Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BENGKEL ELEKTRONIKA II
LIGHT SWITCH

Dosen Pengampu : Dadi, S.T., M.Eng.

Disusun oleh :
Burhanudin Lutfi
EK-1B
3.32.15.1.06

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan dalam dunia elektronika sangat cepat. Selain
dalam bidang industri dan keperluan rumah tangga, bisa dikatakan
elektronika telah menyentuh semua bidang kehidupan manusia.
Komponen elektronika yang semakin canggih tetapi lebih sederhana
dan dengan biaya yang terjangkau memicu perkembangan pesat
tersebut. Komponen-komponen elektronika dengan fungsi dan
kemampuannya yang berbeda satu sama lain jika dirangkai menjadi
satu dapat menjadi suatu rangkaian yang kemudian dapat menunjang
suatu alat yang berguna bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah
rangkaian Light Switch.
Pratikum membuat rangkaian sensor cahaya menggunakan
LDR dengan tujuan mendapat pembelajaran mandiri mengenai
rangkaian elektronika dan memenuhi tugas pratik bengkel elektronika.
Rangkaian lampu malam otomatis berfungsi untuk mengendalikan
nyala lampu pada malam hari secara otomatis.
Lampu otomatis yang dapat menyala padamalam hari yang
dapat kita temui adalah lampu taman, lampu jalan dan lainnya. Lampu
tersebut dapat menyala secara otomatis pada malam hari karena
dikontrol menggunakan rangkaian yang dapat membedakan siang dan
malam. Rangkaian sensor cahaya ini menggunakan aplikasi LDR
sebagai sensornya. LDR bekerja saat keaadan gelap dan berhenti saat
keadaan terang. Penggunaan berbagai macam sensor bias kita atur
sesuai dengan keperluan. LDR pada rangkaian ini kan mengeluarkan
output lampu.

1.2 TUJUAN
1. Mengetahui komponen-komponen elektronika digunakan
dalam pembuatan light switch.
2. Menganalisa data setiap komponen saat sistem bekerja.
3. Mengetahui dan memahami sistem dan cara kerja
rangkaian light switch.
4. Mengatur tata letak setiap komponen sehingga tertata dengan rapi.
5. Mengetahui bagaimana cara membuat rangkaian light
switch.
6. Menyimpulkan data dari analisa cara kerja rangkaian dan data hasil
analisa komponen saat bekerja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI


2.1.1 Resistor
Resistor merupakan komponen dasar elektronika yang selalu
digunakan dalam setiap rangkaian elektronika karena bisa berfungsi
sebagai pengatur atau untuk membatasi jumlah arus yang mengalir
dalam suatu rangkaian. Dengan resistor, arus listrik dapat
didistribusikan sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan namanya
resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Satuan
resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan
simbol (Omega).Resistor disingkat dengan huruf R. Satuan resistor
adalah Ohm (), yang menemukan adalah George Ohm (1787-1854),
seorang ahli fisika dari Jerman.
Kemampuan resistor untuk menghambat disebut resistansi atau
hambatan listrik. Resistor terbuat dari bahan karbon. Suatu resistor
dikatakan memiliki hambatan 1 (satu) ohm apabila resistor tersebut
menjembatani beda tegangan sebesar satu volt dan arus listrik yang
timbul akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 (satu) ampere. Ada 4
(empat) fungsi resistor, yaitu:
a. Menghambat arus listrik
b. Pembagi Tegangan dan Arus
c. Pendeteksi Sinyal
d. Mengatur operasional sistem elektronika

Gambar 2.1 Simbol resistor

Karakteristik resistor sebagai berikut :


a. Toleransi
b. Nilai resistansi
c. Dissipasi daya

Resistor memiliki fumgsi sebagai berikut :


a. Menghambat/mengatur arus listrik
b. Mengatur tegangan
c. Pendeteksi sinyal
d. Sebagai beban

Berdasarkan penggunaannya, resistor dapat dibagi menjadi 4


(empat) bagian sebagai berikut:
a. Resistor Fixed Value adalah resistor yang mempunyai nilai
hambatan tetap (konstan) dan terdapat gelang/cincin warna untuk
mengetahui nilai hambatan dan toleransi. Resistor jenis ini terbuat
dari nikelin atau karbon.

Bentuk Fisik

b. Resistor Variabel adalah resistor yang nilainya dapat diubah-ubah


dengan menggeser atau memutar tuasnya, sehingga nilai resistor
dapat kita atur sesuai kebutuhan. Contohnya adalah potensiometer
dan trimpot.
Bentuk fisik Simbol Potensiometer

Bentuk fisik trimpot

Simbol-Simbol Trimpot

Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm biasanya


digunakan kodekode warna sebagai petunjuk besarnya nilai resistansi
(tahanan) dari resistor. Resistor ini mempunyai bentuk seperti tabung
dengan dua kaki di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran
membentuk cincin kode warna, kode ini untuk mengetahui besar
resistansi tanpa harus mengukur besarnya dengan ohmmeter. Kode
warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA
(Electronic Industries Association) seperti ditunjukan pada gambar di
bawah ini :
Gambar 2.2 Nilai warna gelang resistor

Besaran resistansi suatu resistor dibaca dari posisi cincin yang


paling depan ke arah cincin toleransi. Biasanya posisi cincin toleransi
ini berada pada badan resistor yang paling pojok juga dengan lebar yang
lebih menonjol, sedangkan posisi cincin yang pertama agak sedikit ke
dalam.
Jumlah cincin yang melingkar pada resistor umumnya sesuai
dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10%
atau 20% memiliki 3 cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Tetapi
resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 cincin
(tidak termasuk cincin toleransi). Cincin pertama dan seterusnya
berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan cincin terakhir
adalah faktor pengalinya.
Contoh resistor memiliki gelang warna merah, ungu, kuning,
emas maka nilai resistansinya adalah:
Gelang pertama Merah = 2
Gelang kedua Ungu = 7
Gelang ketiga Kuning= x 1K
Gelang keempat Emas = 5%
Nilai resistansinya adalah 27 1K = 27K, dengan toleransi 5%
maka 27K 5% = 1350, nilai resistansi sebenarnya adalah 27000
1350 (27K 5%).

c. Resistor NTC dan PTC. Resistor NTC (Negative Temperature


Coefficient) adalah resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila
suhu sekitar semakin tinggi. Resistor PTC (Positive Temperature
Coefficient) adalah resistor yang nilainya akan bertambah besar bila
suhu sekitar semakin tinggi.

d. LDR (Light Dependent Resistor) adalah resistor yang berubah nilai


hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila cahaya semakin gelap,
nilai hambatannya semakin besar. Bila cahaya semakin terang, nilai
hambatannya semakin kecil.

2.1.2 LDR ( Light Dependent Resistor )


LDR atau light dependent resistor adalah salah satu jenis
resistor yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yang diterima
olehnya. "esarnya nilai hambatan pada LDR tergantung pada besar
kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri. Contoh
penggunaannya adalah lampu taman dan lampu di jalan yang bias
menyala di malam hari dan padam di siang hari secara otomatis. -tau
juga bisa kita gunakan di kamar kita sendiri. LDR memiliki dua
karakteristik yaitu Laju recivery dan respon spektral.
A. L a j u r e c o v e r y
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan
tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap. Maka bisa kita amati
bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah
resistansinya pada keadaan ruangangelap tersebut. Namun LDR
tersebut hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan setelah
mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu
ukuran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu
tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe arus
harganya lebih besar dari 200K/detik (selama 20 menit pertama
mulai dari level cahaya 100 lux, kecepatan tersebut akan lebih
tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke
tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk
mencapai resistansi yang sesuai denngan level cahaya 400 lux.
B. R e s p o n S p e k t r a l
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap
panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna).
Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu
tembaga, aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan
tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak
digunakan karena mempunyai daya hantar yang baik. Resistansi
LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya
yang mengenainyaatau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan
gelap resistansi LDR sekitar 10 M dan dalam keadaan terang
sebesar 1K atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor
seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang
jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus
listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami
penurunan.
C. P r i n s i p K e r j a L D R
Pada dasarnya LDR terbuat dari sebuah cakram semikonduktor
yang mempunyai dua buah elektroda pada permukaannya. Pada
saat gelap atau intensitas cahaya rendah, bahan tersebut
menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil.
Sehingga hanya sedikit elektron yang dihasilkan untuk mengangkut
muatan elektrik. Hal ini berarti, pada saat keadaan gelap atau
intensitas cahaya rendah, maka LDR akan menjadi konduktor yang
buruk, sehingga LDR memiliki resistansi yang besar pada saat
gelap atau intensitas cahaya rendah.
Pada saat terang atau intensitas cahaya tinggi, bahan tersebut
lebih banyak menghasilkan elektron yang lepas dari atom. Sehingga
akan lebih banyak electron yang dihasilkan untuk mengangkut
muatan elektrik. Hal ini berarti, pada saat terang atau intensitas
cahaya tinggi, maka LDR menjadi konduktor yang baik, sehingga
LDR memiliki resistansi yang kecil pada saat terang atau intensistas
cahaya tinggi.
2.1.3 Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai
penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching),
stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya.
Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan
arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan
pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B),


Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya
misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang
lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan
arus output Kolektor.

Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam


dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor
digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi
pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal
radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan
sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat
dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate,
memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.

Cara Kerja Transistor

Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua


tipe dasar transistor, bipolar junction transistor (BJT atau transistor
bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang masing-masing bekerja
secara berbeda.

Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi


utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan
lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama
harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion
zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi
dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut.

FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan


satu jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe
FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal
konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan
dengan transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus
listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat diubah
dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah
ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk masing-masing
tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut.

Jenis Jenis Transistor

NPN N-channel
BJT JFET

Simbol Transistor dari Berbagai Tipe

Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak


kategori:

a. Materi semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide


b. Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic,
Surface Mount, IC, dan lain-lain
c. Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET,
VMOSFET, MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari
transistor yaitu IC (Integrated Circuit) dan lain-lain.
d. Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel
e. Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High
Power
f. Maximum frekuensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency,
RF transistor, Microwave, dan lain-lain
g. Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan
Tinggi, dan lain-lain

BJT

BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua


jenis transistor. Cara kerja BJT dapat dibayangkan sebagai dua diode
yang terminal positif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga
terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C), dan
basis (B).

Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis


dapat menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada
terminal kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor
sebagai penguat elektronik. Rasio antara arus pada koletor dengan arus
pada basis biasanya dilambangkan dengan atau . biasanya
berkisar sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT.
FET

FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET)


dan Insulated Gate FET (IGFET) atau juga dikenal sebagai Metal
Oxide Silicon (atau Semiconductor) FET(MOSFET). Berbeda
dengan IGFET, terminal gate dalam JFET membentuk
sebuah diode dengan kanal (materi semikonduktor antara Source dan
Drain). Secara fungsinya, ini membuat N-channel JFET menjadi
sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang juga membentuk
sebuah diode antara grid dan katode. Dan juga, keduanya (JFET dan
tabung vakum) bekerja di "depletion mode", keduanya memiliki
impedansi input tinggi, dan keduanya menghantarkan arus listrik
dibawah kontrol tegangan input.

FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement


mode dan depletion mode. Mode menandakan polaritas dari tegangan
gate dibandingkan dengan source saat FET menghantarkan listrik. Jika
kita ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion mode, gate
adalah negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam
enhancement mode, gate adalah positif. Untuk kedua mode, jika
tegangan gate dibuat lebih positif, aliran arus di antara source dan drain
akan meningkat. Untuk P-channel FET, polaritas-polaritas semua
dibalik. Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement mode, dan
hampir semua JFET adalah tipe depletion mode.

2.1.4 IC Op-Amp ( Operational Amplifier )


Operasional amplifier ( Op-Amp ) adalah suatu penguat
berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang
memiliki dua input inverting dan non inverting dengan sebuah terminal
output, dimana rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk
mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada operasional
amplifier ( Op-Amp ). Pada dasarnya operasional amplifier ( Op-Amp
) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1
output.
Op-amp ini digunakan untuk membentuk fungsi - fungsi linier
yang bermacam-macam atau dapat juga digunakan untuk operasi -
operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu
linier dasar. Penguat operasional ( Op-Amp ) merupakan komponen
elektronika analog yang berfungsi sebagai amplifier multiguna dalam
bentuk IC dan memiliki simbol sebagai berikut :
Simbol Operational Amplifier ( Op-Amp )

Prinsip kerja sebuah operasional amplifier ( Op-Amp ) adalah


membandingkan nilai kedua input ( input inverting dan input non
inverting ), apabila kedua input bernilai sama maka output Op - amp
tidak ada ( nol ) dan apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya
maka output Op - amp akan memberikan tegangan output. Operasional
amplifier ( Op Amp ) dibuat dari penguat diferensial dengan 2 input.
Sebagai penguat operasional ideal , operasional amplifier ( Op Amp )
memiliki karakteristik sebagai berikut :

Impedansi Input ( Zi ) besar =


Impedansi Output ( Zo ) kecil =0
Penguatan tegangan ( AV ) tinggi =
Band Width respon frekuensi lebar =
Vo = 0 apabila V1=V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1.

Karakteristik operasional amplifier ( Op Amp ) tidak tergantung


temperatur / suhu. OP - Amp pada rangkaian open loop berfungsi
sebagai voltage comperator / pembanding tegangan.
Tegangan outputnya ( Vo ) dapat ditulis sebagai berikut :

Vo = A ( Vin+ - Vin- )
Dengan :
Vo = Tegangan output ( Volt )
A =Penguat open loop
Vin+ = Tegangan input + ( Volt )
Vin- = Tegangan input ( Volt )

2.2 GAMBAR RANGKAIAN PADA PCB

Gambar. 2.2.1 Rangkaian Light Switch

Gambar. 2.2.2 Desain Layout / Alur Light Switch


2.3 DAFTAR KOMPONEN
1. Resistor 10K : 3 buah
4K7 : 1 buah
2. Diode 1N4004 : 1 buah
3. Transistor BD139 : 1 buah
4. IC 3140 CA3140 : 1 buah
5. Pin sisir Input : 5 buah
Output : 2 buah

2.4 GAMBAR KOMPONEN SETELAH DIPASANG DAN ALUR PCB

Gambar. 2.4.1 Rangkaian PCB : tampak atas


Gambar. 2.4.2 Rangkaian PCB : tampak bawah

2.5 UJI COBA


Berikut cara uji coba Automatic Light Switch :
1. Rangkaian input disambungkan pada sumber tegangan (9v)
dan LDR
2. Output dihubungkan ke modul lampu.
3. Lalu ketika arus melalui LDR yang terang, maka rangkaian
akan terbuka dan lampu pada output tidak akan menyala.
4. Ketika arus melalui LDR yang gelap, maka rangkaian akan
tertutup dan lampu pada output akan menyala.
5. Lakukan pengukuran yang telah ditentukan.
6. Perhatikan gambar di atas ! Pengukuran dilakukan pada titik A / pin
2 , titik B / 3, sertak di pin 6.
7. Pengukuran dilakukan 2 kali, yaitu pada saat keadaan gelap dan saat
keadaan terang.

2.6 HASIL PERCOBAAN

PIN Tegangan ( V ) Keterangan Tegangan ( V ) Keterangan

2 0 Gelap 10,69 Terang

3 7,55 Gelap 4,3 Terang

6 10,28 Gelap 0 Terang

2.7 ANALISA
Saat keadaan terang :
LDR memiliki hambatan sebesar 652 ohm ,sehingga membuat
pin-2(Vin -) mendapat tegangan mendekati tegangan sumber (+Vcc)
yaitu 11,5V.
Sedangkan pada pin-3 (Vin+) hanya mendapat tegangan
sebesar 4 V,lebih kecil dari Vin-,sehingga pin-6 (Vout) sebesar 0V,
Tegangan ini belum mampu memenuhi syarat tegangan basis
transistor BD139.jadi kolektor dan emitor transistor tidak terhubung.
Tegangan di titik D adalah 0V.sehingga lampu tetap mati.

Saat keadaan gelap:


LDR memiliki hambatan yang nilai tak terbatas karena input
LDR gelap atau tidak ada cahaya, sehingga membuat pin -2(Vin-)
mendapat tegangan mendekati 1,1V.
Sedangkan pada pin-3 (Vin +) mendapat tegangan sebesar
7,5V, lebih besar dari Vin-.sehinga pin -6 (Vout) sebesar
10,3V.tegangan ini sudah mampu memenuhi syarat tegangan bias
transistor BD139 jadi kolektor dan emitor transistor terhubung
Tegangan di titik output adalah 12,3 V.sehingga lampu hidup
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari percobaan yang saya lakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. LDR adalah komponen elektronika yang dapat dijadikan sensor
pada pembuatan lampu otomatis.
2. Pada rangkaian lampu otomatis jika dalam kondisi gelap maka
lampu akan menyala dan pada kondisi terang maka lampu akan mati.

3.2 SARAN
1. Pahamilah rangkaian terlebih dahulu sebelum membuat jalur
dengan software
2. B e r h a t i - h a t i l a h s a a t m e l a k u k a n p e n y e t r i k a a n
3. Penyolderan dimulai pada komponen pasif dan tahan terhadap suhu panas
terlebih dahulu, selanjutnya pada komponen aktif.
4. Hati - hati dalam melakukan penyolderan dan pastikan minyak
tidak membuat jalur tersambung
5. Cek ulang rangkaian sebelum digunakan.
DAFTAR PUSATAKA

https://www.scribd.com/doc/313241280/light-switch-saklar-cahaya
http://www.alldatasheet.com/datasheet-pdf/pdf/239977/STMICROELECTRONICS/BD139-
16.html
http://fajar-el-ridikc.blogspot.com/2014/08/fungsi-op-amp-operational-amplifier-ic.html
LAMPIRAN
IC CA 3140

TRANSISTOR BD 139

Anda mungkin juga menyukai