 1 k
q k (10)

n
z i
z i   q
k 1 k
q k (11)

2.3. Persamaan Gaya Umum

Jika sebuah partikel bergerak sejauh r karena pengaruh sebuah gaya aksi F, maka kerja
yang dilakuka oleh gaya tersebut adalah :

W  F  r  Fx x  Fy y  Fz z (12)

W   F x
i
i i (13)
Persamaan diatas berlaku untuk banyak partikel, misal partikel i : 1 sampai 3, untuk N partikel i:
1 sampai 3N dan ketika xi dituliskan dalam koordinat umum maka:

 x i 
W    F  q
i
i
k k
q k 

 x i 
    F q
i k
i
k
q k 

(14)

 x i 
    F q
i k
i
k 
q k

W  Q k
k q k (15)

dimana :

 x i 
Qk    F dq i
k 
 (16)

Dan besaran Qk pada persamaan di atas yang disebut dengan gaya umum (gaya rampatan)
yang berhubungan dengan koordinat umum qk. Karena perkalian Qk.qk memiliki dimensi kerja,
maka Qk haruslah memiliki dimensi gaya jika qk menyatakan sebuah jarak, dan Qk akan memiliki
dimensi torque jika qk menyatakan sebuah sudut.

2.4. Gaya Umum untuk Sistem Konservatif

Dimana diketahui persamaan gaya untuk partikel yang berada dalam medan konservatif adalah:

V
Fi   (17)
x i

Sehingga gayanya dapat dinyatakan dengan

 V x i 
Q k  

 x
i i q k



(18)
Suku yang berada dalam tanda kurung tak lain adalah turunan parsial fungsi V terhadap q k. Oleh
karena itu;

V
Qk   (19)
q k

Missal untuk koordinat polar dimana q1 = r dan q2 =  maka gaya umumnya adalah:

V V
Qr   ; Q    (20)
r

2.5. Persamaan Lagrange

Untuk memperoleh persamaan differensial gerak maka pertama dapat dituliskan

Fi  m i x i (21)

selanjutnya menuliskan dalam bentuk koordinat umum q. Akan tetapi langkah ini dapat lebih
disederhanakan dengan menggunakan pendekatan energi. Untuk itu, pertama tentukan persamaan
tenaga kinetik sistem. Tenaga kinetik dari sebuah sistem yang terdiri dari N partikel adalah:

 
k
T 1
2
m i ( x 12  y i2  z i2 (22)
i 1

3N
T i 1
1
2
m i x i2 (23)

Sedangkan xi merupakan koordinat umum yang dapat dinyatakan :

xi  xi ( q1 , q 2 ,..., q n , t ) (24)

dan selanjutnya

x i x i
x i   q k
q k 
t
(25)

Ingat bahwa:

Jumlah partikel (i) = 1,...3N


Jumlah derajat kebebasan (k) = 1,...n

Apabila xi bukan merupakan fungsi t, maka dapat dituliskan:

x i x i
 (26)
q k q k

Kalikan kedua ruas (ruas kiri dan kanan) dengan x


 i dan diferensialkan terhadap t, akan

diperoleh:

d  x i  d  x i 
 x i    x i 
dt  q k  dt  q k 

x i x i
 x i  x i (27)
q k q k

atau

d   x i2  x   x i2 
   x i i    (28)
 
dt  q k 2  q k q k  2 
 

Jika selanjutnya persamaan (28) dikalikan mi dan gunakan hubungan m i x i  Fi , maka dapat
peroleh

d   m i x i2  x   m i x i2 
   Fi i    (29)

dt q k  2   q k q k  2 
 

Dan kemudian dijumlahkan terhadap i

d T  x i  T
dt q k
   F q
i
i
k 
 
q k
(30)

Dari definisi gaya rampatan kita peroleh

d T T
 Qk  (31)
dt q k q k
Persamaan (31) inilah yang dinamakan persamaan Lagrange pada gaya konservatif, atau dapat
diyuliskan :

d T T V
  (32)
dt q k q k q k

Persamaan ini biasanya ditulis dalam bentuk yang lebih singkat dengan mendefinisikan fungsi
Lagrangian L yakni

L=T-V (33)

Dimana T dan V dalam koordinat rampatan. Oleh karena V = V(qk) dan V / q k  0 , maka

L T L T V
 dan   (34)
q k
 q k q k q k q k

Atau kemudian Persamaan Lagrange untuk sistem konservatif dapat ditulis

d L L
 (35)
dt q k q k

jika gaya rampatan tidak konservatif, misalkan nilainya adalah Q 'k , maka kita dapat menuliskan

V
Q k  Q 'k  (36)
q k

dengan L = T - V, maka akan diperoleh

d L L
 Q 'k  (37)
dt q k q k

d � L �L
  Qk' (37)
&
dt �
qk �qk

Persamaan diatas akan sangat membantu sekali dalam memecahkan persamaan gerak sistem
partikel yang dipengaruihi oleh gaya-gaya non konservatif, seperti misalnya dalam membahas
pengaruh gaya gesekan udara pada sistem benda jatuh bebas dan gaya peredaman pada sistem
ossilator harmonik.
A. Mekanika Hamilton

Persamaan Hamilton untuk gerak pada sebuah fungsi dari koordinat umum
H  q
k
k pk  L (48)
Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energi kinetik sistem adalah fungsi kuadrat
dari q
 dan energi potensialnya merupakan fungsi q saja :
L  T (q k , q k )  V (q k ) (49)
Berdasarkan teorema Euler untuk fungsi homogen, diperoleh
L T
 q p
k
k k L   q
k
k
q k
  q
k
k
q k
 2T (50)
Oleh karena itu :
H  qk
k p k  L  2T  (T  V )  T  V (51)
Persamaan ini tak lain adalah energi total dari sistem yang kita tinjau. Selanjutnya, pandang n
buah persamaan yang ditulis sebagai :
L
pk  (k = 1,2, …n) (52)
q k
dan nyatakan dalam q dalam p dan q
q k  q k (p k , q k ) (53)
Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang bersesuaian dengan variasi
p k , q k sebagai berikut :
 L L 
H   p k q k  q k p k   q k 
k 
q k q k
q k 

(54)

Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung saling meniadakan, oleh karena
menurut defenisi p k  L / q k , oleh karena itu:
H    q p
k
k
 k q k 
p (55)
Variasi fungsi H selanjutnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
 H H 
H    p
k k
p k 
q k
q k 

(56)

Akhirnya diperoleh :

H (57)
 q k
p k
H
Dua persamaan terakhir   p k
q k ini dikenal dengan persamaan kanonik Hamilton untuk gerak.
(105)
Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n persamaan defernsial orde-1 (bandingkan dengan
persamaan Lagrange yang mengandung n persamaan diferensial orde-2. Persamaan Hamilton
banyak dipakai dalam mekanika kuantum (teori dasar gejala atomik).

Contoh pemakaian.
1. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak osilator harmonik satu
dimensi.
Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan sebagai :
1 1
T mx 2 dan V  Kx 2 (58)
2 2
Momentumnya dapat ditulis
T p
p  mx atau x  (59)
x m
Hamiltoniannya dapat ditulis :
1 2 K 2
HTV p  x (60)
2m 2
Persamaan geraknya adalah :
H H
x
  p
 (61)
p x
dan diperoleh :
p
 x Kx   p

m
Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum-kecepatan. Dengan menggunakan kedua
persamaan di atas, dapat kita tulis :
mx  Kx  0 (62)
yang tak lain adalah persamaan osilator harmonik.

2. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak benda yang berada di bawah
pengaruh medan sentral.
Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan dalam koordinat polar
sebagai berikut:
m 2
T ( r  r 2  2 ) dan V=V(r) (63)
2
Jadi :
T pr
pr   mr r  (64)
r m
T p
p 

 mr 2    2 (65)
 mr
Akibatnya :
1 2 p 2
H (p r  2 )  V(r ) (66)
2m r
Persamaan Hamiltoniannya:
H H H  H   p
 r ,  p r ,  , (67)
p r r p  

Selanjutnya:
pr
 r (68)
m
V(r ) p 2
  p r (69)
r mr 3
p
2
  (70)
mr
 p  0 (71)
Dua persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa momentum sudut tetap,
p   kons tan  mr 2& mh (72)
Sedangkan dua persamaan sebelumnya memberikan,
mh 2 V (r )
mr  p r  3  (71)
r r
untuk persamaan gerak dalam arah radial.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Lagrangian merupakan selisih antara energy kinetic dan energy potensial. Sebenarnya
persamaan lagrangian sendiri diperoleh dari prinsip persamaan Hamiltonian yang
mensyaratkan kondisi nilai stationer. Persamaan lagrange merupakan persamaan gerak
partikel sebagai fungsi dari koordinat umum, kecepatan umum, dan juga waktu.
Persamaan lagrange juga sebenarnya ekivalen dengan gerak newton, jika koordinat yang
digunakan adalah koordinat kartesius.

3.2. Saran

1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa sebagai calon pendidik hendaknya memahami dan mencermati
“Kinematika Partikel” sebagai persiapan bekal di masa depan ketika terjun sebagai
tenaga pendidik di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Boas, Mary. --. Mathematical Methods in the Physical Sciences. ---

Goldstein, Hebert. 2000. Classical Mechanics Third Edition. New York: Addison Wesley.

Gregory, Douglas. 2006. Classical Mechanics. New York: Cambridge University Press.

Morin, David. 2004. Introduction to Classical Mechanics With Problems and Solutions. New
York: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai