Anda di halaman 1dari 6

Mengklasifikasikan rangkaian Multiplexer,

Decoder, Register
A. Rangkaian Logik

Dalam teknik komputer digital ada beberapa rangkaian logic yang harus kita mengerti
sebelumnya, karena rangkaian ini adalah rangkaian utama yang membangun fungsi dari
mikrokomputer itu sendiri. Hal-hal yang akan dibahas disini hanyalah hal-hal yang nantinya
sangat erat hubungannya dengan teknik mikrokomputer. Rangkaian atau fungsi yang dimaksud
adalah Multiplexer, Decoder, dan Register.

B. Multiplexer

Multiplexer adalah rangkaian logika yang menerima beberapa input data digital, dan menyeleksi
salah satu dari input tersebut pada saat tertentu, untuk dikeluarkan pada sisi output. Multiplexer
disebut juga Data Selector, cara kerja rangkaian multiplexer berikut, sakelar elektronik yang
dikontrol oleh input pengontrol S. Salah satu dari input yang ada (X0…….X3) data sampai ke
output tergantung dari keadaan pengontrol S1 dan S0.
Sebuah alat yang melakukan proses berlawanan disebut demultiplexer, (DEMUX). Bentuk
paling dasar dari multiplexer adalah Time Division Multiplex (TDM) dan Freuency Division
Multiplex (FDM). Dalam komunikasi optik, FDM sering disebut sebagai Wavelength Division
Multiplex (WDM). Multiplexing adalh suatu teknik mengirimkan lebih dari satu informasi
melalui satu saluran. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan multiplexer bertujuan untuk
menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar & penerima (transceiver), atau kabel
optik.

Salah satu contoh aplikasi dari teknik multiplexing adalah pada jaringan transmisi jarak jauh,
baik yang menggunakan kabel maupun menggunakan media udara (wireless atau radio). Sebagai
contoh, satu helai kabel optik Malang-Jakarta bisa dipakai untuk menyalurkan ribuan percakapan
telepon. Idenya adalah bagaimana menggabungkan ribuan informasi percakapan (voice) yang
berasal dari ribuan pelanggan telepon tanpa saling bercampur satu sama lain.

Teknik multiplexing ada beberapa cara. Pertama, multiplexing dengan cara menatap tiap
informasi (suara percakapan 1 pelanggan) sedemikian rupa sehingga menempati satu alokasi
frekuensi selebar 4 kHz. Teknik ini dinamakan Frequency Division Multiplex (FDM). Kedua
adalah multiplexing dengan cara tiap pelanggan menggunakan saluran secara bergantian. Teknik
ini dinamakan Time Division Multiplex (TDM). Tiap pelanggan diberi jatah waktu (time slot)
tertentu sedemikian rupa sehingga semua informasi percakapan bisa dikirim melalui satu saluran
secara bersama-sama tanpa disadari oleh pelanggan bahwa mereka sebenarnya bergantian
menggunakan saluran.

Kenapa pelanggan tidak merasakan pergantian itu? karena pergantiannya terjadi setiap 125
microsecond; berapapun jumlah pelanggan atau informasi yang ingin di-multiplex, setiap
pelanggan akan mendapatkan giliran setiap 125 microsecond, hanya jatah waktunya semakin
cepat. Teknik Multiplexing yang ketiga adalah yang digunakan dalam saluran kabel optik yang
disebut Wavelength Divion Multiplex (WDM), yaitu satu kabel optik dipakai untuk menyalurkan
lebih dari satu sumber sinar dimana satu sinar dengan lamda tertentu mewakili satu sumber
informasi.

C. Decoder

Decoder merupakan rangkaian logika yang ditugaskan untuk menerima input-input biner dan
mengaktifkan salah satu output-nya, sesuai urutan biner tersebut. Decoder juga merupakan alat
yagn digunakan untuk dapat mengembalikan proses encoding, sehingga kita dapat melihat atau
menerima informasi aslinya.

Pada decoder, sinyal L (Low) atau H (Higth) pada outputnya tergantung dari kombinasinya.
Decoder di bawah ini disebut juga decoder 3 ke 8 karena mempunyai 3 input X0 sampai X2 dan
8 (2 pangkat 3) output Y0 sampai Y7.
gambar : Decoder 3 ke 8 dan Tabel kebenaran.

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa tergantung dari kombinasi input, setiap output dapat
berupa logika H.

Contoh

Dalam kenytaannya decoder yang sering digunakan adalah decoder dengan output inverter,
sehingga tabel diatas output-nya harus di-inverter (H menjadi L dan sebaliknya). Secara umum
decoder mempunyai n input dan 2 pangkat n output.

Dalam dunia elektronika banyak hal yang hanya disimbolkan dengan angka-angka biner, dimana
kita perlu juga mengetahui versi digitalnya atau oerwujudan angka/huruf yang dikeluarkan oleh
logika biner tersebut. Untuk itu diperlukan decoder yang berfungsi mengembalikan proses
encoding, sehingga kita dapat melihatatau menerima informasi aslinya. Salah satunya adalah
mengubah BCD menjadi seven segmen display.

Seven Segmen Display dalam bahasa Indonesia disebut dengan layat tujuh segmen adalah
komponen elektronika yang dapat menampilkan angka desimal melalui kombinasi-kombinasi
segmennya. Seven segmen display pada umumnya dipakai pada jam digital, kalkulator,
penghitung atau counter digital, multimeter digital dan juga panel display digital seperti pada
microwave oven ataupun pengatur suhu digital. Angka-angka dari 0-9, seven segmen display
juga dapat menampilkan Huruf Hexadecimal dari A sampai F. Segmen atau elemen-elemen pada
seven segmen display diatur menjadi bentuk angka “8” yang agak miring ke kanan dengan tujuan
untuk mempermudah pembacaannya. Pada beberapa jenis seven segmen display, terdapat juga
penambahan “titik” yang menunjukkan angka koma desimal.

Blok Dekoder pada diagram diatas mengubah sinyal input yang diberikan menjadi 8 jalur yaitu
“a” sampai “g” dan point desimal (koma) untuk meng-ON-kan segmen sehingga menghasilkan
angka atau digit yang diinginkan. Contohnya, jika output decoder adalah a,b dan c, maka segmen
LED akan menyala menjadi angka “7”. Jika sinyal input adalah berbentuk analog, maka
diperlukan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital sebelum masuk ke input decoder. Jika sinyal input sudah merupakan sinyal digital maka
decoder akan menanganinya sendiri tanpa harus menggunakan ADC.

D. Register

Register adalah sebagian kecil memori komputer yang dipakai untuk tempat penampungan data,
dengan ketentuan bahwa data yang terdapat dalam register dapat diproses dalam berbagai operasi
dengan melihat berapa besar daya tampung register tersebut. Register tidak dapat dilepaskan dari
mikroprosesor, sebab dalam mikroprosesor terdapat register yang berfungsi untuk menyimpan
sementara hasil dari tahapan operasi arithmatic dan logika pada mikroprosesor.

E. Jenis-Jenis Register

1). General Purpose Register

1. Accumulator Register AX
Berfungsi sebagai akumulator dan berhubungan dengan jenis-jenis operasi khusus seperti
arithmatic, in/out, shift, logic, rotate, dan operasi desimal berkode biner.

2. Base Register BX
Berfungsi sebagai register base untuk mereferensi alamat memori. Operasi yang dapat dilakukan
adalah rotate, logic, shift, dan arithmatic.
3. Counter Register CX
Berfungsi sebagai pencacah implisist dengan instruksi tertentu, misalnya terhadap perintah loop
dan operasi string. Counter naik jika direction flag bernilai 0, dan counter turun jika direction
flag bernilai 1.
4. Data Register DX
Berfungsi untuk menyimpan alamat port I/O selama operasi I/O tertentu, baik alamat port 8 bit
maupun 16 bit. Digunakan juga dalam operasi perkalian dan pembagian.

2). Pointer dan Index Register

1. Register SP (Stack Pointer, 16 bit)


Fungsi : Digunakan untuk operasi stack seperti menyimpan alamat return saat memanggil
subroutine. SP merupakan register yang secara implisit digunakan oleh perintah PUSH dan POP
yaitu menyimpan dan mengambil kembali stack.
2. Register BP (Base Pointer, 16 bit)
Berfungsi sebagai petunjuk basae dalam stack yang disediakan untuk penyimpan data. BP juga
digunakan SI dengan bahasa pemrograman misalnya Assembler dan C.
3. Register SI dan DI (Source Index dan Destination Index, 16 bit)
Berfungsi unutk menyimpan nilai-nilai offset dalam segmen data memori pada saat
bersangkutan.
4. Register IP (Instruction Pointer, 16 bit)
Berfungsi sebagai register yang berpasangan dengan CS sebagai register utama untuk
menunjukkan baris perintah program dijalankan, IP akan langsung menunjukkan pada awal
program. Code Segmen dan Instruction Pointer berfungsi sebagai program counter ditulis dengan
format CS:IP. Secara umum, kode mesin diletakkan di Code Segment, semua data diletakkan di
Data Segmen, dan operasi PUSH POP dilakukan di Stack Segmen.

3). Register Segmen (16 bit)

1. Register CS (Code Segmen)


Berfungsi untuk mencatat segmen dari kode program atau instruksi, register CS berpasangan
dengan register IP (Instruction Pointer) dalam format CS:IP.
2. Register DS (Data Segmen)
Berfungsi unutk menyimpan alamat dari segmen dimana data terletak.
3. Register SS (Stack Segmen)
Berfungsi untuk menyimpan alamat segmen memori yang dipergunakan sebagai stack.
4. Register ES (Extra Segmen)
Berfungsi untuk menyimpan alamat segmen tambahan, misalnya alamat display, alamat sistem
operasi, dan sebagainya.

4). Register Flag


Mikroprosesor 8086/8088 mempunyai status flag 1 bit dan 4 kontrol flag yang dikonfigurasikan
dalam register 16 bit. Status flag terdiri dari:

1. CF (Carry Flag)
Tugas: Dimana sebuah Carry out atau borrom, jika hasilnya adalah bit tertinggi (nilai 1)
2. PF (Parity Flag)
Tugas: Men-Set (nilai 1), jika instruksi menghasilkan sebuah angka genap (even parity).
3. AF (Auxiliary Flag)
Tugas: Digunakan oleh instruksi pengaturan desimal
4. ZF (Zero Flag)
Tugas: Men-Set (nilai 1), jika berhasil adalah 0.
5. SF (Sign Flag)
Tugas: Men-Set (nilai 1), jika hasilnya adalah negatif dan bernilai 0 jika positif
6. OF (Overflow Flag)
Tugas: Menunjukkan sebuah

Anda mungkin juga menyukai