Anda di halaman 1dari 12

PENGUAT DITALA (TUNED)

A. TUJUAN

1. Mahasiswa diharapkan mampu mengerti tentang pengertian, prinsip kerja


dan karakteristik suatu penguat dan penguat yang ditala (tuned),
2. Mahasiswa dapat merancang, merakit dan menguji rangkaian penguat
dan penguat yang ditala dengan benar baik secara praktik maupun
simulasi,
3. Mahasiswa mampu menganalisa dan membuat kesimpulan dari hasil
praktik.

B. DASAR TEORI
Komponen dasar suatu penguat adalah transistor, suatu alat semi konduktor
yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal dc/ac/kompleks, saklar, stabilitas
tegangan, mixer atau fungsi lainnya. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan
sebagai penguat (amplifier), seperti pengeras suara, stabilitas sumber listrik, dan
penguat sinyal radio. Sedangkan dalam rangkaian digital, transistor digunakan
sebagai saklar berkecepatan tinggi, seperti logic gate, memori dan fungsi lainnya.
Transistor sebagai penguat sinyal radio atau Radio Frequency (RF), biasa
memilih jenis Bipolar Junction Transistor (BJT), dimana transistor ini mampu
memberi penguatan yang lebih besar dan respons frekuensi juga lebih baik dan lebar.
BJT memiliki 3 terminal, yaitu Emitter (E), Collector (C) dan Base (B), seperti
gambar 1 (a). berikut.

(a) Simbol (b) Bentuk komponen


Gambar 1. BJT
1
BJT sebagai penguat dapat disusun dengan 3 konfigurasi : konfigurasi Common
Emitter (CE), Common Base (CB) dan Common Collector (CC). Untuk penguat RF
umumnya menggunakan konfigurasi CE, dan rangkaiannya ditunjukkan oleh gambar
2.

Gambar 2. Penguat konfigurasi CE


C1 dan C2 digunakan untuk menahan (blokir) arus dc, sedangkan C E sebagai bypass
dc. Pengaturan R1 dan R2 untuk menentukan titik kerja garis beban pada karakteristik
keluaran, dan menetukan klas penguat yaitu kelas A, B dan C.
Perubahan sinyal listrik kecil pada terminal basis dapat menghasilkan
perubahan sinyal listrik yang besar pada terminal kolektor. Perbandingan arus
kolektor (IC) dan arus basis (IB) dilambangkan dengan ß atau hFE (nilainya sekitar
100). Karakteristik BJT harus diperhatikan 2 hal :
1. Arus emitter, IE, ditentukan oleh tegangan emiiter-basis, V BE, yang memiliki
hubungan eksponensial.
2. Arus kolektor, IC ≈ IE, hampir tidak dipengaruhi oleh tegangan kolektor (Jika
VCB ≥ 0)
Arus kolektor diperoleh dari tegangan kolektor dan Emiter, V CE, dari transistor.
Berikut persamaan dengan menggunakan KVL
V CC =I C RC +V CE (1)
atau
2
V CE =V CC −I C RC (2)
dengan V CE adalah tegangan kolektor-emiter, V CC adalah tegangan catu daya, serta
I C adalah arus kolektor, dan
V CC =I C RC +V CE (3)
atau
V CE =V CC −I C RC (4)
Untuk penggunaan transistor tipe ZSC 1815, karakteristiknya ditunjukkan
oleh gambar 3.

Gambar 3. Karakteristik transistor tipe ZSC 1815


B.1. Rangkaian Penguat CE
Susunan rangkaian menggunakan modul ED-2950B ditunjukkan oleh gambar 4.
Modul rangkaian penguat ini disusun sesuai teori dari gambar 2. Susunan R 1, R2 dan
R3 adalah menentukan klas penguat. Tahanan R E dapat diatur dengan kombinasi seri
R4, R5 dan R6. Sedangkan kapasitor by pass C E juga dapat diatur seri C3 dan C4.
Keluaran transistor diberi beban R7.
B.2. Rangkaian Tala (Tuned)
Salah satu jenis rangkaian tala adalah rangkaian tala paralel, ditunjukkan oleh
gambar 5. Rangkaian ini ditala pada frekuensi resonansi, fo dan faktor Q tertentu.
Impedansi seri R dan L, Z L diparalel dengan impedansi kapasitor dan
impedansi.
3

Gambar 4. Sususnan rangkaian penguat modul ED-2950B

Gambar 5. Rangkaian tala paralel


Impedansi totalnya,
Z L ZC
ZT = (5)
Z L+ Z C
1
dimana ZC = dan Z L =R+ jω L pada frekuensi tinggi.
ωC
Impedansi dinamik pada rangkaian tala paralel adalah
L 2 Q
R D= =ω0 LQ=Q R= (6)
CR ω0 C
Rangkaian tala paralel akan memberikan impedansi tinggi dan impedansi tersebut
berubah terhadap frekuensi. Selanjutnya, bila arus I o adalah arus masukan pada saat
resonansi ke suatu rangkaian paralel, maka besar arus di cabang kapasitif adalah I oQ
dan di cabang induktif adalah Io Q. Dengan demikian rangkaian tala paralel
menunjukkan pembesaran arus.
Faktor Q dinyatakan oleh
4
ωo L 1
Q= = (7)
R ωo C
dan frekuensi resonansi,
1
f o= (8)
2 π √ LC
Persamaan lebar jalur adalah
fo
BW 3 dB= (9)
Q
Rangkaian tala disini menggunakan modul ED-2950H, gambar 6 (a), dan

(a) (b)
Gambar 6. Rangkaian tala paralel
susunan rangkaian internalnya, gambar 6 (b). Rangkaian tala ini adalah titik potong
pertemuan impedansi XC dan XL terhadap frekuensi seperti gambar 7. Dimana nilai
Gambar 7. Impedansi rangkaian tala paralel
1
X L = j 2 π f L dan XC= (10)
j2 π f C
5
B.3. Rangkaian Penguat Ditala
Rangkaian penguat ditala adalah keluaran rangkaian penguat, gambar 4,
dihubungkan ke rangkaian tala, gambar 6. dan bentuk umum rangkaian penguat yang
ditala ditunjukkan oleh gambar 8. Rangkaian ekivalen hybrid, gambar 9.

Gambar 8. Penguat yang ditala konfigurasi CE

Gambar 9, Rangkaian ekivalen hybrid gambar 8.


Penguat yang ditala, khususnya penggunaan frekuensi radio (RF) biasanya
digunakan untuk memberi penguatan dan selektivitas bagian awal (front end) pada
pesawat penerima radio untuk memisahkan sinyal yang masuk dari antena. Pada
rangkaian tala ini, akan memunculkan suatu karakteristik bandpass filter, biasanya
diperlukan untuk penguatan tegangan.
Disini terdapat parameter transkonduktansi, gm, yaitu suatu fungsi arus
kolektor, IC, yang dinyatakan oleh
IC
gm = (11)
VT
Persamaan admitansi keluarannya adalah
1 1 1
Y o= + + (12)
RC R D 2 R L
6
dan persamaan penguatannya adalah
−g m
A v= (11)
Yo
Kunci : Keluaran maksimum dapat dikatakan rangkaiannya ditala
Lebar jalur, BW = f2 – f1 (Hz) (12)

C. ALAT DAN BAHAN


1. 1 buah Power Console ED 2900P
2. 1 buah Osiloskop Digital
3. 1 buah Signal Generator tipe 2950 A
4. 1 buah Modul tipe Amplifier tipe 2950 B
5. 1 buah modul Tuned Circuit tipe 2950H
6. Kabel Penghubung secukupnya
7. 2 buah BNC to Banana
D. LANGKAH PERCOBAAN
D.1. PENGUAT
1. Persiapkan alat dan bahan, kemudian pasang Power Console ED 2900P
dengan mengatur posisi tegangan dc + 15 V dan – 15 V.
2. Susun rangkaian seperti gambar 10.
Gambar 10. Rangkaian Percobaan Penguat
3. Pada modul sumber sinyal 2950A, set Pengaturan Frekuensi, C, kira-kira 465 kHz,
set Atenuator pada -12 dB. Kemudian hubungkan terminal keluaran 0 dB ke
trigger external pada Osiloskop. Hubungkan keluaran - 6 dB ke masukan Penguat
7

dan ke kanal 1 Osiloskop. Amati dan catat dalam tabel1, tegangan masukan (Vpp).
4. Pada modul Amplifier 2950B, seleksi RE = 1,2 kΩ dan kopling kapasitor C3 = 25
µF. Keluaran penguat dihubungkan ke kanal 2 Osiloskop. Amati tegangan
keluaran (Vpp) dan catat dalam tabel 1.
5. Kemudian set Atenuator pada -12 dB, amati dan catat hal serupa pada langkah 3
dan 4 diatas. Hal serupa dilakukan untuk set Atenator -15 dB sampai -39 dB.
6. Ulangi langkah 3, 4 dan 5 diatas untuk RE = 10,6 kΩ, dan seterusnya hal serupa
untuk RE = 57,6 kΩ. Amati dan catat hasil pengukuran pada tabel 1.
D.2. PENGUAT DITALA
7. Pada langkah 2 diatas, tambahkan rangkaian tala pada keluaran penguat, seperti
gambar 11. Lengkapi alat Frequency Counter pada masukan penguat.
Gambar 11. Rangkaian Penguat Ditala
8. Pada modul sumber sinyal 2950A, set Pengaturan Frekuensi pada posisi 1, set
pengaturan Atenuator variabel pada 0 dB, keluarannya dihubungkan ke masukan
rangkaian penguat dan kanal 1 Osiloskop.
9. Pada modul Rangkaian Tala 2950H, set kapasitor variabel pada posisi tengah
(kira-kira 480 kHz), keluarannya dihubungkan ke kanal 2 Osiloskop.
10.Putar pelan-pelan Pengaturan tala C pada sumber modul sinyal dari ujung ke
ujung, amati keluaran kanal 2 Osiloskop untuk posisi set dengan Vpp maksimum
dan pada kondisi ini catat frekuensinya pada Tabel 2.
8
11. Ulang langkah 10 untuk RE = 10,6 kΩ dan RE = 57,6 kΩ
E. HASIL PENGUKURAN
E.1. PENGUAT

Tabel 1. Hasil Pengukuran Penguat


Tegangan masukan = .......Vpp

Masukan Tegangan Keluaran (Vpp)


(dB) RE = 620 Ω RE = 10,6 kΩ RE = 57,6 kΩ
-9
-12
-15
-18
-21
-24
-27
-30
-33
-36
-39

Plot karakteristik Penguat pada kurva gambar 12.

Gambar 12. Karakteritik Penguat

9
E.2. PENGUAT DITALA
Tabel 2. Hasil Pengukuran Penguat Ditala

Set Frekuensi (kHz)


Atenuator RE = 620 kΩ RE = 10,6 kΩ RE = 57,6 kΩ
0
3
6
9
12

Maksimum

12
9
6
3
0

Plot hasil pengukuran ke dalam kurva respons frekuensi berikut, gambar 13.
Keluaran 0
Maksimum
-3 dB

f1 fo f2 f(kHz)
Gambar 13. Respons frekuensi Rangkaian Penguat ditala
F. ANALISA
(Bandingkan hasil pengukuran dan teori, lalu uraikan perbedaannya)
G. KESIMPULAN DAN SARAN
10

H. TUGAS
1. Buatlah hasil pengukuran diatas menurut teori.

Pelaksanaan Praktik dilakukan dengan cara


peragaan melalui Video, Mahasiswa hanya
mengamati pelaksanaan praktik dan pembacaan
pengukuran saja.
Waktunya akan diberitahu.

Sekian.

11

Anda mungkin juga menyukai