Anda di halaman 1dari 296

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA : Nurrochman Hartadi Dasrien


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

NAMA : Nurrochman Hartadi Dasrien


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13
PRAKTIKUM : DASAR TELEKOMUNIKASI
DOSEN RESPON : Djul Fikry Budiman, ST., MT

Percobaan Ke- 1 2 3 4 5

Modulasi Modulasi Komunikasi Teknologi Pulse Code


Judul Percobaan
Amplitudo Frekuensi Radio FM Seluler Modulation

Tanggal

Shift Ke-

Ke-
Asistensi
Tanggal

Pretest (5%)

Asistensi (15%)

Posttest (10%)
Nilai Angka
(0-100) Laporan (15%)
Atau
Nilai Huruf
(A-E) Respon (15%)

Dosen (40%)

Angka
Jumlah
Total
Huruf

Mhs/Praktikan
TANDA
Asst. Praktikum
TANGAN
Dosen Respon

Nilai Akhir
Mengetahui,
Kepala Lab. Telekomunikasi
0≤Nilai< 46 = E 60≤Nilai<65 = C+
46≤Nilai<50 = D 65≤Nilai<72 = B
50≤Nilai<56 = D+ 72≤Nilai<80 = B+
56≤Nilai<60 = C 80≤Nilai<100 = A (Suthami Ariessaputra, ST., M.Eng)
*centang dialog box untuk nilai akhir
NIP. 19850327 201404 1 001
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TELEKOMUNIKASI

Dikerjakan Oleh:

Nama : Nurrochman Hartadi Dasrien

NIM : F1B019113

Kelompok : 13

Mengetahui,
Kepala Lab. Telekomunikasi Dosen Pembimbing,

(Suthami Ariessaputra, ST., M.Eng) (Djul Fikry Budiman, ST., MT)


NIP. 19850327 201404 1 001 NIP.19720729 200012 1 001
PERCOBAAN 1
MODULASI AMPLITUDO

NAMA : NURROCHMAN HARTADI D.


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13 (Tiga Belas)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN I

MODULASI AMPLITUDO

A. TUJUAN
PENGAMATAN RANGKAIAN AM
1. Mengamatibentukrangkaiansinyalmodulasi amplitude
2. Mengamatipengaruh inductor dankapasitorterhadapsinyalmodulasi

PENGAMATAN DOMAIN WAKTU


1. Mengamati bentuk sinyal keluaran dari modulasi amplitudo pada domain waktu
2. Mengamati pengaruh indeks modulasi terhadap sinyal modulasi

PENGAMATAN DOMAIN FREKUENSI


1. Mengamati bentuk sinyal keluaran dari modulasi amplitudo domain frekuensi
2. Menentukan nilai upper side band (USB) dan lower side band (LSB) dari
pengamatan spektrum sinyal AM
B. DASAR TEORI

Pengertian dan TujuanModulasi,serta Jenis-jenis Modulasi

a. Pengertian Modulasi

Modulasi merupakan proses penumpangan sinyal informasi terhadap sinyal


carrier (pembawa) dimana parameter sinyal pembawa atau sinyal carrier digubah-
ubah terhadap yang lain (yaitu sinyal pemodulasi yang berupa sinyal informasi).
Sinyal informasi dapat berbentuk sinyal audio, sinyal video, atau sinyal yang lain.
Dalam melakukan modulasi diperlukan sebuah perangkat yang dinamakan
modulator.Modulator yaitu proses “menumpangkan” data pada frekuensi gelombang
pembawa (Carrier Signal) ke sinyal informasi/pesan agar bisa dikirim ke penerima
melalui media tertentu (kabel atau udara), biasanya berupa gelombang sinus.
Modulasi dari gelombang sinus akan mengubah sebuah gelombang pesan baseband
menjadi gelombang passband. Selain modulator terdapat sebuah perangkat lain yang
digunakan sebagai penerjemah/pembaca hasil dari modulasi yang dilakukan oleh
modulator yaitu demodulator. Demodulator mempunyai fungsi kebalikan dari
modulator (demodulasi), yaitu proses mendapatkan kembali data atau proses
membaca data dari sinyal yang diterima dari pengirim. Dalam demodulasi, sinyal
pesan dipisahkan dari sinyal pembawa frekuensi tinggi. Kedua fungsi modulator dan
demodulator tersebut terdapat langsung pada sebuah perangkat yang disebut dengan
modem (modulatordemodulator).
b. Tujuan Modulasi

 Transmisi menjadi efisien atau memudahkan pemancaran.


 Masalah perangkat keras menjadi lebih mudah.
 Menekan derau atau interferensi.
 Untuk memudahkan pengaturan alokasi frekuensi radio.
 Untuk multiplexing, proses penggabungan beberapa sinyal informasi untuk
disalurkan secara bersama-sama melalui satu kanal transmisi.

ModulasiAmplitudo

Modulasi Amplitudo (AM) adalah penumpangan sinyal informasi terhadap


sinyal carrier (pembawa) dimana amplitudo sinyal carrier akan berubah-ubah
mengikuti perubahan amplitudo sinyal informasinya. Dibandingkan dengan FM
(Modulasi Frekuensi) AM mempunyai kelebihan diantaranya adalah jarak transmisi
AM lebih jauh dibandingkan FM. Namun AM lebih rentan terkena
noisedibandingkan dengan FM. Oleh karena itu stasiun radio yang sering kita dengar
kebanyakan menggunakan FM karena suara yang dihasilkan melalui transmisi
menggunakan FM lebih jernih.
Gambar 1.1Modulasi AM

Sinyal pembawa berupa gelombang sinus dengan persamaan matematisnya sebagai


berikut:
ec = Ec sin �c t (1)
Sinyal pemodulasi, untuk memudahkan analisa, diasumsikan sebagai gelombang
sinusoidal juga, dengan persamaan matematisnya:
em = Em sin �m t (2)
dimana,
Ec = amplitudo maksimum sinyal pembawa
ɷc = 2π fc dengan fc adalah frekuensi sinyal pembawa
Em = amplitudo maksimum sinyal pemodulasi
ɷm = 2π fmdengan fm adalah frekuensi sinyal pemodulasi

Seperti telah dijelaskan di atas, pada modulasi amplitudo besarnya


amplitudo sinyal pembawa akan diubah-ubah oleh sinyal pemodulasi sehingga
besarnya sebanding dengan amplitudo sinyal pemodulasi tersebut. Frekuensi sinyal
pembawa biasanya jauh lebih tinggi daripada frekuensi sinyal pemodulasi.Frekuensi
sinyal pemodulasi biasanya merupakan sinyal pada rentang frekuensi audio (AF,
Audio Frequency) yaitu antara 20 Hz sampai denan 20 kHz. Sedangkan frekuensi
sinyal pembawa biasanya berupa sinyal radio (RF, Radio Frequency) pada rentang
frekuensi tengah (MF, Mid-Frequency) yaitu antara 300 kHz sampai dengan 3Mhz.

Gambar 1.2Bagan Modulasi

(Sumber: Evalidat. in)

Gambar 1.2.memperlihatkan sinyal informasi (pemodulasi), sinyal pembawa,


dan sinyal termodulasi AM.

Gambar b 1.2.1 Sinyalpemodulasi

Gambar b 1.2.2 Sinyalpembawa

Gambar b 1.2.3 Sinyal termodulasiAM


Pada gambar 1.3 diperlihatkan spektrum frekuensi gelombang termodulasi
AM yang dihasilkan oleh spektrum analyzer.Harga amplitudo masing-masing
bidang sisi dinyatakan dalam harga mutlaknya.

Gambar 1.3 Spektrum Frekuensi Sinyal Termodulasi AM


(Sumber: Evalidat. in)

TeoremaNyquist

Teorema Nyquist, juga dikenal sebagai teorema pengambilan sampel,


adalah prinsip yang diikuti oleh para insinyur dalam digitalisasi sinyal analog.
Agar konversi analog-ke-digital (ADC) menghasilkan reproduksi sinyal yang
setia, irisan, yang disebut sampel, dari bentuk gelombang analog harus sering
diambil.Jumlah sampel per detik disebut laju sampling atau frekuensisampling.
Untuk menjamin bahwa seluruh komponen sisusoida sinyal analog menjadi
sinyal diskrit adalah :

Fs ≥ 2 Fin max

Dimana :

Fs = sinyal carrier

Fin = sinyal informasi


Proses sampling/pencuplikan
Proses ini mengubah representasi sinyal yang tadinya berupa sinyal kontinyu
menjadi sinyal diskrit. Dapat juga diibaratkan sebagai sebuah saklar on/off yang
membuka dan menutup setiap periode tertentu(T)

Gambar 1.4

sebagai contoh pemberian sinyal pencuplika pada sampling

Gambar 1.5pemberian sinyal pencuplika pada sampling

Jenis-Jenis Modulasi
Jenis Modulasi dapat dikelompokkan berdasarkan Sinyal informasi akan
dikirimnya yaitu sinyal Analog dan sinyal Digital. Berdasarkan jenis sinyal informasi
tersebut,maka Modulasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Modulasi
Analog dan Modulasi Digital.
1. Modulasi analog
Sinyal Analog adalah sinyal data yang berbentuk gelombang kontinyu
(terus-menerus). Teknik Modulasi untuk sinyal informasi Analog dapat dibagi
menjadi 3 jenis berdasarkan parameter suatu gelombang sinus.Setiap jenis modulasi
memiliki kelemahan dan kelebihannya.Berikut ini adalah tiga jenis Modulasi
Analog yang sering digunakan dalam sistem komunikasi Radio Analog.

Gambar. 1.6 modulasi analog


2. Modulasi digital
Sinyal Digital adalah sinyal data dalam bentuk pulsa dan hanya memiliki
dua kondisi yaitu 0 (ON) dan 1 (OFF).Sinyal Digital ini memiliki beberapa
kelebihan yaitu tidak mudah terpengaruh oleh derau, proses informasinya mudah,
cepat dan akurat. Sama seperti sinyal analog, untuk mengirimkan sinyal digital ini
dari suatu perangkat elektronik ke perangkat elektronik lainnya dengan
menggunakan teknologi nirkabel atau Wireless (Radio Frekuensi) juga diperlukan
proses pemodulasian yang dinamakan dengan Modulasi Digital. Yang dimaksud
dengan Modulasi Digital adalah proses penumpangan sinyal digital ke dalam sinyal
pembawanya (Carrier Signal). Modulasi Digital pada dasarnya adalah proses
pemodifikasian sifat dan karakteristik gelombang pembawa sehingga bentuk hasil
gelombang pembawanya memiliki ciri-ciri bit (0 atau 1).

Modulasi Digital terdiri dari tiga jenis dasar yaitu Amplitudo Shift Keying
(ASK), Freqency Shift Keying (FSK) dan Phase Shift Keying (PSK).Namun seiring
dengan perkembangan teknologi saat ini, muncul teknik-teknik modulasi digital
yang merupakan kombinasi dari ketiga jenis dasar modulasi tersebut seperti APK
(Amplitude Phase Keying), QAM (Quadrature Amplitude Modulation) dan lain
sebagainya.

Gambar 1.7 modulasi digital

Blok diagram system Telekomunikasi


Telekomunikasi adalah suatu kegiatan menyalurkan informasi dari suatu titik
(sumber informasi / source) ke titik lain (penerima informasi / sink).Informasi harus
dikonversikan ke dalam wujud fisis yang dapat ditangani oleh peralatan yang ada dan
disesuaikan dengan sifat media penghantarnya.Dalam mengkonversi sinyal informasi
harus sesuai dengan ketahanan peralatannya serta dimensi dari alat itu sendiri, ada
yang sesuai pada frekuensi rendah, frekuensi menengah, maupun frekuensi tinggi, baik
dalam bentuk sinyal listrik atau gelombang elektromagnetik. Secara umum blok
diagram untuk sistem komunikasi analog
komponen penyusun blok diagram sistem komunikasi analog sebagai berikut :
 Sumber informasi : memberikan informasi sinyal masukan, dapat dalam bentuk
audio, video, maupun bentuk fisis lainnya.
 Transduser input : mengubah informasi masukan (audio,video) menjadi isyarat
elektris sesuai dengan karakteristik komponen elektronika peralatannya.
 Modulator analog : memodifikasi dan menyesuaikan isyarat pembawa
proporsional pada perubahan isyarat elektris masukan dengan media transmisi
yang digunakan, misalnya gelombang radio.
 Media Transmisi : dapat berupa kabel maupun non-kabel.
Proses di penerima pada dasarnya adalah kebalikan dari proses di pengirim, dengan
kata lain sistem komunikasi adalah simetris antara sisi pengirim dan sisi penerima
dengan garis cerminnya adalah media yang digunakan untuk menyalurkan informasi.
Beberapa sifat media transmisi yang merugikan

LSB (Lower Side Band) dan USB (Upper Side Band)


Side Band ialah suatu sinyal yang timbul akibat suatu modulasi, dan
mengambil tempat selebar spectrum frekuensi sinyal informasi yang memodulasi
gelombang pembawa. Dalam keadaan normal setiap proses modulasi selalu
menghasilkan dua buah side band, Upper dan Lower Side Band.

Lower Side Band merupakan bagian dari spektrum sinyal yang berfungsi
rendah dan merupakan selisih antara frekuensi sinyal carrier dengan frekuensi sinyal
informasi, dengan rumus :
LSB = fc – fm(3)

Upper Side Band merupakan bagian dari spektrum sinyal berfrekuensi tinggi
yang merupakan penjumlahan darifrekuensi sinyal carrier dengan frekuensi sinyal
informasi, dengan rumus :
USB = fc + fm (4)

KelebihandanKekurangan AM
Kelebihan :
1. Memiliki range jangkauan yang luas karena sinyal AM mampu dipantulkan pada
lapisan udara teratas yaitu ionosfer.
2. Lebih mudah dimodulasi karena lebih sederhana.
3. Sinyal dapat berubah menjadi suara dengan peralatan sederhana. Jika sinyal
cukup kuat, bahkan tidak dibutuhkan sumber daya khusus, dan dapat diterima
dengan sebuah penerima radio kristal sederhana tanpa catu daya sama sekali
(mungkin beberapa pembaca pernah mengalami proyek radio kristal di masa
kecil)
Kekurangan :
1. Dapat terganggu oleh gangguan atmosfir.
2. Daya yang dibutuhkan lebih besar dibandingkan FM.
3. Bandwith yang sempit juga membatasi kualitas suara yang dapat disampaikan
oleh kegiatan broadcasting radio
C. ALAT DAN BAHAN
1. Personal Computer (PC)
2. 1N4001
3. ALTENATOR
4. CAPASITOR
5. INDUCTOR
6. RESISTOR
7. OSILOSKOP
8. Program MATLAB
9. GUI Amplitude Modulation Demo

D. LANGKAH PERCOBAAN
PENGAMATAN RANGKAIAN AM
1. Menghidupkankomputer yang akandigunakan
2. MembukaaplikasiProteus
3. Mengklikscematic capture sepertigambardibawahini

4. Mengklikcomponent mode ,laluklikpick device.

5. Mencarikomponen-komponen yang dibutuhkanuntukmembuatrangkaian.


6. Merangkaisepertirangkaiandibawahini
7. Menentukan parameter sinyalinformasi (amplitudodanfrekuensi)
padablokModulating Signal.
8. Menentukan parameter sinyalcarrier (amplitudodanfrekuensi) padablokCarrier
Signal.
9. Mengkliktombolrun untukmenampilkankeluaransinyal.
10. Mengamatibentuksinyalkeluarandancatathasilpercobaan.

D.2PENGAMATAN DOMAIN WAKTU


1. MenghidupkanKomputer yang akandigunakan.
2. Membuka program MATLAB.
3. Mengketik “guide” padacommand windowdi program MATLAB.
4. Membuka file GUI Amplitude Modulation Demodengan format *m file atau *fig.
5. Mengkliktombol“run”padatampilan GUI ataueditor.

GambarD.2. Tampilan GUI Amplitude Modulation


6. Menentukan parameter sinyalinformasi (amplitudodanfrekuensi)
padablokModulating Signal.
7. Menentukan parameter sinyalcarrier (amplitudodanfrekuensi) padablokCarrier
Signal.
8. MengliktombolTime Domain pada GUI untukmenampilkankeluaransinyal AM
pada domain waktu.
9. Mengamatibentuksinyalkeluarandancatathasilpercobaan.
10. Mengulangipengamatanpadakeluaransinyal AM denganamplitudosinyalinformasi
yang berbeda.

D.3PENGAMATAN DOMAIN FREKUENSI


1. Mengikutilangkah 1 sampai 7 pada sub percobaan I.
2. MengkliktombolSpectrum pada GUI untukmenampilkankeluaransinyal AM pada
domain frekuensi.
3. Mengamati bentuk sinyal keluaran dan catat hasil percobaan.
4. Mengulangipengamatanspektrumsinyal AM denganfrekuensisinyalinformasi yang
berbeda.
E. DATA HASIL PERCOBAAN
E.1 Tabelhasilpengamatanrangkaian
L= 4mH
C= 2nF

Gambar Sinyal Informasi 1 Gambar Sinyal Carrier 1 Gambar Sinyal AM

L= 4mH
C= 6F

Gambar Sinyal Informasi 2 Gambar Sinyal Carrier 2 Gambar Sinyal AM

L= 4mH
C= 8nF

Gambar Sinyal Informasi 3 Gambar Sinyal Carrier 3 Gambar Sinyal AM


L= 3mH
C= 4nF

Gambar Sinyal Informasi 4 Gambar Sinyal Carrier 4 Gambar Sinyal AM

L= 6mH
C= 4nF

Gambar Sinyal Informasi 5 Gambar Sinyal Carrier 5 Gambar Sinyal AM


L= 9mH
C= 4nF

Gambar Sinyal Informasi 6 Gambar Sinyal Carrier 6 Gambar Sinyal AM


L= 2mH
C= 2nF

Gambar Sinyal Informasi 7 Gambar Sinyal AM


Gambar Sinyal Carrier 7
L= 4mH
C= 4nF

Gambar Sinyal AM
Gambar Sinyal Informasi 8 Gambar Sinyal Carrier 8
L= 6mH
C= 6nF

Gambar Sinyal Informasi 9 Gambar Sinyal Carrier 9 Gambar Sinyal AM


E.2.Tabel hasil pengamatan domain waktu.

Sinyal informasi 1 Sinyal carrier 1


Vm = 0,2 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm =10 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 2 Sinyal carrier 2


Vm = 0,4 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc =60 (Hz)

Sinyal informasi 3 Sinyal carrier 3


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc = 60 (Hz)
Sinyal informasi 4 Sinyal carrier 4
Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm =10 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 5 Sinyal carrier 5


Vm = 1,0 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc =60 (Hz)

Sinyal informasi 6 Sinyal carrier 6


Vm = 1,2 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc = 60 (Hz)
Sinyal informasi 7 Sinyal carrier 7
Vm = 1,4 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm =10 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 8 Sinyal carrier 8


Vm = 1,6 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc =60 (Hz)

Sinyal informasi 9 Sinyal carrier 9


Vm = 1,8 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc = 60 (Hz)
Sinyal informasi 10 Sinyal carrier 10
Vm = 2,0 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm =10 (Hz) fc = 60 (Hz)
E.3Tabelhasilpengamatan domain frekuensi.
Sinyal informasi 1 Sinyal carrier 1
Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 2 Sinyal carrier 2


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 20 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 3 Sinyal carrier 3


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 30 (Hz) fc = 300 (Hz)
Sinyal informasi 4 Sinyal carrier 4
Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 40 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 5 Sinyal carrier 5


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 50 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 6 Sinyal carrier 6


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 60 (Hz) fc = 300 (Hz)
Sinyal informasi 7 Sinyal carrier 7
Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 70 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 8 Sinyal carrier 8


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 80 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 9 Sinyal carrier 9


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 90 (Hz) fc = 300 (Hz)
Sinyal informasi 10 Sinyal carrier 10
Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 100 (Hz) fc = 300 (Hz)
F. ANALISA DATA

Analisa pengamatan
rangkaianAM
F.1.1Analisarangkaian AM

Gambar F.1.1 Rangkaian AM

Rangkaian diatas adalah rangkaian AM dimana terdapat 2 inputan sinyal


alternator dihubung parallel,4 resistor,1 capasitor,1 induktor,ground dan
osiloscop.Sinyal carier atau sinyal pembawa informasi dihubung seri ke resistor R1
dan sinyal informasi dihubung seri ke resistor R2
dimana kegunaan dari resistor adalah sebagai penghambat/resistan yang
mampu mengatur atau mengendalikan tegangan dan arus listrik rangkaian,
kemudian output dari resistor R2 dihubungkan dengan resistor R1 yang
dihubungkan lagi dengan resistor R3 dan dioda, dioda berfungsi sebagai penyearah
gelombang.Resistor R3 terhubung langsung ke ground sedangkan dioda akan
terhubung ke modulating, di modulating terdapat capasitor dan inductor,Resistor R4
juga terhubung dengan kapasitor C1 dan induktansi L1. Induktor/Induktansi L1
berfungsi untuk menyimpan arus listrik dalam medan magnet, menapis (filter)
frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC),meneruskan arus searah
(DC),dan pembangkit getaran serta melipat gandakan tegangan.Untuk sinyal carier
ada yang langsung masuk ke inputan A pada osiloskop,begitu juga dengan sinyal
informasi yang masuk ke inputan B pada osiloskop. Pengaruh medan magnet dan
medan listrik yang di hasilkan osiloskop merupakan pembangkit sinyal dimana
osiloskop berfungsi sebagai sinyal AC sedangkan kapasitor berfungsi sebagai
penahan arus AC dan osiloskop berfungsi mengubah sinyal DC ke AC yang dimana
L1 dan C1 menghasilkan output osiloskop yang menampilkan hasil sinyal
termodulasi..

Analisa gambar sinyalAM

Gambar F.1.2 Sinyal AM

Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa channelA merupakan


sinyalcarrier, channel B merupakan sinyal informasi, dan channel C adalah sinyal
modulasi.

 Channel A (sinyal carrier)

Tegangan puncaknya adalah 4 kotak atau 4 DIV, sakelar VOLT/DIV adalah 1 V


maka hasil perhitungannya adalah 4 V (4 DIV x 1 V)
 Channel B (sinyal informasi)
Tegangan puncak adalah 4 kotak atau 4 DIV, sakelar VOLT/DIV adalah 1 V
maka hasil perhitungannya adalah 4 V (4 DIV x 1V = 4 V)

Kemudian untuk perhitungan frekuensinya sendiri menggunakan

rumus : F = 1/T. Maka besar frekuensinya:

 F =1/T
 F = 1/(1 ms x 4DIV)
 F = ¼ms (harus dikonversikan kesecond)
 F = 1/0.004second
 F = 250Hz

 Channel C (sinyalmodulasi)
Tegangan puncaknya adalah 5 kotak atau 5 DIV, sakelar VOLT/DIV adalah 1 V
maka hasil perhitungannya adalah 5 V (5 DIV x 1 V)
Analisa Perhitungan
1 1
F= = = 56269,769 Hz
2�√�.� 2�√4∗ 10−3.2∗ 10−9

1 1
F= = = 32487,367 Hz
2�√�.� 2�√4∗ 10−3.6∗ 10−9
1 1
F= = =28134,885 Hz
2�√�.� 2�√4∗ 10−3.8∗ 10−9
1 1
F= = = 45944,075 Hz
2�√�.� 2�√3∗ 10−3.4∗ 10−9

1 1
F= = = 32487,367 Hz
2�√�.� 2�√6∗ 10−3.4∗ 10−9
1 1
F= = = 26525,824 Hz
2�√�.� 2�√9∗ 10−3.4∗ 10−9
1 1
F= = = 79577,471 Hz
2�√�.� 2�√2∗ 10−3.2∗ 10−9
1 1
F= = = 39788,736 Hz
2�√�.� 2�√4∗ 10−3.4∗ 10−9
1 1
F= = = 26525,824 Hz
2�√�.� 2�√6∗ 10−3.6∗ 10−9

Tabel F.1.3 Hasil perhitungan frekuensi


Dari hasil data tabel diatas dapat diketahui bahwa, apabila nilai
induktordan kapasitornya semakin kecil maka frekuensinya akan semakin besar,
tetapi jika nilai induktor dan nilai kapasitornya semakin besar maka frekuensinya
akan kecil sedangkanjika nilai induktor dan kapasitornya bernilai sama dengan nilai
yang kecil maka frekuansinya akan besar, begitu juga jika induktor dan kapasitornya
sama namun dengan nilai yang tinggi maka frekuensinya akan lebih kecil.
Analisa sinyal domain
waktu.
Diketahui:
Sinyal carrier
Sinyal informasi
Vc = 1(volt)
Vm = 0,2(volt)
fc = 60 (Hz)
fm = 10 (Hz)

Persamaan sinyal:
Persamaan sinyal: Sc(t) = Vc Cos ωt
Sm(t) = Vm Cos ωt = Vc Cos (2πfct)
= Vm Cos (2πfmt) = 1 Cos (2π60t)
= 0,2 Cos (2π10t) = 1 Cos (120πt)
= 0,2 Cos (20πt)

Persamaan sinyal AM:


SAM(t) = vcmaxcos(2πfct) + m/2 vcmaxcos(2π(fc-fm)t) + m/2 vcmaxcos(2π(fc+fm)t)
= vcmaxcos(2πfct) + vm/2vc vccos(2π(fc-fm)t )+ vm/2vc vccos(2π(fc+fm)t)
= vcmaxcos(2πfct) + vm/2 cos(2π(fc-fm)t) + vm/2 cos(2π(fc+fm)t)
= 1 cos(2π60t) + 0.2/2cos(2π(60-10)t) + 0.2/2cos(2π(60+10)t)
= 1 cos(120πt) + 0.1 cos(2π50t) + 0.1 cos(2π70t)
= 1 cos(120πt) + 0.1 cos(100πt) + 0.1 cos(140πt)

Indeks modulasi AM:


Vm
m= = 0.2
Vc
Tabel analisa sinyal domain waktu:

Sinyal Informasi Sinyal Carrier Indeks


No SAM(t) Modulasi
Vm Fm Sm(t) Vc Fc Sc(t)
(m)
(volt) (Hz) (volt) (Hz)
1 0,2 10 0,2 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0.1 cos(100πt) + 0.1 cos(140πt) 0,2

2 0,4 10 0,4 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0.2 cos(100πt) + 0.2 cos(140πt) 0,4

3 0,6 10 0,6 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0.3 cos(100πt) + 0.3 cos(140πt) 0,6

4 0,8 10 0,8 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0.4 cos(100πt) + 0.4 cos(140πt) 0,8

5 1,0 10 1,0 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0.5 cos(100πt) + 0.5 cos(140πt) 1,0

6 1,2 10 1,2 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0.6 cos(100πt) + 0.6 cos(140πt) 1,2

7 1,4 10 1,4 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0. 7cos(100πt) + 0.7 cos(140πt) 1,4

8 1,6 10 1,6 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0.8 cos(100πt) + 0.8 cos(140πt) 1,6

9 1,8 10 1,8 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 0.9 cos(100πt) + 0.9 cos(140πt) 1,8

10 2,0 10 2,0 Cos (20πt) 1 60 1 Cos (120πt) 1 cos(120πt) + 1 cos(100πt) + 1 cos(140πt) 2,0
Tabel 1.1 Tabel analisa sinyal domain waktu
Dari tabel dan gambar sinyal yang dihasilkan, setelah terjadi modulasi AM dapat
diketahui bahwa pengaruh indeks modulasi terhadap sinyal AM adalah :
a. Pada tabel dan gambar nomer 1-4 saat nilai m<1 maka sinyal yang dibentuk
sangat signifikan dimana gelombang termodulasi amplitudo mendekati nilai 1,
kondisi ini merupakan modulasi tidak sempurna

b. Pada tabel dan gambar nomer 5 saat nilai m=1 maka sinyal akan termodulasi
secara sempurna,kondisi ini merupakan kondisi ideal dimana amplitudo saat
sinyal termodulasi akan bervariasi dari 0 sampai 2 kali amplitudo sinyal cirier

C. Pada tabel dan gambar nomer 6-10 saat nilai m>1terjadi overmodulasi yang
dapat menghasilkan distorsi pada sinyal termodulasi, dan envelope sama
sekali berbeda bentuk dengan sinyal informasi/pemodulasi.
F.3Analisa sinyal domain frekuensi
Diketahui:
Sinyal informasi Sinyal carrier
Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc = 300 (Hz)

Persamaan sinyal Persamaan sinyal


Sm(t) = vmcos(2πfmt) Sc(t) = vccos(2πfct)
= 0.6 cos(2π10t) = 0.6 cos(2π300t)
= 0.6 cos (20πt) = 0.6 cos (600πt)
Persamaan sinyal AM:
SAM(t) = vcmaxcos(2πfct) + m/2 vcmaxcos(2π(fc-fm)t) + m/2 vcmaxcos(2π(fc+fm)t)
= vcmaxcos(2πfct) + vm/2vc vccos(2π(fc-fm)t )+ vm/2vc vccos(2π(fc+fm)t)
= vcmaxcos(2πfct) + vm/2 cos(2π(fc-fm)t) + vm/2 cos(2π(fc+fm)t)
= 0.6 cos(2π300t) + 0.6/2cos(2π(300-10)t) + 0.6/2cos(2π(300+10)t)
= 0.6cos(600πt) + 0.3 cos(2π290t) + 0.3 cos(2π310t)
= 0.6cos(600πt) + 0.3 cos(580πt) + 0.3 cos(620πt)

Upper Side Band:


USB = fc+fm = 300 + 10 = 310
Lower Side Band:
LSB = fc-fm = 300 – 10 =290
Tabel perhitungan sinyal domain frekuensi:
Sinyal Informasi Sinyal Carrier
No Vm Fm Sm(t) Vc fc Sc(t) SAM(t) USB LSB
(volt) (Hz) (volt) (Hz)
1. 0.6 10 2cos(20πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(580t)+0.3cos(620πt) 310 290
2. 0.6 20 2cos(40πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(560πt)+0.3cos(640πt) 320 280
3. 0.6 30 2cos(60πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(540πt)+0.3cos(660πt) 330 270
4. 0.6 40 2cos(80πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(520πt)+0.3cos(680πt) 340 260
5. 0.6 50 2cos(100πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(500πt)+0.3cos(700πt) 350 250
6. 0.6 60 2cos(120πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(480πt)+0.3cos(720πt) 360 240
7. 0.6 70 2cos(140πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(460πt)+0.3cos(740πt) 370 230
8. 0.6 80 2cos(160πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(440πt)+0.3cos(760πt) 380 220
9. 0.6 90 2cos(180πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(420πt)+0.3cos(780πt) 390 210
10. 0.6 100 2cos(200πt) 0.6 300 1cos(600πt) 0.6cos(600πt)+0.3cos(440πt)+0.3cos(800πt) 400 200
Tabel 1.2 Tabel analisa sinyal domain frekuensi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jika sinyal FM semakin besar maka nilai USB
akan cenderung meningkat dan nilai LSB cendurung menurun, begitupun sebaliknya jika
sinyal FM kecil maka nilai USB kecil dan nilai LSB besar.USB mempunyai frekuensi sudut
sebesar ωc + ωm, rumus dari USB ini adalah fc+fm sedangkan LSB adalah suatu bentuk
modulasi amplitudo dimana suatu frekuensi sinyal pembawa tunggal dimodulasi secara bebas
oleh dua sinyal pemodulasi berbeda,rumus dari LSB adalah fc-fm.
H. KESIMPULAN
1. Dari rangkaian modulasi amplitude dapat diketahui bahwa jika induktornya (L)
diperbesar dan kapsitornya (C) tetap maka sinyal modulasi amplitudonya akan semakin
kecil dan jika induktornya (L) tetap dan kapasitornya (C) diperbesar maka sinyal
modulasi amplitudonya akan semakin kecil. Jika induktor (L) dan kapasitor (C) bernilai
samadan semakin kecil maka sinyal modulasi amplitudonya akan semakin besar dan jika
induktor (L) dan kapasitor (C) bernilai sama dan semakin besar maka sinyal modulasi
amplitudonya akan semakin kecil.
2. Dalam rangkaian modulasi amplitudo kapasitor berfungsi sebagai penyimpan muatan
listrik sementara dan Induktor berfungsi untuk menyimpan arus dalam bentuk medan
magnet. Dalam rangkaian modulasi amplitudo kapasitor dan induktor juga memiliki
fungsi untuk pengeluaran sinyal modulasi amplitudo yang pertama pada saat induktor
dinaikkan atau diperbesar sedangkan kapasitornya tidak dirubah maka akan
menghasilkan sinyal AM yang semakin besar dan yang kedua pada sat induktornya tetap
dan kapasitornya dinaikkan maka akan menghasilkan sinyal AM yang semakin kecil dan
yang ketiga atau terakhir saat nilai indoktornya dan kapasitornya sama maka akan
menghasilkan sinyal yang semakin besar.
3. Semakin besar nilai VM yang diberikan pada sinyal informasi maka keluaran sinyal
akansemakin besar pada modulasi amplitudo.
4. Bentuk sinyal keluaran AM pada frekuensi domain waktu di pengaruhi oleh indeks
modulasinya, dimana ada 3 kondisi yaitu :
a. Jika m < 1 maka sinyal carrier akan termodulasi sebagian
b. Jika m = 1 maka akan menghasilkan sinyal termodulasi sempurna
c. Jika m > 1 maka akan terjadi over modulasi dan sinyal termodulasi akan mengalami
distorsi.
5. Semakin besar nilai FM yang diberikan pada sinyal informasi maka keluaran sinyalnya
akan semakin besar pada modulasi amplitudonya.
6. Pada saat FM diberi nilai yang besar maka USB (Upper Side Band)akan semakin tinggi
atau besar sedangkan jika FM diberi nilai besar maka LSB (Lower SideBand) akan
semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. ModulPraktikumDasar Telekomunikasi. Laboratorium Telekomunikasi.


JurusanTeknikElektroFakultasTeknik.UniversitasMataram.
Dennis r.j.c (2002).Komunikasi Elektronika.Erlangga.Ciracas-Jakarta

Herry s.2013.Teknik Dasar Telekomunikasi.Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.Indonesia

Susilawatiindah. 2019.Teknik Telekomunikasi Dasar kuliah 4 modulasi.Fakultas

Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Yogyakarta


ISSN : 2442-5826 e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 | Page 1359

PERANCANGAN SIMULATOR MODULASI DAN DEMODULASI AM


MENGGUNAKAN LABVIEW
DESIGN OF MODULATION AND DEMODULATION AM SIMULATOR USING
LABVIEW

I Made Santanu Wiryawan1, Yuyun Siti Rohmah2, Afief Dias Pambudi3


1,2,3
Prodi D3 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom
1
Imadesantanuwiryawan@gmail.com, 2ysr@telkomuniversity.com, 3Afb@telkomuniversity.ac.id

Abstrak
Dalam sistem transmisi komunikasi proses modulasi dan demodulasi sangat berpengaruh terhadap
proses transmisi sinyal, agar sinyal sampai ke tujuan informasi. Modulasi adalah peristiwa penumpangan
sinyal informasi ke sinyal pembawa, Demodulasi adalah proses konversi sinyal agar kembali seperti
semula setelah dimodulasikan. Salah satu contoh modulasi analog adalah AM. Pada saat ini belum ada
suatu simulator untuk pembelajaran sinyal analog, maka dari itu dibuat suatu simulasi sinyal AM untuk
pembelajaran sinyal analog pada mata kuliah siskom.
Pada proyek akhir ini dibuat sebuah simulator menggunakan labVIEW (Laboratory Virtual Engineering
Workbench). LabVIEW merupakan software pemograman yang nantinya akan melakukan simulasi
dengan menggunakan parameter pembentuk sinyal yang berada di LabVIEW untuk membuktikan
keluaran yang dihasilkan sama dengan masukkannya, dengan menggunakan modulasi berbasis analog
khususnya dengan metode AM (Amplitude Modulation).
Berdasarkan hasil pengujian yang sudah dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa simulator modulasi
dan demodulasi AM DSB SC dan AM DSB FC ini mampu melakukan simulasi dan mampu juga
menampilkan bentuk sinyal info, noise AWGN, sinyal keluaran dalam domain waktu maupun domain
frekuensi. Kemudian, pengujian dengan penambahan noise AWGN menghasilkan sinyal yang cacat.
Pengujian indeks modulasi yang dilakukan kepada masing masing rangkaian AM DSB SC dan AM DSB
FC mendapatkan hasil bahwa AM DSB SC hanya memiliki 1 jenis index modulasi yaitu m=1 sedangkan
AM DSB FC memiliki 3 jenis index modulasi yaiut m>1, m=1, m<1. Katakunci : LabVIEW, AM DSB FC,
AM DSB SC, Modulasi, Demodulasi, index modulasi
Abstract
In a communication transmission system modulation and demodulation process greatly affect the signal
transmission process, in order to signal to the destination information. Modulation is laying event
information signal to the carrier signal, demodulation is the process of converting the signal to return to
normal after modulated. One example is the analog modulation AM. At the moment there is no a
simulator for learning analog signals, therefore made an AM signal simulation for learning analog signal
on subjects siskom.
At the end of this project will be made a simulastion using LabVIEW (Laboratory Virtual Engineering
Workbench). LabVIEW a programming software that will perform simulasing using signal-forming
parameters that are in LabVIEW to prove the resulting output is equal to enter it, using analog-based
modulation, especially with methods of AM (Amplitude Modulation).
Based on the results of tests already carried out , it showed that the simulator modulation and
demodulation AM AM DSB DSB SC and FC is able to perform simulations and were also able to display
the form information signal , noise AWGN, the output signal in the time domain or frequency domain .
Then , the test with the addition of noise AWGN produce a defective signal. Tests conducted modulation
index to each series of DSB AM SC and AM DSB FC get the results that DSB AM SC only has one type of
modulation index , m = 1 while AM DSB FC have three types of modulation index is m > 1 , m = 1 , m < 1,
keywords : LabVIEW, AM DSB FC, AM DSB SC, Modulation, Demodulation, Index Modulation
ISSN : 2442-5826 e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 | Page 1360

1. Pendahuluan sinus merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat


analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa
Dalam system transmisi komunikasi proses berdasarkan analisis fourir, suatu sinyal analog
modulasi dan demodulasi sangat berpengaruh dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang
terhadap proses pentransmisian sinyal supaya sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka
sinyal yang ditransmisikan diperoleh sesuai dengan jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang
yang dikirim. Modulasi merupakan proses jauh, namun sinyal ini mudah terpengaruh pada noise.
penumpangan frekuensi sinyal info dengan Dan gambar di bawah menunjukan dari transmisi
frekuensi sinyal carrier.Sedangkan demodulasi sistem komunikasi tersebut
adalah proses pemisahan frekuensi sinyal info
dengan frekuensi sinyal carrierdengan alat yang Modulasi
disebut demodulator.Pada transmisi sinyal
informasi analog modulator merupakan suatu Modulasi adalah suatu proses dimana
rangkaian yang berfungsi untuk melakukan proses parameter dari suatu gelombang divariasikan
modulasi yaitu proses menumpangkan data pada secara proposional terhadap gelombang lain.
frekuensi carrier ke sinyal informasi agar bisa Parameter yang diubah tergantung pada besarnya
dikirim ke penerima melalui media tertentu (kabel modulasi yang diberikan. Proses modulasi
atau udara).Salah satu sistem telekomunikasi membutuhkan dua buah sinyal pemodulasi yang
elektronik yang dikembangkan adalahsistem berupa sinyal informasi dan sinyal pembawa
modulasi, seperti modulasi analog yaitu modulasi (carrier) dimana sinyal informasi tersebut
amplitudo (AM),modulasi frekuensi (FM), dan ditumpangkan oleh sinyal carrier.
modulasi Fasa (PM) Maka secara garis besar dapat diasumsikan bahwa
modulasi merupakan suatu proses dimana
Dari ketiga teknik modulasi,yang akan gelombang sinyal termodulasi ditransmisikan dari
dibahas adalah tentang AM. Untuk itu diperlukan transmitter ke receiver. Pada sisi receiver sinyal
suatusimulink sinyal analog yang dapat modulasi yang diterima dikonversikan kembali
mendiskripsikan proses kerja teknik modulasi dan kebentuk asalnya, proses ini disebut dengan
demodulasi analogsecara lebih jelas dan terarah. demodulasi. Rangkaian yang digunakan untuk
Sehingga para mahasiswa dapat benar-benar jelas proses modulasi disebut dengan modulator,
memahami gambaran proses kerja dari pengiriman sedangkan rangkaian yang digunakan untuk proses
dan penerimaan teknik modulasi dan demodulasi demodulasi disebut demodulator.
analog metode AM. Sinyal informasi biasanya memiliki spektrum yang
rendah dan rentan untuk tergangu oleh
Pada pembuatan simulink ini menggunakan noise.Sedangakan pada transmisi dibutuhkan sinyal
bahasa pemprograman LabVIEW agar dapat yang memiliki spektrum tinggi dan dibutuhkan
menampilkan grafik hasil proses pengiriman dan modulasi untuk memindahkan posisi spektrum dari
penerimaan dari kedua teknik modulasi dan sinyal data, dari pita spektrum yang rendah ke
demodulasi tersebut.Hasil dari simulink ini spektrum yang jauh lebih tinggi. Hal ini dilakukan
diharapkan dapat membantu mempermudah pada transmisi data tanpa kabel (dengan antena),
pembelajaran dalam sistem komunikasi dengan membesarnya data frekuensi yang dikirim
maka dimensi antenna yang digunakan akan
2. Dasar Teori mengecil.

Transmisi Sistem Komunikasi Demodulasi

Transmisi sistem komunikasi secara umum Definisi demodulasi adalah proses suatu
dapat diartikan sebagai hubungan atau pertukaran sinyal modulasi yang dibentuk kembali seperti
informasi. Informasi sendiri sebagai suatu yang aslinya dari suatu gelombang pembawa (carrier
akan disampaikan dapat berupa data. Oleh karena wave) yang termodulasi oleh rangkaian. Definisi
itu dalam komunikasi ada tiga bagian pokok, yaitu demodulator adalah rangkaian yang penerima
sumber informasi sebagai pengirim, media transmisi komunikasi (radio, televisi, dan radar) yang
sebagai pembawa informasi dan tempat tujuan berfungsi memisahkan informasi asli dari
informasi sebagai penerima informasi. gelombang campuran (yaitu gelombang isyarat
pembawa yang termodulasi. Demodulator sering
Sinyal analog bekerja dengan juga disebut dengan detector. Misalnya dalam
mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk system modulasi amplitude (AM) dikenal jenis-
gelombang kontinu. Dua karakteristik terpenting jenis detector linier, detector kuadrat, dan detector
yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan Kristal.
frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan
dengan gelombang sinus, mengingat gelombang
ISSN : 2442-5826 e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 | Page 1361

Modulasi analog 3. Pembahasan

Modulasi analog merupakan proses Kerja Sistem Secara Umum


penumpangan sinyal informasi yang berupa sinyal
anolog kedalam sinyal pembawa. Secara umum Dalam sistem ini, user akan melakukan proses
modulasi analog ada tiga jenis, yaitu Amplituda memasukan parameter- parameter seperti message
signal, noise, dll pada aplikasi LabVIEW yang ada
Modulasi,Frekuensi Modulasi dan Phasa Modulasi
di PC atau komputer. Masukan parameter tersebut
akan di olah atau di recognize dari angka ke dalam
1. Amplitude Modulation (AM)
bentuk sinyal. Sinyal tersebut akan di tampilkan
Modulasi amplitude merupakan proses modulasi
pada Waveform Graph yang terdapat pada
dimana amplituda sinyal carrier akan berubah-ubah
LabVIEW. Berikut dibawah ini adalah control
sesuai dengan sinyal informasi. Modulasi amplitude
ilustrasi gambar cara kerja sistem secara umum dan
terdapat tiga jenis: AM DSB SC, AM SSB, AM
blok diagram cara kerja sistem secara umum
DSB FC.
Perancangan User Interface
2. Frequency Modulation (FM)
Perancangan User Interface aplikasi yang
Frequency Modulation (FM) adalah nilai
digunakan untuk memilih menu utama dari
frekuensi dari gelombang pembawa (carrier wave)
simulator
diubah-ubah menurut besarnya amplitudo dari
sinyal informasi. Karena noise pada umumnya
terjadi dalam bentuk perubahan amplitudo, FM
lebih tahan terhadap noise dibandingkan dengan
AM.

3. Phase Modulation (PM)


Phase Modulation (PM) adalah proses modulasi
yang mengubah fasa sinyal pembawa sesuai
dengan sinyal pemodulasi atau sinyal pemodulasinya.
Sehingga dalam modulasi PM amplitudo dan frekuensi
yang dimiliki sinyal pembawa tetap, tetapi fasa
sinyal pembawa berubah sesuai dengan informasi.
Gambar 3.1Home
AWGN (Additive White Gausian Noise)

AWGN (Additive White Gausian Noise)


merupakan suatu proses stokastik yang terjadi pada
kanal dengan karakteristik memiliki rapat daya
spectral noise merata di sepanjang range
frekuensi.AWGN mempunyai karakteristik respon
frekuensi yang sama disepanjang frekuensi dan
variannya sama dengan satu.Pada kanal transmisi
selalu terdapat penambahan derau yang timbul
karena akumulasi derau termal dari perangkat
pemancar, kanal transmisi, dan perangkat penerima. Gambar 3.2Menu dasa teori
Derau yangmenyertai sinyal pada sisi penerima
dapat didekati dengan model matematis statistik
AWGN. Derau AWGN merupakan gangguan yang Pengujian dan Hasil Implementasi Aplikasi
bersifat Additive atau ditambahkan terhadap sinyal Aplikasi yang telah dibuat dinamakan
transmisi,dimodelkan dalam pola distribusi acak “Simulator Signal Analog” dapat berjalan pada
Gaussian dengan mean (m) = 0, standar deviasi (σ) PC atau Komputer dengan minimum sistem operasi
= 1, power spectral density (pdf) = No/2 (W/Hz), Windows 8 dan spesifikasi laptop yang bagus
dan mempunyai rapat spektral daya yang tersebar sehingga dapat mendukung proses pengoprasian
merata pada lebar pita frekuensi tak berhingga sinyal yang lebih cepat, namun penulis
menggunakan Windows 7. Berikut screenshoot
aplikasi yang berjalan di windows 7:
ISSN : 2442-5826 e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 | Page 1362

Gambar 3.3 Halaman login


Gambar 3.6 Tampilan hasil sinyal pengujian AM
DSB SC

Dari hasil pengujian diatas menunjukan hasil


keluaran sinyal dari proses simulasi AM DSB SC
sinyal yang dikuluarkan sudah baik. Karena
parameter yang dimasukan sudah seusai dengan
teori yaitu frekuensi carrier harus lebih besar dari
frekuensi masukan atau frekuensi info.

Gambar 3.4 Halaman tampilan sinyal Pengujian skenario tanpa penambahan Noise
pada AM DSB FC

Tabel 3.2 Pengujian sinyal sinusoidal AM DSB FC

Gambar 3.5 Halaman parameter sinyal

Pengujian skenario tanpa


penambahan Noise pada AM
DSB SC
Pengujian disini dilakukan sebanyak 2 kali pada
masing- masing modulasi dan demodulasi sinyal
analog AM DSB-SC dan AM DSB-FC, pengujian
pertama dengan tidak memasukan parameter noise Gambar 3.7 Tampilan hasil sinyal pengujian AM
ke dalam simulasi melainkan hanya memasukan DSB FC
parameter seperti frekuensi sinyal info, sample
rate, bentuk keluaran sinyal, dan sinyal pembawa Dari hasil pengujian diatas menunjukan hasil
selanjutnya akan dilakukan pengujian kedua keluaran sinyal dari proses simulasi AM DSB SC
dengan menambahkan parameter noise kedalam sinyal yang dikuluarkan sudah baik. Karena
simulasi AM DSB FC dan AM DSB SC parameter yang dimasukan sudah seusai dengan
teori yaitu frekuensi carrier harus lebih besar dari
frekuensi masukan atau frekuensi info.

Pengujian skenario dengan penambahan Noise


pada AM DSB SC
Pengujian disini dilakukan sebanyak 2 kali pada
masing- masing modulasi dan demodulasi sinyal
analog AM DSB-SC dan AM DSB-FC, dengan
Tabel 3.1 Pengujian sinyal sinusoidal AM DSB SC memasukan parameter Noise AWGN dan kemudian
merubah parameter masukan sinyal seperti jumlah
sample, frekuensi sinyal, sampling frekuensi,
ISSN : 2442-5826 e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 | Page 1363

indeks modulasi dan carrier yang bertujuan untuk Dari hasil percobaan dengan menggunakan noise
mengetahui bentuk sinyal keluarannya, pada kondisi AWGN. Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa
ada penambahan noise pengaruh noise sangat besar. Walaupun hanya
memasukan noise sebesar 1 tapi sudah dapat
merubah hasil keluaran sinyal menjadi jelek dan
. tidak berbentuk seperti sinya sinusoidal.

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil


pengujian yang sudah di lakukan sebanyak 2 kali
tanpa noise dan 2 kali dengan menambahkan noise
Tabel 3.3 Pengujian sinyal sinusoidal AM DSB SC pada masing masing modulasi dan demodulasi
dengan noise sinyal AM DSB SC dan AM DSB FC bahwa
tingkat kejelekan sinyal terdapat pada percobaan
dengan menambahkan noise, wlaupun noise yang
di masukan kecil dampak noise AWGN begitu
besar sehingga dapat mengubah keluaran sinyal
menjadi jelek atau tidak berbentuk sinusoidal.
Selain itu juga teori yang harus di perhatikan dalam
melakukan percobaan adalah frekuensi sampling
harus lebih besar 2 kali daripada frekuensi masukan
dan sinyal pembawa harus lebih besar daripada
frekuensi sinyal info. Jika hal itu tidak diperhatikan
maka hasil keluaran sinyal akan jelek atau jauh dari
standard.
Gambar 3.8 Tampilan hasil sinyal pengujian 3 AM
DSB SC dengan noise Pengujian skenario indeks
modulasi pada AM DSB FC ( m<1
Dari hasil percobaan pertam hasil uji coba pertama )
dengan menggunakan noise AWGN. Dapat dilihat Pengujian yang akan dilakukan sekarang adalah
pada gambar di atas bahwa pengaruh noise sangat pengujian tentang indeks modulasi dari proses
besar. Dan dalam percobaan ini noise yang
modulasi dan demodulasi AM DSB FC dan AM
dimasukan sebesar 1. Sinyal yang dihasilkan
sangat jelek atau jauh dari standard. DSB SC, dan pengujian akan dilakukan masing-
masing 2 kali yaitu untuk mengetahui pengaruh
Pengujian skenario dengan indeks modulasi terhadap keluaran sinyal yang
penambahan Noise pada AM DSB terdemodulasi pada masing masing tipe AM. Tiga
FC pengujian yang akan dilakukan adalah peristiwa
ketika m<1 dan m>1.
Parameter yang di masukan pada pengujian indeks
modulasi AM DSB FC (a) dapat di lihat pada table
di bawah ini :

Tabel 3.4 Pengujian sinyal sinusoidal AM DSB FC


dengan noise

Tabel 3.5 Pengujian indeks modulasi pada AM


DSB FC dengan m<1

Gambar 3.10 Tampilan hasil sinyal pengujian 4


AM DSB FC dengan noise
ISSN : 2442-5826 e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 | Page 1364

sinyal termodulasinya akan sama keluaraannya


dengan sinyal termodulasi dari AM DSB SC.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perancangan, pengujian, pada
simulator modulasi AM DSB SC dan AM DSB FC
menggunakan LabVIEW dan analisa terhadap
kinerja dan kemampuan simulator dalam
Gambar 3.11 Tampilan hasil pengujian m<1 melakukan simulasi, maka dapat diambil beberapa
AM DSB FC kesimpulan diantaranya:

Dari hasil pengujian dengan memasukan parameter 1. Simulator modulasi AM DSB SC dan AM
indeks modulasinya kurang dari satu. Dapat dilihat
DSB FC sudah mampu melakukan simulasi
pada gambar di atas bahwa pengaruh indeks
modulasi membuat hasil keluaran sinyal yang dengan menampilkan enam jenis keluaran,
termodulasi mengalami sedikit gangguan atau yaitu gambar sinyal carrier yang dipakai,
distorsi. m<1 akan menghasilkan keluaran sinyal sinyal noise, sinyal informasi yang
atau sinyal termodulasinya menjadi under dikirimkan, sinyal termodulasi dalam
modulation. domain waktu dan dalam domain frekuensi
2. Pengujian indeks modulasi pada kedua
Pengujian skenario indeks
rangkaian yaitu rangkaian AM DSB FC
modulasi pada AM DSB FC ( m>1
dan AM DSB mendapatkan hasil bahwa
)
AM DSB SC hanya memiliki 1 jenis
indeks modulasi yaitu m=1 sedangkan AM
DSB FC memiliki ke-3 jenis indeks
modulasi yaitu m=1, m>1 dan m<1.
3. Penambahn noise pada setiap jenis
simulator dapat dijalankan dengan baik.
4. Hasil percobaan menggunakan simulator
Tabel 3.6 Pengujian indeks modulasi pada AM
ini menunjukan bahwa kerusakan pada
DSB FC dengan m>1
sinyal AM DSB SC dan juga AM DSB FC
akan terus bertambah jika dimasukan noise.
5. User interface yang dibuat sudah berjalan
dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan berfungsinya semua tombol pada
tampilan simulator yang dapat bekerja
dengan benar.
6. Selain menampilkan simulasi sinyal simulator
ini dilengkapi dengan beberapa menu pilihan
lainnya, yaitu menu dasar teori yang
memuat tentang teori-teori dasar mengenai
Gambar 3.11 Tampilan hasil pengujian m>1 modulasi dan demodulasi AM DSB SC dan
AM DSB FC AM DSB FC, menu bantuan yang berisikan
penjelasan apabila pengguna mengalami
Dari hasil pengujian dengan memasukan parameter kesulitan didalam pengoprasian aplikasi
indeks modulasinya lebih dari satu. Dapat dilihat
pada gambar di atas bahwa pengaruh indeks SARAN
modulasi membuat hasil keluaran sinyal yang
termodulasi mengalami sedikit gangguaan. m>1 Untuk pengembangan dalam merancang dan
akan menghasilkan keluaran sinyal atau sinyal mengimplementasikan perangkat iniselanjutnya ada
termodulasinya menjadi over modulation. Selain
mengalami overmodulation keluaran sinyal AM
DSB FC jika dimasukan indek modulasi m>1 hasil
ISSN : 2442-5826 e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 | Page 1365

baiknya mempertimbangkan beberapa saran di


bawah ini agar didapat hasil yang maksimal.

1. Agar Simulator yang dibuat khusus pada


PC dapat dikembangkan pada aplikasi lain
yang memiliki spesifikasi yang bagus
seperti. Contohnya pada ponsel dengan
sistem operasi Microsoft dan IOS.Agar
simulator ini bias dijalankan tanpa harus
masuk kedalam software LabVIEW
2. Agar simulator ini bias dijalankan tanpa
harus masuk kedalam software LabVIEW
3. Dapat direalisasikan sebagai media
pemblajaran sehari – hari di kampus
4. Fitur simulator ini kedepannya bisa
dikembangkan tidak hanya untuk
mengontrol sinyal

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adi Purwadi,”Penerapan Jenis Teknik


Modulasi pada Komunikasi Data”Teknik
Informatika-Universitas Indraprasta
PGRI,2012.
[2] Wikipedia,”Double-sideband suppressed-
carrier transmission”
[3] Robert Dutton, “Amplitude Modulation and
Demodulation”, jurnal, Stanford University,
California.2006
[4] Thomas Bress, “Effective LabVIEW
Programming ”, buku, 2015.
[5] Anita Mohanti, Sushree Souravi Kar
“Synthesis and Analysis of Analog
Communication Techniques Using
Labview”, jurnal, Silicon Institute of
Technology, 2014.
[6] Wikipedia.”Analog Modulation methods”
[7] D.K.Sharma, A.Mishra, Rajiv Saxena,
“ Analog & Digital Modulation
Techniques: An Overview”,jurnal, Ujjain
Engineering Collage,2010.
[8] Wikipedia.”Amplitude Modulation”
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

DAFTAR HADIR
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

PERCOBAAN 1
SHIFT 1
KELOMPOK 13

NO NIM NAMA TTD

1 F1B019021 Alfansyah Baadilla 1


2 F1B019031 Aulia Widya Prastuti
2
3 F1B019053 Febrian Rizky 3
4 F1B019091 Mila Wahyuni 4
5 F1B019113 Nurrochman Hartadi Dasrien 5

Mataram, 26 Oktober 2020

Koordinator Asisten, Asisten Praktikum,

(Rizki Febria Satria)


(Aprialdy Budi Saputra)
NIM. F1B018058
NIM. F1B017015
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA : Nurrochman Hartadi Dasrien


NIM : F1B019113
KELOMPOK 13
PERCOBAAN 1

PARAF
NO TANGGAL URAIAN
ASISTEN

+ jenis jenis modulasi

+ tujuan modulasi

- ganti sumber, jangan dari blog

+ keterangan gambar dengan 1.1


1 27 Oktober 2020 + persamaan teorema nyquist

- alat dan bahan lembar baru

- rapikan analisa rangkaian

- rapikan tabel analisa perhitungan

+ analisa sub 2 dan 3

2 + jenis jenis modulasi (pengertian


modulasi digital dan modulasi analog)

29 Oktober 2020 + perbaiki keterangan gambar


(1.1,1.2,dst)

+ persamaan teorema nyquist (fs>2fin


max)
+ ket. Gambar pada data hasil

- gambar sub 2 dan sub 3 masih belum


rapi

- perbaiki formar penulisan analisa


rangkaian Am

- analisa sub 2 lembar baru

- analisa sub 3 lembar baru

- analisa tabel sub 3 mana?

- perbaiki yang masih salah penulisan

+ kesimpulan

+ perbaiki keterangan gambar

+ perbaiki yang ditandai

3 30 Oktober 2020 + rapikan gambar data hasil sub 2 dan 3

+ perbaiki format penulisan analisa


rangkaian am

+ kesimpulan

Ac

Mataram, 18 November 2020


Asisten,

Rizki febria Satriadi

ACC NIM : F1B018058


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA : NURROCHMAN HARTADI D.


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13 (Tiga Belas)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN 2
MODULASI FREKUENSI

NAMA : NURROCHMAN HARTADI D.


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13 (Tiga Belas)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN II

MODULASI FREKUENSI

A. TUJUAN
PENGAMATAN RANGKAIAN FM

1. Mengetahui bentuk rangkaian sinyal modulasi frekuensi .

2. Mengamati pengaruh induktor dan kapsitor terhadap siyal modulasi.

A. 2PENGAMATAN DOMAIN WAKTU

1. Mengamati bentuk sinyal keluaran dari modulasi frekuensi pada domain


waktu

2.Menentukan nilai indeks modulasi pada sinyal modulasi frekuensi

PENGAMATAN DOMAIN FREKUENSI

1. Mengamati bentuk sinyal keluaran dari modulasi frekuensi pada domain


frekuensi.
2. Mengetahui pengaruh perubahan freukensi sinyal informasi dan
sinyalcarrier terhadap spektrum sinyal FM.

B. DASAR TEORI

Pengertian dan Tujuan Modulasi

a. Pengertian modulasi

Modulasi adalah proses menitipkan pesan pada pembawa. Contoh


modulasi juga terjadi pada pengiriman surat menggunakan merpati, sehingga
jangkauan pengiriman menjadi lebih jauh dan lebih cepat. Surat sebagai
sinyal informasi, merpati sebagai sinyal pembawa dan penitipan surat pada
seekor merpati identik denganmodulasi.Modulasi yang digunakan
komunikasi konvensional adalah modulasi amplitudo (AM: amplitude
modulation) dan modulasi frekuensi (FM:frequency modulation). Sedangkan
untuk komunikasi dijital modulas yang digunakan adalah FSK (frequency
shift keying), PSK (phaseshift keying) dan QAM (quadrature amplitude
modulation).

b. Tujuan Modulasi

 Transmisi menjadi efisien atau memudahkan pemancaran.


 Masalah perangkat keras menjadi lebih mudah.
 Menekan derau atau interferensi.
 Untuk memudahkan pengaturan alokasi frekuensi radio.
Untuk multiplexing, proses penggabungan beberapa sinyal informasi untuk
disalurkan secara bersama-sama melalui satu kanal transmisi.

Teorema Nyquist

Teorema pencuplikan Shannon Nyquist menyatakan jika kita


mencuplik sinyal cukup rapat (pada laju Nyquist), maka kita dapat
merekonstruksi data analog secara sempurna. Pada penginderaan dengan
sampling, paradigma yang berkembang untuk akuisisi data digital adalah
pencuplikan data secara merata pada laju Nyquist (2 kali lebar bandwidth
fourier) dan kemudian dilakukan kompresi data.

a. Proses sampling/pencuplikan

Proses ini mengubah representasi sinyal yang tadinya berupa sinyal


kontinyu menjadi sinyal diskrit. Dapat juga diibaratkan sebagai sebuah
saklar on/off yang membuka dan menutup setiap periode tertentu(T)
sebagai contoh pemberian sinyal pencuplika pada sampling

Gambar (a) pemberian sinyal pencuplika pada sampling

Modulasi Frekuensi (FM)

Modulasi frekuensi merupakan suatu modulasi dimana frekuensi


gelombang pembawa berubah-ubah menurut sinyal informasi. Gambar 2.1
menunjukkan prinsip kerja proses modulasi frekuensi. Gambar B.3(a) adalah
sinyal pemodulasi, sedangkan sinyal pembawa ditunjukkan oleh Gambar
B.3(b). Sinyal termodulasi yang terbentuk dapat dilihat dalam Gambar
B.3(c). Dalam gambar tersebut tampak bahwa perubahan amplitudo sinyal
pemodulasi menyebabkan terjadinya perubahan pada periode sinyal
pembawa. Sehingga, frekuensi sinyal pembawa juga mengalami perubahan.

Gambar B.3 Modulasi frekuensi dari gelombang pembawa sinus oleh sinyal sinus
(a). Pembawa tak termodulasi (b). Sinyal pemodulasi (c). Gelombang termodulasi
frekuensi
Dalam modulasi frekuensi, frekuensi diasumsikan sebagai turunan
 d 
i  
sudut apabila sudut tersebut berubah-ubah terhadap waktu  dt 
dan fekuensi radian termodulasi ini sebagai perubahan frekuensi sinyal
pembawa oleh gelombang pemodulasi  i   c K f t , sehingga
gelombang pembawa dimodulasi frekuensi dapat dinyatakan sebagai
fc t   A cos t 

dimana :


fc t  : gelombang pembawa dimodulasi frekuensi

 A : amplitudo gelombang pembawa (V)


 t  : sudut gelombang pembawa ( 0 )

Jika  t  berubeh sesuai dengan gelombang pemodulasi f t maka


Akan diperoleh :

 t    i dt
 ct  0  K  f t dt
Bila f t   a cosm t dengan f t adalah gelombang pemodulasi, a

adalah amplitudo gelombang pemodulasi dan  m adalah frekuensi


sudut gelombang pemodulasi, maka :
K.a
  t   c t   0  sin  t
m
m


 c t  sin  t
m
m

dengan  adalah suatu kontanta yang bergantung pada amplitude


a sinyal pemodulasi dan rangkaian pengubah variasi-variasi dalam
amplitudo sinyal ke perubahan-perubahan dalam frekuensi pembawa
yang bersesuaian. Sedangkan 0 diambil pada nilai sama dengan nol
dengan mengacu pada suatu acuan fasa yang tepat.
Dari analisa di atas, gelombang yang dimodulasi frekuensi dapat ditulis
Sebagai:

fc t   A cos  c t   sin  m t 


m 


dimana :
fc t  : gelombang pembawa dimodulasi frekuensi
A :amplitudo gelombang pembawa (V)
 c:frekuensi sudut gelombang pembawa ( 0 )
 : impangan frekuensi sudut gelombang pembawa (Hz)
m : frekuensi sudut gelombang pemodulasi (Hz)

Dalam persamaan dapat dilihat bahwa amplitudo gelombang


pembawa tidak berubah, meskipun telah dimodulasi. Amplitudo
gelombang pemodulasi menentukan besarnya perubahan frekuensi
pembawa, sedangkan frekuensi pemodulasi menentukan kecepatan
perubahan frekuensi pembawa.

Indeks Modulasi Frekuensi

Indeks modulasi dalam pemodulasian frekuensi (FM) adalah


perbandingan deviasi frekuensi terhadap frekuensi pemodulasi
  f
 
m fm
dimana :
 :indeks modulasi
f :simpangan (deviasi) frekuensi maksimum (Hz)
fm :frekuensi maksimum sinyal gelombang pemodulasi

(Hz)
persamaan baru yang menyatakan sebuah gelombang pembawa yang
dimodulasi dengan sinyal sinusoida sebagai berikut :
f c  t   A cos c t   sin  m t 

Filter

Filter adalah rangkaian yang melewatkan sinyal dengan frekuensi-


Frekuensi tertentu atau pada suatu daerah frekuensi tertentu dan menahan sinyal
pada daerah frekuensi lainnya. Untuk merancang rangkaian filter dapat
digunakan komponen pasif (R,L,C) dan komponen aktif (Op-Amp, transistor).
Dengan demikian filter dapat dikelompokkan menjadi filter aktif dan filter
pasif.

1. Filter Aktif
Filter aktif adalah rangkaian filter dengan menggunakan komponen
elektronik aktif. Komponen penyusunnya terdiri dari op-amp, transistor, dan
komponen lainnya. Oleh karena itu filter dapat dibuat dengan performansi
bagus dengan komponen yang relative sederhana. Induktor yang akan menjadi
mahal pada frekuensi audio, tidak diperlukan karena unsur aktifnya, yaitu
penguat operasi, dapat dipakai untuk mensimulasi reaktansi induktif inductor.
Kelebihan dari rangkaian filter aktif ini adalah ukurannya lebih kecil, ringan,
lebih murah, dan lebih fleksibel dalam perancangannya. Sedangkan
kerugiannya adalah pada komponen dihasilkan panas, terdapatnya pembatasan
frekuensi dari komponen yang digunakan sehingga pengaplikasian untuk
frekuensi tinggi terbatas.

2. Filter Pasif
Filter Pasif adalah rangkaian filter yang menggunakan komponen-
komponen elektronik pasif saja. Dimana komponen pasif itu adalah induktor,
kapasitor, dan resistor. Kelebihan dari rangkaian filter pasif ini adalah dapat
tidak begitu banyak noise (sinyal gangguan yang tidak diinginkan) karena
tidak ada penguatan, dan digunakan untuk frekuensi tinggi. Sedangkan
kerugiannya adalah tidak dapat menguatkan sinyal, sulit untuk merancang
filter yang kualitasnya/responnya baik.

Berikut Penjelasan filter Berdasarkan Daerah Frekuensi


1. Low Pass Filter (LPF)
Low pass filter ideal melewatkan sinyal dengan frekuensi kurang dari frekuensi
tertentu dan tidak melewatkan sinyal samasekali dengan frekuensi lebih dari
frekuensi tertentu. Jangkauan frekuensi yang dikirimkan dikenal sebagai pita
lewat (bandpass).Jangkauan frekuensi yang diperlemah dikenal sebagai pita stop
(bandstop).

Frekuensi cut off (fc) juga disebut sebagai frekuensi 0,707, frekuensi -3 dB,
frekuensi sudut. Frekuensi-frekuensi diatas fc akan diredam (diperkecil). Kisar
frekuensi dibawah fc disebut bandpass, sedangkan kisar frekuensi diatas disebut
bandstop.6

Gambar 3. (a) Rangkaian LPF (b) Responfrekuensi LPF ideal

2. High Pass Fiter (HPF)


High pass filter (HPF) adalah suatu jenis filter yang berfungsi meredam
sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi cut off. Filter High Pass memperlemah
tegangan keluaran untuk semua frekuensi di bawah frekuensi cut off fc. Di atas
fc, besarnya tegangan keluaran tetap. Garis penuh adalah kurva idealnya,
sedangkan kurva putus-putus menunjukkan bagaimana filter-filter high pass yang
praktis menyimpang dari ideal.
Gambar 4. Rangkaian HPF

3. Band Pass Filter (BPF)

Band pass filter (BPF) adalah suatu jenis filter yang berfungsi meredam

sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi di bawah frekuensi cut off pertama dan juga
meredam sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi cut off kedua. Filter Band Pass
hanya melewatkan sebuah pita frekuensi saja seraya memperlemah semua frekuensi
di luar pita itu.

Gambar 5. (a) rangkaian BPF (b) Responfrekuensi BPF ideal


4. Band Stop filter

Dalam pemrosesan sinyal, filter band-stop atau band-penolakan filter adalah


filter yang melewati frekuensi paling tidak berubah, tetapi attenuates mereka
dalam rentang tertentu ketingkat yang sangat rendah. Ini adalah kebalikan dari
filter band-pass. Sebuah filter takik adalah filter band-stop dengan stop bands
empit (tinggi faktor Q). Notch filter digunakan dalam reproduksi suara hidup
(Public Address sistem, juga dikenal sebagai sistem PA) dan instrument
penguat (terutama amplifier atau preamplifiers untuk instrument akustik seperti
gitar akustik, mandolin, bass instrumen amplifier, dll) untuk mengurangi atau
mencegah umpan balik ,sedangkan yang berpengaruh nyata kecil di seluruh
spectrum frekuensi. Band filter membatasi 'nama lain termasuk', 'Filter T-
takik', 'band-eliminasi filter', dan 'menolak band-filter'. Biasanya, lebar stop
band kurang

dari 1-2 dekade (yaitu, frekuensi tertinggi dilemahkan kurang dari 10 sampai
100 kali frekuensi terendah dilemahkan). Dalam pita suara, filter takik
menggunakan frekuensi tinggi dan rendah yang mungkin hanya semitone
terpisah.

Gambar 6. (a) Rangkaian BSF (b) Responfrekuensi BSF


LAT DAN BAHAN

1. Laptop
2. Program proteus 7.7
3. 2N2221
4. IND-AIR
5. CAP
6. CAP ELEC
7. MINRES47K
8. MINRES220R
9. Program MATLAB 2013 a
10. GUI Frequency Modulation Demo

D. LANGKAH PERCOBAAN
PENGAMATAN RANGKAIAN FM
1. Menghidupkan computer yang akan digunakan
2. Membuka program PROTEUS

Gambar 1. Tampilan isis proteus


3. Mengklik pick from libraries

Gambar 2. Tampilan pick from libraries


4.Membuat rangkaian frekuensi modulasi
Gambar 3. Rangkaian FM
5. Meng-klik tombol “run” pada tampilan isis proteus

6. Menentukan parameter sinyal informasi (amplitudo dan frekuensi) pada


blok Modulating Signal.
7. Menentukan parameter sinyal carrier (amplitudo dan frekuensi) pada
blok Carrier Signal.
8. Mengamati bentuk sinyal keluaran dan catat hasil percobaan pada tabel
2.1.
9.Mengulangi pengamatan pada keluaran sinyal FM dengan frekuensi sinyal

informasi yang berbeda

PENGAMATAN DOMAIN WAKTU


1. Menghidupkan Komputer yang akan digunakan.
2. Membuka program MATLAB.

Gambar 4. Tampilan Command Window


3. Mengetik “guide” pada command window di program MATLAB.

Gambar 5. Tampilan Command Window


4. Membuka file GUI Frequency Modulation Demo dengan format *m file atau
*fig.

Gambar 6. Tampilan GUI Frequency Modulation Demo


5. Meng-klik tombol “run” pada tampilan GUI atau editor.

(a)

(b)

Gambar 4a dan 4b. Tampilan GUI Frequency Modulation


6. Menentukan parameter sinyal informasi (amplitudo dan frekuensi) pada blok
Modulating Signal.
7. Menentukan parameter sinyal carrier (amplitudo dan frekuensi) pada blok
Carrier Signal.
8. Meng-klik tombol Time Domain pada GUI untuk menampilkan keluaran sinyal
FM pada domain waktu.
9. Mengamati bentuk sinyal keluaran dan catat hasil percobaan.
10. Mengulangi pengamatan pada keluaran sinyal FM dengan frekuensi sinyal
informasi yang berbeda.

D. 2PENGAMATAN DOMAIN FREKUENSI

1. Mengikuti langkah 1 sampai 7 pada sub percobaan I.


2. Meng-klik tombol Spectrum pada GUI untuk menampilkan keluaran sinyal FM
pada domain frekuensi.
3. Mengamati bentuk sinyal keluaran dan catat hasil percobaan.
4. Mengulangi pengamatan spektrum sinyal FM dengan frekuensi sinyal informasi
dan carrier yang berbeda.
E. DATA HASIL PERCOBAAN

Table hasil pengamatan rangkaian FM

Gambar rangkaian Gambar osiloskop

C1=13pF C2= 80pf L1= 380mH

C1= 14pf C2= 81pF L1= 381mH

C1= 15pF C2= 82 pF L1= 382 mH


Tabel hasil pengamatan domain waktu.

Sinyal informasi 1 Sinyal carrier 1

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =10 (Hz) fc = 114 (Hz)

Sinyal informasi 2 Sinyal carrier 2

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 11 (Hz) fc =114 (Hz)


Sinyal informasi 3 Sinyal carrier 3

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 12 (Hz) fc = 114 (Hz)

Sinyal informasi 4 Sinyal carrier 4

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =13 (Hz) fc = 114 (Hz)

Sinyal informasi 5 Sinyal carrier 5


Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 14 (Hz) fc =114 (Hz)

Sinyal informasi 6 Sinyal carrier 6

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 15 (Hz) fc = 114 (Hz)

Sinyal informasi 7 Sinyal carrier 7

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =16 (Hz) fc = 114 (Hz)


Sinyal informasi 8 Sinyal carrier 8

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 17 (Hz) fc =114 (Hz)

Sinyal informasi 9 Sinyal carrier 9

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 18 (Hz) fc = 114 (Hz)


Sinyal informasi 10 Sinyal carrier 10

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =19 (Hz) fc = 114 (Hz)


Tabel hasil pengamatan domain frekuensi.

Sinyal informasi 1 Sinyal carrier 1

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =10 (Hz) fc = 114 (Hz)

Sinyal informasi 2 Sinyal carrier 2

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 10 (Hz) fc =117 (Hz)


Sinyal informasi 3 Sinyal carrier 3

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 10 (Hz) fc = 120 (Hz)

Sinyal informasi 4 Sinyal carrier 4

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =10 (Hz) fc = 123 (Hz)

Sinyal informasi 5 Sinyal carrier 5

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)


fm = 10 (Hz) fc =126 (Hz)

Sinyal informasi 6 Sinyal carrier 6

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 10 (Hz) fc = 129 (Hz)

Sinyal informasi 7 Sinyal carrier 7

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =10 (Hz) fc = 132 (Hz)


Sinyal informasi 8 Sinyal carrier 8

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 10 (Hz) fc =135 (Hz)

Sinyal informasi 9 Sinyal carrier 9

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm = 10 (Hz) fc = 138 (Hz)


Sinyal informasi 10 Sinyal carrier 10

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =10 (Hz) fc = 141 (Hz)


F. ANALISA DATA

Rangkaian FM
a. Gambar Rangkaian

Dari data diatas dapat dianalisa bahwa rangkaian terdiri dari beberapa komponen
diantaranya, generator, baterai, resistor, Kapasitor, induktor, transistor, ground,
danosiloskop.Generator berfungsi untuk memasukkan nilai atau sinyal, baterai berfungsi
sebagai sumber daya perangkat listrik, kapasitor berfungsi sebagai tempat penyimpanan
energi listrik, induktor berfungsi sebagai tempat pengatur dan memfilter frekuensi serta
tempat menyimpan arus listrik. Pada rangkaian diatas generator sinyal memiliki dua
input, salah satu inputnya dihubungkan ke osiloskop chanel A yang menghasilkan
sinyal informasi dan juga di hubungkan secara parallel ke osiloskop chanel B yang
menghasilkan sinyal carrier serta di hubungkan dengan kapasitor elektrolit, input sinyal
generator yang lain dihubungkan ke ground.Sumbu positif pada baterai aktif terhubung
ke resistor, kapasitor,dan induktor,Sementara sumbu negative baterai terhubung ke
ground. C2 bertindak sebagai decoupling yaitu filterisasi yg berfungsi menyaring
lonjakan tegangan dan hanya melewatkan komponen sinyal DC. Baterai 12 Volt
memberikan arus DC kepada C1 dan L1 yang dirangkai secara parallel, proses modulasi
terjadi di kapasitor dan inductor yang nantinya ditampikan pada layar osiloskop
b. Hasil Modulasi Pada Osiloscop

C1= 13 pF
C2 = 80 pF
L1= 380 mH

Dari data output sinyal diatas dapat diketahui bahwa sinyal informasinya
konstan dan sinyal carrier dapat berubah-ubah tergantung pada data kapasitor 1
(C1), kapasitor 2 (C2), dan induktor 1 (L1) yang diinput, pada rangkaian di atas
akan terjadi perenggangan karena frekuensi sinyalcarriernya berubah. Proses
penumpangan sinyal carrier (pembawa) di naikkan pada sinyal informasi
makafrekuensi sinyal carrier (pembawa) akan berubah sesuai dengan perubahan
simpangan (tegangan) sinyal informasi.Dengan menggunakan rumus F=

diketahui bahwa ketika semakin besar nilai induktor dan kapasitor maka frekuensi
yang dihasilkan semakin kecil, sehingga sinyal keluaran FM akan semakin kecil.
c. HasilPerhitungan

F=

= √

= √

= 0.00091 Hz

Dari perhitungan frekuensi modulasi diatas, diketahui bahwa capasitor 1


(C1)=13,capasitor 2 (C2)=80 dan induktor 1 (L1)=380,setelah memasukan dalam
rumus hasil dari frekuensinya adalah 0,00091 Hz, jika nilai C1 ,C2 , L1 bertambah
maka hasil simpangannya pun akan bertambah, sebaliknya jika nilai C1, C2 dan L1
di kurangi atau di turunkan maka nilai simpangannya pun akan turun
Analisa Domain waktu

Diketahui :

Sinyal informasi Sinyal carrier

Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1,2 (Volt)

fm =10 (Hz) fc = 114 (Hz)

(Gambar Sinyal) (Gambar Sinyal)


Persamaan sinyal: Persamaan sinyal:

= 0.8 cos (2 10t) = 1,2 cos (2π114t)


= 0.8 cos (20πt) = 1,2 cos (228πt)
Persamaan sinyal FM:

SFM(t) = sin(

= 1,2 sin (2π114t- cos

= 1,2 sin (228πt-0.912cos(20πt))

(Gambar Sinyal)
Indeks modulasi FM:
β = (fc-fm)/fc = = 0.912
Tabel 3.1 analisa sinyal domain waktu:

Sinyal Informasi Sinyal Carrier Indeks


Vm Fm Vc Fc SFM(t) Modulasi
No.
(volt) (Hz) Sm(t) (volt) (Hz) Sc(t) (β)

0.8 10 0.8cos(20 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt - 0.912


1
πt) cos(228πt) 0.912cos(20πt))
0.8 11 0.8 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt - 0.903
2
cos(22πt) cos(228πt) 0.903cos(22πt))
0.8 12 0.8cos(24 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt - 0.982
3
πt) cos(228πt) 0.982 cos(24πt))
0.8 13 0.8 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt – 0.885
4
cos(26πt) cos(228πt) 0.885cos(26πt))
0.8 14 0.8cos(28 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt - 0.877
5
πt) cos(228πt) 0.877 cos(28πt))
0.8 15 0.8 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt - 0.868
6
cos(30πt) cos(228πt) 0.868cos(30πt))
0.8 16 0.8 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt - 0.859
7
cos(32πt) cos(228πt) 0.859cos(32πt))
0.8 17 0.8 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt - 0.850
8
cos(34πt) cos(228πt) 0.850cos(34πt))
0.8 18 0.8 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt - 0.842
9
cos(36πt) cos(228πt) 0.842cos(36πt))
0.83
10 0.8 19 0.8 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt -
cos(38πt) cos(228πt) 0.83 cos(38πt))
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sinyal carrier memiliki nilai frekuensi dan
amplitudo tetap yaitu sebesar 114 Hz dan 1.2 volt, sedangkan nilai frekuensi sinyal
informasi diubah – ubah dan nilai amplitudonya bernilai tetap sebesar 0.8 volt. Bentuk
sinyal termodulasi FM yang dihasilkan bergantung dari nilai indeks modulasinya. Indeks
modulasi sinyal FM berbanding terbalik terhadap nilai frekuensi sinyal informasi,
sehingga apabila nilai frekuensi sinyal informasi semakin tinggi, maka nilai indeks
modulasinya akan rendah atau kecil dan begitu pula sebaliknya. Bentuk sinyal
termodulasi FM akan lebih rapat apabila nilai indeks modulasinya kecil, sedangkan jika
nilai indeks modulasinya besar maka sinyal termodulasi FM yang dihasilkan akan lebih
renggang.
Analisa Sinyal Domain frekuensi

Sinyal informasi Sinyal Carrier


Vm = 0.8 (volt) Vc = 1,2 (volt)
fm = 10 (Hz) fc = 114 (Hz)

(Gambar sinyal) (Gambar sinyal)


Persamaan sinyal: Persamaan sinyal:

= 0.8 cos (2 10t) = 1,2 cos (2π114t)


= 0.8 cos (20πt) = 1,2 cos (228π

Persamaan sinyal FM:

SFM(t) = sin(

= 1,2 sin (2π114t- cos

= 1,2 sin (228πt-0.912cos(20πt))


(Gambar Sinyal)
Indeks modulasi FM:
β = (fc-fm)/fc = = 0.912
3.2. Table analisa sinyal domain frekuensi:
Sinyal Informasi Sinyal Carrier
No. Vm Fm Vc Fc SFM(t)
(volt) (Hz) Sm(t) (volt) (Hz) Sc(t)

0.8 10 0.8cos(20πt 1,2 114 1,2 1,2 sin (228πt -


1
) cos(228πt) 0.912cos(20πt))

0.8 10 0.8 1,2 117 1,2 1,2 sin (234πt -


2
cos(22πt) cos(234πt) 0.903cos(20πt))

0.8 10 0.8cos(24πt 1,2 120 1,2 1,2 sin (240πt -


3
) cos(240πt) 0.982 cos(20πt))

0.8 10 0.8 1,2 123 1,2 1,2 sin (246πt –


4
cos(26πt) cos(246πt) 0.885cos(20πt))

0.8 10 0.8cos(28πt 1,2 126 1,2 1,2 sin (252πt -


5
) cos(252πt) 0.877 cos(20πt))

0.8 10 0.8 1,2 129 1,2 1,2 sin (258πt -


6
cos(30πt) cos(258πt) 0.868cos(20πt))

0.8 10 0.8 1,2 132 1,2 1,2 sin (264πt -


7
cos(32πt) cos(264πt) 0.859cos(20πt))

0.8 10 0.8 1,2 135 1,2 1,2 sin (270πt -


8
cos(34πt) cos(270πt) 0.850cos(20πt))

0.8 10 0.8 1,2 138 1,2 1,2 sin (276πt -


9
cos(36πt) cos(276πt) 0.842cos(20πt))

10 0.8 10 0.8 1,2 141 1,2 1,2 sin (282πt - 0.83


cos(38πt) cos(282πt) cos(20πt))
Pada tabel di atas diketahui bahwa sinyal informasi memiliki nilai amplitudo dan
frekuensi tetap yaitu 0.8 volt dan 10 Hz, sedangkan nilai frekuensi sinyal informasi
diubah-ubah dan amplitudo tetap yaitu sebesar 1.2 volt. Pada domain frekuensi, yang
diamati adalah perubahan bentuk spektrum sinyal termodulasi FM. Semakin besar nilai
frekuensi sinyal carrier, maka jarak antara LSB (lower side-band) dengan USB (upper
side-band) yang ada pada spektrum sinyal termodulasi FM akan semakin menjauh atau
renggang dan apabila nilai frekuensi sinyal carrier mengecil maka jarak antara LSB
dan USB akan mendekat atau rapat.
F. KESIMPULAN
1. Rangkaian FM terdiri dari beberapa elemen seperti transistor, resistor, induktor dan
kapasitor. Induktor dan kapasitor berfungsi sebagai osilator yang menghasilkan
sinyal carrier, sehingga nilai dari kapasitor dan induktor mempengaruhi bentuk
keluaran dari sinyal tersebut. Jika nilai kapasitor dan induktor diperkecil, sinyal
keluaran yang ditampilkan pada osiloskop akan lebih membentuk gelombang. Jika
nilai kapasitor dan induktor diperbesar, sinyal keluaran yang dihasilkan menjadi
lebih datar.
2. Bentuk sinyal termodulasi FM dipengaruhi oleh nilai indeks modulasi. Nilai indeks
modulasi berbanding terbalik dengan nilai frekuensi sinyal informasi sehingga jika
frekuensi sinyal informasi bernilai besar, indeks modulasi akan bernilai kecil dan
begitu pula sebaliknya. Semakin besar nilai indeks modulasi, bentuk sinyal
termodulasi yang dihasilkan akan lebih renggang dan jika indeks modulasi bernilai
kecil maka bentuk sinyal termodulasi yang dihasilkan akan lebih rapat.
3. Bentuk spektrum sinyal termodulasi FM dipengaruhi oleh nilai frekuensi carrier.
Semakin besar nilai frekuensi carrier, maka jarak antara LSB dan USB pada
spektrum sinyal termodulasi akan lebih lebar. Semakin kecil nilai frekuensi carrier,
maka jarak antara LSB dan USB pada spektrum sinyal termodulasi akan lebih rapat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Praktikum Dasar Telekomunikasi. Laboratorium Telekomunikasi. Jurusan


Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Mataram.

Dennis r..j.c (2002). Komunikasi Elektronika.Erlangga.Ciracas-Jakarta 13740.

Ebook-gatot-santoso. Teknik Telekomunikasi

Herry s.2013. Teknik Dasar Telekomunikasi. Kementrian Pendidikan & Kebudayaan.


Indonesia

Susilawati.indah.2019. Teknik Telekomunikasi Dasar Kuliah 4 modulasi. Fakultas Teknik


dan Ilmu Komputer.Universitas Mercu Buana Yogyakarta.Yogyakarta
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

DAFTAR HADIR
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

PERCOBAAN 2
SHIFT 1
KELOMPOK 13

NO NIM NAMA TTD

1 F1B019021 Alfansyah Baadilla 1


2 F1B019031 Aulia Widya Prastuti
2
3 F1B019053 Febrian Rizky 3
4 F1B019091 Mila Wahyuni 4
5 F1B019113 Nurrochman Hartadi Dasrien 5

Mataram, 29 Oktober 2020

Koordinator Asisten, Asisten Praktikum,

(Aprialdy Budi Saputra) (Saskia Khairunissa Junep)


NIM. F1B017015 NIM. F1B018060
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA : Nurrochman Hartadi Dasrien


NIM : F1B019113
KELOMPOK 13
PERCOBAAN :2

PARAF
NO TANGGAL URAIAN
ASISTEN

- Memperbaiki penulisan sub judul yg


masih salah

- Memperbaiki gambar dan keterangan


dengan rapi

+ Tabel hasil pengamatan domain


frekuensi
1 30 Oktober 2020
+ Lanjutkan ke sub 3

+ Kesimpulan

+ Dapus

- Data hasil dan analisanya yang time


2 2 November 2020
domain dan frekuensi diubah
- Posisi gambar diperbaiki

- spasi di sub judul diperbaiki

3 4 November 2020 - spasi di analisa diperbaiki

- Posisi Tabel dirapiin

AC

Mataram, 20 November 2020


Asisten,

Saskia Khairunnisa Junep


NIM : F1B018060
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA : NURROCHMAN HARTADI D.


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13 (Tiga Belas)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN 3
SISTEM KOMUNIKASI RADIO FM

NAMA : NURROCHMAN HARTADI D.


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13 (Tiga Belas)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN III
SISTEM KOMUNIKASI RADIO FM

A. TUJUAN
1. Memahami parameter (SWR, Power, dan Bandwidth) sistem komunikasi Radio
FM
2. Mengetahui pengaruh parameter (SWR, Power, dan Bandwidth)
3. Mengetahui bentuk spektrum sebelum dan sesudah ditambahkan sinyal informasi

B. DASAR TEORI
B.1. Sistem Komunikasi Radio

Sistem adalah kumpulan komponen atau elemen yang saling berhubungan


yang bekerja untuk satu tujuan. Komunikasi adalah proses pengiriman suatu
informasi dari pengirim ke penerima baik secara langsung atau menggunakan suatu
media. Radio FM merupakan perangkat penerima sinyal informasi dengan frekuensi
yang berubah-ubah. Frekuensi FM secara luas digunakan pada perangkat
telekomunikasi untuk mengirimkan suara tanpa noise (gangguan.
Dapat disimpulkan bahwa sistem komunikasi radio adalah suatu sistem
komunikasi yang menggunakan udara sebagai media komunikasinya untuk
menyalurkan sinyal radio (gelombang elektromagnetik) dari pengirim ke penerima
menggunakan sistem komunikasi radio jenis FM. Pada sistem komunikasi
radio dibutuhkan pemancar dan penerima. Adapun frekuensi radionya dari 80 – 108
MHz.

Perangkat Sistem Komunikasi Radio FM

Gambar B.1 Diagram blok sistem komunikasi radio FM


1. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah seseorang, benda, atau tempat dimana informasi itu
muncul, diperoleh atau datang dan objek yang menerima akan bertambah
pengetahuan atau wawasannya, bagian ini terdapat alat-alat seperti laptop, mic,
casset, recorder, tape recorder, dan lain sebagainya.

2. Pemancar

Pemancar (Transmitter) adalah suatu sumber getaran radio yang


dipancarkan oleh osilator. Osilator adalah alat yang dapat menghasilkan
frekuensi tinggi., frekuensi (f) adalah banyaknya gelombang dalam waktu satu
detik.

Pemancar dibedakan menjadi 2 yaitu :

- Modulator : berfungsi melakukan proses modulasi yaitu menumpangkan sinyal


informasi pada frekuensi gelombang pembawa, agar bisa dikirim ke penerima
secara efektif melalui media udara.

- Amplifier : komponen elektronika yang dipakai untuk menguatkan daya atau


tenaga secara umum. Amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal yang sudah
termodulasi.

3. Antena

Antena adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah sinyal listrik
menjadi gelombang elektromagnetik kemudian memancarkannya ke ruang bebas
atau sebaliknya yaitu menangkap gelombang elektromagnetik dari ruang bebas
dan mengubahnya menjadi sinya listrik. Panjang gelombang yang dipancarkan
antena ke udara bebas dapat berdasarkan frekuensi kerjanya, secara sistematis
dapat ditulis sebagai berikut:

f= atau =

Dimana :
c = cepat rambat cahaya
f = frekuensi gelombang (Hz)
λ = panjang gelombang (m)

Antena dapat dibagi menjadi dua yaitu :

- Antena pengirim (Tx) : Antena Tx berfungsi untuk merubah energi


elektromagnetik terbimbing menjadi gelombang elektromagnetik ruang bebas
(gelombang mikro)

- Antena Penerima (Rx) : Antena Rx berfungsi merubah gelombang


elektromagnetik ruang bebas menjadi gelombang elektromagnetik terbimbing.

4. Penerima Informasi

Penerima (Receiver) berfungsi mengoperasikan sinyal yang diterima sehingga


menghasilkan perkiraan sinyal pesan asli untuk pengguna informasi. Kemungkinan
terjadinya penyimpangan tidak dapat dihindari, dari keluaran penerima
dibandingkan dengan masukan pemancar, penyimpangan dikaitkan dengan
ketidaksempurnaan saluran, kebisingan, dan interferensi.

Pengelompokan Frekuensi Radio

Frekuensi radio mengacu kepada spektrum elektromagnetik di mana


gelombang elektro magnetik dapat dihasilkan oleh pemberian arus bolak-balik ke
sebuah antena. Frekuensi seperti ini termasuk bagian dari spektrum seperti dalam
tabel di bawah ini:

Frekuensi Istilah Komunikasi

3 – 30 Hz Extremely low Komunikasi dengan


frequency (ELF) bawah laut, komunikasi
kapal selam

30 – 300 Hz Super low Komunikasi dengan


frequency (SLF) bawah laut, komunikasi
kapal selam

300 – Ultra low Komunikasi di dalam


3000 Hz frequency (ULF) pertambangan
3 – 30 kHz Very low Komunikasi antar kapal,
frequency (VLF) radio navigasi, radio
maritim

30 – 300 kHz Low frequency Navigasi atau radio


(LF) mobil

300 kHz – Medium Siaran radio AM, radio


3 MHz frequency (MF) aeronautical

3 – 30 MHz High frequency Radio maritime, radio


(HF) gelombang pendek dan
radio amatir

30 – Very high Siaran radio FM, siaran


300 MHz frequency (VHF) TV dan aeronautical
mobile

300 MHz – Ultra high Siaran TV, komunikasi


3 GHz frequency (UHF) bergerak dan
Handphone

3 – 30 GHz Super high Radar, wireles LAN


frequency (SHF) dan komunikasi satelit

30 – Extremely high Radio astronomi,


300 GHz frequency (EHF) komunikasi satelit,
untuk melakukan
experimen

300 GHz - Tremendously Penelitian ruang


3000 GHz high frequency angkasa
(THF)

Tabel B.1 Frekuensi Radio


Parameter Antena

1. Pola Radiasi Antena


Pola radiasi atau Radiation Pattern adalah penggambaran radiasi yang
berkaitan dengan kekuatan gelombang radio yang dipancarkan oleh antena
ataupun tingkat penerimaan sinyal yang diterima oleh antena pada sudut yang
berbeda. Jenis-jenis pola radiasi yaitu :
- Antena Isotropik adalah antena non-directional yang memancarkan radiasi ke
segalah arah bersama-sama.
- Antena Direction adalah pengukuran arah dari mana sinyal yang diterima
dikirim. Pola directional yaitu pola radiasi yang memancarkan sinyal informasi
satu arah secara tegak lurus namun memiliki sudut.
- Antena omnidirectional yaitu jenis antena yang memiliki pola pancaran sinyal
ke segala arah dengan daya sama. Untuk menghasilkan cakupan area yang luas,
gain dari antena omnidirectional harus memfokuskan dayanya secara horizontal
mendatar, dengan mengabaikan pola pemancaran ke atas dan ke bawah, sehingga
antena dapat di letakan di tengah-tengah base station.

2. Polarisasi
Polarisasi dibedakan menjadi dua yaitu polarisasi veritikal dan horizontal.
Antena dapat dikatakan mempunyai polarisasi vertikal jika antena diletakkan
pada posisi vertikal dan dikatakan polarisasi hosrizontal jika antena diletakkan
pada posisi horizontal.

3. Gain atau Directivity


Gain adalah sebuah parameter antena yang mengukur kemampuan antena
dalam mengarahkan radiasi sinyalnya atau penerimaan sinyal dari arah tertentu.
Gain digunakan untuk mengukur efisiensi sebuah antenna. Keterarahan
(Directivity) didefinisikan sebagai perbandingan antara dentisitas daya antena
pada jarak sebuah titik tertentu relative terhadap sebuah radiator isotropis.
4. Bandwidth
Bandwidth adalah lebar pita frekuensi yang digunakan oleh suatu sistem.
Lebar pita antena dapat ditentukan oleh beberapa karakteristik yang
memenuhi ketentuan yang dispesifikasikan. Persamaan Bandwidth :
BW=USB-LSB

5. SWR
SWR adalah singkatan dari Standing Wave Ratio atau disebut dengan
nama VSWR (Voltage Standing Wave Ratio). VSWR adalah rasio
perbandingan antara gelombang datang dan gelombang pantul dimana kedua
gelombang tersebut membentuk gelombang berdiri. Gelombang berdiri
(Standing Wave) merupakan gabungan antara refleksi dan interferensi yaitu
gelombang pantul menginterferensi gelombang datang sehingga fasa
gelombang datang terganggu oleh gelombang pantul yang mengakibatkan
gelombang datang mengalami kerusakan. Semakin tinggi nilai VSWR maka
performansi dari antena tersebut semakin tidak baik atau gelombang yang
terinterferensi semakin besar.
Dalam rumus dapat dijabarkan sebagai berikut:
C. ALAT DAN BAHAN
1. Seperangkat pemancar radio FM
2. Spectrum analyzer
3. SWR dan Power Meter (CN-801)
4. Antena Telex 2 x (5/8) λ
5. Antena Gamma Match 2 x (1/4) λ
6. Kabel Koaksial RG8
7. Handphone

D. LANGKAH PERCOBAAN
PENGUKURAN SWR DAN POWER
PENGUKURAN SWR

antena (Rx)

SWR
Meter

Gambar D.1. Diagram Blok Pengukuran SWR

1. Menyiapkan alat dan bahan seperti pada gambar D.1.


2. Menghubungkan perangkat SWR Meter ke Antena Rx
3. Menghidupkan SWR Meter
4. Mengatur frekuensi pada SWR Meter
5. Mencatat dan amati hasil pengukuran SWR pada tabel
PENGUKURAN POWER

Gambar D.2. Diagram Blok Pengukuran Power


1. Menyiapkan alat dan bahan seperti pada gambar D.2.
2. Menghubungkan perangkat SWR dan Power Meter ke Pemancar Radio
FM
3. Menghidupkan Pemancar Radio FM
4. Mengatur frekuensi Radio FM dari 88-108 MHz
5. Mencatat dan amati hasil pengukuran SWR dan Power Meter pada tabel

PENGUKURAN BANDWIDTH

Gambar D.3. Diagram Blok Pengukuran Bandwidth

1. Menyiapkan alat dan bahan seperti pada gambar D.3.


2. Menyiapkan alat ukur spektrum analyzer (untuk mengukur bandwidth)
3. Menghubungkan antena penerima (Rx) ke spektrum analyzer
4. Menghidupkan spektrum analyzer
5. Menententukan frekwensi kerja pemancar Radio FM pada 107,5 MHz
6. Menandai frekuensi Upper Side Band (USB) dan Lower Side Band (LSB)
pada spektrum analyzer
7. Catat data yang di dapatkan pada tabel

MENGETAHUI PERUBAHAN BENTUK SPEKTRUM


1. Menyiapkan alat dan bahan seperti pada gambar D.3.
2. Menyiiapkan alat ukur spektrum analyzer (untuk mengukur bandwidth)
3. Menghubungkan antena penerima (Rx) ke spektrum analyzer
4. Menghidupkan spektrum analyzer
5. Menentukan frekwensi kerja pemancar radio FM pada 107,5 MHz
6. Mengamati perubahan bentuk spektrum sebelum dan setelah di tambahkan
sinyal informasi
E. DATA HASIL
PENGUKURAN SWR DAN POWER
PENGUKURAN SWR
No. Frekuensi (MHz) SWR Ukur
1 107.0 1.50
2 107.3 1.24
3 107.5 1.02
4 107.7 1.20
5 108.0 1.35
Tabel E.1. Tabel Hasil Pengukuran SWR
PENGUKURAN POWER
Daya Refleksi
No. Frekuensi (MHz) Daya Forward (P+)
(P-)
1 107.1 1.9 0.25
2 107.3 2.6 0.22
3 107.5 3.1 0.15
4 107.7 2.00 0.20
5 107.9 1.50 0.32
Tabel E.2. Tabel Hasil Pengukuran Power
PENGUKURAN BANDWIDTH

Frekuensi Bandwidth Modulasi

(MHz) USB (MHz) LSB (MHz)


107.5 107.5979 107.4079
Tabel E.3. Tabel Hasil Pengukuran Bandwidth

MENGETAHUI PERUBAHAN BENTUK SPEKTRUM


Spektrum Sebelum Diinputkan Spektrum Setelah Diinputkan
Audio Audio

Suara penyiar
Tabel E.4. Tabel Hasil Perubahan Spektrum
F. ANALISA
ANALISA PENGUKURAN SWR DAN POWER
ANALISA PENGUKURAN SWR
1. Diagram Blok SWR

antena (Rx)

VHF
antena
analyzer

Gambar F.1 Diagram Blok Pengukuran SWR


a. VHF Antena Analyzer : VHF Antena Analyzer atau SWR meter
adalah alat yang biasa digunakan untuk mengukur nilai SWR pada
antena. VHF ( Very high frequency ) adalah frekuensi radio yang
berkisar dari 30 MHz ke 300 MHz. Frekuensi langsung dibawah VHF
ditandai frekuensi tinggi (HF) dan frekuensi yang lebih tinggi di tandai
dikenal sebagai (UHF). Kegunaan dari VHF ini adalah untuk
mengukur nilai Standing Wave Ratio. Alat yang digunakan pada saat
praktikum adalah VHF antena analyzer frekuensi 26-170 MHz model
E-179.
b. Antena (Rx) : Antena Rx biasa disebut antena received yang berguna
menangkap data yang dikirim oleh transmitter (Tx) dan menangkap
gelombang elektromagnetik dari udara kemudian diubah menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya disalurkan melalui kabel. Alat yang
digunakan adalah antena Gamma Match 2 x (1/4) λ

2. Tabel analisa hasil percobaan SWR


No. Frekuensi (MHz) SWR Ukur
1 107.0 1.50
2 107.3 1.24
3 107.5 1.02
4 107.7 1.20
5 108.0 1.35
Tabel F.1. Tabel Hasil Pengukuran SWR
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai frekuensi kerja yang
digunakan sebesar 107.5 MHz. Hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila nilai
frekuensi mendekati frekuensi kerja nilai SWR ukur yang diperoleh akan
semakin kecil sedangkan apabila nilai frekuensi menjauhi frekuensi kerja maka
nilai SWR ukur yang diperoleh akan semakin besar. Pada tabel tersebut dapat
diketahui bahwa nilai SWR yang terbaik adalah bernilai mendekati 1 dan
terdapat pada frekuensi kerja 107.5 MHz yang menghasilkan informasi bagus.

3. Grafik hasil percobaan

Gambar F.2 Nilai Frekuensi Terhadap SWR ukur


ANALISA PENGUKURAN POWER
1. Diagram Blok Power

Gambar F.3 Diagram Blok Pengukuran Power


a. Input : Merupakan masukan yang berupa sinyal informasi. Pada
kegiatan praktikum menggunakan media Handphone dengan masukan
sinyal audio dan dapat juga dengan masukan lain yang dapat
mengubah sinyal infomasi menjadi sinyal listrik.
b. Modulator : Rangkaian yang berfungsi melakukan proses modulasi
sinyal informasi agar dapat terkirim ke penerima melalui media
tertentu (kabel/udara) biasanya berbentuk gelombang sinus.
c. Amplifier : Rangkaian yang berfungsi untuk meningkatkan/
memperkuat sinyal output sebelum dikirimkan ke penerima
d. SWR meter dan Power Meter : Merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur nilai Standing Wave Ratio dan daya meter. Alat yang
digunakan pada saat praktikum adalah SWR model E-179 dan Power
Meter (CN-801).
e. Antena (Tx) : Merupakan jenis antena pengirim dan berkebalikan dari
antena Rx, berfungsi sebagai media untuk mengirimkan sinyal melalui
media udara dengan menggunakan kabel coaxial. Jenis antena yang
digunakan adalah Antena Telex 2 x (5/8) λ

2. Perhitungan SWR
Menentukan Nilai Koefisien Refleksi ) Data Pertama

Menentukan Nilai SWR Data Pertama

SWR =

SWR =

SWR = = 1.30
3. Tabel analisa hasil percobaan Power
Dari hasil perhitungan SWR hitung, maka didapatkan hasil
Frekuensi Daya Forward Daya Refleksi
No. SWR Hitung
(MHz) (P+) (P-)
1 107.1 1.9 0.25 1.30
2 107.3 2.6 0.22 1.184
3 107.5 3.1 0.15 1.101
4 107.7 2.00 0.20 1.2
5 107.9 1.50 0.32 1.542
Tabel F.2. Tabel Hasil Pengukuran Power
Berdasarkan tabel analisa hasil percobaan di atas dapat diketahui bahwa
nilai frekuensi kerjanya sebesar 107.5 MHz. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
apabila nilai frekuensi semakin menjauh dari frekuensi kerjanya maka nilai
daya kirim/ power forward nya akan semakin kecil sedangkan daya pantul/
power reflected akan semakin besar atau berbanding terbalik. Nilai SWR Hitung
berbanding lurus dengan nilai Daya Refleksi nya apabila Daya Refleksi nya
semakin besar maka SWR Hitung yang dihasilkan akan semakin besar pula.
Nilai SWR yang terbaik adalah yang mendekati 1 berada pada frekuensi kerja
107.5 MHz yang memiliki informasi paling baik.

a. Grafik Frekuensi Terhadap Daya

Grafik Frekuensi Terhadap Daya


Daya Forward (P+) Daya Refleksi (P-)

3.5

2.5

2
Daya

1.5

0.5

0
107.1 107.3 107.5 107.7 107.9
Frekuensi (MHz)

b. Grafik Frekuensi Terhadap SWR Hitung

Grafik Frekuensi Terhadap SWR Hitung

SWR Hitung

2 1.3 1.542
1.184 1.101 1.2
SWR

1
0
107.1 107.3 107.5 107.7 107.9
Frekuensi (MHz)
4. Grafik hasil percobaan

Grafik Hasil Percobaan Power


7

4 SWR Hitung

3 Daya Refleksi(P-)
Daya Forward (P+0
2

0
107.1 107.3 107.5 107.7 107.9
ANALISA BANDWIDTH MODULASI
1. Diagram Blok Spektrum Analyzer

Gambar F.6 Diagram Blok Spektrum Analyzer


a. Input : Merupakan masukan yang berupa sinyal informasi. Pada
kegiatan praktikum menggunakan media Handphone dengan masukan
sinyal audio dan dapat juga dengan masukan lain yang dapat
mengubah sinyal infomasi menjadi sinyal listrik.
b. Modulator : Rangkaian yang berfungsi melakukan proses modulasi
sinyal informasi agar dapat terkirim ke penerima melalui media
tertentu (kabel/udara) biasanya berbentuk gelombang sinus.
c. Amplifier : Rangkaian yang berfungsi untuk meningkatkan/
memperkuat sinyal output sebelum dikirimkan ke penerima
d. Antena (Tx) : Merupakan jenis antena pengirim dan berkebalikan dari
antena Rx, berfungsi sebagai media untuk mengirimkan sinyal melalui
media udara dengan menggunakan kabel coaxial. Jenis antena yang
digunakan adalah Antena Telex 2 x (5/8) λ
c. Antena (Rx) : Antena Rx biasa disebut antena received yang berguna
menangkap data yang dikirim oleh transmitter (Tx) dan menangkap
gelombang elektromagnetik dari udara kemudian diubah menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya disalurkan melalui kabel. Alat yang
digunakan adalah antena Gamma Match 2 x (1/4) λ
e. Spektrum Analyzer : Alat yang digunakan untuk memeriksa
komposisi spectral dari beberapa gelombang seperti gelombang listrik,
akustik, atau optik. Spektrum ini menampilkan sinyal amplitudo
bervariasi dengan frekuensi sinyal dan berfungsi untuk mengamati
spektrum dari sebuah sinyal baik tunggal maupun sinyal termodulasi.
2. Perhitungan Bandwidth
USB = 107.5979 MHz , LSB = 107.4079 MHz
Bandwidth
= (107.5979-107.4079) MHz
= 0.19 Mhz
= 190 KHz
Berdasarkan hasil perhitungan bandwidth di atas dapat diketahui bahwa
frekuensi kerja yang digunakan sebesar 190 KHz. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa bandwidth yang dihasilkan yaitu 190 KHz dan masih
termasuk dalam ketentuan pada modulasi bandwidth yaitu berkisar antara 100
- 400 KHz. Hasil perhitungan bandwith diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
bandwidth yang digunakan masih dalam kategori diizinkan.
3. Tabel analisa hasil percobaan Bandwidth

Frekuensi Modulasi Bandwidth


(MHz) Perhitungan Bandwidth
USB (MHz) LSB (MHz)
(KHz)
107.5979 107.4079 180

107.5

Tabel F.3. Tabel Hasil Pengukuran Bandwidth


Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa marker 1 menunjukan
frekuensi kerja yang digunakan yaitu sebesar 107.5 MHz. Marker 2
menunjukan nilai USB yang digunakan yaitu sebesar 107.5979 MHz dan
marker 3 menunjukan nilai LSB yang digunakan yaitu sebesar 107.4079
MHz. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai bandwith berasal dari nilai
USB dan LSB yang berasal dari marker 2 dan 3 sebesar 190 KHz. Kemudian
hubungan bandwith terhadap USB dan LSB yaitu untuk menentukan besar
nilai bandwidthnya yang perlu dilakukan perbandingan nilai USB dan LSB.
Nilai bandwith/pita frekuensi akan semakin besar dan lebar jika nilai USB
diperbesar dan LSB diperkecil sedangkan bandwidth/pita frekuensi akan
semakin kecil/rapat apabila nilai USB diperkecil dan LSB diperbesar.

ANALISA PERUBAHAN BENTUK SPEKTRUM


Spektrum Sebelum Diinputkan Spektrum Setelah Diinputkan
Audio Audio

Suara video
Tabel F.4. Tabel Hasil Perubahan Spektrum
Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa bentuk spektrum sebelum
diinputkan sinyal suara masih stabil kemudian setelah diinputkan sinyal suara/
audio bentuk spektrum menjadi tidak beraturan/tidak stabil. Hal ini disebabkan
oleh besar kecilnya audio yang diberikan sehingga bentuk spektrum mengalami
perubahan.
G. KESIMPULAN
1. Pada pengukuran nilai SWR nilai frekuensi kerja yang digunakan sebesar
107.5 MHz. Hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila nilai frekuensi mendekati
frekuensi kerja nilai SWR ukur yang diperoleh akan semakin kecil sedangkan
apabila nilai frekuensi menjauhi frekuensi kerja maka nilai SWR ukur yang
diperoleh akan semakin besar. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai
SWR yang terbaik adalah bernilai mendekati 1 dan terdapat pada frekuensi kerja
107.5 MHz yang menghasilkan informasi bagus.
2. Pada pengukuran nilai power nilai frekuensi kerjanya sebesar 107.5 MHz. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa apabila nilai frekuensi semakin menjauh dari
frekuensi kerjanya maka nilai daya kirim/ power forward nya akan semakin kecil
sedangkan daya pantul/ power reflected akan semakin besar atau berbanding
terbalik. Nilai SWR Hitung berbanding lurus dengan nilai Daya Refleksi nya
apabila Daya Refleksi nya semakin besar maka SWR Hitung yang dihasilkan
akan semakin besar pula. Nilai SWR yang terbaik adalah yang mendekati 1
berada pada frekuensi kerja 107.5 MHz yang memiliki informasi paling baik.
3. Pada pengukuran bandwith frekuensi kerja yang digunakan sebesar 190 KHz.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bandwidth yang dihasilkan yaitu 190 KHz
dan masih termasuk dalam ketentuan pada modulasi bandwidth yaitu berkisar
antara 100 - 400 KHz. Hasil perhitungan bandwith diatas dapat disimpulkan
bahwa nilai bandwith yang digunakan masih dalam kategori diizinkan.
4. Pada pengamatan bentuk spektrum sebelum diinputkan sinyal suara masih stabil
kemudian setelah diinputkan sinyal suara/ audio bentuk spektrum menjadi tidak
beraturan/tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh besar kecilnya audio yang
diberikan sehingga bentuk spektrum mengalami perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Modul Praktikum Dasar Telekomunikasi. Laboratorium Telekomunikasi.


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik. Universitas Mataram.

Iqbal, Muhammad Syamsu. 2008. Modulasi. Diktat Kuliah Dasar Sistem


Telekomunikasi. Matarm. Universitas Mataram.
Nama : Nurrochman Hartadi Dasrien

Nim : F1B019113

Kelompok : 13

1. Rangkum proses kegiatan praktikum dari video praktikum di youtube, dari pertama
sampai terakhir ( semua sub percobaan)
Jawab :
Pada pengukuran SWR terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan yaitu
kabel coaxial, SWR meter, Antena Gamma Match langkah selanjutnya adalah
menghubungkan antena gamma match (Rx) ke SWR meter, menghubungkan SWR meter
ke power supply kemudian menghidupkan SWR meter. Frekuensi dapat diatur pada SWR
meter dan skala nilai SWR dapat langsung dilihat pada SWR nya. Mengamati dan
mencatat hasil pengukuran dari SWR nya.
Pada pengukuran power terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan yaitu
SWR dan Power meter, pemancar radio FM dan input (Antena Telex). Langkah
selanjutnya adalah menghubungkan SWR dan Power Meter ke Pemancar radio FM,
menghubungkan antena telex ke SWR dan Power meter, menghubungkan pemancar radio
FM ke power supply dan hidupkan pemancar radio FM. Pada pemancar radio FM
terdapat display frekuensi pemancar, display power output pemancar dan switch power
on/off. Memilih dan memindahkan switch pada parameter ukur menjadi OFF dan pilih
parameter CAL untuk melakukan kalibrasi yaitu sampai menunjukan angka nol
kemudian pilih parameter power dan fwd untuk mengukur power forward, memilih skala
pengkuran dengan mengatur RANGE pengukuran menjadi 5W agar nilai ukurnya dapat
terbaca jelas, mencatat dan mengamati nilai power forward pada skala 5W. Selanjutnya
memilih parameter power dan ref untuk mengukur power reflected, mencatat dan
mengamati nilai power reflected pada skala 5W. Kemudian melakukan pengukuran
kembali dengan nilai frekuensi yang berbeda lagi.
Pada pengukuran bandwith dan pengamatan bentuk spektrum terdapat beberapa
alat dan bahan yaitu mixer, spectrum analyzer dan antena gamma match, pemancar radio
FM dan antena telex, input instrumen seperti HP. Langkah selanjutnya adalah
menghubungkan pemancar radio FM ke mixer, menghidupkan pemancar radio FM dan
mixer, menghidupkan spectrum analyzer. Untuk dapat melihat bentuk spektrum sebelum
diberi masukan yaitu dengan mengatur rentang frekuensi dengan center 107.5 MHz,
menekan “frequency”, menekan “F1” untuk memilih “frequency center” dan mengatur
pada 107.5 MHz, mengatur rentang frekuensi sebesar 1 MHz dengan menekan “span”
lalu menekan “F1” dan menekan 1 MHz. Kemudian melihat pada spektrum analyzer
disana bentuk spektrum masih normal atau stabil sebelum diberi masukan suara.
Menentukan USB dan LSB untuk mengukur bandwith spektrum tersebut, menekan
“marker”, menekan “F1” untuk memilih nomor marker, menekan “F2” untuk
mengaktifkan marker dan menandai frekuensi center 107.5 MHz, menggunakan marker 2
untuk menentukan USB, untuk menentukan frekuensi dengan memutar tunning atau
langsung menekan dan mengatur frekuensi USB kemudian dilakukan tunning kemudian
mencatatnya. Kemudian menggunakan marker 3 untuk menentukan LSB dengan metode
sama seperti sebelumnya. Sesudah diberi masukan sinyal suara bentuk spektrum yang
terlihat menjadi tidak beraturan.
2. Jelaskan apa itu power, bandwith, standing wave, dan SWR
Jawab :
Power adalah daya listrik yang digunakan untuk sumber tenaga, bandwith adalah lebar
pita frekuensi, standing wave adalah gelombang tegak yang berubah seiring waktu namun
amplitudonya tidak bergerak, SWR adalah perbandingan dari gelombang tegak tersebut.
3. Jelaskan mengenai analisa SWR, power, bandwith, bentuk spektrum ( semua analisa sub
percobaan)
Jawab :

Pada pengukuran nilai SWR nilai frekuensi kerja yang digunakan sebesar 107.5
MHz. Hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila nilai frekuensi mendekati frekuensi kerja
nilai SWR ukur yang diperoleh akan semakin kecil sedangkan apabila nilai frekuensi
menjauhi frekuensi kerja maka nilai SWR ukur yang diperoleh akan semakin besar. Pada
tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai SWR yang terbaik adalah bernilai mendekati 1
dan terdapat pada frekuensi kerja 107.5 MHz yang menghasilkan informasi bagus.

Pada pengukuran nilai power nilai frekuensi kerjanya sebesar 107.5 MHz. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa apabila nilai frekuensi semakin menjauh dari frekuensi
kerjanya maka nilai daya kirim/ power forward nya akan semakin kecil sedangkan daya
pantul/ power reflected akan semakin besar atau berbanding terbalik. Nilai SWR Hitung
berbanding lurus dengan nilai Daya Refleksi nya apabila Daya Refleksi nya semakin
besar maka SWR Hitung yang dihasilkan akan semakin besar pula. Nilai SWR yang
terbaik adalah yang mendekati 1 berada pada frekuensi kerja 107.5 MHz yang memiliki
informasi paling baik.

Pada pengukuran bandwith frekuensi kerja yang digunakan sebesar 190 KHz.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bandwidth yang dihasilkan yaitu 190 KHz dan masih
termasuk dalam ketentuan pada modulasi bandwidth yaitu berkisar antara 100 - 400 KHz.
Hasil perhitungan bandwith diatas dapat disimpulkan bahwa nilai bandwith yang
digunakan masih dalam kategori diizinkan.

Pada pengamatan bentuk spektrum sebelum diinputkan sinyal suara masih stabil
kemudian setelah diinputkan sinyal suara/ audio bentuk spektrum menjadi tidak
beraturan/tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh besar kecilnya audio yang diberikan
sehingga bentuk spektrum mengalami perubahan.

4. Elemen-elemen antena (bukan parameter antena)


Jawab :

Patch
Adalah elemen antena yang terbuat dari metal dengan konduktifitas tinggi yang
berfungsi sebagai peradiasi antena sehingga gelombang elektromagnetik yang melewati
suatu kanal akan di terima atau di radiasikan melewati patch.
Substrat
Adalah komponen antena yang berperan sebagai dielektrik yang berpengaruh pada lebar
suatu bandwith, semkain tebal substrat maka bandwith-nya juga akan semakin lebar.
Ground plan
Merupakan elemen antena yang memiliki fungsi sebagai reflector antena yaitu sebagai
pengumpul gelombang elektromagnetik yang akan di terima patch dan sebagai pemantul
gelombang elektromagnetik yang tidak di harapakan
Mikrostrip feed
Adalah elemen antena yang digunakan untuk mencatu antena yaitu menghubungkan
antena mikrostrip dengan saluran trnasmisi.
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

DAFTAR HADIR
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

PERCOBAAN 3
SHIFT 3
KELOMPOK 13

NO NIM NAMA TTD

1 F1B019021 Alfansyah Baadilla 1


2 F1B019031 Aulia Widya Prastuti
2
3 F1B019053 Febrian Rizky 3
4 F1B019091 Mila Wahyuni 4
5 F1B019113 Nurrochman Hartadi Dasrien 5

Mataram, 11 November 2020

Koordinator Asisten, Asisten Praktikum,

(Aprialdy Budi Saputra) (Aprialdy Budi Saputra)


NIM. F1B017015 NIM. F1B017015
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA : Nurrochman Hartadi Dasrien


NIM : F1B019113
KELOMPOK 13
PERCOBAAN :3

PARAF
NO TANGGAL URAIAN
ASISTEN

- Perbaiki Dasteo, ikuti format

- Langkah percobaan dibuat menjadi


kalimat aktif

- Tabel data hasil dari modul yg asli


jangan diubah

- Perbaiki semua analisa, ikuti format


1 12 November 2020
+ Setiap sub percobaan baru jadikan
di halaman baru

- Yg benar qdqlah "Diagram Blok"


bukan blok diagram

+ Tambahkan keterangan gambar di


diagram blok

- Analisa dikosongkan dulu kan

-ikuti fomrat yg telah diberikan

2 14 November 2020 - perbaiki dasteo

- ganti diagram blok

- megganti rumus vswr


- gambar diberi keterangan

- grfik tidak usah di analisa

- ganti analisa

- ganti kesimpulan

- Gambar B.2 (ganti jadi gambar B.1)

- gambar B.3 ( ganti jadi tabel B.1)

- rumus swr pakai yang di format

- menulis rumus refclection


coefficient
3 17 November 2020
- kecilkan gambar biar nyatu sama
tabelnya

- penulisan diatur

- daftar pustaka diperbaiki

Ac

Mataram, 18 November 2020


Asisten,

Aprialdy Budi Saputra


F1B017015
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA :NURROCHMAN HARTADI D.


NIM :F1B019113
KELOMPOK :1 (Satu)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN 4
TEKNOLOGI SELULER

NAMA : NURROCHMAN HARTADI D.


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13 (Tiga Belas)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN IV
TEKNOLOGI SELULER

1. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh perubahan jarak terhadap level sinyal yang diterima.
2. Mengetahui perbandingan level sinyal 3G dengan 4G pada provider yang sama.
3. Mengetahui perbandingan level sinyal 3G dengan 4G pada provider yang berbeda.

2. DASAR TEORI
Komunikasi Bergerak
Sistem Komunikasi Bergerak Seluler merupakan sistem komunikasi dengan media
transmisi tanpa kabel (ruang bebas), yang mampu memberikan derajat mobilitas yang
baik pada user (MS). Sistem ini dikatakan seluler karena coverage jaringannya dibagi
dalam beberapa sel. (Anonim.2019)
Arsitektur umum sistem komunikasi bergerak seluler dapat dilihat pada gambar:

Gambar 4.1 Arsitektur Umum Sistem Komunikasi Bergerak Seluler


Sistem komunikasi bergerak seluler terdiri atas beberapa perangkat :
1. Mobile Station / Mobile Unit (MS)
MS adalah perangkat yang dibawa oleh user yang terdiri dari Subscriber
Transceiver, Control Unit, dan Antena.
2. Mobile Telephone Switching Office / Mobile Switching Centre (MTSO / MSC)
MSC merupakan pusat koordinasi dari semua cell site yang ada dan berfungsi
sebagai perangkat penyambung utama. Elemen-elemen MSC adalah Switching
Unit, Processor (Database Processor, Switch Processor, dan Coordination
Processor), dan Database Unit yang terdiri dari :
a. Visitor Location Register (VLR), penyimpan data-data temporer yang masuk
dari MSC lain dan sifatnya resident.
b. Home Location Register (HLR), penyimpan data-data tetap dari pelanggan
dalam MSC itu sendiri.
c. Authentication Center (AUC) Unit yang disebut AUC menyediakan
parameter-parameter autentikasi dan encryption yang memeriksa identitas
pemakai dan memastikan kemantapan dari setiap call. AUC melindungi
operator network dari berbagai tipe penipuan yang ada dalam dunia seluler
saat ini. AUC dapat diimplementasikan dalam HLR.
d. Equipment Identity Register (EIR)merupakan database yang mengandung
informasi tentang identitas peralatan mobile yang mencegah calls dari
pencurian, ketidakamanan, atau ketidak berfungsian MS. AUC dan EIR
diimplementasikan sebagai bagian yang berdiri sendiri atau kombinasi bagian
AUC/EIR.
e. Operation and Maintenance Center (OMC), merupakan bagian yang berfungsi
untuk mengoprasikan dan menyediakan Operating System (OS) bagi BSS dan
NSS. (Anonim.2019)
3. Radio Base Station / Base Transceiver Station (RBS / BTS)
RBS merupakan perangkat transceiver yang berhubungan dari atau ke pelanggan
(interface / repeater antara MS dan MSC). Elemen-elemen RBS adalah
Transceiver, Control Unit / BSC / Base Station Controller, Antena, dan Data
Terminal. (Anonim.2019)
4. BSC (Base Station Controller)Dalam terminology GSM, suatu BSS adalah
gabungan dari suatu BSC dan semua BTS yang di kontrolnya. BSC berfungsi
untuk memonitor dan mengontrol sebuah BTS. (Anonim.2019)
5. Gateway MSCadalah titik pertemuan yang menghubungkan dua jaringan
(networks).Gateway sering diletakkan bersama dalam MSC. Tipe yang di_set up
ini kemudian disebut Gateway-MSC (GMSC). Semua MSC dalam jaringan dapat
berfungsi sebagai gerbang. (Anonim.2019)
6. Public Switched Telephone Network (PSTN) adalah jaringan telpon tetap yang
menggunakan kabel sebagai perantara media penghbung. (Anonim.2019)
Perkembangan Jaringan dan Frekuensi Seluler ( 1G – 5G)
a. Generasi Pertama Telekomunikasi Bergerak (1G)
Generasi pertama atau 1G merupakan teknologi ponsel pertama yangmenggunakan
sistem analog, seperti AMPS (Advanced Mobile Phone System).Teknologi ini mulai
digunakan tahun 1970 seiring penemuan mikroprosesoruntuk komunikasi nirkabel.
AMPS menggunakan frekuensi antara 825 Mhz- 894Mhz dan dioperasikan pada Band
800 Mhz. Kekurangan generasi 1-G adalahkecepatannya rendah (low-speed)dan
ukurannya yang terlalu besar untukdipegang oleh tangan.Ukuran yang besar ini
dikarenakan keperluan tenaga danperforma baterai yang kurang baik.Pada saat
melakukan panggilan, mobilitaspengguna terbatas pada jangkauan area telefon seluler.
Teknologi 1G hanya bias melayani komunikasi suara. Contoh: NMT (Nordic Mobile
Telephone) dan AMPS(Analog Mobile Phone System) (Anonim.2019).
b. Generasi Kedua Telekomunikasi Bergerak (2G)
Generasi 2G sudah menggunakan teknologidigital.Generasi ini menggunakan
mekanisme Time Division Multiple Access(TDMA) dan Code Division Multiple Access
(CDMA) dalam teknik komunikasinya.Generasi 2G mulai memperkenalkan teknologi
layanan pertukaran data, namunmasih tergolong sederhana karena masih dibatasi
bandwidth 14,4 kbps. Kecepatan sebesar itu cukup untuk mengirim SMS atau
download gambar.Kelebihan 2G dibanding 1G yaitu layanan yang lebih baik, dan
kapasitas juga lebih besar.Kelemahan teknologi 2G terletak pada kecepatan transfer
data yangmasih rendah (kecepatan rendah-menengah). Tidak efisien untuk trafik
rendah.Selain itu, jangkauan jaringan juga masih terbatas sehingga, sangat
tergantungoleh adanya BTS (cell Tower). Contoh: GSM dan CDMA2000 1xRTT
(Anonim.2019).
c. 3G
3G sedikit berbeda dengan GSM dan cenderung sama dengan CDMA. 3G yang
oleh ETSI disebut dengan UMTS (Universal Mobile Telecommunication Services)
memilih teknik modulasi WCDMA(wideband CDMA).Pada WCDMA digunakan
frekuensi radio sebesar 5 Mhz pada band 1.900 Mhz (CDMAOne dan CDMA 2000
menggunakan spektrum frekuensi sebesar 1.25 MHz) dan menggunakan chip rate tiga
kali lebih tinggi dari CDMA 2000 yaitu 3.84 Mcps (Mega Chip Per Second).HSPDA
(Higth Speed Packet Downlink Access) merupakan kelanjutan dari UMTS dimana ini
menggunakan frekuensi radio sebesar 5MHz dengan kecepatan mencapai 2Mbps.
Contoh layanan yang paling terkenal dalam 3G adalah video call dimana gambar dari
teman kita bicara dapat dilihat dari handphone 3G kita.Layanan lain adalah video
conference, video streaming, baik untuk Live TV maupun video portal, Video Mail,
PC to Mobile, serta Internet Browsing (Anonim.2019).
d. 4G
Teknologi 4G (Fourth Generation) adalah teknologi kelanjutan dari proses
perkembangan teknologi telepon seluler (mobile phone). Istilah 4G digunakan secara
luas untuk menggabungkan beberapa macam sistem komunikasi broadband wireless
access ke dalam sebuah sistem komunikasi dan bukan hanya sistem telepon seluler saja
melainkan juga menunjang keberadaan fixed wireless network seperti WiFi (Wireless
Fidelity) dan WiMax (Wireless Metropolitan Access).Salah satu istilah yang biasa
digunakan untuk mendeskripsikan teknologi 4G adalah MAGIC :
• Mobile multimedia, penggunaan aplikasi bergerak dimana saja.
• Global mobility support, sangat mendukung kebebasan bergerak.
• Integrated wireless solution, solusi perangkat wireless terintegrasi.
• Costumized personal service, layanan yang mampu mengekspresikan diri
(Anonim.2019).
e. 5G
5G atau Fifth Generation (generasi kelima) adalah sebuah istilah yang digunakan
untuk menyebut generasi kelima sebagai fase berikutnya dari standar telekomunikasi
seluler melebihi standar 4G. Teknologi generasi kelima ini direncanakan akan resmi
diliris untuk sistem operasi seluler pada 2020 (Anonim.2019).
Satuan dB dan dBm
a. dB (decibel) adalah satuan fektor penguat jika nilainya positif dan pelemah /
redaman / loss / jika nilainya negatif.
Jika input = 1 watt, output = 100 watt. Maka terjadi penguat 100kali.
Jika input = 100 watt, output = 1 watt. Maka terjadi redam / loss daya.
Rumus- rumus Desibel
Rumus Penguatan Daya
Penguatan Daya (dB) = 10 log10 (Pout/Pin)
Rumus Penguatan Tegangan
Penguatan Tegangan (dB) = 20 log10 (Vout/Vin)
Rumus Penguatan Arus
Penguatan Arus (dB) = 20 log10 (Iout/Vin)

Perhitungan :
1. G = 10 log 100/1 = 20 dB
2. G = 10 log 50/100 = -3 dB (maka disebut redaman / loss 3 dB)
b. dBm adalah satuan level daya dengan referensi daya 1mW = 10-3 Watt
P (dBm) = 10 log P (watt)/10-3 watt.
Perhitungan :
1. 10 watt = P(dBm) = 10 log 10/10-3 = 10 log 104 = 10*4 = 40 dBm
2. 100 watt = P(dBm) = 10 log 100/10-3 = 10 log 105 = 10*5 = 50 dBm
3. 1000 watt = P (dBm) = 10 log 1000/10-3 = 10 log 106 = 10*6 = 60 dBm

Distribusi probabilitas variabel acak ( CDF, CCDF, dan PDF )


a. CCDF (Complement Comulative Distribution Function)
Fungsi distribusi kumulatif komplementer (CCDF) adalah fungsi yang menjadi
komplemen dari grafik CDF. Nilai pada grafik CCDF merupakan nilai yang
diperlukan CDF untuk mencapai nilai 1 (CDF + CCDF = 1) sehingga nilai CCDF
adalah nilai hasil dari satu dikurangi nilai CDF. Arah grafik CCDF berbanding
terbalik dengan CDF dimana arah grafik CCDF selalu menju kenol. (alfian,2006)
Persamaannya :
CCDF = 1- CDF

Gambar 4.2 Grafik CCDF


b. CDF (Comulative Distribution Function)
CDF menunukan nilai kumulatif dari nilai keadian tiap range.Batas bawah
menjadi nilai yang paling jarang muncul. Ketika nilai CDF mulai mendekati 1,
maka akan sering muncul kejadian. Grafik yang bagus adalah yang menunjukkan
garis mendekati lurus. (alfian,2006)

Gambar 4.3 Grafik CDF

Fungsi distribusi kumulatif (CDF) dari variabel acak X didefinisikan sebagai


CDF dari variabel acak kontinu X dapat dinyatakan sebagai integral dari fungsi
kerapatan probabilitas nya f (X) sebagai berikut:

c. PDF (Probability Density Function)


PDF adalah nilai yang menunjukan kemungkinan munculnya data dalam suatu
range kejadian. Pada pengolahan data, nilai data terkecil menadi batas bawah
dalam range kejadian dan batas atas didapatkan dari menjumlahkan batas bawah
dengan sebuah angka, begitu untuk nilai selanjutnya sampai nilai data tertinggi.
Total semua probabilitas yang terjadi pada PDF berjumlah satu. (alfian,2006)
Probability Density Function Formula :

F(X) = P(a≤ x ≤ b) = ∫� �(�)�� ≥ 0

Gambar 4.4 Grafik PDF


RSCP dan RSSI
a. Received Signal Code Power (RSCP) adalah kuat sinyal penerima yang menyatakan
besarnya daya pada satu kode yang diterima oleh User Equipment (UE) yang
merupakan salah satu parameter yang menentukan nilai Ec/No. Nilai RSCP
merupakan suatu nilai yang menunjukkan level kekuatan sinyal. Tidak ada standar
yang ditetapkan untuk nilai RSCP. Setiap operator memiliki ambang yang berbeda-
beda. (teltonika,2020)
Warna Rentang Nilai Keterangan

-50 s/d -70 dBm Sangat Baik

-70 s/d -80 dBm Baik

-80 s/d -90 dBm Cukup Baik

-90 s/d -100dBm Buruk

100 s/d -120 dBm Sangat Buruk

Tabel 4.1 Tabel Rentang Nilai RSCP


b. Received Signal Strength Indicator(RSSI) merupakan parameter yang menunjukan
daya terima dari seluruh sinyal pada band frequency channel pilot yang diukur.
Dalam artian semua daya sinyal yang terukur oleh penerima pada satu band
frequency wcdma di gabungkan menggunakan proses rake
receiver. (teltonika,2020)

Warna Rentang Nilai Keterangan

-0 s/d -35 dBm Sangat Baik

-36 s/d -40 dBm Baik

-41 s/d -55 dBm Cukup Baik

-56 s/d -65dBm Lemah

-66 s/d -75 dBm Buruk

>-76 dBm Nihil

Tabel 4.2 Tabel Rentang Nilai RSSI


c. Reference Signal Received Power (RSRP). Power dari sinyal referensi merupakan
sinyal LTE power yang diterima oleh user dalam frekuensi tertentu, semakin jauh
jarak antara site dan user, maka semakin kecil pula RSRP yang diterima oleh user.
(teltonika,2020)

Warna Rentang Nilai Keterangan

-80 dBm Sangat Baik

≤ -90, ≤ -80 dBm Baik

≤ -100, ≤ -90 dBm Normal

≤ -120, ≤ -100 dBm Buruk

< -120 dBm Sangat Buruk

Tabel 4.3 Tabel Rentang Nilai RSRP

d. Reference Signal Receive Quality (RSRQ) merupakan kualitas sinyal yang diterima
UE. Rasio antara RSRP dan wideband power. RSRQ juga dipengaruhi oleh sinyal,
noise dan interference yang diterima UE. Satuan RSRQ adalah dB dan nilainya
selalu negatif (karena nilai RSSI selalu lebih besar dibandingkan dengan N x
RSRP). RSRQ membantu sistem dalam proses handover dimana RSRQ dapat
meranking performansi kandidat sel dalam proses cell selection-reselection dan
handover berdasarkan kualitas sinyal yang diterima. (teltonika,2020)
Warna Rentang Nilai Keterangan

-9 dBm Sangat Baik

-10, ≤ -9dBm Baik

-15, ≤ -10 dBm Normal

-19, ≤ -15 dBm Buruk

< -20 dBm Sangat Buruk

Tabel 4.4 Tabel Rentang Nilai RSRQ


3. ALAT DAN BAHAN
1. 2 Smartphone Android 3G dan 4G
2. Software G-Net Track Lite
3. Software Open Signal
4. 1 Kartu XL dan Telkomsel AS 3G dan 4G
5. Timer

4. LANGKAH PERCOBAAN
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Membuka Software Open Signal untuk mengetahui BTS terdekat dan BTS yang
connect ke Smartphone pengukur.

3. Mencatat lokasi pengukur dan lokasi BTS terdekat dari pengukur


4. MembukaSoftware G-Net Track Lite
5. Perhatikan Rx Level sinyal (RSCP untuk 3G dan RSRP untuk 4G) pada Software
kemudian catat sebanyak 30 cuplikan data setiap 10 detik. Lakukan langkah tersebut
untuk 5 titik pengamatan berbeda dengan jarak antara titik pengamatan yang satu
dengan titik pengamatan selanjutnya yaitu selisih 5 meter.
5. DATA HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan Level Sinyal XL

 Level Sinyal 3GXL


1. Titik pertama, 0m 2. Tititk kedua, 5m
Kuat Kuat Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 -80 16 -71 1 -71 16 -76
2 -76 17 -76 2 -73 17 -76
3 -74 18 -76 3 -71 18 -76
4 -82 19 -77 4 -73 19 -74
5 -83 20 -72 5 -72 20 -69
6 -75 21 -72 6 -73 21 -76
7 -78 22 -71 7 -73 22 -78
8 -81 23 -73 8 -81 23 -85
9 -85 24 -69 9 -83 24 -81
10 -75 25 -69 10 -85 25 -81
11 -79 26 -71 11 -80 26 -77
12 -75 27 -75 12 -78 27 -77
13 -74 28 -75 13 -81 28 -81
14 -75 29 -73 14 -83 29 -71
15 -71 30 -73 15 -87 30 -74
3. Titikketiga,10m 4. Titik keempat,15m
Kuat Kuat Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 -76 16 -76 1 -74 16 -77
2 -76 17 -76 2 -75 17 -77
3 -77 18 -77 3 -77 18 -81
4 -76 19 -78 4 -77 19 -77
5 -78 20 -76 5 -69 20 -76
6 -81 21 -75 6 -68 21 -73
7 -85 22 -73 7 -77 22 -74
8 -79 23 -73 8 -81 23 -77
9 -83 24 -73 9 -87 24 -79
10 -79 25 -79 10 -75 25 -75
11 -77 26 -75 11 -75 26 -73
12 -71 27 -75 12 -89 27 -77
13 -75 28 -77 13 -81 28 -81
14 -77 29 -77 14 -83 29 -83
15 -77 30 -79 15 -75 30 -83
5. Titik kelima, 20 m
Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm)
1 -69 16 -74
2 -73 17 -74
3 -73 18 -71
4 -73 19 -73
5 -71 20 -71
6 -73 21 -77
7 -80 22 -76
8 -86 23 -72
9 -86 24 -72
10 -75 25 -77
11 -75 26 -73
12 -89 27 -71
13 -75 28 -71
14 -79 29 -70
15 -79 30 -69
 Level Sinyal
4G XL
1. Titik pertama, 2. Titik kedua, 5m
0m
Kuat Kuat Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 -81 16 -81 1 -93 16 -84
2 -84 17 -81 2 -93 17 -92
3 -83 18 -81 3 -86 18 -85
4 -87 19 -84 4 -84 19 -84
5 -92 20 -81 5 -84 20 -88
6 -86 21 -87 6 -93 21 -93
7 -81 22 -83 7 -80 22 -84
8 -84 23 -85 8 -88 23 -87
9 -83 24 -88 9 -88 24 -83
10 -83 25 -87 10 -82 25 -84
11 -81 26 -84 11 -84 26 -82
12 -82 27 -84 12 -86 27 -80
13 -83 28 -87 13 -90 28 -84
14 -83 29 -84 14 -85 29 -82
15 -84 30 -77 15 -87 30 -84
3. Titik ketiga,10m 4. Titik keempat, 15m
Kuat Kuat Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 -92 16 -88 1 -89 16 -92
2 -87 17 -89 2 -94 17 -91
3 -89 18 -96 3 -98 18 97
4 -94 19 -90 4 -91 19 -87
5 -90 20 -94 5 -91 20 -92
6 -94 21 -87 6 -86 21 -87
7 -93 22 -88 7 -84 22 -91
8 -91 23 -88 8 -92 23 -90
9 -88 24 -88 9 -84 24 -91
10 -92 25 -89 10 -83 25 -92
11 -87 26 -89 11 -86 26 -96
12 -88 27 -95 12 -84 27 -92
13 -91 28 -89 13 -85 28 -85
14 -91 29 -90 14 -93 29 -86
15 -91 30 88 15 -93 30 -90
5. Titik kelima, 20 m
Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm)
1 -81 16 -90
2 -86 17 -93
3 -86 18 -89
4 -82 19 -87
5 -86 20 -89
6 -78 21 -87
7 -92 22 -84
8 -94 23 -83
9 -87 24 -87
10 -92 25 -84
11 -85 26 -79
12 -85 27 -85
13 -89 28 -91
14 -96 29 -82
15 -91 30 -81
Hasil Pengamatan Level
Sinyal Telkomsel

 Level Sinyal 3G
Telkomsel
1. Titik pertama, 0m 2. Titik kedua, 5m

Kuat Kuat Kuat Kuat


No Sinyal No Sinyal No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 -73 16 -90 1 -75 16 -77
2 -79 17 -75 2 -85 17 -90
3 -83 18 -77 3 -75 18 -90
4 -79 19 -71 4 -95 19 -79
5 -75 20 -87 5 -75 20 -75
6 -73 21 -89 6 -81 21 -90
7 -71 22 -83 7 -75 22 -81
8 -83 23 -87 8 -77 23 -79
9 -73 24 -73 9 -87 24 -89
10 -81 25 -93 10 -73 25 -81
11 -85 26 -79 11 -83 26 -83
12 -81 27 -79 12 -73 27 -87
13 -87 28 -83 13 -90 28 -85
14 -90 29 -90 14 -87 29 -89
15 -77 30 -90 15 -93 30 -89
3. Titikketiga,10m 4. Titik keempat,15m
Kuat Kuat Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 -73 16 -83 1 -75 16 -85
2 -73 17 -85 2 -77 17 -90
3 -91 18 -73 3 -73 18 -90
4 -91 19 -90 4 -79 19 -71
5 -83 20 -81 5 -89 20 -90
6 -81 21 83 6 -90 21 -77
7 -81 22 -81 7 -69 22 -90
8 -81 23 -75 8 -71 23 -73
9 -99 24 -75 9 -79 24 -83
10 -89 25 -90 10 -83 25 -90
11 -90 26 -73 11 -83 26 -73
12 -83 27 -77 12 -81 27 -83
13 -81 28 -77 13 -83 28 -90
14 -81 29 -90 14 -79 29 -90
15 -81 30 -69 15 -81 30 -77
5. Titik kelima, 20 m
Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm)
1 -79 16 -91
2 -79 17 -87
3 -77 18 -85
4 -75 19 -90
5 -85 20 -77
6 -77 21 -80
7 -90 22 -83
8 -80 23 -85
9 -81 24 -90
10 -93 25 -87
11 -85 26 -91
12 -87 27 -93
13 -85 28 -79
14 -87 29 -75
15 -90 30 73
 Level Sinyal 4G
Telkomsel

1. Titik pertama, 0 m 2. Titik kedua, 5 m

Kuat Kuat Kuat Kuat


No Sinyal No Sinyal No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 -75 16 -79 1 -77 16 -79
2 -81 17 -89 2 -77 17 -89
3 -85 18 -77 3 -77 18 -89
4 -81 19 -79 4 -87 19 -81
5 -85 20 -83 5 -87 20 -77
6 -85 21 -79 6 -83 21 -89
7 -77 22 -82 7 -77 22 -81
8 -83 23 -85 8 -79 23 -81
9 -83 24 -89 9 -89 24 -91
10 -83 25 -75 10 -75 25 -83
11 -83 26 -95 11 -85 26 -85
12 -85 27 -81 12 -79 27 -85
13 -89 28 -85 13 -89 28 -89
14 -89 29 -89 14 -95 29 -87
15 -87 30 -89 15 -89 30 -91
3. Titik ketiga, 10 m 4. Titik keempat, 15 m
Kuat Kuat Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 -75 16 -83 1 -73 16 -83
2 -75 17 -87 2 -79 17 -79
3 -83 18 -75 3 -73 18 -81
4 -83 19 -89 4 -73 19 -85
5 -83 20 -83 5 -91 20 -89
6 -93 21 -83 6 -89 21 -89
7 -85 22 -83 7 -71 22 -89
8 -83 23 -77 8 71 23 -89
9 -101 24 -89 9 71 24 -73
10 -89 25 -77 10 -83 25 -89
11 -89 26 -77 11 -87 26 -73
12 -83 27 -77 12 -85 27 -89
13 -83 28 -77 13 -85 28 -89
14 -83 29 -89 14 -85 29 -79
15 -83 30 -71 15 -83 30 -79
5. Titik kelima, 20 m

Kuat Kuat
No Sinyal No Sinyal
(dBm) (dBm)
1 -81 16 -95
2 -87 17 -89
3 -89 18 -87
4 -77 19 -87
5 -87 20 -87
6 -79 21 -89
7 -89 22 -89
8 -85 23 79
9 -83 24 -85
10 -95 25 -85
11 -87 26 -89
12 89 27 -93
13 -87 28 -95
14 -95 29 -75
15 -89 30 -81
6. ANALISA DATA
1. Nama Pengkur :- Alfansyah Baadilla
- Aulia Widya Prastuti
- Febrian Rizky
- Mila Wahyuni
- Nurrochman Hartadi Dasrien
2. Provider :- XL
- Telkomsel
3. Lokasi Rumah :- Gerung, Lombok barat
- Rasa Nae Barat, Kota Bima
4. Lokasi BTS :- Giri Tembesi, Lombok barat
- Raba, Kota Bima
5. Jarak Rumah ke BTS :-1400 meter
- 4000 meter

Tabel Data Hasil Pengamatan Sinyal XL


Hasil Pengamatan Sinyal XL level 3G
Jarak Kuat sinyal
No
(m) (dBm)
1 0 -73.1
2 5 -77.2
3 10 -74.43
4 15 -77.53
5 20 -67.23
Analisa Tabel Pengamatan Sinya XL Level 3G
Berdasarkan tabel pengamatan sinyal level 3G XL di atas dapat diperoleh
bahwa kuat sinyal yang di terima oleh smartphone sangat baik karena memiliki
nilai rata-rata lebih besar daripada -70dBM. Pada data juga dapat dilihat bahwa nilai
serta kuat sinyal yang diterima pada smartphone berbeda dengan sinyal yang
dipancarkan oleh BTS karena terdapat berbagai gangguan yang terjadi seperti
adanya gedung, pepohonan serta cuaca yang tidak kondusif yang dapat meredam
sinyal sehingga smartphone tidak dapat menangkap sinyal dengan sempurna. Dan
dapat disimpulkan bahwa kekuatan sinyal pada jarak 0-20 meter adalah kuat/bagus.

Hasil Pengamatan Sinyal XL Level 4G


Jarak Kuat sinyal
No
(m) (dBm)
1 0 -75.8
2 5 -82.93
3 10 -82
4 15 -75.83
5 20 -82.76

Analisa Tabel Pengamatan Sinyal XL Level 4G


Berdasarkan tabel pengamatan sinyal level 4G XL di atas dapat diperoleh
bahwa kuat sinyal yang di terima oleh smartphone sangat baik karena memiliki
nilai rata-rata lebih besar daripada -70dBM. Pada data juga dapat dilihat bahwa nilai
serta kuat sinyal yang diterima pada smartphone berbeda dengan sinyal yang
dipancarkan oleh BTS karena terdapat berbagai gangguan yang terjadi seperti
adanya gedung, pepohonan serta cuaca yang tidak kondusif yang dapat meredam
sinyal sehingga smartphone tidak dapat menangkap sinyal dengan sempurna. Dan
dapat disimpulkan bahwa kekuatan sinyal pada jarak 0-20 meter adalah kuat/bagus.
Tabel data hasil pengamatan sinyal Telkomsel
Hasil Pengamatan Sinyal Telkomsel Level 3G
Jarak Kuat sinyal
No
(m) (dBm)
1 0 -75.67
2 5 -85.93
3 10 -85.63
4 15 -81.46
5 20 -78.6

Analisa Tabel Pengamatan Sinyal TELKOMSEL Level 3G


Berdasarkan tabel pengamatan sinyal level 3G TELKOMSEL di atas dapat
diperoleh bahwa kuat sinyal yang di terima oleh smartphone sangat baik karena
memiliki nilai rata-rata lebih besar daripada -70dBM. Pada data juga dapat dilihat
bahwa nilai serta kuat sinyal yang diterima pada smartphone berbeda dengan
sinyal yang dipancarkan oleh BTS karena terdapat berbagai gangguan yang terjadi
seperti adanya gedung, pepohonan serta cuaca yang tidak kondusif yang dapat
meredam sinyal sehingga smartphone tidak dapat menangkap sinyal dengan
sempurna. Dan dapat disimpulkan bahwa kekuatan sinyal pada jarak 0-20 meter
adalah kuat/bagus.

Hasil Pengamatan Sinyal TELKOMSEL Level 4G


Jarak Kuat sinyal
No
(m) (dBm)
1 0 -86.4
2 5 -86.83
3 10 -80.16
4 15 -81.8
5 20 -86.8
Analisa Tabel Pengamatan Sinyal TELKOMSEL Level 4G
Berdasarkan tabel pengamatan sinyal level 4G TELKOMSEL di atas dapat
diperoleh bahwa kuat sinyal yang di terima oleh smartphone sangat baik karena
memiliki nilai rata-rata lebih besar daripada -70dBM. Pada data juga dapat dilihat
bahwa nilai serta kuat sinyal yang diterima pada smartphone berbeda dengan sinyal
yang dipancarkan oleh BTS karena terdapat berbagai gangguan yang terjadi seperti
adanya gedung, pepohonan serta cuaca yang tidak kondusif yang dapat meredam
sinyal sehingga smartphone tidak dapat menangkap sinyal dengan sempurna. Dan
dapat disimpulkan bahwa kekuatan sinyal pada jarak 0-20 meter adalah kuat/bagus.

Analisa grafik perbandingan jarak terhadap kekuatan sinyal XL pada level 3G


dan 4G

Hubungan jarak terhadap kekuatan


sinyal XL
0

-20

-40

-60 -67.23
-73.1 -77.2 -74.43 -77.53
-80
-75.8 -75.83
-100 -82.93 -82 -82.76
0 5 10 15 20

XL 3G XL 4G

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sinyal XL pada level 3G lebih
baik meskipun mengalami penurunan stabilitas ketika berpindah dari jarak 0 meter ke
jarak 20 meter. Sedangkan sinyal XL pada level 4G mengalami penurunan pada jarak
0 meter sampai 5 meter kemudian dari jarak 10 meter ke 20 meter mengalami
kenaikan. Kuat sinyal yang diterima disebabkan oleh beberapa faktor seperti pohon,
gedung, jarak pengguna ke BTS dan banyaknya pengguna.
Analisa grafik perbandingan jarak terhadap kekuatan sinyal Tekomsel pada level
3G dan 4G

Hubungan Jarak Terhadap sinyal Telkomsel


-70
-72
-74 -75.67
-76
-78.6
-78
-80 -81.46
-82 -80.16
-81.8
-84 -85.93 -85.63
-86
-88 -86.4 -86.83 -86.8
0 5 10 15 20

Telkomsel 3G Telkomsel 4G

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sinyal Telkomsel pada level 3G
semakin stabil saat berpindah dari jarak 5 meter ke jarak 20 meter. Sedangkan 4G
mengalami kenaikan ketika berpindah dari jarak 5 meter ke jarak 10 meter kemudian
mengalami penurunan sampai titik 20 meter. Kuat sinyal yang diterima disebabkan
oleh beberapa faktor seperti pohon, gedung, jarak pengguna ke BTS dan banyaknya
pengguna.
F.5 Analisa grafik perbandingan jarak terhadap kekuatan sinyal XL 3G dan
Telkomsel 3G

Hubungan Jarak Terhadap sinyal XL dan T-sel


3G
0
-10
-20
-30
-40
-50
-60 -67.23
-73.1 -74.43
-70 -77.2 -77.53
-80
-75.67 -78.6
-90 -81.46
-85.93 -85.63
-100
0 5 10 15 20

XL 3G Telkomsel 3G

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sinyal XL pada level 3G


lebih baik meskipun sempat mengalami penurunan stabilitas ketika berpindah dari
jarak 0 meter ke jarak 20 meter. Sedangkan sinyal Telkomsel pada level 3G semakin
stabil saat berpindah dari jarak 5 meter ke jarak 20 meter. Kuat sinyal yang diterima
disebabkan oleh beberapa faktor seperti pohon, gedung, jarak pengguna ke BTS dan
banyaknya pengguna.
F.6 Analisa grafik perbandingan jarak terhadap kekuatan sinyal XL 4G dan
Telkomsel 4G

Hubungan Jarak Terhadap sinyal XL dan T-sel


4G
-70
-72
-74 -75.8 -75.83
-76
-78
-80 -82
-82.93 -82.76
-82 -80.16
-84 -81.8
-86
-88 -86.4 -86.83 -86.8
0 5 10 15 20

XL 4G Telkomsel 4G

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sinyal XL pada level 4G lebih
baik,pada sinyal ini mengalami stabilitas saat dari jarak 5 meter sampai jarak 20
meter.Sedangkan sinyal Telkomsel pada level 4G pada jarak 0 meter sampai 20 meter
tidak stabil dan mengalami penaikan dan penurunan sinyal. Kuat sinyal yang diterima
disebabkan oleh beberapa faktor seperti pohon, gedung, jarak pengguna ke BTS dan
banyaknya pengguna.
Tabel Distribusi PDF, CDF, dan CCDF

 Level Sinyal 3G XL

1. Titik Pertama, 0 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-85 1 0.03 0.03 0.96
-83 1 0.03 0.06 0.93
-82 1 0.03 0.09 0.9
-81 1 0.03 0.13 0.86
-80 1 0.03 0.16 0.8
-79 1 0.03 0.19 0.8
-78 1 0.03 0.23 0.76
-77 1 0.03 0.26 0.73
-76 3 0.1 0.36 0.63
-75 6 0.2 0.56 0.43
-74 2 0.06 0.63 0.36
-73 3 0.1 0.73 0.26
-72 2 0.06 0.79 0.2
-71 4 0.13 0.93 0.06
-69 2 0.06 0.99 0
2. Titik kedua, 5 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF

Data
-87 1 0.03 0.03 0.96
-85 2 0.06 0.09 0.9
-83 2 0.06 0.16 0.83
-81 5 0.16 0.33 0.6
-80 1 0.03 0.36 0.63
-78 2 0.06 0.43 0.56
-77 2 0.06 0.49 0.5
-76 4 0.13 0.63 0.36
-74 2 0.06 0.69 0.3
-73 4 0.13 0.83 0.16
-72 1 0.03 0.86 0.13
-71 3 0.1 0.96 0.03
-69 1 0.03 0.9 0
3. Titik ketiga, 10 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-85 1 0.03 0.03 0.96
-83 1 0.03 0.06 0.93
-81 1 0.03 0.1 0.9
-79 4 0.13 0.23 0.76
-78 2 0.06 0.3 0.7
-77 7 0.23 0.53 0.46
-76 6 0.2 0.73 0.26
-75 4 0.13 0.86 0.13
-73 3 0.1 0.96 0.03
-71 1 0.03 1 0

4. Titik keempat, 15 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-89 1 0.03 0.03 0.96
-87 1 0.03 0.06 0.93
-83 3 0.1 0.16 0.83
-81 4 0.13 0.3 0.7
-79 1 0.03 0.3 0.6
-77 8 0.26 0.6 0.4
-76 1 0.03 0.63 0.36
-75 5 0.16 0.8 0.2
-74 2 0.06 0.86 0.13
-73 2 0.06 0.93 0.06
-69 1 0.03 0.96 0.03
-68 1 0.03 1 0
5. Titik kelima, 20 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-89 1 0.03 0.03 0.96
-86 2 0.06 0.1 0.9
-80 1 0.03 0.13 0.86
-79 2 0.06 0.2 0.8
-77 2 0.06 0.26 0.73
-76 1 0.03 0.3 0.7
-75 3 0.1 0.4 0.6
-74 2 0.06 0.46 0.53
-73 6 0.2 0.6 0.3
-72 2 0.06 0.73 0.26
-71 5 0.16 0.9 0.1
-70 1 0.03 0.93 0.06
-69 2 0.06 1 0
 Level Sinyal 4G XL

1. Titik pertama, 0 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-92 1 0.03 0.03 0.96
-88 1 0.03 0.06 0.93
-87 4 0.13 0.2 0.8
-86 1 0.03 0.23 0.76
-85 1 0.03 0.26 0.73
-84 7 0.23 0.5 0.5
-83 6 0.2 0.7 0.3
-82 1 0.03 0.73 0.26
-81 7 0.23 0.96 0.03
-77 1 0.03 1 0
2. Titik kedua, 5 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-93 4 0.13 0.13 3.8
-92 1 0.03 0.16 3.8
-90 1 0.03 0.2 3.8
-88 3 0.1 0.3 3.7
-87 2 0.06 0.36 3.6
-86 2 0.06 0.43 3.5
-85 2 0.06 0.5 3.5
-84 9 0.3 0.8 3.2
-83 1 0.03 0.83 3.1
-82 3 0.1 0.93 3.06
-80 2 0.06 1 3

3. Titik ketiga, 10 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-96 1 0.03 0.03 0.96
-95 1 0.03 0.06 0.93
-94 3 0.1 0.16 0.83
-93 1 0.03 0.2 0.8
-92 2 0.06 0.26 0.73
-91 4 0.13 0.4 0.6
-90 3 0.1 0.5 0.5
-89 5 0.16 0.6 0.3
-88 7 0.23 0.9 0.1
-87 3 0.1 1 0
4. Titik keempat, 15 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-98 1 0.03 0.03 0.96
-97 1 0.03 0.06 0.93
-96 1 0.03 0.1 0.9
-94 1 0.03 0.13 0.86
-93 2 0.06 0.2 0.8
-92 5 0.16 0.36 0.63
-91 5 0.16 0.53 0.46
-90 2 0.06 0.6 0.4
-89 1 0.03 0.63 0.36
-87 2 0.06 0.7 0.3
-86 3 0.1 0.8 0.2
-85 2 0.06 0.86 0.13
-84 3 0.1 0.96 0.03
-83 1 0.03 1 0
5. Titik kelima, 20 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-96 1 0.03 0.03 0.96
-94 1 0.03 0.06 0.93
-93 1 0.03 0.1 0.9
-92 2 0.06 0.16 0.83
-91 2 0.06 0.23 0.76
-90 1 0.03 0.26 0.73
-89 3 0.1 0.36 0.63
-87 4 0.13 0.5 0.5
-86 3 0.1 0.6 0.4
-85 3 0.1 0.7 0.3
-84 2 0.06 0.76 0.23
-83 1 0.03 0.8 0.2
-82 2 0.06 0.86 0.13
-81 2 0.06 0.93 0.06
-79 1 0.03 0.96 0.03
-78 1 0.03 1 0
 Level sinyal 3G Telkomsel

1. Titik pertama, 0 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-93 1 0.03 0.03 0.96
-90 4 0.13 0.16 0.83
-89 1 0.03 0.2 0.8
-87 3 0.1 0.3 0.7
-85 1 0.03 0.3 0.6
-83 4 0.13 0.46 0.53
-81 2 0.06 0.53 0.46
-79 4 0.13 0.6 0.3
-77 2 0.06 0.73 0.26
-75 2 0.06 0.8 0.2
-73 4 0.13 0.93 0.06
-71 2 0.06 1 0

2. Titik kedua, 5 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-95 1 0.03 0.03 0.96
-93 1 0.03 0.06 0.93
-90 4 0.13 0.2 0.8
-89 3 0.1 0.3 0.7
-87 3 0.1 0.4 0.6
-85 2 0.06 0.46 0.53
-83 2 0.06 0.5 0.46
-81 3 0.1 0.63 0.36
-79 2 0.06 0.7 0.3
-77 2 0.06 0.76 0.23
-75 5 0.16 0.93 0.06
-73 2 0.06 1 0
3. Titik ketiga, 10 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-99 1 0.03 0.03 0.96
-91 2 0.06 0.1 0.9
-90 4 0.13 0.23 0.76
-89 1 0.03 0.26 0.73
-85 1 0.03 0.3 0.7
-83 4 0.13 0.43 0.56
-81 8 0.26 0.7 0.3
-77 2 0.06 0.76 0.23
-75 2 0.06 0.83 0.16
-73 4 0.13 0.96 0.03
-69 1 0.03 1 0

4. Titik keempat, 15 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF

Data
-90 8 0.26 0.26 7.73
-89 1 0.03 0.3 7.7
-85 1 0.03 0.3 7.6
-83 5 0.16 0.5 7.5
-81 2 0.06 0.56 7.43
-79 3 0.1 0.6 7.3
-77 3 0.1 0.76 7.23
-75 1 0.03 0.8 7.2
-73 3 0.1 0.9 7.1
-71 2 0.06 0.96 7.03
-69 1 0.03 1 7
5. Titik kelima, 20 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-93 2 0.06 0.06 1.93
-91 2 0.06 0.13 1.86
-90 4 0.13 0.26 1.73
-87 4 0.13 0.4 1.6
-85 5 0.16 0.56 1.4
-83 1 0.03 0.6 1.4
-81 1 0.03 0.63 1.36
-80 2 0.06 0.7 1.3
-79 3 0.1 0.8 1.2
-77 3 0.1 0.9 1.1
-75 2 0.06 0.96 1.03
-73 1 0.03 1 1

 Level sinyal 4G Telkomsel

1. Titik pertama, 0 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-95 1 0.03 0.03 0.96
-89 6 0.2 0.23 0.76
-87 1 0.03 0.26 0.73
-85 6 0.2 0.46 0.53
-83 5 0.16 0.6 0.36
-82 1 0.03 0.6 0.3
-81 3 0.1 0.76 0.23
-79 3 0.1 0.86 0.13
-77 2 0.06 0.93 0.06
-75 2 0.06 1 0
2. Titik kedua, 5 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF


Data
-95 1 0.03 0.03 0.96
-91 2 0.06 0.1 0.9
-89 7 0.23 0.3 0.6
-87 3 0.1 0.43 0.56
-85 3 0.1 0.53 0.46
-83 2 0.06 0.6 0.4
-81 3 0.1 0.7 0.3
-79 3 0.1 0.8 0.2
-77 5 0.16 0.96 0.03
-75 1 0.03 1 0

3. Titik ketiga, 10 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF

Data
-101 1 0.03 0.03 0.96
-93 1 0.03 0.06 0.93
-89 5 0.16 0.23 0.76
-87 1 0.03 0.26 0.73
-85 1 0.03 0.3 0.7
-83 12 0.4 0.7 0.3
-77 5 0.16 0.86 0.13
-75 3 0.1 0.96 0.03
-71 1 0.03 1 0
4. Titik keempat, 15 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF

Data
-91 1 0.03 0.03 0.96
-89 8 0.26 0.3 0.7
-87 1 0.03 0.3 0.6
-85 4 0.13 0.46 0.53
-83 3 0.1 0.56 0.43
-81 1 0.03 0.6 0.4
-79 4 0.13 0.73 0.26
-73 5 0.16 0.9 0.1
-71 3 0.1 1 0

5. Titik kelima, 20 Meter

Data Jumlah PDF CDF CCDF

Data
-95 4 0.13 0.13 3.8
-93 1 0.03 0.16 3.8
-89 8 0.26 0.43 3.5
-87 7 0.23 0.6 3.3
-85 3 0.1 0.76 3.2
-83 1 0.03 0.8 3.2
-81 2 0.06 0.86 3.1
-79 2 0.06 0.93 3
-77 1 0.03 0.96 3.03
-75 1 0.03 1 3
Grafik PDF dan Analisa

Analisa Grafik PDF kuat sinyal XL

 Level Sinyal 3G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik PDF Sinyal XL 3G Pada Titik 0 m


0.25

0.2
0.2

0.15

0.13 PDF
0.1
0.1 0.1

0.05
0.06 0.06 0.06

0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03


0
-85 -83 -82 -81 -80 -79 -78 -77 -76 -75 -74 -73 -72 -71 -69

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm dari -85
sampai -77, nilai PDF nya stabil dan nilai peluangnya rendah., ketika kuat sinyal
dBm -75 nilai PDF nya naik atau meningkat dan nilai peluangnya tinggi. Tetapi
saat kuat sinyal dBm -74 nilai PDF nya turun derastis.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik PDF Sinyal XL 3G Pada Titik 5 m


0.14

0.12 0.13 0.13

0.1
0.1
0.08

0.06
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
0.04

0.02 0.03 0.03 0.03 0.03

0 0.01
-87 -85 -83 -81 -80 -78 -77 -76 -74 -73 -72 -71 -69

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm dari -87, nilai
PDF dan nilai peluangnya mengalami peningkatan sampai -85, dan nilai dbm dan
peluangnya stabil antara -85 dan -83. Dan mengalami penurunan nilai dBM dan
peluang ketika nilai PDF-81, mengalami peningkatan nilai dBm dan peluang dari -
81 hingga -78, nilai dBm dan peluang mengalami peningkatan dan penurunan yang
berulang ketika nilai PDF -76 hingga -69

3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik PDF Sinyal XL 3G Pada Titik 10 m


0.25
0.2 0.23
0.2
0.15
0.1 0.13 0.13
0.1
0.05
0.06
0 0.03 0.03 0.03 0.03
-85 -83 -81 -79 -78 -77 -76 -75 -73 -71

PDF
Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm dari -85
sampai -81, nilai PDF nya stabil dan nilai peluangnya rendah, nilai dBm dan
peluangnya mengalami kenaikan ketika nilai PDFnya -81 hingga -79 dan
mengalami penurunan nilai dbm dan peluang ketika nilai PDF -78, nilai dBm dan
peluang mengalami kenaikan ketika nilai dBm -77, dan mengalami penurunan nilai
dBm dan nilai peluang ketika nilai dBm -76,-75,-73 dan -71

4. Titik Keempat, 15 m

Grafik PDF Sinyal XL 3G Pada Titik 15 m


0.3

0.25
0.26

0.2

0.15
0.16

0.1 0.13
0.1
0.05
0.06 0.06

0 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03


-89 -87 -83 -81 -79 -77 -76 -75 -74 -73 -69 -68

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal nilai dBm -89
hingga -87 stabil dan rendah, nilai dBm dan peluang mengalami kenaikan dari -87
hingga -81, dan mengalami penurunan nilai dBm dan peluang di -79, kenaikan nilai
dBm dan nilai peluang ketika -77 dan mengalami penurunan nilai dBm dan peluang
-76, Nilai dbm dan peluang mengalami kenaikan ketika nilai dBm -75 mengalami
penurunan nilai dBm dan peluang dari -74 hingga -68
5. Titik Kelima, 20 m

Grafik PDF Sinyal XL 3G Pada Titik 20 m


0.25

0.2
0.2

0.15
0.16

0.1
0.1

0.05
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06

0.03 0.03 0.03 0.03


0
-89 -86 -80 -79 -77 -76 -75 -74 -73 -72 -71 -70 -69

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm dari -89
mengalami kenaikan nilai dBm dan peluang hingga -86 dan mengalami penurunan
nilai dBm dan nilai peluang ketika nilai -80, nilai dBm dan peluang mengalami
peningkatan dan stabil dari -79 hingga -77, dan mengalami penurunan nilai dBm
ketika nilai dBm -76, mengalami kenaikan nilai dbm dan nilai peluang ketika nilai
-75 dan mengalami penurunan nilai dbm dan peluang -74 dan meningkat -7, nilai
dbm dan nilai peluang meningkat dan menurunan ketika nilai -73,-72,-71,-70,-69.
 Level sinyal 4G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik PDF Sinyal XL 4G Pada Titik 0 m


0.25

0.2 0.23 0.23


0.2
0.15

0.13 PDF
0.1

0.05

0 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03


-92 -88 -87 -86 -85 -84 -83 -82 -81 -77

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -92, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -84
nilai PDF nya tinggi dan nilai peluangnya juga tinggi, dan pada kuat sinyal dBm
-82, nilai PDF nya mengalami penurunan derastis dan pada kuat sinyal -81
mengalami kenaikan drastis pada nilai PDF nya.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik PDF Sinyal XL 4G Pada Titik 5 m


0.4
0.3
0.3
0.2

0.1
0.13
0.1 0.1
0 0.06 0.06 0.06 0.06
0.03 0.03 0.03
-93 -92 -90 -88 -87 -86 -85 -84 -83 -82 -80

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -93, nilai
PDF stabil dan nilai peluangnya merendah ketika nilai -92 hingga -90, nilai dbm
dan nilai peluang meningkat ketika di nilai -87 dan stabil hingga -85, mengalami
peningkatan nilai dBm -84, dan mengalami penurunan di nilai dBm -83 dan
meningkat di nilai dBm -82 dan penurunan nilai dbm dan peluang di nilai -80

3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik PDF Sinyal XL 4G Pada Titik 10 m


0.25

0.23
0.2

0.15
0.16

0.13
0.1
0.1 0.1 0.1

0.05
0.06

0.03 0.03 0.03


0
-96 -95 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -88 -87

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -96 stabil dan
nilai peluangnya merendah,mengalami peningkatan nilai dBm dan nilai peluang di -
94 dan mengalami penurunan di -93, nilai dbm dan peluang meningkat dari nilai -92
hingga -88 dan mengalami penurunan di nilai dbm -87
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik PDF Sinyal XL 4G Pada Titik 15 m


0.18
0.16
0.14 0.16 0.16
0.12
0.1
0.08 0.1 0.1
0.06
0.04 0.06 0.06 0.06 0.06
0.02
0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
0
-98 -97 -96 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -87 -86 -85 -84 -83

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -98 hingga -
94 stabil dan nilai peluangnya merendah dan mengalami peningkatan nilai dbm dan
nilai peluang di nilai -94 hingga -92 dan stabil hingga nilai -91, mengalami
penurunan di nilai dbm -90 hingga -89, mengalami peningkatan nilai dBm dan nilai
peluang dari -87 hingga -86 dan menurun pada nilai -85 dan naik -84 dan
mengalami penurunan nilai di -83.

5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik PDF Sinyal XL 4G Pada Titik 20 m


0.15

0.1 0.13
0.1 0.1 0.1
0.05
0.06 0.06 0.06 0.06

0 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03


-96 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -87 -86 -85 -84 -83 -81 -79 -78

PDF
Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -96, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -92
nilai PDF nya tinggi dan nilai peluangnya juga tinggi, dan pada kuat sinyal dBm
-90, nilai PDF nya mengalami penurunan derastis dan pada kuat sinyal -89
mengalami kenaikan drastis pada nilai PDF nya dan penurunan dari kuat sinyal -86
hingga -78.

Analisa Grafik PDF Sinyal Telkomsel


 Level sinyal 3G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL Pada Titik 0


0.14

0.12 0.13 0.13 0.13 0.13

0.1
0.1
0.08

PDF
0.06
0.06 0.06 0.06 0.06
0.04

0.02 0.03 0.03 0.03

0
-93 -90 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75 -73 -71

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -93, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -90,
nilai PDF nya tinggi dan nilai peluangnya juga tinggi. Pada kuat sinyal dBm -71,
nilai PDF nya rendah dan turun derastis. Bisa dikatakan sinyal PDF pada sinyal 3G
Telkomsel yaitu naik dan turun atau tidak stabil.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 5 m


0.18
0.16
0.16
0.14
0.12 0.13
0.1
0.1 0.1 0.1
0.08
0.06
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
0.04
0.02 0.03 0.03
0
-95 -93 -90 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75 -73

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -95, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -90,
nilai PDF nya tinggi dan nilai peluangnya juga tinggi. Pada kuat sinyal dBm -71,
nilai PDF nya rendah dan turun derastis.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 10 m


0.3

0.25
0.26

0.2

0.15

0.1 0.13 0.13 0.13

0.05
0.06 0.06 0.06

0 0.03 0.03 0.03 0.03


-99 -91 -90 -89 -85 -83 -81 -77 -75 -73 -69

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -99, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -91,
nilai PDF nya tinggi dan nilai peluangnya juga tinggi. Pada kuat sinyal dBm -89,
nilai PDF nya rendah dan turun derastis. Ketika kuat sinyal dBm -81 nilai PDF nya
tinggi dan peluangnya juga tinggi,.pada kuat sinyal dBM -77 nilai PDF nya rendah
dan turun derastis , ketika kuat sinyal dBm -73, nilai PDF nya tinggi dan nilai
peluangnya juga tinggi.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 15 m


0.3

0.25
0.26

0.2

0.15
0.16

0.1
0.1 0.1 0.1
0.05
0.06 0.06

0 0.03 0.03 0.03 0.03


-90 -89 -85 -83 -81 -79 -77 -75 -73 -71 -69

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -89, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -83,
nilai PDF nya tinggi dan nilai peluangnya juga tinggi. Pada kuat sinyal dBm -81,
nilai PDF nya rendah dan turun derastis. Ketika kuat sinyal dBm -79 nilai PDF nya
tinggi dan peluangnya juga tinggi,.pada kuat sinyal dBM -75 nilai PDF nya rendah
dan turun derastis , ketika kuat sinyal dBm -73, nilai PDF nya tinggi dan nilai
peluangnya juga tinggi.
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 15 m


0.3

0.25
0.26

0.2

0.15
0.16

0.1
0.1 0.1 0.1
0.05
0.06 0.06

0 0.03 0.03 0.03 0.03


-90 -89 -85 -83 -81 -79 -77 -75 -73 -71 -69

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -89, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -83,
nilai PDF nya tinggi dan nilai peluangnya juga tinggi. Pada kuat sinyal dBm -81,
nilai PDF nya rendah dan turun derastis. Ketika kuat sinyal dBm -79 nilai PDF nya
tinggi dan peluangnya juga tinggi,.pada kuat sinyal dBM -75 nilai PDF nya rendah
dan turun derastis , ketika kuat sinyal dBm -73, nilai PDF nya tinggi dan nilai
peluangnya juga tinggi.
 Level sinyal 4G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 0 m


0.25

0.2
0.2 0.2

0.15
0.16
PDF
0.1
0.1 0.1

0.05
0.06 0.06

0.03 0.03 0.03


0
-95 -89 -87 -85 -83 -82 -81 -79 -77 -75

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -95, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -89,
nilai PDF meningkat dan nilai peluangnya tinggi, tetapi ketika kuat sinyal dBm -82
nilai PDF nya mengalami penurunan yang drastis dan nilai peluangnya rendah.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 5 m


0.25

0.23
0.2

0.15
0.16

0.1
0.1 0.1 0.1 0.1

0.05
0.06 0.06

0.03 0.03
0
-95 -91 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -95, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -89,
nilai PDF meningkat dan nilai peluangnya tinggi, tetapi ketika kuat sinyal dBm -82
nilai PDF nya mengalami penurunan yang drastis dan nilai peluangnya rendah.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 10 m


0.45
0.4
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.16 0.16
0.1
0.05 0.1

0 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03


-101 -93 -89 -87 -85 -83 -77 -75 -71

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -101, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -89,
nilai PDF meningkat dan nilai peluangnya tinggi, tetapi ketika kuat sinyal dBm -87
nilai PDF nya mengalami penurunan yang drastis dan nilai peluangnya rendah. ,
ketika kuat sinyal dBm -83, nilai PDF meningkat dan nilai peluangnya tinggi,
ketika kuat sinyal dBm -77 nilai PDF nya mengalami penurunan yang drastis dan
nilai peluangnya rendah
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 15 m


0.3

0.25
0.26

0.2

0.15
0.16

0.1 0.13 0.13


0.1 0.1
0.05

0 0.03 0.03 0.03


-91 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -73 -71

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -91, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -89,
nilai PDF meningkat dan nilai peluangnya tinggi, tetapi ketika kuat sinyal dBm -87
nilai PDF nya mengalami penurunan yang drastis dan nilai peluangnya rendah. ,
ketika kuat sinyal dBm -85, nilai PDF meningkat dan nilai peluangnya tinggi,
ketika kuat sinyal dBm -81 nilai PDF nya mengalami penurunan yang drastis dan
nilai peluangnya rendah, ketika kuat sinyal dBm -73, nilai PDF meningkat dan nilai
peluangnya tinggi,
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik PDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 20 m


0.3

0.25
0.26

0.2 0.23

0.15

0.1 0.13
0.1
0.05
0.06 0.06

0 0.03 0.03 0.03 0.03


-95 -93 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75

PDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa pada kuat sinyal dBm -93, nilai
PDF nya rendah dan nilai peluangnya juga rendah, ketika kuat sinyal dBm -89,
nilai PDF meningkat dan nilai peluangnya tinggi, tetapi ketika kuat sinyal dBm -83
nilai PDF nya mengalami penurunan yang drastis dan nilai peluangnya rendah. ,
Grafik CDF

aAnalisa Grafik CDF sinyal XL

 Level Sinyal 3G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik CDF Sinyal XL 3G Pada Titik 0 m


1.2

0.99
1 0.93

0.79
0.8 0.73
0.63
0.56
0.6
CDF
0.36
0.4
0.23 0.26
0.19
0.2 0.13 0.16
0.09
0.03 0.06
0
-85 -83 -82 -81 -80 -79 -78 -77 -76 -75 -74 -73 -72 -71 -69

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin buruk atau
tidak stabil. Pada grafik diatas dapat kita lihat nilai CDF nya naik atau stabil.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik CDF Sinyal XL 3G Pada Titik 5 m


1.2

1
0.96
0.8 0.9
0.83 0.86

0.6 0.69
0.63
0.4 0.49
0.43
0.33 0.36
0.2
0.16
0 0.09
0-.8073 -85 -83 -81 -80 -78 -77 -76 -74 -73 -72 -71 -69

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin buruk atau
tidak stabil. Pada grafik diatas dapat kita lihat nilai CDF nya naik atau stabil.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik CDF Sinyal XL 3G Pada Titik 10 m


1.2

1
1
0.96
0.8
0.86

0.6 0.73

0.4 0.53

0.2 0.3
0.23
0 0.06 0.1
0-.8053 -83 -81 -79 -78 -77 -76 -75 -73 -71

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin buruk atau
tidak stabil. Pada grafik diatas dapat kita lihat nilai CDF nya naik atau stabil.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik CDF Sinyal XL 3G Pada Titik 15 m


1.2

1
1
0.93 0.96
0.8
0.86
0.8
0.6
0.6 0.63
0.4

0.2 0.3 0.3


0.16
0 0.06
0-.8093 -87 -83 -81 -79 -77 -76 -75 -74 -73 -69 -68

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin buruk atau
tidak stabil. Pada grafik diatas dapat kita lihat nilai CDF nya naik atau stabil.
5. Titik Kellima, 20 meter

Grafik CDF Sinyal XL 3G Pada Titik 20 m


1.2

1
1
0.8 0.9 0.93

0.6 0.73
0.6
0.4
0.46
0.4
0.2 0.3
0.26
0.2
0 0.1 0.13
0-.8093 -86 -80 -79 -77 -76 -75 -74 -73 -72 -71 -70 -69

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin buruk atau
tidak stabil. Pada grafik diatas dapat kita lihat nilai CDF nya naik atau stabil.
 Level Sinyal 4G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik CDF Sinyal XL 4G Titik 0 m


1.2
1
0.96
1

0.8 0.7 0.73

0.6 0.5

0.4
0.23 0.26
0.2
0.2
0.03 0.06

0
-92 -88 -87 -86 -85 -84 -83 -82 -81 -77

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin stabil kualitasnya, tetapi ketika nilai
CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil. Pada
grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -92 semakin
meningkat sampai -77.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik CDF Sinyal XL 4G Pada Titik 5 m


1.2

1
1
0.8 0.93
0.8 0.83
0.6

0.4 0.5
0.43
0.36
0.2 0.3
0.2
0.13 0.16
0
-93 -92 -90 -88 -87 -86 -85 -84 -83 -82 -80

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin stabil kualitasnya, tetapi ketika nilai
CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil. Pada
grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -93 semakin
meningkat sampai -80.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik CDF Sinyal XL 4G Pada Titik 10 m


1.2
1
1 0.9

0.8
0.66

0.6 0.5
0.4
0.4
0.26
0.2
0.16
0.2
0.03 0.06

0
-96 -95 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -88 -87

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin stabil kualitasnya, tetapi ketika nilai
CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil. Pada
grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -96 semakin
meningkat sampai -87.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik CDF Sinyal XL 4G Pada Titik 15 m


1.2
1
0.96
1
0.86
0.8
0.8 0.7
0.6 0.63
0.6 0.53

0.36
0.4
0.2
0.2 0.1 0.13
0.03 0.06

0
-98 -97 -96 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -87 -86 -85 -84 -83

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin stabil kualitasnya, tetapi ketika nilai
CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil. Pada
grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -98 semakin
meningkat sampai -83.
.
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik CDF Sinyal XL 4G Pada Titik 20 m


1.2
1
1 0.93 0.96
0.86
0.8
0.76
0.8 0.7
0.6
0.6 0.5
0.36
0.4
0.23 0.26
0.16
0.2 0.1
0.03 0.06
0
-96 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -87 -86 -85 -84 -83 -82 -81 -79 -78

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G XL, berada
pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati nilai
peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin stabil kualitasnya, tetapi ketika nilai
CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil. Pada
grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -96 semakin
meningkat sampai -78.
Analisa Grafik CDF Sinyal Telkomsel
 Level Sinyal 3G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 3G 0 m


1.2
1
1 0.93
0.8
0.8 0.73
0.66

0.6 0.53
0.46

0.4 0.3 0.33


0.2
0.16
0.2
0.03
0
-93 -90 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75 -73 -71

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin bagus kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -93
semakin meningkat sampai -71.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 5 m


1.2

1
1
0.8 0.93

0.76
0.6 0.7
0.63
0.4 0.53
0.46
0.4
0.2 0.3
0.2
0 0.06
0-.9053 -93 -90 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75 -73

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin bagus kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -93
semakin meningkat sampai -73.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 10 m


1.2

1
1
0.96
0.8
0.83
0.76
0.6 0.7

0.4
0.43
0.2 0.3
0.23 0.26

0 0.1
0-.9093 -91 -90 -89 -85 -83 -81 -77 -75 -73 -69

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin bagus kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -99
semakin meningkat sampai -69.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 15 m


1.2

1
1
0.96
0.8 0.9
0.8
0.76
0.6
0.6
0.56
0.4 0.5

0.2 0.3 0.3


0.26

0
-90 -89 -85 -83 -81 -79 -77 -75 -73 -71 -69

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin bagus kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -90
semakin meningkat sampai -69.
.
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 20 m


1.2

1
1
0.96
0.8 0.9
0.8
0.6 0.7
0.6 0.63
0.56
0.4
0.4
0.2
0.26
0.13
0 0.06
-93 -91 -90 -87 -85 -83 -81 -80 -79 -77 -75 -73

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 3G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin bagus kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin tidak stabil.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -93
semakin meningkat sampai -73.
 Level Sinyal 4G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 4G o m


1.2
1
1 0.93
0.86
0.76
0.8
0.63 0.66

0.6
0.46

0.4
0.23 0.26

0.2
0.03
0
-95 -89 -87 -85 -83 -82 -81 -79 -77 -75

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin menurun.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -95
semakin meningkat sampai -75.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 5 m


1.2
1
0.96
1
0.8
0.8 0.7
0.6
0.6 0.53
0.43
0.4 0.33

0.2 0.1
0.03
0
-95 -91 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin menurun.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -95
semakin meningkat sampai -75.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 10 m


1.2
1
0.96
1
0.86

0.8 0.7

0.6

0.4 0.3
0.23 0.26

0.2
0.03 0.06

0
-101 -93 -89 -87 -85 -83 -77 -75 -71

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin menurun.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -101
semakin meningkat sampai -71.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 15 m


1.2
1
1 0.9

0.8 0.73
0.6
0.56
0.6
0.46

0.4 0.3 0.3

0.2
0.03
0
-91 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -73 -71

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin menurun.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -91
semakin meningkat sampai -71.
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik CDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 20 m


1.2
1
0.93 0.96
1
0.86
0.8
0.76
0.8
0.66

0.6
0.43
0.4

0.13 0.16
0.2

0
-95 -93 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75

CDF

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nila CDF sinyal 4G TELKOMSEL,
berada pada rentang nilai peluang antara 0 sampai 1, ketika nilai CDF mendekati
nilai peluang 1, maka kuat sinyal akan semakin meningkat kualitasnya, tetapi ketika
nilai CDF mendekati nilai peluang 0 maka, kuat sinyal akan semakin menurun.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa nilai CDF dari kuat sinyal dBm -95
semakin meningkat sampai -75.
Grafik CCDF
Analisa Grafik CCDf sinyal XL
 Level Sinyal 3G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 3G Titik 0


1.2
0.96 0.93
1 0.9 0.86 0.83
0.8 0.76 0.73
0.8 0.63
0.6 0.43
0.4 0.26
0.2
0.2 0.06
0
0
-85 -83 -82 -81 -80 -79 -78 -77 -76 -75 -74 -73 -72 -71 -69
-0.2 -0.36
-0.4
-0.6

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 3G Pada Titik 5 m


1.2

0.96
1 0.9
0.83
0.8
0.66 0.63
0.56
0.6 0.5
0.36
0.4 0.3
0.16 0.13
0.2
0.03 0
0
-87 -85 -83 -81 -80 -78 -77 -76 -74 -73 -72 -71 -69

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.

.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 3G Pada Titik 10 m


1.2

0.96 0.93
1 0.9
0.76
0.8 0.7

0.6
0.46

0.4
0.26

0.2 0.13
0.03 0
0
-85 -83 -81 -79 -78 -77 -76 -75 -73 -71

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 3G Pada Titik 15 m


1.2

0.96 0.93
1
0.83
0.8 0.7
0.6
0.6
0.4
0.36
0.4
0.2
0.2 0.13
0.06 0.03 0
0
-89 -87 -83 -81 -79 -77 -76 -75 -74 -73 -69 -68

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 3G Pada Titik 20 m


1.2

0.96
1 0.9
0.86
0.8
0.8 0.73 0.7
0.6
0.6 0.53

0.4 0.33
0.26

0.2 0.1
0.06
0
0
-89 -86 -80 -79 -77 -76 -75 -74 -73 -72 -71 -70 -69

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
 Level sinyal 4G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik CCDF Sinyal 4G Pada Titik 0 m


1.2

0.96 0.93
1
0.8
0.76 0.73
0.8

0.6 0.5 CCDF

0.4 0.3
0.26

0.2
0.03 0
0
-92 -88 -87 -86 -85 -84 -83 -82 -81 -77

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 4G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 4G Pada Titik 5 m


4.5
3.86 3.8
4 3.7 3.63 3.56 3.5
3.5 3.2 3.16 3.06 3
3
2.5
2
1.5
0.83
1
0.5
0
-93 -92 -90 -88 -87 -86 -85 -84 -83 -82 -80

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 4G Pada Titik 10 m


1.2

0.96 0.93
1
0.83 0.8
0.8 0.73
0.6
0.6 0.5

0.4 0.3

0.2 0.1
0
0
-96 -95 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -88 -87

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 4G Pada Titik 15 m


1.2

0.96 0.93
1 0.9
0.86
0.8
0.8
0.63
0.6
0.46
0.4
0.36
0.4 0.3
0.2
0.2 0.13
0.03 0
0
-98 -97 -96 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -87 -86 -85 -84 -83

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.

.
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik CCDF Sinyal XL 4G Pada Titik 20 m


1.2

0.96 0.93
1 0.9
0.83
0.76 0.73
0.8
0.63
0.6 0.5
0.4
0.4 0.3
0.23 0.2
0.2 0.13
0.06 0.03
0
0
-96 -94 -93 -92 -91 -90 -89 -87 -86 -85 -84 -83 -82 -81 -79 -78

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G XL yang telah kita
dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika nilai
CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin bagus.
Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
Analisa Grafik CCDF Sinyal Telkomsel

 Level sinyal 3G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL Pada Titik 0 m


1.2

0.96
1
0.83 0.8
0.8 0.7
0.6
0.6 0.53
0.46

0.4 0.33
0.26
0.2
0.2
0.06
0
0
-93 -90 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75 -73 -71

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
2. Titik Kedua, 5 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 5 m


1.2

0.96
1 0.9

0.8
0.6
0.56
0.6
0.46
0.4
0.4 0.3
0.2
0.2
0.03 0
0
-95 -91 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 10 m


1.2

0.96 0.93
1

0.76 0.73
0.8 0.7

0.6

0.4 0.3

0.2 0.13
0.03 0
0
-101 -93 -89 -87 -85 -83 -77 -75 -71

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 15 m


1.2

0.96
1

0.8 0.7
0.66

0.6 0.53
0.43 0.4
0.4
0.26

0.2 0.1
0
0
-91 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -73 -71

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 3G Pada Titik 20 m


2.5

1.93 1.86
2
1.73
1.6
1.43 1.4 1.36
1.5 1.3
1.2
1.1 1.03 1
1

0.5

0
-93 -91 -90 -87 -85 -83 -81 -80 -79 -77 -75 -73

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
 Level sinyal 4G
1. Titik Pertama, 0 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 0 m


1.2

0.96
1

0.76 0.73
0.8

0.6 0.53

0.36 0.33
0.4
0.23
0.2 0.13
0.06
0
0
-95 -89 -87 -85 -83 -82 -81 -79 -77 -75

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
2. Titiik Kedua, 5 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 5 m


1.2

0.96 0.93
1

0.76 0.73
0.8 0.7

0.6

0.4 0.3

0.2 0.13
0.03 0
0
-95 -91 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
3. Titik Ketiga, 10 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 10 m


1.2

0.96 0.93
1

0.76 0.73
0.8 0.7

0.6

0.4 0.3

0.2 0.13
0.03 0
0
-101 -93 -89 -87 -85 -83 -77 -75 -71

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
4. Titik Keempat, 15 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 15 m


1.2

0.96
1

0.8 0.7
0.66

0.6 0.53
0.43 0.4
0.4
0.26

0.2 0.1
0
0
-91 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -73 -71

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
5. Titik Kelima, 20 meter

Grafik CCDF Sinyal T-SEL 4G Pada Titik 20 m


4.5
3.86 3.83
4 3.56
3.33 3.23 3.2
3.5 3.13 3.06 3.03 3
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-95 -93 -89 -87 -85 -83 -81 -79 -77 -75

CCDF

Dari Grafik diatas dan hasil dari CCDF sinyal 3G TELKOMSEL yang telah
kita dapatkan dapat dianalisa bahwa rentang nilai peluang dari 0 sampai 1,2 , ketika
nilai CCDF mendekati nilai peluang 0 maka kuat sinyal yang didapatkan semakin
bagus. Dan ketika nilai CCDF mendekati nilai peluang 1,2 maka kuat sinyal yang
didapatkan kurang bagus. pada grafik diatas juga dapat diketahui bahwa CCDF
adalah kebalikan dari CDF.
6. KESIMPULAN
1. Hal yang dapat mempengaruhi kekuatan sinyal adalah jarak pengguna dengan BTS,
Jika semakin jauh jarak BTS dari pengguna, maka sinyal yang di terima kurang
bagus atau tidak stabil, sebaliknya jika semakin dekat jarak pengguna dengan BTS
maka sinyal yang diterima lebih bagus atau stabil, dan jika antara BTS dan
pengguna terdapat pepohonan dan berkabut maka dapat mempengaruhi kuat atau
lemahnya sinyal. Percobaanpun Berdasarkan data hasil percobaan pada sinyal XL
3g dan 4g dapat diketahui bahwa sinyal XL pada level 3G lebih baikmeskipun
mengalami penurunan stabilitas ketika berpindah dari jarak 0 meter ke jarak 15
meter. Sedangkan sinyal XL pada level 4G semakin stabil saat berpindah dari jarak
0 meter ke jarak 20 meter. Kuat sinyal yang diterima disebabkan oleh beberapa
faktor seperti pohon, gedung, jarak pengguna ke BTS dan banyaknya pengguna dan
juga berdasarkan data hasil percobaan sinyal 3g dan 4g Telkomsel yang telah
dilakukan maka diketahui bahwa sinyal Telkomsel pada level 3G semakin stabil saat
berpindah dari jarak 0 meter ke jarak 20 meter. Sedangkan 4G mengalami
penurunan stabilitas ketika berpindah dari jarak 0 meter ke jarak 10 meter. Kuat
sinyal yang diterima disebabkan oleh beberapa faktor seperti pohon, gedung, jarak
pengguna ke BTS dan banyaknya pengguna.
2. Percobaan level sinyal XL dan Telkomsel level 3G dan 4G terdapat perbandingan
kuat sinyal yang berbeda, yaitu pada level sinyal XL 4G kuat sinyal cenderung tidak
stabil, pada level sinyal Telkomsel 4G kuat sinyal cenderung stabil, pada level XL
3G kuat sinyal sangat baik dan pada level Telkomsel kuat sinyal cenderung tidak
stabil. Yang mana disebabkan oleh beberapa faktor seperti pohon, gedung, jarak
pengguna ke BTS dan banyaknya pengguna.
3. Kuat sinyal XL dan Telkomsel level 4G relative lebih bagus daripada kuat sinyal
XL dan Telkomsel level 3G. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, adanya
pepohonan, bangunan dan penghalang lainnya,,user pengguna XL dan Telkomsel
level 4G dan 3G yang berbeda serta banyaknya pengguna motor dan tekanan
kelembaban.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2019. Modul Praktikum Dasar Telekomunukasi Laboratorium Telekomunikasi.


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik. Universitas Mataram

Anonim. 2018. Mobile Signal Strength Recommendation,


https://wiki.teltonika.lt/view/Mobile_Signal_Strength_Recommendations

Wisnurat 2015.komplementer.jakarta. http://okeguru.com/istilah-db-dbm-dbi.html .


Diakses pada 4 november 2020 pukul 18.34

Syahdan, 2018.perkembangan teknologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.


Nama : Nurrochman Hartadi Dasrien
Nim : F1B019133
Kelompok : 13
PERCOBAAN IV

TEKNOLOGI SELULER

1. Nama Pengukur : Nurrochman Hartadi Dasrien


2. Provider : XL dan Telkomsel
3. Lokasi Rumah : BTN Reyan Pondok Indah,Gerung,Lombok Barat
4. Lokasi BTS : Giri Tembesi,Lombok Barat
5. Jarak Rumah ke BTS :1359 Meter

A. Analisa Tabel dan Data Hasil Pengamatan Sinyal XL


Hasil Pengamatan Sinyal XL
- Level 3G

No Jarak Kuat Sinyal (dBm)


(Meter)
1 0 -83
2 5 -83
3 10 -87
4 15 -89
5 20 -92

Berdasarkan tabel hasil pengamatan sinyal XL 3G di atas kuat sinyal yang diperoleh
tidak teratur dan jarak berpengaruh terhadap kuat sinyal yang diperoleh. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelembapan suhu dan jumlah pengguna yang
terkadang semakin banyak dan tidak menentu. Pada umumnya semakin jauh jarak antara user
dengan BTS Maka kuat sinyal yang diperoleh semakin berkurang Dan semakin dekat jarak
antara user dengan BTS kuat sinyal yang diperoleh semakin bertambah bagus. Adapun faktor
yang mempengaruhi kuat sinyal adalah faktor cuaca, bangunan, gedung yang tinggi,
pepohonan, banyak BTS dan banyaknya pengguna.
- Level 4G

No Jarak Kuat Sinyal (dBm)


(Meter)
1 0 -92
2 5 -92
3 10 -96
4 15 -99
5 20 -100

Berdasarkan tabel hasil pengamatan sinyal XL 4G di atas menunjukkan bahwa kuat


sinyal yang diperoleh tidak stabil. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kelembaban suhu dan jumlah pengguna yang terkadang semakin banyak dan tidak menentu.
Pada umumnya semakin jauh jarak antara user dengan BTS maka kuat sinyal yang diperoleh
semakin berkurang dan semakin dekat jarak antara user dengan BTS maka kuat sinyal yang
diperoleh semakin bertambah bagus. Adapun faktor yang mempengaruhi kuat sinyal adalah
faktor cuaca, bangunan, gedung yang tinggi, pepohonan, banyak BTS dan banyaknya
pengguna.
Hasil Pengamatan Sinyal Telkomsel
- Level 3G

No Jarak Kuat Sinyal (dBm)


(Meter)
1 0 -71
2 5 -73
3 10 -75
4 15 -75
5 20 -77

Berdasarkan tabel hasil pengamatan sinyal Telkomsel 3G di atas kuat sinyal yang
diperoleh tidak stabil. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelembaban suhu
dan jumlah pengguna yang terkadang semakin banyak dan tidak menentu. Pada umumnya
semakin jauh jarak antara user dengan BTS Maka kuat sinyal yang diperoleh semakin
berkurang Dan semakin dekat jarak antara user dengan BTS kuat sinyal yang diperoleh
semakin bertambah bagus. Adapun faktor yang mempengaruhi kuat sinyal adalah faktor
cuaca, bangunan, gedung yang tinggi, pepohonan, banyak BTS dan banyaknya pengguna.
- Level 4G

No Jarak Kuat Sinyal (dBm)


(Meter)
1 0 -101
2 5 -101
3 10 -106
4 15 -108
5 20 -107

Berdasarkan tabel hasil pengamatan sinyal Telkomsel 4G di atas menunjukkan bahwa


kuat sinyal yang diperoleh tidak Stabil. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kelembaban suhu dan jumlah pengguna yang terkadang semakin banyak dan tidak
menentu.selain itu gedung-gedung tinggi ataupun pepohonan yang menyebabkan
penghambatan sinyal. Pada umumnya semakin jauh jarak antara user dengan BTS maka kuat
sinyal yang diperoleh semakin berkurang dan semakin dekat jarak antara user dengan BTS
maka kuat sinyal yang diperoleh semakin bertambah bagus. Adapun faktor yang
mempengaruhi kuat sinyal adalah faktor cuaca, bangunan, gedung yang tinggi, pepohonan,
banyak BTS dan banyaknya pengguna.

 Analisa Grafik Perbandingan Jarak Terhadap Kekuatan Sinyal XL Pada Level 3G


dan 4G

Grafik Perbandingan Jara Terhadap Kekuatan Sinyal XL


Pada Level 3G dan 4G
0
0 5 10 15 20
-20
Kuat Sinyal (dBm)

-40

-60 XL 3G
-83 -83 -87 XL 4G
-89 -92
-80

-100 -92 -92 -96 -99 -100


-120
Jarak (meter)
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sinyal XL pada level 3G lebih baik
daripada sinyal XL level 4G meskipun mengalami penurunan ketika berpindah dari jarak 0
meter ke jarak 20 meter. Sedangkan sinyal XL level 4G mengalami penurunan yang cukup
segnifikat ketika berpindah dari jarak 0 meter ke jarak 20 meter. Faktor yang mempengaruhi
kuat sinyal yang diterima adalah cuaca, jarak pengguna BTS, objek-objek tinggi dan besar
seperti dan gedung. Adapun hal yang mempengaruhi kuat sinyal adalah faktor cuaca,
bangunan dan gedung yang tinggi, banyak BTS dan banyaknya pengguna.

 Analisa Grafik Perbandingan Jarak Terhadap Kekuatan Sinyal Tekomsel Pada


Level 3G dan 4G

Grafik Perbandingan Jara Terhadap Kekuatan Sinyal


Telkomsel Pada Level 3G dan 4G
0
0 5 10 15 20
-20
Kuat Sinyal (dBm)

-40

-60 -71 -73 -75 -75 Telkomsel 3G


-77
-80 Telkomsel 4G
-101 -101
-106 -108 -107
-100

-120
Jarak (meter)

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sinyal Telkomsel pada level 3G
lebih baik dibandingkan dengan sinyal Telkomsel level 4G. Telkomsel 3G dari jarak
keseluruhan memiliki kuat sinyal yang perlahan menurun secara stabil. Pada level 4G,
sinyal berada pada rentang cukup baik tetapi saat berpindah terjadi penurunan kualitas
sinyal meskipun tidak signifikan. Adapun hal yang mempengaruhi kuat sinyal adalah faktor
cuaca, bangunan dan gedung yang tinggi, banyak BTS dan banyaknya pengguna.
 Analisa Grafik Perbandingan Jarak Terhadap Kekuatan Sinyal XL 3G dan
Telkomsel 3G

Grafik Perbandingan Jara Terhadap Kekuatan Sinyal XL


3G dan Telkomsel 3G
0
-10 0 5 10 15 20
-20
Kuat Sinyal (dBm)

-30
-40
-50 XL 3G
-60 -71 -73 Telkomsel 3G
-75 -75 -77
-70
-80
-90 -83 -83
-87 -89
-100 -92
Jarak (meter)

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sinyal XL pada level 3G lebih baik
daripada sinyal Telkomsel 3G meskipun mengalami penurunan ketika berpindah dari
jarak 0 meter ke jarak 20 meter. Sedangkan sinyal Telkomsel pada level 3G mengalami
penurunan yang cukup segnifikat ketika berpindah dari jarak 0 meter ke jarak 20 meter.
Faktorpenghambat sinyal disebabkan oleh beberapa faktor seperti pohon, gedung, jarak
pengguna ke BTS, banyak BTS dan banyaknya pengguna.
 Analisa Grafik Perbandingan Jarak Terhadap Kekuatan Sinyal XL 4G dan
Telkomsel 4G

Grafik Perbandingan Jara Terhadap Kekuatan Sinyal XL


4G dan Telkomsel 4G
-80
0 5 10 15 20
-85
-92 -92
Kuat Sinyal (dBm)

-90
-96
-95 -99 XL 3G
-100
-101 -101
Telkomsel 4G
-100
-106 -107
-108
-105

-110
Jarak (meter)

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sinyal XL pada level 4G lebih baik
daripada sinyal Telkomsel meskipun mengalami sedikit penurunan ketika berpindah dari
jarak 0 meter ke jarak 20 meter. Sedangkan sinyal Telkomsel pada level 4G mengalami
penurunan yang cukup segnifikat ketika berpindah dari jarak 0 meter ke jarak 20 meter
.Faktor penghambat sinyal disebabkan oleh beberapa faktor seperti pohon, gedung, jarak
pengguna ke BTS, banyak BTS dan banyaknya pengguna.
Distribusi PDF, CDF dan CCDF Sinyal XL

Analisa Tabel dan Grafik Distribusi PDF, CDF dan CCDF Sinyal XL

 Tabel Distribusi Sinyal XL


- Level Sinyal 3G XL

Jumlah
Data PDF CDF CCDF
Data
-83 2 2 2 3
-87 1 1 3 2
-89 1 1 4 1
-92 1 1 5 0

 Grafik Distribusi PDF 3G XL

Grafik Distribusi PDF Sinyal 3G XL


2.5

2
2

1.5

1 1 1 PDF
1

0.5

Dari grafik PDF sinyal 3G XL diatas dapat disimpulkan bahwa level sinyal 3G
cenderung fluktuatif dengan rentang nilai dari 1 sampai 2. Nilai PDF cenderung
fluktuatif karena disebabkan oleh pengaruh jumlah data atau frekuensi. Sehingga
semakin besar jumlah data maka nilai PDF akan semakin besar dan semakin kecil
jumlah data maka nilai PDF akan semakin kecil.
 Grafik Distribusi CDF 3G XL

Grafik Distribusi CDF Sinyal 3G XL


6
5
5
4
4
3
3 CDF
2
2

Berdasarkan grafik CDF sinyal 3G XL diatas dapat dianalisa bahwa nilai CDF
level sinyal 3G XL didapat dari penjumlahan data nilai PDF pertama dengan nilai PDF
data kedua dan seterusnya. Sehingga nilai PDF yang didapat nantinya akan semakin
naik atau meningkat.

 Grafik Distribusi CCDF 3G XL

Grafik Distribusi CCDF Sinyal 3G XL


3.5 3
3
2.5 2
2
CCDF
1.5 1
1
0.5 0
0

Berdasarkan grafik CCDF sinyal 3G diatas dapat dianalisa bahwa nilai CCDF
level sinyal 3G XL didapat dari pengurangan data nilai akhir CDF dengan nilai PDF
data pertama, untuk kedua diperoleh dari pengurangan data pertama CCDF dengan
jumlah data kedua PDF, begitu juga untuk data ketiga CCDF dan seterusnya. Sehingga
data yang didapat nantinya akan semakin turun atau merendah dan nilai akhir CCDF-
nya akan bernilai 0.
 Tabel Distribusi Sinyal XL
- Level Sinyal 4G XL

Jumlah
Data PDF CDF CCDF
Data
-92 2 2 2 3
-96 1 1 3 2
-99 1 1 4 1
-100 1 1 5 0

 Grafik Distribusi PDF 4G XL

Grafik Distribusi PDF Sinyal 4G XL


2.5
2
2

1.5
1 1 1 PDF
1

0.5

Dari grafik PDF sinyal 4G XL diatas dapat dianalisa bahwa level sinyal 4G
cenderung fluktuatif dengan rentang nilai dari 1 sampai 2. Nilai PDF cenderung
fluktuatif karena disebabkan oleh pengaruh jumlah data atau frekuensi. Sehingga
semakin besar jumlah data maka nilai PDF akan semakin besar dan semakin kecil
jumlah data maka nilai PDF akan semakin kecil.
 Grafik Distribusi CDF 4G XL

Grafik Distribusi CDF Sinyal 4G XL


6
5
5
4
4
3
3 CDF
2
2

Berdasarkan grafik CDF sinyal 4G XL diatas dapat dianalisa bahwa nilai CDF
level sinyal 4G XL didapat dari penjumlahan data nilai PDF pertama dengan nilai
PDF data kedua dan seterusnya. Sehingga nilai PDF yang didapat nantinya akan
semakin naik atau meningkat.

 Grafik Distribusi CCDF 4G XL

Grafik Distribusi CCDF Sinyal 4G XL


3.5 3
3
2.5 2
2
CCDF
1.5 1
1
0.5 0
0

Berdasarkan grafik CCDF sinyal 4G diatas dapat dianalisa bahwa nilai CCDF
level sinyal 4G XL didapat dari pengurangan data nilai akhir CDF dengan nilai PDF
data pertama, untuk kedua diperoleh dari pengurangan data pertama CCDF dengan
jumlah data kedua PDF, begitu juga untuk data ketiga CCDF dan seterusnya.
Sehingga data yang didapat nantinya akan semakin turun atau merendah dan nilai
akhir CCDF-nya akan bernilai 0.
Analisa Tabel dan Grafik Distribusi PDF, CDF dan CCDF Sinyal Telkomsel
 Tabel Distribusi Sinyal Telkomsel
- Level Sinyal 3G Telkomsel

Jumlah
Data PDF CDF cCDF
Data
-71 1 1 1 4
-73 1 1 2 3
-75 2 2 4 1
-77 1 1 5 0

 Grafik Distribusi PDF 3G Telkomsel

Grafik Distribusi PDF Sinyal 3G Telkomsel


2.5

2
2

1.5

1 1 1 PDF
1

0.5

Dari grafik PDF sinyal 3G Telkomsel diatas dapat dianalisa bahwa level sinyal
3G cenderung fluktuatif dengan rentang nilai dari 1 sampai 2. Nilai PDF cenderung
fluktuatif karena disebabkan oleh pengaruh jumlah data atau frekuensi. Sehingga
semakin besar jumlah data maka nilai PDF akan semakin besar dan semakin kecil
jumlah data maka nilai PDF akan semakin kecil.
 Grafik Distribusi CDF 3G Telkomsel

Grafik Distribusi CDF Sinyal 3G Telkomsel


6
5
5
4
4

3 CDF
2
2
1
1

Berdasarkan grafik CDF sinyal 3G Telkomsel diatas dapat dianalisa bahwa nilai
CDF level sinyal 3G Telkomsel didapat dari penjumlahan data nilai PDF pertama
dengan nilai PDF data kedua dan seterusnya. Sehingga nilai PDF yang didapat
nantinya akan semakin naik atau meningkat.

 Grafik Distribusi CCDF 3G Telkomsel

Grafik Distribusi CCDF Sinyal 3G Telkomsel


5
4
4
3
3

2
1
1
0
0

Berdasarkan grafik CCDF sinyal 3G Telkomsel diatas dapat dianalisa bahwa


nilai CCDF level sinyal 3G Telkomsel didapat dari pengurangan data nilai akhir CDF
dengan nilai PDF data pertama, untuk kedua diperoleh dari pengurangan data pertama
CCDF dengan jumlah data kedua PDF, begitu juga untuk data ketiga CCDF dan
seterusnya. Sehingga data yang didapat nantinya akan semakin turun atau merendah
dan nilai akhir CCDF-nya akan bernilai 0.
 Tabel Distribusi Sinyal Telkomsel
- Level Sinyal 4G Telkomsel

Jumlah
Data PDF CDF CCDF
Data
-101 2 2 2 3
-108 1 1 3 2
-106 2 2 5 0

 Grafik Distribusi PDF 4G Telkomsel

Grafik Distribusi PDF Sinyal 4G Telkomsel


2.5
2 2
2

1.5

1 PDF
1

0.5

Dari grafik PDF sinyal 4G Telkomsel diatas dapat dianalisa bahwa level sinyal
4G cenderung fluktuatif dengan rentang nilai dari 1 sampai 2. Nilai PDF cenderung
fluktuatif karena disebabkan oleh pengaruh jumlah data atau frekuensi. Sehingga
semakin besar jumlah data maka nilai PDF akan semakin besar dan semakin kecil
jumlah data maka nilai PDF akan semakin kecil.
 Grafik Distribusi CDF 4G Telkomsel

Grafik Distribusi CDF Sinyal 4G Telkomsel


6
5
5
4
3
3 CDF
2
2
1
0

Berdasarkan grafik CDF sinyal 4G Telkomsel diatas dapat dianalisa bahwa nilai
CDF level sinyal 4G Telkomsel didapat dari penjumlahan data nilai PDF pertama
dengan nilai PDF data kedua dan seterusnya. Sehingga nilai PDF yang didapat
nantinya akan semakin naik atau meningkat.

 Grafik Distribusi CCDF 4G Telkomsel

Grafik Distribusi CCDF Sinyal 4G Telkomsel


3.5 3
3
2.5 2
2
CCDF
1.5
1
0.5 0
0

Berdasarkan grafik CCDF sinyal 4G Telkomsel diatas dapat dianalisa bahwa


nilai CCDF level sinyal 4G Telkomsel didapat dari pengurangan data nilai akhir CDF
dengan nilai PDF data pertama, untuk kedua diperoleh dari pengurangan data pertama
CCDF dengan jumlah data kedua PDF, begitu juga untuk data ketiga CCDF dan
seterusnya. Sehingga data yang didapat nantinya akan semakin turun atau merendah
dan nilai akhir CCDF-nya akan bernilai 0.
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

DAFTAR HADIR
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

PERCOBAAN 4
SHIFT 1
KELOMPOK 13

NO NIM NAMA TTD

1 F1B019021 Alfansyah Baadilla 1


2 F1B019031 Aulia Widya Prastuti
2
3 F1B019053 Febrian Rizky 3
4 F1B019091 Mila Wahyuni 4
5 F1B019113 Nurrochman Hartadi Dasrien 5

Mataram, 6 November 2020

Koordinator Asisten, Asisten Praktikum,

(Aprialdy Budi Saputra) (Titisan Wahyu Nurullaila)


NIM. F1B017015 NIM. F1B118057
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA : Nurrochman Hartadi Dasrien


NIM : F1B019
KELOMPOK 13
PERCOBAAN :4

PARAF
NO TANGGAL URAIAN
ASISTEN

+ catatan kaki

+ tambahin rumus cdf pdf ccdf

- rapiin laporan

1 7 November 2020 + format data hasil dibenerin

- analisanya diganti

+ data hasil

- Perbaiki grafik

2 11 November 2020 - Memperbaiki kata kata

+ kesimpulan
- perbaiki format penulisan laporan

3 12 november 2020 -perbaiki tabel

- perbaiki kesimpulan

Mataram,21 November 2020


Asisten,

Titisan Wahyu Nurullaila


F1B118057
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA :NURROCHMAN HARTADI D.


NIM :F1B019113
KELOMPOK :13 (Tiga Belas)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN 5
PULSE CODE MODULATION

NAMA : NURROCHMAN HARTADI D.


NIM : F1B019113
KELOMPOK : 13 (Tiga Belas)

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PERCOBAAN V

PULSE CODE MODULATION (PCM)

A.TUJUAN

1. Mempelajari/menjelaskan fungsi kuantisasi dan binary encoding.


2. Mempelajari/menjelaskan proses pembangkitan sinyal PCM.
3. Mempelajari/menjelaskan proses transmisi sinyal PCM.

B. DASAR TEORI

PAM
PAM (Pulse-amplitude modulation) adalah sebuah teknik untuk
menggambarkan sebuah perubahan dari sinyal analog ke sinyal tipe pulsa
dimana didalam pulsa amplitudonya menunjukkan informasi analog.Sinyal
PAM dapat diubah menjadi sinyal digital PCM (Baseband).Dalam hal ini
sinyal digital dari PAM dimodulasikan oleh carier di sistem komunikasi
digital bandpass. Konsekuensi proses perubahan analog menjadi PAM adalah
tahap pertama dalam merubah gelombang analog menjadi sinyal PAM
(digital). Didalam beberapa aplikasi sinyal PAM digunakan secara langsung
dan perubahan menjadi PCM tidak dikehendaki.
Dalam hal sinyal digital dari PAM dimodulasikan oleh carrier. Pulsa
modulasi melibatkan konversi dari sinyal continue analog menjadi time-
discrete sequence dari pulsa individu. Sinyal pulsa carrier dimodulasi oleh
sinyal informasi analog.
Menurut teori Shannon, Scanning singnal’s frequency harus setidaknya
bernilai dua kali dari frekuensi maksimum sinyal informasi. Modulasi memberikan
peningkatan kepada pulse sequence yang amplitudonya sesuai dengan sinyal input
pada waktu sampling.
Gambar 5.1 (a) rentetan pulsa yang seragam, (b) gelombang modulasi
m(t), dan (c) bentuk gelombang PAM yang dicuplik.
Cuplikan PAM alami (natural PAM sampling) terjadi bila pada
modulator digunakan pulsa – pulsa dengan lebar terbatas, tetapi puncak –
puncak pulsa dipaksa untuk mengikuti bentuk gelombang modulasi seperti
pada gambar (c).

PCM

Gambar 5.2 proses PCM


PCM / Pulse Code Modulation atau Modulasi Kode Pulsa adalah salah
satu teknik memproses suatu sinyal analog menjadi sinyal digital melalui
kode-kode pulsa. Proses-proses utama pada sistem PCM, diantaranya Proses
sampling (Pencuplikan), Quantizing (Kuantisasi), Coding (Pengkodean),
Decoding (Pengkodean Kembali) yang bekerja dengan cara sebagai berikut :
1. Sampling : proses pengambilan sampel atau contoh besaran sinyal analog
pada titik tertentu secara teratur dan berurutan. Frekuensi sampling harus
lebih besar dari 2 x frekuensi yang disampling (sekurang - kurangnya
memperoleh puncak dan lembah) [teorema Nyqust]. Hasil penyamplingan
berupa PAM (Pulse Amplitude Modulation)
2. Quantisasi : Proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling
dalam level-level kuantitasi.
3. Amplitudo dari masing-masing sample dinyatakan dengan harga integer
dari level kuantisasi yang terdekat.
4. Pengkodean : proses mengubah (mengkodekan) besaran amplitudo
sampling ke bentuk kode digital biner.
5. Multiplexing : dari banyak input menjadi satu output, fungsinya Untuk
penghematan transmisi menjadi dasar penyambungan digital.
macam-macammultiplexing :
a. FDM (Frequency Division multiplexing)
FDM terdiri dari kombinasi sinyal kontinu atau analog. Kanal yang
tersedia dibagi menjadi sejumlah slot frekuensi yang tidak saling
tumpang tindih. Pada rangkaian penerima, sebuah demultiplexer
menapis dan menerjemahkan kembali slot frekuensi menjadi kanal
pembawa informasi asli. Setiap kanal dialokasikan dengan sebuah
frekuensi sub pembawa yang berbeda pada media transmisi yang
berbeda, contoh televisi dan saluran telepon.
b. TDM (Time Division multiplexing)
TDM merupakan metode pentransmisian beberapa sinyal informasi
yang hanya melalui satu kanal transmisi dengan masing – masing sinyal
ditransmisikan pada periode waktu tertentu. Ketika beberapa sinyal
masuk ke multiplexer, maka sinyal akan melalui saklar berputar.
c. CDM (Code Division Multiplexing)
CDM adalah teknik multiplexing dimana setiap channel atau
piranti yang berkomunikasi menggunakan kode data yang berbeda
sehingga bisa bersamaan (seperti pada FDM) pada satu saat, dan
sekaligus bisa menggunakan slot waktu berbeda (seperti pada TDM).
Teknik CDM memungkinkan bandwidth saluran komunikasi suara bisa
digunakan bersama oleh banyak telepon selular. CDM dapat
melewatkan beberapa sinyal dalam waktu dan frekuensi yang sama.
Tiap kanal dibedakan berdasarkan kode-kode pada wilayah waktu dan
frekuensi yang sama.

Filter
1. Filter High-Pass
Sebuah filter high-pass (HPF) ialah filter yang meneruskan komponen
komponen frekuensi tinggi suatu spektrum dengan distorsi – distorsi
amplitudo dan fasa yang dapat diabaikan.

Gambar 5.3 outputFilter High-Pass

2. Filter Low-pass
Low Pass Filter (LPF) ideal melewatkan sinyal dengan frekuensi
kurang dari frekuensi tertentu dan tidak melewatkan sinyal sama sekali
dengan frekuensi lebih dari frekuensi tertentu. Jangkauan frekuensi yang
dikirimkan dikenal sebagai pita lewat (bandpass). Jangkauan frekuensi
yang diperlemah dikenal sebagai pita stop (bandstop). Frekuensi cutoff (fc)
juga disebut sebagai frekuensi 0,707, frekuensi -3 dB, frekuensi sudut.
Frekuensi-frekuensi diatas fc akan diredam (diperkecil). Kisar frekuensi
dibawah fc disebut bandpass, sedangkan kisar frekuensi diatas disebut
bandstop.

Gambar 5.4 outputFilter Low-Pass


3. Filter Bandpass
Band pass filter (BPF) adalah suatu jenis filter yang berfungsi
meredam sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi di bawah frekuensi cutoff
pertama dan juga meredam sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi cutoff
kedua. Filter Band Pass hanya melewatkan sebuah pita frekuensi saja
seraya memperlemah semua frekuensi di luar pita itu.

Gambar 5.5 outputFilter Band-Pass


4. Filter Bandstop
Filter ini memiliki efek sebaliknya untuk filter bandpass, ada dua
paralel LC sirkuit di jalur sinyal untuk membentuk impedansi tinggi pada
frekuensi sinyal yang tidak diinginkan, dan rangkaian seri membentuk
jalur impedansi rendah ke tanah pada frekuensi yang sama, untuk
menambahkan untuk penolakan. Filter Bandstop dapat ditemukan (sering
dalam kombinasi dengan band pass filter) pada frekuensi antara (IF)
amplifier radio tua dan penerima TV.

Gambar 5.6 outputFilter Band-Stop

MSB dan LSB


Most Significant Bit (MSB) atau juga dikenal Urutan Terbesar Bit (
High-Order Bit ) merupakan angka bit yang memiliki nilai terbesar dalam
bilangan biner. MSB juga termasuk sebagai bit yang paling kiri dikarenakan
angka yang paling kiri termasuk angka yang memiliki jumlah besar.
MSB adalah sebuah bilangan yang hanya terdiri dari dua angka yaitu
angka 1 dan 0 yang berarti angka "1" sebagai memiliki nilai negatif dan
angka "0" memiliki nilai positif. Misalnya pada sebuah byte 0101
1001, maka bit MSBnya adalah bit yang terletak di paling kiri yaitu "0". Hal
ini sangat umum untuk menetapkan setiap posisi bit mulai dari 0 hingga N-1,
dimana "N" adalah jumlah bit yang digunakan dalam biner. Biasanya, ini
hanya untuk pangkat bit yang sesuai
(Seperti 231 ~ 20).
Least Significant Bit (LSB) adalah bagian dari barisan angka biner yang
mempunyai nilai paling kecil atau tidak berarti. Letak LSB adalah barisan bit
yang paling kanan. LSB sendiri adalah kebalikan dari MSB.
Misalnya pada sebuah byte 01011001, maka bit LSBnya adalah bit yang
terletak dipaling kanan yaitu “1”. Terkadang diberi huruf “b” pada akhir
bilangan menjadi 0101 1001b.bilangan tersebut dapat berarti :
1*27 + 1*26 + 1*25 + 1*24 +1*23 + 1*22 + 1*21 + 1*20 = 128 + 64 + 32 + 16
+8 +4 + 2 + 1
Dalam barisan angka "1" yang terletak di atas, angka "1" paling kanan
bernilai "1," dan angka tersebut adalah yang paling kecil. Angka tersebut
disebut dengan Least Significant Bit atau LSB
C. ALAT DAN BAHAN

1. Komputer
2. MATLAB R2103

D. LANGKAH PERCOBAAN

Gambar D.1 Block Fisik Rangkaian Pulse Code Modulation

1. Menghubungkan power supply dan function generator kesumber daya


2. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V dari power supply ke
function generator.
3. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V, pada function generator ke
PCM Modulator.
4. Menghubungkan tegangan +15V, 0V, -15V, dari PCM modulator ke
PCM Demodulator.
5. Menghubungkan keluaran dari PCM Modulator ke PCM Demodulator.
6. Menghubungkan keluaran PCM Demodulator dengan Digital
Multimeter.
7. Menghubungkan tegangan 0V dengan konektor ke Digital Multimeter.
8. Menghidupkan power supply dan function generator.
9. Mengaktifkan Digital Multimeter.
10. Menulis data hasil percobaan.
11. Menon-aktifkan sistem.
12. Merapikan alat-alat dan bahan praktikum yang digunakan.

Percobaankuantisasi linier

Karakteristik Kuantisasi Linier

-Tekan tombol Mode sampai led quantisasi linier pada PCM modulator
dan PCM demodulator aktif.

-Aktifkan semua bit dengan menggunakan tombol Select dan On/Off.

-Set saklar keposisi CH2 pada PCM demodulator.

- Set tegangan input U1 seperti tabel 1, kemudian ukur tegangan U2 pada output
DA converter, tuliskan kedalam tabel beserta digit biner yang
ditunjukkan oleh led.

Percobaan Kuantisasi Non linier

Karakteristik Compressor

- Tekan tombol Mode sampai led kuantisasi non-linier pada PCM


modulator dan led quantisasi linier pada PCM demodulator aktif.
- Ulangi langkah percobaan kuantisasi linier.

Karakteristik Expander

- Tekan tombol Mode sampai led quantisasi linier pada PCM modulator
dan quantisasi non-linier pada PCM demodulator aktif.
- Ulangi langkah percobaan kuantisasi linier.
Simulasi dengan MATLAB R2013a

1. Membuka aplikasi MATLAB R2013a.


2. Membuka tool “Simulinklibrary”, kemudian mengklik menu “newmodel”
pada Simulinklibrary.
3. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar D.2. menggunakanLibrary DSP
System Toolbox Block Set, Communication System Toolbox Block Set, dan
Simulink Block Set . Pada Library DSP System Tollbox, Blok yang
digunakan adalah Sample and Hold, Uniform Encoder,Uniform Decoder
dan Analog Filter Design. Pada LibraryCommunication Sytem Toolbox,
Blok yang digunakan adalahInteger to Bit Converter dan Bit to Integer
Converter. PadaSimulinkBlock Set, Blok yang digunakanadalah Sine
Generator, Pulse Generator dan Scope.

Gambar D.2 Block simulasi Rangkaian Pulse Code Modulation


4. Mengatur parameterBlok Sine Wave

Gambar D.3 Parameter Blok Sine Wave

5. Mengatur parameterBlokPulse Generator

Gambar D.4 Parameter Blok Pulse Generator


6. Mengatur parameter Blok Sample and Hold

Gambar D.5 Parameter BlokSample and Hold

7. Mengatur parameterBlokUniform Encoder

Gambar D.6 Parameter Blok Uniform Encoder


8. Mengatur parameterBlokInteger to Bit Converter

Gambar D.7 Parameter Blok Integer to Bit Converter

9. Mengatur parameterBlok Bit to Integer Converter

Gambar D.8 Parameter Blok Bit to Integer Converter

10. Mengatur parameter Blok Uniform Decoder


Gambar D.9 Parameter Blok Uniform Decoder

11. Mengatur parameter Blok Analog Filter Design

Gambar D.10 Parameter AnalogFilter Design


E. DATA HASIL
E.1 Tabel Percobaan Kuantiasi Linier
U1/V U2/V Code
-9.5 -9.0 01110110
-9 -8.54 01110000
-8 -7.62 01100100
-7 -6.62 01010111
-6 -5.70 01001011
-5 -4.70 00111110
-4 -3.78 00110010
-3 -2.826 00100101
-2 -1.895 00011001
-1 -0.887 00001100
0 0.0413 10000000
1 1.048 10001101
2 1.978 10011001
3 2.986 10100110
4 3.916 10110010
5 4.87 10111111
6 5.78 11001011
7 6.78 11011000
8 7.70 11100100
9 8.70 11110001
9.5 9.16 11110111
E.2. Tabel percobaan kuantisasi Non-linier Compressor
U1/V U2/V Code
-9.5 -9.61 01111110
-9 -9.46 01111100
-8 -9.23 01111001
-7 -9.00 01110110
-6 -8.77 01110011
-5 -8.46 01101111
-4 -8.00 01101001
-3 -7.54 01100011
-2 -6.77 01011001
-1 -5.47 01001000
0 1.051 10001111
1 5.71 11001010
2 6.86 11011001
3 7.63 11101001
4 8.09 11101001
5 8.54 11101111
6 8.77 11110010
7 9.08 11101101
8 9.31 11100111
9 9.24 11111001
9.5 9.62 11111101
Tabel percobaan kuantisasi Non-linier Expander

U1/V U2/V Code


-9.5 -6.75 01110111
-9 -4.78 01110000
-8 -2.980 01100100
-7 -1.702 01010111
-6 -1.62 01001011
-5 -0.529 00111110
-4 -0.297 00110010
-3 -0.157 00100101
-2 -0.079 00011001
-1 -0.016 00001100
0 0.041 10001101
1 0.104 10001101
2 0.162 10011001
3 0.259 10100110
4 0,40 10110010
5 0.51 10111111
6 1.106 11001011
7 1.940 11011000
8 3.218 11100100
9 4.00 11110001
9.5 7.24 11110111
Tabel Hasil Percobaan Dengan MATLAB R3013a

Jenis Sinyal Keluaran Pada Scope Simulink

Sinyal
Informasi

Sinyal
Sampling

Sinyal PAM

Sinyal
Terkuantisasi

Sinyal
Coding
(Pulsa)
Sinyal
Output
F. ANALISA DATA
Blok Diagram PCM

Gambar F.1 Blok Diagram PCM


Dari blok diagram diatas dapat dianalisa bahwa, sinyal input (analog) yang
masih bercampur dengan noise atau sinyal lain di filter oleh Band Limiting
menggunakan LPF (Low Pass Filter) untuk melewatkan atau meloloskan
frekuensi rendah dan meredam frekuensi dengan nilai dari 0,3 KHz - 3,4 KHz.
Sehingga menjadi sinyal sinusoidal atau sinyal terfilter setelah sinyal di filter
selanjutnya dilakukan proses sampling dengan syarat sinyal carrier yang
disampel harus dua kali lebih besar dari sinyal informasi, output sinyal analog
tersebut yang awalnya bersifat kontinyu menjadi sinyal yang bersifat diskrit
atau disebut PAM (Pulse Amplitude Modulation).Selanjutnya proses
kuantisasi, sinyal PAM tersebut yang merupakan potongan dari sinyal aslinya
kemudian diberi nilai (level) sesuai dengan amplitudonya dari masing-masing
sampel sinyal, selanjutnya setiap sampel yang telah terkuantisasi masuk
kedalam proses coding, pada tahap ini sampel sinyal yang masih berupa sinyal
diskrit diubah ke bentuk kode digital yaitu biner. Selanjutnya masuk proses
multiplexing, dimana multiplexing berfungsi untuk penghematan transmisi dari
banyak input menjadi satu kanal output.
Selanjutnya multiplexing menggabungkan beberapa input menjadi satu
output melalui proses demultiplexing, dimana demultiplexing merupakan
kebalikan multiplexing, dimana sinyal yang masuk dari satu kanal diubah
kembali dua atau lebih kanal. Setiap kanal akan melakukan prosesdecoding,
pada tahap ini sinyal yang berbentuk biner akan di ubah kembali ke bentuk
sinyal analog, selanjutnya melalui proses kuantisasi kembali dimana sinyal
yang baru di ubah ke bentuk sinyal analog akan diberi nilai sesuai dari masing-
masing sampel sinyalnya. Selanjutnya proses resampling dimana sinyal analog
yang masih bersifat diskrit dikembalikan ke bentuk aslinya yang bersifat
kontinyu setelah itu di filter kembali untuk menghilangkan noise yang terjadi
saat pengiriman sinyal, sehingga sinyal informasi yang diterima sudah bebas
noise.
 Analisa perhitungan
o Konversi Bilangan Biner Ke Desimal
(01110110)2
=0 × 27 + 1 × 26 + 1 × 25 + 1 × 24 + 0 × 23 + 1 × 22 + 1 × 21 +
0 × 20
= 0 + 64 + 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 0
= 118
o Tegangan Hitung
Diketahui :
U1/V = -9,5 V
U2/V = -9,0 V
Bit parity = -1
Konstanta = 0,078
Desimal = 118
Ditanya : Vhitung = ?
Penyelesaian :
Vhitung = Konstanta  Bit Parity × Nilai Desimal
= 0,078 × (-1) × 118
= -9,204
o Tabel Analisa Kuantisasi Linier

U1/V U2/V Code Desimal Bit parity V hitung


-9,5 -9.0 01110110 118 -1 -9.204

-9 -8.54 01110000 112 -1 -8.736

-8 -7.62 01100100 100 -1 -7.8

-7 -6.62 01010111 87 -1 -6.786

-6 -5.70 01001011 75 -1 -5.85

-5 -4.70 00111110 62 -1 -4.836

-4 -3.78 00110010 50 -1 -3.9

-3 -2.826 00100101 37 -1 -2.886

-2 -1.895 00011001 25 -1 -1.95

-1 -0.887 00001100 12 -1 -0.936

0 0.0413 10000000 128 1 9.984

1 1.048 10001101 141 1 10.998

2 1.978 10011001 153 1 11.934

3 2.986 10100110 166 1 12.948

4 3.916 10110010 178 1 13.884

5 4.87 10111111 191 1 14.898

6 5.78 11001011 203 1 15.834

7 6.78 11011000 216 1 16.848

8 7.70 11100100 228 1 17.784

9 8.70 11110001 241 1 18.798

9.5 9.16 11110111 247 1 19.266


Dari tabel percobaan kuantisasi linear dapat dianalisa bahwa tegangan
input (U1/V) di dapat dari PCM Modulator yang dihubungkan dengan PCM
Demodulator sedangkan tegangan U2/V didapat dari pengukuran multimeter
digital. Pada PCM Demodulator akan menampilkan biner dari tegangan input
(U1) tersebut. Nilai bit parity dapat ditentukan dengan melihat nilai MSB.
Apabila nilai MSB bernilai 0 maka bit parity bernilai -1 sedangkan apabila
nilai MSB bernilai 1 maka bit parity bernilai 1. Untuk menentukan tegangan
hitung menggunakan persamaan V hitung = K x bit x Desimal yang dimana
K = 0.078 yaitu konstanta yang sudah ditetapkan dan untuk kode binernya di
konversi menjadi bentuk desimal menjadi 118 kemudian nilai bit = -1
dikarenakan nilai MSB bernilai 0 yang dapat di analisa bahwa semakin besar
tegangan input pada (U1/V) maka akan menyebabkan tegangan output
(U2/V) juga semakin besar. Dimana nilai tegangan U1 dan U2 berpengaruh
untuk mencari nilai Vhitungnya. Semakin besar nilai U1 dan U2 maka nilai V
hitung juga semakin besar, nilai Vhitung pada tabel di atas yang terbesar
adalah 19.266 sedangkan yang terendah bernilai -9.204
o Grafik Karakteristik Kuantitasi Linier
11110111

9.5

9.16
8.7
9
11110001

7.74
8
11100101

6.78
7
11011000

5.81
6
11001111

4.86
5 10111111

3.87
4
10110010

2.95
3

10100110

1.95
2

1.03
10011001
1

0.03
10001101
0

10000000
00001100

-0.87
-1

00011001

-1.87
-2
00100101

-2.79
-3

-3.38
00110010

-4

-4.7
00111110
-5

-5.7
01001011
-6

-6.62
01010111
-7

-7.62
01100100
-8

-8.54
01110000

-9.07
-9
-9.5

01110110
o Grafik Kuantitasi Linier

Grafik Kuantitasi Linier

9.16
10

8.7
7.74
9

6.78
8

5.81
7

4.86
6

3.87
5

2.95
4

1.95
3

1.03
2

0.03
1
U1 / V

-0.87
0

-1.87
-1

-2.79
-2 -3.3 8

-3
-4.7

-4
-5.7
-6.6 2

-5
-6
-7.6 2
-8.54

-7
-9.07

-8
-9
-10
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

U2 / V

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa hubungan antara tegangan


U1 dan tegangan U2 menunjukkan grafik linear. Jika nilai pada U1 semakin besar
maka nilai pada U2 juga akan semakin besar karena U1 berbanding lurus dengan
U2. Pada grafik diatas jika titik-titiknya dihubungkan maka akan membentuk
grafik kuantitasi linier.
Kuantisasi Non Linier

Karakteristik Compressor

 Analisa Perhitungan
o Konversi Bilangan Biner Ke Desimal
(01111110)2
=0 × 27 + 1 × 26 + 1 × 25 + 1 × 24 + 1 × 23 + 1 × 22 + 1 × 21 +
0 × 20
= 0 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2+0
= 126

o Tegangan Hitung
Diketahui :
U1/V = -9,5 V
U2/V = -9,61 V
Bit parity = -1
Konstanta = 0,078
Desimal = 126
Ditanya : Vhitung = ?
Penyelesaian :
Vhitung = Konstanta  Bit. Parity × Nilai Desimal
= 0,078 × (-1) × 126
= -9,828
o Tabel Analisa Karakteristik Compressor
U1/V U2/V Code desimal Bit parity V hitung
-9,5 -9,61 01111110 126 -1 -9.828

-9 -9,46 01111100 124 -1 -9.672

-8 -9,23 01111001 121 -1 -9.438

-7 -9,00 01110110 118 -1 -9.204

-6 -8,77 01110011 115 -1 -8.97

-5 -8,46 01101111 111 -1 -8.658

-4 -8,00 01101001 105 -1 -8.19

-3 -7,54 01100011 99 -1 -7.722

-2 -6,77 01011001 89 -1 -6.942

-1 -5,46 01001000 72 -1 -5.616

0 1.051 10001111 143 1 11.154

1 5.71 11001010 202 1 15.756

2 6.86 11011001 217 1 16.926

3 7.63 11101001 233 1 18.174

4 8.09 11101001 233 1 18.174

5 8.54 11101111 239 1 18.642

6 8.77 11110010 242 1 18.876

7 9.08 11101101 237 1 18.486

8 9.31 11100111 231 1 18.018

9 9.24 11111001 249 1 19.422

9.5 9.62 11111101 253 1 19.734


Pada tabel di atas dapat dianalisa bahwa semakin besar tegangan input
(U1/V) maka akan menyebabkan tegangan output (U2/V) juga semakin
besar. Nilai Vhitung relatif semakin besar, tergantung nilai desimalnya,
dimana nilai Vhitung yang terbesar adalah 19.734 sedangkan nilai Vhitung
yang terkecil adalah -9.828.
Dari tabel percobaan kuantisasi linear dapat dianalisa bahwa tegangan
input (U1/V) di dapat dari PCM Modulator yang dihubungkan dengan PCM
Demodulator sedangkan tegangan U2/V didapat dari pengukuran multimeter
digital. Pada PCM Demodulator akan menampilkan biner dari tegangan input
(U1) tersebut. Nilai bit parity dapat ditentukan dengan melihat nilai MSB.
Apabila nilai MSB bernilai 0 maka bit parity bernilai -1 sedangkan apabila
nilai MSB bernilai 1 maka bit parity bernilai 1. Untuk menentukan tegangan
hitung menggunakan persamaan V hitung = K x bit x Desimal yang dimana
K = 0.078 yaitu konstanta yang sudah ditetapkan dan untuk kode binernya di
konversi menjadi bentuk desimal menjadi 126 kemudian nilai bit = -1
dikarenakan nilai MSB bernilai 0 yang dapat di analisa bahwa semakin besar
tegangan input pada (U1/V) maka akan menyebabkan tegangan output
(U2/V) juga semakin besar. Dimana nilai tegangan U1 dan U2 berpengaruh
untuk mencari nilai V hitungnya. Semakin besar nilai U1 dan U2 maka nilai
V hitung juga semakin besar, nilai V hitung pada tabel di atas yang terbesar
adalah 19.734 sedangkan yang terendah bernilai -9.828
o Grafik Karakteristik Kuantitasi Compressor
01111110
Grafik karakteristik kuantisasi non-linier compressor
01111100
01111001

9.62
01110110

9.31
9.5

9.24
9.08

8.77
8.54

8.09
01110011
9

7.63

6.86
8

01101111
7

5.71
01101001
6
5

01100011
4

01011001
3

1.051
2

01001000
1

10001111
0

11001010
-1

11011001
-2
-3

11101001
-4

11101001
-5

-5.47
-6

11101111

-6.77
-7

-7.54
11110010

-8
-8

-8.46

-8.77
-9
-9

-9.23
11101101

-9.46
- 9.5

-9.61
11100111
11111001
11111101
o Grafik Kuantisasi Compressor

GRAFIK KUANTITASI COMPRESSOR

9.62
9.24
9.31
9.08
8.77
8.54
10

7.63
9

6.86
8

5.71
7
6
5
4
3
2
1
U1 / V

-1.051
0
-1
-2 [Y VALUE].00
-3
[Y VALUE].00

-5.47
-4
-5 -6.77
-7.54

-6
-8.46
-8.77
-9.23

-7
-9.46
-9.61

-8
-9
-10

U2 / V

Berdasarkan grafik di atas dapat di analisa bahwa nilai U1 semakin naik


maka nilai U2 juga akan semakin besar (naik). Pada titik 5.71 ditunjukkan
penaikan nilai U2 secara perlahan terlihat naik sampai 9,62. Pada grafik di atas
membentuk grafik non-linier.jika titik - titiknya dihubungkan maka akan
membentuk grafik kuantisasi compressor.
Karakteristik Expander
 Analisa perhitungan
o Konversi Bilangan Biner Ke Desimal
(01110111)2=0 × 27 + 1 × 26 + 1 × 25 + 1 × 24 + 0 × 23 + 1 × 22 +
= 0 + 64 + 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 1
= 119
o Tegangan Hitung
Diketahui :
U1/V = -9,5 V
U2/V = - 6.75 V
Bit parity = -1
Konstanta = 0,078
Desimal = 119
Ditanya : Vhitung = ?
Penyelesaian :
Vhitung = Konstanta  Bit. Parity × Nilai Desimal
= 0,078 × (-1) × 119
= -9,282
o Tabel Analisa Karakteristik Expander
U1/V U2/V Code Desimal Bit parity V hitung
-9.5 -6.75 01110111 119 -1 -9.282

-9 -4.78 01110000 112 -1 -8.736

-8 -2.980 01100100 100 -1 -7.8

-7 -1.702 01010111 87 -1 -6.786

-6 -1.62 01001011 75 -1 -5.85

-5 -0.529 00111110 62 -1 -4.836

-4 -0.297 00110010 50 -1 -3.9

-3 -0.157 00100101 37 -1 -2.886

-2 -0.079 00011001 25 -1 -1.95

-1 -0.016 00001100 12 -1 -0.936

0 0.041 10001101 141 1 10.998

1 0.104 10001101 141 1 10.998

2 0.162 10011001 153 1 11.934

3 0.259 10100110 166 1 12.948

4 0,40 10110010 178 1 13.884

5 0.51 10111111 191 1 14.898

6 1.106 11001011 203 1 15.834

7 1.940 11011000 216 1 16.848

8 3.218 11100100 228 1 17.784

9 4.00 11110001 241 1 18.798

9.5 7.24 11110111 247 1 19.266


Dari tabel percobaan kuantisasi linear dapat dianalisa bahwa tegangan
input (U1/V) di dapat dari PCM Modulator yang dihubungkan dengan PCM
Demodulator sedangkan tegangan U2/V didapat dari pengukuran multimeter
digital. Pada PCM Demodulator akan menampilkan biner dari tegangan input
(U1) tersebut. Nilai bit parity dapat ditentukan dengan melihat nilai MSB.
Apabila nilai MSB bernilai 0 maka bit parity bernilai -1 sedangkan apabila
nilai MSB bernilai 1 maka bit parity bernilai 1. Untuk menentukan tegangan
hitung menggunakan persamaan V hitung = K x bit x Desimal yang dimana
K = 0.078 yaitu konstanta yang sudah ditetapkan dan untuk kode binernya di
konversi menjadi bentuk desimal menjadi 119 kemudian nilai bit = -1
dikarenakan nilai MSB bernilai 0 yang dapat di analisa bahwa semakin besar
tegangan input pada (U1/V) maka akan menyebabkan tegangan output
(U2/V) juga semakin besar. Dimana nilai tegangan U1 dan U2 berpengaruh
untuk mencari nilai Vhitungnya. Semakin besar nilai U1 dan U2 maka nilai
V hitung juga semakin besar, nilai Vhitung pada tabel di atas yang terbesar
adalah 19.266 sedangkan yang terendah bernilai -9.282
o Grafik Karakteristik Kuantitasi Expander
01110111
Grafik karakteristik kuantisasi non-linier Expander 01110000
01100100
01010111

9.5
01001011

9
00111110

7.24
8
7
00110010

6
00100101
5

3.128
4

4
00011001

1.94
3

1.106
00001100

0.259
0.162

0.162
2

0.104

0.51

0.4
1

10001101

0
10001101

-0.016
-0.157

-0.079
-0.297
-0.529
-1
10011001

-1.62
-1.72
-2
10100110

-2.98
-3

-4
10110010

-4.78
-5
10111111

-6

-6.75
-7
11001011

-8
-9

11011000
- 9.5

11100100
11110001
11110111
Grafik Kuantisasi Expanded
10

4.00 7.24
9
8
7

3.218
6
5

1.940
4

1.106
3

-0.016

0.259
-0.079
-0.157

0.162

0.51
0.104
0.041
-0.297

0.40
-0.529
2

-0.62
-1.702
1
U1 / V

0 -2.980
-1
-2
-4.78

-3
-4
-6.75

-5
-6
-7
-8
-9
-10
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
U2 / V

Berdasarkan grafik di atas dapat di analisa bahwa grafik yang


dihasilkan terlihat membentuk non-linier.Hal ini disebabkan karena sifat
expander yang tegangannya bisa naik dan turun, sehingga pada grafik diatas
terdapat nilai U2 yang rendah.Jika titik-titiknya dihubungkan maka akan
membentuk grafik kuantisasiexpander.
Simulasi PCM Matlab R2013a

a. Sinyal Informasi

Gambar F.3.a Sinyal Informasi

Sinyal informasi di atas berupa sinyal suara. Gambar di atas


merupakan simulasi, sehingga sinyalnya sudah bebas dari noise karena
menggunakan blok sine wave yang sudah bebas dari noise. Sinyal
informasi di atas memiliki amplitudo yang bernilai 5, dan frekuensi 0.5
KHz. Sinyal di atas merupakan output dari sine wave yang memiliki
rentang frekuensi 0.3-3.4 KHz.

b. Sinyal Sampling

Gambar F.4.b Sinyal Sampling

Proses sampling yang merupakan proses pengambilan sampel


dengan mengunakan syarat teorema Nyquist yaitu sinyal sampel harus
dua kali lebih besar dari pada sinyal informasi. Sinyal sampling di atas
memiliki nilai periode 1/50, maka nilai frekuensinya 50 KHz.
Sedangkan nilai amplitudonya 5. Semakin besar nilai frekuensi
sampling, maka sinyal yang dihasilkan akan semakin padat. Dengan
begitu, poin-poin di atas telah memenuhi syarat Nyquist.
c. Sinyal PAM

Gambar F.4.c Sinyal PAM

Sinyal diatas merupakan sinyal PAM. Sinyal PAM merupakan hasil


keluaran dari proses sampling, di proses sampling sinyal kontinyu berubah
menjadi sinyal diskrit. Sinyal PAM mengubah amplitudo yang berupa
deretan pulsa (diskrit) mengikuti bentuk amplitudo dari sinyal informasi
yang akan dikirimkan dengan frekuensi 50 Hz, dan amplitudo 5. Pada PAM,
amplitudo pulsa-pulsa pembawa dimodulasi oleh sinyal pemoduasi.
Amplitudo pulsa-pulsa pembawa menjadi sebandaing dengan amplitudo
sinyal pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal pemodulasi maka
semakin besar pula amplitudo pulsa pembawa.

d. Sinyal Terkuantisasi

Gambar F.4.d Sinyal Terkuantisasi

Sinyal terkuantisasi di atas memiliki nilai peak 5 dan bits 3.


kuantisasi adalah proses pembulatan untuk menghilangkan nilai koma
supaya proses selanjutnya yaitu coding mudah dijalankan.. Sinyal
terkuantisasi ini di peroleh dari blok Uniform Encoder. Semakin besar
bitsnya semakin bagus. Karena semakin besar bitsnya, maka semakin
kecil pula peluang untuk adanya distorsi dapat dilihat dari rumus :
���
Bit Error Rate = , bit erroe rate berbanding terbalik dengan
�����
�����ℎ ���

jumlah bit, sehingga semakin besar jumlah bit maka error/distorsi akan
semakin kecil. Bentuk dari sinyal terkuantisasi di atas adalah sinyal
diskrit.

e. Sinyal Coding (Pulsa)

Gambar F.4.e Sinyal Coding (Pulsa)


Sinyal di atas memiliki nilai bits 3. Sinyal di atas merupakan
keluaran dari integer to bit converter, dimana integer to bit converter
sendiri berfungsi untuk mengubah sinyal terkuantisasi menjadi sinyal
coding atau sinyal pulsa. Sinyal Coding di atas berbentuk sinyal digital
yang nilainya 1 dan 0.

f. Sinyal Output

Gambar F.4.f Sinyal Output

Sinyal output di atas berasal dari sin wave dan multiplexer. Dari
gambar di atas, dapat dianalisa bahwa bentuk sinyal output tidak
sempurna sehingga terjadi delay, bentuk gelombang tertahan yang
disebabkan oleh distorsi, distorsi adalah berubahnya bentuk sinyal
akibat proses modulasi yang kurang sempurna. Selain itu, terjadi
penurunan amplitudo, karena akibat modulasi yang kurang sempurna
otomatis sinyal yang diterima tidak sama dengan yang dikirim..
G. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kuantisasi adalah proses merubah sampel amplitudo kontinyu menjadi
sampel amplitudo diskrit yang diambil dari kumpulan level terbatas atau
proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling dalam level-
level kuantitasi.Binary encoding adalah proses mengubah sinyal analog
menjadi sinyal digital atau menjadi kode biner.
2. Proses PCM dimulai dengan sinyal analog difilter untuk menghilangkan
noiseyang ada pada sinyal tersebut, kemudian sinyal tersebut disampling
untuk proses pengambilan sampel atau contoh besaran sinyal analog pada
titik tertentu secara teratur dan berurutan. Selanjutnya dikuantisasi atau
pembulatan nilai – nilai sinyal tersebut sehingga mempermudah proses
encoding. Terakhir proses pengkodean, yaitu proses mengubah
(mengkodekan) besaran amplitudo sampling ke bentuk kode digital biner.
3. Proses transmisi PCM melibatkan multiplexer yang berfungsi
menggabungkan beberapa kanal sinyal menjadi satu kanal agar dikirim
pada satu kanal transmisi. Proses transmisi PCM ini melibatkan proses
band limiting, sampling, kuantitasi, decoding
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Modul Praktikum Dasar Telekomunikasi. Laboratorium


Telekomunikasi. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik. Universitas
Mataram.

Gibson, Jerry D.1990. Principles of Digital and Analog Communication. New


York: Mac Millan Publishing Company.

Roddy, D., Coolen, J., dan Idris, K. (penerjemah). 1984. Komunikasi


ElektronikaJilid I. Erlangga: Jakarta.

Saydam, Gauzali. 1979. Prinsip Dasar Teknologi Jaringan Telekomunikasi.


Bandung. Angkasa.
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

DAFTAR HADIR
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

PERCOBAAN 5
SHIFT 4
KELOMPOK 13

NO NIM NAMA TTD

1 F1B019021 Alfansyah Baadilla 1


2 F1B019031 Aulia Widya Prastuti
2
3 F1B019053 Febrian Rizky 3
4 F1B019091 Mila Wahyuni 4
5 F1B019113 Nurrochman Hartadi Dasrien 5

Mataram, 3 November 2020

Koordinator Asisten, Asisten Praktikum,

(Aprialdy Budi Saputra)


(Ilhami Pramaditya)
NIM. F1B017015
NIM. F1B018077
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM DASAR TELEKOMUNIKASI

NAMA : Nurrochman Hartadi Dasrien


NIM : F1B019113
KELOMPOK 13
PERCOBAAN 5

PARAF
NO TANGGAL URAIAN
ASISTEN

- Perbaiki laporan

- Perbaiki analisa F.1

+ Tambah analisa tabel F.2

+ Tambah analisa tabel F.3 dan F.4


1 4 November 2020
+ Kesimpulan

+ Dapus

2 + Data hasil E.4

- Perbaiki analisa tabel kuantisasi linier

+ Tambah analisa tabel compressor


5 November 2020 dan expander

+ Grafik karakteristik kuantisasi


compressor dan expander

+ Analisa sinyal matlab


3 11 November 2020 - perbaiki analisa matlab

Mataram,14 November 2020


Asisten,

Ilhami Pramaditya
F1B018077

Anda mungkin juga menyukai