Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENENTUAN GAYA KOPEL MAGNETIK DAN SISTEM


MEDAN MAGNETIK YANG DITERAL GANDA

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Muhammad Dafa 1910952011

Kelas:
Energi dan Konversi Energi B
Dosen Pengampu :
Andi Pawawoi, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Penentuan Gaya Kopel
Magnetik dan Sistem Medan Magnetik yang Diteral Ganda” tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Energi dan Konversi Energi B di
Universitas Andalas. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang makalah yang kami buat

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Andi


Pawawoi, S.T., M.T., selaku dosen mata kuliah Energi dan Konversi Energi B. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 06 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Penentuan Gaya Kopel Magnetik........................................................................3
2.1.1 Medan Magnet...............................................................................................3
2.1.2 Induksi Magnet..............................................................................................3
2.1.3 Momen Kopel................................................................................................4
2.1.4 Menentukan Gaya Kopel Magnetik..............................................................6
2.2 Sistem Medan Magnet Yang Diteral Ganda........................................................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................13
3.2 Saran..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kaidah tangan kanan..................................................................................3


Gambar 2.2 Kawat lurus panjang berarus.....................................................................4
Gambar 2.3 Kawat melingkar berarus...........................................................................5
Gambar 2.4 Solenoida...................................................................................................5
Gambar 2.5 Ilustrasi momen kopel................................................................................6
Gambar 2.6 (a) Gambar skematis peralatan konversi-energi-elektromekanis medan
magnetik. (b) peralatan penghasil gaya yang sederhana...............................................8
Gambar 2.7 Sistem medan magnetik yang diteral ganda..............................................9
Gambar 2.8 Sistem penyimpanan energi magnetik yang dikeluarkan secara ganda...10
Gambar 2.9 Jalur integrasi untuk memperoleh Wfld (λ10,λ20,θ0)...................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman sekarang, banyak manusia yang memanfaatkan kecanggihan


teknologi dalam kehidupan untuk memudahkan pekerjaan setiap manusia. Salah
satu yang dimanfaatkan yaitu perlatan yang memiliki hubungan dengan medan
magnetis dan medan listrik. Dengan menggunakan perantara perangkat konversi
medan magnet serta medan listrik, beberapa peralatan mengalami proses
perubahan energi elektromekanis. Peralatan tersebut bekerja dengan prinsip yang
sama, tetapi strukturnya tergantung dari fungsi peralatan tersebut. Oleh karena
itu, pada makalah kali ini kami akan membahas tentang penentuan gaya kopling
magnetik dan meda magnetikk yang diteral ganda

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalahnya adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan gaya dan momen kakas (kopel) dalam
sistem medan magnetik?
2. Apakah yang dimaksud dengan energi dan gaya dalam sistem
medan magnetik yang diteral ganda
3. Bagaimana cara penentuan kopel magnetik ?
4. Bagaimana bentuk sistem medan magnetik yang diteral ganda ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami gaya dan momen kakas (kopel) dalam sistem
medan magnetik
2. Mengetahui dan memahami energi dan gaya dalam system medan magnetik
yang diteral ganda

1
3. Mengetahui dan memahami cara penentuan kopel magnetik
4. Mengetahui dan Memahami bentuk sistem medan magetik yang diteral ganda

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penentuan Gaya Kopel Magnetik

2.1.1 Medan Magnet


Kata “magnet” berasal dari nama daerah Magnesia di Asia kecil
dimana di daerah tersebut ditemukan batu-batu yang tarik-menarik. Magnet
memiliki dua buah kutub magnet yaitu kutub utara dan kutub selatan magnet.
Dua kutub sejenis akan tolak-menolak dan dua kutub yang tidak sejenis akan
tarik-menarik. Fenomena itu terjadi akibat adanya medan magnet. Medan
magnet adalah daerah atau ruang di sekitar magnet dimana magnet lain atau
benda lain yang mudah dipengaruhi magnet akan mengalami gaya magnetik
jika diletakkan dalam ruang tersebut. Medan magnet juga diartikan sebagai
area atau wilayah di sekitar magnet yang dapat berupa muatan yang bergerak
serta dipengaruhi oleh gaya tarik magnet. Medan magnet termasuk dalam
suatu besaran vektor yang memiliki nilai dan arah, dimana arahnya dapat
ditentukan menggunakan kaidah tangan kanan.

Gambar 2.1 Kaidah tangan kanan

Pada kaidah tangan kanan ini, ibu jari menunjukkan arah arus (I) dan
empat jari lain yang menggenggam menunjukkan arah induksi magnet (B).

3
2.1.2 Induksi Magnet
Di sekitar kawat berarus timbul yang namanya induksi magnet.
Medan magnet oleh kawat berarus inilah yang disebut dengan induksi
magnet.
Induksi magnet merupakan besar dari suatu medan magnet yang timbul
akibat adanya arus listrik. Besar induksi magnetik terdapat dalam beberapa
keadaan, yaitu:

A. Kawat Lurus Panjang Berarus

Gambar 2.2 Kawat lurus panjang berarus

Induksi magnet di sekitar kawat lurus panjang sebanding dengan kuat arus I
dan berbanding terbalik dengan jaraknya a. Konstanta pembandingnya adalah
𝜇0
. Sehingga rumusnya adalah :
2𝜋

𝜇0𝐼
B = 2𝜋𝑎 (2-1)

Keterangan:
B = induksi magnet di titik P (wb/m2)
I = kuat arus listrik (A)
a = jarak titik P ke kawat ((m)
𝜇0 = permeabilitas hampa (4𝜋 𝑥 10−7 Wb/Am)

4
B. Kawat Melingkar Berarus

Gambar 2.3 Kawat melingkar berarus

Perhatikan gambar, sebuah kawat dilingkar membentuk lingkarkan


kemudian dialiri arus, jari-jari a dan terdapat N lilitan. Sesuai kaidah tangan
kanan, induksi magnet dipusat lingkaran P arahnya ke sumbu X positif.
Besarnya induksi magnet sebanding dengan kuat arus I dan berbanding
𝜇0
terbalik dengan a. Konstanta pembandingnya adalah . Contoh dari kawat
2
melingkar berarus sendiri adalah selenoida. Seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.4 Solenoida

Pada kasus solenoida, arus I-nya berputar sehingga untuk


memudahkan kaidah tangan kanan, arah putaran keempat jari yang dirapatkan
menunjukkan arah putaran arus, sedang arah ibu jari menunjukkan arah garis-
garis medan magnetiknya.

5
 Rumus induksi magnetik ditengah solenoid

µ0IN
B= L (2-2)
 Rumus induksi magnetik di ujung solenoid

µ0IN (2-3)
B= 2L
Keterangan:
B = induksi magnet di titik X (Wb/m2 atau Tesla)
𝜇𝑜 = permeabilitas ruang hampa (4𝜋 𝑥 10−7 Wb/Am)
I = kuat arus listrik (A)
N = banyak lilitan kawat penghantar
L = panjang penghantar (m)

2.1.3 Momen Kopel


Kopel adalah sebuah sistem dimana terdapat pasangan gaya yang
memiliki besar yang sama, namun memiliki arah yang berlawanan antar
pasangan gaya tersebut dan dipisahkan oleh sebuah jarak yang tegak lurus
terhadap pasangan gaya tersebut, couple tidak menghasilkan translasi ketika
diaplikasikan pada sebuah sistem, namun akan menghasilkan rotasi. Untuk
ilustrasi dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.5 Ilustrasi momen kopel

6
Dengan F adalah gaya parallel yang berlawanan arah dengan s (pada
referensi lain mungkin menggunakan huruf d) yakni jarak yang tegak lurus
antar dua gaya tersebut.
Pada konteks magnetik, kopel dapat terbentuk akibat adanya pasangan
kumparan yang akan memunculkan gaya Lorentz dengan besar yang sama
namun arah yang berbeda, dan dengan jarak s(atau d). Momen kopel dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝑟 = 𝑁i𝐵𝐴 sin 𝜃 (2-4)

Keterangan:
𝑟 = Momen kopel (Nm)
i = Kuat arus listrik (A)
B = Induksi medan magnet (Wb/m2 atau Tesla)
A = Luas permukaan (m2)

2.1.4 Menentukan Gaya Kopel Magnetik


Teknik yang dalam penentuan gaya kopel magnetik disbebut dengan metoda
energi yang bekerja berdasarkan pada prinsip kekekalan energi. Metoda energi dapat
dipahami dengan memperhatikan Gambar 2.6a yang menunjukkan perangkat
konversi-energi-elektromekanis yang ditampilkan secara skematis didasarkan pada
medan magnet sebagai sistem penyimpan energi-magnetis yang tanpa-rugi. Gambar
2.6b memperlihatkan contoh dari terminal listrik serta plunger yang bergerak sebagai
terminal mekanis yang terbentuk dari kumparan tunggal.

7
Gambar 2.6 (a) Gambar skematis peralatan konversi-energi-elektromekanis
medan magnetik. (b) peralatan penghasil gaya yang sederhana

Hubungan antara terminal listrik dan mekanis terlihat pada konversi energi-
elektromekanis yang menggunakan energi magnet sebagai perantara. Perubahan energi yang
tersimpan di dalam medan magnetis W fld dituliskan sebagai input daya listrik dikurangi
dengan output daya mekanis dari sistem penyimpanan eneregi.
𝑑𝖶 ƒ𝑙𝑑
= 𝑒i − ƒ
𝑑𝑥 (2-5)
𝑑𝑡 ƒ𝑙𝑑 𝑑𝑡

Energi magnetik tersimpan Wƒ𝑙𝑑 dapat digunakan untuk mendefinisikan fungsi baru
yang disebut koenergi. Koenergi W′ƒ𝑙𝑑 merupakan fungsi keadaan yang ditentukan oleh
nilai-nilai variabel keadaan bebas i dan x.

𝑑Wƒ𝑙𝑑 = i𝑑𝜆 − ƒƒ𝑙𝑑 𝑑𝑥 (2-6)

Untuk sistem magnetik linear dengan 𝜆 = 𝐿(𝑥), dengan menggunakan integral maka
koenergi dapat dihitung , sehingga :

Wƒ𝑙𝑑 ′ (i, 𝑥)= 1 𝐿(𝑥)i2


2
(2-7)

Gaya juga dapat dinyatakan dengan :

ƒƒ𝑙𝑑 i2𝑑𝑙(𝑥) (2-8)


= 2 𝑑𝑥

8
2.2 Sistem Medan Magnet Yang Diteral Ganda
Pada peralatan elektromekanik terdapat banyak yang memiliki terminal listrik
pasangan ganda. Di dalam sistem pengukuran, kopel dikehendaki berbanding lurus dengan 2
sinyal listrik. Selain itu, kebanyakan alat-alat pengkonversi energi elektromekanis terbentuk
berdasarkan pada sistem medan magnetik yang terteral ganda

Gambar 2.7 Sistem medan magnetik yang diteral ganda

Keterangan :
i1= Arus sumber 1
i2 = Arus sumber 2
λ1 = Hubungan fluks karena i1
λ2 = Hubungan fluks karena i2
θ = Perpindahan sudut rotor
Tf = Pengembangan torsi

Model sistem dengan satu terminal mekanis dan 2 pasang terminal listrik
dapat terlihat pada Gambar 2.7. Pada gambar, terdapat satu terminal mekanis yang
memiliki variabel terminal kopel Tfld serta perpindahan sudut  yang bergerak
berputar. dikarenakan terdapat 3 buah terminal, sistem diungkapkan pada ketiga
variabel bebasnya.
Jika menggunakan fluks, differensial fungsi energi dWfld (1, 2,) adalah
𝑑Wfld(𝜆1, 𝜆2, 𝜃) = i1𝑑𝜆1 + i2𝑑𝜆2 − Tfldd𝜃 (2-9)

9
Berdasarkan persamaan sebelumnya, maka :
6Wƒ𝑙𝑑(ℎ1,ℎ2,𝜃)
i1 = 6ℎ1 (2-10)
6Wƒ𝑙𝑑 (ℎ1 ,ℎ2 ,𝜃)
i2 = 6ℎ2 (2-11)
6Wƒ𝑙𝑑(ℎ1,ℎ2,𝜃) (2-12)
Tƒ𝑙𝑑 =
6𝜃

Energi Wfld didapatkan dengan mengintegralkan persamaan 2-9. Hal ini


dilakukan dengan membuat 1 dan 2 tetap sama dengan nol dan mengintegrasikan

pertama kali pada , Tfld adalah nol, sehingga integralnya nol. Kemudian integrasikan

ke 2 (dengan membuat 1 = 0) dan lalu ke 1. Jadi, Wfld (10, 20, 0) dapat diperoleh
sebagai berikut :
10 20
𝑑Wƒ𝑙𝑑 (𝜆10, 𝜆20, 𝜃0 ) = ∫ (𝐿22 1 − 𝐿12 20 ,𝜃=𝜃 ) 𝑑𝜆1 + ∫ (𝐿11
2 ) 𝑑𝜆2 (2-13)
0 𝐷 0 𝐷

Gambar 2.8 Sistem penyimpanan energi magnetik yang dikeluarkan secara ganda

Gambar 2.8 memperlihatkan sistem magnetik tereksitasi ganda. Sistem ini


mempunyai 2 asal eksitasi independen. Satu asal dihubungkan ke kumparan dalam
stator sedangkan asal lainnya dihubungkan ke kumparan dalam rotor.

10
Gambar 2.9 Jalur integrasi untuk memperoleh Wfld (λ10,λ20,θ0)

Pada Gambar 2-9 menunjukan jalan integrasi untuk memperoleh Wfld (10,
20 , 0). Hal ini sejalan dengan Gambar 2-7. Ini menunjukan pertukarkan urutan
integrasi untuk 1 dan 2. Perlu diingat bahwa variabel yang diintegrasikan
(misalnya 1) agar dibuat tetap nol sementara pengintegrasian ke 2 seperti dalam
Pers. 2-13. Ini ditunjukkan secara eksplisit dalam Pers. 2-13 dan dapat juga dilihat
pada Gambar 2.8.
Dalam suatu sistem linear hubungan antara  dan i ditentukan dalam
induktansi :
𝜆1 = 𝐿11i1 + 𝐿12i2 (2-14)
𝜆1 = 𝐿21i1 + 𝐿22i2 (2-15)
Dan
𝐿12 = 𝐿21 (2-16)
Di sini induktansi adalah fungsi umum posisi sudut . Persamaanpersamaan
ini dapat dibalik (inverted) untuk memperoleh rumusan bagi i sebagai fungsi dari .
𝐿22 1− 𝐿12 2 (2-17)
i1 = 𝐷

𝐿11 2− 𝐿21 1 (2-18)


i1 = 𝐷

Dimana,
𝐷 = 𝐿11𝐿22 + 𝐿12𝐿21 (2-19)
Energi dapat diperoleh dalam pers. 2-13, sehingga

11
( ) 10 𝐿22𝜆1 − 𝐿12𝜆20, 𝜃 = 𝜃 20 𝐿11𝜆2
𝑑Wƒ𝑙𝑑 𝜆10, 𝜆20, =∫
) 𝑑𝜆1 + ∫0 ( ) 𝑑𝜆2
𝜃0 𝐷 𝐷
(
0
1 2
1 2
𝐿12
= 𝐿11𝜆20 + 𝐿21𝜆10 + 𝜆10𝜆20
𝐷 𝐷 𝐷
Serupa dengan persamaan diatas, bila arus yang digunakan untuk
menggambarkan sistemnya, maka differensial energinya adalah

𝑑W′ƒ𝑙𝑑 (i1, i2, 𝜃)  𝜆1𝑑i1 + 𝑑i2 − 𝑇ƒ𝑙𝑑𝑑𝜃 (2-20)

𝜆1
=
6𝖶ƒ𝑙𝑑 ( 1 , 2 ,𝜃) (2-21)
6i1

𝜆2
6𝖶ƒ𝑙𝑑 ( 1 , 2 ,𝜃) (2-22)
= 6i2
𝑇
6𝖶ƒ𝑙𝑑 (i1 ,i2 ,𝜃)
(2-23)
ƒ𝑙𝑑 = 6𝜃

Sejalan dengan Pers. 2-13, koenengi dapat diperoleh


10
𝑑W′ (i i ,𝜃 )= ∫ 𝜆 (i ,i =
i 𝜃 = 𝜃 )𝑑i + ∫
20
𝜆 ( i = 0, , 𝜃 =
i
ƒ𝑙𝑑 10, 20 0 1 1 2 20 0 1 0 2 1 2

𝜃0)𝑑i2 (2-24)

Untuk sistem linear Pers. 2-9 hingga 2-11



𝑑W
𝐿 (i i ,𝜃 )= 1
i2 + 1 𝐿 i2 + 𝐿 i i (2-25)
ƒ𝑙𝑑 10, 20 2 11 1 2 21 2 12 1 2
0

Sistem yang mempunyai lebih dan dua pasang terminal listrik dapat
digunakan dengan persamaan yang cara sejalan; satu variabel bebas yang dipilih
untuk tiap pasang termina.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Medan magnet adalah daerah atau ruang di sekitar magnet dimana magnet
lain atau benda lain yang mudah dipengaruhi magnet akan mengalami gaya
magnetik jika diletakkan dalam ruang tersebut
2. Induksi magnet merupakan besar dari suatu medan magnet yang timbul akibat
adanya arus listrik. Besar induksi magnetik terdapat dalam beberapa keadaan
yakni dalam keadaan kawat lurus panjang berarus dan kawat melingkar berarus
3. Kopel adalah sebuah sistem dimana terdapat pasangan gaya yang
memiliki besar yang sama, namun memiliki arah yang berlawanan antar
pasangan gaya tersebut dan dipisahkan oleh sebuah jarak yang tegak lurus
terhadap pasangan gaya tersebut
4. Laju perubahan energi tanpa rugi dapat dengan mudah dicari melalui ialah
pengurangan input daya listrik dengan output daya mekanis dari sistem
peyimpanan energi. Sehingga dapat dirumuskan.

3.2 Saran
1. Diharapkan kepada seluruh mahasiswa agar mempelajari dan memahami
materi yang telah dibuat dan dipresentasikan dengan baik dan benar

13
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, d.k.k. 2019. Medan Magnet. Pendidikan Fisika FKIP Universitas


Siliwangi: Tasikmalaya. Diambil dari Jurnal Fisika Sekolah 3 pada 7
Desember 2021.

Luebkeman, H.Chris. 1997. What are Couples.


https://web.mit.edu/4.441/1_lecture12/1_lecture 12.html

Umans,D Stephen. 2014. Fitzgerald and Kingsley’s Electric Machinery (7th edition).
New York: Mc Graw Hill,

Pawawoi, Andi. 2010. Energi dan Dasar Konversi Energi Elektrik. Padang:
Universitas Andalas.

14

Anda mungkin juga menyukai