JUDUL
Disusun Oleh :
JANUARI 2019
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja
Lapangan ini dengan judul “Sistem Pengukuran Beban Lift menggunakan
Sensor Proximity”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Lapangan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
Yahya Abdurrozaq
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3.2 Cara Kerja Sistem Pengukuran Beban .................................................. 27
3.3.3 Diagram Blok Sistem Pengukuran Beban ............................................ 27
3.3.4 Pemasangan Sensor Beban ................................................................... 29
3.3.5 Cara Pengaturan Sensor Beban ............................................................. 31
BAB 4 PENUTUP ............................................................................................. 35
4.1 Simpulan ................................................................................................. 35
4.2 Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 37
L-1. Surat Keterangan ....................................................................................... 37
L-2. Rincian Tugas Harian ................................................................................ 38
L-3. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 41
L-4. Dokumentasi PKL ..................................................................................... 43
L-5. Data Sheet Sensor ...................................................................................... 45
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Lift merupakan salah satu alat bantu dalam kehidupan manusia yang
berfungsi untuk membawa penumpang berupa orang ataupun barang didalam
car (kabin) yang bergerak secara vertikal dengan mesin penggerak.
Perkembangan teknologi dalam sistem mekanik, sistem kontrol, serta
keamanannya yang semakin baik menjadikan lift sebagai satu-satunya
transportasi paling cepat dan aman pada bangunan bertingkat.
PT. ThyssenKrupp Elevator Indonesia merupakan perusahaan
multinasional yang bergerak dalam bidang pengadaan dan perawatan lift dan
escalator (tangga berjalan). Secara global, ThyssenKrupp Elevator
merupakan salah satu dari tiga perusahaan lift terbesar di dunia. Di PT.
ThyssenKrupp Elevator Indonesia, penulis berkesempatan untuk mempelajari
sistem lift, khususnya tentang sistem kontrol beban pada pada lift
menggunakan tipe LMS-1C yang meliputi prinsip kerja sistem, wiring sistem,
dan setting system.
Pelaksanaan kegiatan PKL ini adalah pada tanggal 16 Juli 2018 – 31 Agustus
2018 di tiga tempat, yakni :
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan PKL ini adalah :
1.4.2 Kegunaan
1. Mengetahui sistem kerja lift sebagai alat transportasi pada gedung-
gedung bertingkat.
2. Mengetahui penggunaan sensor beban didalam Sistem Pengukuran
Beban.
3. Mengetahui salah satu sistem safety pada lift.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada gedung bertingkat yang memiliki lantai lebih dari satu, diperlukan
alat transportasi vertikal untuk menghubungkan lantai satu dengan yang lain,
karena kurang efisien jika hanya menggunakan tangga (Rif’an, 2011).
Transportasi vertikal adalah transportasi yang berguna untuk membawa benda
yang bergerak secara vertikal (Wijayanto, 2013).
Lift adalah alat transportasi vertikal yang berguna sebagai alat bantu
pengganti tangga untuk mempermudah aktifitas dalam mencapai tiap-tiap
lantai pada gedung bertingkat (Refinda, 2014). Lift membawa penumpang
berupa orang ataupun barang didalam car (kabin) yang bergerak secara
vertikal dengan mesin penggerak.
Prinsip kerja lift dengan traction (seperti pada Gambar 2.1) atau motor
traksi adalah mengangkat car dengan menggunakan wire rope yang pada
pulley yang berada di motor traksi dan di atas car.
Jika car telah mencapai lantai yang dituju, controller (sistem kontrol)
akan mematikan pompa. Pada saat pompa dalam kondisi mati, oli tidak bisa
kembali ke tank sehingga car tetap berada di lantai yang dituju (Fadhil
Iskandar, 2015).
jenis gearless elevator, dengan kata lain lift penumpang dengan mesin
penggerak gearless. Jenis lift ini juga yang akan menjadi fokus pada laporan
PKL ini.
2.3.1.4 Interphone
Interphone (seperti pada Gambar 2.9) berfungsi sebagai alat
komunikasi antar mekanik yang terletak pada control panel, car dan pit.
2.3.2.6 Counterweight
Counterweight (seperti pada Gambar 2.17) berfungsi untuk
mengimbangi berat car, sehingga pada pulley motor akan terjadi gaya gesek
yang cukup besar untuk menahan car keluar dari pulley utamanya.
Perlu diketahui juga bahwa pintu pada lift memiliki dua jenis, yaitu
side opening (membuka atau menutup satu arah) dan center opening
(membuka atau menutup dua arah). Penggunaan side opening biasanya
dipakai untuk service elevator sedangkan center opening dipakai pada
passenger elevator dan yang sejenisnya atau sesuai keinginan dari owner.
Komponen sistem safety pada lift sebagian besar dipasang secara seri
yang semuanya dihubungkan ke control panel. Artinya apabila salah satu
komponen berfungsi tidak sebagaimana mestinya semua sistem akan mati
(tidak bekerja) dan tidak bisa dioperasikan sampai komponen tersebut
difungsikan kembali. Sistem safety lift dilihat pada saat operasinya memiliki
dua karakteristik, yaitu: bekerja secara elektrik dan mekanik.
2.4.1.2 Governor
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa governor adalah komponen
penggerak utama dalam lift, didalam governor ini terdapat saklar yang
berfungsi sebagai alat pengaman terhadap kecepatan lebih. Jika kecepatan
lift >25% dari kecepatan normal maka governor akan menonaktifkan semua
rangkaian sehingga otomatisasi lift mati dan tidak berfungsi. Selain saklar
juga terdapat pengait rem, pengait rem ini berfungsi untuk menghentika n
kawat selling dan kawat selling ini menarik rem yang ada di car. Governor
bekerja secara mekanis dengan gaya sentrifugal (seperti pada Gambar 2.22).
2.4.2.3 Apron
Apron berfungsi untuk mencegah penumpang terjatuh ke dalam
hoistway pada saat penumpang mencoba keluar ketika car berhenti tidak
level (sejajar antara car dengan lantai).
2.4.2.5 Buffer
Buffer (seperti pada Gambar 2.24). berfungsi sebagai penyangga dan
impact (peredam gaya tumbuk) dari car atau counterweight yang terjatuh
menimpa dan membentur buffer, jika alat pengaman lain terlambat bekerja
atau bekerja pada saat car telah menjelang lantai terbawah. Cara kerja alat
ini seperti shock absorber (oli dan pegas) pada umumnya.
2.4.3.1 Manhole
Manhole (seperti Gambar 2.25). adalah sebuah lubang yang ada diatas
car yang berfungsi untuk keluar penumpang dalam keadaan darurat.
Apabila tuas manhole dikait, maka supply akan terputus dan lift akan
berhenti otomatis.
melepas MC2 Control system yang rusak dan memberikan pada petugas teknis
untuk diperbaiki.
Pada minggu keempat, penulis ditugaskan untuk memasang MC2
control System yang baru pada control cabinet di tower A dan mengatur lift
agar dapat bergerak dengan kecepatan normal dengan menggunakan alat
Teach-in. Penulis diberi kesempatan untuk me-wiring sistem leveling. Pada
saat me-wiring sistem leveling penulis tidak mendapat kesusahan karena telah
membaca datasheet komponen dan buku manual sistem leveling serta dibantu
oleh petugas teknis Setelah itu, penulis me-wiring door contact, sensor light
curtain dan shaft indicator pada Tower B.
Pada minggu kelima, penulis kembali mengikuti pelatihan tentang MC2
Control System. Pada pelatihan kali ini materi yang berikan yaitu tentang
sistem leveling dan praktik pengatur lift pada kecepatan normal dengan
menggunakan alat Teach-in. Kemudian penulis di pindahkan ke proyek
orange county. Disana penulis melakukan adjusting pada door contact lift
service, kemudian memasang bendera lift. Penulis juga diberi tugas untuk me-
wiring motor 3 fasa yang digunakan sebagai penggerak lift serta sistem
keamanannya.
Pada minggu keenam, penulis mulai mengerjakan laporan PKL dengan
mencari datasheet dan buku manual dari sistem-sistem yang ada pada lift.
Pada minggu ini penulis kembali ke proyek arcade dan diberi tugas untuk me-
wiring interphone. Setelah itu penulis melakukan pengaturan kecepatan
normal pada lift di Tower A dengan menggunakan alat Teach-in serta me-
wiring sistem safety dan sistem leveling.
Pada minggu ketujuh, penulis diberikan modul-modul untuk dipelajari
sebagai bahan refrensi untuk membuat lapoaran PKL. Modul yang di berikan
berupa buku manual dari lift, rangkaian kelistrikan lift dan panduan
pemasangan komponen. Penulis juga masih diberikan tugas untuk me-wiring
Levellingdan fire switch di proyek arcade. Pada minggu ini penulis juga
melakukan presentasi hasil PKL di depan para manajer PT Thyssenkrupp
Technologies Indonesia. Selain itu penulis juga mengurus kelengkapan berkas
yang dibutuhkan selama PKL.
Langkah ke-1
Scroll perangkat pada Teach-in sampai mendapati kode 1500,kode 1500
ialah inisialisasi untuk masuk ke program Sistem Pengukuran Beban.
Langkah ke-2
Setelah mendapat kode 1500, klik dan cari kode 15bf lau klik kode
tersebut, kode 15bf ini adalah inisialisasi untuk membuat sistem
pengukuran beban masuk pada parameter awal
Langkah ke-3
Setelah memastikan sensor pada parameter awal, proses selanjutnya cek
komunikasi antara can bus melalui bf 01. Setelah di klik pada kode bf 01
maka akan muncul kode “0000” yang artinya can bus belum terkoneksi
atau “0001” artinya can bus telah terkoneksi dengan sensor. Apabila can
bus belum terkoneksi maka untuk mengaktifkan nya memilih fungsi bf
02 (seperti pada Gambar 3.9) yang memiliki fungsi mengaktifkan can
bus.
Langkah ke-4
Langkah selanjutnya adalah memilih kode bf 03 yang memiliki fungsi
untuk memilih parameter pendeteksian sensor dalam bentuk kilogram
(kg) atau persentase (%).
Politeknik Negeri Jakarta
33
Setelah mengklik kode pada bf 03 maka akan muncul “01” atau “02”, 01
ialah pemilihan kode menggunakan (%) dan 02 ialah pemilihan kode
dalam bentuk kg. setelah dipilih jika ingin mengubah parameter
pendeteksiannya dapat menggunakan kode bf 04.
Langkah ke-5
Langkah selanjutnya klik kode bf05 yaitu kode untuk memilih tipe sensor
yang digunakan, setelah di klik maka akan muncul kode “0001 s/d 0007”.
Pada praktek kerja ini sensor yang dipakai adalah sensor proximity atau
Teach-in kodenya adalah 0004. Dan untuk mengganti sensor yang
digunakan dengan menggunakan kode bf06 pada teach-in.
Langkah ke-6
Langkah selanjutnya adalah bf 07, yaitu proses pembacaan sensor.
Dalam hal ini pemilihan proses pendeteksian berdasarkan pemasangan
sensor tersebut yang didasarkan pada bracket dari lift, jika magnet
mendekati proximity maka kode berikutnya yang dipilih adalah “1350”
sedangkan jika menjauhi “750”. Apabila ingin mengganti kode
pembacaan yang telah dipilih dapat dilakukan dengan kode bf08 pada
tech-in.
Langkah ke-7
Proses selanjutnya adalah proses pendeteksian kapasitas beban pada
kabin dengan menggunakan kode bf0b.
Langkah ke-8
Setelah itu proses selanjutnya adalah kalibrasi sensor, pastikan kabin
tanpa beban masuk teach-in pada kode bf0c. Atur posisi antara magnet
dan sensor perhatikan led pada teach-in, apabila led telah mati semua
menandakan bahwa kabin adalah kabin dalam keadaan beban kosong dan
kalibrasi sensor telah selesai.
Langkah ke-9
Jika telah dipastikan sensor dapat membaca beban kosong lift dengan
benar, maka langkah selanjutnya uji pendeteksian dengan beban penuh
pada kabin dengan kode bf0f pada teach-in.
Langkah ke-10
Selesaikan program (save) dengan kode bf10.
Langkah ke-11
Hitung nilai beban dengan kode 1400 pada teach-in.
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
1. Waktu yang diberikan untuk melaksanakan PKL harus lebih banyak agar
mahasiswa lebih memiki banyak pengalaman dan wawasan selama
menjalankan PKL.
2. Diperkenalkan teknologi teknologi terkait lift secara mendetail dan
menyeluruh agar mahasiswa mengenal dan mengetahui perkembangan
teknologi khususnya lift.
As Sadad, Rif’an Tsaqif. Iswanto. dan Sadad, Jihad Anwar. 2011. Implementasi
Mikrokontroler sebagai Pengendali Lift Empat Lantai. Jurnal Ilmiah Semesta
Teknika Vol. 14, No. 2, 160-165, November 2011. Hal 160.
Suarman, Asri. 2017. Sistem Kontrol Pintu Lift Tipe BG 101. Laporan PKL Program
Studi Teknik Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Jakarta 2017. Hal 10-25.
Wijayanto. dan Samsudin. 2013. Kenyamanan Lift Bagi Kaum Difable Studi
Kasus R.S Kasih Ibu, R.S Islam Yarsis, dan R.S Moewardi Surakarta.
Sinektika Vol. 13 No. 12. Hal 90.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Sejarah Perusahaan
ThyssenKrupp AG dahulu bernama Fried Krupp merupakan perusahaan
konglomerat terbesar di Jerman yang mempekerjakan 188.000 karyawannya pada
tahun 2006. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1860. Perusahaan ini
memproduksi besi, teknologi otomotif, dan masih banyak lagi. ThyssenKrupp
adalah hasil penggabungan dari dua produsen baja asal Jerman, yakni, Thyssen
AG dan Krupp. Sejak awal dekade 1980an, kedua perusahaan telah mulai
bernegosiasi tentang penggabungan dan mulai bekerja sama di beberapa bidang
bisnis. Pada tahun 1997, kedua perusahaan menggabungkan bisnis bajanya,
dan pada bulan Maret 1999, kedua perusahaan secara resmi bergabung
ThyssenKrupp Elevator masuk ke Indonesia pada tahun 2005 dengan
mendirikan PT. ThyssenKrupp Elevator Indonesia. PT. ThyssenKrupp
Elevator Indonesia merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dalam
bidang pengadaan dan perawatan lift dan escalator (tangga berjalan).
Sedangkan produksi dari elevator dan eskalator bertempat di tiga negara,
India, China, dan Korea.
2. Organisasi Perusahaan