Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM KOMUNIKASI
MODUL III : PULSE CODE MODULATION (PCM)

DISUSUN OLEH :
Prima Yogaswara
(18101026)
Partner:
1. Raffika Hanum (18101027)
2. Rizky Hidayatullah (18101030)
3. Sapitri (18101031)
Tanggal Praktikum : 15 Juni 2021
Asisten Praktikum :
1. Yahya Ega Masyarik (19201005)
2. Yulina Nur Khamidah (19201009)
Dosen Praktikum : Fauza Khair, S.T., M.Eng

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI


FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2021
Praktikum Sistem Komunikasi

MODUL II
PULSE CODE MODULATION (PCM)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami konsep dasar pulse code modulation.
2. Mempelajari dan menjelaskan prinsip kerja dari PCM menggunakan
Simulink Matlab.
3. Melihat output dari proses sampling, kuantisasi, dan encoding.
II. ALAT DAN BAHAN
1. 1 set PC atau Laptop
2. Software Matlab R2015b
a. Sine Wave 1 buah
b. Pulse Generator 1 buah
c. Sample and Hold 1 buah
d. Quantizer 1 buah
e. Mux 1 buah
f. Scope 5 buah
III. DASAR TEORI
Modulasi Kode Pulsa/Pulse Code Modulation (PCM) merupakan salah satu
teknik modulasi yang merubah sinyal analog menjadi format sinyal digital yang
ekivalen dengan sinyal aslinya. Proses-proses utama yang dilakukan pada
sistem PCM, diantaranya adalah proses Filterisasi, Sampling (Pencuplikan),
Quantizing (Kuantisasi), dan encoding (proses pengkodean) sehingga
membentuk suatu sistem PCM [1].
PCM memiliki kelebihan antara lain dapat mengubah sinyal analog menjadi
besaran digital dengan noise immunity yang tinggi dan error detection yang
mudah. Dengan menggunakan PCM pendeteksian musik dapat lebih mudah
diatur karena sinyal analog diubah menjadi besaran digital, selain itu imunitas
terhadap error atau noise menggunakan PCM lebih baik karena melewati tahap
filterisasi, penyamplingan, kuantisasi dan pengkodean. Keunggulan lain yang
paling menonjol adalah PCM dapat menekan noise dan interferensi [2].
Modulasi merupakan proses penumpangan sinyal informasi terhadap sinyal
carrier (pembawa) dimana parameter sinyal pembawa atau sinyal carrier

IT Telkom Purwokerto 2 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

diubah ubah terhadap yang lain (yaitu sinyal pemodulasi yang berupa sinyal
informasi). Sinyal informasi dapat berbentuk sinyal audio, sinyal video, atau
sinyal yang lain. Dalam melakukan modulasi diperlukan sebuah perangkat
yang dinamakan modulator. Modulator yaitu proses “menumpangkan” data
pada frekuensi gelombang pembawa (Carrier Signal) ke sinyal
informasi/pesan agar bisa dikirim ke penerima melalui media tertentu (kabel
atau udara), biasanya berupa gelombang sinus. Modulasi dari gelombang sinus
akan mengubah sebuah gelombang pesan baseband menjadi gelombang
passband. Selain modulator terdapat sebuah perangkat lain yang digunakan
sebagai penerjemah/pembaca hasil dari modulasi yang dilakukan oleh
modulator yaitu demodulator [3].
Demodulator mempunyai fungsi kebalikan dari modulator (demodulasi), ya
itu proses mendapatkan kembali data atau proses membaca data dari sinyal
yang diterima dari pengirim. Dalam demodulasi, sinyal pesan dipisahkan dari
sinyal pembawa frekuensi tinggi. Kedua fungsi modulator dan demodulator
tersebut terdapat langsung pada sebuah perangkat yang disebut dengan modem
(modulator demodulator). Tujuan dari modulasi adalah untuk memindahkan
posisi spektrum dari sinyal data, dari pita spektrum yang rendah (base band) ke
pita spektrum yang jauh lebih tinggi (band pass). Hal ini dilakukan pada
transmisi data tanpa kabel (dengan antena), yang mana dengan membesarnya
frekuensi data yang dikirim, maka dimensi antenna yang digunakan akan
mengecil [4].
PCM adalah metode yang digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi
sinyal digital sehingga sinyal analog yang dimodifikasi dapat dikirim melalui
jaringan komunikasi digital. Sinyal digital PCM banyak digunakan dalam hal
pengiriman informasi dikarenakan lebih akurat daripada sinyal analog juga
tahan terhadap interferensi. Selain itu, kemungkinan terjadinya kesalahan akan
berkurang dengan penggunaan metoda pengkodean yang tepat. PCM
digunakan di sebagian besar aplikasi telekomunikasi, perekaman audio digital,
video digital, voice mail, dan sistem komunikasi digital lainnya.PCM juga
banyak digunakan pada Radio Control Units tempat pemancar dan penerima
radio pada mobil, pesawat, dan kapal. PCM digunakan untuk
merepresentasikan sampel sinyal analog dalam bentuk digital, merupakan

IT Telkom Purwokerto 3 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

teknik modulasi yang mengubah sinyal analog ke dalam bentuk sinyal digital.
Sinyal keluaran dari PCM adalah bentuk format biner yang memiliki dua
kemungkinan nilai logika 0 dan logika 1, maka dari itu memungkinkan untuk
mendigitalkan semua bentuk data analog seperti telemetry, musik, video, dan
lainnya. Proses utama dari PCM secara keseluruhan dimulai dari pencuplikan
(sampling), pengkuantisasian (quantizing), dan pengkodean (encoding).
Proses pencuplikan, secara teoritis merupakan langkah pertama dalam
proses implementasi PCM. Teorema sampling menyatakan bahwa jika sinyal s
(t) diambil sampelnya secara berkala dan pada laju (rate) yang lebih tinggi dari
dua kali frekuensi tertinggi dari sinyal, maka sampel berisi semua informasi
sinyal asli. Gambar 3.1 menjelaskan fungsi proses pencuplikan secara singkat.
Sinyal hasil pencuplikan adalah sinyal-sinyal pulsa yang amplitudonya
sebanding dengan amplituda sinyal analog. Sinyal ini adalah sinyal PAM
(pulse amplitude modulation).

Gambar 3.1 Proses pencuplikan sinyal analog [4]


Proses kuantisasi, merupakan proses menentukan segmen-segmen dari
amplituda sampling dalam level kuantisasi, amplituda dari sampel masing-
masing dinyatakan dengan harga integer dari level kuantisasi yang terdekat.
Gambar 3.2 berikut merupakan representasi sederhana proses kuantisasi.

Gambar 3.2 Proses Kuantisasi [4]

IT Telkom Purwokerto 4 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

Tahap terakhir adalah pengkodean (coding) yang mentransformasikan


sinyal waktu diskrit dan amplitudo diskrit hasil pencuplikan dan kuantisasi
menjadi bit-bit sinyal PCM biner. Kode biner yang muncul bergantung pada
level yang ditempati oleh sinyal sampel hasil kuantisasi. Satu level kuantisasi
menyatakan satu kata kode (code word), misalnya kode kuantisasi dari 3 adalah
011; 5 dikodekan sebagai 101 dan sebagainya, tergantung jumlah bit yang
digunakan untuk merepresentasikan satu kata kode [5].

IT Telkom Purwokerto 5 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

IV. HASIL DATA


A. Output Sinyal
1. Output Sinyal Informasi

Gambar 4.1 Output sinyal informasi kondisi 1

Gambar 4.2 Output sinyal informasi kondisi 2

Gambar 4.3 Output sinyal informasi kondisi 3

IT Telkom Purwokerto 6 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

Gambar 4.4 Output sinyal informasi kondisi 4

2. Output dari Pulse Generator

Gambar 4.5 Output pulse generator kondisi 1

Gambar 4.6 Output pulse generator kondisi 2

IT Telkom Purwokerto 7 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

Gambar 4.7 Output pulse generator kondisi 3

Gambar 4.8 Output pulse generator kondisi 4

3. Output Sampling

Gambar 4.9 Output sampling kondisi 1

IT Telkom Purwokerto 8 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

Gambar 4.10 Output sampling kondisi 2

Gambar 4.11 Output sampling kondisi 3

Gambar 4.12 Output sampling kondisi 4

IT Telkom Purwokerto 9 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

4. Output Sinyal Kuantisasi

Gambar 4.13 Output sinyal kuantisasi kondisi 1

Gambar 4.14 Output sinyal kuantisasi kondisi 2

Gambar 4.15 Output sinyal kuantisasi kondisi 3

IT Telkom Purwokerto 10 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

Gambar 4.16 Output sinyal kuantisasi kondisi 4

5. Output Multiplexing

Gambar 4.17 Output multiplexing kondisi 1

Gambar 4.18 Output multiplexing kondisi 2

IT Telkom Purwokerto 11 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

Gambar 4.19 Output multiplexing kondisi 3

Gambar 4.20 Output multiplexing kondisi 4

IT Telkom Purwokerto 12 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

B. Kode Biner
Tabel 4.1 Kode biner output multiplexing kondisi 1
Titik Level Sign (-) = 1/(+) Biner
Amplitudo =0
1 +5 0 0101
2 +1 0 0001
3 -5 1 1101
4 -6 1 1110
5 -2 1 1010
6 4 0 0100

Tabel 4.2 Kode biner output multiplexing kondisi 2


Titik Level Sign (-) = 1 Biner
Amplitudo (+) = 0
1 +6 0 0110
2 -6 1 1110
3 +2.2 0 0010.00110011001100110011
4 +2.8 0 0010.11001100110011001101
5 +1.2 0 0001.00110011001100110011
6 -0.2 1 1000.00110011001100110011
7 -1.8 1 1001.11001100110011001101
8 -2.7 1 1010.10110011001100110011
9 -2.9 1 1010.1110011001100110011
10 +0.3 0 0000.01001100110011001101

IT Telkom Purwokerto 13 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

Tabel 4.3 Kode biner output multiplexing kondisi 3

Titik Level Sign (-) = 1 Biner


Amplitudo (+) = 0
1 +0.12 0 0000.00011110101110000101
2 +0.18 0 0000.00101110000101001
3 +3.24 0 0011.00101110000101001
4 +3.29 0 0011.01001010001111010111
5 +4.09 0 0100.000101110000101001
6 +4.13 0 0100.00100001010001111011
7 -0.11 1 1000.00011100001010001111
8 -0.17 1 1000.0010101110000101001
9 +6 0 0110
10 -6 1 1110

Tabel 4.4 Kode biner output multiplexing kondisi 4


Titik Level Sign (-) = Biner
Amplitudo 1/(+) = 0
1 +6 0 0110
2 -2 1 1010
3 -4 1 1100

IT Telkom Purwokerto 14 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

V. ANALISA HASIL PERCOBAAN


Pada praktikum modul ketiga, praktikan melakukan percobaan Pulse Code
Modulation (PCM). Konsep dasar PCM adalah komunikasi digital, yang dapat
dibandingkan dengan komunikasi analog, yang jauh lebih baik karena memiliki
kinerja terbaik. PCM merupakan suatu metode pengubahan sinyal analog
menjadi sinyal digital, dimana sinyal analog digunakan sebagai sumber
informasi dan harus melalui beberapa proses. Proses pertama ada sampling,
kemudian proses kedua kuantisasi, dan proses terakhir encoding.
Dalam perangkat lunak Matlab, simulink digunakan untuk membuat model
percobaan dan melihat sinyal output yang dihasilkan. Menggunakan Simulink,
praktikan dapat melihat dengan jelas bagaimana melihat data dan gambar
model melalui grafik. Komponen-komponen yang digunakan pada library
simulink adalah: Gelombang sinus, generator pulsa, sample and hold,
quantizer, multiplexer dan osiloskop. Sine Wave digunakan sebagai sinyal
modulasi dan sinyal pembawa. Blok sinus Gelombang ini memberikan kurva
sinus. Blok dapat berjalan dalam mode berkelanjutan atau diskrit. Dalam
gelombang sinus standar, amplitudo sinyal adalah 1, frekuensi standarnya
adalah 1 radian/detik, fase default nya adalah 0 radian, waktu pengambilan
sampel standarnya adalah 0. Menampilkan hasil gambar sinyal sebagai fungsi
waktu simulasi. Lingkup dalam grafik ini digunakan sebagai output sinyal
informasi, output generator pulsa, output pengambilan sampel, output sinyal
kuantisasi, output multipleks.
Sebuah rangkaian PCM yang terdapat pada modul dengan komponen
berupa sine wave sebanyak 1 buah, pulse generator sebanyak 1 buah, sample
and hold sebanyak 1 buah, quantizer sebanyak 1 buah, mux sebanyak 1 buah
dan scopesebanyak 5 buah. Sine wave berfungsi sebagai sumber dari sinyal
informasi atau bisa juga disebut dengan sinyal pemodulasi. Generator pulsa
memiliki fungsi pembangkit pulsa gelombang persegi, parameter amplitudo,
lebar pulsa, periode dan fase. Selain itu, tentukan bentuk gelombang keluaran.
Kemudian sample and hold, komponen memiliki fungsi rangkaian mengubah
sampel menjadi sinyal PAM multi-level. Lalu ada quantizer, yaitu komponen
yang memberikan level tegangan dan membulatkan amplitudo sampel ke nilai
terdekat. Mengukur. Selain itu, perbedaan disini adalah tidak adanya proses

IT Telkom Purwokerto 15 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

encoding, dan encoding dilakukan secara manual, yang dapat dilihat pada data
hasil. Multiplexing, yang menggunakan komponen yang disebut mux, dimana
multiplexing digunakan untuk mengubah beberapa input menjadi satu output
dan menyimpan transmisi sinyal. Perbedaan output sampling dan kuantisasi
ada pada tingkatan sinyalnya. Pada output sampling sinyalnya berupa Pulse
Amplitudo Modulation (PAM). Nilai yang dihasilkan di setiap tingkatan pada
output sampling belum jelas, karena yang dihasilkan merupakan nilai
amplitudo.
Ketentuan amplitudo sinyal informasi menggunakan NIM masing-masing
mahasiswa dan dengan syarat kondisi pulse generator yang sudah di tentukan
, seperti kondisi 1 memiliki amplitudo 1, periodanya 1, dan pulse width sebesar
50, serta, apabila mengubah nilai perioda pada pulse generator maka, nilai
interval kuantisasi pada komponen quantizer juga ikut diubah dan sama
nilainya seperti besar nilai perioda yang di terapkan di pulse generator. Untuk
percobaaan kondisi 2 sampai 4 hanya memiliki perbedaan pada periodenya
saja, untuk amplitudo dan pulse width masih sama seperti percobaan kondisi 1
yaitu amplitudonya bernilai 1 sedangkan untuk pulse width bernilai 50. Dapat
dilihat bentuk sinyal yang dihasilkan dari masing masing komponen pada
komponen scope yang sudah di run terlebih dahulu. Perubahan periode pada
kondisi 2 sampai 4 ini menyebabkan pengaruh pada sinyal yang mana sinyal
diskrit dari hasil PCM sendiri apabila semakin kecil periodenya maka akan
semakin banyak amplitudo yang terbentuk, dalam arti semakin banyaknya
amplitudo yang terbentuk maka akan semakin mirip sinyal yang dihasilkan
dengan sinyal informasi yang akan dikirim pada penerima.
Berdasarkan hasil PCM dengan nilai periode pulse generator dan quantizer
yang berbeda pada setiap kondisi. Bahwa di perjelas dengan kondisi 1 dan
kondisi 4 menggunakan perioda 1 dan 2, maka output sinyal kuantisasi yang
diperoleh itu tidak mirip atau jauh berbeda dengan sinyal informasinya. Hal ini
karena perioda yang digunakan pada percobaan kondisi 1 dan kondisi 4 masih
terlalu besar sehingga sinyalnya tidak mendekati dengan sinyal informasinya.
Dan hasil percobaan kondisi 2 dan kondisi 3 menggunakan perioda 0.1 dan
0.01, yang menandakan bahwa output sinyal kuantisasi yang diperoleh itu
mirip dengan sinyal informasinya. Hal ini membuktikan bahwa perioda yang

IT Telkom Purwokerto 16 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

digunakan pada kondisi 2 dan kondisi 3 itu bernilai kecil atau dibawah nilai 1.
Dapat di analisa juga dari percobaan yang telah dilakukan bahwa perioda
yang ditetapkan nilainya pada komponen quantizer itu sangat mempengaruhi
hasil sinyal output nya terutama pada output sinyal kuantisasi dan output sinyal
mux , hal ini dikarenakan pada proses simulasi letak output sinyal kuantisasi
dan output sinyal mux berada setelah komponen quantizer.

IT Telkom Purwokerto 17 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
1. Semakin besar nilai periode pada pulse generator maka sinyal yang
terbentuk akan semakin tidak meyerupai sinyal informasinya.
2. Semakin kecil nilai periode yang ditetapkan akan membentuk sinyal
kuantisasi yang semakin mirip dengan sinyal informasi.
3. Output sinyal yang akan diterima penerima semuanya berbentuk
gelombang sinus karena menggunakan komponen sine wave.
4. Semakin kecil nilai periode maka akan semakin banyak amplitudo yang
terbentuk.
B. SARAN
1. Praktikan sebaiknya sudah mengetahui cara kerja dari software Matlab.
2. Komponen diusahakan sesuai dengan ketentuan modul praktikum
dikarenakan apabila berbeda komponen maka hasil yang keluar juga
akan berbeda.
3. Praktikan sebaiknya mengetahui bahwa dalam modul PCM ini
menggunakan 4 proses untuk mendapatkan hasil sinyalnya.

IT Telkom Purwokerto 18 18101026 – Prima Yogaswara


Praktikum Sistem Komunikasi

DAFTAR PUSTAKA

[1] W. Hioki, Telecommunications Third Edition, New Jersey: Prentice Hall, 2998.
[2] S. K, "Pulse Code Modulation (PCM)," [Online]. Available:
https://www.slideshare.net [Accessed 20 June 2021].

[3] N. Yasmine, "Perancangan Modul Pembelajaran Praktek AM Modulator dan


AM Demodulator Untuk Praktikum Di Laboratorium Teknik
Telekomunikasi," 2019. [Online]. Available:
http://eprints.polsri.ac.id..[Accessed 20 June 2021].

[4] I. Jaya, "Modulasi Frekuensi (FM) Dan Modulasi Amplitudo (AM)," [Online].
Available: https://osf.io. [Accessed 20 June 2021].

[5] s. E, "Pembangkitan Sinyal Pulse Code Modulation Berbasis OMAP- L318,"


JTERA (Jurnal Teknologi Rekayasa), vol. V, no. 2, pp. 215-220, 2020.

IT Telkom Purwokerto 19 18101026 – Prima Yogaswara

Anda mungkin juga menyukai