MAGNET
LAPORAN AWAL
140310190063
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
DAFTAR ISI
BAB 1 ........................................................................................................................... 1
BAB 2 ........................................................................................................................... 3
BAB 3 ......................................................................................................................... 25
BAB 4 ......................................................................................................................... 27
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Sudah sejak lama studi dan penelitian tentang magnet telah menghasilkan berbagai
produk yang bermanfaat bagi umat manusia. Produk-produk seperti motor listrik,
generator listrik, satelit, sistim pemantau radar, central lock pintu mobil, lampu,
perangkat pengangkat dan penarik benda logam pada pesawat angkat, hingga kereta
api cepat adalah beberapa contoh penerapan magnet. Produk di bidang kesehatan juga
telah banyak dihasilkan yang memanfaatkan prinsip kemagnetan ini yaitu MRI
(Magnetic Resonance Imaging) dan gelang/kalung bio-magnet yang membanjiri
Indonesia produksi China maupun Jepang yang beru pa magnet tetap yang diklaim bisa
membantu melancarkan peredaran darah dan memperbaiki syaraf yang terjepit.
1
(𝑥m) adalah ukuran dasar sifat kemagnetan suatu bahan, ditunjukkan dengan adanya
respon terhadap induksi medan magnet.
1.2 Tujuan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Magnetisme
Gejala magnetisme, seperti halnya listrik, juga telah diamati manusia beberapa
abad sebelum masehi. Sebuah material berwarna hitam yang disebut lodestone dapat
menarik besi dan benda-benda logam lainnya. Tahun 1269, de Maricourt melakukan
studi tentang magnet dan mengamati adanya sepasang kutub pada benda magnetik.
Kutub-kutub ini kemudian dinamakan dengan “kutub utara” dan “kutub selatan”. Jika
kutub yang sama didekatkan maka akan saling menolak, dan sebaliknya jika kutub
yang berlainan didekatkan akan saling menarik.
Gambar 2.1 Gaya saling-tolak dan saling-tarik pada magnet, serupa dengan gaya
Coulomb dalam Elektrostatik (usep, 2006)
Gaya saling menolak dan saling menarik menyerupai fenomena listrik statis (gaya
Coulomb) yang telah kita pelajarai pada awal kuliah semester ini. Meskipun begitu ada
perbedaan cukup penting antara sumber dari gaya (medan) magnet dengan gaya
(medan) listrik, yaitu pada magnet kutub utara dan selatan tidak bisa terpisahkan dan
selalu berpasangan, berbeda halnya dengan gaya listrik (Coulomb) yang masing-
masing muatan (positif dan negatif) bisa terpisah, pada magnet kutub positif selalu
muncul berpasangan, bahkan jika sebuah bahan (batang) magnetik dipotong
sedemikian rupa,selalu saja muncul sepasang kutub
3
Gambar 2.2 Dalam Magnet Tidak Terdapat Unipolar (Satu Kutub Terpisah)
Seperti Dalam Listrik (Usep, 2006)
Pasangan kutub ini dikenal dengan istilah dipole magnet (di = dua, pole kutub).
Dalam magnet tidak (belum) ditemukan kutub tunggal (monopol) berbeda dengan
listrik yang memiliki monopol. Sebagaimana pada muatan listrik, sebuah dipol magnet
(yang merupakan satuan terkecil magnet) memiliki medan magnet yang arahnya dari
kutub utara menuju kutub selatan selatan, Hal ini mirip seperti pada muatan listrik
positif, medan listrik mengarah keluar menjauhi muatan, dan pada muatan negatif
sebaliknya.
Gambar 2.3 Gaya saling-tolak dan saling-tarik pada magnet, serupa dengan gaya
Coulomb dalam Elektrostatik (Usep,2006)
4
Medan magnet dapat dihasilkan dari suatu muatan listrik q yang bergerak dengan
kecepatan v. Medan magnet yang dihasilkan pada jarak r dari muatan bergerak q adalah
sebesar :
(1)
Gambar 2.3 Arah medan magnet yang dihasilkan dari sebuah muatan listrik yang
bergerak (Usep,2006)
Karena medan magnet dapat timbul pada muatan yang bergerak, maka dapat
dipastikan bahwa kawat berarus listrik akan menimbulkan medan magnet, sebab arus
merupakan muatan listrik yang bergerak. Hal ini pertama kali diamati oleh HC. Oersted
pada tahun 1820. Arah dari medan magnet dapat dilihat melalui aturan tangan kanan
dengan ibu jari menunjuk arah arus lisrik dan keempat jari lain yang mengepal
menunjukkan arah medan megnet. Besarnya medan magnet bergantung dari bentuk
kawat berarus dan dapat dihitung dengan hukum Biot-Savart. Untuk kawat berarus,
kita hanya menggantikan qv pada persamaan (1) di atas dengan elemen arus Idl, karena
keduanya identik, sehingga diperoleh :
(2)
5
r adalah jarak suau titik dengan kawat berarus. Persamaan (2) ini dikenal sebagai
hukum Biot-Savart.
Gambar 2.4 Kawat lurus berarus menimbulkan medan B yang arahnya melingkar
menurut aturan tangan kanan (Usep,2006)
Pada gambar dl x r akan menghasilkan dl sin φ atau dl cos θ dan l = z tan θ sehingga :
(3)
θ2 = +π/2. karenanya :
(4)
6
(5)
(6)
2.5 Solenoida
Solenoida adalah induktor yang terdiri gulungan kawat yang kadang di dalamnya
dimasukkan sebuah batang besi berbentuk silinder sebagai dengan tujuan memperkuat
medan magnet yang dihasilkannya seperti terlihat dalam gambar 6.11 di samping.
Solenoida digunakan dalam banyak perangkat elektronika seperti bel pintu atau
pengeras suara. Secara skematik bentuk dari solenoida dapat dilihat pada gambar 2.5
di mana solenoida terdiri dari n buah lilitan kawat berarus listrik I, medan magnet yang
dihasilkan memiliki arah seperti pada gambar, di mana kutub utara magnet mengikuti
aturan tangan kanan 1(Usep,2006).
Besarnya kuat medan magnet yang dihasilkan pada sebuah titik P pada sumbu di
dalam solenida dapat difikirkan sebagai jumlah dari medan magnet yang dihasilkan
sebuah kawat berbentuk lingkaran yang telah kita hitung sebelumnya, dengan x yang
berubah, sehingga dari persamaan (5) :
7
Gambar 2.6 Medan magnet dalam suatu solenoida
jika solenoida memiliki panjang L yang terdiri dari N buah lilitan, maka jumlah lilitan
persatuan panjang sebut saja n adalah n=N/L. Maka jika kita jumlahkan seluruh lilitan
sebanyak ndx, kita harus melakukan integrasi untuk seluruh dx dari –x1 ke x2 :
hasil dari bentuk integral ini dapat dilihat pada tabel-tabel integral baku pada buku
kalkulus anda, di mana berlaku :
Sehingga :
8
(7)
Jika jari jari solenoida R kita anggap jauh lebih kecil dari x1 dan x2, maka suku pertama
dalam kurung pada persamaan terakhir dapat didekati :
dengan demikian kita peroleh kuat medan magnet untuk solenoida dengan jumlah
lilitan persatuan panjang n adalah :
(8)
Bahan magnetik adalah bahan-bahan yang dapat ditarik atau ditolak ketika
ditempatkan pada suatu medan magnet eksternal dan dapat dimagnetisasi sendiri. Suatu
bahan akan bersifat magnet jika momen magnetnya memiliki arah yang sama (tersusun
teratur) dan suatu bahan yang bukan magnet, momen magnetnya mempunyai arah
sembarang (tidak teratur) sehingga efeknya akan saling meniadakan yang
mengakibatkan tidak ada kutub-kutub magnet pada ujung-ujung logam. Kutub magnet
adalah daerah yang berada di ujung-ujung magnet dan akan memiliki kekuatan magnet
yang paling besar (Rusdi, 2010).
9
Menurut sifat bahannya, bahan magnet ini terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:
10
Gambar 2.7 Arah momen magnetik bahan diamagnetik (Sumber: (Rusdi, 2010))
11
magnet luar momen magnetik ini akan cendrung menyearahkan sejajar dengan
medannya. Kecendrungan momen magnetik untuk sejajar dengan medannya ini
dilawan oleh kecendrungan momen untuk bergerak secara acak akibat gerakan
termalnya sehingga suseptibilitas paramagnetik semakin berkurang dengan
semakin bertambahnya suhu.
Bahan diamagnetik dan paramagnetik mempunyai sifat kemagnetan yang
lemah. Perubahan induksi magnet dengan adanya bahan tersebut tidaklah besar
apabila digunakan sebagai pengisi kumparan toroida.
Bahan paramagnetik ini adalah bahan yang resultan medan magnet masing-
masing atom/molekulnya tidak 0, tapi resultan medan magnet total seluruh
atom/molekul dalam bahan adalah 0. Hal ini disebabkan karena Gerakan
atom/molekulnya acak sehingga resultan medan magnet masing-masing atom
saling meniadakan. Medan magnet pada material ini hanya ada jika termagnetisasi
oleh medan magnet dari luar. Jika pengaruh ini hilang maka medan magnet pada
material ini pun akan ikut menghilang. Sifat-sifat dari bahan ini adalah dapat
ditarik dengan lemah oleh medan magnetik dan dapat ditembus oleh medan
magnetik. useptibilitas magnet dari bahan paramagnetik adalah positif dalam
rentang 10-5 sampai 10-3m3/kg, sedangkan permeabilitasnya adalah µ>µ0
(Yelfianhar, 2016).
Akibat adanya pengaruh termal gerakan momen dipolenya menjadi acak dan
nilai induksi magnetnya kecil. Hal tersebut terjadi karena jumlah elektronnya
ganjil dan hanya sebagian kecil spin yang dapat berpasangan. Contohnya adalah
alumunium (Al), magnesium (mg), natrium (Na) (Rusdi, 2010).
Bahan ini memiliki dipol magnet permanen, sehingga momen magnetnya
akan acak bila tidak dipengaruhi medan magnet eksternal, dan jika diberikan
medan magnet eksternal momen magnet akan searah terhadap medan magnet
eksternal tersebut.
12
Gambar 2.8 Garis Gaya Magnet Paramagnetik (Advanced Magnet Source, 2018)
13
luar mempunyai domain yang momen magnetiknya kuat.
Momen magnetik ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari satu domain ke
domain yang lain, sehingga medan magnet yang dihasilkan tiap domain saling
meniadakan.Jika bahan ini diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain
ini akan mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar tersebut.
Semakin kuat medan magnetnya semakin banyak domain-domain yang
mensejajarkan dirinya. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan
magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang
disearahkan. Keadaan ini dinamakan keadaan saturasi (jenuh).
Berbeda dengan bahan paramagnetik, bahan ferromagnetik ini tetap bersifat
magnet (memiliki medan magnet) meskipun pengaruh magnet dari luar
dihilangkan. Karena itu bahan ini sangat baik sebagai sumber magnet permanen.
Jika toroida diisi bahan ferromagnetik, maka induksi bahan magnetik yang
dihasilkan oleh toroida bertambah besar sampai ribuan kali. Permeabilitas bahan:
μ>>>μ0, dengan suseptibilitas bahan : χ m >>> 0. Contoh bahan ferromagnetik
antara lain: besi, baja dan besi silikon. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik ini
akan hilang pada temperatur yang disebut Temperatur Currie. Temperatur Curie
0 0
untuk besi lemah adalah 770 C, dan untuk baja adalah 1043 C.
Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis
besar. Hal ini disebabkan karena momen magnetik spin elektron yang tidak
berpasangan. Masing-masing spin yang tidak berpasangan ini akan memberikan
medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom
lebih besar. Sifat-sifat dari bahan ini adalah ditarik sangat kuat oleh medan
magnetik dan mudah ditembus oleh medan magnetik. Arah momen magnetik pada
bahanferromagnetik tanpa ada pengaruh dari medan luar. Pada bahan
Ferromagnetik ada kemungkinan terjadi magnetisasi permanen. Artinya walaupun
tak ada medan luar (tak ada magnetisasi), bahan tersebut bersifat magnetik. Untuk
bahan ferromagnetik, permeabilitas magnet m, tidak lagi konstan tetapimerupakan
14
fungsi dari intensitas magnet. Contohnya adalah besi, baja, nikel, dan kobalt
(Yelfianhar, 2016).
Bahan feromagnetik merupakan bahan yang mengalami gejala magnetisasi
spontan tanpa pengaruh medan magnet ekternal (Wahyudi, 2018). Bahan ini
memiliki nilai suseptibilitas yang besar terhadap medan magnet eksternal.
Gambar 2.9 Garis Gaya Magnet Feromagnetik (Advanced Magnet Source, 2018)
15
Gambar 2.10 Arah domain dari bahan antiferromagnetik (Sumber: (Yelfianhar,
2016))
Keterangan:
𝜒𝑚 = Suseptibilitas magnet bahan
⃗⃗ = intensitas magnet (A/m)
𝑀
⃗ = kuat medan magnet (A/m)
𝐻
16
Nilai k adalah parameter dasar yang digunakan dalam metode magnet. Nilai
suseptibilitas batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut dijumpai banyak
mineral yang bersifat magnet. Litologi (karakteristik) dan kandungan mineral batuan
adalah faktor yang mempengaruhi harga suseptibilitas suatu bahan (Sunaryo &
Widyawidura, 2010).
Ada 3 kelompok bahan menurut nilai suseptibilitas magnetnya: (Yelfianhar, 2016)
1. 𝜒𝑚 < 0: bahan diamagnetik
2. 𝜒𝑚 > 0, namum 𝜒𝑚 << 1: bahan paramagnetik
3. 𝜒𝑚 > 0 dan 𝜒𝑚 >> 1: bahan ferromagnetic
Kemudahan suatu benda magnetik untuk dimagnetisasi ditentukan oleh
suseptibitas kemagnetan k yang dirumuskan dengan persamaan :
𝐼=𝑘𝐻 (10)
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang digunakan
dalam metode magnetik. Nilai suseptibilitas magnetik dalam ruang hampa sama
dengan nol karena hanya benda berwujud yang dapat termagnetisasi. Suseptibilitas
magnetik dapat diartikan sebagai derajat kemgntan suatu benda. Harga k pada
batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak dijumpai mineral-mineral
yang bersifat magnetik. Berdasarkan harga suseptibilitas k, benda- benda magnetik
dapat dikategorikan sebagai diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik. Diamagnetik
adalah benda yang mempunyai niai k kecil dan negatif. Paramagnetik adalah benda
magnetik yang mempunyai nilai k kecil dan positif. Sedangkan Ferromagnetik adalah
benda magnetik yang mempunyai nilai k positif dan besar.
2.8 Permeabilitas
17
𝐵
= 𝜇𝑜 (11)
𝐻
𝜇 = 𝜇𝑜 . 𝜇 𝑟 (12)
̅
𝐵 = 𝜇 𝑜 . 𝜇𝑟 . 𝐻 (13)
Keterangan:
Jika magnetisasi linier terhadap intensitas magnet pada persamaan (9). Maka
induksi magnet juga linier terhadap intensitas magnet:
⃗ = 𝜇𝑜 𝐻
𝐵 ⃗ + 𝜇𝑜 𝑀
⃗⃗
⃗ = 𝜇𝑜 𝐻
𝐵 ⃗ + 𝜇𝑜 𝜒𝑚 𝐻
⃗
⃗ = 𝜇𝑜 (1 + 𝜒𝑚 )𝐻
𝐵 ⃗
⃗ = 𝜇𝐻
𝐵 ⃗ (14)
Medan magnet adalah ruangan di sekitar kutub magnet, yang gaya tarik/tolaknya
masih dirasakan oleh magnet lain. Kuat medan magnet di suatu titik di dalam medan
magnet ialah besar gaya pada suatu satuan kuat kutub di titik itu di dalam medan
magnet m adalah kuat kutub yang menimbulkan medan magnet dalam Ampere-meter.
Kuat medan titik itu dalam : N/Am atau Weber/m2 (Monter, t.thn.).
18
Jika suatu logam diletakan di dekat magnet, maka logam tersebut akan
mendapatkan gaya magnet berupa gaya tarik. Semakin jauh logam tersebut dari
magnet, maka semakin kecil gaya tarik yang ia alami. Gejala tersebut menunjukan
bahwa gaya di sekitar magnet terdapat medan magnet. Garis gaya adalah lintasan kutub
utara dalam medan magnet atau garis yang bentuknya demikian hingga kuat medan di
tiap titik dinyatakan oleh garis singgungnya. Sejalan dengan faham ini, garis-garis gaya
keluar dari kutub-kutub dan masuk ke dalam kutub Selatan. Untuk membuat pola garis-
garis gaya dapat dengan jalan menaburkan serbuk besi disekitar sebuah magnet. Rapat
garis-garis gaya (flux density) = B adalah jumlah garis gaya tiap satuan luas yang tegak
lurus kuat medan.
𝜑
𝐵= (15)
𝐴
Pada tahun 1820, Hans Christian Oersted menemukan bahwa ketika jarum kompas
diletakkan di dekat kawat berarus listrik, jarum mengalami penyimpangan. Apa yang
ditemukan Oersted adalah bahwa arus listrik menghasilkan medan magnet. Jika
perubahan medan magnetik dapat menghasilkan medan listrik, maka sebaliknya
perubahan medan listrik dapat menghasilkan medan magnet. Medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik disebut medan magnet induksi. Peristiwa timbulnya
medan magnet yang disebabkan oleh adanya arus listrik disebut induksi magnet
(Ardiansyah, et al., 2019).
Induksi Magnet (B) sering disebut rapat fluks magnet, kuat medan magnet atau
intensitas medan magnet. Induksi magnet merupakan respon dari bahan ketika pada
bahan tersebut terdapat medan magnet (H) yang ditimbulkan oleh arus listrik. Induksi
magnet merupakan besaran Vektor yang memiliki nilaidan arah.
19
1. Disekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnetik.
2. Arah medan magnetik tergantung pada arah arus listrik yang melalui kawat.
Besar induksi magnetik di satu titik di sekitar elemen arus, sebanding dengan
panjang elemen arus, besar kuat arus, sinus sudut yang diapit arah arus dengan jaraknya
sampai titik tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.
𝐼.∆𝑙.𝑠𝑖𝑛𝜃
∆𝐵 = 𝑘 (16)
𝑟2
𝜇𝑜 𝑤𝑒𝑏𝑒𝑟
Dimana: 𝑘 = 4𝜋 = 10−7 𝐴.𝑚
𝜇𝑜 𝐼.∆𝑙 sin 𝜃
Maka: 𝑑𝐵 = 4𝜋 (17)
𝑟2
Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan timbul
medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubah-ubah
terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu.
Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di
dalamnya timbul ggl induksi. Saat terjadi induksi pada kumparan maka ggl induksi ε
sebanding dengan laju perubahan arus yang dirumuskan
∆𝐿
𝜀 = −𝐿 ∆𝑡 (18)
Solenoide adalah gulungan kawat yang di gulung seperti spiral. Bila kedalam
solenoide dialirkan arus listrik, di dalam selenoide terjadi medan magnet dapat
ditentukan dengan tangan (Monter, t.thn.).
20
Gambar 2.11 Selenoid (Sumber: (Monter, t.thn.))
Sehingga diperoleh:
∆𝛷𝐵 ∆𝐼
𝜀 = −𝑁 ( ) = −𝐿 (∆𝑡) (20)
∆𝑡
𝜇0 𝑁𝐴∆𝐼
Karena 𝐵𝜙 = 𝐵𝐴 = 𝑙
Sehingga
∆𝛷𝐵 𝜇0 𝑁 2 𝐴
𝐿=𝑁 dan 𝐿 = (21)
∆𝐼 𝑙
Keterangan:
L = Induksi diri solenoida atau toroida (H)
μ0 = Permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = Jumlah lilitan
A = Luas penampang (m2)
l = Panjang solenoida atau toroida (m)
21
kapasitif (𝑋𝐶) sama dengan reaktansi induktif (𝑋𝐿) dan amplitudo tegangan 𝑉𝐿 = 𝐼𝑋𝐿
dan 𝑉𝐶 = 𝐼𝑋𝐶 adalah sama. Pada frekuensi resonansi RLC impedansi mencapai nilai
minimumnya dan arus mencapai nilai maksimumnya (R. & R., 2018).
Σ𝑉 = 0 (22)
𝑉𝐶 + 𝑉𝐿 = 0 (23)
𝑄 𝑑𝑙
Dimana 𝑉𝐶 = − 𝐶 dan 𝑉𝐿 = −𝐿 𝑑𝑡
(𝐷2 + 𝜔2 )𝑄 = 0 (28)
𝐷 = ±𝑄 (29)
Sehingga solusi dari rangkaian ini adalah:
22
𝑄 = 𝐴𝑒 −𝑖𝜔𝑡 + 𝐵𝑒 𝑖𝜔𝑡 (30)
Nilai tegangan pada masing-masing komponen pada rangkaian ini:
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 𝑅𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡 (31)
1
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 𝜔𝐿 sin (𝜔𝑡 − 2 𝜋) (32)
1
𝑉𝐶 = 𝐼𝑚 𝜔𝐶 sin (𝜔𝑡 + 2 𝜋) (33)
1
Karena nilai 𝜔2 = , maka:
𝐿𝐶
1
𝜔 = √𝐿𝐶 (34)
𝐿.𝐼
𝜇𝑚 = 𝑁 2 𝐴 (37)
𝜇𝑚
𝜒= −1 (38)
𝜇𝑜
Dengan:
23
Gambar 2.12 (a) Rangkaian seri RLC yang dihubungkan ke sumber arus bolak
balik. (b) Diagram fasor arus dan tegangan pada rangkaian seri RLC (c) Diagram
fasor hambatan, reaktansi, dan impedansi pada rangkaian RLC (Lizelwati, 2011)
Frekuensi resonansi terjadi apabila XL = XC dan rangkaian akan bersifat sebagai
resistif murni (Z=R). Frekuensi dalam keadaan ini disebut frekuensi resonansi.
1
𝑓=
2𝜋√𝐿𝐶
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
Mulai
A
Studi Literatur
Menganalisis resonansi
yang telah dihasilkan
Memeriksa sinyal input
Menentukan frekuensi
resonansi sebelum magnet
Memeriksa output sinyal
dimasukkan
Selesai
A
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan
25
3. Bahan padat besi, tembaga, aluminium dan teflon sebagai bahan-bahan yang akan
diuji suseptibilitas dan permeabilitasnya pada percobaan.
26
BAB 4
TUGAS PENDAHULUAN
Jawab:
Maka besar medan magnet di pusat solenoida akibat pengaruh setengah panjang
solenoida adalah:
27
𝜇0𝑖𝑁
𝐵= cos 𝛽
2𝑙
𝜇0 𝑖𝑁
𝐵= (cos 𝛽 +cos 𝛾)
2𝑙
Pada solenoida yang jari-jarinya sangat kecil maka sudut ɣ dan β akan mendekati
nol, maka :
𝜇0 𝑖𝑁
𝐵= (cos 0 +cos 0)
2𝑙
𝜇0 𝑖𝑁
𝐵=
𝑙
3. Dari rangkaian RLC (R seri terhadap LC paralel) dan dengan menggunakan
loop Kirchoff turunkan dan selesaikan persamaan diferensial muatan (Q) dan
tuliskan persamaan Q(t), I(t) dan Io!
Jawab:
Hukum Kirchoff II mengatakan bahwa jumlah tegangan dalam suatu rangkaian
tertutup sama dengan 0, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai:
∑𝑉 = 0
𝑉𝑐 + 𝑉𝐿 = 0
𝑄 𝑑𝑙
Dimana 𝑉𝑐 = − 𝑐 dan 𝑉𝐿 = −𝐿 𝑑𝑡
𝑑2𝑄
𝐿 + 𝜔2 𝑄 = 0
𝑑𝑡 2
28
(𝐷2 + 𝜔2 )𝑄 = 0
𝐷 = ±𝑄
Sehingga solusi dari rangkaian ini adalah:
𝑄 = 𝐴𝑒 −𝑖𝜔𝑡 + 𝐵𝑒 𝑖𝜔𝑡
Atau
Q(t) = A cos ωt + B sin ωt
dI 1
Jika VL = −L dt dan Vc = − c ∫ I dt, maka;
VC + VL = 0
dI 1
L + ∫ I dt = 0
dt c
d2 I 1
L 2+ I=0
dt c
d2 I 1 2
1
+ I = 0 ; ω =
dt 2 Lc LC
d2 I
+ ω2 I = 0
dt 2
Maka:
I(t) = A cos ωt + B sin ωt
I0 = I (0) = A cos ω(0) + B sin ω(0)
Sehingga: I0 = A
4. Turunkan persamaan untuk VR(t), VL(t) dan VC(t) dan Vo
Jawab:
- Untuk VR: V = Vm sin(ωt)
Dengan Hukum Kirchoff loop:
V − IR = 0; Vm = Im R
Vm sin(ωt) − IR = 0; I = Im sin(ωt)
Vm
I= sin(ωt)
R
VR = IR; VR = Vm sin(ωt)
29
𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 𝑅 sin 𝜔𝑡
dI
- Untuk VL: VL = L dt
dI
Loop Kirchoff : V − VL = 0 ; L dt = Vm sin(ωt)
VL = V
dI Vm
VL = Vm sin(ωt) ; = sin(ωt)
dt L
dI Vm
∫ dt = ∫ sin(ωt)dt
dt L
Vm
I=− cos(ωt) + C
L
1
Nilai I = 0 saat ω = 2 π dan C = 0
Vm
I=− cos(ωt)
L
1 Vm
I = Im sin (ωt − π) ; Im =
2 ωL
VL = I × L
1
VL = Im sin (ωt − π) ωL
2
1
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 𝜔𝐿 sin(𝜔𝑡 − 𝜋)
2
- Untuk VC:
1
𝑉𝐶 = 𝐼𝑚 𝜔𝐶 sin(𝜔𝑡 − 𝜋)
2
- Untuk V0:
V0 = V(0) = Vm sin ω(0)
𝑉𝐶 = 0
5. Tunkan persamaan untuk Daya dan Faktor Kualitas!
Jawab:
P(t) = I2 (t)R
Daya rata-rata dalam 1 periode:
30
1 T 1 T 1 T
⃗ =
P ∫ P(t)dt = ∫ RI2 (t)dt = R ( ∫ I2 (t)dt)
T 0 T 0 T 0
1 T
Arus rata-rata kuadrat: Irms = √T ∫0 I2 tdt
1 J(1−ωLωC)
ZLC = J [1 ]= dan 𝑍 = √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝑐 )2
⁄ωL−ωC ωL
Impedansi Z = R + ZLC
J(1−ωLωC)
Z=R+ ωC
1 1
Frekuensi resonansi ω0 = dan fr =
√LC 2π√(LC)
1 1
Freekuensi resonansi : ω0 = atau fr =
√LC 2π√(LC)
31
8. Tentukan Induktansi (L) termasuk analisa terhadap efek bahan magnetik
dalam Induktor (L) !
Jawab:
Induktansi adalah kemampuan induktor menyimpan energi magnet.
1 1
ω= atau ω2 = LC
√LC
1 1 1
L= = =
ω2 C (2πf)2 C 4π2 Cf 2
Dengan 𝜇0 = 4 𝜇 . 10−7 𝐻/𝑚
saat arus mulai mengalir, dihasilkan medan magnet yang mencoba menghentikan
arus mengalir dengann cara mengalirkan arus kedua yang berlawanan
9. Tentukan Faktor Kualitas, Permeabilitas dan Susceptibilitas bahan magnet
Jawab:
𝜔 1 𝐿
Factor Kualitas: 𝑄 = ∆𝜔0 = 𝑅 √𝐶
⃗⃗
𝑀
Suseptibilitas: 𝜒𝑚 = ⃗
𝐻
Permeabilitas:
𝐵
magnetik: 𝜇0 = 𝐻
𝐵
dan non-magnetik: 𝜇0 𝜇𝑟 = 𝐻
32
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, A. A., Resti & Nana, 2019. Medan Magnet. Ilmu Fisika.
R., F. & R., E., 2018. Rancang Bangun Alat Percobaan Resonansi Rangkaian RLC
Menggunakan Sistem Digital. Inovasi Fisika Indonesia, Volume VII, pp. 54-
56.
Sunaryo & Widyawidura, W., 2010. Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan
Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam Menggunakan Prinsip Dasar
Fisika. Cakrawala Pendidikan, XXIX(1), pp. 68-70.
33
Firdaus & Fadel, T. F., 2011. Pengaruh Sudut Antar Kumparan Pada Transfer Daya
Nirkabel Menggunakan Metode Induksi Medan-Dekat, s.l.: FTI Universitas
Islam Indonesia.
Lizelwati, N., 2011. Resonansi Pada Rangkaian RLC. Jurnal Saintek, III(1), pp. 90-96.
Omar, M., 1975. Elementary Solid State Physics. Boston: Addison Wesley Publishing
Company.
Puryanti, D., 2013. Identifikasi Pencemaran Air Permukaan Sungai By Pass Kota
Padang dengan Metode Suseptibilitas Magnet. Jurnal Ilmu Fisika, 5(2), pp. 65-
71.
Wahyudi, I., 2018. Suseptibilitas Magnetik dan Temperatur Curie Material Alloy
Feromagnetik Co1-xNix Model Nanocobe dan Nanosphere, s.l.: Universitas
Jember.
34