Anda di halaman 1dari 36

PENGUKURAN SUSCEPTIBILITAS DAN PERMEABILITAS BAHAN

MAGNET

LAPORAN AWAL

NABILLAH FA’DIYYAH ZAHRA

140310190063

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FISIKA

2022
DAFTAR ISI
BAB 1 ........................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB 2 ........................................................................................................................... 3

2.6 Bahan Magnet .................................................................................................... 9

2.7 Susceptibilitas Magnet ..................................................................................... 16

2.8 Permeabilitas .................................................................................................... 17

2.9 Hubungan Suseptibilitas dengan Permeabilitas ............................................... 18

2.10 Medan Magnet dan Induksi Magnetik ........................................................... 18

2.11 Resonansi RLC .............................................................................................. 21

BAB 3 ......................................................................................................................... 25

3.2 Alat-alat Percobaan .......................................................................................... 25

3.3 Prosedur Percobaan ......................................................................................... 26

BAB 4 ......................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 33

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah sejak lama studi dan penelitian tentang magnet telah menghasilkan berbagai
produk yang bermanfaat bagi umat manusia. Produk-produk seperti motor listrik,
generator listrik, satelit, sistim pemantau radar, central lock pintu mobil, lampu,
perangkat pengangkat dan penarik benda logam pada pesawat angkat, hingga kereta
api cepat adalah beberapa contoh penerapan magnet. Produk di bidang kesehatan juga
telah banyak dihasilkan yang memanfaatkan prinsip kemagnetan ini yaitu MRI
(Magnetic Resonance Imaging) dan gelang/kalung bio-magnet yang membanjiri
Indonesia produksi China maupun Jepang yang beru pa magnet tetap yang diklaim bisa
membantu melancarkan peredaran darah dan memperbaiki syaraf yang terjepit.

Bahan-bahan yang ada di alam semesta masing-masing memiliki sifat-sifat yang


khas (karekteristik) yang dapat dimanfaatkan untuk proses industri. Perkembangan,
penemuan dan pemilihan bahan-bahan sangat menentukan proses dan hasil suatu
industri, karena bahan-bahan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda
dimana sifat dan karakteristik bahan ditentukan oleh struktur internal penyusun bahan
tersebut. Salah satu jenis bahan di alam yang banyak digunakan untuk proses industri
adalah jenis bahan magnetik. Sekarang ini, banyak peralatan elektronik yang
menggunakan bahan magnetik sebagai salah satu penyusunnya. Bahan magnetik
merupakan suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen
pembentuknya. Bahan magnetik dibagi menjadi lima jenis yaitu ferromagnetik,
ferrimagnetik, antiferromagnetik, diamagnetik dan paramagnetik. Parameter–
parameter dari bahan magnetik tersebut diantaranya adalah permeabilitas dan
suseptibilitas magnetik. Permeabilitas magnet merupakan konstanta pembanding
antara rapat fluks magnet (B) dengan kuat medan magnet (H). Suseptibilitas magnetik

1
(𝑥m) adalah ukuran dasar sifat kemagnetan suatu bahan, ditunjukkan dengan adanya
respon terhadap induksi medan magnet.

Berdasarkan uraian di atas percobaan ini dilakukan untuk menentukan nilai


suseptibilitas dan permeabilitas bahan-bahan magnet serta memahami prinsip
pengukuran melalui rangkaian RLC.

1.2 Tujuan

1. Memahami prinsip pengukuran melalui rangkaian RLC.


2. Menentukan nilai susceptibiltas dan permeabilitas bahan-bahan magnet.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Magnetisme

Gejala magnetisme, seperti halnya listrik, juga telah diamati manusia beberapa
abad sebelum masehi. Sebuah material berwarna hitam yang disebut lodestone dapat
menarik besi dan benda-benda logam lainnya. Tahun 1269, de Maricourt melakukan
studi tentang magnet dan mengamati adanya sepasang kutub pada benda magnetik.
Kutub-kutub ini kemudian dinamakan dengan “kutub utara” dan “kutub selatan”. Jika
kutub yang sama didekatkan maka akan saling menolak, dan sebaliknya jika kutub
yang berlainan didekatkan akan saling menarik.

Gambar 2.1 Gaya saling-tolak dan saling-tarik pada magnet, serupa dengan gaya
Coulomb dalam Elektrostatik (usep, 2006)

Gaya saling menolak dan saling menarik menyerupai fenomena listrik statis (gaya
Coulomb) yang telah kita pelajarai pada awal kuliah semester ini. Meskipun begitu ada
perbedaan cukup penting antara sumber dari gaya (medan) magnet dengan gaya
(medan) listrik, yaitu pada magnet kutub utara dan selatan tidak bisa terpisahkan dan
selalu berpasangan, berbeda halnya dengan gaya listrik (Coulomb) yang masing-
masing muatan (positif dan negatif) bisa terpisah, pada magnet kutub positif selalu
muncul berpasangan, bahkan jika sebuah bahan (batang) magnetik dipotong
sedemikian rupa,selalu saja muncul sepasang kutub

3
Gambar 2.2 Dalam Magnet Tidak Terdapat Unipolar (Satu Kutub Terpisah)
Seperti Dalam Listrik (Usep, 2006)

Pasangan kutub ini dikenal dengan istilah dipole magnet (di = dua, pole kutub).
Dalam magnet tidak (belum) ditemukan kutub tunggal (monopol) berbeda dengan
listrik yang memiliki monopol. Sebagaimana pada muatan listrik, sebuah dipol magnet
(yang merupakan satuan terkecil magnet) memiliki medan magnet yang arahnya dari
kutub utara menuju kutub selatan selatan, Hal ini mirip seperti pada muatan listrik
positif, medan listrik mengarah keluar menjauhi muatan, dan pada muatan negatif
sebaliknya.

Gambar 2.3 Gaya saling-tolak dan saling-tarik pada magnet, serupa dengan gaya
Coulomb dalam Elektrostatik (Usep,2006)

2.2 Medan Magnetik Dari Suatu Muatan Bergerak

4
Medan magnet dapat dihasilkan dari suatu muatan listrik q yang bergerak dengan
kecepatan v. Medan magnet yang dihasilkan pada jarak r dari muatan bergerak q adalah
sebesar :

(1)

di mana μo adalah kostanta permeabilitas udara yang besarnya 4πx10-7 N/A2. r


merupakan jarak dari muatan terhadap titik di mana medan magnet diukur dan r vektor
satuan dengan arah tegak lurus permukaan yang dibentuk perkalian vektor v dan r.

Gambar 2.3 Arah medan magnet yang dihasilkan dari sebuah muatan listrik yang
bergerak (Usep,2006)

2.3 Medan Magnet Di Sekitar Kawat Berarus Listrik

Karena medan magnet dapat timbul pada muatan yang bergerak, maka dapat
dipastikan bahwa kawat berarus listrik akan menimbulkan medan magnet, sebab arus
merupakan muatan listrik yang bergerak. Hal ini pertama kali diamati oleh HC. Oersted
pada tahun 1820. Arah dari medan magnet dapat dilihat melalui aturan tangan kanan
dengan ibu jari menunjuk arah arus lisrik dan keempat jari lain yang mengepal
menunjukkan arah medan megnet. Besarnya medan magnet bergantung dari bentuk
kawat berarus dan dapat dihitung dengan hukum Biot-Savart. Untuk kawat berarus,
kita hanya menggantikan qv pada persamaan (1) di atas dengan elemen arus Idl, karena
keduanya identik, sehingga diperoleh :

(2)

5
r adalah jarak suau titik dengan kawat berarus. Persamaan (2) ini dikenal sebagai
hukum Biot-Savart.

Gambar 2.4 Kawat lurus berarus menimbulkan medan B yang arahnya melingkar
menurut aturan tangan kanan (Usep,2006)
Pada gambar dl x r akan menghasilkan dl sin φ atau dl cos θ dan l = z tan θ sehingga :

karena itu medan magnet sejauh z adalah :

(3)

Jika dianggap panjang kawat tak-berhingga dibanding z, maka θ1 = π/2 dan

θ2 = +π/2. karenanya :

(4)

2.4 Kawat Lingkaran Berarus Listrik

Medan Magnet Di Pusat Lingkaran :

6
(5)

Medan Magnet Sepanjang Sumbu Kawat Melingkar :

(6)

2.5 Solenoida

Solenoida adalah induktor yang terdiri gulungan kawat yang kadang di dalamnya
dimasukkan sebuah batang besi berbentuk silinder sebagai dengan tujuan memperkuat
medan magnet yang dihasilkannya seperti terlihat dalam gambar 6.11 di samping.
Solenoida digunakan dalam banyak perangkat elektronika seperti bel pintu atau
pengeras suara. Secara skematik bentuk dari solenoida dapat dilihat pada gambar 2.5
di mana solenoida terdiri dari n buah lilitan kawat berarus listrik I, medan magnet yang
dihasilkan memiliki arah seperti pada gambar, di mana kutub utara magnet mengikuti
aturan tangan kanan 1(Usep,2006).

Gambar 2.5 solenoida dengan banyaknya lilitan N

Besarnya kuat medan magnet yang dihasilkan pada sebuah titik P pada sumbu di
dalam solenida dapat difikirkan sebagai jumlah dari medan magnet yang dihasilkan
sebuah kawat berbentuk lingkaran yang telah kita hitung sebelumnya, dengan x yang
berubah, sehingga dari persamaan (5) :

7
Gambar 2.6 Medan magnet dalam suatu solenoida

jika solenoida memiliki panjang L yang terdiri dari N buah lilitan, maka jumlah lilitan
persatuan panjang sebut saja n adalah n=N/L. Maka jika kita jumlahkan seluruh lilitan
sebanyak ndx, kita harus melakukan integrasi untuk seluruh dx dari –x1 ke x2 :

hasil dari bentuk integral ini dapat dilihat pada tabel-tabel integral baku pada buku
kalkulus anda, di mana berlaku :

Sehingga :

Sehingga medan magnet di tengah sumbu solenoida adalah :

8
(7)

Jika jari jari solenoida R kita anggap jauh lebih kecil dari x1 dan x2, maka suku pertama
dalam kurung pada persamaan terakhir dapat didekati :

begitu juga suku kedua, sehingga :

dengan demikian kita peroleh kuat medan magnet untuk solenoida dengan jumlah
lilitan persatuan panjang n adalah :

(8)

2.6 Bahan Magnet

Bahan magnetik adalah bahan-bahan yang dapat ditarik atau ditolak ketika
ditempatkan pada suatu medan magnet eksternal dan dapat dimagnetisasi sendiri. Suatu
bahan akan bersifat magnet jika momen magnetnya memiliki arah yang sama (tersusun
teratur) dan suatu bahan yang bukan magnet, momen magnetnya mempunyai arah
sembarang (tidak teratur) sehingga efeknya akan saling meniadakan yang
mengakibatkan tidak ada kutub-kutub magnet pada ujung-ujung logam. Kutub magnet
adalah daerah yang berada di ujung-ujung magnet dan akan memiliki kekuatan magnet
yang paling besar (Rusdi, 2010).

9
Menurut sifat bahannya, bahan magnet ini terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:

2.6.1 Bahan Diamagnetik


Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-
masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol (Halliday &
Resnick, 1989:427). Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet
permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-
elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan
resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan dengan medan magnet
luar tersebut. Akibatnya, jika bahan ini dimasukkan dalam kumparan toroida akan
menyebabkan fluks induksi magnet (Ф) menjadi lebih kecil, sehingga induksi
magnet (B) yang ditimbukan juga lebih kecil.
Material diamagnetik ini mempunyai nilai suseptibilitas magnetik xm negatif
dan sangat kecil, beberapa material yang termasuk golongan ini adalah Timah,
Tembaga, Intan, Emas, Air raksa, Perak,Hidrogen (1 atm) dan Nitrogen
(Tipler,1996). Medan magnet luar yang diberikan pada material diamagnetik akan
menyebabkan elektron-elektron dalam atom akan mengubah geraknya menjadi
sedemikian rupa sehingga menghasilkan resultan medan magnet atomis yang
arahnya berlawanan dengan medan magnet luar tersebut (Young dan Freedman,
2002). Keadaan inilah yang menyebabkan medan magnet totalnya menjadi kecil.
Terdiri dari atom-atom atau moluekul-molekul yang tidak memiliki dipol
magnet permanen. Permeabilitasnya < 1 dan tidak mempunyai 2 kutub permanen.
Karakteristik bahan diamagnetik, diantaranya adalah ditolak dengan lemah oleh
medan magnetik dan sukar dan bahkan tidak dapat ditembus oleh medan magnetik.
Contohnya adalah tembaga (Cu), emas (Au), bismuth (Bi), air raksa (Rusdi, 2010).

10
Gambar 2.7 Arah momen magnetik bahan diamagnetik (Sumber: (Rusdi, 2010))

2.6.2 Bahan Paramagnetik


Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis
total seluruh atom/molekul dalam bahan nol (Halliday & Resnick, 1989). Hal ini
disebabkan karena gerakan atom/molekul acak, sehingga resultan medan magnet
atomis masing-masing atom saling meniadakan.
Jika bahan ini diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya akan
berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah
dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen
magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini efek
diamagnetik (efek timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet
penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.
Oleh karena itu jika bahan ini dimasukkan dalam kumparan toroida akan
menyebabkan induksi magnet B bertambah besar. Dalam bahan paramagnetik
hanya sedikit spin elektron yang tidak berpasangan, sehingga bahan ini sedikit
menarik garis gaya magnet. Permeabilitas bahan: 0μμ>, dengan suseptibilitas
magnetik bahan : . χ m >0 Contoh bahan paramagnetik antara lain : alumunium,
magnesium dan wolfram.
Material paramagnetik adalah material yang memiliki suseptibilitas magnetik
xm yang positif dan sangat kecil (Tipler, 1996). Apabila tidak terdapat medan
magnetik luar momen magnetik ini tersusun secara acak, tetapi jika diberi medan

11
magnet luar momen magnetik ini akan cendrung menyearahkan sejajar dengan
medannya. Kecendrungan momen magnetik untuk sejajar dengan medannya ini
dilawan oleh kecendrungan momen untuk bergerak secara acak akibat gerakan
termalnya sehingga suseptibilitas paramagnetik semakin berkurang dengan
semakin bertambahnya suhu.
Bahan diamagnetik dan paramagnetik mempunyai sifat kemagnetan yang
lemah. Perubahan induksi magnet dengan adanya bahan tersebut tidaklah besar
apabila digunakan sebagai pengisi kumparan toroida.
Bahan paramagnetik ini adalah bahan yang resultan medan magnet masing-
masing atom/molekulnya tidak 0, tapi resultan medan magnet total seluruh
atom/molekul dalam bahan adalah 0. Hal ini disebabkan karena Gerakan
atom/molekulnya acak sehingga resultan medan magnet masing-masing atom
saling meniadakan. Medan magnet pada material ini hanya ada jika termagnetisasi
oleh medan magnet dari luar. Jika pengaruh ini hilang maka medan magnet pada
material ini pun akan ikut menghilang. Sifat-sifat dari bahan ini adalah dapat
ditarik dengan lemah oleh medan magnetik dan dapat ditembus oleh medan
magnetik. useptibilitas magnet dari bahan paramagnetik adalah positif dalam
rentang 10-5 sampai 10-3m3/kg, sedangkan permeabilitasnya adalah µ>µ0
(Yelfianhar, 2016).
Akibat adanya pengaruh termal gerakan momen dipolenya menjadi acak dan
nilai induksi magnetnya kecil. Hal tersebut terjadi karena jumlah elektronnya
ganjil dan hanya sebagian kecil spin yang dapat berpasangan. Contohnya adalah
alumunium (Al), magnesium (mg), natrium (Na) (Rusdi, 2010).
Bahan ini memiliki dipol magnet permanen, sehingga momen magnetnya
akan acak bila tidak dipengaruhi medan magnet eksternal, dan jika diberikan
medan magnet eksternal momen magnet akan searah terhadap medan magnet
eksternal tersebut.

12
Gambar 2.8 Garis Gaya Magnet Paramagnetik (Advanced Magnet Source, 2018)

2.6.3 Bahan Ferromagnetik


Material feromagnetik merupakan material yang memiliki banyak spin
elektron yang tidak berpasangan dan masing-masing spin elektron yang tidak
berpasangan ini akan menimbulkan medan magnetik, sehingga medan magnet
total yang dihasilkan oleh satu atom menjadi lebih besar (Halliday dan Resnick,
1998). Material yang masuk pada golongan feromagnetik adalah besi murni,
kobalt dan nikel serta gabungannya. Material feromagnetik ini terdiri dari daerah-
daerah kecil yang disebut domain, yang berprilaku seperti magnet kecil dengan
kutub utara dan selatan (Giancoli, 1998). Medan magnet luar yang diberikan pada
material ini akan membuat domain dengan momen magnet paralel terhadap medan
eksternal akan mengembang sementara yang lain mengerut.
Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis
besar (Halliday & Resnick, 1998:422). Hal ini terutama disebabkan oleh momen
magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak
berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron yang
tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan
memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan
oleh suatu atom lebih besar. Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan
ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi diantara atom-atom tetangganya
menyebabkan sebagian besar atom akan mensejajarkan diri membentuk
kelompok-kelompok. Kelompok atom yang mensejajarkan dirinya dalam suatu
daerah dinamakan domain. Bahan feromagnetik sebelum diberi medan magnet

13
luar mempunyai domain yang momen magnetiknya kuat.
Momen magnetik ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari satu domain ke
domain yang lain, sehingga medan magnet yang dihasilkan tiap domain saling
meniadakan.Jika bahan ini diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain
ini akan mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar tersebut.
Semakin kuat medan magnetnya semakin banyak domain-domain yang
mensejajarkan dirinya. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan
magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang
disearahkan. Keadaan ini dinamakan keadaan saturasi (jenuh).
Berbeda dengan bahan paramagnetik, bahan ferromagnetik ini tetap bersifat
magnet (memiliki medan magnet) meskipun pengaruh magnet dari luar
dihilangkan. Karena itu bahan ini sangat baik sebagai sumber magnet permanen.
Jika toroida diisi bahan ferromagnetik, maka induksi bahan magnetik yang
dihasilkan oleh toroida bertambah besar sampai ribuan kali. Permeabilitas bahan:
μ>>>μ0, dengan suseptibilitas bahan : χ m >>> 0. Contoh bahan ferromagnetik
antara lain: besi, baja dan besi silikon. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik ini
akan hilang pada temperatur yang disebut Temperatur Currie. Temperatur Curie
0 0
untuk besi lemah adalah 770 C, dan untuk baja adalah 1043 C.
Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis
besar. Hal ini disebabkan karena momen magnetik spin elektron yang tidak
berpasangan. Masing-masing spin yang tidak berpasangan ini akan memberikan
medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom
lebih besar. Sifat-sifat dari bahan ini adalah ditarik sangat kuat oleh medan
magnetik dan mudah ditembus oleh medan magnetik. Arah momen magnetik pada
bahanferromagnetik tanpa ada pengaruh dari medan luar. Pada bahan
Ferromagnetik ada kemungkinan terjadi magnetisasi permanen. Artinya walaupun
tak ada medan luar (tak ada magnetisasi), bahan tersebut bersifat magnetik. Untuk
bahan ferromagnetik, permeabilitas magnet m, tidak lagi konstan tetapimerupakan

14
fungsi dari intensitas magnet. Contohnya adalah besi, baja, nikel, dan kobalt
(Yelfianhar, 2016).
Bahan feromagnetik merupakan bahan yang mengalami gejala magnetisasi
spontan tanpa pengaruh medan magnet ekternal (Wahyudi, 2018). Bahan ini
memiliki nilai suseptibilitas yang besar terhadap medan magnet eksternal.

Gambar 2.9 Garis Gaya Magnet Feromagnetik (Advanced Magnet Source, 2018)

2.6.4 Bahan Antiferromagnetik


Bahan antierromagnetik dapat digambarkan oleh struktur kristal dengan kisi-
kisi yang diisi oleh dua jenis atom dengan momen magnet yang berlawanan arah
(anti-paralel). Jika taka da medan luar, besarnya momen magnet yang anti-paralel
seimbang sehingga magnetisasi total M=0. Contoh bahan ini adalah MnO, MnF2
(Yelfianhar, 2016).
Pada bahan antiferomagnetik arah domainnya berlawanan arah danmemiliki
ukuran yang sama. Bahan antiferomagnetik mempunyai suseptibilitas magnet
positif kecil. Tak ada magnetisasi bila tidak ada medan luar yang bekerja. Misalkan
pada unsur chromium tipe ini memiliki arah domian ynag menuju duaarah dan
saling berkebalikan. Jenis ini memiliki temperature curie yang rendahsekitar 37oc
untuk menjadi bahan paramagnetik (Rusdi, 2010).

15
Gambar 2.10 Arah domain dari bahan antiferromagnetik (Sumber: (Yelfianhar,
2016))

2.6.5 Bahan Ferrimagnetik


Dalam bahan ini, momen magnet masing-masing atom tidak sama, sehingga
memiliki magnetisasi spontan M, walaupun tanpa adanya medan magnet luar serta
mempunyai suseptibilitas magnetik yang sangat besardan bergantung pada suhu.
Domain-domain magnetik dalam material ini terbagi-bagi dalam keadaan daerah
yang menyearah saling berlawanan (memiliki arah momen dan ukuran yang
berbeda) tetapi momen magnetik totalnya tidak nol jika medan luarnya 0 sehingga
semua mineral magnetik adalah ferrimagnetik. Contoh dari bahan ini hanya
ditemukan pada campuran dua unsur antara paramagnetik dan ferromagnetik
seperti Fe3Oa (Yelfianhar, 2016).

2.7 Susceptibilitas Magnet

Suseptibilitas magnet adalah kemampuan suatu bahan magnet untuk dimagnetisasi


yang ditentukan oleh nilai suseptibilitas magnet yang ditunjukkan oleh persamaan:
⃗⃗
𝑀 ⃗ atau 𝜒𝑚 = 𝑀
⃗⃗ = 𝜒𝑚 𝐻 (9)

𝐻

Keterangan:
𝜒𝑚 = Suseptibilitas magnet bahan
⃗⃗ = intensitas magnet (A/m)
𝑀
⃗ = kuat medan magnet (A/m)
𝐻

16
Nilai k adalah parameter dasar yang digunakan dalam metode magnet. Nilai
suseptibilitas batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut dijumpai banyak
mineral yang bersifat magnet. Litologi (karakteristik) dan kandungan mineral batuan
adalah faktor yang mempengaruhi harga suseptibilitas suatu bahan (Sunaryo &
Widyawidura, 2010).
Ada 3 kelompok bahan menurut nilai suseptibilitas magnetnya: (Yelfianhar, 2016)
1. 𝜒𝑚 < 0: bahan diamagnetik
2. 𝜒𝑚 > 0, namum 𝜒𝑚 << 1: bahan paramagnetik
3. 𝜒𝑚 > 0 dan 𝜒𝑚 >> 1: bahan ferromagnetic
Kemudahan suatu benda magnetik untuk dimagnetisasi ditentukan oleh
suseptibitas kemagnetan k yang dirumuskan dengan persamaan :
𝐼=𝑘𝐻 (10)
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang digunakan
dalam metode magnetik. Nilai suseptibilitas magnetik dalam ruang hampa sama
dengan nol karena hanya benda berwujud yang dapat termagnetisasi. Suseptibilitas
magnetik dapat diartikan sebagai derajat kemgntan suatu benda. Harga k pada
batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak dijumpai mineral-mineral
yang bersifat magnetik. Berdasarkan harga suseptibilitas k, benda- benda magnetik
dapat dikategorikan sebagai diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik. Diamagnetik
adalah benda yang mempunyai niai k kecil dan negatif. Paramagnetik adalah benda
magnetik yang mempunyai nilai k kecil dan positif. Sedangkan Ferromagnetik adalah
benda magnetik yang mempunyai nilai k positif dan besar.

2.8 Permeabilitas

Permeabilitas menyatakan derajat magnetisasi suatu bahan yang merespon secara


linier pengaruh medan magnet luar. Permeabilitas dapat didefinisikan sebagai
konstanta pembanding antara rapat fluks magnetik (B) dengan kuat medan magnet (H)
yang dihasilkan magnet, dan dapat ditulis:

17
𝐵
= 𝜇𝑜 (11)
𝐻

𝜇 = 𝜇𝑜 . 𝜇 𝑟 (12)

̅
𝐵 = 𝜇 𝑜 . 𝜇𝑟 . 𝐻 (13)

Keterangan:

μ = permeabilitas bahan yang merupakan hasil perkalian permeabilitas absolut


(𝜇𝑜 ) dengan permeabilitas relatif (𝜇𝑟 ).

Untuk udara dan bahan non-magnetik, permeabilitas dinyatakan sebagai


permeabilitas ruang kosong (𝜇𝑜 = 4π x 10-7 H/m) (Yelfianhar, 2016).

2.9 Hubungan Suseptibilitas dengan Permeabilitas

Jika magnetisasi linier terhadap intensitas magnet pada persamaan (9). Maka
induksi magnet juga linier terhadap intensitas magnet:

⃗ = 𝜇𝑜 𝐻
𝐵 ⃗ + 𝜇𝑜 𝑀
⃗⃗

⃗ = 𝜇𝑜 𝐻
𝐵 ⃗ + 𝜇𝑜 𝜒𝑚 𝐻

⃗ = 𝜇𝑜 (1 + 𝜒𝑚 )𝐻
𝐵 ⃗

⃗ = 𝜇𝐻
𝐵 ⃗ (14)

2.10 Medan Magnet dan Induksi Magnetik

Medan magnet adalah ruangan di sekitar kutub magnet, yang gaya tarik/tolaknya
masih dirasakan oleh magnet lain. Kuat medan magnet di suatu titik di dalam medan
magnet ialah besar gaya pada suatu satuan kuat kutub di titik itu di dalam medan
magnet m adalah kuat kutub yang menimbulkan medan magnet dalam Ampere-meter.
Kuat medan titik itu dalam : N/Am atau Weber/m2 (Monter, t.thn.).

18
Jika suatu logam diletakan di dekat magnet, maka logam tersebut akan
mendapatkan gaya magnet berupa gaya tarik. Semakin jauh logam tersebut dari
magnet, maka semakin kecil gaya tarik yang ia alami. Gejala tersebut menunjukan
bahwa gaya di sekitar magnet terdapat medan magnet. Garis gaya adalah lintasan kutub
utara dalam medan magnet atau garis yang bentuknya demikian hingga kuat medan di
tiap titik dinyatakan oleh garis singgungnya. Sejalan dengan faham ini, garis-garis gaya
keluar dari kutub-kutub dan masuk ke dalam kutub Selatan. Untuk membuat pola garis-
garis gaya dapat dengan jalan menaburkan serbuk besi disekitar sebuah magnet. Rapat
garis-garis gaya (flux density) = B adalah jumlah garis gaya tiap satuan luas yang tegak
lurus kuat medan.
𝜑
𝐵= (15)
𝐴

Pada tahun 1820, Hans Christian Oersted menemukan bahwa ketika jarum kompas
diletakkan di dekat kawat berarus listrik, jarum mengalami penyimpangan. Apa yang
ditemukan Oersted adalah bahwa arus listrik menghasilkan medan magnet. Jika
perubahan medan magnetik dapat menghasilkan medan listrik, maka sebaliknya
perubahan medan listrik dapat menghasilkan medan magnet. Medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik disebut medan magnet induksi. Peristiwa timbulnya
medan magnet yang disebabkan oleh adanya arus listrik disebut induksi magnet
(Ardiansyah, et al., 2019).

Induksi Magnet (B) sering disebut rapat fluks magnet, kuat medan magnet atau
intensitas medan magnet. Induksi magnet merupakan respon dari bahan ketika pada
bahan tersebut terdapat medan magnet (H) yang ditimbulkan oleh arus listrik. Induksi
magnet merupakan besaran Vektor yang memiliki nilaidan arah.

Medan magnetik dapat ditimbulkan oleh magnet permanen ataupun oleh


elektromagnetik. Elektromagnetik adalah magnet yang timbul disekitar kawat berarus.
Hal ini didasarkan dari percobaan Oersted, yaitu:

19
1. Disekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnetik.

2. Arah medan magnetik tergantung pada arah arus listrik yang melalui kawat.

Untuk memudahkan menentukan garis-garis gaya magnetik disekitar kawat lurus


berarus digunakan aturan putaran tangan kanan, yaitu jika tangan kanan menggenggam
kawat lurus berarus, maka ibu jari menunjukkan arah arus listrik dan putaran keempat
jari yang dirapatkan menunjukkan putaran garis-garis gaya magnetik.

Besar induksi magnetik di satu titik di sekitar elemen arus, sebanding dengan
panjang elemen arus, besar kuat arus, sinus sudut yang diapit arah arus dengan jaraknya
sampai titik tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.

𝐼.∆𝑙.𝑠𝑖𝑛𝜃
∆𝐵 = 𝑘 (16)
𝑟2

𝜇𝑜 𝑤𝑒𝑏𝑒𝑟
Dimana: 𝑘 = 4𝜋 = 10−7 𝐴.𝑚
𝜇𝑜 𝐼.∆𝑙 sin 𝜃
Maka: 𝑑𝐵 = 4𝜋 (17)
𝑟2

Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan timbul
medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubah-ubah
terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu.
Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di
dalamnya timbul ggl induksi. Saat terjadi induksi pada kumparan maka ggl induksi ε
sebanding dengan laju perubahan arus yang dirumuskan
∆𝐿
𝜀 = −𝐿 ∆𝑡 (18)

Solenoide adalah gulungan kawat yang di gulung seperti spiral. Bila kedalam
solenoide dialirkan arus listrik, di dalam selenoide terjadi medan magnet dapat
ditentukan dengan tangan (Monter, t.thn.).

20
Gambar 2.11 Selenoid (Sumber: (Monter, t.thn.))

Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan


persamaan dibawah. Medan magnet di dalam solenoida adalah sebagai berikut:
(Monter, t.thn.)
𝐵 = 𝜇. 𝑛. 𝐼 (19)
𝑁
Dengan: n = 𝐿

Sehingga diperoleh:
∆𝛷𝐵 ∆𝐼
𝜀 = −𝑁 ( ) = −𝐿 (∆𝑡) (20)
∆𝑡
𝜇0 𝑁𝐴∆𝐼
Karena 𝐵𝜙 = 𝐵𝐴 = 𝑙

Sehingga
∆𝛷𝐵 𝜇0 𝑁 2 𝐴
𝐿=𝑁 dan 𝐿 = (21)
∆𝐼 𝑙

Keterangan:
L = Induksi diri solenoida atau toroida (H)
μ0 = Permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = Jumlah lilitan
A = Luas penampang (m2)
l = Panjang solenoida atau toroida (m)

2.11 Resonansi RLC

Medan Resonansi adalah proses bergetarnya suatubenda ketika ada pengaruh


getaran benda lain, hal ini terjadi karena kedua benda tersebut memiliki frekuensi yang
sama. Resonansi RLC merupakan suatu gejala yang terjadi pada rangkaian arus AC
yang terdiri dari resistor (𝑅), induktor (𝐿) dan kapasitor (𝐶). Resonansi dalam rangkaian
seri yaitu resonansi seri, sedangkan resonansi dalam rangkaian paralel yaitu resonansi
paralel (anti resonansi). Resonansi pada rangkaian RLC terjadi ketika reaktansi

21
kapasitif (𝑋𝐶) sama dengan reaktansi induktif (𝑋𝐿) dan amplitudo tegangan 𝑉𝐿 = 𝐼𝑋𝐿
dan 𝑉𝐶 = 𝐼𝑋𝐶 adalah sama. Pada frekuensi resonansi RLC impedansi mencapai nilai
minimumnya dan arus mencapai nilai maksimumnya (R. & R., 2018).

Rangkaian ini dianalogikan seperti susunan massa-pegas, maka rangkaian ini


dianggap memiliki frekuensi alami dari osilasi dan bekerja suatu pengaruh luar.
Besaran yang diperoleh dari rangkaian ini adalah frekuensi resonansi baik sebelum
kehadiran bahan magnetik (udara) Maupun dalam bahan magnetik (yang dimasukkan
ke dalam induktor). 𝐿 sebagai induktansi induckor dan 𝐶 sebagai kapasitansi kapasitor.

Solusi dari rangkaian RLC dapat diselesaikan dengan menggunakan hukum


Kirchoff II yang mengatakan bahwa jumlah tegangan dalam suatu rangkaian tertutup
= 0. Secara sistematis dapat ditulis:

Σ𝑉 = 0 (22)

𝑉𝐶 + 𝑉𝐿 = 0 (23)
𝑄 𝑑𝑙
Dimana 𝑉𝐶 = − 𝐶 dan 𝑉𝐿 = −𝐿 𝑑𝑡

Sehingga, hukum kirchoff II untuk rangkaian dibawah ini adalah:


𝑄 𝑑𝑙
− 𝐶 − 𝐿 𝑑𝑡 = 0 (24)
𝑑𝑄
Dengan I= − 𝑑𝑡 (25)
𝑄 𝑑 𝑑𝑄
− 𝐶 − 𝐿 𝑑𝑡 ( 𝑑𝑡 ) = 0
𝑑2 𝑄 𝑄
𝐿 𝑑𝑡 2 + 𝐿𝐶 = 0 (26)
1
Dengan 𝜔2 = , maka: (27)
𝐿𝑐
𝑑2 𝑄
𝐿 𝑑𝑡 2 + 𝜔2 𝑄 = 0

(𝐷2 + 𝜔2 )𝑄 = 0 (28)
𝐷 = ±𝑄 (29)
Sehingga solusi dari rangkaian ini adalah:

22
𝑄 = 𝐴𝑒 −𝑖𝜔𝑡 + 𝐵𝑒 𝑖𝜔𝑡 (30)
Nilai tegangan pada masing-masing komponen pada rangkaian ini:
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 𝑅𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡 (31)
1
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 𝜔𝐿 sin (𝜔𝑡 − 2 𝜋) (32)
1
𝑉𝐶 = 𝐼𝑚 𝜔𝐶 sin (𝜔𝑡 + 2 𝜋) (33)
1
Karena nilai 𝜔2 = , maka:
𝐿𝐶

1
𝜔 = √𝐿𝐶 (34)

Dengan persamaan ini dapat ditentukan nilai induktansinya, yaitu:


1
2𝜋𝑓 = √𝐿𝐶 (35)
1
𝐿 = 4𝜋2 𝐶 2 𝑓 (36)
𝑟

𝐿.𝐼
𝜇𝑚 = 𝑁 2 𝐴 (37)
𝜇𝑚
𝜒= −1 (38)
𝜇𝑜

Dengan:

𝑓𝑟 = Frekuensi resonansi rangkaian (Hz)

23
Gambar 2.12 (a) Rangkaian seri RLC yang dihubungkan ke sumber arus bolak
balik. (b) Diagram fasor arus dan tegangan pada rangkaian seri RLC (c) Diagram
fasor hambatan, reaktansi, dan impedansi pada rangkaian RLC (Lizelwati, 2011)
Frekuensi resonansi terjadi apabila XL = XC dan rangkaian akan bersifat sebagai
resistif murni (Z=R). Frekuensi dalam keadaan ini disebut frekuensi resonansi.
1
𝑓=
2𝜋√𝐿𝐶

24
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Perancangan Algoritma Penelitian

Mulai
A

Studi Literatur
Menganalisis resonansi
yang telah dihasilkan
Memeriksa sinyal input

Menentukan frekuensi
resonansi sebelum magnet
Memeriksa output sinyal
dimasukkan

Memeriksa output sinyal jika Menentukan frekuensi


resonansi tidak ada
resonansi saat magnet
dimasukkan

Mengulangi langkah dengan Pengolahan dan analisis data


memasukkan bahan ke
induktor

Selesai

A
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

3.2 Alat-alat Percobaan

1. Perangkat sinyal function generator dan osiloskop digital sebagai media


pengamatan sinyal input dan output.
2. Perangkat rangkaian RLC, (R=1k, C=68 nF dan L) sebagai rangkaian RLC yang
digunakan pada percobaan.

25
3. Bahan padat besi, tembaga, aluminium dan teflon sebagai bahan-bahan yang akan
diuji suseptibilitas dan permeabilitasnya pada percobaan.

3.3 Prosedur Percobaan

1. Dalam kondisi Tanpa Beban:


a. Memeriksa Input Sinyal: menghubungkan rangkaian RLC dengan Sinyal
function generator (SFG) dan osciloskop (OSC), memilih salah satu frekuensi
(SFG) lalu crosscek frekuensi dan amplitudonya pada OSC.
b. Memeriksa Output Sinyal: menghubungkan rangkaian RLC dengan Sinyal
function generator (SFG) dan osciloskop (OSC), mengamati apakah ada
perubahan pada frekuensi dan atau amplitudonya pada OSC? atau apakah
terjadi resonansi? Jika tidak melakukan analisa.
c. Memeriksa lagi Output Sinyal jika resonansi tidak terjadi: menghubungkan
rangkaian RLC, rangkaian OP-AMP (perbesaran 10 kali) dengan Sinyal
function generator (SFG) dan osciloskop (OSC). Mengatur SFG untuk
menemukan frekuensi resonansi (amati perubahan amplitudo sinyal pada OSC
dengan memutar ke kiri atau ke kanan (amplitudo SFG) hingga terjadi
perubahan amplitudo (minimum dan maksimum) di OSC, lalu tentukan
frekuensi resonanya.
2. Dalam kondisi Dengan Beban:
a. Mengulangi langkah A.3 di atas dengan memasukkan masing-masing bahan
(besi, tembaga, aluminium atau teflon) ke dalam induktor, lalu menentukan
frekuensi resonansinya.
3. Berdasarkan pengamatan pada prosedur di atas lakukan kegiatan di bawah ini:
a. Menganalisa secara umum dari fakta resonansi yang dihasilkan termasuk
penggunaan penguat.
b. Menentukan frekuensi resonansi sebelum bahan magnet dimasukkan

26
BAB 4
TUGAS PENDAHULUAN

1. Uraian tentang susceptibilitas dan permeabilitas bahan magnet!

Jawab:

Suseptibilitas merupakan kemampuan suatu bahan magnet untuk dimagnetisasi


yang ditentukan oleh nilai suseptibilitas magnet. Atau dapat didefinisikan pula
bahwa suseptibilitas merupakan kecenderungan suatu material untuk menjadi bahan
magnet dalam pengaruh medan magnet luar.

Permeabilitas menyatakan derajat magnetisasi suatu bahan yang merespon


secara linier pengaruh medan magnet luar. Permeabilitas dapat didefinisikan sebagai
konstanta pembanding antara rapat fluks magnetik (B) dengan kuat medan magnet
(H) yang dihasilkan magnet.

2. Turunkan persamaan medan magnetik di dalam solenoida dan persamaan


induktansi solenoid (L) hubungannya dengan permitivitas bahan!
Jawab:
Nilai besarnya medan magnet di titik pusat yang dihasilkan sebuah kawat melingkar
𝜇 𝑎 3
adalah : 𝐵 = 2𝑎0 (𝑟 )

Persamaan tersebut diintegralkan dengan panjang dl:


𝑎
𝜇 𝑎 3 𝑁𝑖 sin 𝛽 =
𝐵 = 2𝑎0 ∫ ( 𝑟 ) 𝑑𝑙 𝑟
𝑙
𝜇0 𝑖𝑁
sin 𝛽 =
𝑟𝑑𝛽
maka 𝑑𝑙 = sin 𝛽
𝑟𝑑𝛽 𝐵= ∫ sin 𝛽 𝑑𝛽
2𝑙
𝑑𝑙
𝜇0𝑖𝑁 90°
𝜇0 𝑖𝑁 𝑎 2 𝑑𝛽 𝐵= ∫𝛽 sin 𝛽 𝑑𝛽
𝐵= 2𝑙
2𝑙
∫ (𝑟 ) sin 𝛽
𝜇0 𝑖𝑁
𝐵= (− cos 𝛽) |90°
𝛽
2𝑙

Maka besar medan magnet di pusat solenoida akibat pengaruh setengah panjang
solenoida adalah:

27
𝜇0𝑖𝑁
𝐵= cos 𝛽
2𝑙
𝜇0 𝑖𝑁
𝐵= (cos 𝛽 +cos 𝛾)
2𝑙
Pada solenoida yang jari-jarinya sangat kecil maka sudut ɣ dan β akan mendekati
nol, maka :
𝜇0 𝑖𝑁
𝐵= (cos 0 +cos 0)
2𝑙
𝜇0 𝑖𝑁
𝐵=
𝑙
3. Dari rangkaian RLC (R seri terhadap LC paralel) dan dengan menggunakan
loop Kirchoff turunkan dan selesaikan persamaan diferensial muatan (Q) dan
tuliskan persamaan Q(t), I(t) dan Io!
Jawab:
Hukum Kirchoff II mengatakan bahwa jumlah tegangan dalam suatu rangkaian
tertutup sama dengan 0, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai:

∑𝑉 = 0

𝑉𝑐 + 𝑉𝐿 = 0
𝑄 𝑑𝑙
Dimana 𝑉𝑐 = − 𝑐 dan 𝑉𝐿 = −𝐿 𝑑𝑡

Sehingga, hukum kirchoff II untuk rangkaian dibawah ini adalah:


𝑄 𝑑𝑙
− −𝐿 =0
𝑐 𝑑𝑡
𝑑𝑄
Dengan I= − 𝑑𝑡
𝑄 𝑑 𝑑𝑄
− −𝐿 ( )=0
𝑐 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑2 𝑄 𝑄
𝐿 + =0
𝑑𝑡 2 𝐿𝑐
1
Dengan 𝜔2 = 𝐿𝑐, maka:

𝑑2𝑄
𝐿 + 𝜔2 𝑄 = 0
𝑑𝑡 2

28
(𝐷2 + 𝜔2 )𝑄 = 0
𝐷 = ±𝑄
Sehingga solusi dari rangkaian ini adalah:
𝑄 = 𝐴𝑒 −𝑖𝜔𝑡 + 𝐵𝑒 𝑖𝜔𝑡
Atau
Q(t) = A cos ωt + B sin ωt
dI 1
Jika VL = −L dt dan Vc = − c ∫ I dt, maka;

VC + VL = 0
dI 1
L + ∫ I dt = 0
dt c
d2 I 1
L 2+ I=0
dt c
d2 I 1 2
1
+ I = 0 ; ω =
dt 2 Lc LC
d2 I
+ ω2 I = 0
dt 2
Maka:
I(t) = A cos ωt + B sin ωt
I0 = I (0) = A cos ω(0) + B sin ω(0)
Sehingga: I0 = A
4. Turunkan persamaan untuk VR(t), VL(t) dan VC(t) dan Vo
Jawab:
- Untuk VR: V = Vm sin(ωt)
Dengan Hukum Kirchoff loop:
V − IR = 0; Vm = Im R
Vm sin(ωt) − IR = 0; I = Im sin(ωt)
Vm
I= sin(ωt)
R
VR = IR; VR = Vm sin(ωt)

29
𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 𝑅 sin 𝜔𝑡
dI
- Untuk VL: VL = L dt
dI
Loop Kirchoff : V − VL = 0 ; L dt = Vm sin(ωt)

VL = V
dI Vm
VL = Vm sin(ωt) ; = sin(ωt)
dt L
dI Vm
∫ dt = ∫ sin(ωt)dt
dt L
Vm
I=− cos(ωt) + C
L
1
Nilai I = 0 saat ω = 2 π dan C = 0
Vm
I=− cos(ωt)
L
1 Vm
I = Im sin (ωt − π) ; Im =
2 ωL
VL = I × L
1
VL = Im sin (ωt − π) ωL
2
1
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 𝜔𝐿 sin(𝜔𝑡 − 𝜋)
2
- Untuk VC:
1
𝑉𝐶 = 𝐼𝑚 𝜔𝐶 sin(𝜔𝑡 − 𝜋)
2
- Untuk V0:
V0 = V(0) = Vm sin ω(0)
𝑉𝐶 = 0
5. Tunkan persamaan untuk Daya dan Faktor Kualitas!
Jawab:
P(t) = I2 (t)R
Daya rata-rata dalam 1 periode:

30
1 T 1 T 1 T
⃗ =
P ∫ P(t)dt = ∫ RI2 (t)dt = R ( ∫ I2 (t)dt)
T 0 T 0 T 0
1 T
Arus rata-rata kuadrat: Irms = √T ∫0 I2 tdt

Untuk tegangan sinusoidalV(t) = Vp (t)(ωt + ϕ0 )


Vp
Vrms = = 0,0707 Vp
√2
1
⃗ = Irms 2 R = Ip 2 R
Diperoleh daya rata-rata: P 2

Jika arus searah I melalui R, 𝑃 = 𝐼 2 𝑅


Faktor Kualitas merupakan perbandingan daya relatif induktor atau kapasitor
terhadap rata-rata tahanan pada saat resonansi atau perbandingan frekuensi
resonansi dengan lebar pita.
1

ω0 ω0 LC 1 1 L f 2πf0 L 1 1 L
Q = ∆ω = = R = R√LC = R √C atau Q = ∆t0 = = = R √C
2s R R2 C
L √
L

6. Dari persamaan di atas tuliskan persamaan impedansi dan frekuensi


resonansinya!
Jawab :
1 1 1 1 1
LC paralel  = JX − JX = [ωL − ωC] J
ZLC L c

1 J(1−ωLωC)
ZLC = J [1 ]= dan 𝑍 = √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝑐 )2
⁄ωL−ωC ωL

Impedansi Z = R + ZLC
J(1−ωLωC)
Z=R+ ωC

1 1
Frekuensi resonansi ω0 = dan fr =
√LC 2π√(LC)

7. Tentukan frekuensi resonansi!


Jawab:

1 1
Freekuensi resonansi : ω0 = atau fr =
√LC 2π√(LC)

31
8. Tentukan Induktansi (L) termasuk analisa terhadap efek bahan magnetik
dalam Induktor (L) !
Jawab:
Induktansi adalah kemampuan induktor menyimpan energi magnet.

1 1
ω= atau ω2 = LC
√LC

1 1 1
L= = =
ω2 C (2πf)2 C 4π2 Cf 2
Dengan 𝜇0 = 4 𝜇 . 10−7 𝐻/𝑚
saat arus mulai mengalir, dihasilkan medan magnet yang mencoba menghentikan
arus mengalir dengann cara mengalirkan arus kedua yang berlawanan
9. Tentukan Faktor Kualitas, Permeabilitas dan Susceptibilitas bahan magnet
Jawab:
𝜔 1 𝐿
Factor Kualitas: 𝑄 = ∆𝜔0 = 𝑅 √𝐶

⃗⃗
𝑀
Suseptibilitas: 𝜒𝑚 = ⃗
𝐻

Permeabilitas:
𝐵
magnetik: 𝜇0 = 𝐻
𝐵
dan non-magnetik: 𝜇0 𝜇𝑟 = 𝐻

32
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, A. A., Resti & Nana, 2019. Medan Magnet. Ilmu Fisika.

Monter, R., t.thn. Medan Magnet. [Online]


Available at: https://www.academia.edu/8502451/MEDAN_MAGNET_PDF
[Diakses 24 Maret 2021].

Rusdi, P. A., 2010. Bahan-bahan Magnet. Bali: Universitas Udayana.

R., F. & R., E., 2018. Rancang Bangun Alat Percobaan Resonansi Rangkaian RLC
Menggunakan Sistem Digital. Inovasi Fisika Indonesia, Volume VII, pp. 54-
56.

Sunaryo & Widyawidura, W., 2010. Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan
Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam Menggunakan Prinsip Dasar
Fisika. Cakrawala Pendidikan, XXIX(1), pp. 68-70.

Yelfianhar, I., 2016. Bahan Magnetik. [Online]


Available at: https://iwan78.files.wordpress.com/2010/11/12_13_bahan-
magnet.pdf
[Diakses 24 Maret 2021].

Advanced Magnet Source, 2018. Types of Magnetic Materials. [Online]


Available at: https://advancedmagnetsource.com/2018/09/03/types-magnetic-
materials/ [Accessed 27 Maret 2021].

Aprianto, R. & Brtopuspito, K. S., 2015. Analisis Suseptibilitas Magnetik Batuan


Pengeboran di Blok Elang Sumbawa. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi,
1(3), pp. 226-234.

Callister, W. & Rethwisch, D., 2009. Materials Science and Engineering An


Introduction. 8th ed. New York: John Wiley and Sons.

33
Firdaus & Fadel, T. F., 2011. Pengaruh Sudut Antar Kumparan Pada Transfer Daya
Nirkabel Menggunakan Metode Induksi Medan-Dekat, s.l.: FTI Universitas
Islam Indonesia.

Lizelwati, N., 2011. Resonansi Pada Rangkaian RLC. Jurnal Saintek, III(1), pp. 90-96.

Omar, M., 1975. Elementary Solid State Physics. Boston: Addison Wesley Publishing
Company.

Puryanti, D., 2013. Identifikasi Pencemaran Air Permukaan Sungai By Pass Kota
Padang dengan Metode Suseptibilitas Magnet. Jurnal Ilmu Fisika, 5(2), pp. 65-
71.

Wahyudi, I., 2018. Suseptibilitas Magnetik dan Temperatur Curie Material Alloy
Feromagnetik Co1-xNix Model Nanocobe dan Nanosphere, s.l.: Universitas
Jember.

34

Anda mungkin juga menyukai