Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara mikroskopis di dalam bahan magnet terdapat arus-arus kecil. Arus-arus
kecil tersebut disebabkan oleh gerakan elektron mengelilingi inti atau gerakan
elektron pada sumbunya (spin). Sedangkan secara makroskopis dalam bahan
magnet terdapat dipole-dipole magnet ini adalah acak, sehingga saling
meniadakan. Seperti halnya bahan yang dipengaruhi oleh medan listrik akan
terjadi polarisasi, maka bahan yang dipengaruhi medan magnet juga akan terjadi
polarisasi magnetik atau magnetisasi. Magnetisasi timbul disebabkan oleh
pengaruh medan magnet tersebut membentuk pembarisan dipole-dipole magnet,
sehingga arahnya teratur (tidak acak) seolah-olah terbentuk pengutuban magnet.
Analog dengan definisi Polarisasi, maka Magnetisasi (= M) didefinisikan sebagai
momen dipole magnet (= m) per satuan volume.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dipandang perlu untuk membahas bahan
magnetisasi dan histeresis dalam makalah ini. Diharapkan dengan adanya
pembahasan bahan magnetisasi, maka pembaca akan mendapatkan gambaran
bahwa hubungan antara M dan salah satu dari vektor medan bergantung pada sifat
bahan magnetnya dan biasanya diketahui dari percobaan. Sedangkan dengan
adanya pembahasan tentang histeresis, maka diharapkan pembaca dapat
menggambarkan kurva histeresis beberapa bahan dan mengetahui akibat dari
adanya kurva histeresis itu ialah terjadinya panas dalam zat ferromagnetik yang
merupakan kerugian tenaga.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan magnetisasi?
1.2.2 Bagaimana magnetisasi terjadi?
1.2.3 Bagaimana kutub-kutub magnet tersebut?
1.2.4 Bagaimana Hukum Ampere untuk Intensitas Magnet (H)?

Listrik dan Magnet 1


1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut maka tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan magnetisasi.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana magnetisasi terjadi.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana kutub-kutub magnet tersebut.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana Hukum Ampere untuk kuat medan
magnet (H).

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.4.1 Bagi penulis
Penulisan makalah ini bermanfaat karena dengan penulisan ini penulis
mendapat pengetahuan tentang magnetisasi, kutub magnet dan hukum
ampere untuk H, selain itu dengan penulisan ini penulis juga lebih
memahami penulisan suatu karya ilmiah.
1.4.2 Bagi pembaca
Penulisan ini sangat bermanfaat bagi pembaca terutama untuk
menembah pengetahuan tentang magnetisasi, kutub magnet dan hukum
ampere untuk H.

1.5 Metodelogi Penulisan

Data-data yang dipergunakan dalam makalah ini bersumber dari berbagai


referensi yang relevan dengan kajian tulisan. Penulis mengumpulkan data dari
berbagai literatur yang relevan. Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder.
Data hasil kajian pustaka dianalisis dengan analisis deskriptif. Data yang telah
terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan penulis. Berdasarkan
pembahasan kemudian ditarik suatu simpulan sebagai intisari secara umum.

Listrik dan Magnet 2


BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Magnetisasi
Bila kita menanyakan pada seseorang, hal mengenai magnet, maka yang
diingat adalah batang magnet, jarum kompas, atau kutub magnet. Jarang ada
orang yang mengaitkan dengan gerakan muatan atau kawat yang daliri arus. Perlu
diketahui bahwa terjadinya medan magnet disebabkan oleh gerakan muatan listrik
dan sebetulnya di dalam bahan magnet secara mikroskopis dalam skala atom
terjadi arus-arus kecil karena elektron beredar mengelilingi inti dan/atau elektron
berputar terhadap sumbunya. Tetapi secara makroskopis bahan magnet semacam
itu dikatakan mengandung sekumpulan dipol-magnet.

Secara mikroskopik di dalam bahan magnet terdapat arus-arus kecil. Arus-arus


kecil tersebut disebabkan oleh gerakan electron mengelilingi inti atau gerakan
electron pada sumbunya (spin). Sedangkan secara makroskopis, dalam bahan
magnet terdapat dipole-dipole magnet. Arah dipole-dipole magnet ini adalah acak
sehingga saling meniadakan apalagi bila bahan ada pada suhu tinggi. Seperti
halnya bahan yang dipengaruhi oleh medan listrik akan terjadi polarisasi, maka
bahan yang dipengaruhi medan magnet juga akan terjadi polarisasi magnetik atau
magnetisasi. Magnetisasi timbul disebabkan oleh pengaruh medan magnet
tersebut membentuk pembarisan dipole-dipole magnet sehingga arahnya teratur
(tidak acak) seolah-olah terbentuk pengutuban magnet. Jadi bila bahan
dipengaruhi oleh medan magnet luar, maka hampir semua dipol magnet membuat
pembarisan arah polarisasi magnet, dan bahan tersebut dikatakan termagnetisasi.
Magnetisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

µ
µ

V
µ

Gambar 1. Magnetisasi
Listrik dan Magnet 3
Magnetisasi merupakan besarana vektor karena momen dipole magnet
merupakan besaran vektor. Sedangkan arah magnetisasi M sama dengan arah
momen dipole magnet. Analog dengan definisi Polarisasi, maka Magnetisasi (M)
didefinisikan sebagai momen dipole magnet (m) persatuan volume, dan dituliskan
segabai berikut:



M 
m …………………………………………………………….(1)
volume
atau
 
dm  MdV ……………………………………………………………..(2)

Sehingga
 
m  MdV …………………………………………………………….(3)
volume

ampere.m 2 ampere
Dengan dimensi  = ampere m2 dan dimensi M  
m3 m .

Sehingga satuan M adalah ampere/meter. Dan telah dijelaskan sebelumnya

bahwa arah polarisasi listrik adalah searah dengan arah medan listrik E .

Sedangkan arah magnetisasi M adalah:

a. Searah dengan medan magnet B untuk bahan paramagnet

b. Berlawanan arah dengan medan magnet B , untuk bahan diamagnetik
 
c. Untuk bahan feromagnetik, M searah dengan B

2. Kurva Magnetisasi
Kurva magnetisasi menggambarkan hubungan antara kerapatan fluks B dan
kuat medan H (gambar 1). Maksudnya adalah seberapa jauh pengaruh kerapatan
fluks B terhadap kenaikan kuat medan H.

Listrik dan Magnet 4


Gambar 2. Kurva Magnetisasi
Pada grafik terlihat bahwa untuk besi lunak 1, B naik dengan cepat diikuti
kenaikan H sampai H mencapai nilai 2000 At/m dan B mencapai 0,2 T. Pada titik
ini terjadi saturasi (kejenuhan), sehingga kenaikan H tidak banyak berpengaruh
terhadap kenaikan B, bahkan hampir tidak ada kenaikan B. Untuk besi lunak 2,
diperlukan H yang lebih tinggi untuk mencapai saturasi, yaitu pada H 500 At/m
dan B mencapai 0,3 T. Didapatkan kurva yang sama untuk benda-benda magnetik
lainnya dengan nilai saturasi yang berbeda. Udara bukan benda magnetik,
memiliki profil BH yang sangat rendah. Permeabilitas µ dari benda-benda
magnetik adalah perbandingan antara B dengan H, dinyatakan dengan rumus:
B
 ………………………………………………………………….(4)
H
Dengan:
µ = permeabilitas bahan (Tm/At)
B = kerapatan fluks per medter persegi (Tesla)
H = kuat medan magnet dalam satuan ampere-turns per meter (At/m)
Dari persamaan di atas dapat dituliskan satuan internasional untuk µ, yaitu Tm/At.
Rata-rata nilai µ pada grafik di atas didapat pada titik awal terjadinya saturasi.
Untuk besi lunak 1, didapat µ = 0,2/2000 = 1 x 10-4 Tm/At. Untuk besi lunak 2,
didapat µ = 0,3/5000 = 6 x 10-5 Tm/At.

Listrik dan Magnet 5


3. Rapat Arus Magnetisasi
Hubungan antara magnetisasi dan rapat arus magnetisasi dapat kita tinjau
bila dimisalkan suatu sistem terdapat bahan pemagnet maka akan ditentukan
potensial vektor di suatu titik yang berada sejauh r di luar bahan tersebut, seperti
gambar di bawah ini.

R P
dV’

S’

Gambar 3. Potensial vektor di titik P di luar bahan pemagnet



Momen dipole dari volume dV sebagaimana persamaan (2) dm  MdV
memberikan sumbangan terhadap potensial vektor, yaitu
  0 dm  
xR
dA 
4 R 2
 
  0 M x R dV
dA  ……………………………………………………..(5)
4 R2
  
Dengan R  r  r ' . Potensial vektor pada posisi r dapat diperoleh dengan
mengintegralkan persamaan (5), yaitu:
  
   0 M (r ' ) x RdV '
A(r )  
V'
4 R2
      1
A(r )  0  M (r ' ) x'  dV ' …………………………………………(6)
4 V ' R
Berdasarkan sifat identitas vektor, maka integral dari persamaan (6) dapat
dinyatakan sebagai berikut:
 
  1  ' x M M 
M x '     ' x   ………………………………………(7)

R R  R 
Persamaan (7) disubstitusikan ke persamaan (6), maka:

Listrik dan Magnet 6


 
   ' xM 0  M  
A(r )  0
4 V ' R dV ' 4
V '  ' x R dV ' ………………………...(8)
 

M 
Menurut teorema integral,   ' x dV ' dapat diubah menjadi integral luasan
V'  R
  ^
M  Mx n
yaitu   ' x dV '  
 dA' , sehingga persamaan (7) berbentuk:
V'  R  S'
R

  ^
    ' xM   Mx n
A(r )  0
4   R
V '
dV ' 0

 4 
S'
R
dA' ………………………………(9)

^
Dengan S’ adalah permukaan terikat volume V’ dari bahan dan n vektor
normal dengan arah ke luar. Bila persamaan (9) dikonfirmasikan dengan
  0 k da   0 qv
4 S r
persamaan A  dan A  , maka dinyatakan bahwa potensial
4r

vektor persamaan (9) dihasilkan oleh rapat muatan arus volume jm terdistribusi
seluruh volume dan rapat arus permukaan Km pada permukaan terikat pada
volume. Oleh karena itu dapat dituliskan :
 
J m  ' xM ……………………………………………………………(10)
 
K m  Mxnˆ ……………………………………………………………..(11)
Dan persamaan (9) menjadi :
   
   0 J m (r )  K m (r )
A(r )  
4 V ' R
dV ' 0
4  R dA' ………………………………(12)
S'

Untuk kepentingan praktis, pada umumnya persamaan (10) dan (11) dituliskan :
   
J m  ' xM dan K m  Mxnˆ …………………………………………..(13)
Dengan pengertian bahwa diferensiasi terhadap koordinat titik sumbu dan ̂
normal keluar. Sedangkan ⃗⃗ ̂ adalah garis singgung terhadap permukaan. Hal
yang tidak boleh dilupakan bahwa ⃗ ditentukan dengan nilai ⃗⃗ ̂ di
permukaan.
Untuk lebih jelasnya diberikan contoh magnetisasi dalam 2 elemen volume
sebagai berikut:

Listrik dan Magnet 7


Gambar 4. Magnetisasi dalam 2 elemen

Magnetisasi dalam elemen volume 1 :


⃗⃗ ( )
Magnetisasi dalam elemen volume 2 :
⃗⃗ ⃗⃗ ⃗⃗
* ⃗⃗ ( ) + * ⃗⃗ ( ) +

⃗⃗ ⃗⃗
( ⃗⃗ )

Gambar 5. Kuat Arus Magnetisasi dalam 2 elemen

Dari gambar tersebut dapat kita ketahui tentukan momen magnet dari masing-
masing elemen volume sebagai berikut.
Momen magnet elemen volume 1:
⃗⃗

Listrik dan Magnet 8


Momen magnet elemen volume 2:
⃗⃗
( ⃗⃗ )

Komponen-x dari momen magnet elemen volume 1:


⃗⃗
Arus magnetisasi ke atas:
⃗⃗
⃗⃗ ( ⃗⃗ )

Dengan cara yang sama, kita dapat mengambil elemen volume dalam arah
sumbu-y, sehingga arus magnetisasi keatas adalah:

Gambar 6. Kuat Arus Magnetisasi ke arah Atas


Kedua arus tersebut menimbulkan arus magnetisasi keatas sebesar:

( )

Dimana ΔxΔy adalah luas yang dilalui arus Ia.

Rapat arus magnetisasi didefinisikan sebagai:

( ) ( )

( ) ( )

( ) ( )

Listrik dan Magnet 9


Sehingga rapat arus magnetisasi total adalah curl dari magnetisasi
⃗ ⃗⃗
4. Kutub Magnetik
Semua magnet mempunyai sifat-sifat tertentu. Setiap magnet, bagaimanapun
bentuknya, mempunyai dua ujung dimana pengaruh magnetiknya paling kuat. Dua
ujung tersebut dikenal sebagai kutub magnet. Salah satu kutub diberi nama kutub
utara (U) dan kutub yang lain diberi nama kutub selatan (S). Magnet dibuat dalam
berbagai bentuk dan ukuran meliputi magnet batang, tapal kuda, dan cakram.
Jika dua magnet saling didekatkan, mereka saling mengerahkan gaya,
yaitu gaya magnet. Gaya magnet, seperti gaya listrik, terdiri dari tarik-menarik
dan tolak-menolak. Jika dua kutub utara saling didekatkan, kedua kutub tersebut
akan tolak-menolak. Demikian juga halnya jika dua kutub selatan saling
didekatkan. Namun, jika kutub utara utara salah satu magnet didekatkan ke kutub
selatan magnet lain, kutub-kutub tersebut akan tarik menarik. Aturan untuk kutub-
kutub magnet tersebut berbunyi: Kutub-kutub senama akan tolak-menolak dan
kutub-kutub tidak senama akan tarik-menarik.
Bagian magnet yang mempunyai gaya tarik terbesar disebut kutub magnet.
Magnet selalu mempunyai dua kutub. Hal ini dapat diketahui bila sebuah magnet
batang dicelupkan ke dalam serbuk besi. Di bagian tengah (daerah netral) tidak
ada serbuk besi yang melekat, sedangkan bagian ke ujung makin banyak serbuk
besi yang melekat pada magnet. Bagian yang banyak dilekati serbuk besi
merupakan kutub magnet. Hal ini menandakan, gaya magnet yang paling besar
berada di ujun-ujung magnet. Garis yang menghubungkan dua ktub magnet
disebut sumbu magnet.
Setiap magnet, apapun bentuknya, selalu mempunyai kutub utara dan
kutub selatan. Amatilah sebuah magnet jarum yang berputar pada porosnya,
misalnya kompas. Dalam keadaan diam, salah satu ujung magnet akan menunjuk
ke arah utara, sedangkan ujung yang lain menunjuk ke arah selatan. Ujung
kompas yang menunjuk ke arah utara disebut kutub utara. Ujungnya yang
menunjuk ke arah selatan disebut kutub selatan.
Apabila kutub utara magnet didekatkan pada kutub utara, maka akan
terjadi penolakan gaya, begitu juga sebaliknya apabila kutub selatan di dekatkan

Listrik dan Magnet 10


kutub selatan pada magnet, maka hasilnya juga akan tolak menolak. Sedangkan
apabila kutub utara akan didekatkan dengan kutub selatan, maka hasilnya akan
mendapatkan sebuah gaya tarik menarik.

Gambar 7. Sebuah magnet dipotong menjadi dua, tiap-tiap potongan tetap


mempertahankan sifat-sifat kemagnetannya.
Kutub magnet selalu ditemukan berpasangan, kutub utara dan kutub
selatan. Jika sebuah magnet dipotong menjadi dua buah, dihasilkan dua magnet
yang lebih kecil masing-masing mempunyai satu kutub utara dan satu kutub
selatan. Prosedur ini dapat diulang-ulang, namun selalu dihasilkan sebuah magnet
lengkap yang terdiri dari dua kutub (Gambar 4).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa magnet yang dipotong-potong selalu
menghasilkan kutub utara magnet dan kutub selatan magnet, kedua kutub ini tak
pernah terpisah. Untuk arus tertutup akan menimbulkan medan magnet B seperti
pada Gambar berikut.
belakang
B

muka B

Gambar 8.
Untuk arus tertutup akan menimbulkan medan magnet B
Untuk arah arus seperti pada Gambar 5, maka arah medan magnet B
sebelah kiri keluar dan sebelah kanan masuk. Mengingat garis gaya keluar dari
kutub utara dan masuk ke kutub selatan maka muka arus sebelah kiri disebut
kutub utara dan di sebelah kanan adalah kutub selatan.
Untuk bentuk arus yang lain, misalnya solenoida kutub ini lebih jelas dapat
diketahui.

Listrik dan Magnet 11


I B
B
I

Gambar 9. Magnet solenoida


Pada Gambar 6, arus masuk dari muka melingkar ke belakang sebelah kiri
arah B keluar sebelah kanan masuk. Maka muka kiri merupakan kutub utara
magnet solenoida dan sebelah kanan merupakan kutub selatan solenoida.
Menentukan kutub magnet medan dilakukan dengan arah garis gaya
magnet atau arah medan induksi B yang muncul. Dari mana arah B keluar maka
permukaan itu merupakan kutub utara magnet. Ke muka mana arah B masuk
maka arah itu merupakan kutub selatan magnet.

5. Hukum Ampere Untuk H (Intensitas Magnet)



Sebelumnya sudah diketahui bahwa di dalam bahan dielektrik ada medan D .

Demikian juga di dalam medan megnet terdapat medan alternatif H , yang sering
disebut dengan intensitas medan magnet. Selain telah dibahas pula mengenai
hukum ampere yang persamaannya dalam bentuk diferensial adalah:
 
xB   0 j
……………………………………………………………..(14)
Dengan j = rapat arus total. Sementara itu telah dibahas bahwa efek dari
magnetisasi akan menghasilkan rapat arus magnetisasi:

j m  xM
……………………………………………………………...(15)
Misalkan suatu bahan magnetik dililiti oleh kawat berarus, maka dalam
sistem tersebut akan muncul dua rapat arus yaitu rapat konduksi (jf) dan rapat arus
magnetisasi (jm). Rapat arus konduksi adalah rapat arus dalam kawat penghantar,
sedangkan rapat arus magnetisasi adalah rapat arus yang terjadi di dalam bahan
magnetik akibat efek magnetisasi. Dengan demikian rapat arus total dalam sistem
tersebut adalah.
  
j  j f  jm
…………………………………………………………….(16)

Listrik dan Magnet 12


Oleh karena itu bila persamaan di atas di substitusi ke persamaan (14), maka
diperoleh:
  
xB   0 ( j f  j m )
……………………………………………………(17)
Kemudian persamaan (15) disubstitusikan ke persamaan (17) dapat diperoleh:
  
xB   0 ( j f  xM )

B  
x  j f  xM
0

B  
x  xM  j f
0

 B  
x  M   j f
 0  ……………………………………………………..(18)
Persamaan (18) hanya menampilkan rapat arus bebas, dan disarankan bahwa dapat

digunakan medan vektor baru H yang didefinisikan sebagai berikut:

 B 
H  M …………………………………………………………...(19)
0
Oleh karena itu persamaan (17) dapat ditulis sebagai persamaan magnetic
makroskopis:
 
 B = 0 dan xH  J f
………………………………………………..(20)
 
Vektor H disebut medan magnet atau kadang-kadang disebut medan H .

Pada dasarnya karakteristik dari H dan alasan penting untuk memperkenalkannya
  
adalah Curl H  (xH ) hanya tergantung pada rapat arus. Dimensi dari H adalah
 
sama dengan M dan H akan diukur dalam ampere /meter. Persamaan (20) dapat
dituliskan dalam bentuk integral:
   
 H .dl  S f .dA  I j
J
C ………………………………………………….(21)
Dan
   

 B  d a = 0 dan
C
 H  d r  I f .........................................................(22)
C

Listrik dan Magnet 13


Dengan If adalah arus yang melalui kurva tertutup C. Keuntungan
 
menggunakan medan H adalah bahwa yang diperhatikan adalah arus bebas J f
yang dicakup di dalam permukaan tertutup S. Dan disebut hukum ampere untuk

H , dengan Ij adalah arus bebas yang melalui permukaan S dengan lintasan

sembarang dari integrasi C. Telah dibicarakan bahwa   B  0 , sehingga
berdasarkan persamaan (19) dapat dinyatakan bahwa :
 
   0 ( H  M )  0 , sehingga
 
  H    M ……………………………………………………….(23)
    
Jika   M  0 , maka   H    M  0 , sehingga dalam hal ini B   0 H

untuk M =0
 
Jika di dalam suatu daerah J f =0, maka  H =0, akan mengijinkan kita

mendefinisikan fungsi potensial skalar untuk H . Kita dapat nyatakan

H = - m ………………………………………………………….(24)

Secara umum, bila rapat arus J f ada di dalam bahan magnetik, medan
 
 
1 J 
total H dapat ditulis sebagai berikut. H =
4  3
dV ' - m

 
H berperan dalam magnetostatik sebagaimana D dalam elektrostatik.

Bahkan D dapat dituliskan sebagai hokum Gauss yang hanya memperhatikan

muatan bebeas. Demikian juga H dapat dinyatakan sebagai hukum ampere yang
hanya memperhatikan arus bebas (=If) yang tercakup dalam permukaan S. Satuan

H adalah ampere/meter.

Listrik dan Magnet 14


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Hukum Ampere untuk H. Tersedia dalam:


http://thedemon09.wordpress.com/2008/12/30/hukum-ampere/. Diakses
pada Jumat, 07 Desember 2012

Edminister, Joseph A. 1993. Schaum’s Outline Of Theory And Problems Of


Electromagnetics. New York: The University Of Akron

Smart Click. 2010. Penjelasan kutub-kutub magnet. Tersedia dalam:


http://www.g-excess.com/id/penjelasan-kutub-kutub-magnet-kutub-
utara-dan-kutub-selatan.html. Diakses pada Jumat, 07 Desember 2012

Suyoso. 2003. Common Textbook Listrik Magnet. Yogyakarta: Jurusan


Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Vandha. 2009. Kutub magnet. Tersedia dalam: http://vandha.wordpress.com/my-


physics/c-kutub-magnet.html. Diakses pada Jumat, 07 Desember 2012

Listrik dan Magnet 15

Anda mungkin juga menyukai