Anda di halaman 1dari 20

BAHAN MAGNET DAN SUPERKONDUKTOR

PENGUKURAN MAGNETIK



Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahan Magnet dan
Superkonduktor



Disusun Oleh

Utari Handayani
140310110032







PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Medan magnet telah ada sejak bumi ini diciptakan. Keberadaan medan
magnet telah disadari oleh bangsa Yunani lebih dari 2000 tahun lalu, melalui
sejenis batuan tertentu (sekarang disebut magnetit) yang dapat menarik potongan
besi. Pada abad ke-12 terdapat acuan tertulis penggunaan medan magnet sebagai
alat navigasi. Setiap magnet bagaimanapun bentuknya selalu memiliki dua kutub
yaitu kutub utara dan kutub selatan. Gaya terbesar yang dikerahkan oleh magnet
terdapat di kedua kutub ini.
Medan magnet merupakan fenomena fisika yang berkaitan dengan besaran
listrik. Arus listrik menimbulkan medan magnet dan sebaliknya arus listrik dapat
ditimbulkan dari magnet yang digerakkan didekat kumparan kawat (hukum
induksi Faraday).
Untuk mengetahui kuantitas dan arahnya, medan magnet perlu diukur.
Kuat medan magnet dapat diukur dengan menggunakan berbagai macam
teknologi diantaranya adalah pengukuran dengan metoda Induksi yang
berbasiskan hukum Faraday dan SQUID atau Superconducting Quantum
Interference Device yang berbasiskan metoda Josephson Junction.












BAB II
PENGUKURAN MAGNETIK

Sensor medan magnet telah membantu manusia didalam menganalisis dan
mengontrol ribuan fungsi berpuluh tahun lamanya. Pesawat terbang dapat terbang
dengan aman dengan adanya bantuan dari sensor medan magnet. Komputer dapat
mengetahui sisa jumlah memori dengan bantuan sensor magnet. Sensor magnet
juga dapat membantu kegiatan produksi di pabrik agar peralatan produksi dapat
bekerja lebih presisi dengan biaya murah.
Kuat medan magnet dapat diukur dengan menggunakan berbagai macam
teknologi. Alat ukur medan magnet digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu :
a. Magnetometer, alat ukur untuk besaran medan magnet lebih kecil dari 1 mT
yang terdiri dari alat yang mengukur besar medan dan arahnya (vektor) seperti
kumparan kawat (search coil), fluxgate magnetometer, SQUID,
magnetoresistive, fiber optik serta alat yang mengukur besarnya saja (skalar)
yaitu Proton Precession Magnetometer dan Optically Pumped Magnetometer.
b. Gaussmeter, alat ukur untuk besar medan magnet lebih besar dari 1 mT seperti
Hall effect, Magnetoresistive, Magnetodiode, dan Magnetotransistor.
Alat ukur medan magnet mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
dengan demikian sensitivitas dan kegunaannya juga berbeda-beda, tabel 1
menyajikan karakteristik alat ukur medan magnet.

Memahami prinsip medan magnet alami sangat penting untuk dapat
memahami teknik pengukuran medan magnet. Pada suatu magnet batang, medan
magnet dihasilkan berupa besaran vektor yang memiliki besaran (magnitude) dan
arah.


Gambar 1. Batang magnet menghasilkan medan magnet berupa vektor yang
memiliki besaran dan arah.

Apabila medan magnet tersebut diukur pada titik jarak seperti yang terlihat
pada gambar 1, maka dapat digambarkan dengan persamaan berikut:


Dimana adalah unit vektor disepanjang r, r adalah jarak antara sumber
magnet dengan titik pengukuran dan adalah momen dipole magnetik. Intensitas
atau kuat objek magnetisasi tergantung pada kerapatan distribusi momen.
Intensitas ini biasa disebut magnetisasi M yang dirumuskan sebagai berikut:


Seperti pada medan magnet, magnetisasi juga merupakan besaran vektor.
Magnetisasi merupakan sifat dari suatu material yang dapat meningkat apabila
mendapat induksi dari medan magnet luar (eksternal).
Selain medan magnet, terdapat juga vektor magnet yang lain yaitu vektor
induksi magnet

atau rapat flux medan magnet. Besaran rapat flux berbanding


lurus dengan vektor medan magnet

dengan faktor kali

seperti yang
dirumuskan pada persamaan berikut:


Adapun hubungan antara vektor medan magnet, induksi magnet dan
magnetisasi dirumuskan pada persamaan berikut:

)
Sehingga, vektor induksi dan medan magnet tidak selalu memiliki arah
yang sama. Pada suatu bahan yang memiliki sifat magnet anisotropic bisa
menyebabkan kedua vektor ini berbeda arah. Vektor magnetisasi bisa terdiri dari
magnet permanen dan hasil induksi. Dimana, magnet permanen tidak bergantung
pada kehadiran medan luar (eksternal). Sedangkan vektor magnetisasi induksi
bergantung pada medan magnet luar dan hanya akan ada bila ada medan induksi.

Tabel 2. Perbandingan sensor medan magnet


2.1 Magnetometer Kumparan Induksi
Kumparan induksi merupakan salah satu perangkat paling sederhana
medan magnet penginderaan yang didasarkan pada hukum Faraday. Hukum ini
menyatakan bahwa jika loop kawat dikenakan fluks magnet yang berubah,
melalui area tertutup oleh loop, maka tegangan akan diinduksikan dalam loop
yang sebanding dengan laju perubahan fluks.

Gambar 2. Sensor kumparan induksi (a) inti udara (b) inti ferromagnetic


Persamaan diatas adalah persamaan untuk koil inti udara, sedangkan
persamaan faraday untuk antena rod dengan inti feromagnetik adalah sebagai
berikut :


Dimana

adalah permiability dari material rod.



2.1.1 Antena Loop Inti Udara
Inti udara antena loop terdiri dari sebuah loop lingkaran atau persegi
panjang yang berisi satu atau lebih dari lilitan kawat dan tidak ada inti magnetik.
Diameter lingkaran biasanya jauh lebih besar dari dimensi penampang lilitan.
Kepekaan antena loop melingkar dengan diameter dalam lilitan d dan penampang
persegi panjang adalah sekitar :

[ (

]

Gambar 3. Antena loop inti udara.

Dimana t adalah tebal lilitan dan n adalah jumlah lilitan. Salah satu contoh
dari antena loop udara adalah Rogowski Coil merupakan alat ukur arus yang
memanfaatkan medan magnet yang timbul pada konduktor yang dialiri oleh arus.
Medan magnet H di konversikan kedalam bentuk arus kembali oleh lilitan toroid.
Rogowski Coil terdiri dari kawat tanpa isolasi yang diletakkan di dalam inti non-
magnetik (relative permittivity, r = 1). Belitan diletakkan di sekitar konduktor
yang arusnya akan diukur. Untuk mendapatkan sensor arus yang baik, Rogowski
Coil harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
2.1.1 Posisi relatif konduktor (belitan) primer di dalam belitan harus tidak
mempengaruhi keluaran
2.1.2 Pengaruh konduktor yang berdekatan dan membawa arus tinggi terhadap
keluaran belitan harus seminimal mungkin


Gambar 4. Sensor arus listrik Koil Rogowski yang memanfaatkan medan magnet

2.1.2 Antena Batang (Rod)
Antena batang adalah alternatif yang baik dari antena loop inti udara.
Dengan sensitivitas yang sama, ukuran antena batang lebih kecil dari antena loop,
dan dapat dirancang untuk beroperasi pada frekuensi yang lebih rendah. Akan
tetapi mempunyai kelemahan dalam menanggapi kuat medan magnet dapat
nonlinier dan menambahkan noise pada inti.


Gambar 5. Antena Batang (Rod)

Sensitivitas dari kumparan induksi ini tergantung pada permiabilitas dari
material inti, luas kumparan,jumlah lilitan, dan perubahan jumlah flux magnet
yang masuk ke kumparan. Berikut adalah permiabilitas material yang biasa
digunakan untuk mengukur medan magnet.


Tabel 3. Sifat magnet core dari berbagai material


2.1.3 Stationary Coil Method
Metode stasioner hanya dapat mengukur laju perubahan induksi magnetik
dengan mengukur tegangan.



2.1.4 Moving Coil Method
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur induksi magnet ketika
terjadi osiilasi yang akan menimbulkan tegangan.

Gambar 6. Moving coil method

2.1.5 Rotating Coil Method
Pada coil yang berputar, jika kumparan diputar dengan kecepatan rotasi
konstan memungkinkan untuk mengukur medan magnet dengan akurasi sangat
baik.
= sin()

Gambar 7. Rotating coil method

2.1.6 Vibrating Coil Method

( )




Gambar 8. Vibrating coil method

2.1.7 Vibrating Sample Magnetometer
Vibrating sampel magnetometer merupakan perangkat yang bekerja untuk
menganalisis sifat kemagnetan suatu bahan. Alat ini ditemukan oleh Simon Foner
pada tahun 1955 di Laboratorium Lincoln MIT. Vibrating sampel magnetometer
mempunyai komponen yang dapat dibedakan berdasarkan fungsi dan sifat
fisisnya. Komponen-komponen tersebut tersusun membentuk satu set perangkat
VSM yang menjalankan fungsinya masing-masing.

Gambar 9. Komponen VSM

Berdasarkan gambar 9 dapat diuraikan beberapa komponen dari vibrating
sampel magnetometer (VSM), yaitu:
1. Kepala generator
Sebagai tempat melekatnya osilasi sampel yang dipindahkan oleh
transduser piezoelectric.
2. Elektromagnet atau kumparan hemholtz
Berfungsi untuk menghasilkan medan magnet untuk memagnetisasi
sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Resonansi sampel oleh transduser
piezoelectric juga dilairkan kebagian ini dengan capaian frekuensi sama dengan
75 Hz.
3. Pick-up coil
Berfungsi untuk mengirim sinyal listrik ke amplifier. Sinyal yang telah
diinduksi akan ditransfer oleh pickup coil ke input diferensial dari lock-in
amplifier. Sinyal dari pick-up koil terdeteksi oleh lock-in amplifier diukur sebagai
fungsi dari medan magnet dan memungkinkan kita untuk mendapatkan loop
histeresis dari sampel diperiksa. Untuk osilasi harmonik dari sampel, sinyal (e)
induksi di pick-up coil sebanding dengan amplitudo osilasi (K), frekuensi osilasi
sampel () dan momen magnet (m) dari sampel yang akan diukur pada vibrating
sampel magnetometer (VSM).
4. Sensor hall
Digunakan untuk mengubah dan mentransdusi energi dalam medan
magnet menjadi tegangan (voltase) yang akan menghasilkan arus listrik. Sensor
hall juga digunakan untuk mengukur arus tanpa mengganggu alur arus yang ada
pada konduktor. Pengukuran arus ini akan menghubungkan sensor hall dengan
teslameter.
5. Sensor kapasitas
Berfungsi memberikan sinyal sebanding dengan amplitudo osilasi sampel
dan persediaan tegangan untuk sistem elektronik yang menghasilkan sinyal
referensi. Selanjutnya sinyal akan diberikan kepada masukan referensi dari lock-in
amplifier. Output konverter digital akan dikirim ke analog (DAC1out) dan output
digital (D1out) dari lock-in akan mengontrol penguat arus yang mengalir melalui
elektromagnet dan menunjukkan arahnya masing-masing.
Selain itu, VSM juga memiliki beberapa komponen pendukung misalnya
teslameter yang berfungsi untuk mengukur medan magnet berdasarkan sinyal
yang di transdusi oleh sensor hall. Alat pendukung lainnya yaitu voltmeter yang
berfungsi untuk mengukur tegangan listrik yang dikirim oleh pick up koil ke
amlpifier VSM.
Prinsip kerja dari vibrating sampel magnetometer dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 10. Prinsip kerja VSM

Berdasarkan gambar diatas, maka langkah kerja dari vibrating sampel
magnetometer dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Menempatkan sampel dalam medium preparat
Sebelum menjalankan fungsi alat VSM, langkah yang harus dilakukan
adalah menempatkan sampel dalam preparat yang berada ditengah perangkat
VSM. Sampel diletakkan pada ujung batang medium preparat yang dipasang pada
sebuah transduser elektromekanis.
2. Menginduksi momen dipol sampel
Sampel dari partikel yang telah ditempatkan pada preparat, akan
dikondisikan dalam medan magnet yang seragam. Hal ini terjadi karena adanya
induksi magnetik yang dilakukan oleh tepi dinding magnetizing pada pick-up coil
VSM.
3. Mengukur sinyal standar sampel
Setelah induksi magnet dilakukan pada magnetizing, sampel akan
memperlihatkan sinyal berupa getaran-getaran dengan gerakan sinusoida dalam
medium pick-up coil. Sinyal ini memiliki frekuensi yang sama, dimana getaran
sampel akan sebanding dengan amplitude dan medan magnet partikel.
4. Output unit vibrasi magnetometer
Sinyal yang dikirim dari sistem pick-up coil akan diteruskan ke penguat
differensial yang terdapat pada unit vibrasi. Output dari penguat differensial ini
kemudian diproses di amplifier yang menerima sinyal referensi. Dan hasil akhir
dari proses identifikasi sinyal ini akan diberikan oleh magnetometer berupa sinyal
DC proporsional yang memberikan informasi momen magnetik sampel yang
sedang dianalisis.

2.2 Magnetometer SQUID
Brian D. Josephson pada tahun 1962, sementara meramalkan bahwa
supercon-ducting arus dapat mengalir antara dua superkonduktor yang dipisahkan
oleh sebuah lapisan isolasi tipis. Besarnya superkonduktor (kritis) arus melalui
"persimpangan Josephson" dipengaruhi oleh adanya medan magnet dan
membentuk dasar untuk magnetometer SQUID.


Gambar 6. Josephson juction dan kurva arus pada tegangan nol

Gambar mengilustrasikan struktur umum dari sebuah persimpangan
Josephson dan hubungan tegangan-arus (V-I). Dua superkonduktor (misalnya,
niobium) yang dipisahkan oleh sebuah lapisan isolasi sangat tipis (misalnya,
oksida aluminium). Ketebalan lapisan ini biasanya 1 nm. Ketika suhu
persimpangan berkurang menjadi di bawah 4,2 K (-269C), superkonduktor arus
akan mengalir dipersimpangan dengan 0 V di persimpangan. Besarnya arus
disebut Ic kritis adalah fungsi periodik dari fluks magnet yang ada di
persimpangan. Besarnya nilai-nilai fluks maksimum yang terjadi sama dengan

dimana

merupakan salah satu fluks kuantum (2 FW), dan besar minimum


untuk nilai-nilai fluks yang terjadi sama dengan (n + 1 / 2)

. Periode ini adalah


salah satu fluks kuantum. Fenomena ini disebut "efek Josephson DC" dan hanya
salah satu "efek Josephson". Magnetometer didasarkan pada Device
superkonduktor Quantum Interference (SQUID) saat inimerupakan instrumen
yang paling sensitif yang tersedia untuk mengukur kekuatan medan magnet.
Magnetometer berdasarkan Superconducting Quantum Interference Device
(SQUID) saat ini, merupakan instrumen yang paling sensitif yang tersedia untuk
mengukur kuat medan magnet. Magnetometer SQUID mengukur perubahan
dalam medan magnet dari beberapa tingkat medan, mereka tidak secara intrinsik
mengukur nilai absolut dari medan. Penelitian biomedis adalah salah satu aplikasi
dari magnetometer SQUID. SQUID magnetometer dan gradiometers (mengukur
variasi spasial dalam medan magnet) memiliki sensitivitas tinggi untuk mengukur
medan magnet yang lemah yang dihasilkan oleh tubuh. Hal ini didasarkan pada
interaksi yang luar biasa dari arus listrik dan medan magnet, ketika bahan-bahan
tertentu didinginkan di bawah suhu transisi superkonduktor. Pada suhu ini, bahan
menjadi superkonduktor, mereka kehilangan semua hambatan terhadap aliran
listrik.

Gambar 7. Aplikasi superconducting quantum interference device-SQUID

2.3 Sambungan Josephson
Sambungan Josephson adalah kontak yang memisahkan 2 superkonduktor
yang tebalnya kurang dari 2 nm. Arus super dapat mengalir melalui penghalang
dari satu superkonduktor ke superkonduktor lain bahkan tanpa adanya tegangan
aplikasi selama arus tidak melampaui nilai kritis tertentu. Efek Josephson
dideskripsikan sebagai pasangan elektron yang dapat melewati penghalang.

Gambar 8. Josephson Junction

Sebuah persimpangan Josephson dibuat dengan mengapit lapisan tipis dari
bahan nonsuperconducting antara dua lapisan bahan superkonduktor. Kedua
perangkat tersebut dinamai Brian Josephson, yang diperkirakan pada tahun 1962
bahwa pasangan elektron superkonduktor bisa "terowongan" menembus
penghalang nonsuperconducting dari satu superkonduktor yang lain. Dia juga
meramalkan bentuk yang tepat dari hubungan arus dan tegangan persimpangan.
Karya eksperimental membuktikan bahwa dia benar, dan Josephson dianugerahi
Penghargaan Nobel dalam Fisika 1973 untuk karyanya.

Gambar 9. Skema efek sambungan Josephjon DC

Gambar 9 merupakan skema diagram pada percobaan efek josephson DC.
Ada dua bahan superkonduktor S1 dan S2 yang merupakan logam yang sama
terpisah oleh lapisan insulator yang sangat tipis (ditandai dg warna hijau). Lalu
bahan tersebut diberi arus DC sehingga arus-super Josephson DC mengalir dari
superkonduktor 1 ke super konduktor 2 tanpa disipasi oleh lapisan insulator.
Kemudian diukur tegangan pada bahan tersebut.

Gambar 10. Skema efek sambungan Josephjon AC

Gambar 10 merupakan skema diagram pada percobaan efek josephson AC.
Perbedaan antara kedua gambar ini dapat terlihat pada adanya battery sebagai
sumber tegangan pada rangkaian AC. Arus yang mengalir dari superkonduktor 1
ke superkonduktor 2 berosilasi (bolak-balik) melalui persambungan. Arus
josephson AC merupakan arus DC yang diberi tegangan.












BAB III
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apa perbedaan antara stationary coil, moving coil, rotating coil, dan vibrating
coil method? (Ridwan)
Perbedaan dari keempat macam metode induksi tersebut adalah pada coilnya
dimana coil tersebut memiliki prinsip kerja masing-masing seperti berputar,
tetap, bergerak, ataupun bergetar.
2. Bagaimana prinsip kerja SQUID? (Yonathan)
Prinsip kerja SQUID berdasarkan pada efek Josephson dan kuantisasi fluks
magnetik. Ketika dua sambungan Josephson di SQUID identik, loop simetris
dan medan yang diterapkan adalah nol, maka kedua sambungan akan
menaikan tegangan pada waktu yang sama. Sehingga besar arus kritis SQUID
adalah dua kali arus kritis dari salah satu sambungannya. Misalnya, jika arus
kritis dari setiap sambungan adalah 5 mikroamper, maka arus kritis SQUID
adalah 10 mikroamper.
3. Apa fungsi dari efek josephson dan kenapa harus ada sambungan bahan
superkonduktor? (Kiki)
Keberadaan ring superkonduktor dan sambungan Josephson menyebabkan
fluks magnetik dapat terkuantisasi. Hal ini menyebabkan alat ini dapat
mengukur perubahan fluks magnetik yang sangat kecil sekalipun.
4. Parameter apa yang dihitung dalam metode induksi dan parameter akhir?
(Sasti)
Parameter yang didapat adalah tegangan. Dengan adanya besar tegangan yang
didapat, akan diketahui besarnya fluks magnet dan induksi magnet dengan
menggunakan rumus yang ada.
5. Parameter apa yang didapat dari metode SQUID dan apa kelebihan dan
kekurangan dari metode induksi dan SQUID? (Yuniar)
Parameter yang diukur dalam metode SQUID adalah arus super dan
induktansi sehingga akan didapat besarnya nilai fluks super yang akan
dijumlahkan dengan besarnya nilai fluks magnetik dari luar sehingga akan
muncul nilai fluks magnet pada ring superkonduktor (sesuai dengan rumus
yang berlaku). Kelebihan dari metode SQUID yaitu pengukuran fluks
magnetik dengan ketelitian yang sangat tinggi jauh bila dibandingkan dengan
metode induksi. Hal ini dikarenakan metode induksi merupakan metode yang
sederhana.
6. Dengan adanya metode ini apa yang terjadi dalam magnet tersebut? (Anam)
Karena yang terukur dalam metode adalah arus ataupun tegangan, maka yang
terjadi pada magnet adalah momen magnet akan searah dengan arah arus
yang mengalir.
7. Setelah diberi gangguan, parameter apa yang diukur dan apa hubungan antara
magnet dan arus? (Satria)
Parameter yang diukur adalah arus super dan induktansi. Hubungan antara
magnet dengan arus bahwa ketika bahan magnetik diletakkan dalam
kumparan akan ada ggl yang timbul sehingga arus akan mengalir pada
kumparan tersebut.
8. Efek temperatur pada pengukuran? (Hilmi)
Temperatur berpengaruh pada bahan magnet yang bersifat ferromagnetik.
Jika dilihat dari alat pengukuran yang digunakan, disini tidak tampak bahwa
alat tersebut menggunakan parameter suhu pada pengukurannya. Mungkin
ketika bahan magnet yang diuji diberikan temperatur yang berpengaruh
adalah sifat magnetnya itu sendiri.
9. Apa yang dimaksud dengan quantum interference? (Maria)
Quantum interference atau gangguan kuantum merupakan pergeseran fasa
yang akan mengubah nilai arus DC.
10. Minus di metode induksi menandakan apa? (Siska)
Tanda negatif menandakan bahwa arah emf seperti arus yang dihasilkannya
berlawanan dengan perubahan fluks.
11. Kenapa pada metode SQUID terdapat kumparan regang atau rapat? (Febi)
Kumparan regang dan rapat dibuat untuk kebutuhan saja bukan seluruhnya
alat pengukuran SQUID terdapat kumparan regang dan rapat. Mungkin ada
kumparan rapat saja atau kumparan regang saja.
12. Bedanya penggunakan SQUID dengan induksi? (Ian)
SQUID digunakan untuk pengukuran medan magnet dengan tingkat ketelitian
yang sangat besar. Sedangkan metode induksi merupakan metode pengukuran
yang masih sederhana sehingga ketelitiannya tidak besar.
13. Kenapa keberadaan ring superkonduktor dapat menguantisasi flux magnet
paling kecil? (Sintia)
Karena garis fluks magnetik yang terletak diantara dua sambungan Josephson
akan menyebabkan terjadinya pergeseran fasa yang akan mengubah nilai arus
DC sehingga tegangan sepanjang sambungan berubah secara periodik sesuai
dengan periodik fluks quantum. Oleh karena itu, ring superkonduktor akan
menguantisasi flux magnet yang paling kecil sekalipun.
14. Apa pengaruh dari kumparan pada VSM? (siska)
Kumparan ini yang akan digunakan untuk memicu momen magnet bahan
untuk diseragamkan.
15. Berbentuk apakah bahan yang diuji pada VSM? (Ridwan)
Bahan yang diuji berbentuk pelet.
16. Apa output dari VSM? (Yuniar)
Output dari VSM ini adalah kurva histeresis. Karena dengan menggunakan
VSM ini dapat terlihat besarnya B dan H. Oleh karena itu keluarannya adalah
grafik B terhadap H yang biasa disebut sebagai kurva histeresis.
17. Pada VSM, frekuensi input konstan atau tidak? (Yonathan)
Frekuensi yang diinputkan adalah konstan. Selalu sesuai dengan kebutuhan.










DAFTAR PUSTAKA

Erwin Yusuf. Pengukuran Medan Magnet. diakses pada 8 Sepetember 2014 pukul
19.40. http://www.scribd.com/doc/110967979/Bab-12-Pengukuran-Medan-
Magnet
Kay Kanf. Efek Josephjon. diakses pada 8 Sepetember 2014 pukul 20.10.
http://www.scribd.com/doc/188149901/EFEK-JOSEPHSON-docx#download.

Anda mungkin juga menyukai