Anda di halaman 1dari 33

Laporan Praktikum

Saluran Transmisi

Kelompok 1

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
PERCOBAAN-2
PENGUKURAN TEGANGAN SALURAN KOAKSIAL
DENGAN UJUNG BEBAN DIBUKA

I. Tujuan :

1.1 Mengukur distribusi tegangan pada titik pengukuran O m, 25 m, 75 m, dan


100 m dengan frekuensi berbeda sena mengevaluasi hasil-hasil pengukuran.
1.2 Memahami pengaruh impedansi instrumen pada hasil yang didapatkan.
1.3 Membuat pengukuran bebas pentanahan dan mengenal distribusi tegangan
pada transfer λ /4 dan λ /2.

II. Diagram Rangkaian

III. Alat-alat dan Komponen yang digunakan :


1 Generator Fungsi
1 Oscilloscope Dual Trace
1 Frequency Counter
2 Test probe, 10:1/1:1, Switchable
1 Dioda adapter
2 Probe adapter
2 Saluran koaksial
1 kabel BNC/BNC
1 Set kabel penghubung dan plug
1 Multimeter
1 T konektor BNC
1 Resistor 60 Ohm

IV. Teori Singkat :

Suatu saluran yang tidak mach (beban saluran ≠ nilai Zo saluran). Pada titik
beban akan terjadi pemantulan gelombang baik tegangan maupun kuat arus. Besar
tegangan/arus yang dipantulkan tergantung kepada perbedaan antara nilai beban
dan Zo saluran. Makin besar perbedaannya makin besar pula gelombang yang
dipantulkan. Sesuai dengan rumus ρ = (ZL - Zo)/ (ZL + Zo), bila saluran dibiarkan
terbuka maka akan terjadi pemantulan sempurna (semua tegangan maju dipantulkan
ke sumber tegangan).
Dengan demikian tegangan yang diukur pada saluran tersebut merupakan
penjumlahan dua buah gelombang yaitu gelombang maju dan gelombang pantul.
Menurut Sinnema(1988), distribusi tegangan pada saluran yang terbuka adalah
mengikuti fungsi cosinus sebagaimana dirumuskan E = jlR*Zo sin (2π/λ)/d dimana
d adalah panjang saluran dengan referensi beban.

Gambar 2.1 Distribusi tegangan untuk d=1/4 λ

Gambar 2.2 Distribusi tegangan untuk d=5/4 λ


Suatu kabel koaksial 100 meter terbagi masing-masing pada panjang 25 meter
dan dilengkapi dengan soket, sehingga dapat dipasang dalam hubungan seri.
Dalam percobaan, kapasitansi saluran terlihat bahwa kabel tersebut mempunyai
kapasitansi mendekati 100 pF/m :
1 pF
C’ = 97 pF/m i.e
cm
Dapat dipahami bahwa soket-soket dalam pengukuran saluran mempengaruhi
kapasitansi saluran tersebut. Pemantulan terjadi pada soket dan dapat dilihat pada
saluran di MP6 pada saluran. Oleh karena itu, hanya 5 titik pengukuran dilakukan
sepanjang saluran yang memberikan cukup informasi pada distribusi tegangan
sepanjang saluran.
Seperti yang terlihat pada percobaan resistansi saluran, konduktor luar
mempunyai resistansi 3-5 Q dan induktansi tidak dapat diabaikan. Dari sini terdapat
perbedaan tegangan yang dihasilkan antara ujung akhir konduktor luar dan
konduktor di awal saluran, yang mana makin tinggi dengan kenaikkan frekuensi.
Perbedaan tegangan ini ditampilkan dalam Oscilloscope, tetapi tidak dapat
dikurangkan begitu saja, karena fasa dari kedua tegangan tidak sama lagi pada
frekuensi yang lebih tinggi.
Bila frekuensi dinaikkan, tegangan pada titik pengukuran 2 sampai 5 juga naik.
Jika kenaikkan ini mengikuti fungsi sinus pada frekuensi tertentu, kemudian
distribusi 14 tercapai yakni % panjang gelombang terbentuk sepanjang saluran
kabel dengan minimum pada awal saluran, maksimum pada ujung akhir saluran
kabel.
Kondisi ini didapatkan ketika tegangan masukan saluran dipertahankan tetap
dan tegangan pada ujung akhir saluran diatur ke maksimum dengan mengatur nilai
frekuensi saja.Pembebanan hasil dari impedansi meter harus diingat. Hasil yang
lebih baik akan didapatkan dengan instrumen bebas pehtanahan (eadh-free) yang
dihungkan ke titik pengukuran dan titik konduktor luar (screen) yang menyertainya.
Perlu diingat bahwa instrumen seperti itu harus tidak dihubungkan dengan
sumber tegangan utama dan kapasitansinya harus sekecil mungkin dibandingkan
dengan kapasitansi saluran, kalau tidak terpenuhi kapasitansi paralel tambahan
dikopelkan pada tegangan jatuh salauran.
Untuk mendapatkan instrumen bebas pentanahan, multimeter (R = 10 MQ)
digunakan dengan dioda adapter.
Dengan beberapa pengukuran, pembebanan pada Generator Oleh kapasitansi
kabel dan pemindahan resistansi begitu besar, sehingga level keluaran O dB tidak
dapat dipertahankan. Level -10 dB = 244,9 mVms.2√2 = 0,69 Vpp digunakan
dalam pengukuran.

V. Prosedur Percobaan

5.1 Rangkai perangkat seperti dalam diagram rangkaian, ujung saluran dibuka.
Atur Generator Fungsi VI = 2 Vpp dan frekuensi diberikan dalam tabel.
Gunakan probe 10:1 pada Oscilloscope.
Kanal kiri (YI (1 V/div; 10:1)) ke MPI.
Kanal kanan (Y2 (1 - 2 V/div; 10:1)) ke MP2 sampai MP4 berurutan.
TB diatur sesuai dengan keperluan.
Ground Oscilloscope dan Generator dihubungkan ke MPIO. Isi tabel tersebut
Pertahankan Vi = 2 Vpp untuk setiap kenaikkan frekuensi.
5.2 YI ke MPI sebesar 2 vpp.
Y2 ke MP5.
Atur frekuensi agar MP5 mencapai maksimum. Catat frekuensinya. Distribusi
gelombang apa yang terjadi ?
5.3 Pengukuran dengan instrumentasi bebas pertahanan.
Atur U1 = - 10 dB.Lakukan pengukuran pada MP1 dan MP5 dengan ground
dihubungkan ke titik menyertainya, yakni 1 dan 10, 2 dan 9, dan seterusnya.
5.4 Dari data yang saudara peroleh, bagaimana tanggapan tegangan pada saluran
ujung buka ? Kapan tegangan maksimum terjadi ?
Pada frekuensi berapa transfer 1:1 ( tegangan pada s-end = tegangan pada r-
end) diharapkan terjadi ?
VI. Hasil Percobaan
6.1 Hasil Percobaan prosedur 5.1 (data pengukuran dengan osiloskop)

f (kHz) MP1 MP2 MP3 MP4 MP5 MP6 Vpp


10 2,0* 2,04 2,04 2,08 2,08 0,16 Vpp
100 2,0* 2,16 2,32 2,40 2,48 0,18 Vpp
200 2,0* 2,45 3,44 4,08 5,36 0,32 Vpp
300 2,0* 3,04 3,76 6,00 4,56 0,34 Vpp
400 2,0* 2,56 2,04 2,22 1,32 0,22 Vpp
500 2,0* 1,8 0,58 0,48 0,38 0,17 Vpp

Grafik Tabel 2.1


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
10 100 200 300 400 500
MP1 MP2 MP3 MP4 MP5 MP6
Tabel 2.1 Data 1 pengukuran dengan osiloskop
Grafik 2.1 Hasil dari data tabel 2.1
6.2 Hasil Percobaan prosedur 5.2
U1 = 2 Vpp, menghasilkan U5 maksimum = 10,6 Vpp pada frekuensi =
270 kHz. U5 aksimum menghasilkan distribusi gelombang ¼ λ yaitu
tegangan maksimum I minimum *muncul pada ujung akhirsaluran.

6.3 Hasil Percobaan prosedur 5.3 (pengukuran dengan meter bebas pentanahan)

f MP1 MP2 MP3 MP4 MP5


10 kHz -10 -10 -10 -10 -10 dB
f MP1 MP2 MP3 MP4 MP5
100 kHz -10 -10 -10 -9,5 -9,5 dB
200 kHz -10 -8,5 -7,3 -6,5 -6,3 dB
300 kHz -10 -6,1 -5,2 -4 -2 dB
400 kHz -10 -12 -6 -3,6 -3,5 dB
500 kHz -10 -19 -14 -8 -6,9 dB
600 kHz -10 -19 -19 -11 -9 dB
700 kHz -10 -18,5 -20 -15 -12 dB
800 kHz -10 -18,2 -20 -19 -17 dB
900 kHz -10 -17 -20 -19 -16 dB
1 MHz -10 -12 -20 -19,8 -15 dB
1.1 MHz -10 -10 -20 -19,7 -11 dB
1.2 MHz -10 -7,1 -18 -19 -9,2 dB
1.3 MHz -10 -7,9 -15 -19,8 -8,8 dB
1.37 MHz -10 -7,9 -12 -20 -8,8 dB
Tabel 2.2 Data I Pengukuran dengan bebas pertahanan

Chart Title
0
10 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1 1.1 1.2 1.3 1.37
-10kHz kHz kHz kHz kHz kHz kHz kHz kHz kHz MHz MHz MHz MHz MHz
-20
Tegangan (dB)

-30
-40
-50
-60
-70
-80
-90
Frekuensi

MP1 MP2 MP3 MP4 MP5

Grafik 2.1 Hasil dari data tabel 2.2


6.4 Hasil Percobaan Prosedur 5.4
Tegangan pada ujung buka, naik sampai frekuensi 300 - 400 kHz
Kondisi ini menunjukkan kondisi ¾ λ
Tegangan maksimum terjadi pada 270 kHz
Tegangan minimum terjadi pada 800 kHz
Tranfer 1:1 (λ/2) diharapkan terjadi pada dua / setengah *frekuensi 400 -
1370kHz
Tranfer 1:1 berati match (Zin = Zout)

VII. Analisa
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan:
Untuk langkah 5.1 , data yang kami dapat adalah pada frekuensi 10 kHz sampai
dengan 200 kHz mulai dari MP1 sampai dengan MP5 mengalami kenaikan
tegangan yang proporsional, dan mengalami penurunan tegangan pada MP6. Hal
berbeda terjadi pada frekuensi 300 kHz, mulai dari MP1 sampai MP4 mengalami
kenaikan tegangan yang cukup signifikan, dan tegangan turun pada MP5 sampai
dengan MP6. Sedangkan untuk frekuensi 400 kHz sampai 500 kHz mengalami
penurunan tegangan mulai dari MP1 sampai dengan MP6.
Untuk langkah 5.2, kami mendapatkan data bahwa tegangan tertinggi pada MP5
adalah sebesar 10,6 Vpp pada frekuensi 270 kHz. Tegangan minimun pada ujung
saluran dan maksimum pada ujung saluran, maka menghasilkan distribusi
gelombang ¼ λ.
Untuk langkah 5.3, data yang kami dapatkan adalah pada frekuensi 10 kHz, pada
MP 1 ke MP5 mengalami cenderung tetap atau tidak terjadi penguatan ataupun
pelemahan. Pada frekuensi 100 kHz sampai dengan 600 kHz di MP2 sampai MP6
cenderung mengalami penguatan. Kemudian, pada frekuensi 700 kHz sampai 1
MHz pada MP1 sampai MP3 cenderung mengalami pelemahan namun pada MP4
sampai dengan MP5 relatif mengalami penguatan ( fluktuasi tegangan ). Sedangkan
pada frekuensi 1.1 MHz sampai 1.37 Mhz saat MP1 sampai MP2 mengalami
penguatan, MP3 mengalami pelemahan dan MP4 sampai MP5 cenderung
mengalami penguatan kembali.
Untuk langkah 5.4, data yang kami dapat berdasarkan percobaan adalah tegangan
maksimum terjadi di frekuensi 270 kHz sedangkan untuk tegangan minimun terjadi
pada frekuensi 800 Khz, transfer 1:1 ( tidak ada gelombang yang dipantulkan)
terjadi pada frekuensi 400 - 1370 kHz. Maka pada transfer 1:1 terjadi match.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah saya lakukan di atas dan setelah menghitung dan
menganalisa hasil percobaan, maka saya mempunyai kesimpulan sebagai berikut :
 Saluran yg memiliki ujung beban dengan impedansi yg tidak sama dengan
impedansi saluran akan menyebabkan terjadinya gelombang pantul.
 Pada saluran transmisi open sirkuit, arus pada ujung saluran menjadi minimum
sedangkan untuk tegangannya menjadi maksimum dan pergeseran sinyal
masuk sebesar ¼ λ dati ujung buka. Sedangkan gelombang pantulnya sebesar
90⁰ setelah memasuki titik ujung sehingga fasa dari kedua sudut ini adalah
180⁰, pada titik ini tegangannya akan menjadi 0 atau mendekati 0.
 Daya dan tegangan maksimum pada ujung saluran terbuka akan terjadi pada
saat distribusi gelombang λ/4. Pada percobaan terjadi pada frekuensi 270 Khz
di MP5 sebesar 10,6 Vpp
 Semakin tinggi frekuensi akan mengakibatkan tegangan pantul.

IX. Lampiran

 Tabel Gambar Percobaan 5.2


f Gambar Hasil Praktikum
100 MP1 MP2
kHz

MP5 MP6
MP1 MP2

200
kHz MP5 MP6

MP 2 MP5

300
kHz

MP 2 MP 5

400
kHz

500 MP 2 MP 5
kHz

Gambar Percobaan 5.2

Gambar Percobaan 5.3


f GAMBAR
10 MP2 MP5
kHz
MP2 MP5

100
kHz

200 MP2 MP5


kHz
MP2 MP5

300
kHz

400 MP2 MP5


kHz
MP2 MP5

500
kHz

600 MP2 MP5


kHz
MP2 MP5

700
kHz

800 MP2 MP5


kHz
MP2 MP5

900
kHz

1 MP 2 MP 5
MHz
MP 2 MP 5

1,1
MHz

1,2 MP 2 MP 5
MHz
MP 2 MP 5

1,3
MHz

1,37 MP 2 MP 5
MHz
PERCOBAAN 3
PENGUKURAN TEGANGAN SALURAN KOAKSIAL SEPADAN

I. Tujuan
1.1 Mengukur tanggapan tegangan terhadap frekuensi, dengan Oscilloscope
dan bebas pentanahan.
1.2 Menentukan pelemahan kabel
1.3 Menentukan batas frekuensi saturan.

II. Diagram Rangkaian

III. Alat-alat dan Komponen yang digunakan


1 Generator Fungsi
1 Oscilloscope Dual Trace
1 Frequency Counter
2 Test probe, 10:1/1:1 , switchable
1 Resistor 60 Q
1 Multimeter
2 Probe adapter
1 Dioda adapter
2 Saluran koaksial
1 Kabel penghubung BNC/BNC
1 Set kabel penghubung dan plug
1 Tee konektor BNC
IV. Teori Dasar
Bila saluran diberi beban sebesar impedansi karakteristiknya, tidak
terjadi pantulan atau tidak terjadi gelombang berdiri pada saluran (dengan catatan
impedansi sumber sama dengan impedansi karakteristik saluran). Namun
distribusi tegangan sepanjang saluran tidak tetap, tetapi berkurang sepanjang
saluran menurut pelemahan per meter (rugi-rugi).
Juga saluran mempunyai batas frekuensi kerja yang mana nilai
tegangan keluaran berkurang dengan faktor 1/42 = O, 707. Nilai ini berkurang
oleh penambahan soket pengukuran. Batas frekuensi saluran pengukuran. Juga
kedua metoda pengukuran digunakan yang mana menunjukkan bagaimana metoda
yang digunakan dapat menyimpang dari hasil pengukuran yang didapat.
Pelemahan kabel didefinisikan sebagai :
P1 U21 R2
a = log = log . Bel, dengan R1 = R2 = Z
P2 R1 U22
U1 2 U1
a = log
U2( )= 20 log ( )
U2
dalam Bel, atau

U1
a = 20 log ( )
U2
dalam dB, biasanya dinyatakan dalma dB / m

V. Prosedur Percobaan
5.1 Rangkai seperti diagram rangkaian. Bebani saluran dengan resistor 60 Q,
seperti hasil yang didapatkan datam percobaan pertama.
5.2 Atur Generator UI sebesar 2 Vpp dan berikan ke MP 1 dan MP 10 pada
frekuensi yang diberikan dalam tabel. Atur UI bila perlu.
Posisi Oscilloscope :
Yl : (1 V/div, 10:1) ke MPI/IO.
Y2 : (1 V - 50 mV/div, 10:1) ke MP2 ampai MP9 (110).
TB diatur sesuai dengan keperluan.
Buat kesimpulan dari tabel.
5.3 Ulangi pengukuran dengan meter, bebas pentanahan.
UI = O dB = 0,775 = 2,18 vpp= konstan
5.4 Tentukan pelemahan kabel dari nilai yang terukur pada frekuensi 10 kHz, 100
kHz, dan 200 kHz pada MP5/6.
5.5 Tentukan batas frekuensi kabel.

VI. Hasil Percobaan


6.1 Hasil Percobaan Tabel 5.1
f
(kHz MP1 MP2 MP3 MP4 MP5 MP6 MP7 MP8 MP9
)
10 2 1,96 1,84 1,64 1,40 Vp 280 280 240 240 mVpp
p
100 2,04 1,96 1,88 1,64 1,52 Vp 260 260 260 246 mVpp
p
200 2,04 2,04 2,16 2,12 2,2 Vp 440 360 320 240 mVpp
p
300 2 2,32 3,60 4,40 3,34 Vp 640 640 480 320 mVpp
p
400 2 2,84 3,80 1,84 0,68 Vp 240 240 480 160 mVpp
p
500 2,04 2,72 0,76 0,52 0,36 Vp 200 200 160 360 mVpp
p
700 2 0,88 0,4 ,032 0,76 Vp 120 120 80 80 mVpp
p
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan 5.1
Grafi k Tabel 5.1
MP1 MP2 MP3 MP4 MP5
MP6 MP7 MP8 MP9
4.5
4
3.5
3
Tegangan (V)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
10 100 200 300 400 500 700

Frekuensi (kHz)

Grafik 3.1 Hasil dari data tabel 6.1


Dari hasil tersebut diatas, saluran dapat digunakan untuk pengukuran tanpa
peantulan sampai frekuensi 200 kHz
Perlu diingat bahwa impedansi probe mempengaruhi hasil pengukuan.

6.2 Hasil Percobaan Tabel 5.2


Pengukuran dengan meter, bebas pertahanan (Ri = 10 MΩ)
ZL = 60 Ω; U1= 0 dB = 2,18 Vpp
f MP1 MP2 MP3 MP4 MP5
10 kHz 0 -3 -4 -5,5 -6,5 dB
100 kHz 0 -1,4 -2 -3 -5 dB
200 kHz 0 -1,1 -2 -3 -5,2 dB
300 kHz 0 -0,8 -1,8 -3 -5,1 dB
400 kHz 0 -1 -1,8 -3,3 -5,5 dB
500 kHz 0 -0,8 -1,7 -3,1 -5,1 dB
600 kHz 0 -0.9 -1,5 -2,9 -5 dB
700 kHz 0 -1.5 -3,1 -3,2 -5,5 dB
800 kHz 0 -2 ,3 -4,1 -6,5 dB
900 kHz 0 -2,2 -3,3 -4,2 -6,8 dB
1 MHz 0 -2,3 -4,1 -5 -7,5 dB
1.1 MHz 0 -2,3 -4,5 -5.5 -7,5 dB
1.2 MHz 0 -2 -4,1 -5 -7 dB
f MP1 MP2 MP3 MP4 MP5
1.3 MHz 0 -1,8 -4 -5.5 -7 dB
1.37 MHz 0 -1 -3,2 -4,8 -6,2 dB
Tabel 3.2 Data I Hasil percobaan 5.2

Grafi k Tabel 5.2


MP1 MP2 MP3 MP4 MP5
1
0
10 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1 1.1 1.2 1.3 1.37
-1k H z kHz kHz kHz kHz kHz kHz kHz kHz kHz MH z MH z MH z MH z MH z

-2
tegangan (db)

-3
-4
-5
-6
-7
-8
frekuensi

Grafik 3.1 Hasil dari data tabel 6.1


6.3 Hasil Percobaan 5.3
Menentukan pelemhan kabel :
U1 = 2 Vpp = konstan
Untuk frekuensi f = 10 kHz, 100 kHz, 200 kHz, nilai rata-ratanya adalah :
1,4 4 +1,64+1,20
U5 = = 1,42 Vpp
3
Dengan U1 = 2 Vpp, pelemahannya adalah :
U5 1,42
a = 20 log = 20 log = -2,974 dB / 100m
U1 2
a −4,29 dB /100 m
a’= = = -2,974 dB /m
I 100 m

.4 Hasil Percobaan 5.4


Menentukan batas frekuensi :
U1 = 2Vpp; pada f = 10 kHz, U5 adalah -1,4 2 dB.
Batas frekuensi diberikan ketika nilai ini turu sebesar -3 dB, yaitu
U5 = -1,42 dB – 3 dB = -4,42 dB

VII. Analisa Data


 Tegangan pada frekuensi 10 KHz – 300 KHz mengalami kenaikan pada Mp1
– Mp5 dan mengalami penurunan pada Mp6 – Mp9. Namun, pada frekuensi
200 KHz cenderung tetap atau tidak terjadi perubahan yaitu sekitar pada
tegangan 2 Vpp. Sehingga pada titik frekuensi tersebut tidak ada tegangan
pantul yang terjadi.Pelemahan tersebut disebabkan rugi-rugi radiasi karena
panjang saluran koaksial mempengaruhi panjang gelombang yang melewati
saluran tersebut.
 Pada saat frekuensi semakin besar terutama ketika > 500 KHz,terjadi
pelemahan yang sangat besar.Pelemahan tersebut disebabkan oleh rugi-rugi
tembaga yang terjadi pada koaksial saat frekuensi semakin tinggi.Karena
pada frekuensi tinggi muncul efek kulit yang menyebabkan aliran electron
cenderung terkonsentrasi pada kulit saja.Akibatnya kabel seolah-olah menjadi
seperti pipa yang memiliki luas penampang yang kecil.Sehingga jika luas
penampang kecil maka menghasilkan resistansi efektif yang besar.
 Pelemahan pada sepanjang saluran saat frekuensi tinggi dapat disebabkan
karena rugi-rugi tembaga yang disebut efek kulit.Jika semakin tinggi
frekuensi maka intensitas aliran elektron hanya terdapat pada kulit bahan
tembaga,sehingga berbentuk seperti pipa yang memiliki luas penampang yang
kecil.Jika luas penampang kecil, maka resistansi efektifnya semakin besar.
 Pada percobaan kali ini juga dipasang beban pada ujung saluran dengan
harapan saluran tersebut dapat match atau tidak terjadi pemantulan meskipun
untuk tegangan terjadi pelemahan seiring dengan semakin besar nilai
frekuensinya.

VIII. Kesimpulan
 Semakin tinggi frekuensi yang diewatkan, maka pelemahan akan semakin
besar.Dikarenakan selain efek kulit,juga disebabkan karena rangkaian
ekivalen kabel koaksial yang mirip dengan LPF sehingga memiliki frekuensi
batas dimana amplitude frekuensi dilemahkan.
 Nilai tegangan yang diukur dari MP1-MP5 dengan osiloskop maupun meter
bebas pentanahan memiliki hasil yang berbanding terbalik.Jika kabel semakin
panjang maka terjadi pelemahan yang semakin besar dan mengakibatkan
tegangan pada ujung kabel mengecil.
 Pelemahan yang terjadi di sepanjang saluran dapat disebabkan oleh rugi –
rugi radiasi maupun rugi-rugi tembaga.

IX. Lampiran
 Tabel gambar 5.1
F
Gambar
(kHz)
MP 1 MP 5

10

100 MP 1 MP 5
MP 1 MP 5

200

MP 1 MP 5

300

MP 1 MP 5

400

MP 1 MP 5

500

700 MP 1 MP 5
 Tabel gambar 5.2
F Gambar
MP 1 MP 5

10
kHz

MP 1 MP 5

100
kHz

200 MP 1 MP 5
kHz

MP 1 MP 5

300
kHz

MP 1 MP 5

400
kHz

500 MP 1 MP 5
kHz

MP 1 MP 5

600
kHz

700 MP 1 MP 5
kHz

MP 1 MP 5
800
kHz

900 MP 1 MP 5
kHz

1 MP 1 MP 5
MHz

MP 1 MP 5
1,1
MHz

1,2 MP 1 MP 5
MHz

1,3 MP 1 MP 5
MHz

MP 1 MP 5
1,37
MHz

Anda mungkin juga menyukai