Anda di halaman 1dari 80

Pengukuran Besaran Elektrik

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perancangan Sistem Elektronika
Dosen Pembina
Sri Widoretno, ST., MT

Oleh:
Mahasiswa Teknik Elektro
Angkatan 2019

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
MARET 2021
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I
1.1 Akurasi dan Presisi..............................................................................1
1.2 Sistem Dinamik ...................................................................................2
1.3 Respon Dinamik...................................................................................3
1.4 Daerah Mati dan Waktu Mati..............................................................3
BAB II
2.1 Macam-Macam Kesalahan...................................................................5
2.2 Kesalahan Acak atau Variable ............................................................7
2.3 Penyelsaian Kesalahan Pengukuran.....................................................8
BAB III
3.1 Arus......................................................................................................9
3.2 Tegangan ............................................................................................11
3.3 Daya....................................................................................................12
3.4 Isolasi/Tahanan...................................................................................15
3.5 Induktansi............................................................................................18
3.6 Induktasi Sendiri.................................................................................22
3.7 Kapasitansi..........................................................................................23
3.8 Magnet................................................................................................25
BAB IV
4.1 Momen Kerja......................................................................................28
4.2 Momen Gerak.....................................................................................28
4.3 Momen Kontrol...................................................................................36
4.4 Momen Redam....................................................................................42
BAB V
5.1 Temperatur..........................................................................................44
5.2 Tekanan...............................................................................................45
5.3 Aliran..................................................................................................46
5.4 Pergeseran...........................................................................................46
5.5 Gaya Berat..........................................................................................47
5.6 Berat Jenis...........................................................................................48
BAB VI
6.1 Alat Ukur Elektro Statis......................................................................50
6.2 Alat Ukur Dinamis..............................................................................52
6.3 Alat Ukur Induksi...............................................................................54
6.4 Galvanometer......................................................................................56
6.5 Thermocouple.....................................................................................58
6.6 Alat Ukur Besi Putar...........................................................................60
BAB VII
7.1 Pengertian Alat Ukur Elektronika.......................................................63
7.2 Macam-Macam Alat Ukur Digital dan Fungsinya .............................63
7.3 Alat Ukur Recorder.............................................................................65
7.4 Oscilloscope........................................................................................66
7.5 Generator Signal.................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................71
BAB I

KARAKTERISTIK ALAT UKUR

1.1 Akurasi dan Presisi


1. Ketelitian atau Keseksamaan (Accuracy)
Ketelitian atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa
jauh hasil pengukuran mendekati harga sebenarnya. Ukuran ketelitian
sering dinyatakan dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau kesalahan
(error) terhadap harga yang sebenarnya, yaitu:

Gambar (a)

Contoh: Sebuah amperemeter menunjukkan arus sebesar 10A


sedangkan accuracy 1% maka kesalahan pengukurannya adalah 1% X
10A = 0,1A sehingga harga sebenarnya dari hasil pengukurannya
adalah (10 + 0,1) A.

2. Kecermatan atau Keterulangan (Precision/Repeatibility)


Adalah yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi
hasilnya untuk harga yang sama. Dengan kata lain, alat ukur belum
tentu akan dapat memberikan hasil yang sama jika diulang, meskipun
harga besaran yang diukur tidak berubah. Hal diatas berarti bahwa jika
suatu mikrometer menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil yang sama
akan diperoleh kembali meskipun pengukuran diulang-ulang, dikatakan
bahwa mikrometer tersebut sangat cermat.
Gambar (b)
1.2 Sistem Dinamik
Sebuah system pengukuran terdiri atas beberapa elemen pengukuran,
dimana setiap elemen memiliki karakteristik trsendiri(masing-masing)
dengan demikian, fungsi transfer untuk system pengukuran
secarakeseluruhan merupakan perkalaian dari fungsi transfer taip elemen.
Karakter yang menggambarkan respon (tanggapan), dinamik (fungsi
waktu). Sistem dinamik suatau alat ukur tidak akan mencapai titik
keseimbangan secara langsung sesaat setelah suatu besaran (fungsi) di ukur.
Sistem akan bertransient lebih dahulu sebelum mencapai posisi akhir.
Suatu sistem atau instrumen menyatakan perilaku respons sistem saat
transien (untuk input step) dan perilaku sistem jika mendapatkan input yang
berubah-ubah. Karakteristik dinamik sistem instrumentasi pengukuran dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran, yang terjadi saat transien atau jika
yang diukur adalah sinyal yang berubah terhadap waktu

Gambar (a) (sinyal dinamis)

Contoh: Benda yang dimasukkan pada air mendidih bersuhu 100C tidak
akan langsung mempunyai 100C tetapi perlu waktu supaya temperatur
benda mencapai 100C. Waktu yang diperlukan benda mencapai suhu
100C tergantung pada karakteristik desain dari komponen sistem
pengukuran  sistem termal.
Pegas yang ditekan dengan suatu gaya tertentu dan kemudian tekanan
dilepaskan akan bergoyang naik-turun di sekitar titik kesetimbangannya,
frekuensi goyangan pegas merupakan frekuensi natural yang tergantung
pada konstranta pegas dan massa pegas  sistem mekanik.

1.3 Respon Dinamik


Kecepatan tanggapan (respon dinamik) adalah kecepatan alat ukur
dalam memberi tanggapan terhadap perubahan ang di ukur. Keterlambatan
dalam pengukuran yang berkaitan dengan kecepatan tanggapan adalah
perlambatan atau penundaan tanggapan suatu alat ukur terhadap perubahan
kontinuitas ang diukur. Respon dinamik suatu system tergantung pada
konstruksi, magnitude dan type komponen yang digunakan.

Gambar (a)

1.4 Daerah Mati dan Waktu Mati


1. Daerah Mati
Daerah mati adalah perbedaan terbesar dari besaran yang diukur
sampai sesaat sebelum respons terjadi. Penyebab terjadinya daerah mati
ini antara lain karena rugi-rugi hysteresis atau gesekan yang mana
momen gerak masih belum mampu menggerakan jarum penunjuknya.
Pada daerah pengukuran suatu alat ukur terdapat kemiripan jika
dilihat sepintas dengan jarak pengukuran(span). Untuk range dan span
sepintas sama dan bahkan bisa disebut sama bila ditunjjukan dengan
nilai terendah yang sam, yaitu 0. Namun akan Nampak berbeda nilai
terendahnya bukan 0 (nol).
2. Waktu Mati
Waktu mati didefinisikan sebagai waktu yang dipergunakan suatu
system pengukuran untuk mulai respons ke harga yang di ukur.
Kenyataannya waktu mati ini adalah waktu sebelum alat ukur
(penunjuk) mulai bergerak setelah besaran masukkan dipasang.
Gambar (a)

Perbedaan daerah mati dan waktu mati


BAB II
KESALAHAN PENGUKURAN

2.1 Macam Macam Kesalahan


Dalam penggunaan alat ukur listrik juga dapat terjadi kesalahan.
kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh manusia yang melakukan
pengukuran atau alat ukur yang digunakan. kesalahan dalam menggunakan
alat ukur dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kesalahan umum (Gross Errors)
Kesalahan ini biasanya disebabkan oleh kesalahan manusia yang
tidak teliti atau ceroboh. Terdapat berbagai kesalahan yang disebabkan
oleh manusia yaitu dapat disebabkan oleh pengaturan yang kurang
tepat, kesalahan dalam melakukan pembacaan sekala pada alat ukur,
dan penggunaan alat ukur yang tidak sesuai dengan prosedur akan
menyebabkan kesalahan dalam pembacaan alat ukur. Untuk
menghindari kesalahan umum dalam mengukur perlu dilakukan
pengukuran lebih dari kali untuk memastikan bahwa hasil pengukuran
tepat.

Gambar (a)
Gambar kesalahan membaca, jika pembacaan alat ukur dilakukan dari
samping kiri atau kanan maka hasilnya tidak meleset dari hasil
sesungguhnya.
Gambar (b)
Gambar pembacaan alat ukur yang tepat, dilakukan dari depan alat ukur
maka tidak akan muncul bayangan yang membingungkan ketika
melakukan pengukuran
2. Kesalahan sistematis (Systematic Errors)
Kesalahan sistematis biasanya disebabkan oleh alat ukur yang
kurang memadai (alat ukur mengalami kerusakan ringan atau pun
berat). Kesalahan sistematis merupakan kesalahan yang tidak bisa
dihindari dari alat ukur karena alat ukur memiliki struktur yang
mekanis. Penyebab kesalahan sistematis dapat dipengaruhi oleh efek
dari suhu, tekanan udara, dan medan magnet di suatu ruangan dimana
suatu alat ukur digunakan.
Berikut ini beberapa kemungkinan kesalahan sistematis yang dapat
terjadi gesekan beberapa komponen yang bergerak dapat
mengakibatkan pembacaan menjadi tidak tepat. Tarikan pegas yang
tidak teratur, perpendekan pegas, berkurangnya tarikan karena
penanganan yang tidak tepat atau pembebanan alat ukur yang lebih.
Selain dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas masih ada
kesalahan yang mungkin dapat terjadi yaitu kesalahan kalibrasi yang
bisa mengakibatkan pembacaan alat ukur terlalu tinggi atau terlalu
rendah dari nilai sesungguhnya. Membandingkan suatu alat ukur
dengan alat ukur lain yang memiliki karakteristik sama dan akurasi
yang lebih tinggi merupakan cara untuk memastikan bahwa suatu alat
ukur memiliki kesalahan secara sistematis.
3. Kesalahan acak yang tidak disengaja atau variabel (Random Errors)
Kesalahan acak yang tidak disengaja merupakan kesalahan yang
tidak dapat langsung diketahui. Antara lain disebabkan oleh perubahan-
perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak. Pada
pengukuran yang sudah direncanakan kesalahan-kesalahan semacam ini
biasanya kemungkinan terjadi sangat kecil.
Kesalahan umum, kesalahan sistematis, dan kesalahan acak yang
tidak disengaja memiliki kemungkinan yang tinggi terjadi pada alat
ukur analog, pada saat ini telah ada alat ukur digital yang memiliki
ketepatan tinggi, meskipun juga memiliki kemungkinan kesalahan tapi
tidak sebesar alat ukur analog, oleh sebab itu alat ukur analog sudah
jarang digunakan.
Yang perlu diperhatikan ketika menggunakan alat ukur analog adalah:
a. Memilih instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu.
b. Mengunakan faktor-faktor koreksi setelah mengetahui kerusakan
pada alat ukur.
c. Mengkalibrasi alat ukur dengan alat ukur yang standar.
d. Melakukan pengukuran lebih dari satu kali untuk memastikan
hasilnya tidak berubah-ubah.
e. Melakukan pengukuran sesuai dengan cara atau prosedur
penggunaan alat ukur.
f. Melakukan perawatan pada alat ukur.

2.2 Kesalahan Acak atau Variable


Kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak diketahui dan
terjadi walaupun semua kesalahan sistematis telah diperhitungkan. Untuk
memperkecil kesalahan acak adalah dengan menambah jumlah pembacaan
dan menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan pendekatan paling
baik terhadap nilai sebenarnya.
2.3 Penyelesaian Kesalahan Pengukuran
Dengan menggunakan analisis statistic. Karena adanya kesalahan-
kesalahan dalam pengukuran, maka hasil pengukuran memberikan hasil
yang tidak tepat. . Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang mendekati
data sebenarnya maka digunakan Analisis statistik. Biasanya diperlukan
banyak data pengukuran untuk dianalisis.
1) Rumus Statistik 1. Nilai Rata-rata. Deviasi adalah penyimpangan hasil
pengukuran terhadap harga rata-rata Catatan : Jumlah deviasi sama
dengan nol. Deviasi Rata-rata adalah jumlah aritmatika dari harga
absolute masing-masing deviasi dibagi dengan jumlah pengukuran.
Deviasi rata-rata dapat digunakan untuk menunjukkan kepresisian
instrument pengukuran dimana harga yang rendah menunjukkan
kepresisian yang tinggi
2) Deviasi Standar (S) • Adalah Tingkatan harga yang bervariasi mengenai
harga rata-rata untuk angka-angka yang kecil (n < 30) bilangan
penyebutnya sering dinyatakan sebagai n – 1, untuk memperoleh harga
yang lebih akurat pada standat deviasi.
3) Jika Gambar menunjukkan pembacaan terbanyak adalah 100 Volt.
Sedang nilai lainnya berada hampir simtetri pada kedua sisi 100 V.
Grafik menggambarkan bentuk kurva. Jika bentuk kurva makin sempit
maka hasil pengukuran Grafik Jumlah Pembacan Tegangan sempit
maka hasil pengukuran nilai sebenarnya yg paling mungkin adalah nilai
tengah atau hasil rata-rata.
4) Kesalahan yang mungkin terjadi Adapun kemungkinan bentuk kurva
distribusi kesalahan adalah : Kemungkinan kesalahan-kesalahan yang
kecil lebih besar dari pada kemungkinan kesalahan-kesalahanbesar dari
pada kemungkinan kesalahan-kesalahan besar • Kesalahan-kesalahan
besar sangat mustahil • Terdapat kemungkinan yang sama bagi
kesalahan positif dan negatif sehingga kemungkinan suatu kesalahan
yang diberikan akan simetris terhadap harga nol.
BAB III
PENGUKURAN BESARAN

3.1 Arus
Sebuah arus listrik adalah laju aliran muatan listrik melewati suatu titik
atau bagian Arus listrik dikatakan ada ketika ada aliran bersih muatan listrik
melalui suatu bagian. Muatan listrik dibawa oleh partikel bermuatan,
sehingga arus listrik adalah aliran partikel muatan. Partikel yang bergerak
disebut pembawa muatan, dan dalam konduktor yang berbeda mungkin
jenis partikel yang berbeda. Di sirkuit listrik, pembawa muatan seringkali
elektron yang bergerak melalui kawat. Dalam elektrolit pembawa muatan
adalah ion, dan dalam gas terionisasi (plasma) adalah ion dan elektron.
Satuan SI dari arus listrik adalah ampere, yang merupakan aliran
muatan listrik melintasi permukaan dengan kecepatan satu coulomb per
detik. Ampere (simbol: A) adalah unit dasar SI Arus listrik diukur
menggunakan perangkat yang disebut ammeter.
Arus listrik menyebabkan pemanasan Joule, yang menciptakan cahaya
dalam bola lampu pijar. Mereka juga menciptakan medan magnet, yang
digunakan dalam motor, generator, induktor, dan transformator.
Pengertian dari arus adalah muatan yang mengalir dalam satuan waktu,
atau agar lebih mudah memahaminya arus merupakan sebuah muatan yang
bergerak, ketika muatan bergerak maka akan muncul arus, sebaliknya
muatannya berhenti maka tidak akan ada arus yang dihasilkan atau
menghilang. Muatan itu sendiri akan bergerak jika ada pengaruh energy dari
luar yang mempengaruhinya.
Gambar (a)

Arah dari arus listrik searah dengan muatan positif atau berlawanan
arah dengan aliran electron. Dari penjelasan diatas maka dapat dibuat
penjelasannya secara matematis, yaitu : I=dq/dt, dimana :
Q = muatan konstan
1 elektron = -1,6021 x 10-19 coulomb
q  = muatan listrik
1 coulomb = -6,24 x 1018 elektron

Arah arus positif akan selalu mengalir dari potensial tinggi ke potensial
rendah jika terjadi beda potensial pada suatu elemen sedangkan arah arus
negative mengalir sebaliknya.

Gambar (b) Arah Arus Listrik

Arus terdiri dari 2 macam, yaitu:


1. Listrik Arus Searah (Direct Current / DC)
2. Listrik Arus Bolak-Balik (Alternating Current / AC)

3.2 Tegangan
Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik
dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini
mengukur energi potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan
adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada
perbedaan potensial listriknya, suatu tegangan listrik dapat dikatakan
sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi. Secara definisi
tegangan listrik menyebabkan objek bermuatan listrik negatif tertarik dari
tempat bertegangan rendah menuju tempat bertegangan lebih tinggi.
Sehingga arah arus listrik konvensional di dalam suatu konduktor mengalir
dari tegangan tinggi menuju tegangan rendah.
Tegangan Listrik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
memindahkan unit muatan listrik dari satu tempat ke tempat lainnya.
Tegangan listrik yang dinyatakan dengan satuan Volt ini juga sering disebut
dengan beda potensial listrik karena pada dasarnya tegangan listrik adalah
ukuran perbedaan potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik. Suatu
benda dikatakan memiliki potensial listrik lebih tinggi daripada benda lain
karena benda tersebut memiliki jumlah muatan positif yang lebih banyak
jika dibandingkan dengan jumlah muatan positif pada benda lainnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Potensial listrik itu sendiri adalah
banyaknya muatan yang terdapat dalam suatu benda.
Tegangan listrik dapat juga dianggap sebagai gaya yang mendorong
perpindahan elektron melalui konduktor dan semakin tinggi tegangannya
semakin besar pula kemampuannya untuk mendorong elektron melalui
rangkaian yang diberikan. Muatan listrik dapat kita analogikan sebagai air di
dalam sebuah tangki air, sedangkan Tegangan listrik dapat kita analogikan
sebagai tekanan air pada sebuah tangki air, semakin tinggi tangki air di atas
outlet semakin besar tekanan air karena lebih banyak energi yang
dilepaskan. Demikian juga dengan tegangan listrik, semakin tinggi tegangan
listriknya maka semakin besar energi potensial yang dikarenakan semakin
banyak elektron yang dilepaskan.
Apabila pada saat dua distribusi muatan listrik yang dipisahkan oleh
jarak tertentu, maka akan terjadi kekuatan listrik diantara keduanya. Jika
distribusinya memiliki muatan yang sama (kedua-duanya positif atau kedua-
duanya negatif) maka saling berlawanan atau saling tolak menolak. Namun
apabila dua distribusi muatan berbeda (satu positif dan satunya lagi negatif)
maka akan menyebabkan gaya yang saling tarik-menarik. Pada saat kedua
distribusi muatan tersebut disambungkan dengan rangkaian atau beban yang
unit positifnya sedikit maka unit positif tersebut akan dipengaruhi oleh
kedua distribusi muatan tersebut.
Sebuah sumber tegangan listrik yang konstan biasanya disebut dengan
tegangan DC (tegangan searah) sedangkan sumber tegangan listrik yang
bervariasi secara berkala dengan waktu disebut dengan tegangan AC
(tegangan bolak balik). Tegangan listrik diukur dengan satuan Volt yang
dilambangkan dengan simbol huruf “V”. 1 Volt (satu Volt) dapat
didefinisikan sebagai tekanan listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan 1
Ampere arus listrik melalui konduktor yang beresistansi 1 Ohm. Istilah
“VOLT” ini diambil dari nama fisikawan Italia yang menemukan baterai
volta (Voltaic Pile) yaitu Alessandro Volta (1745-1827).
Baterai dan pencatu daya (power supply) merupakan contoh sumber
yang menghasilkan tegangan DC (tegangan searah) yang stabil seperti
menghasilkan tegangan DC 1,5V, 3V, 5V, 9V, 12V dan 24V. Sementara
sumber tegangan AC (tegangan bolak-balik) tersedia untuk keperluan
peralatan rumah tangga dan industri. Tegangan AC standar yang digunakan
di Indonesia adalah 220V, sedangkan di negara lain ada yang menggunakan
100V, 110V ataupun 240V.

3.3 Daya
Dalam fisika, daya adalah kecepatan melakukan kerja. Daya sama
dengan jumlah energi yang dihabiskan per satuan waktu. Dalam sistem SI,
satuan daya adalah joule per detik (J/s), atau watt untuk menghormati James
Watt, penemu mesin uap abad ke-18. Daya adalah besaran skalar.
Integral daya terhadap waktu mendefinisikan kerja yang dilakukan.
Karena integral tergantung lintasan dari gaya dan torsi, maka perhitungan
kerja tergantung lintasan.
Sebagai konsep fisika dasar, daya membutuhkan perubahan pada benda
dan waktu yang spesifik ketika perubahan muncul. Hal ini berbeda dengan
konsep kerja, yang hanya mengukur perubahan kondisi benda. Misal, kerja
yang dilakukan seseorang adalah sama ketika mengangkat beban ke atas
tidak peduli ia lari atau berjalan, namun dibutuhkan daya lebih besar untuk
berlari karena kerja dilakukan pada waktu yang lebih singkat.
Daya keluaran motor listrik adalah hasil perkalian antara torsi yang
dihasilkan motor dengan kecepatan sudut dari tangkai keluarannya. Daya
pada kendaraan bergerak adalah hasil kali gaya traksi roda dengan
kecepatan kendaraan. Kecepatan di mana bohlam lampu mengubah energi
listrik menjadi cahaya dan panas diukur dalam watt—semakin tinggi
nilainya, maka dibutuhkan energi listrik per satuan waktu yang makin
banyak.
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam
rangkaian listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan
banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik
menimbulkan kerja. Peranti mengkonversi kerja ini ke dalam berbagai
bentuk yang berguna, seperti panas (seperti pada pemanas listrik), cahaya
(seperti pada bola lampu), energi kinetik (motor listrik), dan suara
(loudspeaker). Listrik dapat diperoleh dari pembangkit listrik atau
penyimpan energi seperti baterai.
Daya pada sistem mekanik adalah kombinasi gaya dan perpindahan.
Daya merupakan perkalian antara gaya pada objek dengan kecepatan objek,
atau perkalian torsi pada shaft dengan kecepatan sudut shaft.
Dalam pelajaran fisika, daya dapat disimbolkan dengan persamaan
seperti berikut ini:
P=W/t
Dilihat dari persamaan di atas, maka dapat kita ubah rumusnya menjadi
beberapa rumus turunan, yakni:
P= (F.s) /t
P = F. v
Hasil disebut dapat kita peroleh sebab Rumus Usaha (W) = Gaya (F)
dikali dengan Jarak (s) dibagi dengan Waktu (t) serta Rumus Kecepata (v) =
jarak (s) dan dibagi waktu (t).
Keterangan
P = Daya (satuannya J/s atau Watt)
W = Usaha (Satuannya Joule [J])
t = Waktu (satuannya sekon [s])
F = Gaya (Satuannya Newton [N])
s = Jarak (satuannya Meter [m])
v = Kecepatan (satuannya Meter / Sekon [m/s])
Jadi, menurut persamaan rumus fisika di atas, maka dapat kita
simpulkan bahwa semakin besar laju usaha, maka semakin besar pula laju
daya. Sementara itu, semakin lama waktunya maka laju daya akan semakin
kecil. Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya
listrik adalah besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu
atau lebih singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap
detik. Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti
dibawah ini:
P=E/t
Dimana:
P= Daya Listrik
E= Energi dengan Satuan joule
t = Waktu dengan satuan detik

Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan


huruf “P” yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan
Internasional (SI) Daya Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt
adalah sama dengan satu joule per detik (Watt = Joule / detik)
Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti
dibawah ini:
1 miliWatt  = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt
Rumus Daya Listrik
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam
sebuah Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut:
P=VxI
Atau
P= I2R
P= V2/R

Dimana :

P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)


V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)
I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)
R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)

3.4 Isolasi/Tahanan
Tahanan isolasi adalah tahanan yang terdapat diantara dua kawat
saluran yang diisolasi satu sama lain atau tahanan antara satu kawat saluran
dengan tanah (ground). Tananan isolasi merupakan hal yang harus
diperhatikan saat memasang instalasi listrik dengan menggunakan kawat
tertutup. Demikian pula tahanan grounding juga harus diperhatikan. Kedua
hal tersebut oleh konsumen sering diabaikan sehingga sering berakibat fatal
bagi penggunanya. Oleh karena itu cara-cara pengukurannya perlu
diketahui. Pelepasan muatan elektrostatik merupakan masalah utama pada
kebanyakan tempat kerja yang menggunakan teknologi mikro elektronik,
sebagai contoh Microchips. Pelepasan muatan elektrostatik juga sangat
berbahaya untuk beberapa cabang industri, sebagai contoh industri
telekomunikasi, industri plastik dan industri pembuatan bahan peledak.
Pengisian muatan listrik lebih dari 10.000 V dapat membahayakan manusia,
bahan dan peralatan. Elektrostatik field meter digunakan untuk pengukuran
pengisian muatan listrik pada suatu obyek secara “non kontak”. Alat ini
mengukur medan elektrostatik dari suatu obyek dalam satuan Volt, dan
banyak digunakan dalam industri kontrol statik.

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI.


Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kelemahan isolasi
tahanan. Pengujian isolasi secara rutin dapat dilakukan dengan
menggunakan Megohmmeter, atau megger yang pembacaannya langsung
dalam meghoms.
Tahanan isolasi adalah ukuran kebocoran arus yang melalui isolasi.
Tahanan berubah-ubah karena pengaruh temperatur dan lamanya tegangan
yang diterapkan pada lilitan tersebut, oleh karena itu faktor-faktor tersebut
harus dicatat pada waktu pengujian. Tegangan yang diterapkan kalau bisa
hanya pada satu fasa saja. Nilai tegangan minimum pengujian yang banyak
digunakan dan diterima dikalangan praktisi adalah satu kilovolt sebanding
dengan satu (1) megaohm terhadap peralatan listrik yang banyak digunakan
pada industri-industri (untuk lilitan stator), dan satu (1) megaohm untuk
lilitan rotor setelah dikenai tegangan 500volt dc selama satu menit.
Generator-generator turbin hampir selalu mempunyai nilai lebih tinggi.
Tegangan 500volt dc untuk pengujian ini harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum pengujian tegangan yang lebih tinggi dilakukan.
Nilai tahanan di atas merupakan nilai minimum yang menunjukkan
bahwa keadaan lilitan masih baik, nilai tahanan yang rendah dapat
menunjukkan lilitan dalam keadaan kotor atau basah. Moisture dapat juga
terdapat pada permukaan isolasi, atau pada lilitan atau pada keduanya.
Oleh sebab itu, pengujian dengan megger sebelum dan sesudah mesin
dibersihkan harus dilakukan. Jika nilai tahanan tetap rendah dan lilitan
relatif bersih, ada kemungkinan adanya moisture pada lilitan, dan lilitan
harus dikeringkan sekurang-kurangnya sampai diperoleh tahanan minimum
yang dianjurkan.
Lilitan stator dan rotor harus dijaga tetap hangat sejak pertama
generator diterima sampai ditempatkan untuk dioperasikan. Dalam hal ini
generator agar disimpan dengan surface heater harus tetap beroperasi secara
kontinyu sampai generator tersebut dioperasikan.
Pengujian isolasi berikut ini agar dilakukan sebelum unit dioperasikan:
1. Pengujian tahanan isolasi
2. Pengujian Polarisasi Indeks
3. Pengujian tegangan lebih (hy-pot test).

PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI


Mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu peralatan listrik
merupakan hal yang penting untuk menentukan apakah peralatan tersebut
dapat dioperasikan dengan aman. Secara umum jika akan mengoperasikan
peralat-an tenaga listrik seperti generator, transformator dan motor,
sebaiknya terlebih dahulu memeriksa tahanan isolasinya, tidak peduli
apakah alat tsb baru atau lama tidak dipakai. Untuk mengukur tahanan
isolasi digunakan Mega Ohm Meter/ Insulation tester. Isolasi yg dimaksud
adalah isolasi antara bagian yang bertegangan dengan bertegangan maupun
dengan bagian yang tidak bertegangan seperti body/ground.

 Isolator Listrik
Isolator adalah Suatu bahan atau zat, baik itu padat, cair atau gas yg nir
dapat atau sulit buat melakukan perpindahan muatan listrik.
 Fungsi isolator (isolasi) dalam penghantar / kabel listrik:
Setiap kabel penghantar dilengkapi menggunakan bahan isolator yang
bertujuan buat mencegah terjadinya perpindahan genre muatan listrik
yang tidak diinginkan. Sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
suatu instalasi listrik atau bahkan bisa mengakibatkan resiko- resiko
bahaya yg lebih fatal lainnya.
 Fungsi Isolasi:
1) Mencegah perpindahan genre listrik menurut 2 jenis penghantar
yang tidak sama potensial, yg bisa menyebabkan terjadinya
hubungan singkat.
2) Mencegah perpindahan genre listrik menurut suatu penghantar
menuju ke bumi sebagai akibatnya mengakibatkan kerugian /
kebocoran arus listrik
3) Mencegah perpindahan listrik menurut suatu penghantar menuju
benda lainnya. Seperti resiko kabel listrik tersentuh manusia, tanah
atau benda lain di sekitarnya.

3.5 Induktansi
Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen
yang menyebabkan timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat
perubahan arus yang melewati rangkaian (self inductance) atau akibat
perubahan arus yang melewati rangkaian tetangga yang dihubungkan secara
magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance). Pada kedua keadaan
tersebut, perubahan arus berarti ada perubahan medan magnetik, yang
kemudian menghasilkan GGL.

Gambar (a)
Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan
timbul medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya
berubahubah terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang
berubah terhadap waktu. Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi
rangkaian itu sendiri, sehingga di dalamnya timbul ggl induksi. Ggl induksi
yang diakibatkan oleh perubahan fluks magnetik sendiri dinamakan ggl
induksi diri.

INDUKTANSI DIRI (Ggl Induksi Pada Kumparan)


Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi
perubahan fluks magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl
pada arah yang berlawanan. Ggl terinduksi ini berlawanan arah dengan
perubahan fluks. Jika arus yang melalui kumparan meningkat, kenaikan
fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus yang berlawanan dan
cenderung untuk memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat disimpulkan
bahwa ggl induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang

ΔI
dirumuskan: ε =−L
Δt
Dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa
GGL yang dihasilkan berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta
kesebandingan L disebut induktansi diri atau induktansi kumparan, yang
memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai satuan untuk
menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang
menghasilkan ggl satu volt bila arus listrik di dalam rangkaian berubah
secara seragam dengan laju satu ampere per detik.

INDUKSI DIRI PADA SELENOIDA DAN TOROIDA


Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu
pembentuk silinder. Pada kumparan ini panjang pembentuk melebihi garis
tengahnya. Bila arus dilewatkan melalui kumparan, suatu medan magnetik
akan dihasilkan di dalam kumparan sejajar dengan sumbu. Sementara itu,
toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya menjadi
berbentuk lingkaran. Sebuah kumparan yang memiliki induktansi diri L
yang signifikan disebut induktor. Induktansi diri L sebuah solenoida dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan dibawah. Medan magnet di
dalam solenoida adalah:
B = μ. n. I
N
dengan n= sehingga diperoleh:
ι

ε =−N ( ∆∆ΦΒt )=−L ( ∆∆tI )


L=−N
μ0 . N . A . ΔI
karena BΦ=B . A=
ι
Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar

Δ ΦB
Sehingga L=N
ΔI

μ0 N 2 . A
dengan: L=
ι

L = induktansi diri solenoida atau toroida ( H)


μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = jumlah lilitan
l = panjang solenoida atau toroida (m)
A = luas penampang (m2)Energi Yang Tersimpan Dalam Induktor
Gambar (a)

Energi yang tersimpan dalam induktor (kumparan) tersimpan dalam


bentuk medan magnetik. Energi U yang tersimpan di dalam sebuah

1 2
induktansi L yang dilewati arus I, adalah : U = L I
2
Energi pada induktor tersebut tersimpan dalam medan magnetiknya.
Berdasarkan persamaan induktansi diri selenoida atau toroida, bahwa besar

μ0 N 2 , A
induktansi solenoida setara dengan   dan medan magnet di dalam
ι

μ0 . N . I
solenoida berhubungan dengan kuat arus I dengan B= jadi,
ι

B.I
I= .
μ0. N

Maka, dari persamaan diatas diperoleh:


Apabila energi pada persamaan diatas tersimpan dalam suatu volume
yang dibatasi oleh lilitan Al, maka besar energi per satuan volume atau yang

1 B2
disebut kerapatan energi, adalah : υ=
2 μ0

Gambar (a) Induktansi


Bersama
Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada gambar diatas,
maka sebuah arus tetap I di dalam sebuah kumparan akan menghasilkan
sebuah fluks magnetik Φ yang mengitari kumparan lainnya, dan
menginduksi ggl pada kumparan tersebut. Menurut Hukum Faraday, besar
ggl ε2 yang diinduksi ke kumparan tersebut berbanding lurus dengan laju
perubahan fluks yang melewatinya. Karena fluks berbanding lurus dengan
kumparan 1, maka ε2 harus sebanding dengan laju perubahan arus pada

∆ I1
kumparan 1, dapat dinyatakan : ε 2=−M
∆t
Dengan M adalah konstanta pembanding yang disebut induktansi
bersama. Nilai M tergantung pada ukuran kumparan, jumlah lilitan, dan
jarak pisahnya. Induktansi bersama mempunyai satuan henry (H), untuk
mengenang fisikawan asal AS, Joseph Henry (1797 – 1878). Pada situasi
yang berbeda, jika perubahan arus kumparan 2 menginduksi ggl pada
kumparan 1, maka konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu:

∆ I2
ε 2=−M
∆t
Induktansi bersama diterapkan dalam transformator, dengan
memaksimalkan hubungan antara kumparan primer dan sekunder sehingga
hampir seluruh garis fluks melewati kedua kumparan tersebut. Alat pemacu
jantung, untuk menjaga kestabilan aliran darah pada jantung pasien
merupakan salah satu contoh alat yang menerapkan induktansi bersama.

3.6 Induktansi Sendiri


Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan
timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir
pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktansi sendiri.
Definisi kuantitatif dari induktansi sendiri (simbol: L) adalah:di mana v
adalah GGL yang ditimbulkan dalam volt dan i adalah arus listrik dalam
ampere. Bentuk paling sederhana dari rumus tersebut terjadi ketika arus
konstan sehingga tidak ada GGL yang dihasilkan atau ketika arus berubah
secara konstan (linier) sehingga GGL yang dihasilkan konstan (tidak
berubah-ubah).
Istilah 'induktansi' sendiri pertama kali digunakan oleh Oliver Heavside
pada Februari 1886.[1] Sedang penggunaan simbol L kemungkinan ditujukan
sebagai penghormatan kepada Heinrich Lenz, seorang fisikawan ternama.[2]
[3]
Satuan induktansi dalam Satuan Internasional adalah weber per ampere
atau dikenal pula sebagai henry (H), untuk menghormati Joseph Henry
seorang peneliti yang berkontribusi besar terhadap ilmu tentang
magnetisme. 1 H = 1 Wb/A.
Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh
arus listrik (dijelaskan oleh Hukum Ampere). Supaya suatu rangkaian
elektronika mempunyai nilai induktansi, sebuah komponen bernama
induktor digunakan di dalam rangkaian tersebut, induktor umumnya berupa
kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan magnet dan
memanfaatkan GGL yang dihasilkannya.
Koefisien L yang digunakan pada rumus di atas merupakan matriks
simetris, rumus tersebut berlaku selama tidak menggunakan bahan yang bisa
menjadi magnet, jika tidak maka besaran L merupakan fungsi dari besaran
arus (induktansi non-linier).

3.7 Kapasitansi
Kapasitansi atau kapasitans adalah ukuran jumlah muatan listrik yang
disimpan (atau dipisahkan) untuk sebuah potensial listrik yang telah
ditentukan. Bentuk paling umum dari peranti penyimpanan muatan adalah
sebuah kapasitor dua lempeng/pelat/keping. Jika muatan di
lempeng/pelat/keping adalah +Q dan –Q, dan V adalah tegangan listrik antar
lempeng/pelat/keping, maka rumus kapasitans adalah:
C = Q/V
C adalah kapasitansi yang diukur dalam Farad
Q adalah muatan yang diukur dalam coulomb
V adalah voltase yang diukur dalam volt
Kapasitansi suatu sistem tergantung pada ukuran, bentuk, dan komposisi
tubuh dalam sistem dan orientasi mereka terhadap satu sama lain.

Misalnya, pelat kapasitor-sistem paralel yang terdiri dari dua pelat datar
identik, logam paralel yang dipisahkan oleh isolator-memiliki kapasitansi
yang diberikan oleh rumus C = eA / d, di mana E adalah konstanta yang
tergantung pada insulator, A adalah daerah salah satu piring, dan d adalah
jarak antara pelat.

Kapasitansi diukur dalam farad (f). Sebuah kapasitor pelat sejajar


memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika muatan 1 coulomb pada setiap
lempeng yang dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan 1 volt antara pelat.
Satuan Farad terlalu besar untuk tujuan praktis.

Gambar (a) Rumus Kapasitansi

Kapasitansi dinyatakan sebagai rasio antara muatan listrik dari masing-


masing konduktor dan beda potensial (yaitu tegangan) di antara mereka.
Gambar (b) Rumus kapasitansi
Nilai kapasitansi kapasitor diukur dalam satuan farad (F); dinamai
sesuai dengan fisikawan Inggris Michael Faraday (1791-1867).
Farad adalah sejumlah besar kapasitansi. Sebagian besar perangkat
listrik rumah tangga mengandung kapasitor yang hanya menghasilkan
sebagian kecil dari farad, seringkali sepersejuta dari farad (atau microfarad
(F)), atau sekecil picofarad (satu miliar, pF).
Selain itu, super kapasitor dapat menyimpan muatan listrik besar ribuan
farad.
Faktor yang mempengaruhi Kapasitansi
Kapasitansi dapat meningkat ketika:
1. Pelat kapasitor (konduktor) ditempatkan lebih dekat satu sama lain.
2. Pelat yang lebih besar menawarkan lebih banyak permukaan.
3. Dielektrik adalah isolator terbaik untuk aplikasi.

Dalam rangkaian listrik, kapasitor sering digunakan untuk memblokir


arus searah (DC), sambil memungkinkan aliran arus bolak-balik (AC).
Beberapa multimeter digital menawarkan fungsi untuk mengukur
kapasitansi, sehingga teknisi dapat:
1. Identifikasi kapasitor yang tidak dikenal atau tidak berlabel.
2. Mendeteksi kapasitor terbuka atau korsleting.
3. Langsung mengukur kapasitor dan menampilkan nilainya.

3.8 Magnet
Magnet (atau magnit) adalah suatu objek yang mempunyai suatu medan
magnet. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos
yang berarti batu Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di
Yunani pada masa lalu yang kini bernama Manisa (sekarang berada di
wilayah Turki) di mana terkandung batu magnet yang ditemukan sejak
zaman dulu di wilayah tersebut.
Pada saat ini, suatu magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu
medan magnet. Materi tersebut bisa dalam berwujud magnet tetap atau
magnet tidak tetap. Magnet yang sekarang ini ada hampir semuanya adalah
magnet buatan.
Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north/ N) dan
kutub selatan (south/S). Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan
magnet kecil tersebut akan tetap memiliki dua kutub.
Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih
kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam
mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah
dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet,
sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik
yang rendah oleh magnet. Magnet yang terbuat dari besi dan baja disebut
juga besi berani atau besi sembrani.
Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik pada Satuan
Internasional (SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah
weber. 1 weber/m^2 = 1 tesla, yang memengaruhi satu meter persegi.
Elektromagnet terbuat dari gulungan kawat yang bertindak sebagai
magnet ketika arus listrik melewatinya tetapi berhenti menjadi magnet
[1]
ketika tidak diberi arus listrik . Seringkali, kumparan melilit inti dari
"lunak " bahan ferromagnetic seperti baja, yang sangat meningkatkan
medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan. Keseluruhan kekuatan
magnet diukur dengan momen magnetik atau, sebaliknya, total fluks
magnetik yang dihasilkan . Kekuatan lokal magnet dalam suatu material
diukur dengan magnetisasinya.
Gambar (a)
Jenis Magnet tetap
Magnet tetap tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk
menghasilkan daya magnet (berelektromagnetik).
Jenis magnet tetap selama ini yang diketahui terdapat pada:

a) Magnet neodimium: Merupakan magnet tetap yang paling kuat. Magnet


neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo),
merupakan sejenis magnet tanah jarang, terbuat dari campuran logam
neodymium.

b) Magnet Samarium-Cobalt: Salah satu dari dua jenis magnet bumi yang
langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat dari
paduan samarium dan kobalt.

c) Magnet Keramik

d) Plastic Magnets

e) Magnet Alnico
A. Magnet tidak tetap
Magnet tidak tetap (remanen) tergantung pada medan listrik untuk
menghasilkan medan magnet. Contoh magnet tidak tetap adalah
elektromagnet.
B. Magnet buatan
Magnet buatan meliputi hampir seluruh magnet yang ada sekarang ini.
Bentuk magnet buatan antara lain:
1) Magnet U
2) Magnet ladam
3) Magnet batang
4) Magnet lingkaran
5) Magnet jarum (kompas)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Momen Kerja


Berbeda dengan electronic instruments yang komponen-komponennya
terdiri dari semikonduktor, alat ukur dengan electrical instruments biasanya
bekerja menggunakan pripsip elektromagnetik dan masih terdapat
komponen meknnik untuk indikatornya. Pada alat ukur ini khususnya tipe
indicating instruments bekerja momen-momen yang menyebabkan geraknya
alat penunjuk. Momen-momen yang bekerja secara garis besar dibagi
menjadi:
1. Momen gerak
2. Momen lawan/kontrol
3. Momen redam

4.2 Momen Gerak


Momen gerak ini menyebabkan defleksi alat penunjuk (misalkan jarum
penunjuk). Besar momen gerak sangat tergantung pada besar/harga dari
besaran listrik yang diukur. Momen gerak ini dihasilkan oleh efek listrik
sesuai dengan sistem/tipe alat ukurnya.
Gaya atau momen yang membelokkan atau operasi yang diperlukan
untuk menggerakkan pointer dari posisi nol. Sistem yang menghasilkan
gaya membelokkan disebut "Sistem Defleksi" atau "Sistem Gerak".
Kekuatan membelok dapat diproduksi dengan memanfaatkan salah satu efek
yang disebutkan sebelumnya.
Dengan demikian sistem membelokkan instrumen mengubah arus
listrik atau potensial menjadi kekuatan mekanik yang disebut gaya
membelokkan. Sistem defleksi bertindak sebagai penggerak utama yang
bertanggung jawab untuk menggerakkan pointer.
Dari momen gerak ini, alat ukur tipe indicating instruments dapat
dikiasifikasikan sesuai dengan tipe alat ukur:
1. Kumparan putar magnet tetap (PMMC)
2. Elektrodinamis
3. Besi putar
4. Induksi
5. Efek termis
6. Elektrostatis

A. Kumparan Putar Magnet Tetap


Cara kerja instruments jenis ini didasarkan bahwa jika suatu
konduktor yang dialiri arus diletakkan dalam medan magnet, maka
pada konduktor itu akan bekerja gaya F = I x B. Sesuai dengan
namanya, maka instruments ini terdiri dari kumparan yang
berbentuk segi empat yang dililitkan pada sebuah inti dan diletakkan
di antara kutub-kutub magnet permanent yang kuat sekali.

Gambar (a) Kumparan medan Magnet

Gambar (b) Abstraksi flux Magnet


Dari gambar di atas terlihat bahwa konduktor AB yang dilalui
arus I berada di dalam medan magnet B sehingga akan mendapatkan
gaya F dengan arah seperti pada gambar 1.2, besarnya F adalah:
F=B . I . l, dimana:

F = gaya gerak
B = kerapatan medan magnet (Wb/m)
I = arus (A)
l = panjang konduktor/kumparan (m)
Demikian juga halnya dengan konduktor BC, CD, dan AD.
Gaya F bekerja pada konduktor-konduktor ini dengan arah seperti
pada gambar. Gaya F2 dan F4 pada konduktor BC dan AD akan saling
meniadakan (cF = 0) sedang gaya F1 dan F3 pada konduktor AB dan
CD akan menghasilkan suatu momen yang besarnya:

d
(
Mg= F x
2 )
x 2=BIld

Bila kumparan ABCD terdiri dan n lilitan, maka:


Mg=n BIld
Alat ukur ini hanya dapat digunakan untuk arus searah dan tidak
dapat untuk arus bolak-balik, sebab dengan B yang tetap arahnya
(magnet tetap), dan I yang bolak-balik, maka akan menghasiIkan F yang
bolak-balik arahnya. Bila frekuensi cukup rcndah, maka alat penunjuk
akan berosilasi disekitar titik nolnya. Tetapi bila frekuensi agak tinggi,
maka alat penunjuk akan tetap pada posisi nol.

B. Elektrodinamis
Bila magnet permanent dari alat ukur PMMC diganti dengan
kumparan yang tetap (biasanya berinti udara) dan arus dialirkan
melalui kedua kumparan tersebut. yaitu yang tetap dan yang
bergerak, maka akan terdapat konfigurasi dasar alat ukur tipe
elektrodinamis. Momen geraknya didapat dengan cara yang sama
dengan alat ukur tipe PMMC, hanya medan magnet B bukan medan
magnet tetap tetapi medan magnet buatan yang dihasilkan
kumparan tetap yang dialiri arus.
Gambar (a) Diagram skema gerak elektrodinamis

Seperti halnya PMMC, Mg=nBIld

dan B ~ If ( arus pada fixed coil)

Bila I = If , maka Mg ~ I2

Alat ukur ini dapat mengukur besaran arus searah dan bolak-balik
sebab arah B arah I sehingga F = B x I selalu tetap arahnya. Alat
ukur yang didesain dengan menggunakan tipe ini antara lain:
1. Amperemeter
2. Voltmeter
3. Wattmeter
4. Cos 0 meter
5. Frekuensi meter

C. Tipe Besi Putar


Pada prinsipnya bekerja atas dasar interaksi dua buah magnet
buatan yaitu timbul gaya tarik menarik atau tolak menolak di antara
kutub-kutubnya. Besar gaya tarik/tolak sebanding dengan kuat medan
magnet kedua magnet buatan atau sebanding dengan kwadrat dari
arus yang menyebabkan terjadinya medan magnetik. Alat ukur tipe
ini dapat dibagi menjadi tipe attraction dan tipe repulsion.
D. Tipe attraction / tarikan.
Bila suatu kumparan dialiri arus I, maka akan timbul flux
magnet yang kuat dalam inti kumparan yang arahnya tergantung arah
lilitan dan arusnya. Flux ini akan menginduksikan medan magnet
pada besi lunak didekatnya, sehingga terjadi polarisasi pada besi
lunak yang polaritasnya tergantung pada arah flux magnet. Karena
antara inti kumparan dan besi lunak ynng terinduksi tadi terjadi
polaritas magnet yang berbeda, maka besi lunak tersebut. Akan
tertarik. Gerakan tarikan ini yang menyebabkan adanya defleksi pada
alat penunjuk. Besar sudut defleksi tergantung besar gaya tarikan
yang berarti tergantung kwadrat arusnya.

Gambar Skema pergerakan Besi Putar dan arah flux magnetnya.

E. Tipe repulsion / tolakan.


Di dalam kumparan tetap ditempatkan sepasang besi lunak
(yang satu tidak dapat bergerak, yang lain bebas bergerak melalui
suatu sumbu). Bila arus (I) dialirkan pada kumparan tetap, maka
kumparan itu menghasilkan medan magnet dan kedua besi itu
termagnetisasi dan mempunyai kutub- kutub yang sama. Akibatnya
mereka saling tolak menolak. Besi lunak yang bergerak akan
memutar sumbu dan menghasilkan momen gerak. Kemanapun arah
arus pada kumparan, kedua besi lunak itu termagnetisasi
dengan kutub yang sama dan tetap terjadi tolak menolak. Tipe tolakan
ini ada 2 rnacam bentuk yaitu:
1) bentuk radial
2) bentuk coaxial
Gambar (a) Gambar (b)

(a. Bentuk radial dan b. Bentuk Co-axial)

Bentuk radial hanya mempunyai sudut defleksi maksimum 90°


Bentuk coaxial mempunyai sudut defleksi yang lebih besar karena
besi lunak yang tidak bergerak (tetap) berada sepanjang silinder
dalam kumparan tetap. Hanya saja luas penampangnya makin kecil
untuk sudut defleksi yang lebih lebar. Hal ini dimaksudkan gaya
tolak pada sisi dekat sudut nol lebih besar dari pada sudut maksimum
sehingga terjadi pergerakan dari posisi nol ke posisi akhir Sudut
defleksi maksimum bisa mencapai 120°.

Gambar (b) Skema besi putar dengan tipe tolak menolak.


Dari gambar di atas terlihat 3 buah besi lunak yang tidak
bergerak dan menempel pada kumparan bagian dalam dan
sebuah besi lunak yang bergerak. Bila suatu saat kumparan
dilalui arus, maka akan timbul medan magnet yang akan
menginduksi besi lunak tersebut. Setiap besi lunak bagian
atas berpolaritas utara dan bagian bawah berpolaritas selatan.
Pada posisi dekat nol, besi lunak diam bagian tengah lebih
dominan dibanding dengan yang bawah dan atas. Besi lunak
bergerak juga mempunyai polaritas yang sama, sehingga besi
ini ditolak. Makin besar sudut simpangannya, pengaruh besi
lunak diam bagian tengah menjadi berkurang dan yang bagian
bawah menjadi lebih dominan. Karena besi lunak yang bergerak
bertemu dengan polaritas medan magnet yang berlawanan dari
besi lunak diam bagian atas dan bawah maka ia ditarik dan
menyimpang lebih besar lagi. Sudut defleksinya dapat
mencapai 240°.

F. Tipe Induksi
Ada fluxi-fluxi magnetis 81 dan 82 yang mempunyai bentuk
gelombang sinus dan frekuensi yang sama tetapi terdapat
perbedaan Fasa sebesar a masuk secara paralel dalam suatu
konduktor yang berbentuk lempengan/piringan. Fluxi-fluxi itu
akan membangkitkan tegangan V1 dan V2 dan terjadi arus-arus
pusar (eddy current) iei dan ie2, hubungan antara V, 8 dan ie
tampak pada diagram pada gambar 1.

Gambar (a) Prinsip kerja alat ukur jenis


induks
Gambar (b) Diagram hubungan antara V, 8 dan ie
Karena arus ie1 dsan ie2 memotobg medan magnet 82 dan
81 seperti gambar, maka gaya-gaya elektromagnetis akan terjadi
dan menyebabkan piringanmendapat suatu gaya yang terjadi
sebagai hasil dari interaksi
o tersebut.

Mg 1=K 1 I 1 φ cos ( 90−α + β ) Mg 2=K 1 I 1 φ cos ( 90+ α + β )

I 1 φ 1I 2 φ 2

Bila = 0 yang berarti 81 sefasa dengan 82, maka tidak akan
terjadi momen putar.

G. Tipe Elektrostatis
Alat ukur tipe ini biasanya digunakan sebagai voltmeter.
Prinsip kerjanya adalah gaya tarik antara muatan-muatan listrik dari
2(dua) buah plat yang bermuatan dengan beda tegangan yang tetap
antara ke dua plat itu. Sifat kapasitif dari plat-plat yang bermuatan
akan muncul pada alat ukur tipe ini.

Gambar 1.9. Skema Instrumen dengan tipe elektrostatis


Terdapat 2 plat paralel yong dipisahkan dengan jarak X
meter. Plat yang bawah (tak bergerak) bermuatan -Q dan plat
yang atas (dapat bergerak) bermuatan +Q coulomb. Gaya tarik di
antara kedua plat sama dengan F Newton dan plat bergeser
sepanjang dx.

4.3 Momen Kontrol.

37
Momen kontrol juga disebut momen lawan. Arah momen lawan ini
selalu berlawanan terhadap arah momen gerak dan besarnya. bertambah
sesuai dengan bertambahnya momen gerak.
Bila momen kontrol ini tidak ada (yang ada gesekan saja), maka setiap
momen gerak akan menyebabkan alat penunjuk bergerak keposisi
maksimum atau berputar seperti motor dan sekali defleksi, alat penunjuk
tidak akan kembali keposisi semula. Dengan demikian penunjukan menjadi
tak tentu. Alat penunjuk akan berhenti pada posisi tertentu dan
menunjukkan besaran tertentu bila momen gerak sama dengan momen
kontrol. Hal ini disebut keadaan seimbang. Momen kontrol ini juga
berfungsi nengembalikan alat penunjuk ke posisi nol bila momen geraknya
tidak ada.
Momen ini diperlukan dalam instrumen yang menunjukkan agar arus
menghasilkan defileksi pointer sebanding dengan besarnya. Sistem
menghasilkan kekuatan pengendali disebut "Sistem Kontrol". Fungsi sistem
kontrol adalah:
I. Untuk menghasilkan gaya yang sama dan berlawanan dengan gaya
membelokkan pada posisi stabil akhir penunjukan untuk membuat
defleksi penunjuk untuk mmelihat besaran arus tertentu. Dengan tidak
adanya sistem kontol, penunjuk akan bergerak (mengayun) di luar
posisi stabil akhir untuk setiap besaran arus dan dengan demikian
lendutan akan menjadi tidak tentu.
II. untuk membawa sistem yang bergerak menjadi nol ketika gaya yang
menyebabkan instrumen membelokkan dihapus. Tanpa adanya sistem
pengendali, pointer tidak akan kembali ke nol ketika saat ini dihapus.
Kontrol tersebut biasanya disediakan oleh pegas.

Dalam sistem kontol, sistem yang membelokkan sebagian besar


instrumen dipasang pada poros penunjuk, kuantitas yang diukur
menghasilkan torsi membelokkan sebanding dengan besarnya. Ada dua
jenis sistem kontrol yang digunakan untuk sistem yang dipasang seperti ini:

38
a) Kontrol Gravitasi. Dalam jenis kontrol ini, beban kecil ditempatkan
pada lengan yang menempel sistem yang bergerak. Posisi berat ini
dapat disesuaikan. Berat ini menghasilkan pengontrolan torsi karena
gravitasi.

Gambar (a) Kontrol Gravitasi


Gambar (a) menunjukkan pointer pada posisi nol. Dalam hal ini
kontrol troque adalah nol, Misalkan sistem membelok melalui sudut
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 (b). Bobot bertindak pada
jarak l dari pusat, komponen berat yang mencoba mengembalikan
penunjuk kembali ke posisi nol adalah W sin 𝜃. Oleh karena itu,
pengendali torsi adalah: T C =Wl sinθ =K o sinθ

Dimana K o =Wl

Ket: K o =Konstan

Jadi torsi pengontrol sebanding dengan sinus sudut defleksi sistem


yang bergerak. Torsi pengontrol dapat divariasikan hanya dengan
menyesuaikan posisi berat kontrol pada lengan yang membawanya.
Jelas bahwa instrumen yang menggunakan kontrol gravitasi harus
digunakan dalam posisi vertikal agar kontrol dapat beroperasi.
Instrumen harus dipasang pada posisi level jika tidak akan ada
kesalahan nol yang sangat serius. Untuk alasan ini, kontrol gravitasi
tidak cocok untuk menunjukkan instrumen pada instrumen umum dan
portabel pada khususnya. Sistem sudah usang sekarang.

39
b) Kontrol Pegas. Sebuah pegas melekat pada jarum penunjuk (Gambar
1.2) memberikan torsi pengontrol. Syarat penting untuk instrumen
pegas adalah:
I. Mereka harus non-magnetik.
II. Mereka harus menjadi tahan dari kelelahan machanical.
III. Di mana pegas digunakan untuk membawa arus ke dalam sistem
yang bergerak mereka harus memiliki kecil resistensi, area cross-
sectional mereka harus cukup untuk membawa arus tanpa
kenaikan suhu yang mempengaruhi konstanta mereka. Mereka
juga harus memiliki co-efisien suhu rendah perlawanan. Sejumlah
bahan non-magnetik seperti perunggu silikon, perak gulung keras
atau tembaga, platinum, perak, platinum-irridium dan perak
Jerman telah digunakan tetapi belum ditemukan memuaskan
untuk beberapa alasan atau yang lainnya. Untuk sebagian besar
aplikasi fosfor perunggu telah menjadi bahan yang paling cocok.
Kecuali dalam instrumen resistansi rendah (seperti
millivoltmeters). Dalam hal ini beberapa paduan perunggu khusus
memiliki resistansi rendah dapat digunakan dengan beberapa
pengorbanan secara mekanis kualitas.

Gambar (a) Kontrol Pegas


Pegas spiral datar digunakan di hampir semua instrumen yang
menunjukkan karena ruang yang dibutuhkan oleh mata air ini kurang
dari jenis lainnya. Salah satu bentuk pemasangan pegas kontrol
ditunjukkan pada Gambar (a) Ujung bagian dalam pegas melekat pada
spindel dan bagian luarnya ujung membawa keran yang terlibat dalam

40
disk melingkar yang mengelilingi permata sekrup. Disk ini membawa
lengan yang ditempatkan dan dilebarkan keluar pada akhirnya. Tujuan
dari perpanjangan lengan slotted adalah untuk memungkinkan musim
semi ke. digulung atau tidak digulung sedikit, sehingga penunjuk dapat
diatur pada nol. Lengan slotted digerakkan oleh satu set sekrup yang
dipasang pada instrumen depan dan, oleh karena itu, pengaturan
instrumen dapat dilakukan tanpa melepas penutup.
Dengan membuat jumlah putaran yang besar, deformasi per satuan
panjangnya. tetap kecil pada defleksi skala penuh. Torsi pengontrol
dengan demikian dibuat sebanding dengan sudut defleksi sistem yang
bergerak.
Untuk pegas spiral datar, torsi pengontrol yang dikembangkan oleh

Eb t 3
defleksi adalah: T c = θNm
12l
Dimana:
E = Modulus Young
b = Lebar pegas
t = Ketebalan pegas
θ = Sudut defleksi Tc= Kθ

Eb t 3
SehinggaK= N /radK= konstanta yang disebut '' konstanta pegas
12l
'atau konstanta kontrol atau "konstanta torsi" atau "konstanta
pemulihan";

Gambar (b) Pegas Spiral Datar

41
Pegas harus ditekankan jauh di bawah batas elastis mereka pada
defleksi maksimum instrumen agar tidak ada set permanen atau bahwa
tidak ada perubahan defleksi (atau nol pergeseran) akan terjadi dari
hasil inelastis.
6T
Ketegangan serat maksimum f max = 2
N /m 2
bt
l E θ
Maka didadapat = × =2000 θ .
t f max 2

π l
Untuk skala defleksi penuh θ= , =3000
2 t
Oleh karena itu agar bahan tidak terlalu menekankan rasio panjang
untuk ketebalan strip pegas tidak boleh kurang dari 3000. Beberapa
desainer menggunakan rasio serendah 2100 (untuk defleksi maxhnum
90 °) untuk instrumen portabel. Untuk instrumen switchboard, yang
indikasi memiliki ketepatan yang lebih rendah, rasio serendah 1000)
kadang-kadang digunakan. Rasio b / t mungkin setinggi 30 / l tetapi
umumnya lebih besar dari 10/1.
Kelelahan pada mata air dapat dihindari sebagian besar oleh anil
dan penuaan yang tepat selama pembuatan. Untuk menghilangkan
pengaruh variasi temperatur pada panjang pegas, dua pegas yang
digulung dalam arah yang berlawanan digunakan. Ketika sistem
bergerak membelok, satu pegas diperpanjang sementara yang lain
dikompresi.
c) Perbandingan antara Spring dan Gravity Control.
Kekurangan kontrol gravitasi telah telah disebutkan sebelumnya.
Kelebihannya, jika dibandingkan dengan pegas, adalah;
a. Murah.
b. Kontrol tidak bergantung pada variasi suhu.
c. Tidak berkarat
Mari kita lihat efek dari dua jenis kontrol pada bentuk skala.
Pertimbangkan instrumen di mana torsi membelokkan berbanding lurus
dengan arus terukur.

42
Karena itu, momen geraknya T d=K d I

Dimana:
I = Arus terukur
K d = Konstanta

Jika instrumennya menggunakan kontrol pegas, momen kontrolnya


ialah T c =Kθ

Dimana,
𝜃 = Sudut defleksi
K = Konstanta Pegas
Pada posisi seimbang momen gerak = momen kontrol.
T c =T d

Kθ=K d l

Kd Kd
Sehingga θ= I =K 2 I Dimana K 2= Konstan ¿
K K
Oleh karena itu, lendutan berbanding lurus dengan arus (kuantitas
yang diukur). di seluruh rentang skala. Jika instrumen dikendalikan
gravitasi T c =K d sin θ

Untuk keadaan setimbang, T c =T d atau K l=K d sin θ atau

Kd
sin θ= I =K 2' I ∴ θ=sin−1 K 2' I
Kc

Misalkan arus maksimum, menghasilkan defleksi 90 ° dalam kedua


kasus, maka arus lmax / 2 akan menghasilkan defleksi 45 ° pada
instrumen yang dikontrol oleh pegas. Jika kontrol gravitasi digunakan,

' 1
maka sin 90 °=K 2' Imax . atau K 2 = ∴ketika I = Imax/2,
Imax
1 Imax
θ=sin−1 K 2' I =sin−1 (( )( ))
Imax 2

¿ sin −1 ( 0,5 ) =30°

43
Oleh karena itu kontrol gravitasi, diambil berdasarkan
kemampuannya, memberikan skala yang sempit (terkompresi atau
padat) di ujung bawah. Ini adalah kerugian ketika pointer terletak pada
nilai skala yang lebih rendah, karena ini akan tidak dibaca secara
akurat.

4.4 Momen Redam.


Ketika momen gerak diterapkan ke sistem yang bergerak, ia akan
memantulkan dan harus berhenti pada posisi di mana momen gerak
diimbangi oleh momen kontrol. Momen gerak dan kontrol diproduksi oleh
sistem yang memiliki inersia dan, oleh karena itu, sistem yang bergerak
tidak dapat langsung menetap di posisi akhir tetapi kelebihan atau
mengayun ke depan.
Momen redam tidak mempengaruhi hasil penunjukkan akhir, hanya
berpengaruh pada waktu untuk mencapai titik keseimbangan saja, yang juga
berarti mempengaruhi pergerakan alat penunjuk (jarum) mencapai harga
yang diukur. Sifat momen redam ini akan selalu melawan arah pergerakan
saja dan besarnya sebanding dengan kecepatan sudut defleksinya.
Bila redamannya besar (over damped), waktu untuk mencapai
keseimbangan lama. Demikian juga untuk redaman kecil (under damped),
waktu untuk mencapai keseimbangan lama. Keadaan ini tidak diinginkan.
Keadaan yang baik yaitu keadaan kritis, dimana waktu untuk mencapai
keseimbangan singkat.
1. Underdamped
Benda yang mengalami underdamped biasanya melakukan
beberapa osilasi sebelum berhenti. Benda masih melakukan beberapa
getaran sebelum berhenti karena redaman yang dialaminya tidak terlalu
besar. Contoh benda yang mengalami underdamped ditunjukkan pada
gambar di bawah.
2. Critical damping
Benda yang mengalami critical damping biasanya langsung
berhenti berosilasi (benda langsung kembali ke posisi setimbangnya).

44
Benda langsung berhenti berosilasi karena redaman yang dialaminya
cukup besar.
3. Over damping
Over damping mirip seperti critical damping. Bedanya pada
critical damping benda tiba lebih cepat di posisi setimbangnya
sedangkan pada over damping benda lama sekali tiba di posisi
setimbangnya. Hal ini disebabkan karena redaman yang dialami oleh
benda sangat besar.

Gambar (a) Grafik Momen Redam


Momen redaman bisa didapatkan dari :
a) Gesekan udara
b) Gesekan fluida
c) Eddy current
d) Gesekan minyak

45
BAB V
DASAR PENGUKURAN

5.1 Temperatur

Gambar (a) Termometer


Temperatur adalah suatu ukuran tingkat kepanasan atau kedinginan
suatu benda yang tidak dapat diukur. Temperatur dari suatu benda hanya
dapat dibandingkan dengan yang lain, dimana perbedaan itu dapat dilihat.
Maka dari itu, nilai pengukuran temperatur adalah perbandingan dari
perbedaan temperatur.
Metode-metode yang digunakan pada pengukuran suhu temperatur
didasarkan pada perubahan-perubahan sifat beberapa benda terhadap panas,
perubahan-perubahan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Benda akan mengalami pemuaian (expansion) apabila temperaturnya
bertambah, sehingga pengukuran temperature bias didapat dengan
mengambil jumlah pengembangan yang sama untuk kenaikan temperature
yang sama.
Benda cairan (liquids) yang apabila dinaikkan temperaturnya
mengakibatkan pergerakan dari molekul-molekulnya dan akan merubah
bentuk dari cairan menjadi uap. Penambahan temperature tersebut akan
menghasilkan perubahan tekanan uap.

46
Benda mengalami perubahan tahanan listrik apabila terjadi perubahan
temperature, dengan demikian perubahan temperature ditentukan dengan
perubahan tahanan.
Apabila ada dua metal yang berbeda disambung jadi satu, maka
akan timbul gaya gerak listrik tergantung dari perbedaan temperature
antara kedua ujung sambungannya.

5.2 Tekanan

Gambar (a) Manometer


Tekanan merupakan perbandingan antara satuan gaya dan luas. Dalam
hal ini, tekanan digambarkan dalam bentuk tegak lurus antara gaya dan luas.
Simbol satuan Tekanan adalah p atau pressure satuannya pascal atau Dalam
ilmu meteorology, para ahli memilih hectopascal (hPa) untuk tekanan udara
atmosfer, yang setara dengan satuan yang lebih tua milibar (mbar). Untuk
tekanan dalam kolom cairan, Tekanan yang diberikan oleh sebuah kolom
cair dari ketinggian h dan kerapatan ρ diberikan oleh persamaan tekanan
hidrostatik p = ρgh. Fluida kepadatan dan gravitasi lokal dapat bervariasi
dari satu membaca yang lain tergantung pada faktor-faktor lokal, sehingga
ketinggian kolom fluida tekanan tidak mendefinisikan dengan tepat.
Dalam pengukuran, kita dapat menggunakan beberapa alat ukur yang
sesuai untuk kategori tekanan yang kita ukur. Diantaranya adalah

47
manometer untuk mengukur tekanan air, dan tabung bourdon untuk
mengukur tekanan udara.

5.3 Aliran

Gambar (a) Fluida


Pengukuran aliran adalah pengukuran kapasitas aliran atau laju aliran
massa atau laju aliran dari jenis saluran aliran fluida, yaitu aliran saluran
tertutup dan aliran saluran terbuka volume aliran. Pada bab ini akan dibahas
alat-alat dan perhitungan pengukuran aliran. Ditinjau, maka alat pengukuran
aliran secara umum juga akan diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
pengukuran aliran terbuka dan pengukuran aliran tertutup.
Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan
pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan
alat ukur tersebut. Adapun persamaan dasar yang dipergunakan dalam
menganalisa pengukuran aliran adalah persamaan kontinuitas, persamaan
Bernoulli dan perhitunganiran massa dengan penurunan tekanan pada alat
ukur tidak langsung. Dengan kondisi penampang yang berbeda, maka
karakteristik aliran juga berbeda sehingga dibutuhkan faktor koreksi untuk
angka Reynold dan perbandingan diameter dari alat ukur, yakni koefisien
discharge, KC.

5.4 Pergeseran
Pengukuran pergeseran bekerja berdasarkan prinsip penentuan waktu
tempuh gelombang ultrasonik. Waktu tempuh diukur dari saat gelombang

48
terpancar sampai dengan diterima kembali oleh tranduser. Waktu tempuh
akan berubah seiring dengan Perubahan jarak lintasan gelombangnya.
Penentuan waktu tempuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya yaitu metode korelasi silang.

Gambar (a) Ekstensometer


Ektensometer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk
mendeteksi besar kecil pergeseran permukaan tanah. Ektensometer
berfungsi sebagai alat pendeteksi dan pengukur adanya pergerakan
ataupun pergeseran permukaan tanah dalam orde millimeter.

5.5 Gaya Berat

Gambar (a) Gravitasi

49
Gaya berat adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Ada beberapa metode yang digunakan
untuk mengukur gaya berat.
Pengukuran gaya berat absolut merupakan pengukuran nilai gaya berat
dengan mengamati percepatan vertikal benda jatuh bebas. Nilai-nilai
tersebut diperoleh setelah dilakukan koreksi gradien gayaberat.
Pengukuran relatif pada data gayaberat adalah dengan membandingkan
hasil pengukuran titik yang tidak diketahui nilai gayaberatnya dengan titik
yang sudah diketahui nilai dan telah diikat kepada titik referensialnya, misal
Postdam, IGSN, dan lain sebagainya.
Pengukuran di Lapangan membentuk suatu loop yang akan mulai dan
berakhir di titik yang sama. Yang pertama dilakukan adalah mencari lokasi
yang tepat untuk pelaksanaan stasiun pertama., sebagai titik ikat untuk
dibandingkan dengan hasil pengukuran di titik lain. Kecermatan pengukuran
sangat ditentukan oleh data pengukuran topografi setiap stasiun.

5.6 Berat Jenis


Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuahzat
dengan massa jenis air murni. Berat jenis suatu zat merupakan perbandingan
berat zat tersebutterhadap volumenya. Sebuah benda memiliki massa jenis
lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah
(misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik
(kg/m) Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki
massa jenis yang berbeda. Dan suatu zat berapapun massanya, berapapun
volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.

50
KALIBRASI

Gambar (a) Proses Kalibrasi


Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan
keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan
besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu.
Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau
koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi),
sehingga termometer tersebut menunjukkan temperatur yang sebenarnya
dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala.

51
BAB VI
PRINSIP KERJA ALAT UKUR

6.1 Alat Ukur Elektro Statis


Alat ukur elektrostatis adalah alat ukur yang mempergunakan gaya
elektrostatis yaitu gaya tarik antara muatan listrik yang didapatkan dari
interaksi antara dua buah elektroda yang masing-masing mempunyai
potensial yang berbeda. Gaya elektrostatis ini dapat menimbulkan torsi
penyimpangan. Biasanya alat ukur ini digunakan sebagai alat ukur tegangan
bolak-balik dan tegangan searah. Untuk beda potensial yang cukup besar,
maka gaya elektrostatis yang dihasilkan kecil, sehingga alat ukur ini
biasanya dikhususkan untuk tegangan yang tinggi.
1. Prinsip Kerja Alat Ukur Elektrostatis

Gambar. (a) Gambar. (b)


Konfigurasi daripada elektroda dapat terjadi di dalam salah satu
dari kedua cara, seperti diperlihatkan dalam gambar (a), dari gambar

52
tersebut dipergunakan untuk lebih tinggi, misalkan untuk 500 kV pun
akan terdapat. Khusus dalam keadaan (b) maka masing masing
elektroda mempunyai tepian yang dibulatkan dengan permuakaan yang
sangat halus, untuk menghindari pengaruh-pengaruh pelepasan muatan
listrik pada tegangan-tegangan yang tinggi. Cincin penjaga, terdapat
pada potensial yang sama seperti pada elektroda yang bergerak. Fungsi
dari pada cincin ini, adalah untuk memungkinkan terjadinya medan
yang rata antara elektroda yang bergerak dan elektroda yang tetap,
maupun untuk mengurangi pengaruh dari pada medan elektrostatis dan
kelilingnya.
Bila suatu tegangan V akan diukur, ditempatkan pada elektroda
yang tetap dan elektroda yang bergerak dari alat ukur ini, maka
elektroda yang bergerak akan medapatkan suatu momen yang
berbanding lurus terhadap V2 di dalam keadaan (a), atau suatu gaya
yang berbanding lurus dengan V2 dalam keadaan (b). Dalam kedua
keadaan tersebut ini maka arah dari pada gaya merupakan atraksi, yang
menuju kepada bertambahnya kapasitas dari pada kondensator, yang
dibuat oleh kedua elektroda tersebut. Elektroda pada ukur dari (a)
dibuat sedemikian rupa bentuknya sehingga skala yang dihasilkan akan
menjadi hampir-hampir rata. Sedangkan pada alat ukur (b) ditempatkan
suatu peralatan, yang memungkinkan untuk memindahakan pergerakan
yang linier dari elektroda yang bergerak, menjadi suatu perputaran dari
alat penunjuk. Salah satu cara untuk memungkinkan ini, maka elektroda
yang bergerak dan magnit yang berbentuk telapak kuda ditempatkan
pada kawat suspense. Antara kutub-kutub dari magnet tersebut, helic
yang dibuat dari pada kepingan logam campuran yang mepunyai
permeabilitas yang tinggi, ditempatkan bersamaan dengan penunjuk,
dihubungkan dengan sumbu gerak yang memungkinkan terjadinya
perputaran. Dengan magnit tapal kuda bergerak secara linier, sesuai
pergerakan dari elektroda yang bergerak, dan helic akan berputar dan
menyebabkan alat ukur berputar pula.
2. Kelebihan dan Kelemahan Alat Ukur Elektrostatis

53
a. Kelebihan
1. Alat ukur ini sangat ideal untuk suatu alat ukur tegangan atau
voltmeter.
2. Pada penggunaan tegangan tinggi, momen geraknya bertambah
besar dengan menaiknya tegangan, dengan kerugian daya yang
kecil
3. Dapat dibuat dengan kecermatan yang tinggi
4. Bebas dari kesalahan yang diakibatkan histeris, arus eddy dan
akibat pengaruh suhu
5. Hanya menarik arus yang sangat kecil karena kapasitansi alat
ukur pada rangkaian listrik bolak balik
6. Dapat digunakan sampai dengan frekuensi 1000 kHz.
b. Kelemahan
1. Pada tegangan rendah, momen geraknya sangat rendah
sehingga batas tegangan yang minimal dapat dipakai untuk alat
ukur ini ada sekitar 100 Volt
2. Harganya mahal dan tidak mudah membuatnya kuat.

6.2 Alat Ukur Dinamis


Pada alat ukur yang bekerja berdasarkan prinsip elektrodinamis, maka
magnet permanen seperti pada alat ukur kumparan putar diganti dengan
kumparan yang tetap dan arus dimungkinkan dapat dialirkan melalui
kumparan tetap dan kumparan putar. Monen gerak yang dihasilkan dari
system tersebut merupakan interaksi antara medan magnet yang dibuat oleh
kumparan tetap dan medan magnet yang dibuat oleh kumparan putar. Alat
ukur elektrodinamis ini dapat digunakan untuk mengukur besaran listrik
pada arus searah maupun arus bolak balik.
1 Prinsip Kerja
Kumparan putar (M) dari alat ukur elektrodinamis ini ditempatkan di
antara kumparan tetap (F1 dan F2). Ketika terdapat arus (i1) yang
melalui kumparan tetap dan juga terdapat arus (i2) yang melalui
kumparan putar, maka akan dihasilkan gaya elektromagnetis yang

54
dikenakan pada kumparan putar. Apabila kumparan telah mengalami
perputaran dengan sudut tertentu yaitu sebesar 𝜭 dari posisi nolnya,
maka momen gerak yang dihasilkan adalah k1 i1 i2 cos(α -𝜭 ) dengan
k1 adalah tetapan. Pegas yang terpasang pada alat ukur akan
memberikan momen kontrol dan terjadi keseimbangan antara momen
gaya simpangan dan momen gaya kontrol yang memenuhi persamaan 𝝉
𝜭= k1 i1 i2 cos(α-𝜭 ) Dengan k 1 adalah tetapan pegas. Hasil
pengukuran akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk yang tergantung
pada hasil kali dua arus yang berbeda yaitu i1 dan i2.
2 Ammeter Elektrodinamis
Untuk membuat Ammeter elektrodinamis, maka kumparan tetap dan
kumparan putar dihubungkan secara seri. Besar sudut putaran pada
Ammeter ini adalah 𝛳 = 𝒌𝟏𝒊𝟏𝒊𝟐 𝝉 𝒄𝒐𝒔 (𝜶 − 𝜭) Karena kumparan putar
dan kumparan tetap dihubungkan seri maka i1 = i dan i2 = k2i maka
besar sudut putaran menjadi 𝛳 = 𝒌𝟏𝒌𝟐 𝝉 𝒊𝟐𝒄𝒐𝒔 (𝜶 − 𝜭) Hasil
pengukuran arus oleh alat ukur elektrodinamis ini merupakan harga
efektif dari arus yang diukur.
3 Voltmeter Elektrodinamis
Untuk membuat Voltmeter elektrodinamis, diperlukan tahanan seri
yang dihubungkan pada rangkaian dan mengalirkan arus sekitar 100mA
melalui kumparan putarnya.
4 Var Meter
Var meter merupakan alat untuk mengukur daya reaktif (semu). Q= E I
sin 𝜭 Untuk mendapatkan harga sinus dari beda fasanya dilakukan
dengan menambahkan penggeser fasa sebesar 90º yaitu dengan
menambahkan komponen reaktif seperti L atau C.
Penggunaan L atau C tergantung dari sifat beban. Bila beban
bersifat induktif, maka komponen yang dipakai adalah L. sedangkan
beban kapasitif, komponen yang dipakai adalah C.
1) Frekuensi Meter
Frekuensi meter elektrodinamis mempunyai dua kumparan tetap.
Masing – masing kumparan tetapnya dibuat suatu rangkaian

55
resonansi seri R, L, C. Rangkaian pertama mempunyai frekuensi
resonansi dibawah suatu harga frekuensi tertentu dan rangkaian lain
beresonansi pada frekuensi di atas frekuensi yang ditetapkan
tersebut. Misalnya untuk frekuensi 50 Hz, rankaian I beresonansi
pada frekuensi 40 Hz dan rangkaian II beresonansi pada 60 Hz.
Pada frekuensi antara 40 -50 Hz, kumparan medan yang pertama
dengan rangkaiannya bekerja lebih dominan sehingga
menghasilkan torsi yang arahnya berlawanan dengan jarum jam.
Pada frekuensi antara 50 – 60Hz, kumparan medan kedua dengan
rangkaiannya bekerja lebih dominan sehingga menghasilkan torsi
yang searah jQarum jam.
2) Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan alat ukur elektrodinamis ini dapat digunakan untuk arus
searah maupun arus bolak balik serta dapat dibuat dengan presisi
yang baik, sedangkan kelemahannya adalah pemakaian dayanya
yang tinggi sehingga kurang dipakai sebagai alat ukur arus maupun
tegangan.

6.3 Alat Ukur Induksi


Induksi adalah suatu keadaan listrik hasil akibat adanya medan
magnetyang bangkit disekitar kumparan berarus listrik. Bila suatu
konduktor ditempatkandalam medan magnit dari arus bolak-balik, maka
arus-arus putar akandibangkitkan didalam konduktor tersebut. Medan-
medan magnit dari arus-arus putar ini dan dari arus bolak-balik yang
menyebabkannya, akan memberikaninteraksi yang menimbulkan momen
gerak pada konduktor; dan prinsip ini akanmendasari kerja daripada alat-alat
ukur induksi.Alat ukur induksi hanya dipergunakan pada pengukuran listrik
bolak-balik serta dapat digunakan sebagai Ammeter, Voltmeter ataupun
Wattmeter sertaEnergi meter (Kwh-meter).Torsi penyimpang pada alat ukur
induksi dihasilkanoleh reaksi antara fluks magnet bolak-balik.
1. Macam macam alat ukur induksi
1) Tipe Feraris

56
Gambar (a) Alat Ukur Induksi
Tipe Feraris
Seperti dalam gambar terpasang 2 pasang kumparan. Pasangan
kumparan pertama dihubungkan seri dengan induktor besar. Kedua
pasang kumparan tersebut dihubungkan dengan tegangan yang
sama. Arus yang mengalir pada kumparan pertama (IR)
mempunyai beda sudut fasa sebesar terhadap arus kumparan kedua
(IL), harga hampir mendekati 90.
Fluksi yang timbul akan merupakan medan putar, medan putar
ini akan menyebabkan arus pusar pada motor. Dan interaksi medan
putar dengan arus pusar akan mengakibatkan, momen gerak yang
memutar rotor-rotor tersebut akan berputar searah putaran medan
putar seperti KWh meter. Tetapi bila rotor tersebut mendapat
momen lawan berupa pegas maka rotor tersebut akan berhenti pada
saat terjadi keseimbangan.
2) Tipe Shaded Pole
Pada tipe ini memakai piringan dan satu kumparan yang
menimbulkan fluks magnet. Agar sistem ini terdapat 2 fluks yang
mempunyai beda fasa tertentu, maka fluks utama tersebut dibagi
dua dengan membagi pada intinya. Untuk membuat beda fasanya,
di salah satu dari bagian inti yang terbagi dua tersebut ditambah
cincin/ring tembaga. Keadaan ini disebut Shaded Pole.

57
Gambar (b) Alat ukur Induksi Tipe Shaded Pole
2. Faktor yang mempengaruhi Alat Ukur Induksia.
1) Pengaruh Frekuensi
Alat ukur induksi sangat dipengaruhi oleh frekuensi,
mengingat alat ukur ini hanya untuk arus/tegangan bolak-balik saja.
Jika frekuensi naik, maka impedansi juga akan naik dan Cos phi
akan turun.
2) Faktor Temperatur
Dengan naiknya temperatur, baik karena temperature luar
maupun arus pusar akan membesar impedansi Z seperti pada (a)
dimana Z ini sangat berpengaruh pada momen gerak dari alat ukur
ini. Sebenarnya yang mempengaruhi kenaikkan harga Z tersebut
adalah tahanan R-nya. Kompensasi dapat dilakukan dengan
tahanan shunt yang mempunyai koefisien tahanan yang positif dan
benar.

6.4 Galvanometer
Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur
kuat arus dan beda potensial listrik yang relatif kecil. Galvanometer tidak
dapat digunakan untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik
yang relatif besar, karena komponen-komponen internalnya yang tidak
mendukung. Galvanometer bisa digunakan untuk mengukur kuat arus
maupun beda potensial listrik yang besar, jika pada galvanometer tersebut
dipasang hambatan eksternal (pada voltmeter disebut hambatan depan,
sedangkan pada ampermeter disebut hambatan shunt)
Tegangan
yang diukur sekitar
1 volt.

58
Gambar (a) diukur sekitar 24 volt, dan galvanometer RUSAK!
Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan
magnet akan timbul gaya lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk
hingga menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan agak besar,
maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga
penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian sebaliknya,
ketika kuat arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke
posisi semula oleh sebuah pegas.
Cara Kerja Galvanometer
Cara kerjanya galvanometer sama dengan motor listrik, tapi karena
dilengkapi pegas, maka kumparannya tidak berputar. Karena muatan dalam
magnet dapat berubaha karena arus listrik yang mengalir ke dalamnya.
Galvanometer pada umumnya dipakai untuk arus searah, tetapi prinsipnya
menggunakan konstruksi kumparan putar. 

Gambar (b)

59
Cara kerja galvanometer, yaitu berputarnya kumparan karena
munculnya dua gaya Lorents sama besar tetapi berlawanan arah, yang
bekerja pada dua sisi kumparan yang saling berhadapan. Kawat tembaga
dililitkan pada inti besi lunak berbentuk silinder membentuk statu
kumparan, dan diletakkan diantara diantara kutub-kutub sebuah magnet
hermanen. Arus listrik memasuki dan meninggalkan kumparan melalui
pegas spiral yang terpasang di atas dan di bawah kumparan. Maka sisi
kumparan yang dekat dengan kutub utara dan kutub selatan mengalami gaya
Lorente yang sama tetapi berlawanan arah, yang akan menyebebkan
kumparan berputar. Putaran kumparan ditahan oleh kedua pegas spiral,
sehingga kumparan hanya akan berputar dengan sudut tertentu. Putaran dari
kumparan diteruskan oleh sebuah jarum untuk menunjuk pada skala
tertentu. Angka yang ditunjukkan oleh skala menyatakan besar arus listrik
yang diukur.
Dalam dunia kelistrikan, galvanometer sejenis dengan ammeter/
amperemeter dan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi
dan mengukur arus yang melalui suatu cabang. Kebanyakan galvanometer
menggunakan prinsip momen yang berlaku pada kumparan di dalam medan
magnet. Galvanometer akan menghasilkan perputaran jarum penunjuk
sebagai hasil dari arus listrik yang mengalir melalui lilitannya.

6.5 Thermocouple
Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan
untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor
berbeda yang digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek
“Thermo-electric”. Efek Thermo-electric pada Termokopel ini ditemukan
oleh seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck pada
Tahun 1821, dimana sebuah logam konduktor yang diberi perbedaan panas
secara gradient akan menghasilkan tegangan listrik. Perbedaan Tegangan
listrik diantara dua persimpangan (junction) ini dinamakan dengan Efek
“Seeback”.

60
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling
populer dan sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan
listrik dan Elektronika yang berkaitan dengan Suhu (Temperature).
Beberapa kelebihan Termokopel yang membuatnya menjadi populer adalah
responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu dan juga rentang suhu
operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara -200˚C hingga 2000˚C.
Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas, Termokopel juga
tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.

1. Prinsip Kerja Termokopel (Thermocouple)


Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada
dasarnya Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor
yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya.  Satu jenis logam
konduktor yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai
referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi
sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.
Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita
melihat gambar dibawah ini:

Gambar (a)
Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau
Junction memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan
listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1
= V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam
rangkaian diberikan suhu panas atau dihubungkan ke obyek

61
pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua
persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik
yang nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 –
V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV
– 70µV pada tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian
dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan
sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita.

6.6 Alat Ukur Besi Putar


Alat ukur besi putar adalah alat ukur yang sederhana dan konstruksi
kuat. Alat ukur ini digunakan sebai alat ukur arus dan tegangan pada
frekuensi yang dipakai pada jaringan distribusi. Instrumen ini pada dasarnya
ada dua macam yaitu tarikan (attraction) dan tolakan (repulsion). Cara kerja
tipe tarikan dipengaruhi oleh gerakan dari sebuah besi lunak di dalam
medan magnet, sedangkan pada gaya tolak antara dua buah lembaran besi
lunak yang telah termagnetisasi oleh medan magnet yang sama.
Apabila digunakan sebagai ampermeter, kumparan dibuat dari beberapa
gulungan kawat tebal sehingga ampermeter mempunyai tahanan yang
rendah terhubung seri dengan rangkaian. Jika digunakan sebagai voltmeter,
maka kumparan harus mempunyai tahanan yang tinggi agar arus listrik yang
melewatinya sekecil mungkin, dihubungkan paralel terhadap rangkaian.
kalau arus yang mengalir pada kumparan harus banyak agar mendapatkan
amper penggerak yang dibutuhkan.
Alat ukur dengan prinsip kerja besi putar berjenis tarikan akan bekerja
apabila lempeng besi yang belum termagnetisasi digerakkan mendekati sisi
kumparan yang dialiri arus, lempeng besi akan tertarik di dalam kumparan.
hal ini merupakan dasar dalam pembuatan suatu pelat dari besi lunak yang
berbentuk bulat telur, bila dipasang pada
batang yang berada diantara bearing dan
dekat pada kumparan, maka pelat besi

62
tersebut akan berputar ke dalam kumparan yang dialiri arus listrik. Kuat
medan terbesar terdapat pada tengah-tengah kumparan, maka pelat besi
bulat telur harus dipasang sedemikian rupa sehingga lebar gerakannya yang
terbesar berada di tengah kumparan.

Gambar (a)
1. Alat ukur besi putar berjenis tarikan (Attraction)
Bila sebuah jarum penunjuk dipasang kan pada batang yang membawa
pelat tadi, maka arus yang mengalir dalam kumparan akan
mengakibatkan jarum penunjuk menyimpang.

Gambar (b) bagian-bagian dari alat ukur besi putar dengan tipe tarikan
Sesuai dengan gambar bagian dari instrumen tipe tarikan. besar
simpangan akan lebih besar, jika arus yang mengalir pada kumparan
besar. maka simpangan penunjuk yang bergerak diatas skala,
sebelumnya skala harus sudah dikalibrasi.

63
2. Alat ukur besi putar berjenis tolakan (Repolsion)
Bagian-bagian alat ukur dengan jenis tolakan memiliki kumparan
tetap yang terletak pada dua buah batang besi lunak A dan B sejajar
dengan sumbu kumparan. masing-masing kumparan tersebut
dirangkai dengan kondisi yang berbeda. Besi A dipasang secara tetap,
sedangkan besi B dipasang dapat bergerak sebagai pengerak jarum
penunjuk pada papan skala yang telah dikalibrasi.
Apabila arus listrik yang akan diukur dilewatkan melalui
kumparan, maka akan membangkitkan medan magnet yang
memagnetisasi kedua batang besi. Pada titik yang berdekatan
sepanjang batang besi mempunyai polaritas magnet yang sama.
Dengan demikian akan terjadi gaya tolak menolak sehingga jarum
penunjuk akan menyimpang melawan momen pengontrol yang
diberikan oleh pegas. Gaya tolak ini hampir sebanding dengan kuadrat
arus listrik yang melalui kumparan, kemampuan arus yang melalui
kumparan, kedua batang besi tersebut akan selalu termagnetisasi
secara bersamaan dan akan saling tolak-menolak.

64
BAB VII
PRINSIP KERJA ALAT PENGUKUR ELEKTRONIK

7.1 Pengertian Alat Ukur Elektronika


Alat ukur elektronika dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat
mengetahui besarnya nilai yang digunakan dalam sebuah alat ukur
elektronika berdasarkan tingkat ketelitian tertentu. Mengukur pada
hakekatnya membandingkan suatu besaran yang belum diketahui
besarannya dengan besaran lain yang diketahui besarnya. Untuk keperluan
tersebut diperlukan alat ukur. Pekerjaan pengukuran, memerlukan alat ukur
yang baik. Alat ukur yang baik setidak-tidaknya mengandung informasi
besaran-besaran yang diukur yang sesuai dengan kondisi senyatanya. Akan
tetapi didalam proses pengukuran terdapat kekeliruan - kekeliruan. Ada 2
kelompok kekeliruan, yaitu kekeliruan sistematik (berkaitan dengan alat
ukur, metode pengukuran, dan faktor manusia dan kekeliruan alat (berkaitan
dengan faktor non teknis" sistematik. Pada prinsipnya memilih alat ukur
listrik adalah upaya untuk mendapatkan alat ukur yang sesuai dengan
besaran-besaran listrik yang hendak diketahui nilai besarannya. Hal ini
berkaitan dengan upaya untuk menentukan nilai kuantitas besaran listrik
yang hendak diketahui. Ada 2 besaran listrik yang esensial yang hendak
diketahui nilai besarannya, yaitu arus dan tegangan. Ragam, jenis, tanda
gambar, tanda huruf, prinsip kerja, penggunaan, daerah kerja, dan
penggunaan daya.

7.2 Macam-Macam Alat Ukur Digital Dan Fungsinya


Berikut adalah macam-macam alat ukur listrik:
1. Amper-meter
2. Voltmeter
3. Ohm-meter
4. Multimeter Analog/Digital
5. Generator fungsi
6. Digital Signal Analyzer

65
7. Spectrum meter, dll.

1. Ampermeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat
arus listrik baik untuk listrik DC maupun AC yang ada dalam rangkaian
tertutup. Amperemeter biasanya dipasang berderet dengan elemen
listrik. Cara menggunakannya adalah dengan menyisipkan amperemeter
secara langsung ke rangkaian.
2. Voltmeter
Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan
listrik dalam suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel
terhadap letak komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri
dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite
yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar
berperan sebagai anode sedangkan yang di tengah sebagai katode.
Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter)
3. Ohm-meter
Ohm-meter adalah alat untuk mengukur hambatan listrik, yaitu
daya untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor.
Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam
ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur
besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang
kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.
4. Multitester Analog/Digital
Multimeter adalah alat untuk mngukur listrik yang sering dikenal
sebagai VOAM (VolT, Ohm, Ampere meter) yang dapat mengukur
tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (amper-
meter). Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM
(digital multi-meter) (untuk yang baru dan lebih akurat hasil
pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat
mengukur listrik AC, maupun listrik DC.

66
5. Generator fungsi
Generator fungsi adalah alat ukur yang digunakan sebagai sumber
pemicu yang diperlukan, merupakan bagian dari peralatan (software) uji
coba elektronik yang digunakan untuk menciptakan gelombang listrik.
Gelombang ini bisa berulang-ulang atau satu kali.
Generator fungsi analog umumnya menghasilkan gelombang
segitiga sebagai dasar dari semua outputnya. Segitiga ini dihasilkan
oleh kapasitor yang dimuat dan dilepas secara berulang-ulang dari
sumber arus konstan.
Tipe lain dari generator fungsi adalah sub-sistem yang
menyediakan output sebanding terhadap beberapa input. Contohnya,
output berbentuk kesebandingan dengan akar kuadrat dari input. Alat
seperti itu digunakan dalam sistem pengendali umpan dan komputer
analog.

7.3 Alat Ukur Recorder


XY-T Recorder adalah suatu alat ukur yang berfungsi untuk merekam
data hasil uji yang ditampilkan dalam bentuk grafik. Alat ini terdiri dari 2
(dua) bagian, yaitu untuk XY Recorder dan XT Recorder. XY Recorder
untuk merekam grafik dari hubungan antara dua sampai tiga keluaran dari
sensor, pada kedua sumbu X dan Y. Pada sumbu Y umumnya berasal dari
sensor Load Cell (gaya), sedangkan pada sumbu X berasal dari sensor
pressure (tekanan), strain gauge atau LVDT (defleksi). XT Recorder untuk
merekam grafik dari hubungan antara satu sampai dua keluaran dari sensor
terhadap waktu (t). Pada sumbu Y umumnya berasal dari sensor pressure
(tekanan), strain gauge atau LVDT (defleksi), sedangkan untuk T dari waktu
(t). Alat ini sering digunakan pada uji statis seperti uji tiang pancang, uji
komponen kendaraan, uji peralatan industri uji hidrostatis, dan lain-lain.

67
Gambar (a) Alat perekam

Gambar (b) Tape recorder

7.4 Oscilloscope
Oscilloscope/osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi
memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari.
Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar katode. Peranti pemancar
elektron memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung sinar katode.
Sorotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam
osiloskop menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke kanan.
Pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal kontinyu sehingga dapat
dipelajari.

68
Sejarah Oscilloscope
Selama era Soviet yang berakhir pada tahun 1991, perdagangan antara
Uni Soviet dan dunia luar sebagian besar diblokir. Beberapa alat uji berhasil
masuk atau keluar tetapi pada umumnya, Uni Soviet dikembangkan dan
diproduksi osiloskop sendiri. Pusat desain osiloskop dan manufaktur itu,
selama bertahun-tahun, di Vilnius, sekarang ibukota Lithuania. Pabrik
pertama Elektrit dibangun pada tahun 1934 di Shepticky Street di distrik
Naujamiestis. Sebelum Perang Dunia II, ini adalah pabrik terbesar di
Vilnius, merancang dan memproduksi radio receiver untuk penggunaan
sipil. Pabrik tersebut memproduksi 54.000 penerima radio per tahun dengan
biaya sebesar USD 1,2 juta. Gambar disampingmenunjukkan radio.
Pada bulan Maret 1949, sebuah Biro Desain Eksperimental baru
diciptakan pada 555 pabrik. Bisnis osiloskop menjadi salah satu kegiatan
utamanya. Pada tahun 1948, spesialis pabrik menciptakan osiloskop industri
pertama, C1-1, dengan bandwidth 250 kHz, Gambar 5. Satu tahun
kemudian, menghasilkan osiloskop 5 MHz, C1 2, yang dikembangkan oleh
peneliti Moscow, Gambar 6. Osiloskop pertama yang dirancang oleh Biro
Desain Eksperimental adalah C1-4, Gambar 7 pada tahun 1954. Pada saat
yang sama dihasilkan ribuan OK-osiloskop khusus yang digunakan dalam
uji coba nuklir.
Pada tahun 1960 sudah terdapat 555 pabrik dan pusat penelitian.
Merancang dan memproduksi produk seperti osiloskop, alat ukur
microwave, dan tekanan generator, kemudian hadirlah peralatan medis
ultrasonik. Pada 1980-an perusahaan mempekerjakan 7000 orang total.
Omset melebihi USD 250 juta, sementara USD 80 juta dihasilkan dari
produksi osiloskop. Para ahli teknis utama adalah lulusan terbaik universitas
teknis negara.

69
Gambar (a) Oscilloscope

7.5 Generator Signal


Generator sinyal adalah salah satu kelas perangkat elektronik yang
menghasilkan sinyal elektronik dengan sifat set amplitudo, frekuensi, dan
bentuk gelombang. Sinyal yang dihasilkan ini digunakan sebagai stimulus
untuk pengukuran elektronik, biasanya digunakan dalam merancang,
menguji, memecahkan masalah, dan memperbaiki perangkat elektronik atau
elektroakustik, meskipun sering juga digunakan secara artistik.
Ada banyak jenis generator sinyal dengan tujuan dan aplikasi yang
berbeda dan pada tingkat biaya yang berbeda-beda. Jenis-jenis ini termasuk
generator fungsi, generator sinyal RF dan gelombang mikro, generator nada,
generator bentuk gelombang arbitrer, generator pola digital, dan generator
frekuensi. Secara umum, tidak ada perangkat yang cocok untuk semua
aplikasi yang memungkinkan.
Generator sinyal mungkin sesederhana osilator dengan frekuensi dan
amplitudo yang dikalibrasi. Generator sinyal yang lebih umum
memungkinkan kontrol semua karakteristik sinyal. Generator sinyal serba
guna modern akan memiliki kontrol mikroprosesor dan juga dapat
mengizinkan kontrol dari komputer pribadi. Generator sinyal dapat berupa
instrumen mandiri yang berdiri sendiri, atau dapat digabungkan ke dalam
sistem pengujian otomatis yang lebih kompleks.
Tujuan umum
Generator fungsi adalah perangkat yang menghasilkan bentuk
gelombang berulang sederhana. Perangkat semacam itu berisi osilator

70
elektronik, sirkuit yang mampu menciptakan bentuk gelombang berulang.
(Perangkat modern dapat menggunakan pemrosesan sinyal digital untuk
mensintesis bentuk gelombang, diikuti oleh konverter digital ke analog, atau
DAC, untuk menghasilkan keluaran analog). Bentuk gelombang yang paling
umum adalah gelombang sinus, tetapi osilator bentuk gelombang gigi
gergaji, langkah (pulsa), persegi, dan segitiga umumnya tersedia seperti
halnya generator bentuk gelombang arbitrer (AWG). Jika osilator beroperasi
di atas rentang frekuensi audio (> 20 kHz), generator akan sering
menyertakan beberapa jenis fungsi modulasi seperti modulasi amplitudo
(AM), modulasi frekuensi (FM), atau modulasi fasa (PM) serta detik
osilator yang menyediakan bentuk gelombang modulasi frekuensi audio.

Gambar (a) Generator fungsi


Tujuan khusus Generator pitch dan generator audio
Generator nada adalah jenis generator sinyal yang dioptimalkan untuk
digunakan dalam aplikasi audio dan akustik. Generator pitch biasanya
menyertakan gelombang sinus pada rentang frekuensi audio (20 Hz –20
kHz). Generator pitch yang canggih juga akan mencakup generator sapuan
(fungsi yang memvariasikan frekuensi keluaran pada suatu rentang, untuk
membuat pengukuran domain frekuensi), generator multipitch (yang
mengeluarkan beberapa nada secara bersamaan, dan digunakan untuk
memeriksa distorsi intermodulasi dan non-modulasi lainnya. efek -linear),
dan semburan nada (digunakan untuk mengukur respons terhadap transien).
Generator nada biasanya digunakan bersama dengan pengukur tingkat suara,
saat mengukur akustik ruangan atau sistem reproduksi suara, dan / atau
dengan osiloskop atau penganalisis audio khusus.

71
Banyak generator nada beroperasi dalam domain digital, menghasilkan
keluaran dalam berbagai format audio digital seperti AES3, atau SPDIF.
Generator semacam itu dapat menyertakan sinyal khusus untuk merangsang
berbagai efek dan masalah digital, seperti clipping, jitter, bit error; mereka
juga sering memberikan cara untuk memanipulasi metadata yang terkait
dengan format audio digital. Istilah penyintesis digunakan untuk perangkat
yang menghasilkan sinyal audio untuk musik, atau yang menggunakan
metode yang sedikit lebih rumit.

72
DAFTAR PUSTAKA

A.K.Sawhney.1983.”A Course in Electrical And Electronic Measurement And


Instrumentation”. Educational and Technical Publisher: Delhi. simak-
unwiku.ac.id/files/BAB%20I.docx dalam:
https://nondestes.blogspot.com/2013/09/eddy-current-testing-ect-
pengujian.html
Berat Jenis. (2020, Juli). Diambil kembali dari seputarpengetahuan:
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/07/berat-jenis.html
Desain Sistem Pengukuran Pergeseran Objek Dengan Tranduser Ultrasonik.
(2013). Diambil kembali dari neliti:
https://www.neliti.com/id/publications/157471/desain-sistem-pengukuran-
pergeseran-objek-dengan-tranduser-ultrasonik-menggunaka
Gaya Berat. (2020, Oktober 20). Diambil kembali dari gurupendidikan.co.id:
https://www.gurupendidikan.co.id/gaya-berat/ (20 Oktober 2020)
Pengertian dan Jenis Jenis Alat Ukur Suhu. (2020, Desember 20). Diambil
kembali dari Alatuji:
http://www.alatuji.com/m/article/detail/498/pengertian-dan-jenis-jenis-
alat-ukur-suhu
Pengertian dan Tujuan Kalibrasi Alat Ukur Secara Lengkap. (2020, Oktober 8).
Diambil kembali dari gurupendidikan.co.id:
https://www.gurupendidikan.co.id/24-pengertian-dan-tujuan-kalibrasi-alat-
ukur-secara-lengkap/
Pengukuran Tekanan. (2010, Maret). Diambil kembali dari blogspot:
http://adlansyukri.blogspot.com/2010/03/pengukuran-tekanan/
Prinsip Dasar Teori dan Metode Pengukuran suhu Pada Instrumen Pesawat Udara.
(2017, October 23). Diambil kembali dari Apritos:
https://www.apritos.com/4950/prinsip-dasar-teori-dan-metode-
pengukuran-suhu-pada-instrument-pesawat-udara/
http://pengukuran-avometer.blogspot.com/2012/09/kalibrasi-avo-meter.html

73
http://shelladesykanova.blogspot.com/2012/12/berdasarkan-pembacaan-hasil-
ukurnya.html
http://erphanpoenya.blogspot.com/2011/11/multimeter.html
https://dokumen.tips/reader/f/alat-ukur-elektrostatis-56aaeb4c3e00d
https://agroedupolitan.blogspot.com/2017/04/alat-ukur-elektrodinamis.html
https://dokumen.tips/documents/alat-ukur-induksi-568b249c9fe2a.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Galvanometer
http://fsk16a-damanik.blogspot.com/2017/05/alat-ukur-galvanometer.html
https://teknikelektronika.com/pengertian-termokopel-thermocouple-dan-prinsip-
kerjanya/
https://kusumandarutp.blogspot.com/2015/11/alat-ukur-besi-putar-alat-ukur-
listrik.html
https://www.academia.edu/33955326/MAKALAH_PBL_PENGERTIAN_PENG
UKURAN_BESARAN_LISTRIK_docx
https://learnelectro.wordpress.com/tag/pengertian-arus/
https://id.wikipedia.org/wiki/Arus_listrik
https://id.wikipedia.org/wiki/Tegangan_listrik
https://teknikelektronika.com/pengertian-tegangan-listrik-electric-voltage/
https://id.wikipedia.org/wiki/Daya_listrik
https://id.wikipedia.org/wiki/Daya
https://www.yuksinau.id/daya/
https://teknikelektronika.com/pengertian-daya-listrik-rumus-cara-menghitung/
http://elektronika-dasar.web.id/tahanan-isolasi-pada-jaringan-listrik/
http://tekniklistrik.kelasplc.com/2020/07/penjelasan-mengenai-tahanan
isolasi.html
file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/ee48d2f7eb73aec967d59660e65c
e5b6.pdf
https://ipikli.wordpress.com/2011/11/12/tahanan-isolasi/
https://fisikazone.com/induktansi/

74
75
https://id.wikipedia.org/wiki/Induktansi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kapasitansi
https://usaha321.net/pengertian-kapasitansi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Magnet
http://hendrasepta22.blogspot.com/2015/11/karakteristik-alat-ukur.html
https://www.psychologymania.com/2012/11/karakteristik-alat-ukur.html
https://www.academia.edu/34614197/MAKALAH_alat_ukur_docx
https://slideplayer.info/slide/13658440/
http://www.info-elektro.com/2012/10/karakteristik-dasar-alat-ukur.html
http://diaryfisika.blogspot.com/2012/01/karakteristik-alat-ukur.html
https://id.scribd.com/presentation/385067974/Karakteristik-Alat-Ukur
https://www.ilmiahku.com/2019/12/karakteristik-alat-ukur-dinamis.html
http://electrioal.blogspot.com/2015/12/karakteristik-alat-ukur.html

73

Anda mungkin juga menyukai