Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas:
Energi dan Konversi Energi B
Dosen Pengampu :
Andi Pawawoi, S.T., M.T.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Penentuan Gaya Kopel
Magnetik dan Sistem Medan Magnetik yang Diteral Ganda” tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Energi dan Konversi Energi B di
Universitas Andalas. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang makalah yang kami buat
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Penentuan Gaya Kopel Magnetik........................................................................3
2.1.1 Medan Magnet...............................................................................................3
2.1.2 Induksi Magnet..............................................................................................3
2.1.3 Momen Kopel................................................................................................4
2.1.4 Menentukan Gaya Kopel Magnetik..............................................................6
2.2 Sistem Medan Magnet Yang Diteral Ganda........................................................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................13
3.2 Saran..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Apakah yang dimaksud dengan gaya dan momen kakas (kopel) dalam
sistem medan magnetik?
2. Apakah yang dimaksud dengan energi dan gaya dalam sistem
medan magnetik yang diteral ganda
3. Bagaimana cara penentuan kopel magnetik ?
4. Bagaimana bentuk sistem medan magnetik yang diteral ganda ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami gaya dan momen kakas (kopel) dalam sistem
medan magnetik
2. Mengetahui dan memahami energi dan gaya dalam system medan magnetik
yang diteral ganda
1
3. Mengetahui dan memahami cara penentuan kopel magnetik
4. Mengetahui dan Memahami bentuk sistem medan magetik yang diteral ganda
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kaidah tangan kanan ini, ibu jari menunjukkan arah arus (I) dan
empat jari lain yang menggenggam menunjukkan arah induksi magnet (B).
3
2.1.2 Induksi Magnet
Di sekitar kawat berarus timbul yang namanya induksi magnet.
Medan magnet oleh kawat berarus inilah yang disebut dengan induksi
magnet.
Induksi magnet merupakan besar dari suatu medan magnet yang timbul
akibat adanya arus listrik. Besar induksi magnetik terdapat dalam beberapa
keadaan, yaitu:
Induksi magnet di sekitar kawat lurus panjang sebanding dengan kuat arus I
dan berbanding terbalik dengan jaraknya a. Konstanta pembandingnya adalah
𝜇0
. Sehingga rumusnya adalah :
2𝜋
𝜇0𝐼
B = 2𝜋𝑎 (2-1)
Keterangan:
B = induksi magnet di titik P (wb/m2)
I = kuat arus listrik (A)
a = jarak titik P ke kawat ((m)
𝜇0 = permeabilitas hampa (4𝜋 𝑥 10−7 Wb/Am)
4
B. Kawat Melingkar Berarus
5
Rumus induksi magnetik ditengah solenoid
µ0IN
B= L (2-2)
Rumus induksi magnetik di ujung solenoid
µ0IN (2-3)
B= 2L
Keterangan:
B = induksi magnet di titik X (Wb/m2 atau Tesla)
𝜇𝑜 = permeabilitas ruang hampa (4𝜋 𝑥 10−7 Wb/Am)
I = kuat arus listrik (A)
N = banyak lilitan kawat penghantar
L = panjang penghantar (m)
6
Dengan F adalah gaya parallel yang berlawanan arah dengan s (pada
referensi lain mungkin menggunakan huruf d) yakni jarak yang tegak lurus
antar dua gaya tersebut.
Pada konteks magnetik, kopel dapat terbentuk akibat adanya pasangan
kumparan yang akan memunculkan gaya Lorentz dengan besar yang sama
namun arah yang berbeda, dan dengan jarak s(atau d). Momen kopel dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Keterangan:
𝑟 = Momen kopel (Nm)
i = Kuat arus listrik (A)
B = Induksi medan magnet (Wb/m2 atau Tesla)
A = Luas permukaan (m2)
7
Gambar 2.6 (a) Gambar skematis peralatan konversi-energi-elektromekanis
medan magnetik. (b) peralatan penghasil gaya yang sederhana
Hubungan antara terminal listrik dan mekanis terlihat pada konversi energi-
elektromekanis yang menggunakan energi magnet sebagai perantara. Perubahan energi yang
tersimpan di dalam medan magnetis W fld dituliskan sebagai input daya listrik dikurangi
dengan output daya mekanis dari sistem penyimpanan eneregi.
𝑑𝖶 ƒ𝑙𝑑
= 𝑒i − ƒ
𝑑𝑥 (2-5)
𝑑𝑡 ƒ𝑙𝑑 𝑑𝑡
Energi magnetik tersimpan Wƒ𝑙𝑑 dapat digunakan untuk mendefinisikan fungsi baru
yang disebut koenergi. Koenergi W′ƒ𝑙𝑑 merupakan fungsi keadaan yang ditentukan oleh
nilai-nilai variabel keadaan bebas i dan x.
Untuk sistem magnetik linear dengan 𝜆 = 𝐿(𝑥), dengan menggunakan integral maka
koenergi dapat dihitung , sehingga :
8
2.2 Sistem Medan Magnet Yang Diteral Ganda
Pada peralatan elektromekanik terdapat banyak yang memiliki terminal listrik
pasangan ganda. Di dalam sistem pengukuran, kopel dikehendaki berbanding lurus dengan 2
sinyal listrik. Selain itu, kebanyakan alat-alat pengkonversi energi elektromekanis terbentuk
berdasarkan pada sistem medan magnetik yang terteral ganda
Keterangan :
i1= Arus sumber 1
i2 = Arus sumber 2
λ1 = Hubungan fluks karena i1
λ2 = Hubungan fluks karena i2
θ = Perpindahan sudut rotor
Tf = Pengembangan torsi
Model sistem dengan satu terminal mekanis dan 2 pasang terminal listrik
dapat terlihat pada Gambar 2.7. Pada gambar, terdapat satu terminal mekanis yang
memiliki variabel terminal kopel Tfld serta perpindahan sudut yang bergerak
berputar. dikarenakan terdapat 3 buah terminal, sistem diungkapkan pada ketiga
variabel bebasnya.
Jika menggunakan fluks, differensial fungsi energi dWfld (1, 2,) adalah
𝑑Wfld(𝜆1, 𝜆2, 𝜃) = i1𝑑𝜆1 + i2𝑑𝜆2 − Tfldd𝜃 (2-9)
9
Berdasarkan persamaan sebelumnya, maka :
6Wƒ𝑙𝑑(ℎ1,ℎ2,𝜃)
i1 = 6ℎ1 (2-10)
6Wƒ𝑙𝑑 (ℎ1 ,ℎ2 ,𝜃)
i2 = 6ℎ2 (2-11)
6Wƒ𝑙𝑑(ℎ1,ℎ2,𝜃) (2-12)
Tƒ𝑙𝑑 =
6𝜃
pertama kali pada , Tfld adalah nol, sehingga integralnya nol. Kemudian integrasikan
ke 2 (dengan membuat 1 = 0) dan lalu ke 1. Jadi, Wfld (10, 20, 0) dapat diperoleh
sebagai berikut :
10 20
𝑑Wƒ𝑙𝑑 (𝜆10, 𝜆20, 𝜃0 ) = ∫ (𝐿22 1 − 𝐿12 20 ,𝜃=𝜃 ) 𝑑𝜆1 + ∫ (𝐿11
2 ) 𝑑𝜆2 (2-13)
0 𝐷 0 𝐷
Gambar 2.8 Sistem penyimpanan energi magnetik yang dikeluarkan secara ganda
10
Gambar 2.9 Jalur integrasi untuk memperoleh Wfld (λ10,λ20,θ0)
Pada Gambar 2-9 menunjukan jalan integrasi untuk memperoleh Wfld (10,
20 , 0). Hal ini sejalan dengan Gambar 2-7. Ini menunjukan pertukarkan urutan
integrasi untuk 1 dan 2. Perlu diingat bahwa variabel yang diintegrasikan
(misalnya 1) agar dibuat tetap nol sementara pengintegrasian ke 2 seperti dalam
Pers. 2-13. Ini ditunjukkan secara eksplisit dalam Pers. 2-13 dan dapat juga dilihat
pada Gambar 2.8.
Dalam suatu sistem linear hubungan antara dan i ditentukan dalam
induktansi :
𝜆1 = 𝐿11i1 + 𝐿12i2 (2-14)
𝜆1 = 𝐿21i1 + 𝐿22i2 (2-15)
Dan
𝐿12 = 𝐿21 (2-16)
Di sini induktansi adalah fungsi umum posisi sudut . Persamaanpersamaan
ini dapat dibalik (inverted) untuk memperoleh rumusan bagi i sebagai fungsi dari .
𝐿22 1− 𝐿12 2 (2-17)
i1 = 𝐷
Dimana,
𝐷 = 𝐿11𝐿22 + 𝐿12𝐿21 (2-19)
Energi dapat diperoleh dalam pers. 2-13, sehingga
11
( ) 10 𝐿22𝜆1 − 𝐿12𝜆20, 𝜃 = 𝜃 20 𝐿11𝜆2
𝑑Wƒ𝑙𝑑 𝜆10, 𝜆20, =∫
) 𝑑𝜆1 + ∫0 ( ) 𝑑𝜆2
𝜃0 𝐷 𝐷
(
0
1 2
1 2
𝐿12
= 𝐿11𝜆20 + 𝐿21𝜆10 + 𝜆10𝜆20
𝐷 𝐷 𝐷
Serupa dengan persamaan diatas, bila arus yang digunakan untuk
menggambarkan sistemnya, maka differensial energinya adalah
𝜆1
=
6𝖶ƒ𝑙𝑑 ( 1 , 2 ,𝜃) (2-21)
6i1
𝜆2
6𝖶ƒ𝑙𝑑 ( 1 , 2 ,𝜃) (2-22)
= 6i2
𝑇
6𝖶ƒ𝑙𝑑 (i1 ,i2 ,𝜃)
(2-23)
ƒ𝑙𝑑 = 6𝜃
𝜃0)𝑑i2 (2-24)
Sistem yang mempunyai lebih dan dua pasang terminal listrik dapat
digunakan dengan persamaan yang cara sejalan; satu variabel bebas yang dipilih
untuk tiap pasang termina.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Medan magnet adalah daerah atau ruang di sekitar magnet dimana magnet
lain atau benda lain yang mudah dipengaruhi magnet akan mengalami gaya
magnetik jika diletakkan dalam ruang tersebut
2. Induksi magnet merupakan besar dari suatu medan magnet yang timbul akibat
adanya arus listrik. Besar induksi magnetik terdapat dalam beberapa keadaan
yakni dalam keadaan kawat lurus panjang berarus dan kawat melingkar berarus
3. Kopel adalah sebuah sistem dimana terdapat pasangan gaya yang
memiliki besar yang sama, namun memiliki arah yang berlawanan antar
pasangan gaya tersebut dan dipisahkan oleh sebuah jarak yang tegak lurus
terhadap pasangan gaya tersebut
4. Laju perubahan energi tanpa rugi dapat dengan mudah dicari melalui ialah
pengurangan input daya listrik dengan output daya mekanis dari sistem
peyimpanan energi. Sehingga dapat dirumuskan.
3.2 Saran
1. Diharapkan kepada seluruh mahasiswa agar mempelajari dan memahami
materi yang telah dibuat dan dipresentasikan dengan baik dan benar
13
DAFTAR PUSTAKA
Umans,D Stephen. 2014. Fitzgerald and Kingsley’s Electric Machinery (7th edition).
New York: Mc Graw Hill,
Pawawoi, Andi. 2010. Energi dan Dasar Konversi Energi Elektrik. Padang:
Universitas Andalas.
14