Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM TEKNIK GELOMBANG MIKRO

MODUL 3. PROPAGASI GELOMBANG PADA RUANG BEBAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Praktikum Gelombang Mikro Semester V

Penyusun:
JTD 3E
KELOMPOK GANJIL
NO NAMA NIM
09 Ikke Febriyana Wulandari 1741160001

D-IV JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
Aditya Firmansyah Aida Ulfia Rochmah Bima Gerry Pratama

1741160022 1741160003 1741160048

Garis Sanubari Ikke Febriyana W Marc’ie M. Z. A


1741160070 1741160001 1741160072

Mingga Handayani Muhammad F. R. M Nella Wahyu A. S


1741160110 1741160088 17411600207

Putri Ayu Zartika Rafidatus Sabrina Suta Ramadhan


1741160092 1641160091
1741160089
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik pada umumnya dipengaruhi oleh
banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks. Di antara sekian banyak pengaruh adalah
adanya kondisi yang sangat bergantung pada keadaan cuaca dan fenomena luar angkasa yang tidak
menentu. Dengan melihat kondisi yang demikan, maka sangat sulit diper-kirakan sebaran radiasi
medan elektromagenitik secara pasti dari suatu jarak terhadap kedudukan suatu pemancar. Namun,
hal itu masih memungkinkan untuk mem- propagasikan gelombang tetapi kita harus
memperhatikan setiap pengamatan cuaca yang disampaikan oleh lembaga meteorologi dan
geofisika. Makna inti dari propagasi suatu gelombang radio adalah menyebarkan (transmisi)
gelombang elektromagnitik di udara bebas. Oleh karena itu kualitas hasil penerimaan sinyal
sedikit maupun banyak juga dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar angkasa. Cuaca yang
sangat baik tentu akan sangat membantu dalam menaikkan kualitas sinyal yang dapat ditangkap
oleh antena penerima.
Gelombang dapat merambat melalui berbagai medium, antara lain:
1. Padat
2. Cair
3. Udara
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana mengevaluasi pentingnya penyesuaian polarisasi antara antenna pemancar dan
penerima
2) Bagaimana menentukan frekuensi sumber gelombang mikro dengan cara mengukur
panjang gelombang diluar waveguide
3) Bagaimana menguji polarisasi yang sama antara antenna pemancar dan penerima
4) Bagaimana menguji beberapa bahan berkenaan dengan karakteristik penyerapan
(absorption) dan pantulan (reflection) untuk gelombang mikro
BAB II
PROPAGASI GELOMBANG PADA RUANG BEBAS

2.1 Tujuan :
1) Mengevaluasi pentingnya penyesuaian polarisasi antara antena pemancar dan penerima
2) Menentukan frekuensi sumber gelombang mikro dengan cara mengukur panjang gelombang diluar
waveguide
3) Menguji perlunya polarisasi yang sama antara antena pemancar dan penerima
4) Menguji beberapa bahan berkenaan dengan karakteristik penyerapan (absorption) dan pantulan
(reflection) untuk gelombang mikro.
2.2 Alat yang digunakan
1) 1 Osilator Gunn
2) 1 Coaxial detector
3) 2 Waveguide, 250 mm
4) 1 Termination resistor with detector
5) 2 Antena Horn
6) 1 Reflector
7) 1 Multimeter digital
8) 1 Fuction generator dengan sumber tegangan
9) 1 Kabel penghubung, 1 m, 4 mm, merah
10) 1 Kabel penghubung, 1 m, 4 mm, biru
11) 1 Kabel BNC to BNC 4 mm
2.3 Teori Dasar
Untuk merambatkan gelombang mikro ke ruang bebas, diperlukan suatu antena sehingga
memungkinkan untuk mentransmisikan semua metode gelombang radio. Antena khusus untuk
frekuensi di atas 6 GHz pada umumnya menggunakan bentuk corong atau horn. Secara umum, antena
horn susunannya cukup sederhana, dindingnya tidak eksponensial, berkaitan dengan impedansinya.
Karakteristik penguatan dan arah dari antena horn, tergantung pada sudut dan panjang horn.
Dari gambar kurva di atas dapat dilihat bahwa pada jalur 10 GHz dimensi dari antena
berhubungan erat dengan peningkatan gain. Karena itu untuk mendapatkan gain lebih besar
dari 25 dB diperlukan jenis ini dibandingkan dengan dipole ½ λ. Hampir semua bentuk antena
parabola banyak menggunakan horn sebagai radiator primer atau pencatu antena piringan
maupun antena lensa, dengan rentangan frekuensi 1 sampai 100 GHz.
Beberapa bentuk antena horn
Horn Arah E

Horn Arah H

Horn corong (funnel horn)

Parabolik horn radiator


Cone shape horn

Beberapa bentuk antena piring (dish)


Antena parabola
Dengan corong pengumpan
Dari depan

Antena parabola
Dengan corong pengumpan dan
Reflektor hiperbol (Prinsip Cassegrain)
Antena parabola (sistem Gregorian)
Dengan reflektor bentuk elips.

Bagian antena parabola


Dengan berbagai letak
Corong pengumpan

Tabel 3.1. Hubungan Dimensi Reflektor Terhadap Efisiensi


Aperture efficiency 60 – 70 % 50 –60 % 60 – 65 %
Beam attenuation Medium Good Very good
Circular polarosation Good Good Very good
Minimal diameter D > 75 D > 20 D > 10
2.4 Langkah percobaan

1) Susunlah percobaan seperti pada gambar di atas dengan antena horn dilepas, periksa
pengaruh yang terjadi, catat tegangan detektor probe dengan cara mengubah-ubah jarak
sebagaimana diberikan pada tabel di lembar kerja 1.
2) Ulangi langkah 1), dengan memasang antena horn.
3) Tempatkan pemancar dan penerima pada jarak kurang lebih 0,5 m. Gerakkan penerima
dari pemancar sampai didapat sinyal maksimum. Catat nilai maksimum yang didapat,
sekarang letakkan berbagai penghalang diantara pemancar dan penerima. Gerakkan
penerima terhadap pemancar untuk masing-masing penghalang yang diberikan dan catat
nilai sinyal maksimumnya.
4) Putar penerima 90º, sehingga berada disisinya. Apa yang terjadi pada detektor tegangan?
5) Tempatkan penerima dan pemancar sehingga polarisasi antara antena keduanya
membentuk sudut kurang lebih 90º satu sama lain, dengan kedua antena horn saling
berhadapan dan berada diantara berbagai bahan penghalang, sebagaimana yang dipakai
pada langkah 3) periksalah pengaruh yang terjadi dan catat nilai-nilainya seperti yang
diberikan pada lembar kerja 2.
6) Lepaskan penerima dan hubungkan dengan multimeter analog ke soket BNC pada osilator
Gunn. Tempatkan reflektor kurang lebih 0,3 m di depan antena horn, kemudian hitung
panjang gelombang dan frekuensi osilator.
𝑘 𝑐 ℎ𝑎
F = 𝑃 𝑔

Kecepatan cahaya kurang lebih 2,998 x 108 m/det.

Lembar Kerja 1

Untuk langkah 1)
a = jarak antar waveguide (cm)
UD = tegangan detektor (mV)
A 0 1 2 5 10 20 30 40 50
UD (mV) 34,5 10,1 15,6 14,9 13,4 14,6 14,2 11,6 7,7

Untuk langkah 2)
Dengan antena horn
A 0 1 2 5 10 20 30 40 50
UD 18,4 11,9 11,8 9,6 9,2 8,3 7,5 7,2 6,3

Untuk langkah 3)
Pelemahan dari penghalang medan
Tegangan detektor tanpa penghalang : 12,6 mV
Tegangan detektor dengan PVC : 18,2 mV
Tegangan detektor dengan Plexiglas : 14,9 mV
Tegangan detektor dengan kertas berlapis : 15,7 mV
Tegangan detektor dengan Tevlon : 16,3 mV

Untuk langkah 4)
1. Apa yang terjadi saat penerima diputar 90º?
Ketika penerima diputar 90º tegangan pada detector akan menurun
2. Bagaimana pengaruhnya dari hasil langkah 3?
Pada saat penerima diputar 90º menghasilkan data sebagai berikut :
Tegangan detektor tanpa penghalang : 11,2 mV
Tegangan detektor dengan PVC : 10,8 mV
Tegangan detektor dengan Plexiglas : 13,0 mV
Tegangan detektor dengan kertas berlapis : 13,4 mV
Tegangan detektor dengan Tevlon : 12,6 mV
Jika dibandingkan dengan hasil langkah 3 maka tegangan detector akan semakin menurun
pada masing-masing obstacle.
3. Yang mana jenis polarisasi yang baik ketika dihalangi, misalnya oleh pohon, pada lintasan
transmisi gelombangnya?
Dari percobaan diatas obstacle yang mempunyai polarisasi baik yaitu kertas berlapis
dikarenakan mempunyai tegangan paling tinggi

Lembar Kerja 1

Untuk langkah 5)
Catat tegangan maksimum yang dipantulkan oleh beberapa bahan :
Tegangan detektor tanpa penghalang : 7,2 mV
Tegangan detektor dengan PVC : 8 mV
Tegangan detektor dengan Plexiglas : 8,7 mV
Tegangan detektor dengan kertas berlapis : 10,5 mV
Tegangan detektor dengan Tevlon : 13,3 mV

Untuk langkah 6)
Maksimum 5 cm (395 mV) Bila jarak titik ekstrim terjadi setiap setengah
Minimum 2 cm (370 mV) panjang gelombang, satu panjang gelombang yang
Maksimum 4 cm (380 mV) sebenarnya adalah jarak antara 3 titik.
Minimum 3 cm (375 mV)
Maksimum 9 cm (401 mV)
Minimum 1 cm (365 mV)
Perhitungan panjang gelombang dan frekuensi:
Maksimum 1 : 5 cm = 50 mm
Maksimum 3 : 9 cm = 90 mm
λ = maksimum 3 – maksimum 1
= 90 mm – 50 mm
=40 mm
= 40 x 10-3 m
𝑐 3 𝑥 108
F = 𝜆 = 40 𝑥 10−3 = 7,5 GHz

Memberikan panjang gelombang 40 mm,


Dan memberikan frekuensi 7,5 GHz.

Ulangi perhitungan, menggunakan minimal:


Minimum 1 : 2 cm = 20 mm
Minimum 3 : 1 cm = 10 mm
λ = minimum 1 – minimum 3
= 20 mm – 10 mm
= 10 mm
= 10 x 10-3 m
𝑐 3 𝑥 108
F = 𝜆 = 10 𝑥 10−3 = 30 GHz

Ini berarti harga :


Panjang gelombang 10 mm
Frekuensi 30 GHz

2.5 Soal-Soal
1) Dari beberapa jenis obstacle yang disediakan dalam praktikum 3, bagaimana karakteristik
penyerapan dan pantulan pada masing-masing bahan dieletrik?
Pada percobaan yang telah kita lakukan diperoleh data yang menghasilkan tegangan paling
rendah dan paling tinggi. Jika mengacu pada percobaan 3 dan 5 maka tanpa penghalang
mempunyai tegangan paling rendah dan pada percobaan 4 yaitu PVC mempunyai tegangan
paling rendah. Sedangkan tegangan paling tinggi yaitu dengan menggunakan jenis obstacle
PVC (percobaan 3), kertas berlapis (pecobaan 4), tevlon (percobaan 5). Hal ini berarti
bahwa diperoleh data yang beragam.
Berdasarkan teori, karakteristik penyerapan yang baik memperoleh nilai tegangan yang
paling tinggi. Dengan diperolehnya data seperti diatas, kita tidak bisa menyimpulkan jenis
obstacle yang mempunyai karakteristik penyerapan dan pemantulan yang baik.
2) Apa saja kendala yang dihadapi dalam mentransmisikan gelombang mikro pada ruang
bebas?
Kendala yang dihadapi dalam mentransmisikan gelombang mikro pada ruang bebas yaitu:
 Jenis obstacle yag diantaranya yitu :
- PVC
- Plexiglass
- Teflon
- Kertas berlapis
 Jarak antara pemancar dan penerima

2.6 Analisis
 Langkah 1
Ketika antenna horn dilepas diperoleh data yang tidak stabil. Seharusnya pada percobaan
semakin jauh jarak antara pemancar dan penerima maka tegangan semakin rendah.
Ketidak stabilan ini bisa dipicu oleh beberapa factor:
1. Alat yang digunakan tidak akurat
2. Kesalahan dalam membaca
3. Dengan jarak yang berbeda-beda, pada saat berpindahnya posisi alat akan berdampak
ketidak lurusan antara pemancar dan penerima
4. Penempatan obstacle yang tidak pas tengah antara pemancar dan penerima
 Langkah 2
Ketika antenna horn dipasang diperoleh data yang stabil. Pada table langkah 2
menunjukan bahwa semakin jauh jarak antara pemancar dan penerima maka tegangan
yang dihasilkan akan semakin rendah. Dengan kata lain, jarak berbanding terbalik dengan
tegangan yang dihasilkan.
 Langkah 3
Dari data yang diperoleh, tegangan detector tanpa penghalang maupun menggunakan
penghalang (PVC, Plexiglass, Tevlon, Kertas berlapis) mempunyai tegangan yang
berbeda-beda, sesuai dengan jenis penghalangnya. Data diatas menunjukkan tegangan
detector dengan mengunnakan obstacle PVC mempunyai tegangan paling tinggi yaitu
18,2 mV. Sedangkan tegangan detector dengan menggunakan tanpa penghalang
mempunyai tegangan paling rendah yaitu 12,6 mV.tetapi pada teori dasar tegangan
berurutan dari paling tinggi ke paling rendah yaitu tanpa penghalang, plexiglass, PVC,
dan tevlon. Ketidak sesaian ini bisa dipicu oleh beberapa factor:
1. Alat yang digunakan tidak akurat
2. Kesalahan dalam membaca
3. Dengan jarak yang berbeda-beda, pada saat berpindahnya posisi alat akan
berdampak ketidak lurusan antara pemancar dan penerima
4. Penempatan obstacle yang tidak pas tengah antara pemancar dan penerima

 Langkah 4
Ketika penerima diputar 90º tegangan pada detector akan menurun. Jika hasil percobaan
langkah 4 dibandingkan dengan hasil langkah 3 maka tegangan detector akan semakin
menurun pada masing-masing obstacle. Tegangan detector tersebut akan berpengaruh
pada plarisasi. Semakin tinggi tegangan yang diperoleh, maka polarisasi akan semakin
baik. Pada percobaan diatas obstacle yang mempunyai polarisasi baik yaitu kertas
berlapis dikarenakan mempunyai tegangan paling tinggi.
 Langkah 5
Ketika antenna pemancar dan penerima sama-sama diputar membentuk sudut 90º
tegangan yang dihasilkan pada masing-masing obstacle semakin menurun kecuali pada
obstacle PVC hal ini dapat dipicu oleh, alat yang digunakan sudah tidak akurat ataupun
kesalahan dalam membaca.
 Langkah 6
Dari data diatas diperoleh tegangan maksimum dan tegangan minimum pada jarak
tertentu. Jarak yang dihasilkan akan berpengaruh pada panjang gelombang dan frekuensi.
Semakin panjang gelombang yang dihasilkan maka frekuensi akan semakin kecil. Hal ini
sesuai dengan rumus frekuensi yaitu kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang.
2.7 Kesimpulan
1. Penyesuaian polarisasi antara antenna pemancar dan penerima diperlukan untuk
mengetahui seberapa besar dan seberapa kuat gelombang dapat merambat dalam ruang
bebas. Bentuk antenna yang terpasang harus sama antara pemancar dan penerima. Jika
pemancar terpasang secara vertical, maka penerima juga harus terpasang secara vertical.
Hal itu juga berlaku ketika antenna dipasang secara horizontal.
2. Frekuensi sumber gelombang mikro dapat diperoleh menggunakan rumus kecepatan
cahaya dibagi dengan panjang gelombang. Panjang gelombang tersebut diperoleh dari
jarak maksimum dan jarak minimum
3. Polarisasi yang sama antara antenna pemancar dan penerima sangat penting karena
polarisasi menentukan seberapa besar antenna dapat memancarkan gelombang dari
pemncar ke penerima.
4. Bahan yang digunakan untuk menguji penyerapan (absorption) dan pantulan (reflection) untuk
gelombang mikro memiliki karakteristik masing-masing. Tergantung struktur penyusun yang ada
dalam bahan tersebut.
2.8 Lampiran
Foto Keterangan
Multimeter digital untuk mengukur
tegangan

Antenna horn

Waveguide
Gunn oscillator

Reflector

Obstacle
Termination resistor with detector

Rangkaian menggunakan antenna


horn dengan reflektor

Anda mungkin juga menyukai